Infeksi bisa berasal dari tenaga kesehatan yang membantu persalinan atau dari ibu
sendiri. Kebersihan tenaga kesehatan atau ibu yang tidak baik, dapat menjadi
penyebab munculnya infeksi pasca melahirkan. Selain itu, kebersihan peralatan
yang digunakan, teknik aseptik yang digunakan, persalinan lama atau macet,
ketuban pecah lama, kelahiran dengan sectio caesaria, anemia dan malnutrisi juga
menjadi penyebab timbulnya infeksi pasca persalinan.
Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak dapat dipisahkan dari komponenkomponen dalam asuhan persalinan normal, yang bertujuan untuk mengupayakan
kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan tinggi bagi ibu dan bayinya.
Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu
dan bayi baru lahir, untuk menurunkan resiko terjangkitnya atau terinfeksi
mikroorganisme yang menimbulkan penyakit berbahaya.
Infeksi nifas dapat dibagi menjadi beberapa kelompok:
1
Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, dan vagina serviks. Umumnya
disertai gejala seperti; nyeri dan panas pada tempat infeksi, dan kadang
menimbulkan perih saat pasien kencing. Suhu badan mencapai 38C dengan nadi
di bawah 100 per menit. Bila luka yang terinfeksi tertutup jahitan yang
mengakibatkan getah radang tidak bisa keluar, demam bisa mencapai 39-40C
sehingga pasien menggigil.
Infeksi endometritis. Dalam kondisi tertentu lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa
plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiametra, yang dapat
menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada endometritis agak membesar disertai
nyeri pada perabaan dan lembek. Pada hari ke-3, suhu meningkat dan nadi
menjadi cepat.
gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil, terjadi setelah
kuman dengan embolus memasuki peredaran darah. Ciri khusus piemia adalah
berulangnya peningkatan suhu dengan cepat disertai menggigil, kemudian diikuti
turunnya suhu. Ini terjadi pada saat dilepaskannya embolus dari tromboflebitis
pelvika. Lambat laun timbul gejala abses pada paru-paru, pneumonia dan
pleuritis. Embolus dapat pula menyebabkan abses di beberapa tempat lain.
4
Sellulitis pelvika. Yang ringan dapat menyebabkan suhu meningkat pada masa
nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu, disertai rasa nyeri di kiri
atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya
kemungkinan sellulitis pelvika. Lebih lanjut gejala-gejala sellulitis pelvika
menjadi lebih jelas.
Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau transfusi darah
diberikan, perawatan lainnya sesuai dengan komplikasi yang dijumpai.
Septikemia adalah suatu kondisi dimana terjadi multiplikasi bakteri penyebab penyakit di
dalam darah. Tubuh manusia ibarat tuan rumah bagi berbagai jenis bakteri yang hidup
dengan leluasa di berbagai lokasi tubuh seperti mulut, kulit, usus, dan saluran kemih.
Bakteri-bakteri ini dapat menyebabkan masalah jika mereka masuk ke aliran darah,
apalagi jika orang tersebut sedang dalam kondisi tidak sehat atau sistem kekebalan
tubuhnya lemah sehingga tidak mampu melawan serangan organisme tersebut.
Itulah sebabnya mengapa orang yang sebelumnya memiliki penyakit atau kondisi medis
tertentu menjadi kelompok yang paling berisiko mengalami septikemia. Infeksi berat
seperti infeksi paru-paru, seringkali juga menyebabkan septikemia. Persentase kasus
septikemia yang menyebabkan kefatalan adalah satu dari empat kasus, ini karena efek
dari pertumbuhan bakteri yang besar dan racun yang mereka lepaskan di dalam darah.
Bakteri yang paling sering bertanggung jawab untuk septikemia adalah Escherichia coli
(E.
coli),
Pneumococcus,
Klebsiella,
Pseudomonas,
Staphylococcus
dan
Streptococcus.
Gejala septikemia
Septikemia seringkali tidak disertai dengan gejala. Bila disertai gejala, biasanya terjadi:
Sakit perut
Sesak napas
Memiliki kesehatan tubuh yang baik merupakan pencegah atau pertahanan terbaik
terhadap septikemia. Sistem kekebalan tubuh biasanya sanggup mengatasi invasi bakteri
skala kecil di dalam aliran darah dengan sangat cepat, sehingga bakteri tersebut tidak
memiliki kesempatan untuk berkembang apalagi sampai menimbulkan gejala. Menyikat
gigi misalnya, dapat mendorong bakteri mulut masuk ke dalam aliran darah melalui gusi,
meskipun hanya menyebabkan septikemia jangka pendek. Namun orang sebelumnya
sudah memiliki penyakit atau kondisi medis tertentu akan lebih berisiko terkena
septikemia karena sistem kekebalan tubuh mereka sudah lemah dan tidak lagi mampu
melawan bakteri. Selain itu, bayi yang baru lahir dan lansia juga termasuk kelompok
yang rentan terkena septikemia.
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang untuk terkena septikemia, antara
lain:
Penyakit atau kondisi medis tertentu, seperti diabetes mellitus, penyakit jantung,
penyakit hati dan penyakit ginjal
Abses
Luka terbuka.
Perawatan
medis
juga
dapat
menyebabkan
septikemia
Jika seseorang menjalani perawatan medis yang menggunakan peralatan invasif, misalnya
kateter, selalu ada risko bakteri untuk masuk ke dalam tubuh mereka. Contoh perawatan
invasif medis yang dapat menyebabkan septikemia, antara lain:
Pembedahan pada lokasi yang secara alami mengandung bakteri, seperti perut
Pemasangan artificial part untuk jangka waktu lama, seperti sendi prostetik
Kateter kandung kemih, biasa dipasang pada orang dengan infeksi saluran kemih
Perikarditis
peradangan
pada
membran
yang
membungkus
jantung
(perikardium)
Urin
Cairan serebrospinal
Cairan infus untuk membantu menjaga tekanan darah (dalam kasus syok septik)
Obat intravena untuk meningkatkan tekanan darah (dalam kasus syok septik).