Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien
Nama : Ny.F
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 21 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Status Nikah : Menikah

2. Anamnesis
Keluhan utama :  Pasien datang dengan keluhan mual, muntah
Telaah :
Pasien datang dengan keluhan mual muntah sejak 1 minggu. Mual dan muntah terjadi
sepanjang hari lebih dari 3 kali dalam sehari, muntah kurang lebih bervolume 1/4-1/2
gelas, awalnya berupa makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya setelah
itu menjadi air. Pada muntahan tidak terdapat darah. Keluhan mual dan muntah
semakin bertambah berat setelah makan dan minum, dan berkurang saat istirahat.
Selain itu pasien juga mengeluhkan badan terasa lemas sehingga tidak mampu
melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya, bibir terlihat kering, nafsu makan
menurun. Berat badan os menurun. Pasien juga mengeluh nyeri ulu hati dan pusing
(+). Pasien mengaku tidak ada permasalahan dalam kehidupan rumah tangganya.

Riwayat haid
 Menarche : 14 tahun
 Siklus : 28 hari
 Banyak : 3 kali ganti duk
 Lamanya : 7 hari
 HPHT : 26 Desember 2021
  Riwayat Perkawinan
Pasien menikah 1 kali.

1
- Riwayat Persalinan
G1P0A0
RPT : keluhan yang sama, dirawat 5 hari yang lalu
RPK :-
RPO : ceftriaxon, ranitidine, ondansetron
3. Pemeriksaan Fisik
Status present
Keadaan Umum              : Tampak Lemas
Kesadaran                       : Compos mentis
Tekanan darah                 : 100/70 mmHg
Nadi                                : 80 x/menit
Respirasi                          : 22 x/menit
Suhu                                : 36,5 º C

Status lokalisata
1. Kepala : Normocephali
Mata : Conjungtiva palpebra anemis (+/+), ikterus (-/-)
Telinga : dbn
Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), epitaksis (-)
Mulut : Mukosa bibir tampak kering (+), sianosis (-)
Leher        : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan KGB
2. Thorax
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Stem fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : SN : vesikuler(+/+), ST: wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
3. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Jantung dalam batas normal.
Auskultasi : BJ I & II reguler, murmur (-), gallop (-)

2
4. Abdomen
Inspeksi : Perut tampak datar, striae gravidarum (-), bekas operasi (-)
Palpasi : TFU : dua jari diatas simfisis pubis
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
5. Ekstermitas
Superior : oedem (-/-), akral dingin (+/+)
Inferior : oedem (-/-), akral dingin (+/+)

4. Status Obstetri
Abdomen          
TFU : dua jari di atas simfisis pubis
Inspeksi genitalia : hiperemis (-), lesi (-), perdarahan (-)
Inpekulo dan VT : tidak dilakukan

5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi
Darah Rutin
WBC : 17,4 x 103/ul
RBC : 4,39 x 106/ul
Hemoglobin : 13,4 g/dl
Hematokrit : 38,5 %
Trombosit : 286 x 103/ul
6. Diagnosa
PG + KDR (12 minggu) + hiperemesis gravidarum + dehidrasi sedang

7. Penatalaksanaan :
Rencana diagnostik : - Observasi KU

3
Terapi :
- Rawat Inap
- IVFD RL 30gtt/i
- Inj. Ranitidin 1 Amp/ 8 jam
- Inj. Ondansetron 1 Amp/8 jam
- Antasida syr 3x1 C
Edukasi :
- Inform Consent mengenai tindakan yang akan dilakukan
- Kontrol cairan yang masuk (liter/hari) dan urin yang keluar (liter/hari)
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya mengenai kondisi pasien dan janin
- Menjelaskan kepada pasien obat-obatan yang diberikan
- Menjelaskan penanganan lebih lanjut kepada pasien

