Disusun oleh:
Kelompok 3
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas Asuhan Keperawatan Komunitas pada anak dengan kasus
Stunting ini dalam rangka melengkapi tugas mata kuliah PKKT pada stase Keperawatan
Komunitas. Pada makalah ini kami akan membahas materi mengenai bagaimana Asuhan
Keperawatan Komunitas pada anak dengan kasus Stunting yang kami susun dari berbagai
sumber dan kami rangkum pada laporan ini.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu baik
berupa ide-ide maupun yang terlibat langsung dalam pembuatan makalah ini. Kami juga
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua untuk dijadikan penunjang dalam mata
kuliah PKKT pada stase Keperawatan Komunitas.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, apabila ada kesalahan atau kekurangan
kami mohon maaf. Kritik dan saran sangat terbuka supaya laporan ini dapat diperbaiki dan
menjadi lebih baik lagi untuk berikutnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BABIPENDAHULUAN...........................................................................................................1
2.1 Pengertian....................................................................................................................5
BABIIIASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................................9
ii
3.5 Implementasi Keperawatan.........................................................................................9
BABIVPENUTUP..................................................................................................................10
4.1 Kesimpulan................................................................................................................10
4.2 Saran..........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1
sangat pendek dan 19,3% balita dengan tinggi badan pendek. Di Jawa Timur kejadian
stunting pada tahun 2018 sebanyak 39% kejadian. Prevalensi kejadian stunting di
Surabaya pada tahun 2018 sebanyak 8,92%.
WHO (2016) menyebutkan bahwa stunting dapat disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu yang pertama kurangnya pengetahuan orang tua pada pemilihan makanan yang
bergizi, faktor yang kedua adalah pola asuh yang salah pada balita. Faktor ini
berkaitan satu sama lain karena perilaku atau pola asuh diberngaruhi oleh
pengetahuan, apabila pengetahuan orang tua balita baik maka pola asuh pada balita
juga akan baik.
Faktor penyebab stunting yang ketiga merupakan riwayat pemberian ASI
eksklusif yang tidak adekuat, dan penyakit infeksi pada balita. Pemberian ASI
eksklusif dapat menurunkan resiko kejadian stunting karena ASI mengandung
antibodi dan kandungan kalsium pada ASI mempunyai bioavailabilitas yang tinggi
sehingga dapat diserap dengan optimal terutama dalam fungsi pembentukan tulang
(Almatsier, 2009) dalam (Anisa et. al, 2016). Selain itu terdapat keterkaitan pada
penyakit infeksi seperti diare dan penyakit pernafasan akan lebih mudah terserang
pada bayi yang tidak diberikan ASI dan pemberian makanan atau formula yang terlalu
dini (Mansour et. al, 2016).
Selain faktor penyebab stunting yang sudah disebutkan diatas, kondisi sosial
ekonomi keluarga juga dapat menyebabkan terjadinya stunting pada balita, hal
tersebut disebabkan oleh pemilihan kualitas makanan yang tidak baik juga dapat
disebabkan oleh faktor soisal ekonomi keluarga karena rendahnya pendapatan
keluarga maka orang tua tidak dapat memberikan makanan dengan kualitas gizi yang
baik.
Faktor penyebab stunting yang terakhir adalah faktor sanitasi yang disebabkan
penggunaan fasilitas jamban yang tidak sesuai dengan syarat kesehatan, praktek open
defecation dan pembuangan feses balita tidak pada tempatnya dapat menyebabkan
penyebaran patogen yang berasal dari fecal balita. Apabila balita yang sedang dalam
proses pertumbuhan saat fase memasukkan jari atau tangan ke dalam mulut lalu
menyentuh patogen terebut maka patogen juga akan ikut masuk ke dalam pencernaan
dan dapat menginfeksi usus.
Sebagai upaya pencegahan kejadian stunting, pemerintah mengeluarkan program
upaya pencegahan stunting yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indoseia Sehat
2
dengan Pendekatan Keluarga. Upaya yang dilakukan yang pertama adalah pada ibu
hamil dan bersalin, dengan memperhatikan 1.000 hari pertama kehidupan,
mengupayakan jaminan ante natal care (ANC) terpadu, menyelenggarakan program
pemberian makanan tinggi kalori, protein, dan mikronutrien, deteksi dini penyakit
menular dan tidak menular pada ibu hamil, menyelenggarakan konseling Inisiasi
Menyusui Dini (IMD), dan meningkatkan transformasi Kartu Menuju Sehat (KMS) ke
dalam Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dengan selalu mengedukasi untuk selalu
memeriksakan kandungannya.
Solusi untuk masalah kejadian stunting dengan memantau pertumbuhan balita,
menyelenggarakan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita, dan
memberikan pelayanan keseahtan yang optimal dimana semua program itu
dilaksanakaan saat balita menghadiri Posyandu Balita di lingkungan tempat balita
tinggal.
3
1.4 Manfaat Penelitian
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Menurut Harold J. Laski, Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup dan
bekerjasama untuk mencapai terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama. Menurut
(Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001), Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan
laut. ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih
dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin.
Sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses
alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan
oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
Masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang hidup bersama-sama mendiami
wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas yang terkait dengan
ketergantungannya pada pemanfaatan sumber daya pesisir (Satria, 2004). Secara teoritis,
masyarakat pesisir didefinisikan sebagai masyarakat yang tinggal dan melakukan aktifitas
sosial ekonomi yang terkait dengan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan. Dengan
demikian, secara sempit masyarakat pesisir memiliki ketergantungan yang cukup tinggi
dengan potensi dan kondisi sumberdaya pesisir dan lautan. Namun demikian, secara luas
masyarakat pesisir dapat pula didefinisikan sebagai masyarakat yang tinggal secara spasial di
wilayah pesisir tanpa mempertimbangkan apakah mereka memiliki aktifitas sosial ekonomi
yang terkait dengan potensi dan kondisi sumberdaya pesisir dan lautan.
2.2 Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir
1. Mata pencaharian
Sebagian besar penduduk di wilayah pesisir bermatapencaharian di sektor
pemanfaatan sumberdaya kelautan seperti nelayan, petani ikan (budidaya tambak dan laut),
Kemiskinan masyarakat nelayan, penambangan pasir, kayu mangrove dan lain-lain. Sebagai
contoh : Kecamatan Kepulauan Seribu, Jakarta Utara dengan penduduk 17.991 jiwa, sekitar
71,64 % merupakan nelayan (Tahun 2001).
2. Tingkat pendidikan
Sebagian besar penduduk wilayah pesisir memiliki tingkat pendidikan yang rendah.
Sebagai contoh : penduduk Kecamatan Kepulauan Seribu, Jakarta Utara (Tahun 2001) sekitar
70,10 % merupakan tamatan Sekolah Dasar (SD) dan sejalan dengan tingkat tersebut,
fasilitas pendidikan yang ada masih sangat terbatas.
3. Lingkungan pemukiman
Kondisi lingkungan pemukiman masyarakat pesisir, khususnya nelayan masih belum
tertata dengan baik dan terkesan kumuh. Dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang
5
relatif berada dalam tingkat kesejahteraa rendah, maka dalam jangka panjang tekanan
terhadap sumberdaya pesisir akan semakin besar guna pemenuhan kebutuhan pokoknya
6
warna dari kultur masyarakat setempat dan mampu memberikan masukan dan kritikan bagi
strategi pengembangan dan pengelolaan kawasan pesisir
7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
BAB III
1. Distribusi Umur
8
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data dari 10 balita, yang berumur 12-24 bulan
sebanyak 2 orang (20%), 25-36 bulan sebanyak 2 orang(20%), 37-60 bulan sebanyak 6
orang (60%).
3. Distribusi Agama
Islam 10 100%
Kristen 0 0%
Total 10 100%
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data sebagian besar ibu yang memiliki balita
beragama islam sebanyak 10 orang (100%) dan beragama Kristen sebanyak 0 orang
(0%).
4. Distribusi Pendidikan.
S1 0 0%
SD 5 50%
SMP 0 0%
SMA 5 50%
Total 10 100%
Berdasarkan tabel sebagian didapatkan data sebagian besar orang tua
yang memiliki balita tidak sampai ke jenjang perguruan tinggi dengan pendidikan
terendah SD 5 orang (5%) dan SMA 5 orang (50%)
9
5. Distribusi Pekerjaan
Swasta 6 60%
Ibu rumah tangga 2 20%
Pelajar 0 0%
Wiraswasta 2 20%
Guru/PNS 0 0%
TOTAL 10 100%
Berdasarkan tabel diatas didapatkan sebagaian besar ibu yang memilki balita bekerja
sebagai swasta sebanyak 6 orang (60%), IRT sebanyak 2 orang (20%), Wiraswasta
sebanyak 2 orang (20%).
b. Tipe rumah
Permanen 7 70%
Semi Permanen 1 10%
Tidak permanen 2 20%
TOTAL 10 100%
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data 7 rumah penduduk permannen (70%),
Semi permenen 1 rumah (10%), Tidak permanen 2 rumah (20%)
11
c. Pencahayaan pada siang hari
Gelap 0 0%
Remang remang 2 20%
Terang 8 80%
Total 10 100%
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data terang 8 rumah (80%), Remang
remang 2 rumah (20%)
d. Ventilasi
12
h. Kebiasaan Balita
2. Ekonomi
13
3.2 Analisa Data
14
instan
- 0 yang tidak
membiasakan makan
sayur
15
3.5 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
.
1. Defisit nutrisi Tujuan: setelah dilakukan
berhubungan dengan intervensi keperawatan
faktor ekonomi ditandai selama 2X24 jam
dengan berat badan diharapkan status nutrisi
menurun minimal 10% meningkat ditandai dengan :
dibawah rentang ideal
Kriteria Hasil:
1. Porsi makanan yang
dihabiskan meningkat
2. Berat badan meningkat
3. Indeks massa tubuh
membaik
4. Pengetahuan tentang
minuman yang sehat
meningkat
2. Defisit pengetahuan Tujuan: setelah dilakukan Edukasi Kesehatan
berhubungan dengan intervensi keperawatan O.
kurang terpapar informasi selama 2X24 jam 1. Identifikasi kesiapan
ditandai dengan diharapkan tingkat dan kemampuan
menunjukkan presepsi pengetahuan meningkat menerima informasi
yang keliru terhadap dengan : 2. Identifikasi factor
masalah factor yang dapat
Kriteria Hasil: meningkatkan dan
5. Perilaku sesuai anjuran menurunkan motivasi
meningkat perilaku hidup bersih
6. Verbalisasi minat dalam dan sehat
belajar meningkat T.
7. Kemampuan 1. Sediakan materi dan
menjelaskan media pendidikan
16
pengetahuan tentang kesehatan
topik meningkat 2. Jadwalkan pendidikan
8. Perilaku sesuai dengan kesehatan sesuai
pengetahuan meningkat kesepakatan
3. Berikan kesempatan
untuk bertanya
E.
1. Jelaskan faktor
risiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
3. Ajarkan strategi
yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat
3. Manajemen kesehatan Tujuan: setelah dilakukan Dukungan pengambilan
tidak efektif berhubungan intervensi keperawatan keputusan
dengan kurang terpapar selama 2X24 jam O.
informasi ditandai dengan diharapkan manajemen 1. Identifikasi persepsi
aktivitas hidup sehari hari kesehatan meningkat mengenai masalah dan
tidak efektif untuk dengan : informasi yang memicu
memenuhi tujuan konflik
kesehatan dan Kriteria Hasil: T.
mengungkapkan kesulitan 1. Melakukan tindakan 1. Fasilitasi
dalam menjalani program untuk mengurangi faktor mengklarifikasi nilai
perawatan/pengobatan. resiko meningkat dan harapan ysng
17
2. Menerapkan program membantu membuat
perawatan meningkat pilihan
3. Aktivitas hidup sehari 2. Diskusikan kelebihan
hari efektif memenuhi dan kekurangan dari
tujuan kesehatan setiap solusi
meningkat 3. Motivasi
mengungkapkan tujuan
perawatan yang
diharapkan
E.
1. Informasikan
alternative solusi secara
jelas
2. Berikan informasi
diminta pasien
18
3.6 Implementasi Keperawatan
19
aktivitas hidup sehari hari tanda gejala
tidak efektif untuk 2. Simulasi
memenuhi tujuan PHBS:
kesehatan dan mencucu
mengungkapkan kesulitan tangan,
dalam menjalani program penyimpanan
perawatan/pengobatan. makanan
3. Demontrasi
menu dan
pengelohan
makanan
20
RENCANA KERJA (POA)
N DIAGNOSA SASARA
TUJUAN RENCANA KEGIATAN WAKTU TEMPAT DANA PJ
O KEPERAWATAN N
1 Defisit pengetahuan Agar pengetahuan warga - Penyuluhan tentang Warga Lingkungan Mahasiswa
berhubungan dengan kurang tentang penyakit tertentu stunting, dampak, setempat warga
terpapar informasi ditandai menjadi lebih luas dan penanganan dan cara setempat
dengan menunjukkan presepsi warga tau dampak dari mencegah.
yang keliru terhadap masalah minimnya pengetahuan - Konseling kesehatan
tentang penyakit
2 Manajemen kesehatan tidak Agar warga - PenyuluhanFaktor Warga Lingkungan Mahasiswa
efektif berhubungan dengan meningkatkan kesadaran resiko yang dapat setempat warga
kurang terpapar informasi diri dan memahami mempengaruhi setempat
ditandai dengan aktivitas hidup situasi dalam mengatasi kesehatan
sehari hari tidak efektif untuk maslah kesehatan yang - Penyuluhan tentang
memenuhi tujuan kesehatan di alami PHBS
dan mengungkapkan kesulitan - Konseling tentang
dalam menjalani PHBS
programperawatan/pengobatan
.
3. Defisit nutrisi berhubungan Agar warga - Promosi kesehatan Warga Lingkungan Mahasiswa
dengan faktor ekonomi meningkatkan status tentang makanan setempat warga
ditandai dengan berat badan nutrisi dan dapat bergizi setempat
21
menurun minimal 10% mempertahankan berat - Penyuluhan
dibawah rentang ideal badan yang ideal tentangPengertian
nutrisi, zat gizi yang
terkandung
dalammakanan,
pemberian makanan
yang baik, tips
dalammemberi
makan pada anak
- Konseling tentang
status nutrisi
22
BAB IV
PENUTUP
23
DAFTAR PUSTAKA
BAPPENAS & UNICEF. (2017). Laporan Baseline SDG tentang Anak-Anak di Indonesia
Kementrian Kesehatan RI. (2016). Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
Anak. Jakarta
Kementrian Kesehatan RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar).(2018). Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta
Kementrian Kesehatan RI. (2018). Situasi Balita Pendek di Indonesia. Jakarta: Pusat Data
dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
World Health Organisation. (2014). WHA Global Nutrtion Targets 2025: Stunting Policy
Brief
24