Anda di halaman 1dari 6

1.

Kasus Ca Colon
Seorang laki-laki, 44 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan seminggu
terakhir tidak bisa BAB dan nyeri bila perut tertekan, muntah sebanyak dua kali sejak satu
jam yang lalu, perut dirasa semakin membuncit. Sebelumnya sejak tiga bulan terakhir pasien
sering BAB bercampur darah, celana terasa lebih longgar. Namun, seminggu terakhir
perut dirasakan semakin membuncit, BAB seperti kotoran kambing dan sulit dikeluarkan.
Pasien sering mengonsumsi baso, jeroan, sate, tidak suka makan sayur, senang konsumsi
minuman berenergi.
Pasien mengatakan sejak sakit tidak bisa melakukan kegiatan apapun. Hasil
pemeriksaan fisik didapatkan: tekanan darah 140/80 mmHg, frekuensi respires
24x/menit, frekuensi nadi 100x/menit, suhu 39,40C, berat badan 45 Kg, tinggi badan 160 cm,
nyeri tekan epigastrium (+). Hasil pemeriksaan laboratorium: leukosit 12.000 gr/dl,
trombosit 200.000 gr/dl, eritrosit 5 juta/dl, albumin 3 gr/dl, hemoglobin 10 gr/dl, natrium
125 mEq/L, BUN 35 mEq/L, albumin 2,5 g/dl, protein total 4,3 g/dl, ureum 67 mg/dl, kalium
3,1 mEq/L. Hasil USG Abdomen didapatkan massa solid area colon transversum.
Dokter mengatakan bahwa pasien harus dilakukan kemoterapi namun sebelumnya
harus dioperasi terlebih dahulu untuk dilakukan biopsi. Pasien dan istrinya selalu bertanya
kenapa harus dilakukan operasi dan kemoterapi dan menolak untuk dilakukan hal tersebut.
2. Kasus Sirosis Hepatis
Seorang laki-laki, berusia 56 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan
mual, muntah, mudah lelah, kulit berwarna kuning, dan perut membuncit dalam 2 minggu
terakhir. Sejak enam bulan terakhir pasien merasa lesu, anoreksia, nyeri tumpul perut kanan
atas, mual dan muntah tapi ditahan-tahan oleh pasien. Sebelumnya pasien pernah menderita
sakit kuning waktu muda namun tidak berobat dengan tuntas serta sering minum jamu- jamuan
30 tahun terakhir. Berdasarkan keterangan keluarga, pasien seringkali minum minuman
beralkohol bahkan tidak jarang datang dalam keadaan mabuk.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi nadi
60x/menit, frekuensi nafas 16x/menit, suhu 370C, kulit ikterus, ascites (+), edema dikedua
ekstrimitas (+), telangiektasis dan spider nevi (+), bising usus tidak terdengar, hepar sulit
diraba karena ascites, dan nafas bau amonia (+). Hasil pemeriksaan laboratorium: penurunan
prothrombin, fibrinogen, albumin, hiperglikemia, serta peningkatan amonia dalam darah.
Hasil pemeriksaan USG hati didapatkan terdapat granul 2/3 hati.
Saat disampaikan bahwa pasien menderita sirosis hepatis, pasien tampak kurang percaya
dan berkali-kali menanyakan mengenai kondisinya. Beberapa hari kemudian pasien menjadi
pendiam, bahkan hanya bicara satu dua kata jika ditanya. Pasien juga tidak mau makan dan
tidak mau ada yang membesuknya. Pasien juga mengatakan tidak ingin melanjutkan
pengobatan.
3. Kasus Kolelitiasis
Seorang perempuan, 33 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan nyeri
pada perut. Nyeri dirasakan hilang timbul, bertambah jika ditekan dan berkurang jika
diistirahatkan. Nyeri dirasakan pada bagian abdomen kanan atas atau midepigastrik menjalar
ke punggung dan bahu atas. Durasi nyeri yang dirasakan kurang lebih satu jam dengan skala
nyeri 3.
Pada saat dilakukan pengkajian, pasien mengatakan nyeri luka operasi masih
dirasakan hilang timbul sehingga waktu tidur pasien terganggu. Pasien memiliki riwayat
hipertensi dan mengonsumsi amlodipin 1x10 gr sejak tahun 2011. Tidak terdapat anggota
keluarga yang memiliki riwayat hipertensi. Pasien mengatakan ibadahnya mulai terganggu
karena sakit yang dirasakannya, bahkan pasien menjadi jarang sholat karena sakit. Hasil
pemeriksaan fisik didapatkan: berat badan sebelum sakit 68 Kg, berat badan saat ini 66 Kg,
tinggi badan 155 cm, tekanan darah 140/90 mmHg, frekuensi nadi 110x/menit, frekuensi nafas
20x/menit, suhu 36,80C. Terdapat luka bekas operasi laparoscopy cholesystectomy di tiga
titik abdomen. Hasil pemeriksaan laboratorium: hemoglobin 12 gr/dL, leukosit 14.900/mm3,
trombosit 350.000/mm3. Pasien mendapatkan terapi: ceftriaxon 1x2 gr IV, ranitidin 2x1
ampul IV, ketorolac 2x1 ampul IV.
4. Kasus Post Laparatomi Eksploratif + stoma ileus obstruktif
Tn. A77 tahun, Islam, SLTA, Sunda, Menikah, Buruh Harian Lepas, Diagnosa Medis : Post
Laparatomi Eksploratif + stoma ileus obstruktif total CA recti 1/3 distal. Keluhan Utama :
Nyeri di sekitar luka post operasi.

Klien mengatakan tidak bisa buang air besar (BAB) dan sulit buang angin sejak 2,5 bulan
sebelum masuk rumah sakit. Terakhir BAB sebelumnya keras dan mengeluarkan banyak
darah.Setelah itu klien dibawa ke rumah sakit Cibabat dan dirawat selama 2 hari, dan
direkomendasikan untuk dilakukan operasi.Namun, karena keterbatasan alat dirujuk ke RSHS
Bandung.Pada saat pengkajian klien mengeluh nyeri di sekitar luka post operasi (POD 1) pada
bagian perut. Skala nyeri 3/10 dibawah pemberian obat analgesik.Nyeri semakin bertambah
ketika klien melakukan aktivitas dan berangsur berkurang ketika diistirahatkan. Pasien
memiliki penyakit hipertensi sejak lama, biasanya pasien rutin memeriksakan dirinyake
puskesmas terdekat namun tidak minum obat untuk mengontrol penyakitnya. Sebelumnya
juga pasien mengatakan memiliki penyakit maag, karena makan yang tidak teratur.Tidak ada
anggota keluarga klien yang penyakit yang serupa dengan klien.Klien terlihat mampu
berinteraksi dengan sangat baik dengan keluarga maupun dengan orang-orang di sekitarnya
serta tidak terlihat murung dan menarik diri.Klien juga kooperatif dengan petugas kesehatan
ketika diberi tindakan invasif maupun non invasif.Kesadaran pasien Compos Mentis
(E4V5M6).

Pasien merasa tidak bisa melakukan apa yang biasa ia lakukan saat ia sehat atau sebelum
didiagnosa penyakit tersebut. Saat ini, pasien hanya akan berusaha agar keadaannya semakin
hari bisa lebih baik lagi agar bisa berkumpul kembali dengan keluarga. Klien tinggal bersama
dengan istri dan anaknya. Sebelum sakit, pasien rajin melaksanakan shalat 5 waktu.Namun,
setelah sakit dan dirawat di rumah sakit, pasien masih bisa melakukan shalat 5 waktu tapi
dengan gerak yang terbatas, yakni di atas tempat tidurnya. Keluarga terlibat aktif selama
proses pengobatan terutama anak yang selalu menemaninya. Ia dan keluarganya selalu
berharap bahwa usaha pengobatan yang ia lakukan membuahkan hasil agar bisa berkumpul
kembali di rumah dalam keadaan sehat.
5. Kasus Sirosis Hepatis
Klien mengatakan nyeri. klien mengatakan sejak + 4 hari sebelum masuk rumah sakit
klien mengatakan nyeri di perut kanan bawah, demam +, mual +, muntah -, buang air besar
cair +. Klien berobat ke RSUD Cibabat, namun karena tidak sanggup, klien dirujuk ke RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung.Saat dikaji klien tampak meringis, merasakan nyeri di bagian
abdomen kanan yang terasa seperti ditusuk-tusuk, nyeri menyebar ke seluruh bagian perut,
nyeri terasa berat ketika klien bergerak ataupun perutnya ditekan dan berkurang ketika klien
beristirahat, skala nyeri 4 (1-10), badan klien pun terasa panas dan wajah tampak kemerahan.
Sebelumnya klien pernah sakit berat hingga dirawat di rumah sakit. Klien tidak memiliki
riwayat penyakit lain seperti hipertensi, diabetes mellitus ataupun jantung.
Klien tampak cemas dengan keadaannya, karena ini pertama kalinya klien dirawat di
rumah sakit. Rasa nyeri di perut membuat klien merasa takut dan rencana operasi yang akan
dilakukan.
6. Kasus Peritonitis
DS : nyeri di perut kanan bawah seperti ditusuk2, nyeri menyebar ke seluruh bagian perut,
nyeri ketika bergerak ataupun perutnya ditekan dan berkurang ketika klien beristirahat, skala
nyeri 4 (1-10), badan terasa panas, wajah kemerahan, cemas dengan keadaannya, takut akan
operasi

DO: demam+, mual +, muntah -, bab cair +,

Makan buah kadang-kadang, minum kopi 2 gelas sehari

BMI BB 70kg TB 165cm

Risk jatuh 30

Branded score : 16

Lender feses, eritrosit feses +, leukosit feses +, amoeba tropozoid +, blood urine 3+/>1.0
mg/dL, protein urine 1+/70 mg/dL, keton urine 2+/40 mg/dL, eritosit banyak, darah
samar positif, ht rendah, leukosit tinggi, albumin rendah, natrium rendah, kalium
rendah

Ceftriaxone 1 x 2 gram (IV)


Metrodinazole 3 x 500 mg (IV)
Keterolac 3 x 30 mg (IV)
Ranitidin 2 x 50 mg (IV)
Infus RL 1500 cc/24 jam

Anda mungkin juga menyukai