Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SDGs

PEMBIMBING : Erna Handayani., S.Kep., Ns., M.Kes

KELOMPOK :

PUTERA

PRODI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY

PESANTREN ZAINUL HASAN

PADJARAKAN-GENGGONG

2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehdirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua limpan rahmat dan karunianyan
sehingga makalah ini sanggup tersusun hingga selesai.Tidak lupa kami mengucapkan
begitu banyak terimakasih atas uluran tangan dan gangguan dan bantuan berasal dari
pihak yang telah bersedia berkontribusi bersama dengan mengimbuhkan sumbangan baik
anggapan maupun materi yang telah merekakontribusikan.Dan kita semua berharap
semoga makalah ini mampu menambah pengalaman serta ilmu bagi para
pembaca.Sehingga untuk kedepannya sanggup memperbaiki bentuk maupun tingkatkan isi
makalah sehingga menjadi makalah yang memiliki wawasan yang luas dan lebih baik
lagi.Karena keterbatasan ilmu maupun pengalaman kami,kami percaya tetap banyak
kekurangan dalam makalah ini,oleh karena itu kami sangat berharap saran dan kritik yang
membangun berasal dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sangat berharap saran
dan kritik yang membangun berasal dari pembaca demi keseempurnaan makalah ini.

Genggong 24 Februari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman judul ............................................................................................................................

Kata pengantar ..........................................................................................................................

Daftar isi........................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................................

1.1 Latar belakang ..............................................................................................................


1.2 Rumusan masalah .......................................................................................................
1.3 Tujuan .............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................

2.1 Pengertian ......................................................................................................................


2.2 Tujuan .............................................................................................................................
2.3 Indikator..........................................................................................................................
2.4 Pencapaian pelaksanaan ...........................................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................


3.2 Saran ................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................


BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan
bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai
keberhasilan pembangunan dari suatu negara. Menurut Sasana (2012) otonomi
daerah merupakan pelimpahan wewenang dan juga peningkatan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan daerah. Pemerintah daerah mumpunyai
wewenang yang besar untuk menggali pendapatan daerah dan melakukan peran
secara alokasi secara mandiri dalam menetapakan prioritas pembangunan melalui
otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Pentingnya otonomi dan desentralisasi
fiskal daerah untuk memeratakan pembangunan suatu daerah masing-masing yang
sesuai dengan aspirasi lokal dalam mengembangkan wilayah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Dimana tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik yang dapat diukur
melalui indeks pembangunan manusia.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United
Nations Development Programme (UNDP) sejak tahun 1996 dalam seri laporan
tahunan yang diberi judul “Human Development Report”. Indeks ini disusun sebagai
salah satu dari indikator alternatif untuk menilai keberhasilan pembangunan yang
dilaksanakan oleh suatu negara selain pendapatan nasional per kapita, UNDP
mendefinisikan IPM sebagai “a process of enlarging people’s choice” atau suatu
proses yang meningkatkan aspek kehidupan masyarakat. Terdapat tiga indikator
terpenting yang dijadikan tolak ukur untuk menyusun indeks pembangunan
manusia. Pertama, usia panjang yang diukur dengan rata-rata lama hidup penduduk
atau angka harapan hidup di suatu negara. Kedua, pengetahuan yang diukur dengan
rata-rata tertimbang dari jumlah orang dewasa yang bisa membaca (diberi bobot
dua pertiga) dan rata-rata tahun sekolah (diberi bobot sepertiga). Ketiga,
penghasilan yang diukur dengan pendapatan per kapita rill yang telah disesuaikan
daya belinya untuk tiap-tiap negara (Putra dan Ulupui, 2015).
Pembangunan manusia selalu menjadi isu penting dalam perancangan dan
strategi pembangunan berkelanjutan. Pada tahun 2015, Millenium Development
Goals (MDGs) memasuki batas tahun pencapaian. Agenda MDGs tidak akan berhenti
di tahun 2015, namun berlanjut dengan mengembangkan konsep dalam konteks
kerangka/agenda pembangunan pasca 2015, yang disebut Sustainable Development
Goals (SDGs). Konsep SDGs ini terutama berkaitan dengan perubahan situasi dunia
sejak tahun 2000 mengenai isu depletion sumber daya alam, kerusakan lingkungan,
perubahan iklim semakin krusial, perlindungan sosial, ketahanan pangan dan
energi, dan pembangunan yang lebih berpihak pada kaum miskin. SDGs dirancang
dengan menggunakan tiga pilar, dirincikan kembali ke 17 tujuan yang harus dicapai.
Dalam 17 tujuan tersebut, terdapat beberapa target yang berhubungan dengan
pembangunan manusia, yaitu tujuan ketiga, tujuan keempat, dan tujuan kedelapan.
Tujuan ketiga adalah menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan
kesejahteraan penduduk di segala usia. Tujuan keempat adalah menjamin kualitas
pendidikan yang adil dan inklusif serta meningkatkan kesempatan belajar seumur
hidup untuk semua. Sedangkan tujuan kedelapan adalah meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan kerja penuh
dan produktif, serta pekerjaan yang layak untuk semua (BPS, 2015: 11).
Indeks pembangunan manusia digunakan untuk mengukur kesejahteraan
masyarakat melalui adanya pembangunan daerah. Faktor-faktor yang
mempengaruhi indeks pembangunan manusia dalam penelitian ini adalah terdiri
dari pendapatan asli daerah yang diperoleh pemerintah daerah, belanja daerah yang
dialokasikan pemerintah daerah, intergovernmental revenue diperoleh oleh
pemerintah daerah, SILPA yang diperoleh pemerintah daerah, PDRB per kapita dan
kemiskinan pada daerah kabupaten/kota.
Menurut UU Nomor 33 Tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah
penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam daerahnya sendiri
yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Peningkatan PAD diharapkan mampu memberikan efek
yang signifikan terhadap pengalokasian anggaran belanja modal oleh pemerintah.
Peningkatan belanja modal diharapkan mampu meningkatkan kualitas pelayanan
publik dan pada gilirannya mampu meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi)
publik terhadap pembangunan yang tercermin dari adanya PAD (mardiasmo, 2002).
PAD setidaknya dapat digunakan untuk pembangunan jalan raya uang bersumber
dari pajak kendaraan bermotor dan pajak bahan bakar, disamping itu pembangunan
fasilitas kesehatan dapat bersumber dari retribusi pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh pemda. Jadi dalam hal ini dimensi umur panjang dan sehat dalam
indeks pembangunna Manusia dapat tercapai dengan pembangunan fasilitas
kesehatan tersebut.
Belanja daerah menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, Belanja
Daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Pengeluaran
terbagi atas belanja langsung dan belanja tidak langsung. Secara konseptual belanja
tidak langsung memang kurang menyentuh pada kebutuhan masyarakat umum.
Namun dengan alokasi belanja tidak langsung dapat meningkatkan kinerja unit
kerja dalam memberikan pelayanan publik. Sedangkan untuk belanja langsung
dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana umum atau
program-program langsung yang dapat merangsang produktifitas yang lebih besar
bagi masyarakat. Selain itu belanja daerah diperuntukan bagi layanan dasar yang
harus diperoleh masyarakat, yaitu pendidikan dan kesehatan. Dengan alokasi
belanja langsung yang tepat maka pembenahan insfraktuktur serta fasilitas umum
dapat meningkatkan kualitas indeks pembangunan manusia.
Undang-undang No. 33 Tahun 2004 pada Pasal 1 ayat 19, menjelaskan Dana
Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. Peningkatan dana perimbangan diharapkan mampu
memberikan efek yang signifikan terhadap pengalokasian anggaran belanja
pemerintah daerah. Peningkatan belanja daerah diharapkan mampu meningkatkan
kualitas pelayanan publik, meningkatkan kualitas fasilitas dan insfrastuktur publik
khususnya dalam bidang kesehatan dan pendidikan, sehingga pada gilirannya
mampu meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi) publik terhadap
pembangunan. Sebab dana perimbangan yang dikelola dengan baik, dapat
memperbaiki mutu pendidikan, peningkatan layanan kesehatan dan paling tidak
mengurangi kerusakan insfrastruktur, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan meningkatkan indeks pembangunan manusia itu sendiri.
Menurut Wahyu (2015) timbulnya SILPA yang berasal atau terbentuk dari
pelampauan target penerimaan daerah sangat diharapkan sebagai sumber
penerimaan pembiayaan dalam mendukung pembangunan daerah. SILPA tahun
sebelumnya dapat digunakan untuk menutup kekurangan pendapatan pemerintah
dalam rangka melakukan belanja program kesejahteraan masyarakat. Sehingga
semakin besar SILPA yang diperoleh oleh pemerintah daerah, semakin besar pula
yang dapat di alokasikan untuk tambahan belanja daerah khususnya dalam
meningkatkan kualitas pelayanan publik, meningkatkan kualitas fasilitas dan
insfrastuktur publik dalam bidang kesehatan dan pendidikan sehingga mampu
meningkatkan indeks pembangunan manusia. Menurut Sasana (2012) salah satu
indikator penting untuk mengetahui peranan dan potensi ekonomi di suatu wilayah
dalam periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). Untuk melihat pendapatan rata-rata per kapita di suatu wilayah digunakan
PDRB per kapita. Menurut Todaro dalam Mirza (2011) salah satu karakteristik
pertumbuhan ekonomi modern adalah tingginya pertumbuhan output per kapita.
Pertumbuhan output yang dimaksudkan adalah PDRB per kapita, tingginya PDRB
per kapita menjadikan perubahan pola konsumsi dalam pemenuhan kebutuhan,
dalam hal ini tingkat daya beli masyarakat juga akan semakin tinggi. Tingginya daya
beli masyarakat akan meningkatkan indeks pembangunan manusia karena daya beli
masyarakat merupakan salah satu indikator komposit dalam IPM yang disebut
indikator pendapatan. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi PDRB perkapita
maka akan meningkatkan indeks pembangunan manusia.
Menurut Manik (2013), bahwa kemiskinan absolut adalah sejumlah
penduduk yang tidak mampu mendapatkan sumber daya yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan dasar, penduduk hidup di bawah tingkat pendapatan riil
minimum atau dapat dikatakan hidup di bawah garis kemiskinan internasional.
Kemiskinan merupakan masalah yang sampai saat ini belum bisa terselesaikan di
negara manapun. Kemiskinan dapat mengakibatkan efek yang cukup serius bagi
pembangunan manusia karena masalah kemiskinan adalah sebuah masalah yang
kompleks yang berawal dari kemampuan daya beli masyarakat yanag tidak mampu
mencukupi kebutuhan pokoknya sehingga kebutuhan lain seperti pendidikan dan
kesehatan bisa terabaikan. Sehingga semakin besar kemiskinan pada suatu daerah
maka semakin besar ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan baik kebutuhan
pokok, pendidikan maupun kesehatan, sehingga semakin kecil indeks pembangunan
manusia pada suatu daerah tersebut.
B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian Sustainable Development Goals?


2. Bagaimana konsep Sustainable Development Goals?
3. Apa tujuan Sustainable Development Goals?
4. Apa prinsip Sustainable Development Goals?

C. TUJUAN
Agar mahasiswa dapat memahami SDGs sehingga mempermudah mempelajarinya
dan memahaminya.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 PENGERTIAN
Pembangunan ekonomi memiliki hubungan dua arah dengan kesehatan.
Pembangunan ekonomi mempengaruhi kesehatan populasi, sebaliknya kesehatan populasi
mempengaruhi pembangunan ekonomi. Kesehatan merupakan sumberdaya yang
diperlukan untuk pembangunan ekonomi. Tingkat kesehatan populasi yang tinggi dapat
meningkatkan produktivitas, meningkatkan pendapatan keluarga, yang secara agregat
nasional meningkatkan Produk Domestik Bruto per Kapita. Sebaliknya pembangunan
ekonomi berpengaruh terhadap kemampuan keberlanjutan sistem pendukung yang
diperlukan bagi populasi untuk menciptakan kesehatan dan kualitas hidup yang baik.
Pembangunan ekonomi menggunakan sumberdaya alam, energi, dan sumberdaya manusia
secara masif. Pembanguan ekonomi yang tidak terkontrol, penggunaan sumberdaya alam
dan energi untuk produksi maupun konsumsi, yang tidak berhati-hati, hingga melebihi
kapasitas bumi, dapat merusak kondisi lingkungan sosial dan eko-sistem, sehingga
menurunkan tingkat kesehatan dan kualitas hidup populasi.

Pembangunan yang bijak bagi masyarakat adalah pembangunan yang berkelanjutan.


Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah pembangunan yang
bertujuan meningkatkan kualitas hidup orang di seluruh dunia, baik dari generasi sekarang
maupun yang akan datang, tanpa mengeksploitasi penggunaan sumberdaya alam yang
melebihi kapasitas dan daya dukung bumi. Tujuan tersebut bisa dicapai melalui empat
elemen tujuan pembangunan berkelanjutan: (1) Pertumbuhan dan keadilan ekonomi; (2)
Pembangunan sosial; (3) Konservasi sumberdaya alam (perlindungan lingkungan); (4)
Pemerintahan yang baik (good governance). Keempat elemen tersebut saling mendukung
satu dengan lainnya, menciptakan tujuan pembangunan yang berkaitan dan berkelanjutan.

Dalam Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang diadakan di Rio de Janeiro


(Brasil) pada Juni 2012 dibahas agenda pembangunan berkelanjutan yang
disebut Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs merupakan seperangkat tujuan,
sasaran, dan indikator pembangunan yang berkelanjutan yang bersifat universal. SDGs
merupakan kelanjutan dan perluasan dari Millennium Development Goals (MDGs) yang
telah dilakukan oleh negara-negara sejak 2001 hingga akhir 2015.

Delapan MDGs sebagai berikut:

1. Mengurangi kemiskinan dan kelaparan


2. Mencapai pendidikan yang universal;
3. Meningkatkan kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan
4. Mengurangi kematian anak
5. Meningkatkan kesehatan maternal
6. Membasmi HIV, malaria, dan penyakit lainnya
7. Menjamin keberlanjutan lingkungan
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.

Meskipun beberapa target MDGs berhasil dicapai, banyak tujuan dan target lainnya
dinilai belum tercapai. MDGs bertujuan mengurangi kemiskinan, tetapi gagal
memperhatikan dan mengatasi akar masalah kemiskinan. MDGs tidak secara khusus
memperhatikan pentingnya mencapai tujuan perbaikan pembangunan ekonomi. MDGs
kurang memperhatikan sifat holistik, inklusif, dan keberlanjutan pembangunan.
Demikian juga MDGs dinilai kurang memperhatikan kesetaraan gender dan hak azasi
manusia (Gambar 1). Secara teoretis MDGs ingin diterapkan di semua negara, tetapi
kenyataannya MDGs hanya diterapkan pada negara berkembang atau miskin, dengan
bantuan pendanaan dari negara kaya (UN, 2016; Guardian, 2016; Knoema, 2016).

Beberapa masalah utama yang belum bisa diatasi sampai dengan berakhirnya era MDGs
(UN, 2016) sebagai berikut:

1. Masih terdapat jurang yang lebar antara rumahtangga yang miskin dan
rumahtangga, antara daerah pedesaan dan perkotaan
2. Masih terdapat ketidaksetaraan gender (Gambar 1)
3. Banyak terjadi konflik (peperangan dsb,) yang merupakan ancaman nyata bagi
pembangunan manusia
4. Jutaan orang miskin hidup dalam kemiskinan dan kelaparan, tanpa akses terhadap
pelayanan dasar
5. Perubahan iklim dan degradasi lingkungan merongrong kemajuan yang diperoleh,
dan kelompok masyarakat miskin terkena dampak yang paling besar

1.2 TUJUAN

memberantas kemiskinan dan kelaparan, mengurangi ketimpangan dalam dan antar


negara, memperbaiki manajemen air dan energi, dan mengambil langkah urgen untuk
mengatasi perubahan iklim. Berbeda dengan MDGs, SDGs menegaskan pentingnya upaya
mengakhiri kemiskinan agar dilakukan bersama dengan upaya strategis untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menerapkan langkah kebijakan sosial untuk
memenuhi aneka kebutuhan sosial (seperti pendidikan, kesehatan, proteksi sosial,
kesempatan kerja), dan langkah kebijakan untuk mengatasi perubahan iklim dan proteksi
lingkungan.
Daftar 17 tujuan dalam SDGs sebagai berikut:

1. Kemiskinan (Poverty) – Mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuknya di setiap


tempat
2. Panngan (Food) – Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, perbaikan
gizi, dan meningkatkan pertanian yang berkelanjutan
3. Kesehatan (Health)– Menjamin hidup yang sehat dan meningkatkan kesehatan /
kesejahteraan bagi semua pada semua usia
4. Pendidikan (Education) –Menjamin pendidikan yang berkualitas, inklusif dan adil,
meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat bagi semua
5. Perempuan (Women) – Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua
wanita dan gadis
6. Air (Water)– Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air dan sanitasi yang
berkelanjutan bagi semua
7. Energi (Energy) – Menjamin akses terhadap energi yang terjangkau (terbeli), andal,
berkelanjutan, dan modern, bagi semua
8. Ekonomi (Economy) – Meningkat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan
inklusif; partisipasi penuh dalam pekerjaan yang produktif, jenis pekerjaan yang
layak bag semua
9. Infrastruktur (Infrastructure) – Membangun infrastuktur (prasarana) yang awet/
kuat, meningkatkan industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan, mendukung
inovasi
10. Ketidaksetaraan (Inequality) – Mengurangi ketidaksetaraan (inequality) dalam dan
antar negara
11. Pemukiman (Habitation) – Membangun kota dan pemukiman manusia yang inklusif,
aman, awet/ kuat, dan berkelanjutan
12. Konsumsi (Consumption) – Menjamin pola konsumsi dan produksi yang
berkelanjutan
13. Iklim (Climate) – Mengambil langkah-langkah tindakan yang segera untuk
mengatasi perubahan iklim dan dampaknya
14. Ekosistem Kelautan (Marine Ecosystem)– Melindungi dan menggunakan lautan,
laut, dan sumberdaya kelautan secara berkelanjutan untuk pembangunan yang
berkelanjutan
15. Ekosistem (Ecosystem) – Melindungi, memulihkan, dan meningkatkan penggunaan
ekosistem bumi secara berkelanjutan, mengelola hutan secara berkelanjutan,
menghentikan dan membalik degradasi (kerusakan) tanah, dan kehilangan
biodiversitas (keragaman hayati)
16. Kelembagaan (Institutions) – Menciptakan masyarakat yang damai dan inklusif
untuk pembangunan yang berkelanjutan, memberikan akses terhadap keadilan bagi
semua, membangun lembaga yang efektif, akuntabel (dapat
dipertanggungjawabkan), dan inklusif, pada semua level
17. Keberlanjutan (Sustainability)– Memperkuat cara implementasi dan merevitalisasi
(menghidupkan kembali) kemitraan global untuk pembangunan yang
berkelanjutan.
Hampir semua tujuan dalam SDGs merupakan determinan sosial kesehatan yang terletak di
berbagai level. Hanya tujuan ke 3 (Health) yang bukan merupakan determinan kesehatan,
melainkan tujuan kesehatan itu sendiri yang ingin dicapai. Tujuan ke 3 SDGs dengan jelas
menyebutkan bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah kehidupan yang sehat bagi semua
(keadilan kesehatan) pada semua usia (kesetaraan kesehatan menurut usia).

Dengan menggunakan kerangka konsep Dahlgren dan Whitehead (1991) bahwa


determinan sosial kesehatan terletak di berbagai level, dan fakta bahwa SDGs yang ingin
dicapai merupakan determinan kesehatan, maka jika SDGs dapat dicapai dengan lebih
cepat, maka implikasinya tujuan untuk meningkatkan kesehatan populasi dan distribusi
kesehatan yang adil dalam populasi dan antar populasi akan dapat dicapai dengan lebih
cepat pula.
1.3 INDIKATOR
1. Persentase penduduk dengan daya beli di bawah $1,25 per kapita per hari (PPP)
2. Persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional, dibedakan
3. Persentase penduduk yang tercakup dalam program perlindungan social
4. Jumlah bidang tanah yang bersertifikat di perdesaan
5. Persentase realisasi terhadap target sertifikasi tanah di perdesaan
6. Jumlah korban bencana alam yang meninggal dunia
7. Kerugian akibat bencana alam dalam rupiah dan $US

1.4 PENCAPAIAN PELAKSANAAN

Dengan pertimbangan untuk memenuhi komitmen pemerintah dalam


pelaksanaan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable
Development Goals (SDGs), pemerintah memandang perlu adanya penyelerasan
dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional .
Berdasarkan pertimbangan tersebut pada 4 Juli 2017, Presiden Joko Widodo
(Jokowi) telah menandatangani Peraturan Presiden, Perpres Nomor 59 Tahun
2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan,
sebagaimana disampaikan secara langsung oleh Presiden dalam kesempatan
menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Hamburg Messe Und Congress,
Jerman (7 Juli 2017).
BAB III
PENUTUP
2.1 KESIMPULAN
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development
Goals (SDGs). TPB/SDGs bertujuan untuk menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi
masyarakat secara berkesinambungan, menjaga keberlanjutan kehidupan sosial
masyarakat, menjaga kualitas lingkungan hidup serta pembangunan yang inklusif dan
terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas kehidupan dari satu
generasi ke generasi berikutnya.

2.2 SARAN
Diharapkan setelah mempelajari materi ini mahasiswa dapat mengetahui lebih
dalam tentang pembelajaran SDGS
DAFTAR PUSTAKA

1. Sustainable Development Goals SDGs (2017). Indikator Kesehatan SDGs DI Indonesia.


2. World Health Organization (2015). Trends in Maternal Mortality 1990-2015.
3. Departemen Kesehatan RI.ProfilKesehatan Indonesia tahun 2016. Jakarta:
kementrianKesehatan RI; 2017
4. Dinas Kesehatan Sumatera Barat. Profil kesehatan 2017. Edisi terbit 2018. Padang; 2018
5. Syafrudin,dkk. Penyuluhan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak). Jakarta: Trans Info Medika;2011
6. Lawrence, GW. Et al, Health Education Planning A Diagnostik Approach, The Johns
Hapkins University: Mayfield Publishing Company; 2005
7. Badan Pusat Statistik, BKKBN, Depkes RI dan Macro Internasional Inc. Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia Tahun 2002-2003, BPS, Jakarta; 2003
8. Dinas Kesehatan Kota Padang. Profil kesehatan tahu 2017. Edisi terbit 2018. Kota Padang.
9. Rahmi. Faktor yang berhubungan dengan Kehamilan Resiko Tinggi di Puskesmas Pauh
Padang Tahun 2015 [skripsi]. Padang. Universitas Andalas; 2015
10. Saam,Z. Psikologi Perawatan. Raja Grafindo Persada. Jakarta; 2014
11. Nugroho T, bobby Indra Utama: Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta: Nuha
Medika; 2014

Anda mungkin juga menyukai