Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

KEJANG DEMAM

Disusun Oleh:
Jesica
406172024

Pembimbing:
dr. Josephine Sp.A

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso
Periode 28 Mei 2018 – 5 Agustus 2018
Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara
2018
LATAR BELAKANG

Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan


suhu tubuh (suhu rektal diatas 38,5o C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium (1). Kejang demam ini terjadi pada 2% - 4 % anak berumur 6 bulan
– 5 tahun(2). Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu yang ditandai
dengan kejang berulang tanpa demam(3).

Kejadian kejang demam diperkirakan 2 % - 4 % di Amerika Serikat,


Amerika Selatan dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira – kira 20
% kasus merupakan kejang demam kompleks. Umumnya kejang demam timbul
pada tahun kedua kehidupan (17 – 23 bulan) kejang demam sedikit lebih sering
pada laki – laki(2).

Hingga kini belum diketahui dengan pasti. Demam sering disebabkan


infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan
infeksi saluran kemih(2).

Demam merupakan hal yang berperan penting.(3). Ada riwayat kejang


demam keluarga yang kuat pada saudara kandung dan orang tua, menunjukkan
(1,3)
kecenderungan genetik . Selain itu terdapat faktor perkembangan terlambat,
problem pada masa neonatus, anak dalam perawatan khusus, dan kadar natrium
rendah, cepatnya anak mendapat kejang setelah demam timbul, temperatur yang
rendah saat kejang, riwayat keluarga kejang demam, dan riwayat keluarga
epilepsi(1,3). Faktor resiko terjadinya epilepsi di kemudian hari yaitu adanya
gangguan neurodevelopmental, kejang demam kompleks, riwayat epilepsi dalam
keluarga, lamanya demam saat awitan, lebih dari satu kali kejang demam
kompleks(1).
LAPORAN KASUS
KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
RSPI PROF DR SULIANTI SAROSO

IDENTITAS MAHASISWA
Nama Lengkap : Jesica
NIM : 406172024
Periode : 28 Mei – 5 Agustus 2018
Pembimbing : dr. Yosephine, Sp.A
Topik : Kejang Demam

IDENTITAS PASIEN
Nama : An. Rifki Afriansyah
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir (Umur) : 26 Februari 2017 (1 Tahun 4 Bulan)
Alamat : Jl. RS Ancol Selatan RT 03/02
Anak ke : 2 dari 2 bersaudara

IDENTITAS ORANG TUA


Nama Ayah : Tn. Sanusi
Umur : 44 tahun
Alamat : Jl. RS Ancol Selatan RT 03/02
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Wiraswasta

Nama Ibu : Ny. Uji Ermawati


Umur : 27 tahun
Alamat : Jl. RS Ancol Selatan RT 03/02
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

ANAMNESA
Tanggal masuk rumah sakit : 6 Juli 2018
Tanggal pemeriksaan : 9 Juli 2018
Diambil dari : Autoanamnesa dan Alloanamnesa (Ibu pasien)
Keluhan Utama : Kejang Demam
Keluhan Tambahan : Pilek

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Seorang pasien berumur 1 tahun 4 bulan datang ke IGD RSPI Prof. Dr. Sulianti
Saroso dengan keluhan kejang sejak sekitar 5 menit sebelum datang ke RS. Kejang nya
tegang pada seluruh badan. Kejang tersebut merupakan kejang pertama kali.
Demam dikeluhkan naik turun sejak sehari yang lalu, demam turun apabila diberi
obat penurun panas sirup sanmol (parasetamol) satu sendok makan. Beberapa jam setelah
obat diberikan, demam mulai terasa kembali menurut keterangan dari ibu pasien. Pada
saat kejang, pasien sedang demam.
Pilek sejak 3 hari yang lalu disertai dengan sekret berwarna putih jernih.
Keluhan lain seperti batuk, mual, dan muntah disangkal oleh pasien. Pasien juga
tidak memiliki keluhan dalam BAB dan BAK. Makan dan minum seperti biasa.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pasien belum pernah mengeluhkan keluhan serupa seperti ini sebelumnya

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan serupa. Tidak ada riwayat Hipertensi,
Penyakit Jantung, Penyakit Paru, DM, Penyakit ginjal, TB paru, asma, dll.

