Anda di halaman 1dari 18

1

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Umur : 34 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Pabundayan
Masuk RS : 21 Mei 2014

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama
G3P2A0 Hamil 8-9 minggu, rujukan bidan dengan Hiperemesis Gravidarum

Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
G3P2A0 mengaku hamil 8-9 minggu datang dengan keluhan mual dan muntah lebih
dari 10 kali sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien mengeluh keluhan mual dan muntah sudah sering dialami sejak dari awal
kehamilan tapi tidak terlalu parah. Pasien muntah 2-3 kali sehari, lebih sering pada
waktu pagi, tapi pasien bisa makan dan minum.
Sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengaku keluhan mual dan muntah
bertambah parah. Pasien muntah lebih dari 10 kali sehari. Muntah berupa cairan
berwarna putih kekuningan, bercampur makanan dan minuman yang baru dimakan.
Dalam muntah tidak pernah bercampur darah. Pasien mengaku tidak bisa makan sama
sekali. Semua makanan dan minuman yang dimakan akan dimuntahkan lagi sehingga
nafsu makan pasien tidak ada sama sekali. Pasien mengeluh badan terasa sangat
lemah sehingga pasien tidak bisa melakukan aktivitas sama sekali.
1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien telah dibawa ke puskesmas. Di puskesmas,
pasien diberikan obat dan disarankan ke rumah sakit seandainya keluhan masih
berlanjut.
2

Sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh sakit kepala bagian depan.
Sakit kepala dirasakan seperti berdenyut. Keluhan mual muntah masih berlanjut,
pasien tidak bisa makan, badan lemas, sehingga pasien dibawa ke rumah sakit.
Pasien menyatakan BAK warna kuning tua, jumlah sedikit. BAB tidak mencret.
Sering merasa haus. Pasien menyatakan berat badanya berkurang 5 kg (dari 60-55kg)
dari pertama kali ditimbang dipuskesmas dan dari hasil ditimbang dipuskesmas
kemarin. Pasien menyatakan pernah mengalami hal yang serupa saat hamil pertama
dan kedua tapi tidak pernah separah saat ini. Pasien menyangkal adanya rasa
kesemutan dan baal di tubuh.

a. Riwayat Haid
HPHT : 25-3-2014
Taksiran Partus : 1-12-2014
Usia Kehamilan : 8-9 minggu
Menarche : 15 thn
Siklus Haid : teratur (antara 28-35 hari)
Lama Haid : 7 hari
Banyaknya : 2-3 pembalut per hari
Dismenore : (-)
b. Riwayat Perkawinan
Status : Menikah 1x
Usia saat Menikah : 22 tahun
c. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan nifas yang lalu
I. 11 tahun, laki-laki, lahir normal di bidan, 3500gr. Mual, muntah (+) saat hamil
II. 7 tahun, laki-laki, lahir normal di bidan, 3200gr. Mual, muntah (+) saat hamil
III. Hamil ini
d. Riwayat Keluarga Berencana KB : menggunakan suntik KB per 3 bulan sekali, berhenti
suntik sejak 3 yang lalu.
e. Riwayat Antenatal dan Imunisasi
Pasien memeriksakan kehamilannya baru 1x ke bidan di posyandu, pasien belum
mendapatkan imunisasi TT. Belum pernah USG
3


Riwayat Penyakit Dahulu
Darah tinggi (-), kencing manis (-),jantung (-), asma (-), alergi (-), maag (-).

Riwayat Penyakit keluarga
Darah tinggi (-), kencing manis (-),jantung (-), asma (-), alergi (-), maag (-).

Riwayat Kebiasaan
Merokok (-), minum alkohol (-), jamu-jamuan (-), menggunakan narkoba atau obat-
obatan (-).

III. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 21 Mei 2014
a. Status Generalis
Keadaan Umum : Lemah, pucat
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 112x/menit
Suhu : 36,9
o
C
Pernapasan : 22x/menit
Kepala : normocefali, deformitas (-)
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata sedikit cekung
(+/+)
Mulut : bibir kering (+), lidah kotor (-), sianosis (-), napas bau aseton (-)
Leher : kelenjar getah benih tidak teraba membesar, tiroid tidak
teraba membesar.
Thorax
Mammae : simetris, hiperpigmentasi pada kedua areola, retraksi puting -/-
Cor : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
4

Abdomen : supel, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tak teraba
membesar, turgor kulit menurun, bising usus (+) 2-3x/menit
Ektremitas atas : akral hangat +/+, edema -/-, refleks fisiologis +/+, refleks
patologis -/-
Ektremitas bawah : akral hangat +/+, edema -/-

b. Status Obstetri
- Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : supel, TFU belum teraba
Auskultasi : DJJ belum bisa didengarkan
- Pemeriksaan Dalam
I : v/v tenang, tidak tampak keluar carian dari vagina, perdarahan aktif (-)
Io : portio livid, licin, ostium tertutup, flour (-), fluxus (-)
Vt : korpus uteri membesar, OUE tertutup, massa adnexa (-), parametrium lemas,
nyeri goyang portio (-), cavum dauglas tidak menonjol.

RESUME
Wanita, 34 tahun, G3P2A0 hamil 8-9 minggu, dengan HPHT : 25-3-2014, taksiran
partus : 01-12-2014 datang dirujuk oleh bidan dengan hiperemesis gravidarum.
Sejak 2 hari SMRS, pasien mual dan muntah. Muntah >10x/sehari, berupa cairan
berwarna putih kekuningan, bercampur makanan dan minuman yang baru dimakan,
tidak bercampur darah. Semua makanan dan minuman akan dimuntahkan, tidak nafsu
makan (+), badan lemah (+), tidak bisa aktivitas (+). Sakit kepala (+) rasa berdenyut.
BAK warna kuning tua, sedikit. BAB tidak ada keluhan. sering haus (+), berat bsdan
turun (+). Baal, kesemutan (-). Sudah berobat ke puskesmas, tepi keluhan berlanjut.
Pernah mengalami hal serupa saat hamil pertama dan kedua.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
o Tanda vital : TD: 120/80mmHg, N: 112x/menit, P: 22x/menit, S: 36,9
o
C
5

o Status generalis : KU lemah, pucat. Mata cekung, lidah kering, nyeri tekan
epigastrium, turgor kulit menurun.
o Status obstetrik:
Inspeksi : datar
Palpasi : supel, TFU belum teraba
Auskultasi : DJJ belum bisa didengarkan
- Pemeriksaan Dalam
I : v/v tenang, tidak tampak keluar carian dari vagina, perdarahan aktif (-)
Io : portio livid, licin, ostium tertutup
Vt : korpus uteri membesar, OUE tertutup, massa adnexa (-), parametrium lemas,
nyeri goyang portio (-), cavum dauglas tidak menonjol.

IV. DIAGNOSIS KERJA
Hiperemesis Gravidarum tingkat I pada G3P2A0 Hamil 9-10 minggu, JTH-intrauterin

V. PENATALAKSANAAN
- Observasi keadaan umum, tanda vital, tanda-tanda dehidrasi berat
- Dirawat
- Stop makanan peroral 24-48 jam (sampai mual muntah berkurang)
- Terapi medikamentosa :
o IVFD D5% : RL + Ondansentron 8 mg = 1 : 2 / 24 jam
o Ranitidin 2 x 50 mg, iv
o Kaltrofen 2 x 100 mg, supp






6


TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI DAN KLASIFIKASI
1,2


Mual dan muntah dikeluhkan oleh sekitar tiga perempat ibu hamil, umumnya terjadi
selama trimester pertama. Biasanya mual dan muntah disertai dengan keluhan banyak meludah
(hipersalivasi), pening, perut kembung, dan badan terasa lemah. Keluhan ini secara umum
dikenal sebagai morning sickness karena terasa lebih berat pada pagi hari. Namun, mual dan
muntah dapat berlangsung sepanjang hari. Rasa dan intensitasnya seringkali dideskripsikan
menyerupai mual muntah karena kemoterapi untuk kanker.

Keluhan mual dan muntah pada ibu hamil jarang yang dapat dihilangkan seluruhnya.
Untungnya gejala dapat diringankan, misalnya dengan membatasi makan tidak sampai kenyang,
makan sedikit tapi sering, menghindari makanan tertentu, atau pemberian anti-emetik. Namun,
pada sejumlah kasus, mual muntah cukup berat sehingga langkah-langkah di atas tidak berhasil
dan terjadi masalah-masalah seperti penurunan berat badan, dehidrasi, kelainan keseimbangan
asam-basa, dan ketosis. Seringnya mual dan muntah mengakibatkan ibu kehilangan lebih dari
5% berat badannya. Kondisi ini disebut hiperemesis gravidarum.

Hiperemesis gravidarum dapat diklasifikasikan secara klinis menjadi tiga tingkat, yaitu
1
:
Tingkat I
Hiperemesis gravidarum tingkat I ditandai oleh muntah yang terus menerus disertai
dengan intoleransi terhadap makan dan minum. Terdapat penurunan berat badan dan
nyeri epigastrium. Pertama-tama isi muntahan adalah makanan, kemudian lendir beserta
sedikit cairan empedu, dan kalau sudah lama bisa keluar darah. Frekuensi nadi meningkat
sampai 100 kali/menit dan tekanan darah sistolik menurun. Pada pemeriksaan fisik,
ditemukan mata cekung, lidah kering, turgor kulit menurun, dan urin sedikit berkurang.
Tingkat II
7

Pada hiperemesis gravidarum tingkat II, pasien memuntahkan segala yang dimakan dan
diminum, berat badan cepat menurun, dan ada rasa haus yang hebat. Frekuensi nadi 100-
140 kali/menit dan tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg. Pasien terlihat apatis,
pucat, lidah kotor, kadang ikterus, dan ditemukan aseton serta bilirubin dalam urin.
Tingkat III
Kondisi tingkat III ini sangat jarang, ditandai dengan berkurangnya muntah atau bahkan
berhenti, tapi kesadaran menurun (delirium sampai koma). Pasien mengalami ikterus,
sianosis, nistagmus, gangguan jantung, dan dalam urin ditemukan bilirubin dan protein.

2. EPIDEMIOLOGI
3


Mual dan muntah terjadi dalam 50-90% kehamilan. Gejalanya biasanya dimulai pada
gestasi minggu 9-10, memuncak pada minggu 11-13, dan berakhir pada minggu 12-16. Pada 1-
10% kehamilan, gejala dapat berlanjut melewati 20-22 minggu. Hiperemesis berat yang harus
dirawat inap terjadi dalam 0,3-2% kehamilan.
Di masa kini, hiperemesis gravidarum jarang sekali menyebabkan kematian, tapi masih
berhubungan dengan morbiditas yang signifikan.
Mual dan muntah mengganggu pekerjaan hampir 50% wanita hamil yang bekerja.
Hiperemesis yang berat dapat menyebabkan depresi. Sekitar seperempat pasien
hiperemesis gravidarum membutuhkan perawatan di rumah sakit lebih dari sekali.
Wanita dengan hiperemesis gravidarum dengan kenaikan berat badan dalam kehamilan
yang rendah (7 kg) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan neonatus dengan
berat badan lahir rendah, kecil untuk masa kehamilan, prematur, dan nilai Apgar 5 menit
kurang dari 7.
Insiden hiperemesis gravidarum dalam 30 tahun terakhir ini telah menurun 1 diantara
1000 kehamilan. Hal ini disebabkan oleh, (1) pelaksanaan KB yang berjalan baik yang
menyebabkan penurunan angka kehamilan yang tidak diinginkan, (2) antenatal care yang baik,
(3) obat-obatan anti-emetik yang kuat.

3. FAKTOR RISIKO
3


8

Faktor risiko untuk hiperemesis gravidarum adalah:
o Kehamilan sebelumnya dengan hiperemesis gravidarum
o Primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda
o Faktor organik : yaitu masuknya vili korialis dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu
terhadap perubahan ini
o Alergi : sebagai respon jaringan ibu terhadap anak
o Faktor psikologis, memegang peranan yang penting terhadap penyakit ini.
Hubungan psikologis dengan hiperemesis gravidarum belum dikenal pasti. Tidak
jarang dengan memberikan suasana baru, sadah dapat membantu mengurangi
frekuensi muntah.
Merokok berhubungan dengan risiko yang lebih rendah untuk hiperemesis gravidarum

4. PATOFISIOLOGI
4,5


Etiologi mual dan muntah yang terjadi selama kehamilan masih belum diketahui, namun
terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan terjadinya hiperemesis gravidarum. Faktor
sosial, psikologis dan organo-biologik, yang berupa perubahan kadar hormon-hormon selama
kehamilan, memegang peranan dalam terjadinya hiperemesis gravidarum. Disfungsi pada traktus
gastrointestinal yang disebabkan oleh pengaruh hormon progesteron diduga menjadi salah satu
penyebab terjadinya mual dan muntah pada kehamilan. Peningkatan kadar progesteron
memperlambat motilitas lambung dan mengganggu ritme kontraksi otot-otot polos di lambung
(disritmia gaster). Selain progesteron, peningkatan kadar hormon human chorionic gonadotropin
(hCG) dan estrogen serta penurunan kadar thyrotropin-stimulating hormone (TSH), terutama
pada awal kehamilan, memiliki hubungan terhadap terjadinya hiperemesis gravidarum walaupun
mekanismenya belum diketahui. Pada studi lain ditemukan adanya hubungan antara infeksi
kronik Helicobacter pylori dengan terjadinya hiperemesis gravidarum. Sebanyak 61,8%
perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum yang diteliti pada studi tersebut menunjukkan
hasil tes deteksi genom H. pylori yang positif.



9



5. GEJALA KLINIS
1


Hiperemesis gravidarum dijumpai pada trimester pertama kehamilan, di mana pasien datang
dengan keluhan mual dan muntah. Sesuai dengan beratnya penyakit yang dialami, dapat pula
dijumpai penurunan berat badan, hipersalivasi, tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, bibir dan
lidah kering, turgor kulit berkurang, hipotensi postural dan takikardi).
Gejala dan tanda awal :
Memuntahkan segala yang dimakan, muntah mengandung cairan empedu atau hanya
makanan
Terhambatnya aktivitas sehari-hari
Gangguan gizi
Pada pemeriksaan, tambah keadaan umum baik
Pemeriksaan darah dan urin dalam batas normal
Gejala lanjut :
Jumlah dan frekuensi muntah bertambah
Jumlah urin berkurang
Konstipasi, kadang diare
Nyeri ulu hati
Pasien berbaring terus
Terdapat tanda-tanda dari komplikasi yaitu
a) Ensefalopati Wernicke (apatis, gelisah, tidak bisa tidur, kejang, bahkan
koma)
b) Psikosis Karsakott (bingung dan kehilangan ingatan saat ini)
c) Nefritis perifer
d) Gangguan pada mata (diplopia, gangguan penglihatan bahkan kebutaan)
Tanda-tanda lanjut dari Hiperemesis Gravidarum :
Badan menjadi kurus karena berat badan turun secara progresif
Lemas
Apatis
10

Turgor kulit menurun
Lidah kering, coklat, kotor
Napas bau aseton
Nadi 100-120x/menit
Tekanan darah sistolik <100 mmHg
Suhu meningkat
Gejala neurologis seperti nistagmus, strabismus, dan lumpuh
Ikterik

6. DIAGNOSIS
1


Secara klinis penegakan diagnosis hiperemesis gravidarum dilakukan dengan menegakkan
diagnosis kehamilan terlebih dahulu (amenore yang disertai dengan tanda-tanda kehamilan).
Lebih lanjut pada anamnesis didapatkan adanya keluhan mual dan muntah hebat yang dapat
mengganggu pekerjaan sehari-hari. Pada pemeriksaan fisis diijumpai tanda-tanda vital abnormal,
yakni peningkatan frekuensi nadi (>100 kali per menit), penurunan tekanan darah, dan dengan
semakin beratnya penyakit dapat dijumpai kondisi subfebris dan penurunan kesadaran. Pada
pemeriksaan fisis lengkap dapat dijumpai tanda-tanda dehidrasi, kulit tampak pucat dan sianosis,
penurunan berat badan, uterus yang besarnya sesuai dengan usia kehamilan dengan konsistensi
lunak, dan serviks yang livide saat dilakukan inspeksi dengan spekulum. Pada pemeriksaan
laboratorium dapat diperoleh peningkatan relatif hemoglobin dan hematokrit, hiponatremia dan
hipokalema, benda keton dalam darah, dan proteinuria.


7. KOMPLIKASI
1


Hiperemesis gravidarum yang terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi pada
penderita. Dehidrasi muncul pada keadaan ini akibat kekurangan cairan yang dikonsumsi dan
kehilangan cairan karena muntah. Keadaan ini menyebabkan cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang sehingga volume cairan dalam pembuluh darah berkurang dan aliran darah ke jaringan
berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan (nutrisi) dan oksigen yang akan diantarkan
ke jaringan mengurang pula. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah
11

menurunnya keadaan umum, munculnya tanda-tanda dehidrasi (dalam berbagai tingkatan
tergantung beratnya hiperemesis gravidum), dan berat badan ibu berkurang. Risiko dari keadaan
ini terhadap ibu adalah kesehatan yang menurun dan bisa terjadi syok serta terganggunya
aktivitas sehari-hari ibu. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah berkurangnya
asupan nutrisi dan oksigen yang diterima janin. Risiko dari keadaan ini adalah tumbuh kembang
janin akan terpengaruh.

Selain dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan ketidakseimbangan
elektrolit. Ketidakseimbangan elektrolit muncul akibat cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang. Natrium dan klorida darah akan turun. Kalium juga berkurang sebagai akibat dari
muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan
ibu adalah bertambah buruknya keadaan umum dan akan muncul keadaan alkalosis metabolik
hipokloremik (tingkat klorida yang rendah bersama dengan tingginya kadar HCO3 & CO2 dan
meningkatnya pH darah). Risiko dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah bisa munculnya
gejala-gejala dari hiponatremi, hipokalemi, dan hipokloremik yang akan memperberat keadaan
umum ibu. Dampak keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah juga akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin.

Hiperemesis gravidum juga dapat mengakibatkan berkurangnya asupan energi (nutrisi)
ke dalam tubuh ibu. Hal ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak dalam tubuh
ibu habis terpakai untuk keperluan pemenuhan kebutuhan energi jaringan. Perubahan
metabolisme mulai terjadi dalam tahap ini. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, maka
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik, dan aseton
dalam darah. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan ke jaringan berkurang dan tertimbunnya
zat metabolik yang toksik. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah kekurangan
sumber energi, terjadinya metabolisme baru yang memecah sumber energi dalam jaringan,
berkurangnya berat badan ibu, dan terciumnya bau aseton pada pernafasan. Risikonya bagi ibu
adalah kesehatan dan asupan nutrisi ibu terganggu. Dampak keadaan ini terhadap kesehatan janin
adalah berkurangnya asupan nutrisi bagi janin. Risiko bagi janin adalah pertumbuhan dan
perkembangan akan terganggu.

12

Frekuensi muntah yang terlalu sering dapat menyebabkan terjadinya robekan pada
selaput jaringan esofagus dan lambung ( Sindroma Mallory Weiss). Keadaan ini dapat
menyebabkan perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan yang terjadi berupa robekan
kecil dan ringan. Perdarahan yang muncul akibat robekan ini dapat berhenti sendiri. Keadaan ini
jarang menyebabkan tindakan operatif dan tidak diperlukan transfusi.

8. TATA LAKSANA DAN PENCEGAHAN

Penatalaksanaan utama sering melibatkan istirahat dan penghindaran dari rangsangan
yang berperan sebagai pemicu. Prinsip penatalaksanaan adalah untuk :
i. Memperbaiki keadaan umum
ii. Koreksi cairan, elektrolit, dan zat-zat metabolik
iii. Mencegah atau mendeteksi lebih awal adanya komplikasi yang timbul
iv. Memberikan pengertian bahwa mual dan muntah adalah gejala yang fisiologis
pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan
Kadang hiperemesis cukup berat sehingga memerlukan perawatan di rumah sakit.
Keadaan yang mengharuskan pasien dirawat :
i. Apa yang dimakan, diminum dimuntahkan lagi, apalagi kalau berlangsung
lama
ii. BB turun lebih dari 1/10 BB sebelum hamil
iii. Turgor kulit berkurang, lidah kering
iv. Aseton dalam urin
Di bawah ini adalah penatalaksanaan dalam kondisi kegawatdaruratan:
Untuk keluhan hiperemesis yang berat, pasien dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit
dan membatasi pengunjung.
Penghentian pemberian makanan per oral 24 48 jam.
Penggantian cairan dan pemberian anti-emetik jika dibutuhkan. Larutan normal saline
atau ringer laktat dapat digunakan dalam kondisi itu.
Penambahan glukosa, multivitamin, magnesium, pyridoxine, dan atau tiamin dapat
dipertimbangkan. Untuk pasien dengan defisiensi vitamin, tiamin 100 mg dapat diberikan
sebelum pemberian cairan dekstrosa.
13

Lanjutkan penatalaksanaan sampai pasien dapat mentoleransi cairan per oral dan sampai
hasil uji menunjukkan jumlah keton urin hilang atau sedikit.

Penatalaksanaan mual dan muntah pada kehamilan dengan vitamin B6 atau vitamin B6
ditambah doxylamine sangat aman dan efektif serta dapat digunakan sebagai terapi farmakologis
lini pertama (American College of Obstetricians and Gynecologists, 2004). Pemberian
multivitamin pada saat terjadinya konsepsi juga menurunkan derajat keparahan gejala.
6


Penatalaksanaan Konvensional

Sampai saat ini belum ada penatalaksanaan farmakologi yang terbukti. Modalitas terapi
dan obat-obatan yang telah diteliti efektivitasnya dapat dilihat dalam tabel 1 dan 2. Pasien yang
mengalami mual dan muntah yang berat pada kehamilan sebelumnya dapat mengkonsumsi anti-
emetik sebagai profilaksis atau segera setelah mengalami gejala pada kehamilan berikutnya,
yang dikenal sebagai pre-emptive therapy.
7


Anti-emetik konvensional, seperti penyekat reseptor H1, fenotiazin dan benzamin, telah
terbukti efektif dan aman. Antiemetik seperti proklorperazin, prometazin, klorpromazin dapat
menyembuhkan mual dan muntah dengan menghambat postsynaptic mesolimbic dopamine
receptors melalui efek antikolinergik dan penekanan reticular activating system. Terdapat obat-
obat kelas C dengan keamanan yang belum dipastikan untuk digunakan pada kehamilan. Namun,
hanya didapatkan sedikit informasi mengenai efek terapi antiemetik terhadap outcome fetus dari
randomized controlled trial, walaupun tidak didapatkan hubungan antara metoklopramid dan
efek sampingnya, seperti malformasi, berat lahir rendah, dan persalinan preterm. Terapi
kombinasi dengan pyridoxine dan metoklopramid terbuti lebih baik dibandingkan monoterapi
lain. Jika terapi itu gagal, cairan kristaloid dapat diberikan untuk memperbaiki dehidrasi,
ketonemia, defisit elektrolit, dan gangguan asam basa. Tiamin 100 mg dapat ditambahkan dalam
1 liter pertama dan pemberian cairan dilakukan sampai muntah terkontrol.


Profilaksis Wernickes encephalopathy dengan suplementasi tiamin dapat dilakukan
sebagai upaya pencegahan komplikasi hiperemsis. Komplikasi itu jarang terjadi, tetapi perlu
14

diwaspadai jika terdapat gejala muntah berat disertai dengan gejala okular, seperti perdarahan
retina atau hambatan gerakan ekstraokular.


Penatalaksanaan Diet

Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan yang diberikan
berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 2 jam
setelah makan. Diet itu kurang mengandung zat gizi, kecuali vitamin C, sehingga diberikan
hanya selama beberapa hari.

Diet hiperemesis II diberikan jika rasa mual dan muntah berkurang. Pemberian dilakukan
secara bertahap untuk makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama
makanan. Diet itu rendah dalam semua zat gizi, kecuali vitamin A dan D.

Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Pemberian
minuman dapat diberikan bersama makanan. Diet ini cukup dalam semua zat gizi, kecuali
kalsium.

Selain diet hiperemesis, pasien juga perlu diinstruksikan supaya mematuhi aturan makan
yaitu :
o Makan bila lapar, walaupun melebihi frekuensi biasa makan sehari
o Makan dalam jumlah kecil, namun sering
o Hindari makanan tinggi lemak
o Hindari makanan pedas
o Hindari makanan atau bau-bauan yang membuat muntah
o Tingkatkan intake berupa makanan kering
o Hindari pil mengandung zat besi
o Makan makanan ringan yang tinggi protein
o Makan biskut di pagi hari sebelum sarapan
o Tingkatkan makanan yang berkarbonasi

15

Terapi Alternatif

Ada berbagai terapi alternatif lain yang sangat efektif. Akar jahe (Zingiber officinale
Roscoe) adalah salah satu pilihan non-farmakologik dengan efek yang cukup baik. Bahan
aktifnya, disebut gingerol, dapat menghambat pertumbuhan seluruh galur H. pylori, terutama
galur Cytotoxin associated gene (Cag) A+ yang sering menyebabkan infeksi. Ekstrak jahe ini
sangat direkomendasikan oleh ACOG. Dosisnya adalah 250 mg kapsul akar jahe bubuk per oral,
4 kali sehari.

The Systematic Cochrane Review mendukung penggunaan stimulasi akupunktur P6 pada
pasien tanpa profilaksis antiemetik. Stimulasi ini dapat mengurangi risiko mual. National
Evidence-based Clinical (NICE) Guidelines Oktober 2003 merekomendasikan jahe, akupunktur
P6 dan antihistamin untuk tata laksana mual dan muntah dalam kehamilan, dengan evidence level
I. Juga telah ditunjukkan bahwa terapi stimulasi saraf tingkat rendah pada aspek volar
pergelangan tangan dapat menurunkan mual dan muntah serta merangsang kenaikan berat badan.


Dengan muntah yang persisten, kita harus mencari adanya penyebab lain seperti
gastroenteritis, kolesistitis, pankreatits, hepatitis, ulkus peptikum, pielonefritis, dan perlemakan
hati dalam kehamilan.

Hampir semua wanita hamil akan memberikan respon yang baik dengan penatalaksanaan
yang telah disebutkan di atas. Bila masih ada muntah berkepanjangan, maka pemberian nutrisi
enteral harus dipikirkan. Vaisman dkk. (2004) telah menunjukkan keberhasilan pemberian
makan nasojejunal selama 4-21 hari pada 11 wanita hamil dengan mual dan muntah refrakter.
Pada sedikit sekali perempuan, nutrisi parenteral mungkin diperlukan.

9. DIAGNOSIS BANDING
1


Selain hiperemesis gravidarum, ada beberapa penyakit yang harus dipikirkan jika terjadi
mual dan muntah yang berat dan persisten pada ibu hamil, yaitu:
Ulkus peptikum
16

Ulkus peptikum pada ibu hamil biasanya adalah penyakit ulkus peptikum kronik yang
mengalami eksaserbasi. Gejalanya adalah nyeri epigastrik yang berkurang dengan
makanan atau antasid dan memberat dengan alkohol, kopi, atau OAINS. Nyeri tekan
epigastrik, hematemesis, dan melena dapat ditemukan.
Kolestasis obstetrik
Gejala yang khas untuk kolestasis adalah pruritus pada seluruh tubuh tanpa adanya ruam.
Ikterus, warna urin gelap, dan tinja terkadang pucat juga dapat ditemui walaupun jarang.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan kadar enzim hati atau
peningkatan bilirubin.
Acute fatty liver
Pada penyakit ini ditemukan perburukan fungsi hati yang terjadi cepat disertai dengan
gejala kegagalan hati seperti hipoglikemia, ganguan pembekuan darah, dan perubahan
kesadaran sekunder akibat ensefalopati hepatik. Penyebab kegagalan hati akut yang lain
harus disingkirkan, misalnya keracunan parasetamol dan hepatitis virus akut.
Apendiksitis akut
Pasien dengan apendiksitis akut mengalami demam dan nyeri perut kanan bawah.
Uniknya, lokasi nyeri dapat berpindah ke atas sesuai usia kehamilan karena uterus yang
semakin membesar. Nyeri dapat berupa nyeri tekan dan nyeri lepas. Dapat ditemukan
tanda Bryan (timbul nyeri bila uterus digeser ke kanan) dan tanda Alder (pasien berbaring
miring ke kiri dan letak nyeri tidak berubah).
Diare akut
Gejal diare akut adalah mual dan muntah disertai dengan peningkatan frekuensi buang air
besar di atas 3 kali per hari dengan konsistensi cair.
17

BAB V
PENUTUP

Mual dan muntah adalah gejala normal pada awal kehamilan. Jika keadaan ini berlanjut,
maka dapat menyebabkan keadaan yang serius yang dikenal sebagai Hiperemesis Gravidarum.
Muntah-muntah yang sering mengakibatkan keadaan umum ibu terganggu, dehidrasi, gangguan
elektrolit, gangguan gizi, yang akhirnya dapat menggangu ibu dan pertumbuhan janin.
Faktor psikologis sangat memegang peran penting dalam menyebabkan Hiperemesis
Gravidarum. Terapi ditujukan untuk memperbaiki keadaan umum, rehidrasi, dan diet ibu.
Pada ibu, disarankan untuk senantiasa tenang dan cukup istirahat selama masa kehamilan.
Diet diberikan secara bertahap agar muntah-muntah dapat berkurang. Antenatal care yang teratur
sangat membantu dalam mengawasi ibu dan janin sehingga apabila ada kelainan yang terjadi
dapat ditangani lebih dini.


















18

DAFTAR PUSTAKA

1. Siddik D. Kelainan gastrointestinal. Dalam: Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro
GH, ed. Ilmu kebidanan Sarwono Prawirohardjo,`ed. 4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2008: 814-28.
2. Cunningham FG, dkk. Williams Obstetric, ed. 22. McGraw-Hill; 2007.
3. Ogunyemi DA, Fong A. Hyperemesis Gravidarum [halaman di Internet]. Diperbarui 19 Juni
2009. Dikutip 7 November 2010. Medscape; 2010. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/254751-overview
4. Miller AWF, Hanretty KP. Vomiting in pregnancy. Dalam: Miller AWF, Hanretty KP, eds.
Obstetrics Illustrated, 5th ed. London: Churchill Livingstone; 1998: 102-3.
5. Quinlan JD, Hill DA. Nausea and vomiting of pregnancy. Am Fam Physician (serial online)
2003 (dikutip 2010 Nov 6); 68(1): 121-8. Diunduh dar::
http://www.aafp.org/afp/2003/0701/p121.html.
6. ACOG (American College of Obstetrics and Gynecology): Practice Bulletin No. 52: Nausea
and Vomiting of Pregnancy. Obstet Gynecol. 2004;103:803-14.
7. Koren G, Maltepe C. Pre-emptive therapy for severe nausea and vomiting of pregnancy and
hyperemesis gravidarum. J Obstet Gynaecol. 2004;24:530-3.

Anda mungkin juga menyukai