Anda di halaman 1dari 28

Referat

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS MALIGNA

Oleh :

Hana Sulistia, S. Ked


712021065

Pembimbing :
dr. Meilina Wardhani, Sp. THT-KL

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT THT


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Referat

Judul:
Otitis Media Supuratif Kronis Maligna
Oleh:
Hana Sulistia, S. Ked
712021065

Telah dilaksanakan pada bulan November 2022 sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di bagian Ilmu Penyakit THT Rumah
Umum Daerah Palembang BARI Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.

Palembang, November 2022


Pembimbing

dr. Meilina Wardhani, Sp. THT-KL

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

ii
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Otitis
Media Supuratif Kronis Maligna” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Penyakit THT RS Umum Daerah
Palembang Bari, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. dr. Meilina Wardhani, Sp. THT-KL. selaku pembimbing Kepaniteraan
Klinik Senior di bagian di Departemen Ilmu Radiologi RS Umum Daerah
Palembang Bari, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang, yang telah memberikan masukan, arahan, serta bimbingan
dalam penyelesaian laporan kasus ini.
2. Rekan-rekan co-assistensi dan perawat atas bantuan dan kerja samanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
telah diberikan dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Amin.

Palembang, November 2022

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…......................................................................................i

iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
KATA PENGANTAR……. ........................................................................... iii
DAFTAR ISI….................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................2
2.1 Anatomi Telinga Tengah.............................................................................2
2.2 Fisiologi Pendengaran.................................................................................8
2.3 Otitis Media Supuratif Kronis.....................................................................8
2.4 Otitis Media Supuratif Kronis Maligna.....................................................13
BAB III KESIMPULAN.................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................24

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) adalah infeksi kronis mukosa telinga
tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluar sekret dari telinga
tengah lebih dari 2 bulan baik terus menerus maupun hilang timbul, sifat sekretnya
mungkin serous, mukus, atau mukopurulen.1
OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma.
Kolesteatoma adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel
(keratin) yang biasanya terjadi pada telinga tengah, mastoid, dan epitimpani.
Berdasarkan terjadinya kolesteatoma dapat dibagi dua jenis yaitu kolesteatoma
kongenital dan kolesteatoma akuisital yang terbentuk setelah anak lahir.1
Pravalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan termasuk dalam klasifikasi
tinggi dibandingkan dengan beberapa negara lain. Berdasarkan survei nasional
kesehatan indera penglihatan dan pendengaran oleh Departemen kesehatan RI
tahun 1994-1996, angka kesakitan (morbiditas) Telinga, Hidung dan Tenggorokan
(THT) di Indonesia sebesar 38,6% dengan prevalensi morbiditas tertinggi pada
kasus telinga dan gangguan pendengaran yaitu sebesar 38,6% dan prevalensi otitis
media suputatif kronik antara 2,1-5,2%.2
Jenis otitis media supuratif kronis dapat terbagi 2 jenis, yaitu OMSK tipe
benigna dan OMSK tipe maligna. OMSK merupakan salah satu penyakit yang
sering ditemukan di poliklinik, OMSK tipe benigna merupakan tipe aman dan
jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya sedangkan OMSK maligna tipe
bahaya dikarenakan adanya perforasi pada bagian tulang.3 Maka dari itu penulis
akan membahas referat mengenai OMSK tipe maligna.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Telinga Tengah


Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas lateral membran timpani,
anterior dengan tuba eustachius, profunda dengan vena jugularis (bulbus jugularis),
medial dengan aditus ad antrum dan kanalis fasialis pars vertikalis, bagian superior
tegmen timpani (meningen/otak), dan batas dalam berturut-turut dari atas ke bawah
kanalis semi sirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window),
tingkap bundar (round window), dan promontorium.4

Gambar 1. Anatomi Telinga Tengah 4

2
Gambar 2. Batas-batas telinga tengah 4

Telinga tengah terdiri dari: 5


1. Membran timpani
2. Kavum timpani
3. Prosesus mastoideus
4. Tuba Eustachius

1. Membran Timpani
Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan
memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Membran ini panjang
vertikal rata-rata 9-10 mm dan diameter antero-posterior kira-kira 8-9 mm,
ketebalannya rata-rata 0,1 mm, letak membran timpani tidak tegak lurus
terhadap liang telinga akan tetapi miring yang arahnya dari belakang luar ke
muka dalam dan membuat sudut 450 dari dataran sagital dan horizontal.
Membran timpani berbentuk kerucut, dimana bagian puncak dari kerucut
menonjol ke arah kavum timpani, puncak ini dinamakan umbo. Dari umbo ke
muka bawah tampak refleks cahaya (cone of light). 4,5

3
Gambar 3. Anatomi membran timpani 4

Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu stratum kutaneum (lapisan


epitel) berasal dari liang telinga. Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal
dari kavum timpani. Stratum fibrosum (lamina propria) yang letaknya antara
stratum kutaneum dan mukosum. Lamina propria yang terdiri dari dua lapisan
anyaman penyambung elastik yaitu bagian dalam sirkuler dan bagian luar
radial.4
Secara anatomi membran timpani dibagi dalam dua bagian:
1. Pars Tensa
Merupakan bagian terbesar dari membran timpani, suatu permukaan yang
tegang dan bergetar, sekeliling menebal dan melekat pada anulus fibrosus
pada sulkus timpanikus bagian tulang dari tulang temporal.
2. Pars Flaksida atau membran Sharpnell, letaknya dibagian atas muka dan
lebih tipis dari pars tensa dan pars flaksida dibatasi oleh 2 lipatan yaitu:

4
1. Plika maleolaris anterior (lipatan muka)
2. Plika maleolaris posterior (lipatan belakang)
Membran timpani terletak dalam saluran yang dibentuk oleh tulang
dinamakan sulkus timpanikus. Akan tetapi bagian atas muka tidak terdapat
sulkus ini dan bagian ini disebut insisura timpanika (Rivini). Permukaan luar
dari membran timpani dipersarafi oleh cabang n. aurikulo temporalis dari
nervus mandibula dan nervus vagus. Permukaan dalam disarafi oleh n. timpani
cabang dari nervus glossofaringeal.
Aliran darah membran timpani berasal dari permukaan luar dan dalam.
Pembuluh-pembuluh epidermal berasal dari aurikula yang dalam cabang dari
arteri maksilaris interna. Permukaan mukosa telinga tengah diperdarahi oleh
timpani anterior cabang dari arteri maksilaris interna dan oleh stylomastoid
cabang dari arteri aurikula posterior.

2. Kavum Timpani
Kavum timpani terletak di dalam pars petrosa dari tulang temporal,
bentuknya bikonkaf, atau seperti kotak korek api. Diameter anteroposterior
atau vertikal 15 mm, sedangkan diameter tranversal 2-6 mm. Kavum timpani
mempunyai 6 dinding, yaitu:
a. Atap kavum timpani
Dibentuk oleh lempengan tulang yang tipis disebut tegmen timpani.
Tegmen timpani memisahkan telinga tengah dari fossa kranial dan lobus
temporalis dari otak.
b. Lantai kavum timpani
Dibentuk oleh tulang tipis memisahkan lantai kavum timpani dari bulbus
jugularis,atau tidak ada tulang sama sekali hingga infeksi dari kavum
timpani mudah merembet ke bulbus vena jugularis.
c. Dinding medial
Berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal,
kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round
window), dan promontorium.

5
d. Dinding posterior
Dinding posterior dekat ke atap mempunyai satu saluran disebut aditus
ad antrum, yang menghubungkan kavum timpani dengan antrum mastoid
melalui epitimpanum. Di bawah aditus terdapat lekukan kecil yang
disebut fossa inkudis yang merupakan suatu tempat prossesus brevis dari
inkus dan melekat pada serat-serat ligamen. Di bawah fossa inkudis dan
di medial dari korda timpani adalah piramid, tempat terdapatnya tendon
muskulus stapedius, tendon yang berjalan ke atas dan masuk ke dalam
stapes. Diantara piramid dan anulus timpanikus adalah ressesus fasialis.
e. Dinding anterior
Dinding anterior ini terutama berperan sebagai muara tuba eustachius.
f. Dinding lateral
Dinding lateral kavum timpani adalah bagian tulang dan membran.
Bagian tulang berada diatas dan bawah membran timpani.

3. Prossesus Mastoideus
Antrum mastoid adalah sinus yang berisi udara tulang di dalam pars
petrosa tulang temporal. Berhubungan dengan telinga tengah melalui aditus
dan mempunyai sel-sel udara mastoid yang berasal dari dinding-dindingnya.
Prossesus mastoideus sangat penting untuk sistem pneumatisasi telinga.
Pneumatisasi didefinisikan sebagai suatu proses pembentukan atau
perkembangan rongga-rongga udara di dalam tulang temporal dan sel-sel udara
yang terdapat di dalam mastoid adalah sebagian dari sistem pneumatisasi yang
meliputi banyak bagian dari tulang temporal. Sel-sel prossesus mastoideus
yang mengandung udara berhubungan dengan udara di dalam telinga tengah.
Sellulae mastoideus seluruhnya berhubungan dengan kavum timpani.
Dekat antrum sel-selnya kecil semakin ke perifer sel-selnya bertambah besar.
Oleh karena itu, bila ada radang pada sel-sel mastoid, drainase tidak begitu
baik sehingga mudah terjadi radang pada mastoid (mastoiditis).

