Oleh:
Hana Sulistia, S.Ked.
NIM 712021065
Pembimbing:
dr. Asmar Dwi Agustine, Sp.OG
LAPORAN KASUS
Judul :
G1P0A0 Hamil Aterm 37-38 Minggu dengan KPSW Inpartu Kala I Fase Laten
Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala
Oleh:
Hana Sulistia, S.Ked.
NIM 712021065
Telah dilaksanakan pada bulan Juni 2022 sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di SMF / Departemen Obstetri dan Ginekologi Rumah
Sakit Umum Daerah Palembang BARI Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
ii
KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, saya bisa menyelesaikan laporan kasus ini. Penulisan laporan kasus ini dilakukan
dalam rangka memenuhi syarat dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik di SMF
Ilmu Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI pada
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Saya menyadari bahwa,
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa kepaniteraan klinik
sampai pada penyusunan laporan kasus ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan laporan kasus ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada:
1) dr. Asmar Dwi Agustine, Sp.OG, selaku pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan laporan
kasus ini;
2) Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral; dan
3) Rekan sejawat serta semua pihak yang telah banyak membantu saya dalam
menyelesaikan laporan kasus ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga laporan kasus ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ........................................................................ 1
1.2 Maksud dan Tujuan ................................................................ 2
1.3 Manfaat ................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. KPSW (Ketuban Pecah Sebelum Waktu) ............................... 3
2.1.1. Definisi .......................................................................... 3
2.1.2. Epidemiologi................................................................. 3
2.1.3. Etiologi dan Faktor Resiko .......................................... 4
2.1.4. Patofisiologi................................................................... 5
2.1.5. Gejala Klinis .................................................................. 6
2.1.6. Diagnosis ...................................................................... 6
2.1.7. Tatalaksana .................................................................... 7
2.1.8. Komplikasi ..................................................................... 10
2.2. Sectio Caesarea ....................................................................... 11
2.2.1. Definisi .......................................................................... 11
2.2.2. Tujuan Sectio Caesarea ................................................. 12
2.2.3. Klasifikasi Sectio Caesarea .......................................... 12
2.2.4. Indikasi .......................................................................... 13
2.2.5. Tatalaksana pada Ibu Post Sectio Caesarea ................... 13
BAB III LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien ....................................................................... 15
3.2 Anamnesis .............................................................................. 16
iv
3.3 Pemeriksaan Fisik................................................................... 17
3.4 Pemeriksaan Penunjang .......................................................... 19
3.5 Diagnosis Kerja ...................................................................... 21
3.6 Penatalaksanaan ..................................................................... 21
3.7 Laporan Operasi ..................................................................... 21
3.8 Follow up ................................................................................ 22
BAB IV ANALISA KASUS ....................................................................... 24
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ............................................................................ 27
5.2 Saran................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 28
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3. Manfaat
1.3.1. Manfaat Teoritis
a. Bagi institusi, diharapkan laporan kasus ini dapat menambah bahan
referensi dan studi kepustakaan dalam bidang ilmu obstetric dan
ginekologi.
b. Bagi penulis selanjutnya, diharapkan laporan kasus ini dapat menjadi
landasan untuk penulisan laporan kasus selanjutnya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Epidemiologi
Kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah kesehatan yang
serius di negara berkembang. Angka kematian ibu adalah kematian yang terjadi
saat hamil, bersalin, atau dalam 42 hari pasca persalinan dengan penyebab yang
berhubungan langsung atau tidak langsung terhadap kehamilan. Menurut
organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2016 angka kematian ibu (AKI) di
seluruh dunia lebih 289.000 jiwa. Beberapa Negara memiliki AKI cukup tinggi
seperti Afrika Sub-Saharan 179.000 jiwa, Asia Selatan 69.000 jiwa, dan Asia
Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu di Negara-negara Asia Tenggara
yaitu Indonesia 190 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 79 per 100.000
kelahiran hidup, Thailand 26 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 27 per 100.000
kelahiran hidup dan Malaysia 29 per 100.000 kelahiran hidup.7
3
Tahun 2015 AKI di Indonesia sebanyak 359 per 100.000 kelahiran hidup,
sedangkan tahun 2016 Indonesia merupakan negara dengan angka kematian ibu
yang paling tinggi rata – rata tercatat 359 per 100.000 kelahiran hidup.7
Bila Ketuban Pecah Dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut
Ketuban Pecah Dini pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal 8 - 10 %
perempuan hamil aterm akan mengalami Ketuban Pecah Dini. Keruban Pecah
Dini Prematur terjadi pada 1 % kehamilan.1
Kematian Ibu (AKI) masih tinggi, berdasarkan data tahun 2016 tercatat ada
305 ibu meninggal per 100.000 orang. Dilihat dari status kesehatan perempuan
khusunya ibu bersalin sekitar ibu bersalin mengalami ketuban pecah sebelum
waktunya (KPSW). Ketuban pecah sebelum waktunya bisa mengakibatkan yang
menjadi faktor penyebab kematian pada saat ibu bersalin.8
4
2. Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan
struktur abnormal karena antara lain merokok.
Faktor resiko yang meningkatkan kejadian KPSW antara lain wanita yang
pernah mengalami PPROM pada kehamilan sebelumnya, wanita yang
melahirkan bayi prematur dengan atau tanpa KPSW, wanita dengan perdarahan
pada trimester pertama atau kedua kehamilan (perdarahan yang berkaitan dengan
plasenta previa dan solusio plasenta), operasi pada serviks sebelumnya (konisasi,
sevikal inkompeten, dua atau lebih terminasi kehamilan yang bersifat elektif),
pendeknya serviks (kurang dari 2.5 cm yang diukur dari USG transvaginal)
distensi berlebih dari uterus (akibat multigravida, gemelli, atau polihidramnion),
penyakit jaringan ikat (Leisch-Nyhan), merokok selama kehamilan (resiko
meningkat bila jumlah rokok semakin banyak-dose dependent), trauma, kelainan
janin, amniosentesis, keadaan sosial ekonomi rendah (prenatal care kurang
baik), juga body mass index ibu rendah, menderita infeksi menular seksual
(Neisseria gonorrhea, Chlamydia trachomatis dan bacterial vaginosis) dan
infeksi saluran kemih. Masih kontroversial mengenai faktor nutrisi (defisiensi
besi dan asam folat) dan pengaruh vaginal toucher yang dilakukan secara rutin
terhadap peningkatan kejadian KPSW.10
2.1.4. Patofisiologi
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi
urerus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah
tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior
rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan
antara sintesis dan degradasi ekstraselular matriks. Perubahan struktur, jumlah
sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan
menyebabkan selaput ketuban pecah.1
Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1
mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraselular dan membran
janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada
5
penyakit periodontitis di mana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi
Ketuban Pecah Dini. Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada
trimester ketiga selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput
ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan
gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput
ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis.1
2.1.6. Diagnosis
Dalam mendiagnosis ketuban pecah sebelum waktunya dapat dilakukan:
1. Anamnesis
Riwayat keluarnya air ketuban berupa cairan jernih keluar dari vagina yang
kadang-kadang disertai tanda-tanda lain dari persalinan.1
2. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang1
a. Pada pemeriksaan Obstetri-Ginekologi saat inspekulo terlihat adanya
cairan ketuban keluar dari cavum uteri. Jika tidak ada dapat dicoba
dengan menggerakkan sedikit bagian terbawah janin atau meminta
pasien batuk atau mengedan.
b. Apakah ada tanda-tanda infeksi. Tanda infeksi apabila suhu ibu lebih
dari 380C serta air ketuban keruh dan berbau.
6
c. Penentuan cairan ketuban dengan menggunakan tes lakmus (Nitrazin
test) merah menjadi biru. pH normal vagina adalah antara 4,5-
6,0,sedangkan cairan amnion lebih bersifat alkali, dengan pH antara
7,1-7,3. Kertas lakmus berubah biru pada pH diatas 6.
d. Tes Laboratorium dengan leukosit darah > 15.000/mm 3
e. Ultrasonografi
Pada kasus dimana penderita diduga memiliki riwayat KPSW, tetapi
pemeriksaan fisik gagal memastikan diagnosis, pemeriksaan USG
dapat membantu.
2.1.7. Tatalaksana
Lakukan penilaian awal pada ibu hamil dan janin, yaitu:
− Memastikan diagnosis
− Menentukan usia kehamilan
− Evaluasi infeksi maternal atau janin, pertimbangkan butuh antibiotik atau
tidak terutama ketuban pecah sudah lama
− Dalam kondisi inpartu ada gawat janin atau tidak
Tatalaksana pada kasus ketuban pecah dini dapat dibagi menjadi dua, yaitu
secara konservatif dan secara aktif.12
a. Konservatif
Ada beberapa pilihan langkah konservatif pada pasien dengan ketuban pecah
dini berdasarkan usia kehamilannya yaitu sebagai berikut :
1. Rawat di rumah sakit, berikan antibiotik (ampisilin 4x500 mg atau
eritromisin bila tidak tahan ampisilin, dan metronidazol 2x500 mg
selama 7 hari).
2. Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
7
3. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, dan
tes busa negatif, beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan
kesejahteraan janin.
4. Jika pada kehamilan 37 minggu, maka lakukan terminasi.
5. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, dan tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi setelah 24
jam.
6. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, dan ada infeksi, beri antibiotik,
lakukan induksi, dan nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-
tanda infeksi intrauterin).
7. Pada usia kehamilan 32-37 minggu berikan steroid untuk memacu
kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin
dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg/ hari dosis
tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4
kali.
b. Aktif
Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal lakukan seksio
sesaria. Dapat juga diberikan misoprostol 25µg-50µg intravaginal setiap 6
jam maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis
tinggi dan persalinan diakhiri.
1. Bila skor Bishop/ skor pelvik <5, lakukan pematangan serviks,
kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio
sesaria.
2. Bila skor Bishop/ skor pelvik >5 dilakukan induksi persalinan.
Pemberian antibiotik
Pemberian antibiotik, terutama pada usia gestasi 37 minggu, dapat mengurangi
resiko terjadinya korioamnionitis, mengurangi jumlah kelahiran bayi, dalam 2-
8
7 hari, dan mengurangi morbiditas neonatus. Salah satu rekomendasi mengenai
pemilihan antibiotik antepartum yaitu:
− Ampisilin 1-2 gram IV, setiap 4-6 jam, selama 48 jam
− Eritromisin 250 mg IV, setiap 6 jam, selama 8 jam
− Kemudian lanjutkan dengan 2 terapi oral selama 5 hari, amoksisilin dan
eritromisin (4x250 mg PO). Pada pasien yang alergi penisilin, diberikan
terpai tunggal klindamisin 3x600 mg PO. Sumber lain mengatakan bahwa
pemberian eritromisin pada PPROM hingga 10 hari.
Tokolisis
Tidak direkomendasikan pemberian tokolisis padaa pasien yang mengalami
ketuban pecah dini di usia gestasi <37 minggu (di atas 34 minggu). Pada
beberapa penelitian, pemberian tokolitik tidak memperpanjang periode laten
(ketuban pecah-persalinan), meingkatkan luaran janin, atau mengurangi
morbiditas neonatus. Pemberian tokolitik di usia gestasi ≤34 minggu, berfungsi
untuk pematangan paru.
9
harus mengorbankan janin yang ada dikandungan ibu. Waktu terminasi
pada kehamilan aterm dapat dianjurkan selang waktu 6-24 jam bila tidak
terjadi his spontan.
2.1.8. Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur,
hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden
seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal. 1
1. Persalinan Prematur
10
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90 % terjadi dalam 24
jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan anrara 28 - 34 minggu 50 %
persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan
terjadi dalam I minggu.1
2. Infeksi
Infeksi dapat terjadi pada maternal maupun neonatal. Risiko infeksi ibu dan
anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi korioamnionitis.
Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi
korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada Ketuban Pecah Dini
premarur, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara umum insiden infeksi
sekunder pada Ketuban Pecah Dini meningkat sebanding dengan lamanya
periode laten.1
3. Hipoksia dan Asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat
hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya
gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin
semakin gawat.1
4. Sindrom Deformitas Janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan
janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan
janin, sena hipoplasi pulmonar.1
11
2.2.2 Tujuan Sectio Caesarea
Tujuan melakukan section caesarea adalah untuk mempersingkat lamanya
pendarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen bawah
rahim. Sectio caesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan previa
lainnya jika perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi pada
plasenta previa, section caesarea juga dilakukan untuk kepentingan ibu,
sehingga section caesarea dilakukan pada plasenta previa walaupun anak
sudah mati.15
12
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen
bawah rahim kira-kira 10 cm. kelebihannya ialah penjahitan luka lebih
mudah, penutupan luka dengan repitonialisasi yang baik, tumpang tindih
dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus kerongga
perineum, pendarahan kurang dan di bandingkan dengan cara klasik
kemungkinan rupture uteri spontan lebih kecil. Sedangkan
kekurangannya ialah luka dapat melebar ke kanan, ke kiri dan kebawah
sehingga dapat menyebabkab arteri uteri terputus yang akan
menyebabkan perdarahan yang banyak keluhan utama pada kandung
kemih post operatif tinggi. 15
2.2.4 Indikasi
Indikasi section caesarea dapat dikelompokkan menjadi :16,17
1. Preeklamsi dan Eklamsi
2. Maternal request
3. Malpresentasi
4. Gangguan cairan ketuban (oligohidramnion dan polihidramnion).
5. Perdarahan antepartum (HAP) (Plasenta previa)
6. Kehamilan postterm
7. Kehamilan kembar
8. Partus lama & macet (cephalo-pelvic disproportion, induksi persalinan
yang gagal)
9. Gawat janin
10. Riwayat persalinan SC sebelumnya.
13
2. Pemberian tranfusi darah apabila terjadi perdarahan partum yang
hebat.
3. Pemberian antibiotic seperti Cefotaxim, Cetriaxon dan lain-lain.
4. Walaupun pemberian antibiotika sesudah sectio caesarea efektif dapat
di persoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan.
5. Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.
14
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identifikasi
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 28 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Jalan Kapten Abdullah, Plaju
MRS : 13 Juni 2022, Pukul 07.00 WIB
No. RM : 62-35-72
B. Identitas Suami
Nama : Tn. A
Umur : 31 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
Alamat : Jalan Kapten Abdullah, Plaju
15
3.2 Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 14 Juni 2022.
A. Keluhan Utama
Mules mau melahirkan
E. Riwayat Menstruasi
Usia menarche : 14 Tahun
Siklus haid : 28 Hari
Lama haid : 7 hari
Keluhan saat haid : Nyeri haid (-)
HPHT : 20 - 09 - 2021
16
TP : 27 - 06 – 2022
F. Riwayat Perkawinan
Menikah : 1 kali, tahun 2021
Lama pernikahan : 1 tahun
Usia menikah : 27 tahun
G. Riwayat Kontrasepsi
Tidak ada
H. Riwayat ANC
- Pemeriksaan kehamilan dilakukan 2 kali ke dokter
B. Pemeriksaan Spesifik
Kepala : Normocephali
17
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) edema
periorbital (-/-), mata cekung (-/-), pupil isokor, reflek
cahaya (+/+)
Telinga : Nyeri tekan (-/-), Massa (-/-), Serumen (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-)
Mulut : Bibir pucat (-), lidah kotor (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar thyroid (-)
Thorax : Inspeksi : simetris, retraksi (-)
Palpasi : Stem fremitus (+/+) normal kanan dan kiri
Perkusi: Sonor (+/+) di kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+) ronki (-/-) wheezing (-/-)
Cor : Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak
Palpasi : Ictus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung I/II (+/+) normal, regular,
HR: 80 x/menit, murmur (-) gallop (-)
Abdomen : Inspeksi: Perut membesar karena kehamilan, luka
bekas operasi (-), linea nigra (+), striae gravidarum (+)
Auskultasi: bising usus (+) normal
Perkusi : tidak dilakukan
Palpasi : hepar dan lien sulit dinilai
Genitalia : Bloody show (+), lesi (-), keputihan berbau (-)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-)
C. Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar
- Leopold I : Teraba bagian janin lunak, tidak mudah digerakkan dan tidak
melenting (kesan bokong), TFU 3 jari di bawah processus
xhypoideus, 30 cm dari symphisis pubis.
18
- Leopold II : Teraba bagian keras, memanjang dan datar seperti papan di
kanan perut ibu (punggung janin) dan teraba bagian lunak
yang kecil-kecil dibagian kiri (ekstremitas).
- Leopold III : Teraba bagian janin bulat, keras, dan melenting (kesan
kepala).
- Leopold IV : Konvergen (belum masuk PAP)
- TBJ : (TFU-12) x 155 = 2790 gram
- DJJ : 140 x/menit
- His : 2x10’/30”
Pemeriksaan Dalam :
- Posisi portio : Medial
- Konsistensi : Lunak
- Pembukaan : 3 cm
- Ketuban : Ada
- Pendataran : 25 %
- Presentasi : Kepala
- Penunjuk : UUK
- Penurunan : Hodge I
- Molase :0
19
Hitung Jenis
Basofil 0 0 – 1%
Eosinofil 1 1 – 3%
Batang 1 2 – 6%
Segmen 83 50 – 70%
Limfosit 11 20 – 50%
Monosit 4 2 – 8%
Golongan Darah+Rhesus
Golongan Darah O
Rhesus Positif
Masa pembekuan/CT 11 10 – 15 menit
Masa perdarahan/BT 3 1 – 6 menit
Kimia Klinik
GDS
69 <180 mg/dL
Imunologi
Antigen SARS-CoV-2 Negatif Negatif
20
3.5 Diagnosis Kerja
G1P0A0 hamil aterm 37-38 minggu dengan KPSW inpartu kala I fase laten
janin tunggal hidup presentasi kepala.
3.6 Penatalaksanaan
- Observasi keadaan umum, tanda vital ibu, DJJ, HIS.
- IVFD RL 500 cc gtt 20x/menit
- Kateter Menetap
- Cek laboratorium, darah lengkap, kimia darah, dan antigen SARS Cov-2
- Inj. Cefriaxone 2 x 1gr (07.30 WIB)
- Rencana Sectio Caesarea CITO pada pukul 11.00 WIB
- Persiapan Operasi
21
3.8 Follow Up
Tanggal Pemeriksaan Terapi (P/)
13/06/2022 S/ Nyeri pada bekas operasi • Observasi KU, tanda vital
13.30 WIB ibu, dan perdarahan
O/ KU : Baik • IVFD RL 500 cc gtt 20x/m
Kesadaran: Compos mentis • Kateter menetap 24 jam
TD : 120/70 mmHg • Mobilisasi bertahap
HR : 80 x/menit • Hb Post Op 11,8 g/dl
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,3oC Th/
TFU: 1 jari di bawah • Injeksi Ceftriaxone 2x1 gr/IV
umbilikus. • Injeksi Kalnex (Asam
Kontraksi uterus baik
Traneksamat) 3x1
Lokia: rubra (+)
• Metronidazole 2x1
• Pronalges supposituria 3x1
A/ P1A0 Post SC atas indikasi
KPSW
Tanggal Pemeriksaan Terapi (P/)
14/06/2022 S/ Nyeri pada bekas operasi • Observasi KU, tanda vital
06.00 WIB berkurang ibu, dan perdarahan
• IVFD RL 500 cc gtt 20x/m
O/ KU : Baik • Kateter menetap
Kesadaran: Compos mentis • Mobilisasi bertahap
TD : 110/80 mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 21 x/menit
Suhu : 36,1oC Th/
TFU: 1 jari di bawah • Injeksi Ceftriaxone 2x1 gr/IV
umbilikus.
22
Kontraksi uterus baik • Injeksi Kalnex (Asam
Lokia: rubra (+) Traneksamat) 3x1
• Metronidazole 2x1
A/ P1A0 Post SC atas indikasi • Pronalges supposituria 3x1
KPSW
Tanggal Pemeriksaan Terapi (P/)
15/06/2022 S/ Nyeri bekas operasi berkurang • Aff Infus
08.00 WIB • Aff Kateter
O/ KU : Baik • Ganti opsite
Kesadaran: Compos mentis • Mobilisasi bertahap
TD : 110/81 mmHg • ASI on Demand
HR : 96 x/menit • Terapi IV ganti oral
RR : 20 x/menit
• Terapi oral dilanjutkan
o
Suhu : 36,2 C
• Rencana pulang
TFU: 1 jari di bawah
umbilikus.
Lokia: rubra (+)
Kontraksi uterus Baik
23
BAB IV
ANALISA KASUS
24
Pasien juga mengaku keluar air-air dari jalan lahir sejak pukul 00.00 WIB (7
jam) SMRS, berwarna bening dan tidak berbau. Dalam pemeriksaan nitrazine test
di dapatkan hasil potisif. Penentuan cairan ketuban dengan menggunakan tes
lakmus (Nitrazin test) merah menjadi biru. pH normal vagina adalah antara 4,5-6,0,
sedangkan cairan amnion lebih bersifat alkali, dengan pH antara 7,1-7,3. Kertas
lakmus berubah biru pada pH diatas 6. KPSW adalah robeknya selaput
korioamnion dalam kehamilan sebelum onset persalinan berlangsung atau sebelum
pembukaan 4 cm (fase laten). Ketuban pecah dalam persalinan secara umum
disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah
karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput
ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Terdapat
keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraselular matriks. Perubahan
struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen
berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.
Untuk diagnosis pada kasus ini sudah tepat yaitu, G1P0A0 hamil aterm 37-38
minggu dengan KPSW inpartu kala I fase laten janin tunggal hidup presentasi
kepala. Jika ditinjau dari segi penulisan diagnosis obstetri pada pasien ini sudah
tepat, dimana diawali dengan diagnosis ibu dan komplikasi, diagnosis kehamilan,
diagnosis persalinan, dan terakhir diikuti diagnosis janin dan komplikasinya.
5.1. Simpulan
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan terapi
yang diberikan dapat disimpulkan bahwa:
1. KPSW adalah robeknya selaput korioamnion dalam kehamilan sebelum onset
persalinan berlangsung atau sebelum pembukaan 4 cm (fase laten).
2. Diagnosis pada kasus ini sudah tepat.
3. Penatalaksanaan kasus ini sudah adekuat.
5.2. Saran
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam mendiagnosis
haruslah tepat agar penatalaksanaan yang diberikan sesuai dengan penyakit yang
diderita dan agar kondisi pasien tidak lebih memburuk hingga dapat menimbulkan
komplikasi.
27
DAFTAR PUSTAKA
28
15. Oxorn & Forte. 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta: Penerbit ANDI
16. Sungkat, A., Basrowi, R. Rising trends and indication of Caesarean section in
Indonesia. Science and Medical Affairs Department. World Nutr Journal.
2020.
17. Pamilangan, E. dkk. Indikasi Seksio Sesarea di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado Tahun 2017 dan 2018. e-CliniC. 2020;8(1):137-145.
18. Morgan, Geri. 2009. Obstretri & Ginekologi Panduan Praktik (Practice
Guidelines For Obstretri& Gynecology). Jakarta: EGC
19. Leksana E. SIRS, Sepsis, Keseimbangan Asam-Basa, Syok dan Terapi Cairan.
CPD IDSAI Jateng-Bagian Anestesi dan Terapi Intensif FK Undip. Semarang.
2006