Anda di halaman 1dari 7

KANDIDIASIS VAGINALIS

2.1 Definisi Kandidiasis Vaginalis


Kandidiasis vaginalis adalah infeksi pada vagina dikarenakan pertumbuhan
yang tidak terkendali dari Candida sp. terutama Candida albicans kandidiasis
sendiri merupakan penyebab keputihan (vaginal discharge) yang paling sering
sebesar 40% dan cairan yang keluar biasanya kental, putih seperti susu, bau dan
disertai rasa gatal yang hebat pada kemaluan.1,2

2.2 Epidemiologi
Penelitian Departement of Microbiology, Lead City University, Nigeria
pada tahun 2012 yang dilakukan pada 200 orang pengunjung Association for
Reproductive Family and Health (AFRH) menyatakan infeksi Candida albicans
merupakan infeksi tertinggi dengan persentase 27%.9 Prevalensi kandidiasis
vaginalis pada pekerja seks komersial dari hasil penelitian dari Badan Gerakan
Nasional Penanggulangan HIV/AIDS pada tahun 2005 yang dilakukan di 10 kota
di Indonesia, menunjukkan hasil yaitu Jayapura (33%), Medan (27%), Palembang
(23%), Bitung (21%), Surabaya (18%), Bandung (12%), Jakarta Barat (9%) dan
untuk Provinsi Kepulauan Riau yaitu Kota Tanjung Pinang sebesar 12%

2.3 Etiologi
Sebagian besar kandidiasis vaginalis disebabkan oleh jamur Candida
albicans, sebagian kecil lainnya disebabkan oleh Candida glabrata,
Saccharomycescerevisiae, Trichosporon spp, Torulopsis glabrata serta spesies
Candida lain yaitu Candida tropicalis, Candida stellatoidea, Candida
pseudotropicalis, dan Candida krusei. Umumnya menyerang orang-orang yang
imunnya lemah. Candida merupakan organisme yang biasa berada dalam vagina.
Perubahan lingkungan tertentu menyebabkan candida berkembang pesat melebihi
normal danmenyebabkan gangguan. Jamur ini secara normal hidup di dalam kulit
atau usus. Darisini jamur bisa menyebar ke alat kelamin.Candida biasanya tidak
ditularkan melaluihubungan seksual. Kandidiasis vaginalis lebih sering terjadi
terutama karena meningkatnya pemakaian antibiotik, pil KB dan obat-obat lainnya
yang menyebabkan perubahan suasana vagina sehingga memungkinkan
pertumbuhan Candida. Kandidiasis vaginalis lebih sering ditemukan pada wanita
hamil atau wanita dalam siklus menstruasi dan pada penderita kencing manis.
Selain itu, pemakaian obat (misalnya kortikosteroid atau kemoterapi untuk kanker)
dan penyakit yang menekan sistem kekebalan (misalnya AIDS ) juga
mempermudah terjadinya penyakit ini.2,4
Candida tampak sebagai ragi lonjong, bertunas,gram positif,berukuran 2-3
x4-6 um,dan sel sel tunas bertunas yang memanjang menyerupai hifa
(pseudohifa).Candida albicans adalah jamur sel tunggal, berbentuk bulat sampai
oval.Jumlahnya sekitar 80 spesies dan 17 diantaranya ditemukan pada manusia.
Dari semua spesies yang ditemukan pada manusia, Candida albicans yang
paling pathogen. Candida albicans memperbanyak diri dengan membentuk
blastospora (budding cell ). Blastospora akan saling bersambung dan bertambah
panjang sehingga membentuk pseudohifa. Bentuk pseudohifa lebih virulen dan
invasif daripada spora.Hal itu dikarenakan pseudohifa berukuran lebih besar
sehingga lebih sulit difagositosisoleh makrofag. Selain itu, pseudohifa mempunyai
titik-titik blastokonidia multipel padasatu filamennya sehingga jumlah elemen
infeksius yang ada lebih besar.2,4
2.4 Patogenesis5,6

Patogenesis kandidiasis vulvovaginitis dimulai dari adanya faktor

predisposisi memudahkan pseudohifa candida menempel pada sel epitel mukosa

dan membentuk kolonisasi. Kemudian candida akan mengeluarkan zat keratolitik

(fosfolipase) yang menghidrolisis fosfolopid membran sel epitel, sehingga

mempermudah invasi jamur kejaringan (Gispen, 2007).

Dalam jaringan candida akan mengeluarkan faktor kemotaktik neutrofil yang

akan menimbulkan raksi radang akut yang akan bermanifestasi sebagai daerah

hiperemi atau eritema pada mukosa vulva dan vagina. Zat keratolitik yang

dikeluarkan candida akan terus merusak epitel mukosa sehingga timbul ulkus-ulkus

dangkal yang bertambah berat dengan garukan sehingga timbul erosi. Sisa jaringan

nekrotik, sel-sel epitel dan jamur akan membentuk gumpalan bewarna putih diatas

daerah yang eritema yang disebut flour albus (Gispen, 2007).

2.5 Manifestasi klinis2,4,7


Kandidiasis vaginalis ditandai dengan:
 Rasa gatal dan rasa panas pada vulva dan vagina.
 Keputihan (berwarna putih seperti susu, cairan tebal dan plak warna putih
yang melekat di vulva, vagina, dan serviks). Dijumpai gumpalan seperti
keju pada dinding vagina.
 Disuria
 Dispareunia
 20-50 % penderita Kandidiasis vulvovaginal tidak menunjukkan gejala
apapun (asimptomatis).

2.6 Pemeriksaan fisik4,7


- Biasanya di temukan pembengkakan pada vulva vagina
- Di temukan Kemerahan pada vulva dan vagina
- Adanya bercak cairan kental

2.7 Pemeriksaan penunjang4,7


 Pemeriksaan KOH 10 %.dan akan di temukan
o blastospora bentuk lonjong
o sel tunas
o pseudohifa, seperti sosis panjang bersambung
 Biakan: semua bahan yang diambil pada sekter vagian di biakkan
pada agar sabouraud pada suhu kamar dan suhu 37 derajat celcius
maka akan ditemukan
o Koloni koloni khas dengan adanya sel sel dan pseudomiselium
bertunas.
2.8 Diagnosis banding2,7
Ada beberapa diagnosis banding pada candidiasis vaginalis yaitu vaginosis
bakterialis,dan trikomoniasis seperti yang dijelaskan pada tabel di bawah ini:

Tabel 1 diagnosis banding kandidiasis vaginalis


Kriteria kandidiasis Vaginosis trikomoniasis
diagnostik Normal vaginalis bakterialis
Keluhan Tidak ada Gatal ,rasa Bau tidak Sekret kuning-
terbakar,sekret,dis sedap,gatal,sek hijau,bau,gatal
uria ret
Sekret Putih,jernih, Putih seperti keju Encer,putih Berbusa kuning-
flokulen abu abu hijau
pH vagina 3,8-4,2 < 4,5 > 4,5 > 4,5
bau amina tidak ada tidak ada busuk seperti bau busuk atau
ikan bau seperti ikan
Sediaan Sel epitel Pseudohifa,yeast Clue sel,whiif Trikomonad,whi
basah ,lactobacilu buds,leukosit + positif,sedikit ff mungkin
s,sedikit leukosit +,leukosit +
leukosit

2.9 Penatalaksanaan2,3,6,7
Pengobatan candidiasis vaginalis atau vulvivaginalis memberikan respons
yang lebih baik tergadap golongan azol dari pada terhadap preparat supositoria
nistatin.pengobatan sistemik terhadap vulvovaginitis candida dengan menggunakan
ketokonazol atau flukonazol lebih mudah dilakukan dari pada pengobatan topikal
.namun untuk kondisi tertentu mungkin diperlukan pengobatan topikal.berikut
terdapat berbagai pilihan pengobatan untuk k3,andidiasis vaginalis
1. Pengobatan antifungal topikal
 Mikonazol/ kotrimazol 200 mg intravaginal/ hari, 3 hari
 Klotrimazol 500 mg intravaginal dosis tunggal
 Nistatin 100,000 IU intravaginal/ hr è 14 hari

2. Pengobatan antifungal sistemik


Pengobatan candidiasis vaginalis secara sistemik sebaiknya
dikhususkan pada mereka yang telah mendapat terapi topikal
sebelumnya dan tidak berhasil, atau pada kasus-kasus khusus seperti
kandidiasis vaginalis yang berat, atau rekuren pada trimester kedua
kehamilan.
 Ketokonazol 200 mg peroral,2 kali sehari untuk 5 hari
 Itrakonazol 200 mg per oral,2 kali sehari , hanya satu hari
 Flukonazol 150 mg per-oral dosis tunggal
 Flukonazol 150 mg / minggu untuk 12 minggu pada kasus rekuren
3.0 Prognosis
Prognosis candidiasis vaginalis umumnya baik, bergantung pada berat atau
ringannya faktor predisposisi.3
DAFTAR PUSTAKA
1. Babin deepa dkk.clinico- mycological profil of vaginal candidiasis in
tertiary care hospital in Kerala., International Journal Of Reserch in
2. STD Curriculum for clinical Educators.CDC., Vaginitis Modul.,
Department of Health and Human Service –USA;Juli ;2013
3. Kuswadji.2010, Kandidiasis didalam Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, Edisi ke enam, Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia; hal 106-109
4. Ramali L.M., Werdani S. 2001. Kandidiasis Kutan dan Mukokutan.
Dalam: Dermatomikosis Superficialis. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit
dan Kelamin Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. pp: 55-65

Anda mungkin juga menyukai