6
4. Tuba Eustachius
Tuba eustachius disebut juga tuba auditori atau tuba faringotimpani
bentuknya seperti huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan
kavum timpani dengan nasofaring. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36
mm berjalan ke bawah, depan, dan medial dari telinga tengah 13 mm dan pada
anak dibawah 9 bulan panjangnya adalah 17,5 mm.
Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu:
1. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian)
2. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian)
Bagian tulang sebelah lateral dari dinding depan kavum timpani dan
bagian tulang rawan medial masuk ke nasofaring. Bagian tulang rawan ini
berjalan ke arah posterior, superior, dan medial sepanjang 2/3 bagian,
keseluruhan panjang tuba (4 cm), kemudian bersatu dengan bagian tulang atau
timpani. Tempat pertemuan itu merupakan bagian yang sempit yang disebut
istmus. Bagian tulang tetap terbuka, sedangkan bagian tulang rawan selalu
tertutup dan berakhir pada dinding lateral nasofaring. Pada orang dewasa
muara tuba pada bagian timpani terletak kira-kira 2-2,5 cm, lebih tinggi
dibanding dengan ujungnya nasofaring. Pada anak-anak, tuba pendek, lebar,
dan letaknya mendatar maka infeksi mudah menjalar dari nasofaring ke telinga
tengah. Tuba dilapisi oleh mukosa saluran nafas yang berisi sel-sel goblet dan
kelenjar mukus dan memiliki lapisan epitel bersilia didasarnya. Epitel tuba
terdiri dari epitel silinder berlapis dengan sel selinder. Disini terdapat silia
dengan pergerakannya ke arah faring. Sekitar ostium tuba terdapat jaringan
limfosit yang dinamakan tonsil tuba. Otot yang berhubungan dengan tuba
eustachius, yaitu:
1. M. Tensor veli palatini
2. M. Levator veli palatini
3. M. Salphingofaringeus
4. M. Tensor timpani
Fungsi tuba eustachius sebagai ventilasi telinga yaitu mempertahankan
keseimbangan tekanan udara di dalam kavum timpani dengan tekanan udara

7
luar, drainase sekret dari kavum timpani ke nasofaring, dan menghalangi
masuknya sekret dari nasofaring ke kavum timpani.

2.2 Fisiologi Pendengaran


Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke
koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran
melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas
membrane timpani yang tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini
akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong, sehingga perilimfa
pada skala vestibuli bergerak.
Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfa,
sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basalis dan membran
tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya
defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi peng-
lepasan ion bermuatan listrik dari badan sel.
Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga
melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial
aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks
pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.

2.3 Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)


2.3.1 Definisi OMSK
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) adalah infeksi kronis mukosa telinga
tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluar sekret dari telinga
tengah lebih dari 2 bulan baik terus menerus maupun hilang timbul, sifat
sekretnya mungkin serous, mukus, atau mukopurulen.1,5

8
2.3.2 Epidemiologi OMSK
Otitis media supuratif kronik merupakan penyakit THT yang paling banyak
ditemukan di negara sedang berkembang. Secara umum insiden OMSK
dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih sering
dijumpai pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin Australia
dan orang kulit hitam di Afrika Selatan. Walaupun demikian, lebih dari 90%
beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara di Asia Tenggara,
daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik.
Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh, dan status
kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk
meningkatnya prevalensi OMSK pada negara yang sedang berkembang. 5
Survei prevalensi di seluruh dunia menunjukkan bahwa beban dunia akibat
OMSK melibatkan 65–330 juta orang dengan telinga berair, dimana 60% di
antaranya (39–200 juta) menderita kurangnya pendengaran yang signifikan.
Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan termasuk dalam
klasifikasi tinggi dalam tingkatan klasifikasi insidensi. Pasien OMSK meliputi
25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di
Indonesia. Berdasarkan Survei Nasional Kesehatan Indera Penglihatan dan
Pendengaran oleh Departemen Kesehatan R.I tahun 1994-1996, angka kesakitan
(morbiditas) Telinga, Hidung, dan Tenggorok (THT) di Indonesia sebesar 38,6%
dengan prevalensi morbiditas tertinggi pada kasus telinga dan gangguan
pendengaran yaitu sebesar 38,6% dan prevalensi otitis media supuratif kronis
antara 2,1-5,2%.4 Data poliklinik THT RSUP H. Adam Malik Medan tahun
2006 menunjukkan pasien OMSK merupakan 26% dari seluruh kunjungan
pasien. 5

2.3.3 Etiologi OMSK


Agen penyebab otitis media supuratif kronis adalah sebagai berikut:6
 Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan organisme gram
negatif lain seperti Proteus sp., Klebsiella sp., dan Escherichia coli biasanya
dapat dikultur pada otorea kronis tanpa komplikasi.

9
 Bacteriodes fragilis sering ditemukan pada mastoiditis yang terkait dengan
otitis media supuratif kronis.6

2.3.4 Faktor Risiko OMSK


Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya OMSK antara lain:5
 Faktor rhinogen
Yakni infeksi saluran napas bagian atas berulang, misalnya seperti infeksi
saluran nafas atas (ISPA), rhinitis, adenoiditis, sinusitis. Infeksi ini dapat
menjalar melalui tuba eustachii ke kavum timpani.
 Faktor eksogen
Kebersihan dari liang telinga yang jelek, misalnya seperti sering mandi di
kali, korek-korek telinga, dan sebagainya. Kuman-kuman masuk melalui
lubang perforasi ke dalam kavum timpani.
 Keadaan umum yang jelek
Misalnya pada malnutrisi, tuberkulosis, diabetes mellitus, dan sebagainya.5

2.3.5 Patofisiologi OMSK


OMSK dimulai dari episode infeksi akut terlebih dahulu. Patofisiologi dari
OMSK dimulai dari adanya iritasi dan inflamasi dari mukosa telinga tengah
yang disebabkan oleh multifaktorial, diantaranya infeksi yang dapat disebabkan
oleh virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh turun,
lingkungan dan sosial ekonomi. Kemungkinan penyebab terpenting mudahnya
anak mendapat infeksi telinga tengah adalah struktur tuba pada anak yang
berbeda dengan dewasa dan kekebalan tubuh yang belum berkembang sempurna
sehingga bila terjadi infeksi jalan napas atas, maka lebih mudah terjadi infeksi
telinga tengah berupa Otitis Media Akut (OMA). Respon inflamasi yang timbul
adalah berupa udem mukosa. Jika proses inflamasi ini tetap berjalan, pada
akhirnya dapat menyebabkan terjadinya ulkus dan merusak epitel. Mekanisme
pertahanan tubuh penderita dalam menghentikan infeksi biasanya menyebabkan
terdapatnya jaringan granulasi yang pada akhirnya dapat berkembang menjadi
polip di ruang telinga tengah. Jika lingkaran antara proses inflamasi, ulserasi,

10
infeksi dan terbentuknya jaringan granulasi ini berlanjut terus akan merusak
jaringan sekitarnya.
Ada beberapa mekanisme dimana dengan perforasi membran timpani yang
persisten dapat berkembang dihampir seluruh kasus, OMSK muncul sebagai
konsekuensi dari episode OMA dengan perforasi, yang disusul dengan
kegagalan kesembuhan dari perforasinya.1
Dalam hal ini ada dua mekanisme utama bagaimana perforasi kronis dapat
mengawali ke infeksi telinga tengah berulang dan kontinyu:
a. Bakteri dapat mengontaminasi celah telinga tengah secara langsung dari
telinga luar karena barier pertahanan fisik dan membran timpani telah hilang.
b. Membran timpani yang intak secara normal menghasilkan gas yang menjadi
bantalan gas di telinga tengah, dimana ini membantu untuk mencegah
refluks dari sekresi nasofaringeal ke dalam telinga tengah melalui tuba
eustachius. Hilangnya mekanisme proteksi menghasilkan peningkatan dari
eksposur dari telinga tengah ke bakteri patogen yang berasal dari
nasofaring.1

2.3.6 Klasifikasi OMSK


OMSK dapat dibagi atas dua tipe, yaitu tipe benigna dan tipe maligna.
Proses peradangan pada OMSK tipe benigna terbatas pada mukosa saja, dan
biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK
tipe benigna jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe
benigna tidak terdapat kolesteatoma. OMSK tipe maligna ialah OMSK yang
disertai dengan kolesteatoma. OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe
bahaya atau tipe tulang. Perforasi pada OMSK tipe maligna letaknya marginal
atau atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma pada OMSK dengan
perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul
pada OMSK tipe maligna.
Berdasarkan aktivitas sekret juga dikenal OMSK aktif dan tenang. OMSK
aktif ialah OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif.
Biasanya didahului oleh perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba

11
eustachius atau setelah berenang dimana kuman masuk melalui liang telinga
luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai purulen. Jarang ditemukan polip yang
besar pada liang telinga luar. Perluasan infeksi ke sel-sel mastoid mengakibatkan
penyebaran yang luas dan penyakit mukosa yang menetap harus dicurigai bila
tindakan konservatif gagal untuk mengontrol infeksi atau jika granulasi pada
mesotimpanum dengan atau tanpa migrasi sekunder kulit, dimana kadang-
kadang adanya sekret yang berpulsasi di atas kuadran posterosuperior. OMSK
tenang ialah OMSK yang pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang
kering dengan mukosa telinga tengah yang pucat. Gejala ini dijumpai berupa tuli
konduktif ringan. Gejala lain yang dijumpai seperti vertigo, tinnitus, atau suatu
rasa penuh dalam telinga.

Tabel 1. Perbedaan OMSK tipe benigna dan OMSK tipe maligna 1


OMSK Tipe Benigna OMSK Tipe Maligna
Proses peradangan terbatas pada Proses peradangan tidak terbatas
mukosa hanya pada mukosa
Proses peradangan tidak mengenai Proses peradangan mengenai tulang
tulang
Perforasi membran timpani tipe Perforasi membran timpani tipe
sentral marginal atau atik, kadang-kadang tipe
subtotal (sentral) dengan kolesteatoma
Jarang terjadi komplikasi yang Sering terjadi komplikasi yang
berbahaya berbahaya
Kolesteatoma tidak ada Kolesteatoma ada

2.4 OMSK Tipe Maligna


OMSK tipe maligna adalah OMSK yang mengandung kolesteatoma, disebut
tipe maligna (bahaya) karena sering menimbulkan komplikasi berbahaya.
Kolesteatoma sendiri adalah epitel gepeng dan debris tumpukan pengelupasan
keratin yang terjebak di dalam rongga timpanomastoid. Patofisiologinya bisa karena

12
kongenital atau didapat. Bila telah terbentuk akan terus meluas. Karena merupakan
debris keratin, dapat menjadi lembab karena menyerap air sehingga mengundang
infeksi.7
Gangguan pendengaran tipe konduktif timbul akibat terbentuknya
kolesteatoma bersamaan juga karena hilangnya alat penghantar udara pada otitis
media nekrotikans akut. Selain tipe konduktif dapat pula tipe campuran karena
kerusakan pada koklea yaitu karena erosi pada tulang kanalis semisirkularis akibat
osteolitik kolesteatom. 7
Kolesteatoma mengerosi tulang yang terkena baik akibat efek penekanan oleh
tumpukan debris keratin, maupun akibat aktifitas enzim osteoklas. Kolagenase telah
diketahui tinggi konsentrasinya di epidermis kolesteatoma. Resorpsi tulang dapat
menyebabkan destruksi trabekula mastoid, erosi osikel, fistula labirin, pemaparan
nervus fasialis, dura, serta sinus lateral. Karena perjalanan penyakitnya itu OMSK
dengan kolesteatoma disebut OMSK tipe maligna (bahaya). 7

2.4.1 Kolesteatoma
Kolesteatoma merupakan suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel
(keratin). Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatoma
bertambah besar.1

Gambar 4. Melalui perforasi membrane timpani tampak jaringan granulasi dan


kolesteatoma pada kavum timpani 1

Kolesteatoma dapat dibagi atas dua jenis, yaitu:1


1. Kolesteatoma kongenital yang terbentuk pada masa embrionik dan
ditemukan pada telinga dengan membran timpani utuh tanpa ada tanda-

13
tanda infeksi. Lokasi kolesteatoma biasanya di kavum timpani, daerah
petrosus mastoid, atau di cerebellopontin angle. Kolesteatoma di
cerebellopontin angle sering ditemukan secara tidak sengaja oleh ahli bedah
saraf.1
2. Kolesteatoma akuisital yang terbentuk setelah anak lahir, jenis ini terbagi
atas dua:
a. Kolesteatoma akuisital primer
Kolesteatoma yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membran
timpani. Kolesteatoma timbul akibat terjadi proses invaginasi dari
membran timpani pars flaksida karena adanya tekanan negatif di telinga
tengah akibat gangguan tuba.1
b. Kolesteatoma akuisital sekunder
Kolesteatoma terbentuk setelah adanya perforasi membran timpani.
Kolesteatoma terbentuk sebagai akibat dari masuknya epitel kulit dari
liang telinga atau dari pinggir perforasi membran timpani ke telinga
tengah atau terjadi akibat metaplasia mukosa kavum timpani karena
iritasi infeksi yang berlangsung lama.1
Pada teori implantasi dikatakan bahwa kolesteatoma terjadi akibat implantasi
epitel kulit secara iatrogenik ke dalam telinga tengah sewaktu operasi, setelah blust
injury, pemasangan pipa ventilasi, atau setelah miringotomi.1

2.4.2 Manifestasi Klinis OMSK Maligna


Gejala khas OMSK maligna atau kolesteatoma adalah otorea tanpa rasa
nyeri, yang terus-menerus atau sering berulang. Ketika kolesteatoma terinfeksi,
kemungkinan besar infeksi tersebut sulit dihilangkan. Karena kolesteatoma
tidak memiliki suplai darah (vaskularisasi), maka antibiotik sistemik tidak
dapat sampai ke pusat infeksi pada kolesteatoma. 4
Gangguan pendengaran juga merupakan gejala yang umum pada
kolesteatoma. Kolesteatoma yang besar akan mengisi ruang telinga tengah
dengan epitel deskuamasi dengan atau tanpa sekret mukopurulen sehingga

14
menyebabkan kerusakan osikular yang akhirnya menyebabkan terjadinya tuli
konduktif yang berat. 4
Pusing adalah gejala umum relatif pada kolesteatoma, tetapi tidak akan
terjadi apabila tidak ada fistula labirin akibat erosi tulang atau jika kolesteatoma
mendesak langsung pada stapes footplate. Pusing adalah gejala yang
mengkhawatirkan karena merupakan pertanda dari perkembangan komplikasi
yang lebih serius. 4
Pada pemeriksaan fisik, tanda yang paling umum dari kolesteatoma adalah
drainase dan jaringan granulasi di liang telinga dan telinga tengah tidak
responsif terhadap terapi antimikroba. Suatu perforasi membran timpani
ditemukan pada lebih dari 90% kasus. Kolesteatoma kongenital merupakan
pengecualian, karena seringkali gendang telinga tetap utuh sampai komponen
telinga tengah cukup besar. Kolesteatoma yang berasal dari implantasi
epitel skuamosa kadangkala bermanifestasi sebelum adanya gangguan pada
membran timpani, akan tetapi pada kasus-kasus seperti ini, (kolesteatoma
kongenital, kolesteatoma implantasi) pada akhirnya kolesteatoma tetap saja akan
menyebabkan perforasi pada membran timpani.4
Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna, yaitu:
a. Adanya abses atau fistel retroaurikular.
b. Jaringan granulasi atau polip di liang telinga yang berasal dari kavum
timpani.
c. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatoma).
Mengingat OMSK tipe maligna seringkali menimbulkan komplikasi yang
berbahaya, maka perlu ditegakkan diagnosis dini. Walaupun diagnosis pasti baru
dapat ditegakkan di kamar operasi, namun beberapa tanda klinis dapat menjadi
pedoman akan adanya OMSK tipe maligna, yaitu perforasi marginal atau atik.
Tanda ini biasanya merupakan tanda dini OMSK tipe maligna, sedangkan pada
kasus yang sudah lanjut dapat terbentuk abses atau fistel retroaurikular, polip,
atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal dari dalam telinga
tengah, terlihat kolesteatoma pada telinga tengah, sekret berbentuk nanah dan

15
berbau khas (aroma kolesteatoma) atau terlihat bayangan kolesteatoma pada foto
rontgen mastoid.1

2.4.3 Penyebaran OMSK Maligna


a. Penyebaran hematogen
Penyebaran melalui osteotromboflebitis dapat diketahui dengan adanya
komplikasi terjadi pada awal suatu infeksi atau eksaserbasi akut, dapat
terjadi pada hari pertama atau kedua sampai hari kesepuluh. Gejala
prodormal tidak jelas seperti didapatkan pada gejala meningitis lokal. Serta
pada operasi didapatkan dinding tulang telinga tengah utuh, tulang serta
lapisan mukoperiostal meradang dan mudah berdarah, sehingga disebut juga
mastoiditis hemoragika. 7
b. Penyebaran melalui erosi tulang
Penyebaran melalui erosi tulang dapat diketahui apabila komplikasi terjadi
beberapa minggu atau lebih setelah awal penyakit. Gejala prodromal infeksi
lokal biasanya mendahului gejala infeksi yang lebih luas, misalnya paralisis
saraf fasialis total, atau gejala meningitis lokal mendahului meningitis
purulen. Selain itu pada operasi dapat ditemukan lapisan tulang yang rusak
diantara fokus supurasi dengan struktur disekitarnya. Struktur jaringan lunak
yang terbuka biasanya dilapisi oleh jaringan granulasi. 7
c. Penyebaran melalui jalan yang sudah ada
Penyebaran cara ini dapat diketahui apabila komplikasi terjadi pada awal
penyakit. Adanya serangan labirinitis atau meningitis berulang, mungkin
dapat ditemukan fraktur tengkorak, riwayat operasi tulang, atau riwayat
otitis media yang sudah sembuh. Komplikasi intrakranial mengikuti
komplikasi labirinitis supuratif. 7

2.4.4 Pemeriksaan Penunjang OMSK Maligna


Pemeriksaan dalam menegakkan diagnosis OMSK maligna sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapatkan tuli
konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensorineural, beratnya

16
ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta
keutuhan dan mobilitas sistem penghantaran suara di telinga tengah.
Evaluasi audiometri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan
fungsi koklea. Dengan menggunakan audiometri nada murni pada hantaran
udara dan tulang serta penilaian tutur, biasanya kerusakan tulang-tulang
pendengaran dapat diperkirakan, dan bisa ditentukan manfaat operasi
rekonstruksi telinga tengah untuk perbaikan pendengaran.

2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi daerah mastoid pada penyakit telinga tengah
kronis nilai diagnostiknya terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi
dan audiometri. Pemeriksaan radiologi biasanya mengungkapkan mastoid
yang tampak sklerotik, lebih kecil dengan pneumatisasi lebih sedikit
dibandingkan mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi tulang,
terutama pada daerah atik memberi kesan kolesteatoma.
Modalitas pencitraan pilihan adalah CT scan karena CT scan dapat
mendeteksi cacat tulang yang halus sekalipun. Namun, CT scan tidak
selalu bisa membedakan antara jaringan granulasi dan kolesteatoma.
Densitas kolesteatoma dengan cairan serebrospinal hampir sama, yaitu
kurang-lebih -2 sampai +10 Hounsfield Unit, sehingga efek dari desakan
massa itu sendirilah yang lebih penting dalam mendiagnosis kolesteatoma.

2.4.5 Tatalaksana OMSK Maligna


Sejak awal harus dibedakan OMSK yang sebaiknya mendapat terapi
operatif untuk menghindarkan penundaan tindakan operasi pada pasien yang
penyakitnya memang secara medik tak dapat sembuh sejak onsetnya dan karena
tendensi progresifitas penyakitnya. Secara umum, infeksi yang mengenai daerah
atik dan antrum (penyakit antroantral) biasanya terlalu dalam di telinga untuk
dapat dicapai oleh antibiotik.
Kolesteatoma berpotensi mendestruksi tulang dan memungkinkan
penyebaran infeksi sehingga memerlukan operasi. OMSK yang disertai

17
peradangan mukosa difus, karena diikuti granulasi di kavum timpani dan rongga
mastoid umumnya sukar sekali diatasi dengan medikamentosa saja. OMSK
dengan tanda komplikasi intratemporal atau intrakranial harus direncanakan
secepatnya untuk tindakan mastoidektomi. Pasien dengan otore dari perforasi
sentral dapat diobati dulu dengan medikamentosa untuk mengontrol infeksi dan
menghentikan otore sebagai tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang
adalah usaha menutup perforasi membran timpani dan memperbaiki
pendengaran baik secara konservatif maupun operatif.
OMSK tipe maligna bersifat progresif, kolesteatoma yang semakin luas
akan mendestruksi tulang yang dilaluinya, infeksi sekunder akan menyebabkan
keadaan septik lokal dan menyebabkan apa yang disebut nekrosis septik lokal
dan menyebabkan apa yang disebut nekrosis septik jaringan lunak yang dilalui
kolesteatoma dan di jaringan sekitarnya sehingga juga menyebabkan destruksi
jaringan lunak yang mengancam akan terjadinya komplikasi. Pengobatan satu-
satunya adalah tindakan operasi untuk eradikasi kolesteatoma. Pengobatan
konservatif dengan pembersihan lokal melalui liang telinga pada kolesteatoma
yang masih terbatas atau pasien dengan kondisinya tidak mungkin menjalani
operasi baik dalam anestesi lokal maupun anestesi umum. Pengobatan
pencegahan perluasan kolesteatoma dengan pemasangan pipa ventilasi untuk
retraksi ringan, operatif bisa meluas, tergantung luas kerusakan, dan pilihan ahli
bedah dapat dilakukan beberapa pilihan.
Tindakan atikotomi anterior dipilih apabila kolesteatoma masih sangat
terbatas di atik. Bila kolesteatoma tidak dapat dibersihkan secara total dengan
tindakan di atas, dapat dipilih variasi teknik eradikasi kolesteatoma yang diikuti
tindakan rekonstruksi fungsi pendengaran pada saat yang sama, misalnya
timpanoplasti dinding runtuh (canal wall down tympanoplasty) atau
timpanoplasti dinding utuh (canal wall up tympanoplasty) atau atikoantroplasti
atau timpanoplasti buka-tutup (osteoclastic epitympanotom, open and close
method tympanolasty) dan sebagainya.
Prinsip terapi OMSK tipe maligna ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi
dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa

18
hanyalah terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses
perosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri
sebelum mastoidektomi. Pembedahan yang dilakukan yaitu mastoidektomi
radikal atau mastoidektomi radikal dengan modifikasi. Tujuan mastoidektomi
adalah menghilangkan jaringan infeksi, menciptakan telinga yang kering, dan
aman.1,8

Mastoidektomi radikal
Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau
kolesteatoma yang sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum
timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik. Maleus, inkus, dan krus
anterior posterior stapes diangkat kecuali basis stapes. Dinding batas antara liang
telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga
ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi ini ialah
untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke
intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.1

Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi Bondy)


Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan kolesteatoma di daerah
atik, tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan
dan dinding posterior liang telinga direndahkan. Dinding posterior MAE
diangkat sebagian, dipertahankan dinding MAE tempat anulus timpanikus.
Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan patologik dan
mempertahankan pendengaran yang masih ada.1

Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach


Tympanoplasty)
Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada
OMSK tipe maligna ataupun tipe benigna dengan jaringan granulasi yang luas.
Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran

19
tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding
posterior telinga).1
Membersihkan kolesteatoma dan jaringan granulasi di kavum timpani,
dikerjakan melalui dua jalan (combined approach) yaitu melalui liang telinga
dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Teknik operasi
ini pada OMSK tipe maligna belum disepakati oleh ahli, oleh karena sering
terjadi kambuhnya kolesteatoma kembali.1
Secara umum timpanoplasti lebih jarang dikerjakan pada anak-anak
dibawah lima tahun. Hal ini karena tingginya insidens infeksi telinga dan fungsi
tuba eustacius belum memadai.
Tabel 2. Prosedur pembedahan pada kolesteatoma 8

Prosedur Hasil akhir Keuntungan Kerugian setelah


setelah pembedahan
pembedahan
Timpanoplasty Liang telinga Risiko rendah Berisiko
(canal wall up dengan membran untuk otorea kekambuhan
with timpani kolesteatom pars
mastoidektomy flasid
)
Atticotomy Liang telinga Risiko menengah Berisiko
dengan membran untuk otorea kekambuhan
timpani dan defek kolesteatom pars
pada epitimpani flasid
Modifikasi Liang telinga Risiko kecil untuk Risiko yang
mastoidektomi dengan membran risiko signifikan untuk
radikal (canal timpani kekambuhan kejadian otorea
wall down) kolesteatom pars
flasid
Mastoidektomi Liang telinga Risiko kecil untuk Risiko yang
radikal (canal tanpa membran risiko signifikan untuk
wall down) timpani kekambuhan kejadian otorea

20
kolesteatom pars dan gangguan
flasid dan pars pendengaran
tensa

2.4.6 Komplikasi
Komplikasi otitis media terjadi apabila barier (sawar) pertahanan telinga
yang normal dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke struktur
sekitarnya. Pertahanan pertama ialah kavum timpani mampu melokalisasi
infeksi. Bila sawar ini runtuh, maka struktur lunak disekitarnya akan terkena.
Runtuhnya periosteum akan menyebabkan terjadinya abses subperiosteal, suatu
komplikasi yang tidak berbahaya. Apabila infeksi mengarah ke dalam, ke tulang
temporal, maka akan menyebabkan parese n. fasialis dan labirinitis. Bila ke arah
kranial akan menyebabkan abses ekstradural, tromboflebitits, sinus lateralis
meningitis, dan abses otak.7
Bila sawar tulang terlampaui suatu dinding pertahanan ketiga yaitu jaringan
granulasi akan terbentuk. Pada OMSK penyebaran terjadi melalui erosi tulang.7
Komplikasi di telinga dalam terjadi karena apabila terdapat peninggian
tekanan di tengah oleh produk infeksi, ada kemungkinan produk infeksi itu akan
menyebar ke telinga dalam melalui tingkap bulat (fenestra rotundum) selama
kerusakan hanya sampai bagian basalnya saja biasanya tidak menimbulkan
keluhan tetapi apabila kerusakan telah menyebar ke koklea akan menjadi
masalah. Penyebaran oleh proses destruksi seperti oleh kolesteatoma atau infeksi
langsung ke labirin akan menyebabkan gangguan keseimbangan dan
pendengaran misalnya vertigo, mual, muntah, serta tuli saraf.6
Yang sering terjadi adalah fistula labirin dan labirinitis. Hal ini terjadi
terutama dengan kolesteatoma dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada
bagian vestibuler labirin hingga terbentuk fistula.6

2.4.7 Prognosis
Mengeliminasi kolesteatoma hampir selalu berhasil, namun mungkin
memerlukan beberapa kali pembedahan. Karena pada umumnya

21
pembedahan berhasil, komplikasi dari pertumbuhan tidak terkendali dari
kolesteatoma sekarang ini jarang terjadi.9
Timpanoplasty canal wall down menjanjikan tingkat kekambuhan yang
sangat rendah dari kolesteatoma. Pembedahan ulang pada kolesteatoma terjadi
pada 5% kasus, yang cukup menguntungkan bila dibandingkan tingkat
kekambuhan timpanoplasty canal wall up yang 20-40%.9
Meskipun demikian, karena rantai osikular dan atau membran timpani
tidak selalu dapat sepenuhnya direstorasi kembali normal, maka kolesteatoma
tetaplah menjadi penyebab umum relatif tuli konduktif permanen. 9

22
BAB III
KESIMPULAN

1. Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) adalah infeksi kronis mukosa telinga
tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluar sekret dari telinga
tengah lebih dari 2 bulan baik terus menerus maupun hilang timbul, sifat
sekretnya mungkin serous, mukus, atau mukopurulen. OMSK tipe maligna ialah
OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. OMSK ini dikenal juga dengan
OMSK tipe bahaya atau tipe tulang.
2. Etiologi OMSK berupa bakteri Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus
aureus, dan organisme gram negatif lain.
3. Gejala khas OMSK maligna atau kolesteatoma adalah otorea tanpa rasa nyeri,
yang terus-menerus atau sering berulang. Dapat disertai gangguan pendengaran
dan rasa pusing.
4. Prinsip terapi OMSK tipe maligna ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi
dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa
hanyalah terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Soepardi EA,
Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi keenam. Jakarta: FKUI, 2011. Hal 69-74.
2. Barath K, Huber AM, Stampfli P, Varga Z, Kollias S. Neuroradiology of
cholesteatomas. AJNR. Feb 2011.
3. Roland PS. Middle Ear, Cholesteatoma. Emedicine. June 29, 2009. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/860080-overview.
4. Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran. Dalam: Soepardi
EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi keenam. Jakarta: FKUI, 2011.
5. Soehartono. Telinga. Laboratorium Ilmu Kesehatan Telinga Hidung dan
Tenggorok. Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman. Samarinda. 2010
6. Acuin Jose. 2004. Chronic Supurative Otitis Media Burden Of Illnes and
Management Operation. Geneva: WHO, pp:9-12
7. Helmi, Djaafar ZA, Restuti RD. Komplikasi Otitis Media Supuratif. Dalam:
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi keenam. Jakarta: FKUI, 2011.
Hal 78-85.
8. Adams, Boies, Higler. BOEIS Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke 6. EGC.
Jakarta.1997.
9. Barath K, Huber AM, Stampfli P, Varga Z, Kollias S. Neuroradiology of
cholesteatomas. AJNR. 2011.

24

Anda mungkin juga menyukai