4
BAB 2

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sekitar 50-90% perempuan hamil mengalami keluhan mual dan muntah.
Keluhan ini biasanya disertai dengan hipersalivasi, sakit kepala, perut kembung, dan
rasa lemah pada badan. Keluhan-keluhan ini secara umum dikenal sebagai “morning
sickness.” Istilah ini sebenarnya kurang tepat karena 80% perempuan hamil
mengalami mual dan muntah sepanjang hari. Apabila mual dan muntah yang dialami
mengganggu aktivitas sehari-hari atau menimbulkan komplikasi, keadaan ini disebut
hiperemesis gravidarum.1
Mual dan muntah pada kehamilan biasanya dimulai pada kehamilan minggu
ke-9 sampai ke-10, memberat pada minggu ke-11 sampai ke-13 dan berakhir pada
minggu ke-12 sampai minggu ke-14. Hanya pada 1-10% kehamilan gejala berlanjut
melewati minggu ke-20 sampai ke-22. Pada 0,3-2% kehamilan terjadi hiperemesis
gravidarum yang menyebabkan ibu harus ditatalaksana dengan rawat inap.
Hiperemesis gravidarum jarang menyebabkan kematian tetapi angka
kejadiannya masih cukup tinggi. Hampir 25% pasien hiperemesisi gravidarum
dirawat inap lebih dari sekali. Terkadang, kondisi hiperemesis yang terjadi terus-
menerus dan sulit sembuh membuat pasien depresi.
Beberapa faktor resiko yang berhubungan dengan hiperemesis gravidarum antara
lain hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya, berat badan berlebih,
kehamilan multiple, penyakit trofoblastik, nuliparitas dan merokok.2

BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

5
3.1 Definisi
3.1.1 Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan
sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat
dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat
mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan
menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bahkan seperti gejala penyakit
apendisitis, pielitis, dan sebagainya.3
Mual dan muntah mempengaruhi hingga >50% kehamilan. Kebanyakan
perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet, dan
symptom akan teratasi hingga akhir trimester pertama. Penyebab penyakit ini masih
belum diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan erat hubungannya dengan endokrin,
biokimiawi, dan psikologis.3

3.2 Insidensi
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada
kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50-70% wanita hamil dalam 16 minggu
pertama. Kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual-mual
dan 44% mengalami muntah-muntah.
Bila wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga
berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresisi berkurang dan timbul
asetonuria, keadaan ini disebut hiperemesisi gravidarum dan memerlukan perawatan
di rumah sakit, perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum 4:1000 kehamilan.
Sindrom ini ditandai dengan adanya muntah yang sering, penurunan berat badan,
dehidrasi, asidosis karena kelaparan, alkalosis, yang disebabkan menurunnya asam
HCl lambung dan hipokalemia.4

3.3 Etiologi
Penyebab utamanya belum diketahui dengan pasti. Dahulu penyakit ini
dikelompokkan ke dalam penyakit toksemia gravidarum karena diduga adanya
semacam “racun” yang berasal dari janin/kehamilannya. Bersama-sama dengan

6
preeklampsi-eklampsi, penyakit ini dahulu dikelompokkan kedalam penyakit
gestosis. Nama gestosis dini diberikan untuk hiperemesis gravidarum dan gestosis
lanjut untuk hipertensi dalam kehamilan (termasuk preeklampsi-eklampsi).
Akhir-akhir ini diperkirakan bahwa sindrom ini terjadi akibat tingginya atau
peninggian yang cepat dari kadar serum korionik gonadotropin atau hormone
estrogen dalam darah ibu hamil tersebut. Ditemukan peninggian yang bermakna dari
kadar serum korionik gonadotropin total maupun β-subunit bebasnya pada ibu dengan
hiperemesis dibandingkan dengan yang hamil normal.
Agaknya faktor psikis, kematangan jiwa, dan penerimaan ibu tersebut terhadap
kehamilannya sangat berpengaruh pada berat ringannya gejala yang timbul. Gejala
mual muntah dapat juga disebabkan oleh gangguan traktus digestivus seperti pada
penderita diabetes mellitus. Hal ini disebabkan oleh gangguan motilitas usus pada
penderita ini. Selain merupakan refleksi gangguan intrinsic dari lambung, gejala mual
muntah dapat juga disebabkan oleh gangguan yang bersifat sentral pada pusat muntah
(chemoreceptor trigger zone).
Gangguan keseimbangan hormonal, seperti hCG, tiroksin, kortisol dan hormone
seks (estrogen dan progesterone) diperkirakan sebagai faktor penyebab yang penting.
Perubahan metabolism hati juga dapat menjadi penyebab penyakit ini. Oleh karena
itu, pada kasus yang berat harus dipikirkan kemungkinan akibat gangguan fungsi hati,
kandung empedu, pancreatitis, atau ulkus peptikum.4

3.4 Klasifikasi
Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu :3
1. Tingkat I
• Muntah yang terus menerus
• Timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman
• Berat badan menurun
• Nyeri epigastrium
• Muntah pertama keluar makanan, lender, dan sedikit cairan empedu dan
terakhir keluar darah
• Nadi meningkat sampai 100x/I dan tekanan darah sistol menurun

7
• Mata cekung dan lidah kering
• Turgor kulit berkurang
• Urine sedikit tetapi masih normal
2. Tingkat II
• Gejala lebih berat
• Segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan
• Haus hebat
• Sub febris
• Nadi cepat dan lebih dari 100-140x/i
• Tekanan darah sistolik kurang dari 80mmHg
• Apatis
• Kulit pucat
• Lidah kotor
• Kadang ikterus
• Aseton dan bilirubin dalam urine
• Berat badan cepat menurun
3. Tingkat III
Walaupun kondisi tingkat ini sangat jarang, yang mulai terjadi adalah
gangguan kesadaran (delirium – koma), muntah berkurang atau terhenti tetapi
dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan
proteinuria dalam urin.

3.5 Patofisiologi
Patofisiologi hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena peningkatan
Hormone Chorionic Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi faktor mual dan muntah.
Peningkatan kadar hormon progesteron menyebabkan otot polos pada sistem
gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas menurun dan lambung
menjadi kosong. Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi ibu hamil
muda bila terjadi terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, ketidakseimbangan
elektrolit, serta dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai
untuk keperluan energi.5

8
Agaknya faktor psikis, kematangan jiwa, dan penerimaan ibu tersebut terhadap
kehamilannya sangat berpengaruh pada berat ringannya gejala yang timbul. Gejala
mual muntah dapat juga disebabkan oleh gangguan traktus digestivus seperti pada
penderita diabetes mellitus. Hal ini disebabkan oleh gangguan motilitas usus pada
penderita ini. Selain merupakan refleksi gangguan intrinsic dari lambung, gejala
mual muntah dapat juga disebabkan oleh gangguan yang bersifat sentral pada pusat
muntah (chemoreceptor trigger zone). 4

3.6 Gejala Klinis


Gejala hiperemesis gravidarum terjadi pada kehamilan trimester pertama, gejala
klinis yang sering dijumpai adalah: 4
1. Muntah yang hebat
2. Haus, mulut kering
3. Dehidrasi
4. Factor ex ore (mulut berbau)
5. Berat badan menurun
6. Keadaan umum menurun
7. Kenaikan suhu
8. Ikterus
9. Gangguan serebral (kesadaran menurun, delirium)
10. Laboratorium : hipokalsemia dan asidosis. Dalam urine ditemukan protein,
aseton, urobilinogen, porfirin bertambah, dan silinder positif.
Pada bentuk yang ringan, pasien hanya merasa mual atau muntah pada pagi hari
saja dan siang hari sudah membaik kembali. Oleh karena itu, penyakit ini disebut
dengan morning sickness. Keadaan ini tidak mempengaruhi keadaan umum
penderita.4

3.7 Diagnosis

• Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu

9
• Fungsi vital : nadi menigkat 100x/i, tekanan darah menurun pada keadaan berat,
subfebris dan gangguan kesadaran ( Apatis – koma )
• Fisik : dehidrasi, kulit pecah, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada vaginal
toucher uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konstitensi lunak, pada
pemeriksaan inspekulo servix berwarna biru (livide).
• Pemeriksaan USG : untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan juga untuk
mengetahui kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan
molahidatidosa.
• Laboratorium : kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, shift to the left, benda
keton, dan proteinuria.
• Pada keluhan hiperemesis yang berat dan berulang perlu dipikirkan untuk
konsultasi psikologi.3

3.8 Penatalaksanaan dan terapi

• Stop makanan per oral 24-48 jam

• Infus glukosa 10% atau 5% : RL = 2 : 1, 40 tetes per menit


• Obat :
− Vitamin B1, B2, dan B6 masing-masing 50 – 100 mg/hari/infuse
− Vitamin B12 200 ʊg/hari/infuse, vitamin C 200 mg/hari/infuse
− Fenobarbital 30mg LM. 2 – 3 kali per hari atau klorpromazin 25 – 50
mg/hari I.M. atau kalau diperlukan diazepam 5mg 2 – 3 kali per hari
I.M.
− Antiemetik : prometazin (avopreg) 2 – 3 kali 25mg per hari per oral
atau proklorperazin (stemetil) 3 kali 3mg per hari per oral atau
mediamer B6 3 kali 1 per hari per oral.
− Antasida : asidrin 3 x 1 tablet per hari per oral atau milanta 3 x 1 tablet
per hari per oral atau magnam 3 x 1 tablet per hari per oral.
• Diet sebaiknya meminta advis ahli gizi
− Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan
hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan
bersama makanan tetapi 1 – 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang

10
mengandung zat gizi, kecuali vitamin C sehingga hanya diberikan
selama beberapa hari.
− Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi
tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini
rendah dalam semua zat gizi, kecuali vitamin A dan D.
− Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis
ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan
bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi, kecuali
kalsium.
• Rehidrasi dan suplemen vitamin

Pilihan cairan adalah normal salin (NaCl 0,9%). Cairan dekstrose tidak
boleh diberikan karena tidak menggandung sodium yang cukup untuk mengoreksi
hiponatremia. Suplemen potassium boleh diberikan secara intravena sebagai
tambahan. Suplemen tiamin diberikan secara oral 50 atau 150 mg atau 100 mg
dilarutkan kedalam 100cc NaCl. Urin output juga harus dimonitor dan perlu
dilakukan pemeriksaan dipstick untuk mengetahui terjadinya ketonuria.

• Antiemesi
Tidak dijumpai adanya teratogenitas dengan menggunakan dopamine
antagonis (metoklopramid, domperidon), fenotiazin (klorpromazin,
proklorperazin), antikolinergik (disiklomin) atau antihistamin H1-reseptor
antagonis (prometazin, klizin). Namun bila masih tetap tidak memberikan respon,
dapat juga digunakan kombinasi kortikosteroid dengan reseptor antagonis 5-
Hidrokstriptamin (5-HT3) (ondansetron, sisaprid).3

3.9 Komplikasi

a. Maternal

11
Akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi
nervus ke-6, nistagmus, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani,
akan terjadi psikosis Korsakoff (amnesi, menurunnya kemampuan untuk
beraktivitas), ataupun kematian. Oleh karena itu, untuk hiperemesisi tingkat III
perlu dipertimbangkan terminasi kehamilan.

b. Fetal
Penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim.3

3.10 Prognosis

Dengan terapi yang baik, prognosis penyakit ini umumnya baik. Jarang sekali
menyebabkan kematian atau memaksa kita melakukan abortus terapeutikus. Yang
menjadikan pegangan untuk menilai berhasil tidaknya pengobatan pasien ialah hilangnya
asetonuria, asam laktat, dan meningkatnya berat badan ibu.4

KESIMPULAN

12
Pasien atas nama ibu F, umur 21 tahun, dengan diagnosa PG + KDR (12 minggu)
+ hiperemesis gravidarum. Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Dari anamnesis didapatkan keluhan pasien mual muntah sejak 1 minggu. Mual dan
muntah terjadi sepanjang hari lebih dari 3 kali dalam sehari, muntah kurang lebih
bervolume 1/4-1/2 gelas, awalnya berupa makanan dan minuman yang dikonsumsi
sebelumnya setelah itu menjadi air. Pada muntahan tidak terdapat darah. Keluhan mual
dan muntah semakin bertambah berat bila setelah makan dan minum, dan berkurang saat
istirahat. Selain itu pasien juga mengeluhkan badan terasa lemas sehingga tidak mampu
melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya, bibir terlihat kering, nafsu makan
menurun. Pasien juga mengeluh nyeri ulu hati dan pusing (+). Berat badan os menurun.
Dari pemeriksaan fisik di dapatkan tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 80 x/i, RR 22x/i.
Dan ditemukan tanda-tanda dehidrasi sedang.
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai
umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat dimana segala
apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan
umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan
terdapat aseton dalam urin.

Beberapa etiologi dan faktor predisposisi hiperemesis gravidarum antara lain


primigravida, faktor psikologis, umur muda, usia kehamilan < 16 minggu. Pada pasien ini
merupakan kehamilan anak pertama, dengan usia kehamilan <20 minggu. Namun
sebelumnya os sudah mengalami hal yang sama. Walaupun adanya masalah psikologis
dalam diri pasien disangkal dari anamnesa. Untuk mengetahui adanya faktor lain seperti
adanya penyakit mola hidatosa, diabetes, dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar
HCG belum dapat diapastikan dan perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan.

Untuk mengurangi mual dan muntah pada pasien ini di sarankan agar istirahat
yang cukup. Secara farmakologi di berikan terapi inj. Ranitidin 1 Amp/12jam, inj.
Ondancetron 1 Amp/8 jam, Antasida 3x1.

DAFTAR PUSTAKA

13
1. Jueckstock JK, Kaestner R, Mylonas I. Managing hyperemesis gravidarum: a
multimodal challenge. BMC Medicine. 2010;8:46.
2. Lacasse A, Rey E, Ferreira E, Morin C, Berard A. Nausea and vomiting of
pregnancy: what about quality of life? BJOG.2008;115:1484-93.
3. Siddik D. 2010. kelainan gastrointestinal. Dalam: Prawirohardjo S. (Ed keempat).
Ilmu kandungan. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta, 815-816.
4. Mose CJ. 2012. Gestosis. Dalam: ilmu kesehatan reproduksi. (Ed kedua). Obstetri
patologi. EGC: Jakarta, 64-67.

14

Anda mungkin juga menyukai