Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KASUS

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Oleh:

Putu Pradnyasanti Laksmi (1902611181)


Putu Raka Sanistia Sania Savitri (1902611083)
Putu Ruzhira Ayu Risma Puspa (1902611084)

Pembimbing:
dr. Ida Bagus Made Sukadana, Sp.OG

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DEPARTEMEN/KSM OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
RSUD KLUNGKUNG
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya laporan kasus dengan topik “Hiperemesis
Gravidarum” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian laporan kasus ini. Laporan kasus ini
disusun sebagai salah satu syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di bagian
Ilmu Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUD
Klungkung.
Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada dr. Ida Bagus Made Sukadana,
Sp.OG selaku pembimbing dan penguji laporan kasus ini. Serta semua pihak yang
telah membantu penulis dalam penyusunan laporan kasus.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para
pembaca.

Denpasar, Agustus 2019

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul...................................................................................................... i
Kata Pengantar......................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi .................................................................................................... 2
2.2 Epidemiologi ............................................................................................2
2.3 Etiologi .....................................................................................................3
2.4 Patofisiologi ............................................................................................. 3
2.5 Klasifikasi ................................................................................................ 5
2.6 Diagnosis ................................................................................................. 7
2.7 Diagnosis Banding ................................................................................... 8
2.8 Komplikasi ............................................................................................... 9
2.9 Penatalaksanaan ..................................................................................... 10
2.10 Prognosis ..............................................................................................15
BAB III LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien .......................................................................................17
3.2 Anamnesis ..............................................................................................17
3.3 Pemeriksaan Fisik .................................................................................. 19
3.4 Pemeriksaan Penunjang ......................................................................... 20
3.5 Diagnosis ............................................................................................... 21
3.6 Penatalaksanaan ..................................................................................... 21
3.7 Perjalanan Observasi Keadaan Pasien.................................................... 21
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................... 25
BAB IV SIMPULAN ........................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 31

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Pada trimester awal kehamilan, mual dan muntah merupakan hal yang
umum terjadi. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berat pada
kehamilan yang terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu. Apabila tidak
ditangani dengan tepat, hiperemesis gravidarum dapat menimbulkan komplikasi
yang lebih berat dalam proses kehamilan. Dehidrasi yang diakibatkan oleh mual
dan muntah dapat menjadi masalah yang dapat mengganggu aktivitas dan
pekerjaan sehari – hari.1
Mual dan muntah terjadi dalam 50 - 90% kehamilan.2 Mual dan muntah
dalam kehamilan sering disebut juga dengan istilah “morning sickness”. Sekitar
80% dari perempuan hamil mengeluhkan gejala mual dan muntah sepanjang hari,
dan hanya 1,8% dari perempuan hamil yang melaporkan gejala hanya muncul
pada pagi hari.3 Kebanyakan prempuan dapat mempertahankan kebutuhan gizi
nya dengan diet sampai gejala teratasi hingga akhir dari trimester pertama. Namun
ada sebagian kecil perempuan hamil yang tidak merespon terhadap modifikasi
diet dan obat antiemesis. 1,5
Hiperemesis gravidarum umumnya terjadi pada minggu ke 6-12 masa
kehamilan, hal ini dapat berlanjut sampai minggu ke 16-20 masa kehamilan.1
Hiperemesis gravidarum merupakan indikasi tersering ibu hamil untuk dirawat di
rumah sakit pada trimester awal kehamilan.2 Hampir 25% pasien yang dirawat
inap mengalami keluhan serupa berulang kali, namun hiperemesis gravidarum
jarang mengakibatkan kematian bagi ibu dan janin.3 Pada ibu yang mengalami
hiperemesis gravidarum dan tidak tertangani dengan baik dapat menimbulkan
berbagai komplikasi, seperti dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit serta ketosis.
Sedangkan pada bayi dapat terjadi pertumbuhan janin terhambat serta kematian
janin. Maka dari itu sangat penting untuk mengetahui tanda dan gejala serta
penanganan yang tepat untuk hiperemesis gravidarum.2

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berat yang terjadi pada
awal kehamilan sampai usia kehamilan 20 minggu.1 Menurut The Society of
Obstetricians and Gynaecologyst of Canada (SOGC), hiperemesis gravidarum
didefinisikan sebagai keadaan mual dan muntah yang berlebihan atau menetap
pada wanita hamil dan mengganggu aktivitas sehari-hari dan menimbulkan
komplikasi seperti penurunan berat badan lebih dari 3 kilogram atau lebih dari 5%
berat badan sebelum hamil, terdapat tanda-tanda dehidrasi, ketidakseimbangan
elektrolit dan ketonuria yang ditunjukkan dengan adanya keton dalam urin atau
aseton dalam darah setelah menyingkirkan diagnosis lain.3,4
Pada umumnya hiperemesis gravidarum terjadi pada minggu ke 6-12 masa
kehamilan, yang dapat berlanjut sampai minggu ke 16-20 masa kehamilan. Mual
dan muntah merupakan gejala yang wajar ditemukan pada kehamilan triwulan
pertama. Biasanya mual dan muntah terjadi pada pagi hari sehingga sering dikenal
dengan morning sickness. 4

2.2. Epidemiologi
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60%
multigravida.1 Insiden hiperemesis gravidarum bervariasi pada beberapa studi
populasi. Beberapa melaporkan antara 50-90% tetapi kebanyakan berkisar antara
70-80%. Pada 20% kasus hiperemesis gravidarum gejala berlangsung menetap
selama kehamilan.4 Dalam penelitian dengan populasi di California, Nova Scotia
dan Norway, tingkat rawat inap untuk hyperemesis gravidarum adalah 0.5 – 1
persen. Angka untuk rawat inap kembali pada pasien yang pernah dirawat di
rumah sakit pada kehamilan sebelumnya mencapai 20%. Secara umum,
perempuan hamil dengan obesitas lebih kecil kemungkinannya untuk dirawat inap
di rumah sakit.5

2
2.3. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum sampai saat ini masih belum diketahui
secara pasti, tetapi diperkirakan erat hubungannya dengan endokrin, biokimiawi
dan psikologis. Walaupun penyebab pastinya belum diketahui, namun umur
kehamilan muda, kehamilan pertama, mola hidatidosa, kehamilan ganda, adanya
riwayat keluarga yang mengalami hiperemesis gravidarum, dan wanita yang
sebelumnya memiliki riwayat hiperemesis gravidarum diperkirakan dapat menjadi
penyebab terjadinya hiperemesis gravidarum. Keluhan mual dan muntah pada
kehamilan dapat dipicu oleh berbagai stimulus diantaranya stimulus visual,
vestibular, olfaktorik, gustatorik, gastrointestinal, psikogenik dan emetogenik.7

2.4. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hiperemesis gravidarum sampai saat ini masih
merupakan suatu perdebatan. Terdapat beberapa teori yang diduga menjadi
penyebab terjadinya hiperemesis gravidarum yaitu : 7
a. Respon sistem saraf pusat terhadap rangsangan muntah
Penelitian pada binatang yang tidak hamil menunjukkan bahwa muntah
melibatkan lengkung refleks dengan koneksi vagal aferen dan eferen dengan
chemoreceptor trigger zone (CTZ), pusat muntah dan pusat vestibular pada batang
otak dan medula oblongata. Kemungkinan terlibatnya korteks serebral dalam
hiperemesis gravidarum diperlihatkan pada penelitian kasus-kontrol dari 35
wanita hamil (17 dengan hiperemesis gravidarum dan 18 dengan emesis
gravidarum). Enam dari 17 pasien dengan hiperemesis gravidarum dibandingkan
dengan 1 dari 18 wanita dengan emesis gravidarum menunjukkan kelainan EEG
yang tidak spesifik. Godwin et al. menunjukkan adanya peningkatan kelainan
dalam refleks vestibulo-okular pada wanita hamil dengan hiperemesis
gravidarum.7
b. Faktor plasenta dan hormonal
Pada kehamilan normal, jaringan plasenta banyak diinfiltrasi oleh limfosit
dan fagosit mononuklear, salah satu dari fungsi utama plasenta adalah untuk
memproduksi sitokin yang penting untuk mempertahankan kehamilan. TNFα,
Interleukin 1, dan interleukin 6 mengatur produksi dan pengeluaran human

3
chorionic gonadotropin (hCG). Peningkatan hormon progesteron menyebabkan
otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi, hal itu
mengakibatkan penurunan motilitas lambung sehingga pengosongan lambung
melambat. Refleks esofagus, penurunan motilitas lambung dan penurunan sekresi
dari asam hidroklorida juga berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah.
Selain itu HCG juga menstimulasi kelenjar tiroid yang dapat mengakibatkan mual
dan muntah.7
c. Faktor gastrointestinal
Rangsangan gastrointestinal memiliki peranan dalam patogenesis
hiperemesis gravidarum dimana kebanyakan wanita yang masuk rumah sakit
dengan hiperemesis gravidarum diberikan rehidrasi melalui intravena tanpa
makan atau minum dalam 24 jam pertama biasanya berhenti muntah.7 Akibat
peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron, timbul aktivitas myoelektrik
yang tidak normal pada saluran gastrointestinal yang mengarah pada disritmia
gerak peristaltik lambung, sehingga timbul gejala morning sickness.7
d. Faktor psikologis
Terdapat pendapat bahwa hiperemesis gravidarum merupakan simbol
penolakan kehamilan. Stress dan pengaruh psikososial juga berperan terhadap
terjadinya hiperemesis gravidarum dengan adanya temuan kadar kortisol yang dan
hormon adrenokortikotropik.7 Stress menggunakan adrenalin dalam tubuh untuk
meningkatkan kepekaan, prestasi dan tenaga. Peningkatan adrenalin akan
memperkecil kontraksi otot empedu, menyempitkan pembuluh darah perifer,
meluaskan pembuluh darah koroner, meningkatkan tekanan darah arterial dan
menambah volume darah ke jantung dan jumlah detak jantung. Adrenalin juga
menambah pembentukan kolesterol dari lemak protein berkepadatan rendah.
Tekanan darah yang tinggi dan peningkatan denyut jantung akan dapat
meningkatkan HCG yang menstimulasi terjadinya mual dan muntah pada ibu
hamil.7
e. Defisiensi Vitamin B6 (Pyridoxin)
Kekurangan vitamin B6 fungsional dalam bentuk pyridoxal-5-phosphate
(PLP) ditemukan pada kehamilan. Hubungan defisiensi vitamin B6 dengan

4
hiperemesis gravidarum dikemukakan karena ditemukan adanya perbaikan pada
ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum yang diberikan terapi vitamin B6.7

Selain itu hiperemesis gravidarum dikatakan sebagai suatu respon


pertahanan tubuh terhadap makanan yang mungkin berbahaya seperti makanan
yang mengandung kafein, tembakau dan alkohol. Adanya kelainan enzim hati
yang ditemukan pada wanita dengan hiperemesis gravidarum mungkin disebabkan
oleh adanya peningkatan beban metabolik dari inaktifasi hormon trophoblastik
dan mungkin emetogen lain yang berhubungan dengan kehamilan.7
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah
pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan
tidak seimbangnya elektrolit.3 Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan
cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena
oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam
aseton-asetik, asam hidroksi butirik, dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan
yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi,
sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah
turun, demikian pula klorida urin. Selain itu dehidrasi menyebabkan
hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini
menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula dan
tertimbunnya zat metabolik toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari
muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-
muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati, dan terjadilah lingkaran setan
yang sulit dihentikan. Di samping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan
elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung
(sindrome Mallory-Weiss), dengan akibat pendarahan gastrointestinal. Pada
umumnya robekan ini ringan dan pendarahan dapat berhenti sendiri, jarang
sampai diperlukan transfusi dan tindakan operatif. 7

2.5. Klasifikasi Hiperemesis Gravidarum


Sebuah skor untuk menilai tingkat mual muntah pada kehamilan telah
dibuat dan divalidasi yang diberi nama dengan Pregnancy-Unique Quantification
of Emesis/Nausea (PUQE) score. Tabel PUQE score dapat dilihat pada tabel 2.1.8

5
Tabel 2.1 Pregnancy-Unique Quantification of Emesis/nausea (PUQE) score.8
1. Rata-rata dalam sehari, berapa lama anda merasa mual atau sakit
perut?
a. >6 jam (5 poin)
b. 4–6 jam (4 poin)
c. 2–3 jam (3 poin)
d. <1 jam (2 poin)
e. Tidak sama sekali (1 poin)
2. Rata-rata dalam sehari, berapa kali anda muntah?
a. >7 (5 poin)
b. 5–6 (4 poin)
c. 3–4 (3 poin)
d. 1–2 (2 poin)
e. Tidak muntah (1 poin)
3. Rata-rata dalam sehari, berapa kali anda muntah tanpa ada isi lambung
yang keluar?
a. >7 (5 poin)
b. 5–6 (4 poin)
c. 3–4 (3 poin)
d. 1–2 (2 poin)
e. Tidak ada (1 poin)

Klasifikasi mual muntah berdasarkan PUQE score adalah jumlah poin dari
ketiga pertanyaan di atas, bila skor total < 6 dikategorikan sebagai mual muntah
yang ringan, skor 7-12 dikategorikan sebagai mual muntah moderate, nilai skor >
13 dianggap mual muntah yang berat. Berdasarkan kategori tersebut selanjutnya
dilakukan manajemen terapi yang sesuai. Dimana mual muntah yang berat pada
kehamilan membutuhkan perawatan yang lebih seksama.8

6
2.6. Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum dapat dilakukan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Adapun informasi yang perlu
digali saat anamnesis yaitu gejala amenore yang disertai mual dan muntah yang
berlebihan pada kehamilan muda trimester pertama. Mual dan muntah berlebih ini
biasanya mulai muncul pada usia kehamilan 4-10 minggu kemudian puncaknya
terjadi saat umur kehamilan 8-12 minggu dan menurun kejadiannya saat umur
kehamilan mencapai 20 minggu. Pada kasus yang jarang, gejala dapat ditemukan
persisten hingga memasuki setengah usia kehamilan.8,9
Hiperemesis gravidarum mempengaruhi keadaan umum, nadi meningkat
100 kali per menit, tekanan darah menurun pada keadaan berat, subfebril dan
gangguan kesadaran (apatis-koma).1 Pasien biasanya datang dengan keluhan yang
menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, ketosis, gangguan asam basa dan elektrolit,
dan penurunan berat badan >5%. Ptialisme (berludah yang berlebihan) kadang
dikeluhkan. 10
Penegakan diagnosis harus berawal dari konfirmasi viabilitas kehamilan
intrauterin. Ketika diagnosis hiperemesis gravidarum telah ditegakkan, kondisi
terkait seperti kehamilan multipel dan mola hidatidosa harus dieksklusi. Pada 30%
kasus, kehamilan mola dan kanker tertentu dapat muncul dengan gejala false
hiperemesis gravidarum. Penegakan diagnosis hiperemesis gravidarum juga harus
mengeklusi penyebab lain dari gejala muntah seperti gastroenteritis, kolesistitis,
akut pankreatitis, pielonefritis, hipertiroidisme primer, paratiroidisme primer atau
disfungsi liver.9
Pemeriksaan laboratorium berguna dalam menegakkan diagnosis dan terapi
pasien. Adapun pemeriksaan laboratorium tersebut yaitu darah lengkap, urinalisis,
gula darah, elektrolit, analisis gas darah, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal (blood
urea nitrogen, kreatinin), dan β-HCG. Hasil pemeriksaan laboratorium umumnya
menunjukan tanda-tanda dehidrasi seperti peningkatan berat jenis urin, ketonuria,
peningkatan blood urea nitrogen, kreatinin dan hematokrit. Kelainan elektrolit
dan asam basa dapat dijumpai seperti hipokloremia, hiponatremia, penurunan
potasium dan asidosis. Peningkatan aminotransferase serum dan kadar bilirubin
total dapat ditemukan.2 Selain pemeriksaan laboratorium juga dapat dilakukan

7
pemeriksaan USG harus dipertimbangkan dilakukan untuk mengeklusi kehamilan
multipel dan kehamilan mola.8

2.7. Diagnosis Banding


Penyakit-penyakit yang sering menyertai wanita hamil dan mempunyai
gejala muntah-muntah yang hebat harus dipikirkan. Beberapa penyakit tersebut
antara lain:
a. Gastritis dan Ulkus Peptikum
Pasien dicurigai menderita gastritis dan ulkus peptikum jika pasien
mempunyai riwayat makan yang tidak teratur, dan sering menggunakan obat-obat
analgetik non steroid (NSAID). Keluhan nyeri epigastrium tidak terlalu dapat
membedakan dengan wanita hamil yang tanpa gastritis/ulkus peptikum karena
hampir semua pasien dengan hiperemesis gravidarum mempunyai keluhan nyeri
epigastrium yang hebat. Pemeriksaan endoskopi perlu dihindari karena berisiko
dapat menyebabkan persalinan preterm. Pasien dengan gastroenteritis selain
menunjukkan gejala muntah-muntah, juga biasanya diikuti dengan diare.4
b. Ketoasidosis diabetes
Pasien dicurigai menderita ketoasidosis diabetes jika sebelum hamil
mempunyai riwayat diabetes atau diketahui pertama kali saat hamil apalagi
disertai dengan penurunan kesadaran dan pernafasan Kussmaul. Perlu dilakukan
pemeriksaan keton urine untuk mendapatkan badan keton pada urine, pemeriksaan
gula darah, dan pemeriksaan gas darah.4
c. Pankreatitis akut
Pasien dengan pankreatitis biasanya mempunyai riwayat peminum alkohol
berat. Gejala klinis yang dijumpai berupa nyeri epigastrium, kadang-kadang agak
ke kiri atau ke kanan. Rasa nyeri dapat menjalar ke punggung, kadang-kadang
nyeri menyebar di perut dan menjalar ke abdomen bagian bawah. Pemeriksaan
serum amilase dapat membantu menegakkan diagnosis.4
d. Hipertiroidisme
Hipertiroidisme dapat bermanifestasi asimtomatik maupun dengan gejala
dan tanda yang signifikan. Adapun gejala dari hipertiroidisme adalah kegelisahan,
iritablitas, peningkatan keringat, berdebar, tangan tremor, cemas, sulit tidur,

8
penipisan kulit, kelemahan otot terutama lengan atas dan paha. Gerakan usus
pasien dengan hipertiroidisme lebih sering dan diare sering terjadi. Penurunan
berat badan dapat terjadi bahkan ketika nafsu makan baik, muntah dan pada
wanita aliran darah mestruasi berkurang dan siklus menstruasi tidak teratur
cenderung berkurang atau dengan siklusnya memanjang. Pemeriksaan fisik dan
penunjang fungsi tiroid akan sangat membantu dalam penegakan diagnosis ini.4
e. Hepatitis
Pasien hepatitis yang menunjukkan gejala mual-muntah yang hebat
biasanya sudah menunjukkan gejala ikterus yang nyata disertai peningkatan
SGOT dan SGPT yang nyata.4

2.8. Komplikasi
Hiperemesis gravidarum jika tidak ditangani dengan baik dapat
menimbulkan komplikasi maternal maupun fetal. Pada risiko maternal, ibu dapat
mengalami diplopia, palsi nervus ke-6, nistagmus, ataksia dan kejang akibat dari
defisiensi tiamin (B1). Jika hal ini tidak segera ditangani, akan terjadi psikosis
korsakoff (meliputi amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktivitas)
ataupun kematian. Penyulit ini disebut Ensephalopati Wernicke dengan trias
klasik, yaitu paralisis otot-otot ekstrinsik bola mata (oftalmoplegia), gerakan yang
tidak teratur (ataksia), dan kebingungan. Dengan demikian, untuk hyperemesis
tingkat III perlu dipertimbangkan terminasi kehamilan. Penyulit lainnya yang
mungkin timbul adalah ruptur esofagus, robekan Mallory-Weiss pada esofagus,
pneumotoraks dan neuropati perifer.1
Komplikasi yang mungkin terjadi pada janin yaitu meningkatkan peluang
kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR) akibat penurunan
berat badan ibu yang kronis. Selain itu dapat juga terjadi kematian janin,
pertumbuhan janin terhambat, preterm, berat badan lahir rendah, dan kelainan
kongenital.3

9
2.9. Penatalaksanaan
Penanganan mual dan muntah pada kehamilan didasarkan pada berat
ringannya gejala. Secara garis besar, tatalaksana dapat dibagi menjadi terapi
cairan, pemberian medika mentosa, serta terapi nutrisi.
a. Terapi Cairan
Tujuan utama dari terapi cairan adalah mencegah terjadinya mekanisme
kompensasi dari dehidrasi berupa penurunan perfusi uterus yang termasuk sebagai
organ nonvital. Umumnya kehilangan air dan elektrolit diganti dengan cairan
isotonik, misalnya ringer laktat, ringer asetat, atau normal salin. Normal salin
sebaiknya diberikan secara hati-hati untuk mencegah komplikasi seperti
delusional acidosis atau hyperchloremic acidosis.11 Resusitasi dikatakan adekuat
bila terdapat parameter seperti tekanan darah arteri rata-rata 70-80 mmHg, denyut
jantung kurang dari 100x per menit, ekstremitas hangat dengan pengisian kapiler
baik, susunan saraf pusat baik, produksi urin sejumlah 0.5-1 ml/kg BB/jam dan
asidosis tidak berlanjut.3
Jumlah cairan yang diperlukan untuk rehidrasi dalam 2 jam pertama, dapat
dihitung menggunakan skor dan rumus yang dikemukakan oleh Daldiyono
mengemukakan salah satu cara menghitung kebutuhan cairan untuk rehidrasi
inisial berdasarkan sistem skor. Adapun nilai (score) gejala klinis dapat dilihat
pada tabel 2.2.6

Tabel 2.2 Daldiyono Score6


Gejala klinis Score
Muntah 1
Voxs Choleric (Suara Parau) 2
Apatis 1
Somnolen, Sopor, Koma 2
T ≤ 90 mmHg 1
T ≤ 60 mmHg 2
N  120 x/menit 1
Frekuensi napas > 30x/menit 1
Turgor Kulit  1

10
Facies Cholerica (Mata Cowong) 1
Extremitas Dingin 1
Washer Women’s Hand 1
Sianosis 2
Usia 50 – 60 -1
Usia > 60 -2

Semua score ditulis lalu dijumlahkan. Jumlah cairan yang sebaiknya


diberikan dalam 2 jam pertama dapat dihitung berdasarkan rumus:
Defisit = Skor x 10 % BB x 1 Lt
15
Rencana rehidrasi sebaiknya dikaitkan dengan jumlah cairan yang
dibutuhkan selama 24 jam berikutnya, yaitu menjumlahkan defisit cairan dengan
2000 ml. Bila pasien dapat menelan, air diberikan per-oral. Bila kesulitan maka
rehidrasi diberikan per-infus atau per-rektal.4

b. Pemberian Medikamentosa
Obat-obatan yang dapat diberikan di antaranya suplemen multivitamin,
antihistamin, dopamin antagonis, serotonin antagonis, dan kortikosteroid. Vitamin
yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6 seperti pyridoxine (vitamin B6).
Pemberian pyridoxin cukup efektif dalam mengatasi keluhan mual dan muntah.
Anti histamin yang dianjurkan adalah doxylamine dan dipendyramine. Pemberian
antihistamin bertujuan untuk menghambat secara langsung kerja histamin pada
reseptor H1 dan secara tidak langsung mempengaruhi sistem vestibular,
menurunkan rangsangan di pusat muntah. Selama terjadi mual dan muntah,
reseptor dopamin di lambung berperan dalam menghambat motilitas lambung.
Oleh karena itu diberikan obat dopamin antagonis. Dopamin antagonis yang
dianjurkan di antaranya prochlorperazine, promethazine, dan metocloperamide.
Prochlorperazin dan promethazine bekerja pada reseptor D2 untuk menimbulkan
efek antiemetik. Sementara itu metocloperamide bekerja di sentral dan di perifer.
Obat ini menimbulkan efek antiemetik dengan cara meningkatkan kekuatan
sfingter esofagus bagian bawah dan menurunkan transit time pada saluran cerna.

11
Pemberian serotonin antagonis cukup efektif dalam menurunkan keluhan mual
dan muntah. Obat ini bekerja menurunkan rangsangan pusat muntah di medula.
Serotonin antagonis yang dianjurkan adalah ondansetron. Ondansetron biasanya
diberikan pada pasien hiperemesis gravidarum yang tidak membaik setelah
diberikan obat-obatan yang lain. Sementara itu pemberian kortikosteroid masih
kontroversial karena dikatakan pemberian pada kehamilan trimester pertama dapat
meningkatkan risiko bayi lahir dengan cacat bawaan. 12

c. Terapi Nutrisi
Pada kasus hiperemesis gravidarum jalur pemberian nutrisi tergantung pada
derajat muntah, berat ringannya deplesi nutrisi dan penerimaan pasien terhadap
rencana pemberian makanan. Pada prinsipnya bila memungkinkan saluran cerna
harus digunakan. Bila per-oral menemui hambatan dicoba untuk menggunakan
nasogastric tube (NGT). Saluran cerna mempunyai banyak keuntungan misalnya
dapat mengabsorsi banyak nutrien, adanya mekanisme defensif untuk
menanggulangi infeksi dan toksin. Selain itu dengan masuknya sari makanan ke
hati melalui saluran porta ikut menjaga pengaturan homeostasis nutrisi.11
Bila pasien sudah dapat makan peroral, modifikasi diet yang diberikan
adalah makanan dalam porsi kecil namun sering, diet tinggi karbohidrat, rendah
protein dan rendah lemak, hindari suplementasi besi untuk sementara, hindari
makanan yang emetogenik dan berbau sehingga menimbulkan rangsangan
muntah.1,2 Pemberian diet diperhitungkan jumlah kebutuhan basal kalori sehari-
hari ditambah dengan 300 kkal perharinya.1
Salah satu rumus yang dapat menghitung kebutuhan basal (basal energy
expenditure) berdasarkan massa tubuh (body mass) adalah rumus Harris-Benedict
berdasarkan berat, tinggi dan umur. BEE = 655,10 + 9,56 W + 1,85 H – 4,68 A
(dimana W = berat (kg), H = tinggi (cm) dan A = umur (th). Untuk kebutuhan
memetabolisme makanan dan aktivitas jumlahnya dapat ditambah 15%.2
Pada pasien yang gejala muntahnya tidak berkurang, makanan dapat
diberikan melalui NGT terlebih dahulu. Nutrisi Parenteral Total (NPT) diberikan
pada pasien hiperemesis gravidarum yang berada dalam derajat muntah yang

12
hebat dan terus mengalami penurunan berat badan atau gagal dengan terapi
konservatif.11
Pemberian NGT menghadapi resiko yang cukup besar, karena ia memotong
jalur mekanisme regulasi dan proteksi yang dapat mengakibatkan komplikasi
pemasangan yang mengunakan kateter vena sentral seperti pneumothoraks,
hemothoraks, emboli udara dan cedera duktus thorasikus. Namun nutrisi
parenteral yang menggunakan vena perifer dapat pula menimbulkan septik dan
komplikasi metabolik. Selain itu tidak digunakannya saluran cerna untuk waktu
lama dapat menimbulkan atrofi mukosa, pembentukan ulkus, disfungsi barier
mukosa dan septik enterogenik. Sehingga nutrisi parenteral digunakan sebagai
jalan terakhir pemberian makanan.11

Menurut Prosedur Praktik Klinis SMF Obstetri dan Ginekologi RSUP


Sanglah tahun 2015, terapi yang diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum
bergantung pada tingkat keparahan penyakit berdasarkan skor PUQE. Untuk lebih
jelasnya dijabarkan pada tabel 2.2.9
NO Score PUQE Terapi/Tindakan
1 Indeks Score ≤6 (HG  Hentikan vitamin yang
Ringan) mengandung zat besi
 Lanjutkan asam folat
 Modifikasi diet/lifestyle
 Hindari faktor pencetus
 Jahe dan Vit B6
 H2RAS atau PPIS (Bila
reflux, heart burn, H
pylori)
2 Indeks Score 7-12 (HG Tanpa Dehidrasi
Moderate)  Vit B6 Bila perlu
Methoclopramid

Dengan Dehidrasi
 Terapi cairan pengganti

13
dengan vitamin dan
elektrolit
 Vit B6 Bila perlu
Methoclopramid
3 Indeks Score ≥ 13 (HG  MRS
Berat)  Th/ Cairan Intra Vena,
elektrolit dan Vit B1.
 Puasa 24 jam
 Metoclopramide IV
dan/atau
 Ondansetron
 Pertimbangkan nutrisi
enteral bila perlu.
 Bila UK > 10 minggu,
bisa dipertimbangkan
methylprednisolon.
Pertahankan berat
badan/tanda vital

14
Bagan 2.1.Tahap-tahap penanganan hiperemesis gravidarum.9
PUQE index assesment

PUQE index ≥ 13
PUQE index score < 6 (HG ringan)
PUQE index score 7- (HG berat)
12 (HG moderat)

MRS
- Hentikan vitamin yang
mengandung zat besi - Jahe
- Lanjutkan asam folat - Th/ Cairan Intra Vena,
-Vit B6
- Modifikasi diet/lifestyle elektrolit dan Vit B1.
- Hindari faktor pencetus - Puasa 24 jam

- H2RAS atau PPIS bila


reflux, heart burn, - Metoclopramide IV
H pylori dan/atau
- Ondansetron

Tanpa Dehydrasi Dehydrasi

- Pertimbangkan
nutrisi enteral bila
Vit B6 - Therapi cairan perlu.
pengganti
Bila perlu
dengan vitamin
Methoclopramid
dan elektrolit
Bila UK > 10 minggu,
bisa dipertimbangkan
methyl prednisolon
Vit B6
Methoclopramid
dan/atau
Ondansetron
Pertahankan berat
badan/tanda vital

2.10. Prognosis
Penanganan yang tepat dan terdeteksi dari awal pada umumnya memberikan
hasil yang baik pada hiperemesis gravidarum. Sementara pada derajat berat dan
penanganan yang tidak adekuat dapat memberikan prognosis buruk. Pada suatu
penelitian diketahui bahwa seorang ibu yang hiperemetik memiliki risiko nutrisi
buruk bila mean diatary intake dari semua nutrien dibawah 50% dari
recommended dietary allowances. Kemudian, diketahui lebih dari 60% pasien
memiliki cadangan tiamin, riboflavin, vitamin B6, vitamin A dan retinol binding
protein yang suboptimal.8

15
Pada kasus yang diseleksi dengan penurunan berat badan >5% dan
malnurish berkepanjangan, didapatkan keluaran kehamilan yang buruk seperti
berat badan lahir bayi rendah, pendarahan antepartum, kelahiran premature dan
terkait anomali fetal. Hal ini terkait dengan kontrol gejala yang kurang dan
ketidakmampuan dalam mengoreksi ketidakseimbangan elektrolit.8

16
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : AAIVR
Nomor RM : 251889
Umur : 33 tahun
Pendidikan : D2 Akutansi
Suku/bangsa : Bali/Indonesia
Agama : Hindu
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Gunung Merapi, kab. Klungkung
Tanggal MRS :Jumat, 2 Agustus 2019
Tanggal Pemeriksaan :Senin, 5 Agustus 2019

3.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Muntah-muntah.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke VK UGD RSUD Klungkung dengan keadaan sadar dan
dengan keluhan sering muntah sejak satu bulan yang lalu (2 Juli 2019) dan
memberat satu hari sebelum masuk Rumah Sakit. Keluhan muntah dengan
frekuensi lebih dari 5 kali dalam sehari, hingga perut pasien terasa kram, nyeri
ulu hati serta pasien mengalami gangguan tidur. Mual dirasakan sepanjang
hari, dan selalu muncul tiap kali pasien selesai makan. Muntah seringkali berisi
makanan, namun lama kelamaan yang keluar adalah cairan getah lambung.
Pasien menyatakan mengalami penurunan berat badan +/-7kg. Keluhan demam
disangkal. Keluhan alergi obat-obatan maupun makanan juga disangkal oleh
pasien. Keluhan memiliki gejala serupa pada kehamilan sebelumnya turut
disangkal oleh pasien.

17
Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien memiliki riwayat penyakit maag. Selama sebulan, pasien
menyatakan sudah berulang kali masuk Rumah Sakit akibat mual-muntah yang
diderita dan diberikan obat-obatan berupa ondansetron, antasida serta omega-3.

Riwayat Keluarga
Pasien menyatakan ibu pasien pernah mengalami gejala serupa pada saat
mengandung pasien. Riwayat penyakit menurun seperti, hipertensi, diabetes
melitus serta penyakit jantung disangkal oleh pasien.

Riwayat Sosial dan Ekonomi


Pasien tinggal di sebuah rumah bersama suami dan anaknya. Pasien tidak
memiliki riwayat mengonsumsi alkohol ataupun merokok. Pasien dapat
makan 3 kali dalam sehari.

Riwayat Menstruasi
Pasien mengatakan menstruasi pertama kali sekitar usia 14 tahun, dengan
siklus teratur dengan lama menstruasi berkisar antara 5-6 hari. Frekuensi
mengganti pembalut dalam sehari sekitar 3 kali dalam sehari. Keluhan saat
menstruasi disangkal oleh pasien. Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
tanggal 5 Mei 2019. Tafsiran partus tanggal 12 Maret 2020.

Riwayat ANC
Pasien menyatakan sudah 3 kali melakukan pemeriksaan kehamilan di
dokter kandungan.

Riwayat Obstetri
I. P/2900/Aterm/SC/Normal/H
II. L/2600/Aterm/SC/Normal/H
III. Abortus
IV. Ini

18
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat maupun makanan.

3.3 Pemeriksaan Fisik


Status Present
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : Tekanan darah 110/80 mmHg
Nadi 80x / menit
Respirasi 20x / menit
Suhu Axilla 36,0 oC
Berat badan : 45 kg
Tinggi badan : 158 cm
IMT : 20,70 kg/m2

Status General
Mata : Anemis ( -/- ), Ikterus ( -/- )
Thorax :
Cor : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Sesuai dengan pemeriksaan ginekologi
Ekstrimitas : Akral hangat +/+
+/+
Status Obstetri
Abdomen : - TFU tidak teraba
- Distensi (-), bising usus (+) normal
- Nyeri tekan (-)
- Luka operasi (+)
Vagina : Fl (-), perdarahan aktif (-)

19
3.4 Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap (02/08/2019)
Parameter Hasil Satuan Nilai Normal Remarks
WBC 13,39 103/uL 3,7 – 10,1
NEUT% 81 % 39,3– 73,7
LYMPH% 10,5 % 18,0– 48,3
MONO% 6,2 % 3,40 – 9,00 Tinggi
RBC 4,2 106/uL 3,60 – 4,69
HGB 12,5 g/dL 10,8 – 14,2
HCT 39,5 % 37,7 – 53,7 Rendah
MCV 93,7 fl 81,1 – 96 Rendah
MCH 29,7 pg 27,0 – 31,2 Rendah
MCHC 31,7 g/dL 31,5 – 35,0
RDW 9,985 % 11,5 - 14,5 Tinggi
PLT 287 103/uL 155 – 366

Urinalisis (02/08/2019)
Parameter Hasil Satuan Nilai Normal
Makroskopik
Warna Kuning
Kejernihan Keruh Khas
pH 6,0 5.0-7.0
Berat Jenis 1,030
Urobilinogen Negatif mg/dl positif
Bilirubin Negatif (-) mg/dl negatif
Keton 3+ mg/dl negatif
Nitrit Negatif (-) mg/dl negatif
Glukosa Negatif (-)
Sedimen
Epitel 10-15 /lpk 0-5
Sel-sel :
 Lekosit 100-110 /lpb 0-2
 Eritrosit 0-2(-) /lpb 0-2
Lain-lain :
 Jamur Negatif (-) /lpk Negatif
 Bakteri Positif (+) /lpk Negatif
Tes Kehamilan Strip Positif Negatif

20
3.5 Diagnosis
G4P2012 UK 12 – 13 mg + Hiperemesis Gravidarum

ISK

3.6 Penatalaksanaan
Terapi :
- MRS
- IVFD D5 : RL = 1 : 3 28tpm
- Drip Ondancentron 8mg/fls
- Ondancentron 8mg tiap 12 jam
- Neurobion drip
- Cefotaxime 3x1 gr
- Observasi keluhan, vital sign, dan KIE

Monitoring :
Keluhan, tanda – tanda vital, KIE pasien dan keluarga dijelaskan tentang keadaan
pasien, diagnosis, dan rencana penanganan, pengawasan lanjutan, komplikasi dan
prognosisnya.

3.7 Perjalanan Observasi Keadaan Pasien


03 Agustus 2019
Pukul 06.00 WITA
S : mual/muntah (+), lemas (-), pusing (+) demam (-), BAK (+), BAB (-),
mobilisasi (+) makan/minum (+/+) sedikit-sedikit
O :
Status Present
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : compos mentis
GCS : E4V5M6
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 22x/menit

21
Suhu tubuh aksila : 36o c

Status General
Mata : Anemis -/-, ikterus -/-
Thorax : Cor : S1S2 tunggal, regular, mur-mur (-)
Pulmo : vesikuler +/+, rhonki +/+, wheezing -/-
Abdomen : sesuai dengan pemeriksaan obstetri
Ekstrimitas : Akral hangat +/+
+/+
Status Obstetri
Abdomen : Distensi (-), bising usus (+) normal, TFU belum
tampak, his (-)
Vagina : Fl (-), perdarahan aktif (-)
A : G4P2012 uk 12 – 13 minggu T/H + Hiperemesis Gravidarum
ISK
P : - IVFD D5% : RL = 3:1 28tpm
- Drip neurobion
- Ondancentron 8mg tiap 12 jam
- Cefotaxime 3x1 gr
- Observasi keluhan, vital sign, dan KIE

4 Agustus 2019
Pukul 06.00 WITA
S : Mual (+),muntah (+) namun sudah berkurang, Pusing (+), Mobilisasi (+),
Makan minum (+) sedikit.
O :
Status Present
Keadaan umum : Gangguan rasa nyaman
Kesadaran : compos mentis
GCS : E4V5M6
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit

22
Suhu tubuh aksila : 36,5o c
Status General
Mata : Anemis -/-, ikterus -/-
Thorax : Cor : S1S2 tunggal, regular, mur-mur (-)
Pulmo : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : sesuai dengan pemeriksaan ginekologi
Ekstrimitas : Akral hangat +/+
+/+
Status Obstetri
Abdomen : Distensi (-), bising usus (+) normal
TFU belum teraba, His (-)
Vagina : Fl (-), perdarahan aktif (-)
A : G4P2012 uk 12 – 13 minggu tunggal/hidup + Hiperemesis Gravidarum
ISK
P : - IVFD D5% : RL =3:1 28tpm
- Drip Neurobion
- Ondancentron 8mg tiap 12 jam
- Cefotaxime 3x1 gr
- Observasi keluhan, vital sign, dan KIE

5 Agustus 2019
Pukul 10.35 WITA
S : Keluhan(-), Mual (-),muntah (-), Pusing (-), Mobilisasi (+), Makan (+)
O :
Status Present
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : compos mentis
GCS : E4V5M6
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 72x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu tubuh aksila : 36,5o c
Status General

23
Mata : Anemis -/-, ikterus -/-
Thorax : Cor : S1S2 tunggal, regular, mur-mur (-)
Pulmo : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : sesuai dengan pemeriksaan ginekologi
Ekstrimitas : Akral hangat +/+
+/+
Status Obstetri
Abdomen : Distensi (-), bising usus (+) normal, TFU belum
tampak, his (-)
Vagina : Fl (-), perdarahan aktif (-)
A : G4P2012 uk 12 – 13 minggu tunggal/hidup + Hiperemesis Gravidarum
Hari
- ISK
P : - BPL
- Ondancentron 8 mg tiap 12 jam
- Neurobion drip
- Dextrose 5% : RL = 3 : 1 (28 tpm)
- Cefotaxime 3x1 gr

24
BAB IV
PEMBAHASAN

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berat yang terjadi pada
awal kehamilan sampai usia kehamilan 20 minggu.1 Menurut The Society of
Obstetricians and Gynaecologyst of Canada (SOGC), hiperemesis gravidarum
didefinisikan sebagai keadaan mual dan muntah yang berlebihan atau menetap
pada wanita hamil dan mengganggu aktivitas sehari-hari dan menimbulkan
komplikasi.
Pasien dengan G4P2012 UK 12-13 minggu datang ke VK UGD RSUD
Klungkung dengan keadaan sadar dan dengan keluhan sering muntah sejak satu
bulan yang lalu (Selasa, 2 Juli 2019) dengan frekuensi setidaknya 5 kali dalam
sehari. Keluhan ini memberat sejak sehari yang lalu, dimana pasien mengatakan
frekuensi muntah bertambah sering ( > 5 kali) disertai lemas. Awalnya muntah
berisi makanan yang perlahan menjadi tidak berisi. Pasien juga mengeluhkan
nyeri ulu hati. Nafsu makan pasien menurun sejak mual dan muntah, pasien
makan 2 kali sehari.
Diagnosis hiperemesis gravidarum dapat ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Adapun informasi yang perlu
digali saat anamnesis yaitu gejala amenore yang disertai mual dan muntah yang
berlebihan pada kehamilan muda trimester pertama dan etiologi yang dicurigai
sebagai penyebab keluhan timbul. Pada kasus, pasien didiagnosis dengan usia
kehamilan 12-13 minggu mengeluhkan sering muntah sejak satu bulan yang lalu
(Selasa, 2 Juli 2019) dengan frekuensi setidaknya 5 kali dalam sehari. Keluhan ini
memberat sejak sehari yang lalu hingga saat datang ke VK UGD RSUD
Klungkung (Jumat, 2 Agustus 2019), dimana pasien mengatakan frekuensi
muntah bertambah sering ( > 5 kali) disertai lemas dan nafsu makan menurun.
Walaupun penyebab pastinya belum diketahui, namun umur kehamilan muda,
kehamilan pertama, mola hidatidosa, kehamilan ganda, adanya riwayat keluarga
yang mengalami hiperemesis gravidarum, dan wanita yang sebelumnya memiliki
riwayat hiperemesis gravidarum diperkirakan dapat menjadi penyebab terjadinya
hiperemesis gravidarum. Pada kasus ini, pasien dengan usia kehamilan 12-13

25
minggu memiliki riwayat keluarga yang mengalami keluhan yang serupa dengan
pasien yaitu ibu pasien.
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien dengan hiperemesis
gravidarum dapat berupa nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah
menurun pada keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma).1
Pasien biasanya datang dengan keluhan yang menunjukkan tanda-tanda dehidrasi,
ketosis, gangguan asam basa dan elektrolit, dan penurunan berat badan >5%.
Ptialisme (berludah yang berlebihan) kadang dikeluhkan. Pada kasus, pasien
datang dalam keadaaan sadar dengan nadi 80 kali per menit, tekanan darah 110/80
mmHg, dan suhu aksila 36.5 °C. Pada status generalis, tidak ditemukan mata
cowong dan bibir kering. Berat badan pasien sebelum hamil dikatakan 52 kg dan
berat badannya sekarang adalah 47 kg, dimana pasien mengalami penurunan berat
badan sebesar 13,5 % ( > 5 %) dari berat badannya sebelum hamil dalam kurun
waktu 1 bulan terakhir.
Pemeriksaan laboratorium berguna dalam menegakkan diagnosis dan
terapi pasien. Adapun pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan yaitu darah
lengkap, urinalisis, gula darah, elektrolit, analisis gas darah, tes fungsi hati, tes
fungsi ginjal (blood urea nitrogen, kreatinin), dan β-HCG. Hasil pemeriksaan
laboratorium umumnya menunjukan tanda-tanda dehidrasi seperti peningkatan
berat jenis urin, ketonuria, peningkatan blood urea nitrogen, kreatinin dan
hematokrit. Kelainan elektrolit dan asam basa dapat dijumpai seperti
hipokloremia, hiponatremia, penurunan potasium dan asidosis. Peningkatan
aminotransferase serum dan kadar bilirubin total dapat ditemukan.2 Selain
pemeriksaan laboratorium juga dapat dilakukan pemeriksaan USG harus
dipertimbangkan dilakukan untuk mengeklusi kehamilan multipel dan kehamilan
mola. Pada kasus, pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan
darah dan urine lengkap. Pada pemeriksaan urine lengkap didapatkan nilai keton
urine adalah 3 +. Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan adanya peningkatan
leukosit (13,39 x 103/µL).
Penanganan mual dan muntah pada kehamilan didasarkan pada berat
ringannya gejala. Untuk menilai derajat beratnya hiperemesis gravidarum,
digunakan skor PUQE dengan penilaian skor sebagai berikut.

26
Tabel 2.1 Pregnancy-Unique Quantification of Emesis/nausea (PUQE)
score.8
4. Rata-rata dalam sehari, berapa lama anda merasa mual
atau sakit perut?
f. >6 jam (5 poin)
g. 4–6 jam (4 poin)
h. 2–3 jam (3 poin)
i. <1 jam (2 poin)
j. Tidak sama sekali (1 poin)
5. Rata-rata dalam sehari, berapa kali anda muntah?
f. >7 (5 poin)
g. 5–6 (4 poin)
h. 3–4 (3 poin)
i. 1–2 (2 poin)
j. Tidak muntah (1 poin)
6. Rata-rata dalam sehari, berapa kali anda muntah tanpa
ada isi lambung yang keluar?
a. >7 (5 poin)
b. 5–6 (4 poin)
c. 3–4 (3 poin)
d. 1–2 (2 poin)
e. Tidak ada (1 poin)

Klasifikasi mual muntah berdasarkan PUQE score adalah jumlah poin dari
ketiga pertanyaan di atas, bila skor total < 6 dikategorikan sebagai mual muntah
yang ringan, skor 7-12 dikategorikan sebagai mual muntah sedang, nilai skor > 13
dianggap mual muntah yang berat. Pada kasus, pasien mengeluhkan sering
muntah sejak satu bulan yang lalu (Selasa, 2 Juli 2019) dengan frekuensi
setidaknya 5 kali dalam sehari. Keluhan ini memberat sejak sehari yang lalu
hingga saat datang ke VK UGD RSUD Klungkung (Jumat, 2 Agustus 2019),
dimana pasien mengatakan frekuensi muntah bertambah sering ( > 5 kali) disertai

27
lemas dan nafsu makan menurun. Mual yang hilang timbul juga dirasakan hampir
sepanjang hari. Awalnya muntah berisi makanan yang perlahan menjadi tidak
berisi. Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati. Dari keluhan pasien didapatkan
skor PUQE sebesar 13 poin (5 poin pertama + 4 poin kedua + 4 poin ketiga) yang
dikategorikan sebagai derajat berat.
Berdasarkan Prosedur Praktik Klinis SMF Obstetri dan Ginekologi RSUP
Sanglah tahun 2015, terapi yang diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum
bergantung pada tingkat keparahan penyakit berdasarkan skor PUQE. Pada pasien
ini dengan hiperemesis gravidarum derajat berat dapat dipertimbangkan untuk
dilakukan rawat inap, terapi cairan (cairan, elektrolit, & vit B1), puasa 24 jam,
pemberian metoclopramide IV dan atau ondansentron, pemberian nutrisi enteral
(bila perlu), pemberian metil prednisolone (bila UK > 10 minggu), serta
pertahankan berat badan dan observasi tanda vital.
Secara garis besar, tatalaksana hiperemesis gravidarum dapat dibagi
menjadi terapi cairan, pemberian medika mentosa, serta terapi nutrisi. Tujuan
utama dari terapi cairan adalah mencegah terjadinya mekanisme kompensasi dari
dehidrasi berupa penurunan perfusi uterus yang termasuk sebagai organ nonvital.
Umumnya kehilangan air dan elektrolit diganti dengan cairan isotonik, misalnya
ringer laktat, ringer asetat, atau normal salin. Pada pasien ini diberikan terapi
cairan berupa IVFD D5 % : RL = 3 : 1 dengan kecepatan 28 tpm. Obat-obatan
yang dapat diberikan diantaranya suplemen multivitamin, antihistamin, dopamin
antagonis, serotonin antagonis, dan kortikosteroid. Pada pasien ini diberikan terapi
medikamentosa berupa injeksi ondancentron 8 mg tiap 12 jam IV.
Pada kasus hiperemesis gravidarum jalur pemberian nutrisi tergantung
pada derajat muntah, berat ringannya deplesi nutrisi dan penerimaan pasien
terhadap rencana pemberian makanan. Pada prinsipnya bila memungkinkan
saluran cerna harus digunakan. Bila pasien sudah dapat makan peroral, modifikasi
diet yang diberikan adalah makanan dalam porsi kecil namun sering, diet tinggi
karbohidrat, rendah protein dan rendah lemak, hindari suplementasi besi untuk
sementara, hindari makanan yang emetogenik dan berbau sehingga menimbulkan
rangsangan muntah. Pasien ini mendapatkan diet nutrisi khusus untuk hiperemesis
gravidarum.

28
Hiperemesis gravidarum jika tidak ditangani dengan baik dapat
menimbulkan komplikasi maternal maupun fetal. Pada risiko maternal, ibu dapat
mengalami diplopia, palsi nervus ke-6, nistagmus, ataksia dan kejang akibat dari
defisiensi tiamin (B1). Pada pasien ini tidak ditemukan adanya komplikasi pada
maternal.

29
BAB IV
KESIMPULAN

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berat yang terjadi pada
awal kehamilan sampai usia kehamilan 20 minggu.1 Menurut The Society of
Obstetricians and Gynaecologyst of Canada (SOGC), hiperemesis gravidarum
didefinisikan sebagai keadaan mual dan muntah yang berlebihan atau menetap
pada wanita hamil dan mengganggu aktivitas sehari-hari dan menimbulkan
komplikasi seperti penurunan berat badan lebih dari 3 kilogram atau lebih dari
5% berat badan sebelum hamil, terdapat tanda-tanda dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit dan ketonuria yang ditunjukkan dengan adanya
keton dalam urin atau aseton dalam darah setelah menyingkirkan diagnosis
lain.3,4
Mekanisme terjadinya hiperemesis gravidarum sampai saat ini masih
merupakan suatu perdebatan. Terdapat beberapa teori yang diduga menjadi
penyebab terjadinya hiperemesis gravidarum yaitu respon sistem saraf pusat
terhadap rangsangan muntah, faktor plasenta dan hormonal, faktor
gastrointestinal, faktor psikologis dan defisiensi Vitamin B6 (Pyridoxin).
Diagnosis hiperemesis gravidarum dapat dilakukan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Penanganan mual dan muntah
pada kehamilan didasarkan pada berat ringannya gejala. Secara garis besar,
tatalaksana dapat dibagi menjadi terapi cairan, pemberian medikamentosa, serta
terapi nutrisi. Penanganan yang tepat dan terdeteksi dari awal pada umumnya
memberikan hasil yang baik pada hiperemesis gravidarum.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S , Wiknjosastro H. Hiperemesis Gravidarum. Dalam : Ilmu


Kebidanan; Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta;
2008; hal. 815-818
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Hiperemesis Gravidarum. 2014.
Diunduh dari http://edunakes.bppsdmk.kemkes.go.id/images/pdf/Obsgin_
4_Juni_2014/Blok%201/Hiperemesis%20gravidarum%20ppt.pdf. Diakses
tanggal: 11 Juli 2019.
3. Herrel HE. Nausea and Vomiting of Pregnancy. American Family
Physycian. Volume 89, No 12. June 15, 2014
4. Gunawan, K., Manengkel, PS., Ocviyanti D. Diagnosis dan Tata Laksana
Hiperemesis Gravidarum. J Indon Med Assoc.2011:61;458-64.
5. Cunningham F, Leveno K, Bloom S, Spong CY, Dashe J, penyunting.
William obstetrics. Edisi ke-25. Philadelphia: McGraw – Hill; 2018.
6. Mahmoud GA. Prevalence and risk factors of hyperemesis graviderum
among egyptian pregnant women at the woman’s health center. Med J Cairo
Univ. 2012;80(2):161-168.
7. Schoenberg, Frederic Paik. Summary of Data on Hyperemesis Gravidarum.
Tersedia pada: http://www.stat.ucla.edu/~frederic/papers/hg.html Diakses
tanggal: 11 Juni 2017
8. Sanu, O., Lamont, RF. Hyperemesis Gravidarum : pathogenesis and the use
of antiemetic agents. Expert Opin. Pharmacother. (2011) 12(5):737-748
9. Panduan Praktik Klinis Bagian/SMF Obgyn FK UNUD/RSUP Sanglah
Denpasar. 2015
10. Philip B. Hyperemesis Gravidarum: Literature Review. Wisconsin Medical
Journal. 2003, 102(3)
11. Widayana A, Megadhana IW, Kemara KP. Diagnosis and Management of
Hyperemesi Gravidarum. E-Jurnal Medika Udayana. 2013, p658-673.
Diakses pada http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/5114.
Diakses tanggal: 11 Juli 2019.

31
12. Ogunyemi, DA. Hyperemesis Gravidarum. 2017. Diakses pada
http://emedicine.medscape.com/article/2547-overview. Diakses tanggal: 11
Juli 2019.

32

Anda mungkin juga menyukai