RIWAYAT KEHAMILAN DAN PEMERIKSAAN ANTENATAL


Saat hamil, ibu pasien selalu memeriksakan kemahilannya kebidan dan dokter
kandungan di detak rumahnya. Ibu pasien juga mengatakan tidak pernah mengalami sakit
berat selama kehamilan. Tidak ada obat-obatan yang dikonsumsi saat kehamilan, hanya
minum susu untuk ibu hamil dan tablet besi.

RIWAYAT PERSALINAN
Status riwayat persalinan ibu pasien G0P2A0, anak kedua lahir secara spontan.
Usia kehamilan saat kelahiran 38 minggu cukup bulan, persalinan dilakukan di rumah
sakit dan ditolong oleh dokter kandungan. Saat dilahirkan anak menangis dengan spontan.
Berat padaan saat lahir 2800 gram, panjang badan saat lahir 49 senti meter, limgkar
kepala saat lahir ibu tidak ingat. Kesan riwayat persalinan neonatus cukup bulan dengan
usia kehamilan.

RIWAYAT IMUNISASI DASAR


Ibu pasien mengatakan bahwa pasien sudah menlaksanakan imunisasi yang
lengkap sesau dengan jadwal yang sudah ditentukan.

Imunisasi dasar Umur


Hepatitis B 0-1-6 bulan
BCG, Polio 1 1 bulan
DPT/HB 1, Polio 2 2 bulan
DPT/HB 2, Polio 3 4 bulan
DPT/HB 3, Polio 4 6 bulan
Campak 9 bulan

RIWAYAT PERTUMBUHAN
Ibu pasien tidak rutin memeriksakan anaknya ke puskesmas terdekat, ibu pasien
mengatakan membawa anaknya ke puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan jika
anaknya sakit dan untuk melakukan imunisasi saja.

RIWAYAT PERKEMBANGAN
Riwayat Perkembangan Keterangan
Pertumbuhan gigi pertama 10 bulan
Gangguan perkembangan mental dan emosi Tidak ada gangguan
Psikomotor
Tengkurap 3 bulan
Duduk 8 bulan
Berdiri sendiri 9 bulan
Berjalan 14 bulan
Berbicara 15 bulan
Kesan Tumbuh kembang anak normal
RIWAYAT MAKAN DAN MINUM
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya diberikan ASI eksklusif sejak lahir
sampai dengan usia 6 bulan. Pada usia 7 bulan, pasien mulai diberikan bubur susu, buah
yang dihaluskan, dan biskuit yang dilunakkan. Pasa usia 1 tahun, pasien mulai makan
makanan nasi tim dengan lauk yang dimakan keluarga, jus buah, susu formula.
Umur ASI Bubur susu Susu Formula Buah-buahan Nasi tim
(bulan)

0-2 √ - - - -
2-6 √ - - - -
6-8 √ - - - -
8-10 √ √ √ √ -
10-12 - √ √ √ √
12-18 - - √ √ √
RIWAYAT KELUARGA
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Ayah bernama Tn. Sanusi, 44
tahun dan ibu bernama Ny. Uji Ermawati, 27 tahun. Ayah pasien bekerja sebagai
wiraswasta. Ibu pasien mengatakan dalam keluarga tidak pernah memiliki penyakit
tertentu dan tidak pernah mengalami keluhan serupa seperti pasien.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan di Bangsal Nusa Indah 1 (105) pada tanggal 7 Juli 2018
pukul 7.00 WIB

Kesan Umum : Tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis

TandaVital
 Suhu : 36,5oC
 Nadi : 132x/menit, reguler, kuat angkat, isi cukup
 Laju Napas : 36x/menit, reguler
 SaO2 : 100%

Data Antropometri
 Anak laki-laki usia : 1 tahun 4 bulan
 Berat badan : 11 kg
 Panjang badan : 76 cm
 IMT : 19,04 kg/m2
 Status gizi : Gizi Baik

Status Internus
Kepala Normocephal, tidak teraba ada benjolan, tidak ada kelainan dikulit
kepaka
Rambut Berwarna hitam, distribusi tampak merata, tidak mudah dicabut
Mata Kedudukan bola mata simetris, edema periorbital (-/-), conjunctiva
anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil bulat isokor, diameter 3mm,
refleks cahaya langsung dan tidak langsung (+/+)
Hidung Bentuk normal, simetris, pernapasan cuping hidung (-), sekret (+/+)
berwarna jernih, cair
Telinga Berntuk dan ukuran normal, liang telinga lapang, sekret (-/-), serumen
(+/+), nyeri tarik aurikula (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri
tekanmastoid (-/-)
Mulut Bibir tampak kering, mukosa bibir tampak basah, lidah kotor (-), faring
hipemis (-), tonsil T1/T1 tidak hiperemis
Leher Bullneck (-), trakea di tengah, pembesaran KGB(-)
Thoraks Gerak dan bentuk simetris saat diam dan bergerak, retraksi intercostal
(-), retraksi subcostal (-)
Cor Inspeksi: Pulsasi ictus cordis tidak terlihat
Palpasi: Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V MCLS
Perkusi: Batas kanan midsternum; batas atas ICS III PSLS; batas kiri
ICS V MCLS
Auskultasi: Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo Palpasi: Stem fremitus anterior-posterior, dextra et sinistra sama kuat,
simetris
Perkusi: Sonor pada semua lapang paru, batas paru-hepar ICS VI
MCLD
Auskultasi: Suara nafas vesikuler di seluruh lapang paru, wheezing (-/-
), ronkhi (-/-), stridor pada saat inspirasi
Abdomen Inspeksi: Tampak datar, retraksi epigastrium (-)
Auskultasi: Bising usus (+) normal
Perkusi: Timpani pada keempat kuadran abdomen
Palpasi: Teraba supel, nyeri tekan (-), turgor kulit kembali cepat, hepar
dan kien tidak teraba membesar
Kulit Turgor kembali cepat
Genitalia Laki-laki, tidak ada kelainan
Anorektal Tidak ada kelainan
Ekstremitas Akral hangt pada 4 ekstremitas, oedema (-), deformitas (-), sianosis (-),
ikterik (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah rutin tanggal 6 Juli 2018 (14:12 WIB)
Hematologi Hasil Nilai Normal
Leukosit 9.4 4,5 – 13,5 103/µL
Eritrosit 5,2 3,80 – 5,80 106/µL
Hemoglobin 9,8 10,8 – 15,6 g/dL
Hematokrit 32 33 – 45 %
Trombosit 272 181 – 521 103/µL
MCV 61 72 – 88 fL
MCH 19 22 – 34pg
MCHC 31 32 – 36 g/dL
Hitung Jenis Hasil Nilai Normal
Basofil 0 0 – 1%
Eosinofil 0 1 – 5%
Neutrofil 61 25 – 60%
Limfosit 25 25 – 50%
Monosit 14 1 – 6%
LED 10 0 – 10 mm
Kimia Klinik
Glukosa sewaktu 163 60 - 115 mg/dL
Natrium (Na) 137 132 - 145 mEq/L
Kalium (K) 3.81 3.1 - 5.1 mEq/L
Khlorida (Cl) 109 96 – 111 mEq/L

Pemeriksaan urinalisa tanggal 7 Juli 2018 jam 07.00 WIB


Urin Lengkap Hasil
Warna Kuning Jernih
Kejernihan Jernih
Lain-lain Negatif

Mikroskopis Urine Hasil Nilai Normal


Eritrosit 2 <5 uL
Leukosit 3 <5 uL
Silinder Negatif
Epitel Positif
Bakteria Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
Kimia Urine
Berat Jenis 1.020 1.015-1.025
pH 6.5 4.8 – 7.4
Leukosit Esterase Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Albumin Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Urobilinogen Positif <=1
Bilirubin Negatif Negatif
Darah (Blood) Negatif Negatif

RESUME
Telah diperiksa seorang anak laki-laki berusia 1 tahun 4 bulan, dari anamnesa didapatkan:
 Kejang sejak sekitar 5 menit sebelum datang ke RS. Kejang nya tegang pada
seluruh badan. Kejang tersebut merupakan kejang pertama kali.
 Demam dikeluhkan naik turun sejak sehari yang lalu, demam turun apabila diberi
obat penurun panas sirup sanmol (parasetamol) satu sendok makan. Beberapa jam
setelah obat diberikan, demam mulai terasa kembali menurut keterangan dari ibu
pasien. Pada saat kejang, pasien sedang demam.
 Pilek sejak 3 hari yang lalu disertai dengan sekret berwarna putih jernih.
Hasil Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum tampak sakit sedang; kesadaran compos mentis;
 Tanda-tana vital: frekuensi nadi 132x/menit, reguler, kuat angkat, isi cukup; suhu
36,3oC; frekuensi napas 36x/menit; SaO2 100%;
 Telinga: serumen (+/+);
 Hidung: sekret (+/+) jernih, cair;

Hasil Pemeriksaan Penunjang


 Pemeriksaan Darah Rutin pada tanggal 6 Juli 2018: Hemoglobin↓ (9.8), Hematokrit↓
(32), M.C.V↓ (61), M.C.H↓ (19), Eosinofil↓ (0), Neutrofil Segmen↑ (61), Monosit↑
(14), Glukosa Sewaktu↑ (163)
 Pemeriksaan Urinalisa pada tanggal 7 Juli 2018 didapat normal.

ASSESMENT
Diagnosis :
Kejang demam
Diagnosis Banding :
Epilepsi

TATALAKSANA
Pengobatan selama di Rumah Sakit
 IUFD RL
 Stesolid supp
 Cetirizine syr 1 x 1 cth
 Paracetamol syr 4 x 1 cth
Pengobatan selama di Rumah
 Paracetamol syr 4 x 1 cth
 Stesolid supp

PROGNOSA
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia
RIWAYAT RAWAT INAP
Hari ke-1 Perawatan
6 April 2018
S Demam, pilek disertai sekret berwarna putih jernih, BAK normal, BAB 1x,
makan minum cukup.
O KU/Kesadaran :Tampak sakit ringan/ Compos Mentis

Nadi :132x/menit, reguler, isi cukup, kuat angkat

RR :36x/menit, reguler

Suhu :36,5oC

TD : 110/65 mmHg

SaO2 : 100%

Mata :CA (-/-), SI (-/-), RC (+/+)

Hidung : Sekret (+/+), napas cuping hidung (-/-)

Telinga :Sekret (-/-), Serumen (+/+)

Mulut :Bibir kering (-), lidah kotor (-), tonsil T1-T1 tidak hiperemis,
Pseudomembran (-), deviasi uvula ke kanan

Leher : pembesaran KGB(-), nyeri tekan (-)

Thorkas :Dada simetris saat diam dan bergerak.

Cor :BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)


Pulmo :Vesikuler seluruh lapang paru, wheezing (-), ronkhi (-)

Abdomen :tampak datar, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), nyeri
epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba membesar, turgor kulit kembali
cepat

Ekstremitas :Akral teraba hangat, edema (-), pucat (-)


A Kejang Demam
P  Cetirizine syr 1 x 1 cth
 Paracetamol syr 4 x 1 cth
 IUFD RL

Hari ke-2 Perawatan


7 Juli 2018
S Kejang sudah tidak ada, tidak ada demam, ada pilek disertai sekret
berwarna putih jernih, BAK normal, BAB 1x, makan minum cukup.
O KU/Kesadaran :Tampak sakit ringan/ Compos Mentis

Nadi :132x/menit, reguler, isi cukup, kuat angkat

RR :36x/menit, reguler

Suhu :36,5oC

TD : 110/65 mmHg

SaO2 : 100%

Mata :CA (-/-), SI (-/-), RC (+/+)


Hidung : Sekret (+/+), napas cuping hidung (-/-)

Telinga :Sekret (-/-), Serumen (+/+)

Mulut :Bibir kering (-), lidah kotor (-), tonsil T1-T1 tidak hiperemis,
Pseudomembran (-), deviasi uvula ke kanan

Leher : pembesaran KGB(-), nyeri tekan (-)

Thorkas :Dada simetris saat diam dan bergerak.

Cor :BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo :Vesikuler seluruh lapang paru, wheezing (-), ronkhi (-)

Abdomen :tampak datar, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), nyeri
epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba membesar, turgor kulit kembali
cepat

Ekstremitas :Akral teraba hangat, edema (-), pucat (-)


A Kejang Demam
P  Cetirizine syr 1 x 1cth
 Paracetamol syr 4 x 1 cth
 IUFD RL
Hari ke-3 Perawatan
8 Juli 2018
S Kejang sudah tidak ada, tidak ada demam, ada pilek disertai sekret
berwarna putih jernih, BAK normal, belum BAB sejak kemarin, makan
minum cukup.
O KU/Kesadaran :Tampak sakit ringan/ Compos Mentis

Nadi :130x/menit, reguler, isi cukup, kuat angkat

RR :30x/menit, reguler

Suhu :36,8oC

TD : 102/58 mmHg

SaO2 : 100%

Mata :CA (-/-), SI (-/-), RC (+/+)

Hidung : Sekret (+/+), napas cuping hidung (-/-)

Telinga :Sekret (-/-), Serumen (+/+)

Mulut :Bibir kering (-), lidah kotor (-), tonsil T1-T1 tidak hiperemis,
Pseudomembran (-), deviasi uvula ke kanan

Leher : pembesaran KGB(-), nyeri tekan (-)

Thorkas :Dada simetris saat diam dan bergerak.


Cor :BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo :Vesikuler seluruh lapang paru, wheezing (-), ronkhi (-)

Abdomen :tampak datar, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), nyeri
epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba membesar, turgor kulit kembali
cepat

Ekstremitas :Akral teraba hangat, edema (-), pucat (-)


A Kejang Demam
P  Cetirizine
 Paracetamol
 IUFD RL

Hari ke-4 Perawatan


9 April 2018
S Kejang sudah tidak ada, tidak ada demam, ada pilek disertai sekret
berwarna putih jernih, BAK normal, belum BAB sejak 2 hari yang lalu,
makan minum cukup.
O KU/Kesadaran :Tampak sakit ringan/ Compos Mentis

Nadi :123x/menit, reguler, isi cukup, kuat angkat

RR :32x/menit, reguler

Suhu :37,1oC

TD : 110/65 mmHg
SaO2 : 100%

Mata :CA (-/-), SI (-/-), RC (+/+)

Hidung : Sekret (+/+), napas cuping hidung (-/-)

Telinga :Sekret (-/-), Serumen (+/+)

Mulut :Bibir kering (-), lidah kotor (-), tonsil T1-T1 tidak hiperemis,
Pseudomembran (-), deviasi uvula ke kanan

Leher :Bullneck (-), pembesaran KGB(-), nyeri tekan (-)

Thorkas :Dada simetris saat diam dan bergerak.

Cor :BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo :Vesikuler seluruh lapang paru, wheezing (+), ronkhi (+)

Abdomen :tampak datar, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), nyeri
epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba membesar, turgor kulit kembali
cepat

Ekstremitas :Akral teraba hangat, edema (-), pucat (-)


A Kejang Demam
P  Cetirizine
 Paracetamol
 IUFD RL
ANALISA KASUS
DIFTERI
DEFINISI DAN ETIOLOGI
TEORI KASUS
Kejang demam ialah bangkitan kejang Anak laki-laki berusia 1 tahun 4 bulan,
yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh datang dengan kejang. Merupakan kejang
(suhu rektal diatas 38,5o C) yang pertama yang dialami.
disebabkan oleh suatu proses
(1)
ekstrakranium . Kejang demam ini
terjadi pada 2% - 4 % anak berumur 6
bulan – 5 tahun(2). Anak yang pernah
mengalami kejang tanpa demam,
kemudian kejang demam kembali
tidak termasuk dalam kejang
demam(4). Kejang demam harus
dibedakan dengan epilepsi, yaitu yang
ditandai dengan kejang berulang tanpa
demam(3). Anak yang pernah
mengalami kejang tanpa demam
kemudian kejang demam kembali
tidak termasuk dalam kejang
demam(1). Kejang disertai demam
pada bayi berumur kurang dari 1 bulan
tidak termasuk dalam kejang
demam(4). Bila anak berumur kurang
dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun
mengalami kejang didahuluidemam,
kemungkinan lain harus
dipertimbangkan misalnya infeksi
SSP, atau epilepsi yang kebetulan
terjadi bersama demam(4). Definisi ini
menyingkirkan kejang yang
disebabkan penyakit saraf seperti
meningitis, ensefalitis atau
ensefalopati. Kejang pada keadaan ini
mempunyai prognosis berbeda dengan
kejang demam karena keadaan yang
mendasarinya mengenai sistem
susunan saraf pusat(3).
FAKTOR RISIKO
TEORI KASUS
Faktor resiko kejang demam pertama Pasien mengalami demam dari 1 hari
yang penting adalah demam(3). Kejang sebelum kejang hingga terjadinya kejang.
demam ini terjadi pada 2% - 4 % anak Pasien tidak memiliki masalah
berumur 6 bulan – 5 tahun(2). Ada perkembangan terlambat, problem
riwayat kejang demam keluarga yang pada masa neonatus dan kadar natrium
kuat pada saudara kandung dan orang rendah.
tua, menunjukkan kecenderungan
(1,3)
genetik . Selain itu terdapat faktor
perkembangan terlambat, problem
pada masa neonatus, anak dalam
perawatan khusus, dan kadar natrium
rendah, cepatnya anak mendapat
kejang setelah demam timbul,
temperatur yang rendah saat kejang,
riwayat keluarga kejang demam, dan
riwayat keluarga epilepsi(1,3).
Faktor resiko terjadinya epilepsi di
kemudian hari yaitu adanya gangguan
neurodevelopmental, kejang demam
kompleks, riwayat epilepsi dalam
keluarga, lamanya demam saat awitan,
lebih dari satu kali kejang demam
kompleks(1).
DIAGNOSIS
TEORI KASUS
Livingston (1954, 1963) membuat 1. Anak berusia 1 tahun 4 bulan
kriteria dan membagi kejang demam ketika kejang.

atas 2 golongan, yaitu: 2. Kejang berlangsung tidak lebih


dari 15 menit.
1. Kejang demam sederhana
3. Kejang bersifat umum.
(simple febrile convulsion)
4. Kejang timbul sehari setelah
2. Epilepsi yang diprovokasi oleh
timbulnya demam.
demam (epilepsy triggered off
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan
by fever). sesudah kejang normal.
(6)
Modifikasi kriteria Livingston :
1. Umur anak ketika kejang
antara 6 bulan dan 4 tahun.
2. Kejang berlangsung hanya
sebentar saja, tidak lebih dari
15 menit.
3. Kejang bersifat umum.
4. Kejang timbul dalam 16 jam
pertama setelah timbulnya
demam.
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan
sesudah kejang normal.
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat
sedikitnya 1 minggu sesudah
suhu normal tidak
menunjukkan kelainan.
7. Frekuensi bangkitan kejang di
dalam 1 tahun tidak melebihi 4
kali.
Kejang demam yang tidak memenuhi
salah satu atau lebih dari ketujuh
kriteria modifikasi Livingston di atas
digolongkan pada epilepsi yang
diprovokasi oleh demam(6).

TATALAKSANA
TEORI KASUS
Biasanya kejang demam berlangsung Pengobatan selama di Rumah Sakit
singkat dan pada waktu pasien datang  Diazepam suppositoria
kejang sudah berhenti. Apabila datang
dalam keadaan kejang obat yang
paling cepat untuk menghentikan
kejang adalah diazepam yang
diberikan secara intravena. Dosis
diazepam intravena adalah 0,3 – 0,5
mg/kgBB perlahan – lahan dengan
kecepatan 1 – 2 mg/menit atau dalam
waktu 3 – 5 menit,dengan dosis
maksimal 20 mg. Obat yang praktis
dan dapat diberikan oleh orang tua
atau di rumah adalah diazepam rektal.
Dosis diazepam rektal adalah 0,5 –
0,75 mg/kgBB atau diazepam rektal 5
mg untuk anak dengan berat badan
kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk
berat badan lebih dari 10 kg. Atau
diazepam rektal dengan dosis 5 mg
untuk anak dibawah usia 3 tahun atau
dosis 7,5 mg untuk anak diatas usia 3
tahun. Bila setelah pemberian
diazepam rektal kejang belum
berhenti, dapat diulang lagi dengan
caradan dosis yang sama dengan
interval waktu 5 menit.Bila setelah 2
kali pemberian diazepam rektal masih
tetap kejang, dianjurkan ke rumah
sakit. Dirumah sakit dapat diberikan
diazepam intravena dengan dosis 0,3 –
0,5 mg/kgBB. Bila kejang tetap belum
berhenti diberikan fenitoin secara
intravena dengan dosis awal 10 –
20mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1
mg/kgBB/menit atau kurang dari 50
mg/menit. Bila kejang berhenti dosis
selanjutnya adalah 4 – 8
mg/kgBB/hari, dimulai 12 jam setelah
dosis awal.Bila dengan fenitoin kejang
belum berhenti maka pasien harus
dirawat di ruang rawat intensif.Bila
kejang telah berhenti, pemberian obat
selanjutnya tergantung dari jenis
kejang demamapakah kejang demam
sederhana atau kompleks dan faktor
resikonya.

PENYULIT
TEORI KASUS
Dengan penanggulangan yang tepat Pasien tidak memiilki riwayat kejang
dan cepat, prognosisnya baik dan tidak demam dalam keluarga.
menyebabkan kematian. Pasien berusia 16 bulan.
Demam sudah sejak 1 hari yang lalu.
a. Kemungkinan Berulangnya
Kejang Demam (4)
Kejang demam akan berulang kembali
pada sebagian kasus. Faktor resiko
berulangnya kejang demam adalah :
 Riwayat kejang demam dalam
keluarga
 Usia kurang dari 12 bulan
 Cepatnya kejang setelah demam
Bila seluruh faktor diatas ada,
kemungkinan berulangnya kejang
demam adalah 80 %, sedangkan bila
tidak terdapat faktor tersebut
kemungkinan berulangnya kejang
demam hanya 10 % - 15 %.
Kemungkinan berulangnya kejang
demam paling besar pada tahun
pertama. (4)

Faktor resiko menjadi epilepsi adalah :


 Kelainan neurologis atau
perkembangan yang jelas sebelum
kejang demam pertama.
 Kejang demam kompleks.
 Riwayat epilepsi pada orang tua
atau saudara kandung
Masing – masing faktor resiko
meningkatkan kemungkinan kejadian
epilepsi sampai 4 % - 6 %, kombinasi
dari faktor resiko tersebut
meningkatkan kemungkinan epilepsi
menjadi 10 % - 49 %. Kemungkinan
menjadi epilepsi tidak dapat dicegah
dengan pemberian obat rumat pada
kejang demam.
DAFTAR PUSTAKA

1.Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK Unhas. Standar Pelayanan Medik.


Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unhas Makassar.
2.Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu
KesehatanAnak FKUI Jakarta. 1985
3.Haslam Robert H. A. Sistem Saraf, dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol.
3, Edisi 15. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 2000;
4.Hendarto S. K. Kejang Demam. Subbagian Saraf Anak, Bagian Ilmu Kesehatan
Anak,Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RSCM, Jakarta. Cermin
Dunia Kedokteran No. 27.1982
5.Pusponegoro Hardiono D, Widodo Dwi Putro, Ismael Sofyan. Konsensus
Penatalaksanaan Kejang Demam. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan
Dokter Anak Indonesia, Jakarta. 2006.
6.Saharso Darto. Kejang Demam, dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi
Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak RSU dr. Soetomo, Surabaya. 2006

Anda mungkin juga menyukai