Anda di halaman 1dari 29

CASE REPORT SESSION (CRS)

* Kepaniteraan Klinik Senior / G1A219104


** Pembimbing / dr. Angga Pramuja, Sp. T.H.T.K.L

OTITIS MEDIA AKUT

Fazilla Maulidia *
dr. Angga Pramuja, Sp. T.H.T.K.L **

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN THT RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
HALAMAN PENGESAHAN

REFERAT

OTITIS MEDIA AKUT

Disusun Oleh:
Fazilla Maulidia, S.Ked
G1A219104

Kepaniteraan Klinik Senior


Bagian THT RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi

Laporan ini telah diterima dan di presentasikan


2020

Pembimbing

dr. Angga Pramuja, Sp. T.H.T.K.L


i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
“Otitis Media Akut” sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan
Klinik Senior di Bagian THT di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Angga Pramuja, Sp.
T.H.T.K.L yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk
membimbing penulis selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian
THT RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada referat ini,


sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan laporan
ini. Penulis mengharapkan semoga referat ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca.

Jambi, 01 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................3
2.1 Anatomi dan Fisiologi.................................................................................3
2.2 Otitis Media...................................................................................................9
2.3 Otitis Media Akut
2.3.1 Definisi.............................................................................................10
2.3.2 Epidemiologi....................................................................................10
2.3.3 Etiologi.............................................................................................11
2.3.4 Faktor Risiko....................................................................................11
2.3.5 Patofisiologi......................................................................................12
2.3.6 Gejala Klinis.....................................................................................13
2.3.7 Diagnosis..........................................................................................13
2.3.8 Tatalaksana.......................................................................................17
2.3.9 Komplikasi........................................................................................19
2.3.10 Prognosis........................................................................................19
BAB III KESIMPULAN ..................................................................................20
3.1 Kesimpulan.................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh


mukosa telinga tengah, tubaeustachius, antrum mastoid, dan sel-sel
mastoid. otitis media terbagi atas otitis mediasupuratif dan non-
supuratif, dimana masing-masing memiliki bentuk akut dan
kronis.Otitis media akut termasuk kedalam jenis otitis media
supuratif. Selain itu, terdapat juga jenis otitis media spesifik, yaitu
otitis media tuberkulosa, otitis media sifilitik, dan otitismedia
adhesiva.1

Otitis Media Akut (OMA) merupakan peradangan sebagian


atau seluruh bagian mukosa telinga tengah, tuba Eusthacius, antrum
mastoid dan sel-sel mastoid yang berlangsung mendadak yang
disebabkan oleh invasi bakteri maupun virus ke dalam telinga
tengah baik secara langsung maupun secara tidak langsung sebagai
akibat dari infeksi saluran napas atas yang berulang.1

Tuba Eusthacius adalah saluran yang menghubungkan


rongga telinga tengah dengan nasofaring yang berfungsi sebagai
ventilasi, drainase sekret dan menghalangi masuknya sekret dari
nasofaring ke telinga tengah.1

Prevalensi kejadian OMA banyak diderita oleh anak-


anak maupun bayi dibandingkan pada orang dewasa tua maupun
dewasa muda. Pada bayi terjadinya OMA dipermudah oleh karena
tuba Eustachius lebih pendek, lebar dan letaknya agak horizontal.
Pada anak-anak makin sering menderita infeksi saluran napas atas,
maka makin besar pula kemungkinan terjadinya OMA disamping

iv
oleh karena system imunitas anak yang belum berkembang secara
sempurna.1

Otitis media pada anak-anak sering kali disertai dengan


infeksi pada saluran pernapasan atas. Epidemiologi seluruh dunia
terjadinya otitis media berusia 1 thn sekitar 62%, sedangkan anak-
anak berusia 3 thn sekitar 83%. Di Amerika Serikat, diperkirakan
75% anak mengalami minimal satu episode otitis media sebelum
usia 3 tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga
kali atau lebih.

v
vi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Telinga


Anatomi Telinga
Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah dan telinga
dalam

Gambar 1. Anatomi Telinga2

a. Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga (aurikula) dan liang telinga
sampai membran timpani.1,3
Aurikula mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi
mengumpulkan getaran udara. Aurikula terdiri atas lempeng tulang
rawan elastik tipis yang ditutupi kulit. Aurikula mempunyai ototintrinsik
dan ekstrinsik, keduanya disarafi oleh N.Facialis.3

3
Gambar 2 : Anatomi Telinga Luar

Meatus akustikus eksternus (liang telinga) adalah tabung berkelok


yang terbentang antara aurikula sampai membaran timpani. Berfungsi
menghantarkan gelombang suara dari aurikula ke mebran timpani. Pada
orang dewasa panjangnya ± 1 inci (2,5cm) dan dapat diluruskan
menggunakan otoskop dengan menarik aurikula ke atas dan ke
belakang. Pada anak, aurikula cukup ditarik lurus ke belakang, atau ke
bawah dan kebelakang. Daerah meatus yang paling sempit ± 5 mm dari
membran timpani.3
4
Sepertiga meatus bagian luar mempunyai kerangka tulang rawan
elastik dan dua pertiga dalam oleh tulang, yang dibentuk lempeng
timpani. Meatus dilapisi kulit dan sepertiga bagian luarnya memiliki
rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen. Yang terakhir ini adalah
modifikasi kelenjar keringat, yang menghasilkan lilin coklat kekuningan.
Rambut dan lilinini merupakan barier yang lengket untuk mencegah
masuknya benda-benda asing. Suplai kulit pelapisnya, berasal dari N.
Aurikulo temporalis dan cabang N. Vagus.3

b. Telinga Tengah
Kavum timpani adalah ruang berisi udara dalam pars petrosa ossis
temporalis yang dilapisi membran mukosa. Di dalamnya didapatkan
tulang-tulang pendengaran yang berfungsi meneruskan getaran membran
timpani (gendangan) ke perilimf telinga dalam. Merupakan suatu ruang
mirip celah sempit yang miring, dengan sumbu panjang terletak sejajar
dengan bidang membrantimpani.3
Telinga tengah berbentuk kubus dengan:
Batas luar : Membran timpani
Batas depan : Tuba eustachius
Batas bawah : Vena Jugularis
Batas belakang : Aditus ad antrum, kanalis facialis
parsvertikalis
Batas dalam : Kanalis semisirkularis horizontal,
kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval
window), tingkap bundar (round
window) dan promontorium.
Membran timpani adalah membran fibrosa tipis yang berbentuk
bundar yang berwarna putih mutiara. Membran ini terletak miring,
5
menghadap ke bawah, depan, dan lateral. Permukaannya konkaf ke
lateral. Pada dasar cekungannya terdapat lekukan kecil, yaitu umbo, yang
terbentuk oleh ujung manubrium mallei. Bila membran terkena cahaya
otoskop, bagian cekung ini menghasilkan “kerucut cahaya”, yang
memancar ke anterior dan inferior dari umbo.3
Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan.
Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat
pada inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada jendela
oval yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antara tulang- tulang
pendengaran merupakan persendian.
Tuba auditiva terbentang dari dinding anterior kavum timpani ke
bawah, depan, dan medial sampai ke nasofaring. Sepertiga bagian
posteriornya adalah tulang dan dua pertiga bagian anteriornya adalah
kartilago. Tuba berhubungan dengan nasofaring dengan berjalan melalui
pinggir atas m. konstriktor faringes superior. Tuba berfungsi
menyeimbangkan tekanan udara di dalam kavum timpani dengan
nasofaring.

6
Gambar 3 : Anatomi telinga tengah

7
c. Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua
setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis
semisirkularis yaitu:
- Kanalis semisirkularis superior
- Kanalis semisirkularis posterior
- Kanalis semisirkularis lateral
Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli disebelah
atas, skala timpani disebelah bawah dan skala media (duktus koklearis)
diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa,
sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut
sebagai membran vestibuli (Reissner’s membrane) sedangkan dasar
skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ
korti. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang
disebut membran tektoria dan pada membrane basalis melekat sel rambut
yang terdiri dari sel rambut dalam, luas dan kanalis korti, yang
membentuk organ korti.

7
Gambar 4 : Anatomi Telinga Dalam

Fisiologi Pendengaran
Proses pendengaran diawali oleh dengan ditangkapnya energi
bunyi (gelombang suara) oleh daun telinga dan melalui liang telinga
diteruskan ke membran timpani. Getaran tersebut menggetarkan
membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan mengaplikasikan getaran melalui daya ungkit
tulang pendengaran dan perkalian luas membran timpani dan tingkap
lonjong (oval window).1

Gambar 5 : Fisiologi Pendengaran

8
Energi getar yang telah di amplifikasi ini akan diteruskan ke
stapes yang menggetarkan oval window sehingga perilimfa pada skala
vestibuli bergerak.1
Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong
endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran
basilaris dan membran tektoria.
Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan
terjadinya defleksi steresilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka
dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel.1
Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut,
sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke
nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) dilobus
temporalis.1

2.2 Otitis Media

Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga


tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Secara
mudah, otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media
nonsupuratif (otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media
musinosa, otitis media efusi/OME).

Tabel 1. Skema pembagian otitis media

9
Masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis, yaitu
otitis media supuratif akut (otitis media akut=OMA) dan otitis media
supuratif kronik (OMSK/OMP). Begitu pula otitis media serosa terbagi
menjadi otitis media serosa akut (barotrauma=aerotitis) dan otitis media
serosa kronis. Selain itu terdapat juga otitis media spesifik, seperti media
tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis media yang lain ialah otitis
media adhesiva.1

Gambar 6. Patogenesis terjadinya Otitis Media

2.3 Otitis Media Akut

2.3.1 Definisi

Otitis media akut ialah peradangan sebagian atau seluruh


mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel
mastoid.1

2.3.2 Epidemiologi

Otitis media akut seringkali terjadi pada anak-anak. 4


Beberapa negara maju menjelaskan bahwa otitis media akut

10
merupakan infeksi yang umum pada usia dini dan merupakan
alasan umum untuk berobat. Prevalensi otitis media akut di setiap
negara berbeda-beda, namun biasanya berada pada kisaran 2,3 % –
20 %.4,5
Otitis media sangat sering terjadi pada anak-anak. Di
Amerika Serikat di perkirakan sekitar 70% anak mengalami otitis
media minimal satu kali atau bahkan lebih saat menjelang usia tiga
tahun. Anak-anak yang rentan terkena otitis media akut biasanya
berkisar dari umur 6-11 bulan. Insiden penyakit ini sedikit lebih
ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan perempuan. Angka
kejadian otitis media akut bervariasi ditiap negara.6

2.3.3 Etiologi

Sumbatan pada tuba Eustachius merupakan penyebab utama


dari otitis media. Pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba
Eustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam
telinga tengah terganggu juga sehingga terjadi peradangan. Hal-hal
yang menyebabkan sumbatan pada muara tuba antara lain, infeksi
saluran pernafasan, alergi, perubahan tekanan udara tiba-tiba,
tumor, dan pemasangan tampon yang menyumbat muara tuba.

Infeksi Saluran Pernapasan Atas juga merupakan salah satu


faktor penyebab yang paling sering. Kuman penyebab OMA adalah
bakteri piogenik, seperti Streptococcus hemoliticus, Haemophilus
Influenzae (27%), Staphylococcus aureus (2%), Streptococcus
Pneumoniae (38%), Pneumococcus. Pada anak-anak, makin sering
terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya otitis media
akut (OMA). Pada bayi, OMA dipermudah karena tuba
Eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal.1

2.3.4 Faktor Risiko

11
Faktor risiko dari otitis media pada populasi anak-anak dibagi menjadi faktor
inang dan faktor lingkungan. Faktorrisikotersebut yaitubayi yang lahir secara
prematur dan berat badan saat lahirnya rendah, umur,sertavariasi musim jugadapat
mempengaruhi. Dimana otitis media lebih sering terjadi pada musim gugur dan
musim dingin. Faktor lainnyayang berpengaruhsepertipredisposisi genetik,
pemberian ASI, kondisi imunodefisiensi,alergi, gangguan anatomi, sosial
ekonomi, lingkungan yang kumuh/padat, dan posisi tidur. Usia merupakan salah
satu faktor risiko yang sering berkaitan dengan kejadian otitis media akut. Dimana
umumnya kejadian OMA ini terjadi pada anak-anak dibandingkan dengan
kelompok usia lainnya. Faktor anatomi juga memperngaruhi dimana pada saat
anak-anak, saluran eustachiusposisinya lebih horizontal dibandingkan dengan usia
dewasa. Hal tersebut menyebabkan kecenderungan terjadinya OMA pada anak-
anak dibandingkan orang dewasa. Anak-anak pada usia 6-11 bulan lebih rentan
terkena otitis media akut.Kejadian otitis media inimenurun drastissetelah
munculnya gigi permanen, meski pada beberapa orang masih dapat terkena otitis
media akut bahkan hingga memasuki usia dewasa. Otitis media tidak hanya
menyebabkan sakit yangparah, tetapi juga dapat menyebabkan komplikasi yang
serius jika tidak mendapatkan penanganan.7,8
2.3.5 Patogenesis

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran


napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke
telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui
saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran
tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran,
tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk
melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri
dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya
terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan
jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang
dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang

12
telinga. Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran
dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil
penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga
dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang
dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan
yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran
hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga
juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu
banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena
tekanannya. OMA dapat berkembang menjadi otitis media
supuratif kronis apabila gejala berlangsung lebih dari 2 bulan, hal
ini berkaitan dengan beberapa faktor antara lain higiene, terapi
yang terlambat, pengobatan yang tidak adekuat, dan daya tahan
tubuh yang kurang baik.1

2.3.6 Gejala Klinis

Gejala otitis media akut yang paling sering adalah


kemerahan pada membrantimpani sebanyak 52,8% kasusdan
sakitpada telinga dilaporkan sebanyak 48,4% kasus. Keluarnya
cairan dari telinga dilaporkan sebanyak 14,4% kasus, tidak
ditemukan perbedaan gejala otitis media akut pada kelompok usia
tertentu.9

Gejala OMA pada orang dewasa yang paling sering


dikeluhkan adalahnyeri telinga yang mendadak, tetapi pada anak-
anak yang belum bisa bicara biasanya ditandai dengan memegang
telinga, menangis berlebih, demam, gangguan tidur.10

Pada penelitian yang dilakukan Mahardika dkk bahwa


Nyeri telinga merupakan gejala klinis OMA yang paling banyak

13
ditemui pada penelitian ini, dibandingkan dengan pasien tanpa
riwayat Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA).11

2.3.7 Stadium

OMA memiliki beberapa stadium berdasarkan pada


gambaran membran timpani yang diamati melalui liang telinga luar
yaitu stadium oklusi, stadium hiperemis, stadium supurasi, stadium
perforasi dan stadium resolusi.1

Pada stadium oklusi tuba Eustachius perdapat gambaran


retraksi membran timpani akibat tekanan negatif di dalam telinga
tengah akibat absorpsi udara. Membran timpani berwarna normal
atau keruh pucat dan sukar dibedakan dengan otitis media serosa
virus. terapi dikhususkan untuk membuka kembali tuba eustachius.
Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5% dalam larutan
fisiologik untuk anak <12 thn dan HCl efedrin 1% dalam larutan
fisiologik untuk anak yang berumur >12 thn atau dewasa. Selain
itu, sumber infeksi juga harus diobati dengan memberikan
antibiotik.1

OMA stadium oklusi

Pada stadium hiperemis, pembuluh darah tampak lebar dan


edema pada membran timpani. Sekret yang telah terbentuk

14
mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar
terlihat. diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan analgesik.
Antibiotik yang diberikan ialah penisilin atau eritromisin. Jika
terdapat resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam
klavunalat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin
IM agar konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak
terjadi mastoiditis yang terselubung, gangguan pendengaran
sebagai gejala sisa, dan kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal
selama 7 hari. Bila alergi terhadap penisilin maka diberikan
eritromisin. Pada anak diberikan ampisilin 4x50-100 mg/KgBB,
amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari, atau eritromisin 4x40
mg/kgBB/hari.1

OMA stadium hiperemis

Pada stadium supurasi, edema yang hebat pada mukosa


telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisila serta terbentuk
eksudat purulen di kavum timpani menyebabkan membran timpani
menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar. Pasien tampak sangat
sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di telinga tambah hebat.
Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka
terjadi iskemia. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai
daerah yang lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini akan
terjadi ruptur. Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk
dilakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh. Selain

15
itu, analgesik juga perlu diberikan agar nyeri dapat berkurang.
Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran
timpani, agar terjadi drenase sekret dari telinga tengah ke liang
telinga luar.1

OMA stadium supurasi

Pada stadium perforasi, karena beberapa sebab seperti


terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang
tinggi maka dapat menyebabkan membran timpani ruptur. Keluar
nanah dari telinga tengah ke telinga luar. Anak yang tadinya
gelisah akan menjadi lebih tenang, suhu badan turun, dan dapat
tidur nyenyak. sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang
terlihat sekret keluar secara berdenyut. Diberikan obat cuci telinga
H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3
minggu.1

16
OMA stadium perforasi

Pada stadium resolusi, bila terjadi perforasi, maka sekret


akan berkurang dan mengering. Resolusi dapat terjadi tanpa
pengobatan bila virulensi rendah dan daya tahan tubuh baik.1

OMA stadium resolusi

2.3.8 Diagnosis

2.3.8.1 Anamnesis

Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama


adalah rasa nyeri di dalam telinga, keluhan disamping suhu tubuh
yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya.

17
Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa
nyeri terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh di
telinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan anak kecil gejala
khas OMA ialah suhu tubuh tinggi dapat sampai 39,5 oC (pada
stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak
menjerit waktu tidur, diare, kejang dan terkadang anak memegang
telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka
sekret mengalir ke liang telinga luar, suhu tubuh turun dan anak
mulai tertidur dengan tenang.1

Diagnosis otitis media dapat dilakukan dengan mencari


tanda dan gejala dari otitismedia ini. Pada anak-anak biasanya
terjadi sakit dengan atau tanpa panas yang bersifat akut pada
telinga (otalgia). Pada anak didapatkan gejala dari infeksi saluran
nafas atas lalu juga terdapat cairan yang keluar dari telinga
(otorrhea), kehilangan pendengaran,danirritablitas. Pada
pemeriksaan otoskop, membran timpani akan mengembung karena
adanya efusi pada telinga bagian tengah, terlihat areakemerahan
atau warna kekuningan, berkurangnya kebeningan dari membran
timpani dan menjadi keruh, dan berkurangnya mobilitas.7

2.3.8.2 Pemeriksaan Fisik

Visualisasi dari membran timpani dengan identifikasi dari


perubahan dan inflamasi diperlukan untuk menegakkan diagnosis
dengan pasti. Untuk melihat membran timpani dengan baik adalah
penting bahwa serumen yang menutupi membran timpani harus
dibersihkan dan dengan pencahayaan yang memadai. Temuan pada
otoskop menunjukkan adanya peradangan yang terkait dengan
OMA telah didefinisikan dengan baik. Penonjolan (bulging) dari
membran timpani sering terlihat dan memiliki nilai prediktif

18
tertinggi untuk kehadiran OMA. Penonjolan (bulging) juga
merupakan prediktor terbaik dari OMA.
 
Kekeruhan juga merupakan temuan yang konsisten dan
disebabkan oleh edema dari membran timpani. Kemerahan dari
membran timpani yang disebabkan oleh peradangan mungkin hadir
dan harus dibedakan dari eritematosa ditimbulkan oleh demam
tinggi. Ketika kehadiran cairan telinga bagian tengah sulit untuk
menentukan, penggunaan timpanometri dapat membantu dalam
membangun diagnosis.

2.3.8.3 Pemeriksaan Penunjang

Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan


timpanosentesis (penusukan terhadap gendang telinga). Namun
pemeriksaan ini tidak dilakukan pada sembarang anak. Indikasi
perlunya timpanosentesis anatara lain OMA pada bayi berumur di
bawah 6 minggu dengan riwayat perawatan intensif di rumah sakit,
anak dengan gangguan kekebalan tubuh, anak yang tidak
member respon pada beberapa pemberian antibiotik atau dengan
gejala sangat berat dan komplikasi.(8) Untuk menilai keadaan
adanya cairan di telinga tengah juga diperlukan pemeriksaan
timpanometeri pada pasien.1

2.3.9 Penatalaksanaan

Pengobatan OMA tergntung stadium penyakitnya. Pada


stadium oklusi, penggobatan terutama bertujuan untuk membuka
kembali tuba eustachius, sehingga tekanan negatif pada telinga
tengah hilang, sehingga diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5
% dalam larutan fisiologik untuk anak <12 tahun, atau HCl efedrin
1 % dalam larutan fisiologik untuk anak > 12 tahun dan pada orang

19
dewasa. Sumber infeksi harus diobati antibiotik diberikan jika
penyebabnya kuman, bukan oleh virus atau alergi

Stadium Presupurasi adalah antibiotika, obat tetes hidung


dan analgetika. Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis
difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Antibiotik yang
dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau ampicilin. Terapi
awal diberikan penicillin intramuscular agar didapatkan konsentrasi
yang adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis
yang terselubung,. Gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan
kkekambuhan. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal 7 hari .
Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin.
Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50 – 100 mg/kgBB
per hari, dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mb/kgBB dibagi
dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/kgBB/hari

Pada stadium supurasi disamping diberikan antibiotik,


idealnya harus disertai dengan miringotomi, bila membran timpani
masih utuh. Dengan miringotomi gejal – gejala klinis lebih cepat
hilang dan ruptur dapat dihindari.

Pada stadium perforasi sering terlihat sekret banyak keluar


dan kadang terlihat keluarnya sekret secara berdenyut (pulsasi).
Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3%
selama 3 – 5 bhari serta antibiotik yang adekuat. Biasanya sekret
akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7 –
10 hari

Pada stadium resolusi, maka membran timpani berangsur


normal kembali, sekret tidak ada lagi dan perforasi membran
timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak
sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi membran
timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edema

20
mukosa teling tengah. Pada keadaan demikian, antibiotika dapat
dilajutkan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setrelah pengobatan
sekret masih tetap banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis.

2.3.10 Komplikasi

Sebelum ada antibiotik, OMA dapat menimbulkan


komplikasi yaitu abses sub-periosteal sampai komplikasi yang
berat seperti meningitis dan abses otak. Namun, sekarang setelah
adanya antibiotik semua jenis komplikasi itu biasanya didapatkan
sebagai komplikasi dari OMSK jika perforasi menetap dan sekret
tetap keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua bulan.

BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Otitis Media Akut (OMA) merupakan peradangan sebagian


atau seluruh bagian mukosa telinga tengah, tuba Eusthacius, antrum
mastoid dan sel-sel mastoid yang berlangsung mendadak yang
disebabkan oleh invasi bakteri maupun virus ke dalam telinga
tengah baik secara langsung maupun secara tidak langsung sebagai
akibat dari infeksi saluran napas atas yang berulang.

Diagnosis pasti dari OMA memenuhi semua 3 kriteria:


onset cepat, tanda-tanda efusi telinga tengah yang dibuktikan
dengan memperhatikan tanda mengembangnya membran timpani,
terbatas/tidak adanya gerakan membran timpani, adanya bayangan
cairan di belakang membran timpani, cairan yang keluar dari
telinga, tanda-tanda peradangan telinga bagian tengah, kemerahan
pada membran timpani dan nyeri telinga yang mengganggu tidur

21
dan aktivitas normal. Visualisasi dari membran timpani dengan
identifikasi dari perubahan dan inflamasi diperlukan, temuan pada
otoskopi menunjukkan adanya peradangan yang terkait dengan
OMA, penonjolan (bulging) juga merupakan prediktor terbaik dari
OMA.

Penatalaksanaan pada OMA terdapat sebuah kriteria untuk


antibakteri Perawatan atau Observasi pada Anak Dengan OMA,
apabila anak <6 tahun dapat diberi antibiotik walaupun diagnosis
belum pasti, usia 6bulan-2tahun kalau sudah pasti diagnosisnya
OMA dapat diberi antibakteri dan kalau belum pasti bisa diberi
antibakteri apabila gejala makin berat dan observasi bila gejala
ringan. Untuk usia >2tahun, bisa diberi antibakteri bila gejala
makin berat dan observasi jika gejala ringan, dan apabila diagnosis
belum pasti bisa di observasi dahulu.

DAFTAR PUSTAKA

1. Efiaty AS, Nurbaiti, Jenny B, Ratna DR. Buku Ajar Ilmu Kesehatan :
Telinga, Hidung, Tenggorokan Kepala Leher. Edisi keenam. Jakarta
FKUI, 2007: 10-14, 65-74.
2. Picture of ear anatomy. Available at :
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/002077.htm
3. Snell Richard S. Anatomi Telinga in Anatomi Klinik, Ed 6, EGC
2006, hal:782  – 792

22
4. Mamoto Nd. Pola Bakteri Aerob Pada Pasien Dengan Diagnosis Otitis
Media Supuratif Akut Di Poliklinik Tht-Kl Rsup. Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado.2015. Jurnal E-Biomedik (Ebm), Volume 3, Nomor 1
5. Deshmukh C. Acute otitis media in children-treatment options. Pediatrics.
2014. 44(3) : 81-4.
6. Cheong K. H. And Hussain, S. S. M. Management of reccurent acute
otitis media in children : systematic review of the effect of different
interventions on otitis media recurrence time. The journal of laryngology
& otology, 2012;126:874-885

7. Munilson, J. Edward, Y, and Yolazenia. Penatalaksanaan Otitis Media


Akut. Bagian Telinga Hidung Tenggorokan Bedah Kepala Leher.2012

8. Jervis-Bardy, J, Sanchez, L. and Carney, A. S. Otitis Media in Indigenous


Australian Children : Review of Epidemiology and Risk Factor. The
Journal of laryngology & Otology, 2013 ;128 : S16-S27.

9. Liese, J. G. The Incidence and Clinical Presentation of Acute Otitis Media


in Children Aged<6 Year in European Medical Practices. Epidemiol.
Infect.2013;142: 1778-1788

10. Anonim. Clinical Practice Guideline : The Diagnosis and Management of


Acute Otitis Media. The American Academy of Pediatric. 2014

11. Mahardika WP, Sudipta IM , Sutanegara SM. Karakteristik Pasien Otitis


Media Akut Dirumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.E-
Jm.2019;8(1)

23

Anda mungkin juga menyukai