Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

FRAKTUR CLAVIKULA TN. R DI RUANG AGUNG WILIS


(RBK) RSUD BLAMBANGAN

Disusun untuk memenuhi tugas di ruang Agung Wilis (RBK) Blambangan pada
Program Studi Ners STIKES Banyuwangi

Oleh
Kelompok E

Nama : Nur'ain Hadjarati


Oktavia Angraini
Rini Andriani Ega Suci
Ni Luh Putu Erna

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2021
A. Pengertian

Clavikula (tulang selangka) adalah tulang menonjol di

kedua sisi di bagian depan bahu dan atas dada. Dalam anatomi

manusia, tulang selangka atau clavicula adalah tulang yang

membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada

batang tubuh. Serta memberikan perlindungan kepada penting

yang mendasari pembuluh darah dan saraf. Tulang clavicula

merupakan tumpuan beban dari tangan, sehingga jika terdapat

beban berlebih akan menyebabkan beban tulang clavicula

berlebih, hal ini bias menyebabkan terputusnta kontinuitas

tulang tersebut (Dokterbujang, 2012).

Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa fraktur

adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena

tekanan pada tulang yang berlebihan. Smeltzer S.C & Bare B.G

(2001) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan

ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Reeves C.J,Roux G &

Lockhart (2001), fraktur adalah setiap retak atau patah pada

tulang yang utuh. Fraktur clavikula merupakan cedera yang

sering terjadi akibat jatuh atau hantaman langsung ke bahu.

Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga tengah atau

proksimal clavikula (Putra, 2013). Fraktur clavicula merupakan

5% dari semua fraktur sehingga tidak jarang terjadi.

Fraktur clavicula juga merupakan cedera umum di bidang

olahraga seperti seni bela diri, menunggang kuda dan balap


motor melalui mekanisme langsung maupun tidak langsung.

Tidak menutup kemungkinan fraktur clavicula yang terjadi

disertai dengan trauma yang lain, karena letaknya yang

berdekatan dengan leher, setiap kejadian fraktur clavicula harus

dilakukan pemeriksaan cervical. Fraktur clavicula biasa bersifat

terbuka atau tertutup, tergantung dari mekanisme terjadinya

(Dokter bujang, 2012).

A. Klasifikasi

Klasifikasi patah tulang secara umum adalah :

1. Fraktur lengkap adalah patah atau diskontinuitas jaringan

tulang yang luas sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian

dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi lain.

2. Fraktur tidak lengkap adalah patah atau diskontinuitas

jaringan tulang dengan garis patah tidak menyeberang,

sehingga tidak mengenai korteks (masih ada korteks yang

utuh).

3. Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur

berdasarkan hubungan dengan dunia luar, meliputi:

a.Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi,

kulit masih utuh, tulang tidak menonjol malalui kulit.

b. Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit,

karena adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka

fraktur terbuka potensial terjadi infeksi.


Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan

menurut Dr. FL Allman tahun 1967 dan dimodifikasi oleh Neer

pada tahun 1968, yang membagi patah tulang klavikula menjadi

tiga kelompok:

1. Kelompok 1 : patah tulang pada sepertiga tengah tulang

klavikula (insidensi

kejadian 75 - 80%).

 Pada daerah ini tulang lemah dan tipis.

 Umumnya terjadi pada pasien yang muda.

2. Kelompok 2 : patah tulang klavikula pada sepertiga

distal (15 - 25%). Terbagi menjadi 3 tipe berdasarkan

lokasi ligament coracoclavicular (conoid dan trapezoid).

 Tipe 1. Patah tulang secara umum pada daerah distal

tanpa adanya perpindahan tulang maupun ganguan

ligament coracoclevicular.

 Tipe 2 A. Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan

tulang, dan ligament coracoclavicular masih melekat

pada fragmen.

 Tipe 2 B. Terjadi ganguan ligament. Salah satunya

terkoyak ataupun kedua - duanya.

 Tipe 3. Patah tulang yang pada bagian distal clavikula

yang melibatkan AC joint.

 Tipe 4. Ligament tetap utuk melekat pata perioteum,

sedangkan fragmen proksimal berpindah keatas.


 Tipe 5. Patah tulang kalvikula terpecah menjadi

beberapa fragmen.

3. Kelompok 3: patah tulang klavikula pada sepertiga

proksimal (5%) Pada kejadian ini biasanya berhubungan

dengan cidera neurovaskuler

B. Etiologi

Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya

meremuk, gerakan puntir mendadak, kontraksi otot ekstrim. Letih

karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki

terlalu jauh. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau

osteoporosis pada fraktur patologis. Menurut Oswari E (1993),

penyebab fraktur adalah :

1. Kekerasan langsung; Kekerasan langsung menyebabkan

patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur

demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah

melintang atau miring.

2. Kekerasan tidak langsung: Kekerasan tidak langsung

menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat

terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian

yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.

3. Kekerasan akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan

otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa

pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan,

kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.


C. Manifestasi Klinis

Kemungkinan akan mengalami sakit, nyeri,

pembengkakan, memar, atau benjolan pada daerah bahu atau dada

atas. Tulang dapat menyodok melalui kulit, tidak terlihat normal.

Bahu dan lengan bisa terasa lemah, mati rasa, dan kesemutan.

Pergerakan bahu dan lengan juga akan terasa susah. Pasien

mungkin perlu untuk membantu pergerakan lengan dengan tangan

yang lain untuk mengurangi rasa sakit atau ketika ingin

menggerakan (Medianers, 2011).

Gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya

penderita datang dengan keluhan jatuh atau trauma. Pasien

merasakan rasa sakit bahu dan diperparah dengan setiap gerakan

lengan. Pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada

daerah fraktur dan kadang - kadang terdengar krepitasi pada setiap

gerakan. Dapat juga terlihat kulit yang menonjol akibat desakan

dari fragmen patah tulang. Pembengkakan lokal akan terlihat

disertai perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma

dan gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur. Untuk memperjelas

dan menegakkan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan

penunjang.

D. Patofisiologi

Patah Tulang selangka (Fraktur klavikula) umumnya

disebabkan oleh cedera atau trauma. Hal ini biasanya terjadi

ketika jatuh sementara posisi tangan ketika terbentur


terentang atau mendarat di bahu. Sebuah pukulan langsung ke bahu

juga dapat menyebabkan patah tulang selangka/ fraktur klavikula.

Hal ini mungkin terjadi selama perkelahian, kecelakaan mobil, atau

dalam olahraga, seperti sepak bola dan gulat.

Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh

trauma gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan

fisik, gangguan metabolic, patologik. Kemampuan otot mendukung

tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan

pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume

darah menurun. COP (Cardiac Out Put) menurun maka terjadi

peubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma

dan poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam

tubuh.

Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang

dapat menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat

mengenai tulang dan dapat terjadi revral vaskuler yang

menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau.

Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang

kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak

akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah patah

tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik,

patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka

atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan

gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat mengenai tulang


sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri

gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur

terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat

terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar. Pada umumnya

pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan

immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang

telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh. (Sylvia,

1995 : 1183, dalam keperawatan site, 2013).

E. Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui: Hb,

hematokrit sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah

(LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada

masa penyembuhan Ca dan P meningkat di dalam darah.

2. CT scan

Sebuah mesin CT scan khusus menggunakan komputer


untuk mengambil gambar dari klavikula Pasien. Pasien

mungkin akan diberi pewarna sebelum gambar diambil.

Pewarna biasanya diberikan dalam pembuluh darah Pasien

(Intra Vena). Pewarna ini dapat membantu petugas melihat

foto yang lebih baik. Orang yang alergi terhadap yodium atau

kerang (lobster, kepiting, atau udang) mungkin alergi

terhadap beberapa pewarna. Beritahu petugas jika Pasien

alergi terhadap kerang, atau memiliki alergi atau kondisi

medis lainnya.

3. Magnetic resonance imaging scan/ MRI

MRI menggunakan gelombang magnetik untuk

mengambil gambar tulang selangka/ klavikula, tulang dada,

dan daerah bahu. Selama MRI, gambar diambil dari tulang,

otot, sendi, atau pembuluh darah. Pasien perlu berbaring diam

selama MRI.

4. X-ray

X-ray digunakan untuk memeriksa patah tulang atau masalah

lain. X-ray dari kedua klavikula Pasien terluka dan terluka

dapat diambil.

G. Penatalaksaan Medis

Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan

yaitu dengantindakan bedah atau operative treatment dan

tindakan non bedah atau konsevatif. Pada orang dewasa dan


anak-anak biasanya pengobatannya konservatif tanpa reposisi,

yaitu dengan pemasangan mitela. Reposisi tidak diperlukan,

apalagi pada anak karena salah-sambung klavikula jarang

menyebabkan gangguan pada bahu, baik fungsi maupun

keuatannya. Kalus yang menonjol kadang secara kosmetik

mengganggu meskipun lama- kelamaan akan hilang dengan

proses pemugaran. yang penting pada penggunaan mitela ialah

letak tangan lebih tinggi dari pada tingkat siku, analgetik, dan

latihan gerak jari dan tangan pada hari pertama dan latihan gerak

bahu setelah beberapa hari.

Tindakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :

1. Fraktur terbuka.

2. Terdapat cedera neurovaskuler.

3. Fraktur comminuted.

4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.

5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).

6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang

tidak semestinya (malunion)

Melakukan dengan cara terapi :

 Obat-obatan:

Obat-obatan dapat diberikan untuk meringankan rasa sakit. Pasien juga


mungkin perlu obat antibiotik atau suntikan tetanus jika terdapat luka

robek di kulit.

 Sling atau selempang

Ada beberapa jenis sling yang dapat digunakan untuk

mencegah klavikula patah dari kerusakan lebih lanjut.

Sling di ikatkan di lengan dan digantungkan ke leher untuk

kenyamanan dan keamanan.

 Terapi pendukung

Paket es dapat ditempatkan pada klavikula yang patah

untuk mengurangi pembengkakan, nyeri, dan kemerahan.

Latihan yang meningkatkan jangkauan gerak dapat

dilakukan setelah rasa sakit berkurang. Hal ini membantu

untuk membawa kembali kekuatan dan kekuatan bahu

dan lengan.

H. Komplikasi

Komplikasi fraktur klavikula meliputi trauma saraf pada pleksus

brakhialis, cedera vena atau arteria subklavia akibat frakmen

tulang, dan malunion (penyimpangan penyatuan). Malunion

merupakan masalah kosmetik bila pasien memakai baju dengan

leher rendah.

Komplikasi akut:

- Cedera pembuluh darah

- Pneumouthorax
- Haemothrax

Komplikasi lambat :

- Mal union: proses penyembuhan tulang berjalan normal

terjadi dalam waktu semestinya, namun tidak dengan bentuk

aslinya atau abnormal.

- Non union: kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6

bulan
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, C. B., (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah,

Volume I, EGC: Jakarta.

Mansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Media Aesculapius:

Jakarta

Price & Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyaki.

Volume 2. Edisi

Sjamsuhidajat R., (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC: Jakarta

Smeltzer & Bare, (2003). Buku ajar keperawatan medical bedah.

Volume 3. Edisi 8. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai