Anda di halaman 1dari 11

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh karena akibat-akibat
tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah
kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan (Anik M dan Yulianingsih,
2009: 14).

Beberapa pengertian dari Abortus Inkompletus adalah:

1. Pengeluaran sebagian janin pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih


ada sisa tertinggal dalam uterus
2. Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah
keluar ke kavum uteri melalui kanalis servikalis
3. Proses abortus dimana sebagian hasil konsepsi telah keluar melalui jalan lahir
(Anik M dan Yulianingsih, 2009:23).

Pada abortus yang terjadi sebelum minggu kesepuluh, janin dan plasenta
kemungkinan besar dikeluarkan bersama-sama. Tetapi sesudah minggu kesepuluh,
pengeluaran terjadi secara terpisah. Jika sebagian plasenta masih melekat dan
sebagian lagi sudah terlepas, bagian yang melekat tersebut akan berfungsi mirip bidai
yang mengganggu kontraksi miometrium disekitarnya sehingga perdarahan berlanjut.
Pembuluh-pembuluh dibagian plasenta yang terlepas akan mengalami perdarahan
hebat karena tidak mengalami kontraksi yang diperantarai oleh kontraksi dan retraksi
miometrium.

Gambar Abortus Inkomplitus

Tanda dan gejalanya meliputi:


1. Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan bisa terdapat bekuan darah
2. Rasa mulas atau kontraksi tambah hebat
3. Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka
4. Pada pemeriksaan vagina jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau
kadang-kadang sudah menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan keluar
5. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat
menyebabkan syok.

B. Etiologi
Penyebab abortus menurut Rukiyah (2010) antara lain adalah :
1. Faktor janin
Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, gangguan
pertumbuhan zigot, embrio, janin atau plasenta.
2. Faktor ibu
a. Kelainan endokrin (hormonal), misalnya kekurangan tiroid, kencing
manis.
b. Faktor kekebalan (imunologi), misalnya penyakit lupus, anti
phospholipid syndrome.
c. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati,
dan penyakit DM.
d. Infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis
e. Kelemahan otot leher rahim
f. Kelainan bentuk rahim
g. Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum
yang sudah dibuahi seperti kurangnya progesterone/estrogen,
endometritis, mioma submukosa.
h. Distensi uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis.
3. Faktor bapak
Kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat menyebabkan abortus.

C. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi pendarahan dalam desidua basalis, diikuti nekrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing
di uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, vili korialis belum menembus desidua secara
mendalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8-14
minggu, villi korialis sudah menembus lebih dalam hingga plasenta tidak dapat
dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak pendarahan. Pada kehamilan lebih
dari 14 minggu, janin janin dikeluarkan terlebih dahulu dari pada plasenta. Hasil
konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau tampak
didalamnya benda kecil tanpa tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum) ( yeyeh dan
rukiyah, 2010 ).
D. Diagnosis
Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan gambaran klinismelalui
anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik, setelah menyingkirkankemungkinan diagnosis
banding lain, serta dilengkapi dengan pemeriksaanpenunjang. Pemeriksaan fisik
mengenai status ginekologis meliputi pemeriksaanabdomen, inspikulo dan vaginal
toucher. Palpasi tinggi fundus uteri pada abortusinkomplit dapat sesuai dengan umur
kehamilan atau lebih rendah. Pemeriksaanpenunjang berupa USG akan menunjukkan
adanya sisa jaringan.
Tidak ada nyeri tekan ataupun tanda cairan bebas seperti yang terlihatpada kehamilan
ektopik yang terganggu. Pemeriksaan dengan menggunakanspekulum akan
memperlihatkan adanya dilatasi serviks, mungkin disertai dengankeluarnya jaringan
konsepsi atau gumpalan-gumpalan darah. Bimanual palpasiuntuk menentukan besar
dan bentuk uterus perlu dilakukan sebelum memulaitindakan evakuasi sisa hasil
konsepsi yang masih tertinggal. Menentukan ukuransondase uterus juga penting
dilakukan untuk menentukan jenis tindakan yangsesuai.
E. Penatalaksanaan
Dalam menghadapi abortus inkomplitus,bidan dapat berkolaborasi dengan dokter,
sehingga tidak merugikan pasien. Penatalaksanaan yang biasanya dilakukan pada kasus
abortus inkopletus adalah:

a. Bila disertai syok karena perdarahan, diberikan infus cairan NacL atau Ringer
Laktat 40 tetes/menit dan transfusi darah secepat mungkin.
b. Setelah syok teratasi dilakukan kuretase. Sebelum kuretase, pasien diberikan
suntikan oksitosin 20 unit per 1000 ml. Oksitosin membantu mengurangi
kecepatan perdarahan dengan merangsang kontraksi uterus sementara kuretase
dilakukan.
c. Melakukan pemantauan pasca kuretase dengan memantau jumlah perdrahan
selama 24 jam. Jika tidak ada komplikasi maka pasien dapat dipulangkan (Gant,
Norman F, 2009).
F. Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi,infeksi dan syok.
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfuse darah. Kematian karena perdarahan
dapat terjadi apabila petolongan tidak diberikan pada waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperrentrofleksi.
c. Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi
biasanya didapatkan pada abortus inkomplit yang berkaitan erat dengan suatu
abortus yang tidak aman.
d. Syok
Syok pada abortus bias terjadi karena perdarahan (syok hemoragik).
Komplikasi abortus yang membahayakan kesehatan ibu dan dapat
memberikan dampak negatif pada berbagai aspek tersebut harus dapat dicegah.
Pencegahan terhadap abortus dapat diawali dengan melihat faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya abortus. Beberapa faktor yang merupakan penyebab
terjadinya abortus adalah umur ibu, usia kehamilan, jumlah paritas, tingkat
pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, status perkawinan dan riwayat abortus
sebelumnya (Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, 2013).

G. Prognosis
Kecuali adanya inkompetensi serviks, angka kesembuhan yang terlihat
sesudah mengalami tiga kali abortus spontan akan berkisar antara 70 dan 85%
tanpa tergantung pada pengobatan yang dilakukan. Abortus inkomplit yang di
evakuasi lebih dini tanpa disertai infeksi memberikan prognosis yang baik
terhadap ibu.

BAB II

KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN


PADA ABORTUS INKOMPLETUS

A. Data Subyektif

Tanggal: Waktu

1. Biodata

Nama :Untuk mengenal, memanggil, dan menghindari terjadinya kekeliruan


Umur :Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk
hamil dan persalinan adalah 20-30 tahun. (Hanifa, 1994:23)Frekuensi
abortus yang dikenal secara klinis bertambah dari 12% pada wanita
yang berusia kurang dari 20 tahun menjadi 26% pada wanita berumur
di atas 40 tahu (Williams, 1995:1573).

Agama :Untuk mengetahui agama ibu dan sebagai dasar pada saat memberikan
asuhan yang berkaitan dengan spiritual

Pendidikan :Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu pada saat memberikan


asuhan

Pekerjaan :Untuk mengetahui kegiatan/aktivitas ibu. Sering dijumpai pada wanita


yang bekerja berat karena ovum terlepas sebagian menimbulkan
kontraksi yang berakibat perdarahan (Unpad, 1997:8-9).

Alamat :Untuk mengetahui alamat ibu, sewaktu-waktu bila ada masalah bisa
langsung menghubungi keluarga dirumah.

2. Keluhan utama
a. Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh
tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami terlambat haid, sering mules,
kecurigaan tersebut diperkuat dengan ditentukanya kehamilan muda.
b. Dengan keguguran diperlukan beberapa kriteria sebagai berikut: sakit perut,
diikuti pengeluaran hasil konsepsi, pemeriksaan hasil tes hamil muda masih positif
atau negative.
c. abortus inkomplit
Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan bisa terdapat bekuan darah
Rasa mulas atau kontraksi tambah hebat
Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka
Pada pemeriksaan vagina jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-
kadang sudah menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan keluar.
3. Riwayat kesehatan lalu
Abortus bisa disebabkan oleh DM, hipertiroidisme, defisiensi progesterone
Kelainan hormonal, gangguan nutrisi menyebabkan keguguran kehamilan.
4. Riwayat kesehatan sekarang
Jika ibu mempunyai penyakit herpes genitalis maka saat kehamilan 20 minggu
abortus akan meningkat.
Penyakit ibu yang mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria dll
dapat menyebabkan abortus.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Peranan factor prenatal dalam proses timbulnya abortus spontan yang pasti
translokasi kromosom dalam sperma dapat menimbulkan zigot yang mendapat
bahan kromosom terlalu sedikit atau terlalu banyak, sehingga terjadi abortus.
6. Riwayat kebidanan
a. Riwayat haid
Abortus terjadi pada usia kehamilan < 22 minggu. Terjadi perdarahan bercak
hingga derajat sedang pada kehamilan muda.
b. Riwayat KB
Konsepsi pada waktu lampau berkaitan dengan peningkatan kejadian abortus,
namun kaitan tersebut sekarang sudah tidak ditemukan lagi.
c. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
Bila seseorang pernah mengalami abortus maka cenderung mengalami abortus
lagi pada kehamilan selanjutnya.
7. Kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Pada saat ini hanya malnutrisi umum sangat berat yang paling besar
kemungkinanya menjadi predisposisi meningkatkan kemungkinan abortus.
b. Aktifitas
Trauma, misalnya kecelakaan dapat menimbulkan abortus.
c. Riwayat ketergantungan
Tembakau dan alcohol diidentifikasikan sebagai zat yang berkaitan dengan
peningkatan kejadian abortus.
d. Psikologi dan spiritual
Perangsangan pada ibu sehingga menyebabkan uterus berkontraksi,
umpamanya terkejut saat ketakutan.
8. Hubungan seksual
Koitus sebaiknya tidak dianjurkan pada ibu yang sering mengalami keguguran.

B. Data Obyektif

Pemeriksaan Umum

1. Keadaan umum : baik/ tidak

2. Tanda vital
Tensi : Tidak boleh lebih dari 140/90 mmHg.
Sistolik bisa mengalami penurunan kurang dari 90 mmHg.
Nadi : Normal 60-100/menit
Bisa mengalami peningkatan lebih dari 112/menit (Hanifa, 2002).
Pernafasan : normal 20-24/menit
Suhu : Normal 36-37C
Bila suhu lebih dari normal mungkin adanya infeksi (Depkes RI, 1993:35).

Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Muka : Normal, tidak sembab, ada cloasma gravidarum (Depkes RI, 1998:110).
Mata : Konjungtiva berwarna merah muda, bila pucat mungkin anemia.
2. Thorax/buah dada
Mama dan papilla membesar tampak tegak dan tampak lebih hitam karena agak
hiperpigmentasi (Hanifa, 1999:95).
3. Abdomen
Membesar sesuai umur kehamilan/lebih kecil dari usia gestasi.

Rasa mulas atau nyeri perut di darerah atas simfisis, sering di sertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus, kadang nyeri digambarkan menyerupai nyeri saat persalinan.
4. Genetalia
Pendarahan pervaginam, pendarahan yang bisa sedikit atau banyak biasanya berupa darah
beku, sudah ada keluar jaringan.

Pemeriksaan khusus
1. Palpasi
TFU sesuai dengan usia gestasi
TFU lebih kecil dari usia gestasi/tidak teraba
Uterus teraba lemas (Hanifa, 1999:308).
2. VT
Servik uteri sudah terbuka
Servik uteri terbuka. Dan hasil konsepsi dalam cavum uteri atau pada kanalis servikalis
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan air kencing terhadap tes kehamilan masih positif atau sudah negative
(Manuaba, 1998:217).
2. Darah
Kadar Hb bervariasi tergantung dari jumlah perdarahan.
Hb 11 gr% tidak anemi
Hb 9-10 gr% anemi ringan
Hb 7-8 gr% anemi sedang
Hb < 7 gr% anemi berat

C. Analisa Data
Diagnosis dan Masalah Aktual
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa dan
kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atau data-data yang telah
dikumpulkan.Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan
masalah atau diagnosa yang spesifik dan apabila ditemukan masalah dapat segera
ditentukan kebutuhan yang diperlukan berdasarkan masalah.Berdasarkan tanda dan
gejala serta hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat ditentukan dengan
abortus inkomplitus
Dasar: Nyeri abdomen pada bagian suprapubik,perdarahan pervaginam dengan jumlah
perdarahan cenderung lebih banyak.
Masalah : masalah pada pasien abortus inkomplitus adalah perasaan cemas karna ada
rasa nyeri pada perut bagian bawah dan perdarahan banyak.
Kebutuhan : Berikan ibu dukungan psikologis dan penjelasan tentang abortus
inkomplitus.
Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada masalah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi,sambil mengamati klien, bidan sebaiknya segera melakukan
kolaborasi dengan dokter.
Masalah Potensial: Pada kasus abortus inkomplit adalah terjadinya perdarahan terus-
menerus yang dapat menyebabkan syok, kekurangan darah, menyebabkan infeksi.
D. Penatalaksanaan

Secara mandiri

Bila pasien mengalami syok karena perdarahan, maka berikan infuse cairan fisiologis
NaCL/RL.

Kolaborasi
Bidan melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn untuk dilakukan tindakan selanjutnya
Rujukan
Bidan segera merujuk pasien ke Rumah sakit yang memiliki fasilitas obstetric dan
gynekologi
Evaluasi

Dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi


pemenuhan kebutuhan, apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa.Rencana tersebut
dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
CONTOH KASUS ABORTUS INKOMPLITUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY M GESTASI 9 MINGGU DENGAN


MASALAH ABORTUS INKOMPLIT DI RSUD KABUPATEN WAJO

Tanggal: 04-01- 2011

A. Data Subyektif (S)

1. Riwayat kehamilan sekarang

HPHT tanggal 02-11-2010, HPL Tanggal 09-08- 2011

Ibu mengatakan keluar darah sedikit-sedikit mulai tanggal 01-01- 2011

Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah

Ibu merasa cemas karena keluar darah saat hamil muda

2. Riwayat kesehatan / penyakit yang lalu dan sekarang


Ibu tidak ada penyakit jantung, hipertensi, DM, dan paru paru
Ibu tidak pernah mengkomsumsi minuman beralkohol dan merokok.

B. Data Obyektif (O)


Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital:
TD : 120/80 mmHg S: 36,50C
N : 80 x
Palpasi Abdomen
Ada nyeri tekan pada abdomen saat dipalpasi
Nyeri tekan pada daerah supra pubis
C. Analisa Data (A)
Dx: Ny M P0 A0 H0 usia kehamilan 9 minggu dengan abortus inkomplit
IdentifikasiI Diagnosa / Masalah Aktual
Diagnosa: GI P0 A0, Gestasi 9 minggu, abortus inkomplit dengan masalah
kecemasan.

IdentifikasiI Diagnosa / Masalah Potensial


Pada kasus abortus inkomplit masalah potensial adalah terjadinya perdarahan terus-
menerus yang dapat menyebabkan syok, kekurangan darah, menyebabkan infeksi.
D. Planning (P)
a. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
b. Memberi KIE pada ibu untuk istirahat yang cukup yaitu tidur siang 2jam
perhari, malam 8 jam perhari
c. Menjelaskan kepada ibu tanda-tanda abortus
d. Memberi dukungan psikologis pada ibu supaya jangan terlalu cemas dengan
kondisnya saat ini
e. Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktivitas sehari-hari
f. Melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn untuk dilakukan tindakan
selanjutnya (kuretase).
Bidan melakukan rujukan apabila pasien mengalami syok dan perdarahan yang
hebat.

DAFTAR PUSTAKA

Christiane Khler.2008.Prenatal Diagnostics and Obstetrics.Gynecology practice, Erfurt,


Germany. Page: 7.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.2013.Hubungan Abortus Inkomplit
Dengan Faktor Risiko Pada Ibu Hamil di Rumah Sakit Pindad Bandung Periode 2013-2014.
Maryuni,A dan Yulianingsih.2009.Asuhan Kegawatdaruratan dalam Kebidanan.
Jakarta:Trans Info Media.
Rukiyah, Ai yeyeh.2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi.Jakarta: Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai