Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“ASKEP OTITIS MEDIA”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

ANDIKA JUNALDI

ELISA PRATIWI

JUNITA SUTRA DENSI

MESSY MALISA

ULITTIA PURNAMA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


JURUSAN DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2017/2018
DAFTAR ISI

COVER (Halaman judul)

Kata pengantar..................................................................................................................i

Daftar isi...........................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1


1.2 Tujuan ..................................................................................................................1
1.2.1 Tujuan Umum.............................................................................................1
1.2.2 Tujuan Khusus............................................................................................2

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Anatomi Telinga.................... ...........................................................................3


2.2 Definisi...............................................................................................................4
2.3 Etiologi...............................................................................................................4
2.4 Manifestasi Kinik...............................................................................................5
2.5 Patofisiologi.......................................................................................................5
2.6 Penyebab............................................................................................................7
2.7 Terapi..................................................................................................................8
2.8 Pemeriksaan Diagnostic.....................................................................................8
2.9 Penatalaksanaan Medis....................................................................................10
2.10 Komplikasi......................................................................................................11

BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus..................................................................................................................13

3.2 Analisa Data.......................................................................................................13

3.3 Diagnosa.............................................................................................................16

3.4 Intervensi............................................................................................................16

BAB IV PENUTUP

4.1Kesimpulan..........................................................................................................19

4.2Saran....................................................................................................................19

Daftar Pustaka......................................................................................................................20
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Medikal Bedah 1 ( KMB 1 ) ini.Kami
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan keluarga yang membantu memberikan
semangat dan dorongan demi terwujudnya karya ini, yaitu makalah Keperawatan Medical
Bedah 1 (KMB 1) ini.

Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih
kurang sempurna.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dengan
tujuan untuk menyempurnakan makalah ini.
Dan kami berharap, semoga makalah ini dapat di manfaatkan sebaik mungkin, baik itu bagi
diri sendiri maupun yang membaca makalah ini.

Bengkulu, Oktober 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Otitis media adalah inflamasi pada bagian telinga tengah. Telinga tengah adalah
organ yang memiliki penghalang yang biasanya dalam keadaan steril. Tetapi pada suatu
keadaan jika terdapat infeksi bakteri pada nasofariong dan faring, secara alamiah terdapat
mekanisme pencegahan penjalaran bakteri memasuki telinga tengah oleh enzim pelindung
dan bulu-bulu halus yang dimiliki oleh tuba eustachii.

Otitis media sebenarnya adalah diagnosa yang paling sering dijumpai pada anak –
anak di bawah usia 15 tahun. Paling sering terjadi bila terdapat disfungsi tuba eustachii
seperti obstruksi yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, inflamasi jaringan
disekitarnya (eg : sinusitis, hipertrofi adenoid) atau reaksi alergik ( eg : rhinitis alergika) dan
sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang
menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Gejala yang sering ditimbulkan pada
otitis media biasanya ialah rasa nyeri, pendengaran berkurang, demam, pusing, juga kadang
disertai mendengar suara dengung (tinitus).

Sebagaimana halnya dengan kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), otitis
media juga merupakan salah satu penyakit langganan anak. Di Amerika Serikat, diperkirakan
75% anak mengalami setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan
hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25%
anak mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun.4 Di negara tersebut
otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun.

1.2 Rumusan masalah

Apa pengertian dari Otitis Media ?

Apa saja etiologi dari Otitis Media?

Apa manifestasi klinik dari Otitis Media?

Bagaimana pemeriksaan penunjang dan Diagnostik ?

Bagaimana penatalaksanaan Medis dan keperawatan dari Otitis Media?

Bagaimana komplikasi dari Otitis Media?

Bagaimana pengkajian asuhan keperawatan dari Otitis Media?


1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Mahasiswa dapat memahami kelainan pendengaran pada pasien otitis media

1.3.2 Tujuan khusus

Mahasiswa mampu :

1. Mahasiswa mampu memberikan pengkajian pada pasien dengan otitis media


2. Mahasiswa mampu memberikan diagnosa pada pasien dengan otitis media
3. Mahasiswa mampu memberikan intervensi pada pasien dengan otitis media
4. Mahasiswa mampu memberikan implementasi pada pasien dengan otitis media
5. Mahasiswa mampu memberikan evaluasi pada pasien dengan otitis media
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Anatomi Telinga

Telinga terdiri dari beberapa bagian

1. Telinga bagian luar

a. Aurikula (daun telinga).

Menampung gelombang suara datang dari luar masuk ke dalam telinga.

b. Meatus akustikus eksterna (liang telinga)

Saluran penghubung aurikula dengan membran timpani (terdiri tulang rawan &
keras, saluran ini mengandung rambut, kelenjar sebasea & kelenjar keringat,
khususnya menghasilkan sekret-sekret berbentuk serum).

c. Membran timpani

Selaput gendang telinga batas antara telinga luar & telinga tengah.

2. Telinga tengah

a. Kavum timpani

Rongga didalam tulang temporalis terdapat 3 buah tulang pendengaran


(maleus, inkus dan stapes).
b. Antrum timpani

Rongga tidak teratur terletak di bawah samping dari kavum timpani.

c. Tuba auditiva eustaki

Saluran tulang rawan yang berjalan miring ke bawah agak kedepan.

Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral
dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana
timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga,
Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan
translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli
(tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan
dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal.

Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes.
Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu
hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang
memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela
oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara.
Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang
agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah
mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga
tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.

Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan
telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat
kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba
berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah
dengan tekanan atmosfer.

3. Telinga bagian dalam

a. Labirin osseus

Serangkaian saluran bawah dikelilingi oleh cairan (perilimfe).

1) Vestibulum.

2) Koklea.

3) Kanalis semi sirkuler.

b. Labirintus membranosus

1) Utrikulus.

2) Sakulus.
3) Duktus semi sirkularis

2.2 Definisi

Otitis berarti peradangan dari telinga, dan media berarti tengah. Jadi otitis media
berarti peradangan dari telinga tengah. Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh
mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Gangguan
telinga yang paling sering adalah infeksi eksterna dan media. Sering terjadi pada anak-anak
dan juga pada orang dewasa (Soepardi, 1998).

Ada 3 ( tiga ) jenis otitis media yang paling umum ditemukan di klinik, yaitu :

1. Otitis media akut

Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum
telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 1999).

2. Otitis media serosa

Otitis media serosa / efusi adalah keadaan terdapatnya cairan di dalam telinga tengah
tanpa adanya tanda dan gejala infeksi aktif. Secara teori, cairan ini sebagai akibat tekanan
negative dalam telinga tengah yang disebabkan oleh obstruksi tuba eustachii.

3. Otitis media kronik

Otitis Media Kronik adalah peradangan kronik yang mengenai mukosa dan struktur
tulang di dalam kavum timpani.Otitis Media Kronik sendiri adalah kondisi yang berhubungan
dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode berulang Otitis
Media Akut yang tak tertangani.

2.3 Etiologi

Penyebabnya adalah bakteri-bakteri saluran pernafasan bagian atas dan bakteri


piogenik seperti streptococcus haemolyticus, staphylococcus aureus, pneumococcus,
haemophylus influenza, escherecia coli, streptococcus anhaemolyticus, proteus vulgaris,
pseudomonas aerugenosa.

Penyebab lainnya yaitu virus. Virus dapat dijumpai tersendiri atau bersamaan dengan
bakteri patogenik yang lain. Virus yang paling sering dijumpai pada anak-anak,
yaitu respiratory syncytial virus (RSV), influenza virus, atau adenovirus (sebanyak 30-40%).
Kira-kira 10-15% dijumpai parainfluenza virus, rhinovirus atau enterovirus. Virus akan
membawa dampak buruk terhadap fungsi tuba Eustachius, menganggu fungsi imun lokal,
meningkatkan adhesi bakteri, menurunkan efisiensi obat antimikroba dengan menganggu
mekanisme farmakokinetiknya (Kerschner, 2007).
2.4 Menifestasi Klinik

 Otitis Media Akut

Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat
ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa.

· Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang yang dapat
dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic ( pemberian tekanan positif atau negative
pada telinga tengah dengan insulator balon yang dikaitkan ke otoskop ), dapat mengalami
perforasi.

· Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani

· Keluhan nyeri telinga ( otalgia )

· Demam

· Anoreksia

· Limfadenopati servikal anterio

 Otitis Media Serosa

Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh atau gatal dalam
telinga atau perasaan bendungan, atau bahkan suara letup atau berderik, yang terjadi ketika
tuba eustachii berusaha membuka. Membrane tymphani tampak kusam (warna kuning redup
sampai abu-abu pada otoskopi pneumatik, dan dapat terlihat gelembung udara dalam telinga
tengah. Audiogram biasanya menunjukkan adanya kehilangan pendengaran konduktif.

 Otitis Media Kronik

Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan


terdapat otorrhea intermitten atau persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri
kecuali pada kasus mastoiditis akut, dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan dan
bahkan merah dan edema. Kolesteatoma, sendiri biasanya tidak menyebabkan nyeri. Evaluasi
otoskopik membrane timpani memperlihatkan adanya perforasi, dan kolesteatoma dapat
terlihat sebagai masa putih di belakang membrane timpani atau keluar ke kanalis eksterna
melalui lubang perforasi. Kolesteatoma dapat juga tidak terlihat pada pemeriksaan oleh ahli
otoskopi. Hasil audiometric pada kasus kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan
pendengaran konduktif atau campuran.
2.5 Patofisiologi

Umumnya otitis media dari nasofaring yang kemudian mengenai telinga tengah,
kecuali pada kasus yang relatif jarang, yang mendapatkan infeksi bakteri yang membocorkan
membran timpani. Stadium awal komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema pada
mukosa tuba eusthacius bagian faring, yang kemudian lumennya dipersempit oleh hiperplasi
limfoid pada submukosa.

Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh terkumpulnya cairan eksudat dan
transudat dalam telinga tengah, akibatnya telinga tengah menjadi sangat rentan terhadap
infeksi bakteri yang datang langsung dari nasofaring. Selanjutnya faktor ketahanan tubuh
pejamu dan virulensi bakteri akan menentukan progresivitas penyakit.

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas (ISPA) yangdiebabkan
oleh bakteri, kemudian menyebar ke telinga tengah melewati tubaeustachius. Ketika bakteri
memasuki tuba eustachius maka dapat menyebabkaninfeksi dan terjadi pembengkakan,
peradangan pada saluran tersebut.

Proses peradangan yang terjadi pada tuba eustachius menyebabkan stimulasi


kelenjarminyak untuk menghasilkan sekret yang terkumpul di belakang
membran timpani.Jika sekret bertambah banyak maka akan menyumbat saluran
eustachius,sehingga pendengaran dapat terganggu karena membran timpani dan tulang
osikel(maleus, incus, stapes) yang menghubungkan telinga bagian dalam tidak dapatbergerak
bebas.Selain mengalami gangguan pendengaran, klien juga akanmengalami nyeri pada
telinga.Otitis media akut (OMA) yang berlangsung selama lebih dari dua bulandapat
berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila faktor higienekurang diperhatikan,
terapi yang terlambat, pengobatan tidak adekuat, dan adanyadaya tahan tubuh yang kurang
baik.

2.6 Penyebab

Pada umumnya Otitis media disebabkan oleh :

 Streptococcus.
 Stapilococcus.
 Diplococcus pneumonie.
 Hemopilus influens.
 Gram Positif : S. Pyogenes, S. Albus.
 Gram Negatif : Proteus spp, Psedomonas spp, E. Coli.
 Kuman anaerob : Alergi, diabetes melitus, TBC paru.

2.7 Terapi

Terapi tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awalditujukan


untuk mengobati infeksi-infeksi saluran nafas atas, dengan pemberianantibiotik dekongestan
lokal atau sistemik, dan antipiretik.

o Stadium OklusiTujuan : membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan


berkurang ditelinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung, HCl efedrin 0,5%
dalamlarutan fisiologik (anak <12 tahun) atau HCl efedrin 1% (di atas 12 tahun
danpada orang dewasa).
o Stadium PresupurasiObat tetes hidung dan analgetika, antibiotika (biasanya dari
golonganpenisilin/ampisilin).
o Stadium SupurasiDisamping antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi
bilamembran tympani masih utuh.
o Stadium ResolusiMembran tympani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi
danperforasi membran tympani menutup.

2.8 Pemeriksaan Diagnostic

Pemeriksaan diagnosis :

o Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar


o Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane timpani
o Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (Aspirasi jarum
dari telinga tengah melalui membrane timpani).
2.9 Penatalaksanaan Medis

 Penatalaksanaan medis

Hasil penatalaksanaan otitis media bergantung pada efektifitas terapi ( e.g : dosis
antibiotika oral yang diresepkan dan durasi terapi ), virulensi bakteri, dan status fisik klien

Antibiotik dapat digunakan untuk otitis media akut. Pilihan pertama adalah
Amoksisilin; pilihan kedua – digunakan bila diperkirakan organismenya resisten terhadap
amoksisilin – adalah amoksisilin dengan klavulanat (Augmentin ; sefalosporin generasi
kedua), atau trimetoprin sulfametoksazol. Pada klien yang alergi penisilin, dapat diberikan
eritronmisin dan sulfonamide atau trimetoprim – sulfa.

Untuk otitis media serosa ( otitis media dengan efusi ), terapi yang umum dilakukan
adalah menunggu. Keadaan ini umumnya sembuh sendiri dalam 2 bulan.

Untuk otitis media serosa yang persisten, dianjurkan untuk melakukan miringotomi.
Miringotomi adalah prosedur bedah dengan memasukkan selang penyeimbang tekanan ke
dalam membrane timpani. Hal ini memungkinkan ventilasi dari telinga tengah, mengurangi
tekanan negative dan memungkinkan drainase cairan.

2.10 Komplikasi

 Gangguan dalam berbicara atau perkembangan berbahasa. Kondisi ini dapat


terjadi jika anak Anda sering mengalami infeksi telinga dan memengaruhi indera
pendengaran mereka saat masih kecil.
 Labirintitis. Labirin adalah struktur halus yang berada jauh di dalam telinga.
Terkadang, infeksi bisa menyebar hingga ke area ini. Kondisi ini dikenal dengan
istilah labirintitis. Gejala dari labirintitis dapat berupa pusing, vertigo, kehilangan
pendengaran, dan kehilangan keseimbangan. Gejala ini akan hilang dalam beberapa
minggu, tapi mungkin Anda akan diberikan resep obat-obatan untuk meredakan gejala
ini.
 Lubang pada gendang telinga. Dalam kondisi tertentu, tekanan atau kerusakan yang
terjadi di telinga tengah dapat merobek gendang telinga. Walau kondisi ini dapat pulih
dalam waktu 72 jam dengan sendirinya, terdapat beberapa kasus parah yang
mengharuskan penderitanya menjalani operasi untuk memulihkannya.
 Mastoiditis. Mastoid adalah tulang yang berada di belakang telinga. Jika infeksi yang
terjadi menyebar hingga ke area ini, maka dikenal dengan istilah mastoiditis. Gejala
dari mastoiditis adalah demam, sakit kepala, kehilangan indera pendengaran, serta
pembengkakan, merah, dan rasa sakit pada bagian belakang telinga. Kondisi ini bisa
ditangani dengan antibiotik yang diberikan lewat pembuluh darah atau dengan
operasi.
 Kolesteatoma. Kolesteatoma adalah kumpulan sel-sel kulit abnormal di dalam
telinga. Kondisi ini bisa muncul akibat infeksi telinga tengah yang sering kambuh
atau yang bersifat kronis. Jika dibiarkan, kolesteatoma bisa merusak struktur telinga
dan mengganggu fungsi pendengaran. Gejala dari kolesteatoma adalah kehilangan
pendengaran, kelumpuhan pada setengah bagian wajah, pusing, dan tinnitus atau
telinga berdesir. Operasi pengangkatan kolesteatoma akan diperlukan pada
kebanyakan kasus ini.
 Meningitis. Apabila infeksi yang terjadi menyebar hingga ke selaput pelindung otak
dan saraf tulang belakang, maka akan muncul kondisi yang disebut meningitis.
Komplikasi otitis media jenis ini cukup jarang terjadi. Gejala akibat meningitis adalah
sakit kepala parah, demam, mual, leher kaku, jantung berdetak cepat dan sensitif
terhadap cahaya. Segera temui dokter jika Anda mencurigai terjadi meningitis.
 Abses otak. Abses otak adalah pembengkakan yang berisi nanah dan muncul di
dalam otak. Ini adalah komplikasi otitis media yang jarang terjadi. Gejalanya berupa
sakit kepala parah, kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh, demam, kebingungan, dan
kejang-kejang. Ini adalah kondisi darurat yang membutuhkan penanganan di rumah
sakit. Pengobatan biasanya dilakukan melalui pemberian antibiotik dan operasi untuk
mengeluarkan nanah yang ada di dalam otak.
 Kelumpuhan wajah. Saraf wajah adalah kelompok saraf yang melewati tempurung
kepala dan digunakan untuk mengontrol ekspresi wajah. Pembengkakan yang terjadi
akibat infeksi telinga tengah bisa menekan saraf-saraf wajah, meski kondisi ini sangat
jarang sekali terjadi. Akibat tekanan tersebut, penderita tidak bisa menggerakkan
sebagian atau seluruh bagian wajah mereka. Kondisi ini akan pulih kembali jika
infeksi yang terjadi sudah diobati.

BAB III

TINJAUAN KASUS
BAB IV

PENUTUP
4.1 KESIMPULAN

Otitis berarti peradangan dari telinga, dan media berarti tengah. Jadi otitis media
berarti peradangan dari telinga tengah. Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh
mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Gangguan
telinga yang paling sering adalah infeksi eksterna dan media. Sering terjadi pada anak-anak
dan juga pada orang dewasa (Soepardi, 1998).

Ada 3 ( tiga ) jenis otitis media yang paling umum ditemukan di klinik, yaitu :

1. Otitis media akut

Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum
telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 1999).

2. Otitis media serosa

Otitis media serosa / efusi adalah keadaan terdapatnya cairan di dalam telinga tengah
tanpa adanya tanda dan gejala infeksi aktif. Secara teori, cairan ini sebagai akibat tekanan
negative dalam telinga tengah yang disebabkan oleh obstruksi tuba eustachii.

3. Otitis media kronik

Otitis Media Kronik adalah peradangan kronik yang mengenai mukosa dan struktur
tulang di dalam kavum timpani.Otitis Media Kronik sendiri adalah kondisi yang berhubungan
dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode berulang Otitis
Media Akut yang tak tertangani.

4.2 SARAN

Melalui makalah ini diharapkan nantinya calon profesi perawat dengan mengkaji
penyakit klien dan memberikan asuhan keperawatan yang tepat sesuai dengan indikasi
keluhan klien dan dapat mempraktekkan tindakan-tindakan keperawatan yang sesuai dengan
konsep yang telah teruji kebenarannya sehingga kesalahan-kesalahan yang terjadi di lapangan
dapat diminimalisir dam tim perawat pun semakin diakui kelayakannya sebagai salah satu
tim pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer Arif dkk. 2000.Kapita Selekta Kedokteran Jilid I . MediaAesculapius Fakultas


Kedokteran Indonesia.Jakarta.
Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. 1998

Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997

Dunna, D.I. Et al. (1995). Medical Surgical Nursing ; A Nursing Process Approach 2
nd Edition : WB Sauders.
Othrock, C. J. (2000). Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC : Jakarta.
Sjamsuhidajat & Wim De Jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai