Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

PADA MASYARAKAT PESISIR

Disusun oleh:

Kelompok 3

Dewantari Putri Abadi 20171660089

Muh. Iqbal Oktavian Librianto 20171660090

Indriani Kumala Dewi 20171660092

Qurrotul Aini 20171660104

Rahma Nadine Az-Zahra 20171660105

Sofie Ramadhani 20171660106

Finka Yuanita 20171660107

Rafi Andrian 20171660110

Melinda Puspasari Pahlevi 20171660111

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas Asuhan Keperawatan Komunitas pada anak dengan kasus
Stunting ini dalam rangka melengkapi tugas mata kuliah PKKT pada stase Keperawatan
Komunitas. Pada makalah ini kami akan membahas materi mengenai bagaimana Asuhan
Keperawatan Komunitas pada anak dengan kasus Stunting yang kami susun dari berbagai
sumber dan kami rangkum pada laporan ini.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu baik
berupa ide-ide maupun yang terlibat langsung dalam pembuatan makalah ini. Kami juga
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua untuk dijadikan penunjang dalam mata
kuliah PKKT pada stase Keperawatan Komunitas.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, apabila ada kesalahan atau kekurangan
kami mohon maaf. Kritik dan saran sangat terbuka supaya laporan ini dapat diperbaiki dan
menjadi lebih baik lagi untuk berikutnya.

Surabaya, 25 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BABIPENDAHULUAN...........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................3

1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................................3

1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................................3

1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................................4

1.4.1 Manfaat Teoritis.......................................................................................................4

1.4.2 Manfaat Praktis........................................................................................................4

BABII TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................5

2.1 Pengertian....................................................................................................................5

2.2 Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir......................................................5

2.3Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Sosial Dan Kebudayaan………………….……6


2.4 Karakteristik Sosial dan Sistem Pengetahuan Masyarakat Pesisir..............................6

2.5 Deteksi Stunting..........................................................................................................6

2.6 Peran Perawat..............................................................................................................7

2.7 Kebijakan Pemerintah dalam Upaya Penanggulangan Stunting.................................7

BABIIIASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................................9

3.1 Pengkajian Keperawatan.............................................................................................9

3.2 Analisa Data................................................................................................................9

3.3 Diagnosa Keperawatan................................................................................................9

3.4 Intervensi Keperawatan...............................................................................................9

ii
3.5 Implementasi Keperawatan.........................................................................................9

3.6 Evaluasi Keperawatan.................................................................................................9

BABIVPENUTUP..................................................................................................................10

4.1 Kesimpulan................................................................................................................10

4.2 Saran..........................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Balita merupakan individu yang berada dalam kondisi rentan perubahan
perkembangan yang berawal dari bayi menjadi remaja (Yuliastati dan Arnis, 2016).
Proporsi tubuh pada balita akan berubah mulai dari pertumbuhan kepala yang tidak
secepat tumbuh saat bayi, fungsi dan organ dalamnya mulai berkembang situasi ini
dapat dipengaruhi dalam pemenuhan gizi pada anak. Salah satu masalah dalam proses
tumbuh kembang anak adalah tidak tercukupinya gizi pada masa pertumbuhan dan
perkembangan sehingga menyebabkan stunting. Stunting adalah kondisi dimana
tinggi atau panjang badan anak balita tidak sesuai dengan umur yang dibuktikan
dengan panjang atau tinggi badan melebihi dari standar deviasi pertumbuhan anak
yang ditentukan oleh World Health Organisation atau WHO (Kementrian Kesehatan,
2018).
Menurut WHO (2014) terdapat dua dampak yang ditimbulkan oleh stunting, yaitu
dampak jangka pendek dan dampak jangka panjang. Dampak jangka pendek stunting
yaitu meningkatknya kejadian kesakitan dan kematian, menurunnya perkembangan
kognitif, motorik, dan verbal pada anak serta peningkatan biaya kesehatan. Sedangkan
untuk dampak jangka panjang stunting adalah postur tubuh yang tidak sesuai saat
dewasa karena lebih pendek daripada anak seusianya, meningkatnya resiko obesitas
serta menurunnya performa belajar anak saat masa sekolah. WHO juga menyatakan
apabila anak mengalami stunting dan mengalami peningkatan berat badan secara
drastis setelah usia 2 tahun, makaakan memiliki resiko yang lebih besar untuk
menderita obesitas di masa yang akan datang, postur tubuh yang lebih pendek
dibandingkan anak pada umumnya, menurunnya kesehatan reproduksi, kapasitas
belajar saat masa sekolah kurang.
Pada data yang dipaparkan oleh World Health Organisation (WHO) balita di
seluruh dunia yang mengalami stunting pada tahun 2018 sebanyak 22%. Sedangkan
menurut data Riset Kesehatan Dasar (2018) prevalensi kejadian stunting di Indonesia
berdasarkan indikator tinggi badan menurut umur yaitu sebanyak 30,8% dan diketahui
dari jumlah presentase tersebut 11,5% untuk presentasi balita dengan tinggi badan

1
sangat pendek dan 19,3% balita dengan tinggi badan pendek. Di Jawa Timur kejadian
stunting pada tahun 2018 sebanyak 39% kejadian. Prevalensi kejadian stunting di
Surabaya pada tahun 2018 sebanyak 8,92%.
WHO (2016) menyebutkan bahwa stunting dapat disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu yang pertama kurangnya pengetahuan orang tua pada pemilihan makanan yang
bergizi, faktor yang kedua adalah pola asuh yang salah pada balita. Faktor ini
berkaitan satu sama lain karena perilaku atau pola asuh diberngaruhi oleh
pengetahuan, apabila pengetahuan orang tua balita baik maka pola asuh pada balita
juga akan baik.
Faktor penyebab stunting yang ketiga merupakan riwayat pemberian ASI
eksklusif yang tidak adekuat, dan penyakit infeksi pada balita. Pemberian ASI
eksklusif dapat menurunkan resiko kejadian stunting karena ASI mengandung
antibodi dan kandungan kalsium pada ASI mempunyai bioavailabilitas yang tinggi
sehingga dapat diserap dengan optimal terutama dalam fungsi pembentukan tulang
(Almatsier, 2009) dalam (Anisa et. al, 2016). Selain itu terdapat keterkaitan pada
penyakit infeksi seperti diare dan penyakit pernafasan akan lebih mudah terserang
pada bayi yang tidak diberikan ASI dan pemberian makanan atau formula yang terlalu
dini (Mansour et. al, 2016).
Selain faktor penyebab stunting yang sudah disebutkan diatas, kondisi sosial
ekonomi keluarga juga dapat menyebabkan terjadinya stunting pada balita, hal
tersebut disebabkan oleh pemilihan kualitas makanan yang tidak baik juga dapat
disebabkan oleh faktor soisal ekonomi keluarga karena rendahnya pendapatan
keluarga maka orang tua tidak dapat memberikan makanan dengan kualitas gizi yang
baik.
Faktor penyebab stunting yang terakhir adalah faktor sanitasi yang disebabkan
penggunaan fasilitas jamban yang tidak sesuai dengan syarat kesehatan, praktek open
defecation dan pembuangan feses balita tidak pada tempatnya dapat menyebabkan
penyebaran patogen yang berasal dari fecal balita. Apabila balita yang sedang dalam
proses pertumbuhan saat fase memasukkan jari atau tangan ke dalam mulut lalu
menyentuh patogen terebut maka patogen juga akan ikut masuk ke dalam pencernaan
dan dapat menginfeksi usus.
Sebagai upaya pencegahan kejadian stunting, pemerintah mengeluarkan program
upaya pencegahan stunting yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indoseia Sehat

2
dengan Pendekatan Keluarga. Upaya yang dilakukan yang pertama adalah pada ibu
hamil dan bersalin, dengan memperhatikan 1.000 hari pertama kehidupan,
mengupayakan jaminan ante natal care (ANC) terpadu, menyelenggarakan program
pemberian makanan tinggi kalori, protein, dan mikronutrien, deteksi dini penyakit
menular dan tidak menular pada ibu hamil, menyelenggarakan konseling Inisiasi
Menyusui Dini (IMD), dan meningkatkan transformasi Kartu Menuju Sehat (KMS) ke
dalam Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dengan selalu mengedukasi untuk selalu
memeriksakan kandungannya.
Solusi untuk masalah kejadian stunting dengan memantau pertumbuhan balita,
menyelenggarakan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita, dan
memberikan pelayanan keseahtan yang optimal dimana semua program itu
dilaksanakaan saat balita menghadiri Posyandu Balita di lingkungan tempat balita
tinggal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi dari Stunting
2. Bagaimana faktor penyebab dari stunting
3. Bagaimana dampak dari stunting
4. Bagaimana tanda dan gejala dari stunting
5. Bagaimana asuhan keperawatan komunitas pada kasus stunting

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk mempelajari Asuhan Keperawatan komunitas pada anak dengan kasus stunting

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui definisi dari Stunting
2. Untuk mengetahui faktor penyebab dari stunting
3. Untuk mengetahui dampak dari stunting
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari stunting
5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada kasus stunting

3
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis


1. Bagi Iptek
Asuhan Keperawatan Komunitas ini untuk memperjelas dan menambah sumber
referensi khususnya dalam Asuhan Keperawatan Komunitas pada kasus stunting
2. Bagi Penulis
Asuhan Keperawatan Komunitas pada kasus stunting sebagai sarana untuk
menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama dibangku kuliah dan menambah
pengalaman bagi penulis.

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Bagi Klien dan Keluarga
Asuhan keperawatan komunitas ini diharapkan memberi pengetahuan pada pasien
dan keluarga tentang cara mengatasi masalah stunting.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Menurut Harold J. Laski, Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup dan
bekerjasama untuk mencapai terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama. Menurut
(Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001), Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan
laut. ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih
dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin.
Sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses
alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan
oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
Masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang hidup bersama-sama mendiami
wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas yang terkait dengan
ketergantungannya pada pemanfaatan sumber daya pesisir (Satria, 2004). Secara teoritis,
masyarakat pesisir didefinisikan sebagai masyarakat yang tinggal dan melakukan aktifitas
sosial ekonomi yang terkait dengan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan. Dengan
demikian, secara sempit masyarakat pesisir memiliki ketergantungan yang cukup tinggi
dengan potensi dan kondisi sumberdaya pesisir dan lautan. Namun demikian, secara luas
masyarakat pesisir dapat pula didefinisikan sebagai masyarakat yang tinggal secara spasial di
wilayah pesisir tanpa mempertimbangkan apakah mereka memiliki aktifitas sosial ekonomi
yang terkait dengan potensi dan kondisi sumberdaya pesisir dan lautan.
2.2 Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir
1. Mata pencaharian
Sebagian besar penduduk di wilayah pesisir bermatapencaharian di sektor
pemanfaatan sumberdaya kelautan  seperti nelayan, petani ikan (budidaya tambak dan laut),
Kemiskinan masyarakat nelayan, penambangan pasir, kayu mangrove dan lain-lain. Sebagai
contoh : Kecamatan Kepulauan Seribu, Jakarta Utara dengan penduduk 17.991 jiwa, sekitar
71,64 % merupakan nelayan (Tahun 2001).
2. Tingkat pendidikan
Sebagian besar penduduk wilayah pesisir memiliki tingkat pendidikan yang rendah.
Sebagai contoh : penduduk Kecamatan Kepulauan Seribu, Jakarta Utara (Tahun 2001) sekitar
70,10 % merupakan tamatan Sekolah Dasar (SD) dan sejalan dengan tingkat tersebut,
fasilitas pendidikan yang ada masih sangat terbatas.
3. Lingkungan pemukiman
Kondisi lingkungan pemukiman masyarakat pesisir, khususnya nelayan masih belum
tertata dengan baik dan terkesan kumuh. Dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang

5
relatif berada dalam tingkat kesejahteraa rendah, maka dalam jangka panjang tekanan
terhadap sumberdaya pesisir akan semakin besar guna pemenuhan kebutuhan pokoknya

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan-Perubahan Sosial Dan Kebudayaan


Dalam suatu kehidupan, masyarakat akan mengalami perubahan. Perubahan-perubahan yang
terjadi bisa disebabkan oleh suatu yang dianggap sudah tidak memuaskan lagi, dan ada faktor
baru yang lebih memuaskan masyarakat sebagai pengganti faktor yang lama, ada juga yang
masyarakatnya yang menggadakan perubahan karena terpaksa untuk menyesuaikan sesuatu
dengan keadaan. Sebab-sebab terjadinya perubahan sosial yaitu:
1.     Bertambahnya penduduk
Bertambahnya penduduk yang sangat cepat, menyebabkan terjadinya perubahan
struktur masyarakat. Masyarakat yang mata pencaharian utamanya adalah nelayan, akan
tergantung pada alam dan cuaca. Maka masyarakatnya akan sering berpindah-pindah profesi
sesuai keahlian.
2.     Penemuan-penemuan baru
Penemuan baru meliputi proses, ada inovasi yang menjadikan kebudayaan baru
tersebar kepada bagian lain masyarakat.
2.4 Karakteristik Sosial dan Sistem Pengetahuan Masyarakat Pesisir
Karakteristik masyarakat pesisir dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya, aspek
pengetahuan, kepercayaan (teologis), dan posisi nelayan sosial. Dilihat dari aspek
pengetahuan, masyarakat pesisir mendapat pengetahuan dari warisan nenek moyangnya
misalnya untuk melihat kalender dan penunjuk arah maka menggunakan rasi bintang.
Sementara, dilihat dari aspek kepercayaan, 19 masyarakat pesisir masih menganggap bahwa
laut memilki kekuatan magic sehingga mereka masih sering melakukan adat pesta laut atau
sedekah laut. Namun, dewasa ini sudah ada dari sebagian penduduk yang tidak percaya
terhadap adat-adat seperti pesta laut tersebut. Mereka hanya melakukan ritual tersebut hanya
untuk formalitas semata. Begitu juga dengan posisi nelayan sosial, pada umumnya, nelayan
bergolong kasta rendah.
Secara sosiologis, masyarakat pesisir memiliki ciri yang khas dalam hal struktur sosial
yaitu kuatnya hubungan antara patron dan klien dalam hubungan pasar pada usaha
perikanan. Biasanya patron memberikan bantuan berupa modal kepada klien, hal tersebut
merupakan taktik bagi patron untuk mengikat klien dengan utangnya sehingga bisnis tetap
berjalan (Satria, 2002). Dari masalah utang piutang tersebut sering terjadi konflik, namun
konflik yang mendominasi adalah persaingan antar nelayan dalam memperebutkan
sumberdaya ikan yang jumlahnya terbatas. Oleh karena itu, sangatlah penting adanya pihak
yang dapat mengembangkan sumberdaya laut dan mengatur pengelolaannya. Dalam hal ini
peranan aktif dari Pemerintah, Akademik dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sangat
membantu dalam mengarahkan strategi pembangunan yang diperlukan masyarakat pesisir
dan menunjang pengelolaan sumberdaya lingkungan laut di sekitar tempat tinggal misalnya
budidaya perikanan. Pengelolaan ini dilakukan dengan kegiatan nyata yang sesuai dengan

6
warna dari kultur masyarakat setempat dan mampu memberikan masukan dan kritikan bagi
strategi pengembangan dan pengelolaan kawasan pesisir

LANJUTKAN BAB 2 (YANG KEBAGIAN BAB 2 )

7
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN 10 KARTU KELUARGA

PADA STUNTING BALITA

3.1 Distribusi Data Demografi

1. Distribusi Umur

Umur Jumlah Presentase

12-24 bulan 2 20%


25-36 bulan 2 20%
37-60 bulan 6 60%
TOTAL 10 100%

8
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data dari 10 balita, yang berumur 12-24 bulan
sebanyak 2 orang (20%), 25-36 bulan sebanyak 2 orang(20%), 37-60 bulan sebanyak 6
orang (60%).

2. Distribusi Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Presentase

Laki Laki 8 80%


Perempuan 2 20%
Total 10 100%
Berdasarkan tabel diatas data sebagian besar balita berjenis kelamin laki laki sebanyak 6
orang (60%) dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 2 orang (20%)

3. Distribusi Agama

Agama Jumlah Presentase

Islam 10 100%
Kristen 0 0%
Total 10 100%
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data sebagian besar ibu yang memiliki balita
beragama islam sebanyak 10 orang (100%) dan beragama Kristen sebanyak 0 orang
(0%).

4. Distribusi Pendidikan.

Pendidikan Jumlah Presentase

S1 0 0%
SD 5 50%
SMP 0 0%
SMA 5 50%
Total 10 100%
Berdasarkan tabel sebagian didapatkan data sebagian besar orang tua
yang memiliki balita tidak sampai ke jenjang perguruan tinggi dengan pendidikan
terendah SD 5 orang (5%) dan SMA 5 orang (50%)

9
5. Distribusi Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Prsentase

Swasta 6 60%
Ibu rumah tangga 2 20%
Pelajar 0 0%
Wiraswasta 2 20%
Guru/PNS 0 0%
TOTAL 10 100%
Berdasarkan tabel diatas didapatkan sebagaian besar ibu yang memilki balita bekerja
sebagai swasta sebanyak 6 orang (60%), IRT sebanyak 2 orang (20%), Wiraswasta
sebanyak 2 orang (20%).

6. Distribusi Penyakit selain stunting

Penyakit Jumlah Prsentase


Diare 3 30%
Batuk+ pilek 1 10%
Berat badan tidak sesuai 6 60%
dengan umur karena pola
makan tidak sesuai kriteria,
kurang vitamin A, jarang
makan sayur dan ikan.
TOTAL 10 10
Berdasarkan tabel diatas data balita yang memiliki riwayat stunting juga memiliki
penyakit lain seperti diare 3 orang (30%), batuk+pilek 1orang (10%), berat badan tidak
sesuai umur 6 orang (60%).
7. Distribusi Pelayanan Kesehatan Terdekat

Yankes Jumlah Persentase


Rumah sakit 4 40%
Puskesmas 1 10%
Dokter/Perawat/Bidan 5 50%
10
Total 1 10%
TOTAL 10 100%
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data sebagai besar keluarga yang memiliki balita
dekat dengan puskesmas 1 orang (10%) Rumah sakit 4orang (40%),
Dokter/perawat/bidan 5 orang (50%).
8. Distribusi Jarak Pelayanan Keseshatan Terdekat.

Jarak Yankes Jumlah Persentase


1-2Km 8 80%
<1km 2 20%
TOTAL 10 100%
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data 8 orang jarak yankes 1-2 Km (80%), <1km 2
orang (20%)

3.2 Data Subsistem

1. Data Lingkungan fisik


 Perumahan
a. Status Kepemilikan

Status kepemilikan Jumlah Persentase

Milik permanen 7 70%


Sewa 2 20%
Numpang 1 10%
TOTAL 10 100%
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data milik sendiri 7rumah (70%), sewa 2
rumah (20%), Numpang 1 rumah (20%)

b. Tipe rumah

Tipe rumah Jumlah Persentase

Permanen 7 70%
Semi Permanen 1 10%
Tidak permanen 2 20%
TOTAL 10 100%
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data 7 rumah penduduk permannen (70%),
Semi permenen 1 rumah (10%), Tidak permanen 2 rumah (20%)

11
c. Pencahayaan pada siang hari

Pencahayan Jumlah Persentase

Gelap 0 0%
Remang remang 2 20%
Terang 8 80%
Total 10 100%
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data terang 8 rumah (80%), Remang
remang 2 rumah (20%)
d. Ventilasi

Ventilasi Jumlah Persentase


Ada 10 100%
Tidak ada 0 0%
TOTAL 10 100%
Berdasarkan tabel diatas data didapatkan ada ventilasi 10 rumah (100%). Tidak
ada 0 rumah (0%)
e. Kebersihan rumah

Kebersihan rumah Jumlah Persentase


Terawat 9 90%
Tidak terawatt 1 10%
Total 10 100%
Berdasarakan tabel diatas data didapatkan terawatt 9 rumah (90%), tidak terawatt
1 rumah (10%)
f. Sumber Air

Sumber air Jumlah Persentase


PAM 10 100%
Total 10 100%
Berdasarkan tabel diatas data didapatkan sumber air PAM 10 rumah (100%)
g. Pengolahan limbah rumah tangga

Sumber Air Jumlah Persentase


Baik 6 60%
Cukup baik 2 20%
Kurang baik 2 20%
Total 10 100%
Berdasarkan tabel diatas data didapatkan pengelolahan limbah rumah tangga baik
6 rumah (60%), cukup baik 2 rumah (20%), Kurang baik 2 rumah (20%).

12
h. Kebiasaan Balita

Kebiasaan Jumlah Presentase


Sering mengkonsumsi 4 40%
snack yang sembarangan
Sering mengkonsumsi mie 6 60%
instan
Membiasakan makan 0 0%
sayur
Total 10 100%
Berdasarkan tabel diatas data didapatkan sering mengkomsumsi snack
sembarangan 4 balita (40%), sering mengkonsumsi mie instan 6 balita (60%),
membiasakan makan sayur 0 (0%)

2. Ekonomi

Ekonomi Jumlah Presentase


900.000-1.500.000 7 70%
1.500.000-2.000.000 2 20%
2.000.000-2.500.000 1 10%
TOTAL 10
Berdasarkan tabel diatas data yang didapatkan penghasilan ekonomi orang tua balita
900.000-1.500.000 sebanyak 7 orang (70%), 1.500.000- 2.000.000 sebnayak 2orang
(20%) , 2.000.000 – 2.500.000 1orang (10%)
3. Pemerintahan

Pemerintahan Jumlah Persentase


Kader 8 80%
Posyandu 1 10%
Puskesmas 1 10%
Total 10 100
Berdasarkan tabel diatas data yang didapatkan kader 8orang (80%) 1 posyandu (10%), 1
puskesmas (10%)

13
3.2 Analisa Data

DATA ETIOLOGI DIAGNOSA


KEPERAWATAN
Ds: Defisit pengetahuan
Didapatkan bahwa 10 KK belum
pernah mendapatkan informasi
terkait stanting
Do:
- Ada struktur organisasi
- Ada kepala desa dan
perangkatnya
- Kesehatan pemerintah
dalam layanan Kesehatan
yaitu puskesmas dan
rumah sakit
- Ada leaflet tentang
stanting
Ds: Manajemen Kesehatan
- Masyarakat tidak tidak efektif
mengkomunikasikan
masalah kesehatan dengan
tenaga Kesehatan
Do:
- Banyak fasilitas kesehatan
terdekat seperti
puskesmas
- Terdapat kader kesehatan
Ds: Defisit nutrisi
- 4 orang sering
mengonsumsi snack
sembarangan
- 6 orang sering makan mie

14
instan
- 0 yang tidak
membiasakan makan
sayur

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai
dengan menunjukkan presepsi yang keliru terhadap masalah
2. Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan kurang terpapar
informasi ditandai dengan aktivitas hidup sehari hari tidak efektif untuk
memenuhi tujuan kesehatan dan mengungkapkan kesulitan dalam menjalani
program perawatan/pengobatan.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor ekonomi ditandai dengan berat badan
menurun minimal 10% dibawah rentang ideal.
3.4 Paper and Pencil Tool (ERIN,2002)

Masalah Pentingnya Kemungkinan Peningkatan terhadap Total


masalah untuk perubahan kualitas hidup bila
dipecahkan: positif jika diatasi:
1 rendah diatasi: 0 tidak ada
2 sedang 0 tidak ada 1 rendah
3 tinggi 1 rendah 2 sedang
2 sedang 3 tinggi
3 tinggi
Defisit 3 3 3 9
pengetahuan
Manajemen 2 2 2 6
kesehatan
tidak efektif
Defisit 3 3 2 8
Nutrisi

15
3.5 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
.
1. Defisit nutrisi Tujuan: setelah dilakukan
berhubungan dengan intervensi keperawatan
faktor ekonomi ditandai selama 2X24 jam
dengan berat badan diharapkan status nutrisi
menurun minimal 10% meningkat ditandai dengan :
dibawah rentang ideal
Kriteria Hasil:
1. Porsi makanan yang
dihabiskan meningkat
2. Berat badan meningkat
3. Indeks massa tubuh
membaik
4. Pengetahuan tentang
minuman yang sehat
meningkat
2. Defisit pengetahuan Tujuan: setelah dilakukan Edukasi Kesehatan
berhubungan dengan intervensi keperawatan O.
kurang terpapar informasi selama 2X24 jam 1. Identifikasi kesiapan
ditandai dengan diharapkan tingkat dan kemampuan
menunjukkan presepsi pengetahuan meningkat menerima informasi
yang keliru terhadap dengan : 2. Identifikasi factor
masalah factor yang dapat
Kriteria Hasil: meningkatkan dan
5. Perilaku sesuai anjuran menurunkan motivasi
meningkat perilaku hidup bersih
6. Verbalisasi minat dalam dan sehat
belajar meningkat T.
7. Kemampuan 1. Sediakan materi dan
menjelaskan media pendidikan

16
pengetahuan tentang kesehatan
topik meningkat 2. Jadwalkan pendidikan
8. Perilaku sesuai dengan kesehatan sesuai
pengetahuan meningkat kesepakatan
3. Berikan kesempatan
untuk bertanya
E.
1. Jelaskan faktor
risiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
3. Ajarkan strategi
yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat
3. Manajemen kesehatan Tujuan: setelah dilakukan Dukungan pengambilan
tidak efektif berhubungan intervensi keperawatan keputusan
dengan kurang terpapar selama 2X24 jam O.
informasi ditandai dengan diharapkan manajemen 1. Identifikasi persepsi
aktivitas hidup sehari hari kesehatan meningkat mengenai masalah dan
tidak efektif untuk dengan : informasi yang memicu
memenuhi tujuan konflik
kesehatan dan Kriteria Hasil: T.
mengungkapkan kesulitan 1. Melakukan tindakan 1. Fasilitasi
dalam menjalani program untuk mengurangi faktor mengklarifikasi nilai
perawatan/pengobatan. resiko meningkat dan harapan ysng

17
2. Menerapkan program membantu membuat
perawatan meningkat pilihan
3. Aktivitas hidup sehari 2. Diskusikan kelebihan
hari efektif memenuhi dan kekurangan dari
tujuan kesehatan setiap solusi
meningkat 3. Motivasi
mengungkapkan tujuan
perawatan yang
diharapkan
E.
1. Informasikan
alternative solusi secara
jelas
2. Berikan informasi
diminta pasien

18
3.6 Implementasi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Hari/tangal Tindakan Keperawatan Respon


1 Defisit nutrisi Sabtu, 1. Pelaksanaan
berhubungan dengan pertemuan ke tentang
faktor ekonomi ditandai 1 bulan Maret mengukur TB
dengan berat badan 2021 dan BB balita
menurun minimal 10% 2. Demontrasi
dibawah rentang ideal pembuatan
makanan
tambahan balita
3. Pelaksanaan
makan bersama
2 Defisit pengetahuan Sabtu, 1. Pemberian
berhubungan dengan pertemuan ke informasi
kurang terpapar informasi 1 bulan Maret mengenai
ditandai dengan penyebab dan
menunjukkan presepsi tanda gejala
yang keliru terhadap kurang gizi
masalah 2. Pencegahan
gizi kurang
3. Pengelolaan
makanan
bergizi
4. Pola makan
pada anak
5. menjelaskan
contoh-contoh
variasi menu
makan balita
3 Manajemen kesehatan Sabtu, 1. pelaksanaan
tidak efektif berhubungan pertemuan ke pendidikan
dengan kurang terpapar 1 bulan Maret kesehatan
informasi ditandai dengan penyebab dan

19
aktivitas hidup sehari hari tanda gejala
tidak efektif untuk 2. Simulasi
memenuhi tujuan PHBS:
kesehatan dan mencucu
mengungkapkan kesulitan tangan,
dalam menjalani program penyimpanan
perawatan/pengobatan. makanan
3. Demontrasi
menu dan
pengelohan
makanan

20
RENCANA KERJA (POA)

N DIAGNOSA SASARA
TUJUAN RENCANA KEGIATAN WAKTU TEMPAT DANA PJ
O KEPERAWATAN N
1 Defisit pengetahuan Agar pengetahuan warga - Penyuluhan tentang Warga Lingkungan Mahasiswa
berhubungan dengan kurang tentang penyakit tertentu stunting, dampak, setempat warga
terpapar informasi ditandai menjadi lebih luas dan penanganan dan cara setempat
dengan menunjukkan presepsi warga tau dampak dari mencegah.
yang keliru terhadap masalah minimnya pengetahuan - Konseling kesehatan
tentang penyakit
2 Manajemen kesehatan tidak Agar warga - PenyuluhanFaktor Warga Lingkungan Mahasiswa
efektif berhubungan dengan meningkatkan kesadaran resiko yang dapat setempat warga
kurang terpapar informasi diri dan memahami mempengaruhi setempat
ditandai dengan aktivitas hidup situasi dalam mengatasi kesehatan
sehari hari tidak efektif untuk maslah kesehatan yang - Penyuluhan tentang
memenuhi tujuan kesehatan di alami PHBS
dan mengungkapkan kesulitan - Konseling tentang
dalam menjalani PHBS
programperawatan/pengobatan
.
3. Defisit nutrisi berhubungan Agar warga - Promosi kesehatan Warga Lingkungan Mahasiswa
dengan faktor ekonomi meningkatkan status tentang makanan setempat warga
ditandai dengan berat badan nutrisi dan dapat bergizi setempat

21
menurun minimal 10% mempertahankan berat - Penyuluhan
dibawah rentang ideal badan yang ideal tentangPengertian
nutrisi, zat gizi yang
terkandung
dalammakanan,
pemberian makanan
yang baik, tips
dalammemberi
makan pada anak
- Konseling tentang
status nutrisi

22
BAB IV

PENUTUP

23
DAFTAR PUSTAKA

BAPPENAS & UNICEF. (2017). Laporan Baseline SDG tentang Anak-Anak di Indonesia

Kementrian Kesehatan RI. (2016). Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
Anak. Jakarta

Kementrian Kesehatan RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar).(2018). Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta

Kementrian Kesehatan RI. (2018). Situasi Balita Pendek di Indonesia. Jakarta: Pusat Data
dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Sandjojo, E. P. (2017). Buku Saku Desa dalam Penanganan Stunting.

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. (2017).100


Kabupaten/Kota Prioritas Untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting). Jakarta

World Health Organisation. (2014). WHA Global Nutrtion Targets 2025: Stunting Policy
Brief

World Health Organisation. (2016). Stunted Growth and Development.

24

Anda mungkin juga menyukai