Anda di halaman 1dari 131

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PERAWAT DALAM PELAKSANAAN TRIAGE DI INSTALASI
GAWAT DARURAT UPTD RUMAH SAKIT. MANEMBO –
NEMBO TIPE C BITUNG

OLEH :
BOY SETIAWAN LAKIBU
1601027

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MUHAMMADIYAH MANADO
2020
SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERAWAT DALAM PELAKSANAAN TRIAGE DI INSTALASI
GAWAT DARURAT UPTD RUMAH SAKIT. MANEMBO –
NEMBO TIPE C BITUNG

Skripsi diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar


Sarjana Keperawatan Kepada Program Studi Ners Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah Manado

OLEH :
BOY SETIAWAN LAKIBU
1601027

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MUHAMMADIYAH MANADO

ii
2020

PERSETUJUAN PEMBIMBING
SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERAWAT DALAM PELAKSANAAN TRIAGEDI INSTALASI
GAWAT DARURAT UPTD RUMAH SAKIT. MANEMBO –
NEMBO TIPE C BITUNG

Diajukan Oleh :
BOY SETIAWAN LAKIBU
1601027

Telah Disetujui Oleh :


Pembimbing I

Ns. Suawandi I. Luneto, S. Kep, M. Kes


NIDN :09180569022

Pembimbing II

Irne Wida Desiyanti, SST, M. Kes

iii
NIDN : 0908128703

PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : BOY SETIAWAN LAKIBU

NIRM : 1601027

Program Studi : Ners

Judul Skripsi :Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawat Dalam


Pelaksanaan Triage di Instalasi Gawat Darurat UPTD Rumah
Sakit. Manembo-Nembo Tipe C Bitung

Telah berhasil dipertahankan di depan dewan penguji pada November Tahun 2020
dan diterima sebagai bagian persyaratan yang dilakukan untuk memperoleh gelar
sarjana keperawatan pada program studi Ners STIKES Muhammadiyah Manado

PANITIA PENGUJI

Penguji I : Ns. Rahmat Hidayat Djalil, S.Kep, M.Kep _________________

Penguji II : Ns. Minar Hutaruk, S.Kep, M.Kes __________________

Penguji III: Ns.Suwandi I. Luneto, S.Kep, M.Kes ___________________

Mengetahui,

Ketua Ketua Prodi Ners

STIKES Muhammadiyah Manado STIKES Muhammadiyah Manado

iv
Agust A. Laya, SKM, M.Kes Ns. Silvia Dewi Mayasari Riu, S.Kep, M.Kep

NIP. 1996508051994031010 NIDN. 0905098601

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : BOY SETIAWAN LAKIBU

NIRM : 1601027

Program Studi : Ners

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawat Dalam


Pelaksanaan Triage di Instalasi Gawat Darurat UPTD Rumah
Sakit. Manembo-Nembo Tipe C Bitung

Menyatakan bahwa skripsi saya ini asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik sarjana baik di STIKES Muhammadiyah Manado
maupun di Perguruan Tinggi lain. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis
dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
dan dicantumkan dalam daftar rujukan.

Apabila dikemudian hari ada klaim dari pihak lain maka akan menjadi
tanggung jawab saya sendiri, bukan tanggung jawab dosen pembimbing atau
pengelola program studi Ners STIKES Muhammadiyah Manado dan saya siap
menerima sanksi akademik sesuai dengan peraturan yang berlaku, termasuk
pencabutan gelar sarjana yang telah saya peroleh.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksakan
dari pihak manapun.

Manado 16 Oktober 2020

v
Yang Menyatakan

Boy Setiawan Lakibu

CURICULUM VITAE

A. Identitas Responden

Nama : Boy Setiawan Lakibu

Nirm : 1601027

Tempat/ Tanggal Lahir : Sofan, 4 April 1998

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Anak : Ke 2 ( 2 Bersaudara )

Agama : Islam

Alamat : Cereme, Kec, Tuminting

No. Hp : 085342816742

Email : boystlakibu@gmail.com

B. Riwat Pendidikan

1. SD Negeri Sofan, Lulus Tahun 2010

2. SMP Negeri 2 Satap Tal-Tim-Sel, Lulus Tahun 2013

vi
3. SMA Negeri 1 Tal-Tim-Sel, Lulus Tahun 2016

4.Masuk Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)


Muhammadiyah Manado Tahun 2016, selesi Tahun
2020

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur di panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat, anugrah

dan rahmat-nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawat Dalam Pelaksanaan Triage

di Instalasi Gawat Darurat UPTD Rumah Sakit. Manembo-Nembo Tipe C Bitung.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menempuh Sarjana

Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Stikes Muhammadiyah Manado.

Penulis mengakui bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan

dan pengalaman yang dimiliki penulis. Walaupun demikian penulis berharap

skripsi ini dapat bermanfaat baik untuk penulis maupun pihak lain yang menaruh

minat terhadap masalah ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan,

dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan banyak terima kasih serta penghargaan setinggi-tingginya kepada :

vii
1. Agus A. Laya, SKM, M.Kes selaku Ketua STIKES Muhammadiyah Manado

yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan di STIKES

Muhammadiyah Manado

2. Ns. Suwandi I. Luneto, S.kep, M.kes selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik

Kurikulum, serta pembimbing (I) yang telah memberikan saran dan dukungan

sehingga penelitian ini berjalan dengan lancer

3. Ns. Zainar Kasim, S. Kep, M.kes selaku Wakil Ketua II Bidang Keuangan dan

Aset Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Manado, yang telah

banyak memberikan arahan dan masukkan

4. I Made Rantiasa, S.Kp, M.kes selaku Wakil Ketua III Bidang Administrasi

dan Sumberdaya Daya Manusia Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Muhammadiyah Manado, yang telah banyak memberikan arahan dan masukan

5. Rizal Arsyad, S.Ag, M.A selaku Wakil Ketua IV Bidang Kemahasiswaan AIK

dan Kerja Sama yang telah memberikan arahan dan masukan

6. Ns. Silvia Dewi Mayasari Riu, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi

Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Manado yang telah

banyak memberikan bimbingan, arahan dan masukan

7. Ns. Sri Wahyuni, S.kep, M.kes selaku Sekretaris Program Studi Ners Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Manado yang telah memberikan

arahan dan masukan

8. Irne Wida Desiyanti, SST, M.kes selaku Pembimbing II yang selalu

memberikan arahan dan masukan serta motivasi dalam pembimbingan agar

penelitian ini cepat terselesaikan

viii
9. Ns. Rahmat Hidayat Djalil, S.kep, M.kep selaku penguji I yang telah banyak

memberikan arahan dan masukan serta motivasi agar penelitian ini cepat

terselesaikan

10. Ns. Minar Hutauruk, S.kep, M. kes selaku penguji II yang telah memberikan

arahan dan masukan agar penelitan ini cepat terselesaikan

11. Staf Dosen Program Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)

Muhammadiyah Manado, yang selalu memotivasi dan memberikan semangat

kepada penulis selama mengikuti pendidikan

12. Seluruh responden yang telah memberikan waktu dan informasi dalam

penelitian

13. Terima kasih kepada seluruh senior dari MALUKU UTARA Ko Rahmat, Ka

Jhul, Ka Kun, Ka Aray, Ka Shipo yang telah banyak memberikan bantuan

kepeda penulis baik dalam bentuk dukungan maupun matrial selama penulis

menempuh pendidikan

14. Terima kasih kepada seluruh teman-teman angkatan 2016 terlebih khusus

kepada sudara dirantau Buseng, Upik, Mifta, Shamo, Uleng, Marlo, Irman,

Riski, Ul Sebe, Aki, Aswan Sebe, Andy, Wahyu, Fijai, Toxin yang telah

sama-sama menjalani suka maupun duka, saling bahu membahu memberikan

semangat

15. Terimakasih yeng sebanyak-banyaknya kepada yang tercinta dan terkasih,

orang yang selalu saya jadikan sebagai panutan dalam hidup serta menjadi

energy bagi saya untuk terus berjuang, terimakasih atas semua do’anya.

ix
Skripsi ini saya persambahkan untuk kedua orang tua (Ayah & Ibu) walaupun

saya tahu ini belum seberapa untuk membuat rasa bangga dan bahagia. Terima

kasih juga kepada kaka saya serta seluruh keluarga besar saya atas motivasi

serta dukungan sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan

16. Terima kasih atas berbagai pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu,

yang telah membantu langsung maupun tidak langsung kepada penulis selama

mengeikuti perkuliahan

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat

kekurangan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan,

pengetahuan, pengalaman yang dimiliki penulis. Walaupun demikian penulis

berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Akhirnya

kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini tetap

penulis harapkan.

Manado, 16 Oktober 2020

Penulis

Boy Setiawan Lakibu

x
Boy Setiawan Lakibu, (2020) “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawat
Dalam Pelaksanaan Triage di Instalasi Gawat Darurat UPTD Rumah Sakit.
Manembo-Nembo Tipe C Bitung”. Skripsi Program Studi Ners STIKES
Muhammadiyah Manado. Dosen Pembimbing (I) Ns. Suwandi I. Luneto,
S.Kep, M.Kes, Pembimbing (II) Irne Wida Desiyanti, SST, M.Kes

ABSTRAK

Triage adalah tindakan dimana pasien digolongkan berdasarkan prioritas


kegawatannya. Pelaksanaan Triage oleh perawat di pengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain pengetahuan, keterampilan dan motivasi. Berdasarkan data yang didapatkan bahwa
jumlah kunjungan pasien di instalasi gawat darurat (IGD) mengalami penambahan pada
setiap tahunnya. Peningkatan ini terjadi sekitar 30% di seluruh IGD rumah sakit di dunia.
Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perawat
dalam pelaksanaan triage.
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan desain
penelitian Deskriptif Analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Tekhnik penentuan
sampel dalam penelitian ini yaitu Nonprobability Sampling dengan metode sampel
Sampling Jenuh. Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 32 responden dengan alat
ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuisioner kemudian data di kumpulkan
dan di olah menggunakan program komputer SPSS versi 16.0 untuk di analisa
menggunakan hasil uji Chi-square.
Berdasarkan hasil uji chi-square pengetahuan dengan pelaksanaan triage
didapatkan nilai p = 004 < ɑ 0,05. Keterampilan dengan pelaksanaan triage didapatkan
nilai p = 004 < ɑ 0,05. Motivasi dengan pelaksanaan triage didapatkan hasil nilai p = 004
< ɑ 0,05) dengan Odd Ratio 5. 250.
Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu ada hubungan antara Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Perawat Dalam Pelaksanaan Triage di Instalasi Gawat Darurat UPTD
Rumah Sakit. Manembo-Nembo Tipe C Bitung. Disarankan agar perawat dapat
menambah pengetahuan,keterampilan dan motovasi dalam melaksanakan triage

Kata Kunci : Pengetahuan, Keterampilan, Motivasi, Triage

xi
Boy Setiawan Lakibu, (2020) “ Analysis of Affecting Factors Nurses in Implementing
Triage of the UPTD Manembo-Nembo Type C Bitung Hospital Emergency
Room”. Thesis of the nursing Study Program at STIKES Muhammadiyah
Manado. Supervisor (I) Ns. Suwandi I. Luneto, S.Kep, M.Kes Advisor (II) Irne
Wida Desiyanti, SST, M.Kes

ABSTRACT

Triage is an action in which patients are classified based on their prority of


emergency. The implementation of Triage by nurses is influenced by several factors,
including knowledge, skills and motivation. Based on the data obtained, the number of
patient visits in the emergency department (IGD) has increased every year. This increase
occurred about 30% in all hospital emergency rooms in the world. The research objective
was to determine the factors that influence nurses in implementing triage.
The research method used in this research is descriptive analytical research design
with a cross sectional approach. The sampling technique in this research is
Nonprobability Sampling with Saturated Sampling method. The number of samples in
this study amounted to 32 respondents with a measuring instrument used in this study,
namely a questionnaire then the data were collected and processed using the SPSS
version 16.0 computer program for analysis using the Chi-square test results.
Based on the results of the chi-square test knowledge with the implementation of
triage, the value of p = 004 < ɑ 0,05 was obtained. Skills with the implementation of
triage obtained p value = 004 < ɑ 0,05. Motivation with the implementation of triage
obtained the results of the value of p = 004 < ɑ 0,05 with an Odd Ratio of 5.250.
The conclusion in this study is that there is a relationship between the factors that
influence nurses in the implementation of triage in the UPTD hospital emergency
department. Manembo-Nembo Tipe C Bitung. It is suggested that nurses can add
knowledge, skills and motivation in carrying out triage.

Keywords : Knowledge, Skills, Motivation, Triage

xii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….vii

ABSTRAK……………………………………………………………………...xi

ABSTRACT…………………………………………………………………….xii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………xiii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………...xv

DAFTAR TABEL………………………………………………………………xvi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………...8

C. Tujuan Penelitian…………………………………………………….9

D. Manfaat Penelitian…………………………………………………..10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Instalasi Gawat Darurat………………………………11

B. Konsep Dasar Triage…………………………………………………15

C.Faktor – factor yang Mempengaruhi Perawat Dalam

Pelaksanaan Triage……………………………………………………22

D. Faktor Internal Dan Faktor Ekternal………………………………..24

E. Penelitian Terkait…………………………………………………….36

BAB III. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep………………………………………………….38

xiii
B. Hipotesis…………………………………………………………...38

C. Variabel Penelitian………………………………………………...39

D. Devinisi Operasional………………………………………………40

BAB IV. METODE PENELITIAN

A.Desain Penelitian……………………………………………………42

B. Waktu dan Tempat Penelitian………………………………………42

C. Populasi dan Sampel………………………………………………..42

D. Instrumen Penelitian………………………………………………..44

E. Prosedur Pengumpulan Data………………………………………..47

F. Pengolahan Data…………………………………………………….49

G. Tekhnik Analisa Data……………………………………………….50

H. Etika Penelitian……………………………………………………..52

BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian……………………………………………………..54

B. Pembahasan…………………………………………………………66

BAB VI : PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………..77

B. Saran…………………………………………………………………78

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..79

LAMPIRAN…………………………………………………………………….83

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian………………………………………38

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1. Jenis pelayanan di instalasi gawat darurat berdasarkan klasisifikasi..14

Tabel 2. 2. Klasifikasi Triage…………………………………………………….20

Tabel 2. 3. Klasifikasi berdasarkan tingkat prioritas…………………………….20

Tabel 2.4. Definisi Operasional………………………………………………….40

Tabel 2. 5 Karakteristik responden beradasarkan umur…………………………57

Tabel 2. 6 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin………………….58

Tabel 2. 7 Karakteristik responden berdasarkan masa kerja…………………….58

Tabel 2. 8 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan…………………….59

Tabel 2. 9 Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan……………………….59

Tabel 2. 10 Distribusi frekuensi berdasarkan keterampilan……………………...60

Tabel 2. 11 Distribusi frekuensi berdasarkan motivasi…………………………..61

Tabel 2. 12 Distribusi frekuensi berdasarkan pelaksanaan Triage……………….62

Tabel 2. 13 Tabulasi silang pengetahuan dengan pelaksanaan Triage…………..62

Tabel 2. 14 Tabulasi silang keterampilan dengan pelaksanaan Triage…………..64

Tabel 2. 15 Tabulasi silang motivasi dengan pelaksanaan Triage……………….65

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Izin Survey Awal

Lampiran 2 : Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 3 : Surat Balasan Telah Selesai Melaksanakan Penelitian

Lampiran 4 : Lembar Kesediaan Menjadi Responden (Informed Consent)

Lampiran 5 : Lembar Kesediaan Menjadi Responden

Lampiran 6 : Lembar Kuisioner

Lampiran 7 : Master Tabel

Lampiran 8 : Hasil Uji Statistik

Lampiran 9 : Lembar Konsultasi Pembimbing 1

Lampiran 10 : Lembar Konsultasi Pembimbing 2

Lampiran 11 : Dokumentasi Penelitian

xvii
xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah Sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial

dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna

(konpehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan

penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit merupakan

pusat dari tempat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian

medik yang bisa untuk dikembagkan untuk meningkatkan mutu

pelayanan. Berdasarkan undang- undang No. 44 Tahun 2009 tentang

rumah sakit, yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan rawat

inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Instalasi gawat darurat (IGD)

adalah unit pelayanan rumah sakit yang memberikan pelayanan pasien

gawat darurat yang selanjutnya di sebut pasien adalah orang yang

berada dalam ancaman kematian dan kecacatan yang memerlukan

tindakan medis segera (Permenkes RI, No, 47, 2018). Jumlah dan

kasus pasien yang datang ke unit gawat darurat tidak dapat di prediksi

karena kejadian kegawatan atau bencana dapat terjadi kapan saja,

dimana saja, serta menimpa siapa saja. Gawat darurat merupakan

keadaan dimana pasien memerlukan penanganan yang cepat dan tepat


atau mendapatkan pemeriksaan medis sesegera mungkin

apabilatidakdilakukan pemeriksaan medis atau penanganan secara

akurat akan berakibat fatal bagi pasien tersebut (Kartikawati, 2011).

Instalasi gawat darurat (IGD) memiliki tujuan yaitu dengan

melakukan pelayanan kesehatan secara optimal bagi pasien secara

cepat dan tepat serta terpadu dengan penanganan kegawat daruratan

untuk mencegah kematian dan kecacatan (to save live and limb)

dengan lama waktu penanganan atau respon time selama lima menit

dan waktu definitif yang tidak lebih dari dua jam (Basoki dkk, 2008,

dalam Yanti dkk,2011).

Berdasarkan data yang didapatkan bahwa jumlah kunjungan

pasien di instalasi gawat darurat (IGD) mengalami penambahan pada

setiap tahunnya. Peningkatan ini terjadi sekitar 30% di seluruh IGD

rumah sakit di dunia (Bashkin et al,2015)

Berdasarkan data kunjungan pasien masuk ke IGD di Indonesia

(Mentri Kesehatan RI, 2014) pasien yang masuk ke IGD di Indonesia

sebanyak 4.402.205 pasien (13,3%) dari total seluruh kunjungan di

Rumah Sakit Umum, dengan jumlah kunjungan 12% dari kunjungan

UGD berasal dari rujukan dengan jumlah rumah sakit umum sebanyak

1.003 dari 1.319 jumlah rumah sakit umum yang ada (Keputusan

Mentri Kesehatan, 2009). Sedangkan jumlah kunjungan di IGD

RSUP. Prof. Dr. R.D.

2
Kandau Manado sebagai Rumah Sakit Umum Rujukan Sulawesi

Utara yaitu 43.604 yang di rekapitulasi dari 2010 – 2013 ( Renstra

RSUP. Prof.Dr.

R.D. Kandau Manado)


Triage adalah suatu cara atau metode memilah kondisi pasien

agar mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan tingkat

kegawatdaruratannya. Tindakan dalam Triage selalu berdasarkan pada

prioritas ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability,

Ervironment) (Menkes RI, No, 47, 2018). Sistem Triage merupakan

salah satu penerapan manajemen untuk mengurangi resiko di instalasi

gawat darurat sehingga pasien yang datang mendapatkan penanganan

yang cepat dan tepat sesuai kebutuhannya dengan menggunakan

sumberdaya yang tersedia. Triage juga membantu dalam mengatur

pelayanan di rumah sakit sesuai dengan alur pasien di instalasi gawat

darurat. Penilaian Triage merupakan pengkajian pertama terhadap

pasien di instalasi gawat darurat yang di lakukan oleh perawat. Setiap

pasien yang datang ke IGD akan dilakukan Triage yaitu tindakan

dimana pasien di golongkan atau dibagi berdasarkan warna prioritas

kegawatannya. Pasien yang mengalami keadaan gawat darurat akan

dibrikan label merah (Kartu merah), pasien dengan kondisi gawat dan

tidak darurat akan mendapatkan label kuning (Kartu kuning), pasien

3
dengan kondisi tidak gawat dan tidak darurat akan mendapatkan label

hijau (Kartu hijau) serta death arrival (Kartu hitam) (Sudrajat, 2014).

Penggolongan Triage secara akurat merupakan kunci dalam

melakukan tindakan yang efisien diIGD.

Triage merupakan salah satu keterampilan keperawatan yang

harus di miliki oleh setiap perawat yang bertugas di instalasi gawat

darurat dan hal ini yang akan membedakan antara perawat instalasi

gawat darurat dengan perawatyang berada di unit khusus lainnya.

Karena Triage harus di lakukan dengan cepat dan tepat maka di

perlukan perawat yang berpengalaman dan kompeten dalam

melakukan Triage.

Sesuai standar DepKes RI bahwa perawat yang melakuakan

Triage adalah perawat yang telah tersertifikasi mengikuti pelatihan

PPGD (Penanggulangan Pasien Gawat Darurat) atau BTCLS (Basic

Trauma Cardiac life Support) (Pedoman Pelayanan Keperawatan

Gawat Darurat Rumah Sakit, 2005). Selain itu perawat Triage

sebaiknya mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang memadai

karena harus terampil dalam pengkajian serta harus mampu mengatasi

situasi yang kompleks dan penuh tekanan sehingga memerlukan

kematangan yang profesional untuk mengontrol stres yang terjadi

dalam mengambil keputusan terkait dengan kondisi yang dialami

pasien dan menghadapi keluarga pasien (Elliot et al, 2007, hlm 466).

4
Berdasarkan kondisi tersebut menggambarkan bahwa tugas dan

tanggung jawab yang dimiliki tidak mudah bagi seorang perawat

untuk melaksanakan Triage.

Pelaksanaan Triage saat ini dilakukan dengan berbagai metode

atau carah tetapi semuanya tetap berada dalam prinsip pada penilaian

jalan nafas (airway), pernafasan (breathing) dan sirkulasi (sirculation)

atau primary survey. Agar penilaian Triage lebih akurat maka primary

survey akan dilanjutkan dengan fokus secondary survey. Untuk

melakukan penilaian tersebut tentunya di perlukan pengetahuan,

keterampilan dan fasilitas rumah sakit yang memadai.

Keselamatan pasien saat ini menjadi fokus perhatian yang sangat

penting dalam melakukan pelayananan kesehatan seperti di Rumah

Sakit. Salah satu upayah yang telah dilakukan untuk meningkatkan

pelayanan kesehatan dengan menerapkan standar keselamatan pasien

dengan cara melaksanakan sistem Triage yang di lakukan di IGD.

Metode yang biasa di gunakan adalah Triage yaitu simple triage and

rapid treatment (START). Metode ini berprinsip pada kesederhanaan,

kecepatan, dan ketepatan dapat dilakukan oleh tenaga medis atau

tenaga awam terlatih. Metode START digunakan untuk penolong

pertama pada pasien di tempat kejadian kegawat daruratan dengan

lama waktu penggolongan 30 detik atau kurang berdasarkan tiga

pemeriksaan primer seperti respirasi, perfusi, dan status mental yang

di alami korban (Kartikawati,2011).

5
Kemampuan perawat dalam melakukan Triage sangat

berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan pada saat pasien

mengalami keadaan kegawat daruratan. Ketepatan dan kecepatan

perawat dalam melaksanakan Triage juga di pengaruhi oleh berbagai

faktor yaitu antara lain faktor internal berupa pengetahuan,

keterampilan perawat tentang Triage sedangkan pada faktor eksternal

yaitu berupa motivasi kerja dan beban kerja yang dimiliki.

Pengetahuan menjadi salah satu faktor yang penting dalam ketepatan

pelaksanaan Triage .

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh Andersson,

A.K.,M. Omberg, dan M. Svedlun (2007) menyatakan bahwa faktor

yangmempengaruhiTriageDecisionmakingdibagimenjadiduafaktorant

aralain yaitu faktor internal (dari dalam) dan faktor eksternal (dari

luar). Faktor internal mencerminkan keterampilan perawat dan

kapasitas pribadi, sedangkan Faktor eksternal mencerminkan

lingkungangan kerja, termasuk beban kerja tinggi, pengaturan sift,

kondisi klinis pasien, dan riwayat klinis pasien. Jika faktor – faktor

tersebut diabaikan, maka pelaksanaan Triage berjalan dengan tidak

maksimal sehingga dapat menyebabkan keselahan dalam mengambil

keputusan, serta mengakibatkan ketidak mampuan dalam

melaksanakan tindakan dan bahkan cacat permanen bagi pasien

(Gardtz & Bucnall,2000).

6
Andersson, Omberg dan Svedlund (2006) berpendapat bahwa

perawat merupakan petugas kesehatan yang mempunyai peran dan

tanggung jawab utama dalam melakukan Triage di IGD. Akan tetapi

hal tersebut berbeda, sistem Triage di Indonesia belum terstandar

secara nasional, sehinggapelaksanaan Triage antara rumah sakit

menjadi berbeda. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh Nur

Ainiyah, Ahsan, Mukhamad Fhatoni, (2015) bahwa beberapa sistem

Triage di rumah sakit di Jawa Timur pelaksanaannya di lakukan oleh

profesi yang berbeda – beda, antara lain oleh dokter umum (dibantu

oleh perawat) dan oleh perawat saja. Hal ini pun sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Fathoni, Sangchan, Songwatha, (2013)

yang dilakukan di beberapa unit gawat darurat (UGD) di Jawa Timur

yang menunjukan bahwa kemampuan kognitif atau pengetahuan

perawat mengenai Triage masih kurang, khususnya dalam hal

menentukan prosedur dan manejemen penyakit bagi pasien. Selain itu,

kemampuan psikomotor perawat mengenai Triage juga masih berada

dalam kategori sedang.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Martianti (2015), di

IGD RSUD Wates tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan

Keterampilan Petugas dalam Melaksanakan Triage. Berdasarkan hasil

yangdidapatdariujiKendallTaumakadiperolehnilaikoefisiensebesar0.45

0 dengan signifikan 0.025 (sig < 0.05).

7
Hal ini sesuai dengan hipotesa bahwa ada hubungan antara Tingkat

Pengetahuan dengan Keterampilan perawat dalam Pelaksanaan

Triage.

Faktor yang mempengaruhi ketepetan pelaksanaan Triage lainnya

adalah beban kerja. Beban kerja merupakan kedaan dimana seseorang

harus di hadapkan dengan tugas yang banyak dan harus di selesaikan

pada waktu tertentu. Makah hal tersebut sejalan dengan jurnal

penelitian yangdilakukan oleh Nurhanifah (2015), mengenai

hubungan antara beban kerja dengan motivasi perawat melakukan

Triage hasil yang didapatkan melalui uji statistinSperman’s rho

dengan nilai signifikan yaitu p value = 0.017 (alfa a< 0.05) dengan

nilai korelasi 0.401 menyatakan bahwa ada hubungan antara beban

kerja dan motivasi perawat. Artinya semakin berat beban kerja

perawat maka semakin rendah motivasi perawat untuk

melaksanakanTriage.

Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan pada tanggal 25

Agustus 2020 di UPTD Rumah Sakit. Manembo-Nembo Tipe

CBitung, terdapat 32 orang jumlah perawat yang ada di ruangan IGD.

Ruangan IGD UPTD Rumah Sakit.Manembo – Nembo Tipe C Bitung

terbagi atas 2 ruangan yaitu IGD Sekunder dan IGD Primer.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan 10 orang perawat IGD

8
didapatkan 7 orang perawat memiliki pengatahuan kurang baik

tentang Triage, keterampilan baik dengan telah mengikuti pelatihan

kegawat daruratan, serta memiliki motivasi yang baik. Dalam

pelaksanaan Triage perawat IGD juga menerapkan proses – proses

dalam Triage yaitu menerima langsung ketika pasien datang serta

melakukan pengkajian dan memilah pasien berdasarkan tingkat

kegawatannya masih ada yang kurang tepat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah "Adakah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Perawat Dalam Pelaksanakan Triage Di InstalasiGawat Darurat

UPTD Rumah Sakit. Manembo-Nembo Tipe CBitung"?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui Faktor-faktor yang mempengaruhi perawat dalam

melaksanakan triage Di Instalasi Gawat Darurat UPTD Rumah

Sakit. Manembo-Nembo Tipe CBitung

2. Tujuan Khusus

a. Diidentifikasi Pengetahuan Perawat Di Instalasi Gawat

Darurat UPTD Rumah Sakit.Manembo-Nembo Tipe CBitung

9
b. Diidentifikasi Keterampilan Perawat Di InstalasiGawat

Darurat UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe C

Bitung

c. Diidentifikasi Motivasi Perawat Di Instalasi Gawat Darurat

UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe C Bitung

d. Diidentifikasi Pelaksanaan Triage Di Instalasi Gawat Darurat

UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe C Bitung

e. Dianalisis Hubungan Pengetahuan Dengan Pelaksanaan

Triage Di Instalasi Gawat Darurat UPTD Rumah Sakit.

Manembo – Nembo Tipe C Bitung

f. Dianalisis Hubungan keterampilan perawat dengan

Pelaksanaan Triage Di Instalasi Gawat Darurat UPTD Tipe

Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe C Bitung

g. Dianalisis Hubungan motivasi perawat Dengan Pelaksanaan

Triage Di Unit Gawat Darurat UPTD Rumah Sakit. Manembo –

Nembo Tipe C Bitung

D. Manfaat Penelitian

1. TempatPenelitian

Sebagai data Rumah Sakit untuk mengetahui Faktor – faktor apa saja

Yang Mempengaruhi Perawat Dalam Pelaksanaan Triage Di Instalasi

Gawat Darurat UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe C Bitung

2. Responden

10
Hasil peneliian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi

responden dan menambah ilmu pengetahuan terutama tentang

pelaksanaan triage

3. InstansiPendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru

kepada mahasiswa khusnya mahasiswakeperawatan

4. Peneliti selanjutnya

Penelitian ini akan dijadikan sebagai materi pembelajaran dan

pengetahuan tentang Faktor- faktor yang Mempengaruhi Perawat dalam

Melaksanakan Triage di Instalasi Gawat Darurat

BAB II

11
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Instalasi Gawat Darurat

1. Definisi

Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu unit terdepan

pelayanan kesehatan darurat yang harus ada di lingkungan Rumah Sakit

dan diharapkan bisa memberikan Pelayanan kesehatansemaksimal

mungkin kepada masyarakat yang membutuhkan pelayanan

keagawatdaruratan sesuai dengan Standar dan peraturan yang ditentukan

(Winda dkk, 2015).

Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakitmerupakan bagian yang

sangat penting dalam memberikan penanganan awal dan pelayanan

kondisi kegawatdaruratan bagi pasien secara cepat dan tepat sehingga bisa

mengurangi angka kesakitan, kecacatan dan bahkan kematian(Meinurisa,

2017).

2. Prinsip Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Pelayanan Instalasi Gawat Darurat dapat diatur melalui standardan

pedoman pelayanan Instalasi Gawat Darurat(IGD) karena Pasien yang

masuk ke Instalasi Gawat Darurat(IGD)Rumah Sakit tentunya butuh

pertolongan yang cepat dan tepat sesuai sesuai standar prosedur yang telah

ditetapak rumah sakit, dengan demikian maka perlu adanya standar dalam

memberikan Pelayanan Gawat Darurat sesuai dengan Kompetensi dan

12
kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan Gawat

Darurat dengan response time yang cepat dan penanganan yang tepat.

Semua itu dapat dicapai antara lain dengan meningkatkan sarana,

prasarana, sumber daya manusia dan manajemen Instalasi Gawat

DaruratRumah Sakit sesuai dengan standar.Oleh karenanya, perlu

membuat standar yang baku dalam Pelayanan Gawat Darurat yang dapat

menjadi acuan bagi rumah sakit dalam mengembangkan Pelayanan Gawat

Darurat khususnya di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit

(Meinurisa, 2017).

Adapun prinsip umum Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) di

Rumah Sakitsesuai dengan Kepmenkes RI Nomor 856 Tahun 2009, adalah

sebagai berikut:

a. Setiap Rumah Sakit wajib memiliki Pelayanan Gawat Darurat yang

memiliki kemampuan: melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus

Gawat Darurat dan melakukan resusitasi dan stabilisasi (life saving)

b. Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit harus memberikan

Pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu.

c. Rumah Sakit tidak boleh meminta uang muka pada saat menangani

kasus Gawat Darurat.

d. Pasien Gawat Darurat harus ditangani paling lama 5 (lima) menit

setelah sampai di IGD.

e. Organisasi IGD didasarkan pada organisasi multi-disiplin,

13
multi-profesi, dan terintegrasi struktur organisasi fungsional

(unsur pimpinan dan unsur pelaksana) yang bertanggung jawab

dalam pelaksanaan

e. Pelayanan terhadap Pasien Gawat Darurat di Instalasi Gawat Darurat

(IGD), dengan wewenang penuh yang dipimpin oleh dokter.

f. Setiap Rumah Sakit wajib berusaha untuk menyesuaikan Pelayanan

Gawat Daruratnya minimal sesuai klasifikasi.

3. Klasifikasi Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Klasifikasi Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) sesuai Permenkes RI

No 56. 2014 adalah sebagai berikut :.

a. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level IV sebagai standar minimal

untuk Rumah Sakit Kelas A

b. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level III sebagai standar minimal

untuk Rumah Sakit Kelas B

c. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level II sebagai standar minimal

untuk Rumah Sakit Kelas C

d. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level I sebagai standar minimal

untuk Rumah Sakit Kelas D

14
Tabel 2.1. Berikut adalah jenis Pelayanan yang diberikan di unit Instalasi Gawat
DaruratRumah Sakit berdasarkan klasifikasinya

Level IV Level III Level II Level I

Pelayanan pada Pelayanan pada Pelayanan pada Pelayanan pada


level IV adalah Level III adalah level II adalah level I adalah
sebagai berikut: dsebagai berikut: sebagai berikut: sebagai berikut :
1. Diagnosis & 1. Diagnosis & 1. Diagnosis & 1. Diagnosis &
penanganan : penanganan : penanganan: penanganan
permasalahan permasalahan permasalahan permaslahan
pada A,B,C pada A,B,C pada : Jalan pada :
dengan alat- dengan alat- nafas (airway A : Jalan nafas
alat yang lebih alat yang lebih Problem), (airway
lengkap lengkap Ventilasi Problem),
termasuk termasuk pernafasan B: pernafasan
ventilator ventilator (breathing (breathing
Problem),Sirkul Problem),
asi pembuluh C : Sirkulasi
2. Penilaian 2. Melakukan darah(circulatio pembuluh
disability, resusitasi dasar n problem darah
penggunaan Penilaian 2. Melakukan (circulation
obat, EKG, disability, resusitasi dasar problem)
:
defibrilasi penggunaan Penilaian 2. Melakukan
obat, EKG, disability, resusitasi
3. Observasi defibrilasi penggunaan dasar,
HCU/ R. obat, EKG, stabilisasi dan
Resusitasi- 3. Evakuasi dan defibrilasi Evakuasi
ICU rujukan antar (observasi
Fasyankes HCU)
4. ROE (Ruang 3. Evakuasi dan
4. Bedah Observasi rujukan antar
Emergensi Emergensi) Fasyankes

4. Bedah
5. Bedah
5. Anestesi emergensi
emergensi
Emergensi
Sumber: Kepmenkes RI No. 856/Menkes/SK/IX/2009

15
B. Konsep Triage

1. Definisi

Kata “trier” berasal dari bahasa Perancis yang berarti bermacam-

macam dalam memilah gangguan. Penggunaan awal kata “trier” mengacu

pada penampisan screening di medan perang. Dominique larrey, ahli

bedah Napolleon Bonaparte yang pertama kali melakukan Triage.

Triage adalah suatu sistem Pembagian/Klasifikasi Prioritas Klien

berdasarkan berat ringannya kondisi Klien atau Kegawatannya yang

memerlukan tindakan segera. Dengan demikian dalam pelaksanaan Triage

Perawat dan Dokter mempunyai batasan waktu (response time) untuk

mengkaji keadaan pasien dan memberikan intervensi secepatnya yaitu <

10 menit. Kini istilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan

suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang

memungkinkan pemanfaatan Sumber Daya Manusia, peralatan serta

fasilitas yang paling efisien terhadap hampir 100 juta orang yang

memerlukan pertolongan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) setiap tahunnya

(Pusponegoro, 2010).

2. Prinsip Dan Tipe Triage

Pada prinsipnya Triase dilakukan dengan system Prioritas, Prioritas

adalah penentuan/penyeleksian mana yang harus didahulukan untuk

dilakukan Penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang

timbul dengan cara melakukan seleksi Pasien berdasarkan : 1) Ancaman

jiwayang dapat mematikan dalam hitungan menit. 2) Dapat mati dalam

16
hitungan jam. 3) Traumaringan. 4) Sudah meninggal.Pada umumnya

penilaian korban dalam Triage dapat dilakukandengan: Menilai tanda Vital

dan Kondisi Umum Korban, menilai kebutuhan Medis, menilai

kemungkinan bertahan hidup, menilai bantuan yang memungkinkan,

memprioritaskan penanganan definitive, tag warna (Brooker. 2008).

a. Prinsip dalam pelaksanaanTriage (Tira, 2018) :

1) Prinsip pelaksanaan Triase di instalasi Gawat Darurat dilakukan

segera dan tepat waktu, Kemampuan berespon dengan cepat

terhadap kemungkinan penyakit yang mengancamkehidupan atau

injuri adalah hal yang terpenting di departemen kegawatdaruratan

untuk mencegah terjadinya kecacatan bahkan kematian.

2) Prinsip Pengkajian harus adekuat dan akurat, pengkajian saat triase

harus dilakukan dengan ketetilian dan keakuratan adalah elemen

yang terpenting dalam proses interview terhadap pasien

Gawatdarurat.

3) Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian, Keselamatan dan

Perawatan Pasien yang efektif hanya dapat direncanakan bila

terdapat informasi yang adekuat serta data yang akurat.

4) Melakukan Intervensi harus berdasarkan keadekutan dari kondisi

pasien. Perawat Triase dalam melakukan pengkajian harus secara

akurat terhadap Pasien karena untuk menetapkan Prioritas tindakan

yang akan dilakukan. Hal tersebut adalah termasuk

17
intervensi/tindakan terapeutik, prosedur diagnostic adalah

merupakan tindakan penunjang untuk menentukan diagnosa medis.

5) Tercapainya kepuasan Pasien

a) Demi tercapainya kepuasan pasien Perawat Triase harus

memenuhi semua yang ada di atas saat menetapkan hasil

implementasi yang dilakukan terhadap pasien.

b) Perawat seharusnya dapat membantu dalam menghindari

keterlambatan penanganan yang dapat menyebabkan

keterpurukan status kesehatan pada pasien sehinga terhindar

/dari keadaan kritis bahkan kematian.

c) Perawat harusnya dapat memberikan dukungan emosional

kepada Pasien dan keluarga atau temannya.“Time Saving is

Life Saving  (respon time diusahakan sesingkat mungkin), The

Right Patient, toThe Right Place at The Right Time, with The

Right Care Provider.“

b. Tipe Triage Di Rumah Sakit (Manuaba dkk, 2008).

1) Tipe 1 : Traffic Director or Non Nurse

a) Hampir sebagian besar Rumah Sakit berdasarkan system

Triage

b) Dilakukan oleh petugas yang tak berijasah

c) Pengkajian minimal terbatas pada keluhan utama dan seberapa

sakitnya

18
d) Tidak ada dokumentasi

e) Tidak menggunakan protokol

2) Tipe 2 : Cek Triage Cepat

Pengkajian Perawat atau dokter harus dilakukan dengan cepat

dan beregristrasi termasuk riwayat Kesehatan yang berhubungan

dengan keluhan utama, evaluasi terbatas, tujuan untuk meyakinkan

bahwa Pasien mana yang mengalami cedera serius untuk mendapat

Perawatan pertama.

3) Tipe 3 : Comprehensive Triage

a) Triase dilakukan oleh Perawat dengan Pendidikan yang sesuai

dan berpengalaman 

b) 4 sampai 5 sistem katagori

c) Sesuai protokol

c. Beberapa tipe sistem Triage lainnya (Iyer, 2004) :

1) Traffic Director

Perawat hanya mengidentifikasi keluhan utama dan memilih

antara status “mendesak” atau “tidak mendesak”.Tidak ada tes

diagnostik permulaan yang diintruksikan dan tidak ada evaluasi

yang dilakukan sampai tiba waktu pemeriksaan. 

2) Spot Check

Perawat mendapatkan keluhan utama bersama dengan data

subjektif dan objektif yang terbatas, dan Pasien dikategorikan ke

dalam salah satu dari 3 prioritas pengobatan yaitu“Gawat Darurat”,

19
“mendesak”, atau “ditunda”. Dapat dilakukan beberapa tes

diagnostik  pendahuluan, dan Pasien ditempatkan di area Perawatan

tertentu atau di ruang tunggu.

3) Comprehensive

Merupakan sistem yang paling maju dengan melibatkan dokter

dan Perawat dalam menjalankan peran Triage.Data dasar yang

diperoleh meliputi Pendidikan dan kebutuhan Pelayanan Kesehatan

primer, keluhan utama, serta informasi subjektif dan objektif. Pasien

harus dikaji ulang setiap 15 sampai 60 menit

3. Klasifikasi Triage

Klasifikasi triage berdasarkan pengetahuan. Sedangkan pengambilan

keputusan Triage didasarkan pada keluhan utama, Riwayat Medis, dan

data objektif yang mencakup keadaan umum Pasien serta hasil pengkajian

Fisik yang terfokus. Menurut Comprehensive Speciality Standard, ENA

tahun 1999, penentuanTriage didasarkan pada kebutuhan fisik, Tumbuh

Kembang dan psikososial selain pada faktor-faktor yang mempengaruhi

akses PelayananKesehatan serta alur Pasien lewat sistem Pelayanan

kedaruratan. Hal-hal yang harus dipertimbangkan mencakup setiap gejala

ringan yang cenderung berulang atau meningkat keparahannya (Oman,

dkk 2008) .

a. Gawat adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami keadaan

yang mengancam nyawa dan kecacatan yang memerlukan penanganan

20
dengan cepat, tepat dan akurat sehinga terhindar dari kecacatan dan

kematian.

b. Darurat adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi

memerlukan penanganan cepat dan tepat seperti Kegawatan

c. Gawat Darurat adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa

disebabkan oleh gangguan ABC (Airway/jalan nafas,  Breathing/

pernafasan, Circulation/sirkulasi), jika tidak ditolong segera maka

dapat meninggal/cacat.

d. Tabel 2.2. Klasifikasi Triage (Wijaya dkk, 2014) :

Klasifikasi Keterangan
Gawat Darurat (P1) Keadaan yang mengancam nyawa/adanya
gangguan ABC dan perlu tindakan segera,
misalnya cardiac arrest, penurunan
kesadaran, trauma mayor dengan
perdarahan hebat.
Gawat tidak darurat (P2) Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat. Setelah
dilakukan diresusitasi maka ditindak
lanjuti oleh dokter spesialis, misalnya :
pasien kanker tahap lanjut, fraktu dll.
Darurat tidak gawat (P3) Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi
memerlukan tindakan darurat. Pasien
sadar, tidak ada gangguan ABC dan dapat
langsung diberikan terapi definitive. Untuk
tindak lanjut dapat ke poliklinik,
misalnya : laserasi, fraktur minor/tertutup.
Sistitis, otitis media dll.
Tidak gawat tidak darurat (P4) Suatu Keadaan yang tidak mengancam nyawa
dan tidak memerlukan tindakan gawat.
Gejala dan tanda klinis ringan
/asimtomatis mis : penyakit kulit, batuk
dan flu dapat di tidaklanjuti di poliklinik

Tabel 2.3. Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Prioritas (Labeling)

21
Klasifikasi Keterangan
Prioritas I (merah) Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu
resusitasi dan tindakan bedah segera,
mempunyai kesempatan hidup yang lebih
besar. Penanganan dan pemindahan
bersifat segera yaitu gangguan pada jalan
nafas, pernafasan dan sirkulasi. Contohnya
sumbatan jalan nafas, tension
pneumothorak, syok hemoragik, luka
terpotong pada tangan dan kaki combutio
(luka bakar) tingkat II dan III > 25%
Prioritas II (kuning) Potensial mengancam nyawa dan fungsi vital
bila tidak segera ditangani dalam jangka
waktu singkat. Penanganan dan
pemindahan bersifat jangan terlambat.
Contohnya : fraktur, combutio (luka
bakar) tingkat II dan III < 25%, trauma
thorak/abdomen, laserasi luas, trauma bola
mata
Prioritas III (hijau) Perlu Pelayanan biasa, tidak perlu segera.
Panaganan dan pemindahan bersifat
terakhir. Contohnya: luka superficial,
luka-luka ringan
Prioritas IV (hitam) Kemungkinan pasien untuk hidup sangat kecil,
hanya perlu terapi suportif. Contoh henti
jantung kritis, dan trauma kepala kritis

4. Proses Triage

Proses pelaksanaan Triage yaitu petugas menerima pasien dengan

keadaan gawat darurat dimulai dariPasien masuk ke instalasi Gawat

Darurat (IGD). Kemudian Perawat melakukan anamnesa.

Perawat memeriksa pasien secara singkat dan cepat untuk menentukan

derajat kegawatannya, bila pasien lebih dari 10 orang Triage dapat

22
dilakukan diluar gedung atau didepan IGD. Kemudian perawat/petugas

memberikan Kode warna menurut kegawatannya. Pengumpulan data

subjektif dan objektif harus dilakukan dengan cepat, tidak lebih dari

5menit karena pengkajian ini tidak termasuk pengkajian Perawat utama.

Perawat Triage bertanggung jawab untuk menempatkan Pasien di area

pengobatan yang tepat; misalnya bagiantrauma dengan peralatan khusus,

bagian jantung dengan monitor jantung dan tekanan darah, dll.Tanpa

memikirkan dimana Pasien pertama kali ditempatkan setelah Triage,

Setiap Pasien tersebutharus dikaji ulang oleh Perawat utama sedikitnya

sekali setiap 60 menit.Untuk Pasien yang dikategorikan sebagai Pasien

yang mendesak atau Gawat Darurat, pengkajian dilakukan setiap 15

menit / lebih bila perlu.Setiap pengkajian ulang harus di dokumentasikan

dalam rekam medis.Informasi baru dapat mengubah kategorisasi keakutan

danlokasi Pasien di area Pengobatan. Misalnya kebutuhan untuk

memindahkan Pasien yang awalnya berada di area pengobatan minor ke

tempat tidur bermonitor ketika Pasien tampak mual atau mengalami sesak

nafas, sinkop, atau diaforesis. Bila kondisi Pasien ketika datang sudah

tampak tanda - tanda objektif bahwa iamengalami gangguan pada airway,

breathing, dan circulation, maka Pasien ditangani terlebih dahulu.

Pengkajian awal hanya didasarkan atas data objektif dan data subjektif

sekunder dari pihak keluarga. Setelah keadaan Pasien membaik, data

23
pengkajian kemudian dilengkapi dengandata subjektif yang berasal

langsung dari Pasien (data primer).

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawat Dalam Pelaksanaan Triage

Sesuai standar DepKes RI perawat yang melakuakan Triage adalah

perawat yang telah bersertifikat pelatihan PPGD (Penanggulangan Pasien

Gawat Darurat) atau BTCLS (Basic Trauma Cardiac life Support) (Pedoman

Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat Rumah Sakit, 2005). Selain itu

perawat Triage sebaiknya mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang

memadai karena harus terampil dalam pengkajian serta harus mampu

mengatasi situasi yang kompleks dan penuh tekanan sehingga memerlukan

kematangan profesional untuk mentoleransi stres yang terjadi dalam

mengambil keputusan terkait dengan kondisiakut pasien dan menghadapi

keluarga pasien (Elliot et al, 2007, hlm 466). Berdasarkan kondisi tersebut

menggambarkan bahwa tidak mudah bagi perawat untuk melaksanakan

Triage.

Triage dilakukan oleh perawat yang profesional (RN) yang sudah terlatih

dalam prinsip triage, pengalaman kerja minimal enam bulan di bagian UGD,

dan memiliki kualifikasi sebagai berikut :

a. Menunjukan kompetensi kegawatdaruratan

b. Tersertifikasi ATLS, ACLS, PALS,ENPC

c. Lulus Trauma Nurce Core Currikulum(TNCC)

d. Pengetahuan tentang kebijakanintradepartemen

24
e. Keterlampilan pengkajian yang tepat,dll.

Kemampuan perawat dalam melakukan Triage sangat berpengaruh

terhadap tingkat keberhasilan pertolongan pada saat pasien mengalami

kegawat daruratan. Ketepatan perawat dalam melaksanakan Triage juga di

pengaruhi oleh berbagai faktor yaitu antara lain faktor internal berupa

pengetahuan dan keterampilan perawat tentang Triage dan faktor eksternal

yaitu berupa motivasi kerja dan beban kerja.

Andersson, A.K., M. Omberg, dan M. Svedlun, (2007) menyatakan

bahwa faktor yang mempengaruhi Triage Decision making dibagi menjadi

dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

mencerminkan keterampilan perawat dan kapasitas pribadi. Faktor eksternal

mencerminkan lingkungangan kerja, termasuk beban kerja tinggi, pengaturan

sift, kondisi klinis pasien, dan riwayat klinis pasien. Jika faktor – faktor

tersebut diabaikan, maka pelaksanaan Triage berjalan tidak optimal sehingga

dapat menyebabkan keselahan dalam mengambil keputusan, serta

mengakibatkan ketidak mampuan dan bahkan cacat permanen bagi pasien

(Gardtz & Bucnall, 2000).

Menurut Gerdtz & Bucknall, (2000). Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi Triage di antaranya ada faktor internal dan eksternal. Faktor

internal meliputi pengetahuan, keterampilan perawat sertakapasitasdiri.

25
Sedangkan faktor eksternal meliputi motivasi kerja, beban kerja tinggi, dan

pengaturan shift.

D. Faktor Internal dan Eksternal

1. Faktor Internal

a. Pengetahuan

Kita telah diberikan sebuah pemikiran atau akal dari sejak kita dilahirkan,

pemikiran itu akan hadir atau muncul dalam jiwa kita senderi dengan cara

kita berproses mencari tahu. Dari hal - hal yang tadinya kita tidak ketahui,

menjadi diketahui. Dalam proses mengetahui sesuatu hal ada beberapa

metode atau cara – cara yang dapat kita lalui baik melalui proses pendidikan

maupun pengalaman yang kita alami. Hal tersebut dikatakan sebagai proses

untuk mendapatkan pengetahuan.

Pengetahuanpun memiliki beragam fungsinya, mulai dari fungsi untuk

mengatur diri, fungsi mengukur sesuatu hal, fungsi pengembangan diri, dan

fungsi deskriptif. Dari penjelasan tersebut ternyata masih banyak orang yang

belum memahami atau mengetahui mengenai makna pengetahuan sendiri.

Pengetahuan merupakan hasil yang didapatkan dari sistem pengindraan

manusia, atau hasil pengalaman seseorang terhadap sesuatu hal yang diamati

melalui sistem indra yang dimilikinya sehingga dapat menghasilkan sebuah

26
pengetahuan (Notoatmojo, 2014).

Menurut Notoatmojo, (2014) pengetahuan atau suatu keyakinan yang

dimiliki oleh seseorang yang didapatkan dari proses berpikir merupakan

sesuatu hal yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt

behaviour). Tingkatan pengetahuan didalam hal penting pada keyakinan

seseorang mempunyai enam tingkatan yaitu:

1). Tahu(know)

Tahu diartikan sebagai hal yang diingat dari sesuatu yang dipelajari

sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

sesuatu yang khusus dari seluruh hal yang dipelajari atau rangsangan

yang telah didapatkan sebelumya. Oleh sebab itu, tingkatan ini

merupakan pengetahuan yang paling rendah.

2). Memahami(comprehension)

Memahami diartikan mata dan telinga (Notoatmodjo, 2014).Artinya

bahwa seseorang mampuh untuk menjelaskan sesuatu secara benar

tentang obyek yang diketahui, dan dapat menjelaskan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah memahami terhadap sesuatu yang

dipelajiranya dapat menjelaskan atau mengiterpretasikan atas obyek yang

dipelajari. Contoh menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainaya.

3). Aplikasi(aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk melakukan

suatu tindakan sesuai yeng telah dipelajari sebelumnya pada situasi atau

27
kondisi yang sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai

pengguanaan hukum-hukum, metode, prinsip, dan sebagainya dalam

kontekskehidupan.

Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu :

1). Faktor Internal meliputi :

a). Umur

Menurut Nursalam, (2011) tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang dalam berpikir dan bekerja dilihat dari tingkat umur yang

dimiliki, tingkat kedewasaan yang tinggi akan mendapatkan

kepercayaan dari masyarakat dibandingkan dengan tingkat

kedewasaan yang rendah. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman

jiwa.

b).Pengalaman

Menurut Notoadmodjo, (2010) suatu pengetahuan merupakan

sebuah hasil yang didapatkan dari pengalaman atau pengelaman

tersebut merupakan cara untuk memperoleh sebuah pengetahuan

atau kebenaran. Oleh karena itu pengalaman merupakan

merupakan guru dalam memperoleh sebuah pengetahuan.

Hal tersebut dilakukan dengan mengulang pengetahuan itu

kembali yang diperoleh dalam memecahkan persoalan yang

dihadapi pada masalalu.

28
c). Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang sangat berpengaruh pada

banyaknya pengetahuan yang dimiliki. Tingginya tingkat

pendidikan yang dimiliki seseorang maka semakin

banyakpengetahuan yang dimiliki. Begitupun sebaliknya semakin

rendah tingkat pendidikan seseorang maka semakin sedikit

pengetahuan yang dimiliki dan akan menghambat seseorang

terhadap nilai – nilai yang baru (Nursalam, 2011).

d). Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan atau kebutuhan yang harus

dilaksanakan guna untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri

maupun keluarga (Menurut Thomas 2007, dalam Nursalam

2011).

e). JenisKelamin

Jenis kelamin merupakan takdir yang telah ditentukan oleh

tuhan pada manusia. Jenis kelamin itu melekat pada laki – laki

dan perempuan yang kita kenalsecara sosial maupun kultural.

2). Faktor Eksternal

a). Informasi

Menurut Long (1996) dalam Nursalam dan Pariani (2010)

29
informasi begitu sangatmembantu untuk mejelaskan suatu kedaan,

sehingga menetralkan rasa takut. Ketika seseorang yang memperoleh

informasi akan berguna untuk menambah tingkat pengetahuan

seseorang terhadap suatu hal.

b). Lingkungan

Menurut Notoatmodjo (2010), hasil dari sebagian pengalaman dan

hasil pengamatan yang terjadi dilapangan(masyarakat) bahwa

kebiasaan seseorang termasuk terjadinya perilaku kesehatan, dimulai

dengan pengalaman-pengalaman seseorang serta dipengaruhi dengan

adanya faktor eksternal (lingkungan fisik dan non fisik)

c). Sosialbudaya

Tingkat pendidikan dan status sosial yang tinggi akan berpengaruh

terhadap tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.

Hagos, Alemseged, Balcha, Berhe, Aregay (2014) dalam penelitiannya

pengetahuan merupakan salah satu faktor yang paling menentukan dalam

pelaksanaan proses Keperawatan, karena dengan kurangnya informasi

yang diketahui mengenai cara pelaksanaan asuhan Keperawatan,

pelaksanaan asuhan Keperawatan tidak dapat terlaksana dengan optimal.

Mayoritas 180 (90%) responden kurang pengetahuan mengenai proses

Keperawatan sehingga tidak berjalan secara optimal.

Responden mengemukakan pernah mendengarpelaksanaan asuhan

30
Keperawatan, tetapi 61 (30,5%) tahap pelaksanaan asuhan Keperawatan

tidak berjalan secara aktif. Serta pada penelitian ini peneliti melakukan

wawancara dengan Perawat mengenai pengetahuan tentang proses

Keperawatan, dan setelah dilakukan wawancara ada beberapa Perawat

mengatakan tahap-tahap proses Keperawatan tidak secara berurutan.

Kurangnya Pengetahuan Perawat tentang proses Keperawatan dalam

hal ini Triage yang sebenarnya membuat Perawat kurang percaya diri

dalam melakukan proses Keperawatan pada Pasien dan menghambat

penerapan PelayananKeperawatan. Dengan demikian, penting bagi

manajer untuk memperluas pengetahuan Perawat dan membuat mereka

lebih mengenali makna proses Keperawatan yang sebenarnya (Diniz,

Cavalcente, Otoni, & Mata, 2015).

Banyaknya pengetahuan yang harus digunakan Perawat dalam

melaksanakan tindakan Triage dan pesatnya pertumbuhan pengetahuan.

Dengan berkembang pesatnya pengetahuan dan kemajuan tehnologi maka.

Perawat di tuntut untuk berpikir kritis dalam berbagai cara, salah satunya

adalah menggunakan pengetahuan dari subjek dan bidang lain.

Perawat berhadapan dengan respon manusia secara holistik, sehingga harus

mendapatkan infromasi penting dari subjek lain (yaitu membuat hubungan

interdisipliner) untuk memahami arti data klien dan merencanakan

31
intervensi yang efektif (Kozier, ERB, Berman, & Snyder, 2010).

b. Keterampilan

1. Pengertian

Keterampilan merupakan suatu kemampuan atau keahlian untuk

menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitas dalam pekerjaan,

memodifikasi atau menciptakan sesuatu menjadi lebih bernilai sehingga

melahirkan sebuah nilai dari hasil pekerjaantersebut.

Keterampilan sebaiknya ditingkatkan dan di lakukan secara terus

menerus sehingga dapat menambah kemampuan seseorang agar menjadi

ahli atau profesional dalam suatu bidang yang dikerjakan.

Keterampilan menurut Dunete, (1976). Keterampilan merupakan

pengetahuan yang diperoleh serta ditingkatkan dengan melalui pelatihan

atau training serta pengalaman dengan melaksanakan berbagai tugas.

Keterampilan merupakan kata dasar dari terampil yang berarti cakap

atau mampu. Iverson (2001), menyebutkan keterampilan menginginkan

pelatihan dan kemampuan awal yang dipunyai oleh setiap orang dapat

lebih berguna untuk menglahirkan sesuatu yang bernilai dan lebih cepat.

Keterampilan dibagi menjadi 4 kategori (Robbins, 2000) yaitu :

a). Basic Literacy Skill : Membaca, menulis, berhitung serta

mendengarkan merupakan keahlian dasar yang sudah dimiliki oleh

setiap orang

32
b).Technical Skill : Mengoprasikan komputer dan alat digital lainnya

merupakan keahlian secara tehknis yang didapatkan melalui

pembelaran dalam bidang teknik

c). Interpersonal Skill : Mendengarkan seseorang, memberi pendapat

dan bekerja secara tim, merupakan keahlian seseorang dalam

melakukan komunikasi antara satu dengan yang lain

d).Problem Solving : Penggunaan logika atau perasaan merupakan

keahlian seseorang dalam memecahkan sebuah permasalahan

2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Keterampilan

Notoadmodjo (2007), mengatakan bahwa keterampilan adalah

perangkat dari pengetahuan dikarenakan tingkat keterampilan seseorang

saling berhubungan dengan tingkat pengetahuan, dan pengetahuan

dipengaruhi oleh :

a. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidkan sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Sehingga, dengan pengetahuan yang tinggi tersebut, dapat membantu

seseorang dalam menyelesaikan hal-hal baru.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat pengaruh antara tingkat

pendidikan dan pengetahuan terhadap keterampilan ibu dalam

melakukan pertolongan pertama pada anak dengan kecelakaan

33
dirumah Desa Sumbar Girang RW 1 Rembang (Islami, Aisyah dan

wirdoyo,2012)

b. Umur

Peningkatan umur seseorang sangat berpengaruh pada perubahan

fisik dan psikologi seseorang. Seseorang dengan umur yang cukup,

akan semakin matang dan dewasa dalam berfikir dan bekerja.

c. Pengalaman

Pengalaman yang pernah didapatkan oleh seseorang akan

berpengaruh terhadap kematangan dalam berpikir pada saat

melaksanakan sesuatu hal. Ranupantoyo dan Saud (2005),

mengatakan bahwa semakin lama seseorang dalam melakukan suatu

pekerjaan yang ditekuni, maka akan semakin berpengalaman dan

terampil dalam kerja serta akan semakinbaik.

Menurut Widyatun (2005), bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi

keterampilan secaralangsung yaitu :

a. Motivasi

Merupakan sesuatu yang mendorong kemampuan atau semangat dari

dalam diri seseorang agar melaksanakan berbagai tindakan.

Motivasi inilah yang menopang seseorang agar bisa melaksanakan

tindakan sesuai dengan prosedur yang telah ada.

b. Pengalaman

34
Yaitu suatu hal yang akan menguatkan kemampuan seseorang dalam

melaksanakan sebuah tindakan (keterampilan). Pengalaman

membangkitkan seseorang agar bisa melaksanakan tindakan-tindakan

yang baru menjadi lebih baik, yang dikarenakan telah melaksanakan

tindakan -tindakansebelumnya.

c. Keahlian

Keahlian akan membuat seseorang bisa melaksanakan sesuatu sesuai

dengan yang pernah dipelajari. Keahlian yang dimiliki oleh seseorang

akan membuat terampil dalam mengerjakan keterampilantertentu

2. Faktor Eksternal

a. Motivasi

lstilah motivasi (motivation) merupakan istila yang berasal dari

bahasa latin, yaitu “movere”yang berarti “menggerakkan” (to move).

Gray mengartikan motivasi merupakan hasil dari sejumlah proses yang

bersifat dari dalam atau dari luar bagi seorang individu, yang

menyebabkan munculnya sikap semangat dan ketekunan dalam hal

melakukan kegiatan-kegiatan tertentu (Hamali,2016).

Motivasi adalah proses psikologis yang timbul dan mengarahkan individu

pada perilaku guna mencapai tujuan tertentu (Setiadi, 2012)

Motivasi adalah sebuah dorongan, hasrat ataupun minat yang begitu

besar di dalam diri, untuk mencapai suatu keinginan, cita-cita dan tujuan

tertentu. Dengan adanya motivasi akan membuat individu berusaha

35
sekuat tenaga untuk mencapai yang diinginkannya.

b. Teori motivasi

Ada beberapa pendapat tentang teori motivasi diantaranya :

1). Teori Kebutuhan

Pemuasan kebutuhan akan didorong oleh kekuatan motivasi,

kekuatan motivasi tersebut adalah motivasi kekurangan yaitu upaya

yang dilakukan manusia untuk memenuhi kekurangan yang dialami

dan motivasi perkembangan yaitu motivasi yang tumbuh dari dasar

diri manusia untuk mencapai suatu tujuan. Dalam prakteknya, teori

kebutuhan berhubungan dengan apa yang dilakukan seseorang untuk

memenuhi kebutuhannya. Menurut teori kebutuhan, bahwa motivasi

dimiliki seseorang pada saat belum mencapai tingkat kepuasan

tertentu dalam kehidupannya. Kebutuhan yang telah terpuaskan tidak

akan lagi menjadi motivator. Teori-teori yang termasuk dalam teori

kebutuhan adalah :

a). Teori Hierarki Kebutuhan menurut Maslow

Bahwa Teori tersebut memuat kebutuhan dasar manusia, yang

menjelaskan bahwa manusia diposisikan sebagai mahluk yang lemah

dan terus berkembang.

Kebutuhan dasar tersebut adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan

keamanan, kebutuhan Kasih sayang, kebutuhan Harga diri, dan

kebutuhan Aktualisasi diri). Di mana dia memandang kebutuhan

36
manusia sebagai lima macam hierarki, mulai dari kebutuhan fisiologis

yang paling mendasar sampai kebutuhan tertinggi, yaitu aktualisasi

diri.

b). Teori ERG ( Existence, Relatedness and Growth)

Teori ERG ada tiga kelompok kebutuhan inti yaitu (Existance,

kebutuhan mendasar ), kebutuhan keterkaitan (Relatedness, kebutuhan

hubungan antar pribadi), dan kebutuhan pertumbuhan (Growth,

kebutuhan akan kretivitas). Dalam Teori ERG dinyatakan bahwa

apabila suatu tingkat kebutuhan dari urutan tertinggi terhalang, akan

terjadi hazrat individu untuk meningkatkan kebutuhan tingkat lebih

rendah.

c). Teori Tiga Macam Kebutuhan

Kebutuhan untuk mencapai prestasi tinggi (need for achievement)

adalah orang yang tergolong high achiever harus diberikan pekerjaan

yang menantang dengan sasaran akhir yang masih dapat di capai,

kebutuhan kekuatan (need of power) artinya manajemen harus

menyediakan pelung untuk mengatur orang lain bagi mereka yang

mencari kekuasaan., dan kebutuhan untuk berafilisi atau berhubungan

dekat dengan orang lain untuk menciptakan lingkungan kerja yang

dipenuhi dengan nuansa kerjasama yang prima (need for affiliation).

d). Teori Motivasi Dua Faktor

37
Frederick Herzberg menyatakan ada dua faktor yaitu intrinsik dan

ekstrinsik,dimanafaktorintrinsikadalah faktor yang mendorong

karyawan termotivasi, daya dorong tersebut timbul daridalam diri

masing-masing orang, sedangkan faktor ekstrinsik yaitu daya dorong

dari luar diri seseorang, terutama dari organisasi tempatnya bekerja.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketidakpuasan dan

kepuasan dalam bekerja muncul dari dua faktor yang terpisah.

2). Teori Keadilan

Menurut Hans Kelsen, keadilan adalah suatu tertib sosial tertentu

yang dibawah lindungannya usaha untuk mencari, karena keadilan

menurutnya adalah keadilan kemerdekaan, keadilan perdamaian,

keadilan demorasi dan toleransi. Teori keadilan didasarkan pada

asumsi bahwa faktor utama dalam motivasi pekerjaan adalah evaluasi

individu atau keadilan dari penghargaan yang diterima. Individu akan

termotivasi jika hal yang mereka dapatkan seimbang dengan usaha

yang mereka kerjakan.

3). Teori Harapan

Teori ini diyatakan oleh Victor H. Vroom bahwa kekuatan yang

memotivasi seseorang untuk bekerja dalam mengerjakan pekerjaannya

tergantung dari hubungan timbal balik antara apa yang diinginkan dan

dibutuhkan dari hasil pekerjaan.

E. Penelitian Terkait Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perawat

Dalam Pelaksanaan Triage

38
Menurut penelitian oleh Irwati (2017), yang berjudul Faktor – faktor yang

Mempengaruhi Ketepatan Pelaksanaan Triage di IGD Rs. Dr. Soedirman

Kebumen, menunjukan faktor yang mempengaruhi ketepatan pelaksanaan

triage adalah pengetahuan, beban kerja, dan motifasi kerja.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Martianti (2015), di IGD

RSUD Wates tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Keterampilan

Petugas dalam Melaksanakan Triage. Berdasarkan hasil uji Kendall Tau di

peroleh nilai koefisien sebesar 0.450 dengansignifikan0.025 (sig < 0.05). hal

ini sesuai dengan hipotesa bahwa ada hubungan antara Tingkat Pengetahuan

dengan Keterampilan dalam Pelaksanaan Triage.

Berdasarkan jurnal penelitian yang di lakukan oleh Nurhanifah (2015),

mengenai hubungan antara motivasi dengan beban kerja perawat melakukan

Triage di dapatkan hasil melalui uji statistin Sperman’s rho dengan nilai

signifikan yaitu p value = 0.017 (alfa a< 0.05) dengan nilai korelasi 0.401

menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna. Artinya semakin berat

beban kerja perawat maka semakin rendah motivasi perawat untuk

melaksanakan Triage.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Linda Lusiana (2011),

mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi perawat dalam melaksanakan

Triage di IGD RS. Puri Inda didapatkan hasil melalui uji Spearman rho dengan

nilai signifikan antara pengetahuan dengan pelaksanaan Triage sebesar 0, 701

dengan P - Value sebesar 0,005, artinya pengetahuan mempengaruhi

39
pelaksanaan Triage, nilai korelasi antara sikap dengan pelaksanaan Triage

sebesar 0, 587 denga P – Valeu sebesar 0,027, artinya sikap mempengaruhi

pelaksanaan Triage, nilai korelasi antara keterampilan dengan pelaksanaan

Triage sebesar 0,597 dengan P – Valeu sebesar 0,024, artinya keterampilan

mempengaruhi pelaksanaan Triage.

BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI
OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

40
Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara

konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang diteliti (Setiadi,

2015).

Kerangka konsep penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

nPPPgetahuan

Pelaksaan
Keterampilan Triage

Motivasi

Keterangan :

: :Yang diteliti

: : Pengaruh

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan

penelitian, yang harus diuji validitasnya secara empiris. Jadi hipotesis

tidakdinilai benar atau salah. Melainkan diuji apakah sahih (valid) atau tidak

Invalid source specified.

1. Hipotesa alternative (Ha) adalah hipotesis yang menyatakan bahwa

terdapat hubungan atau pengaruh antara variabel dengan variabel lain.

Ha dalam penelitian ini adalah :

41
a. Ada Hubungan Pengetahuan Perawat Dengan Pelaksanaan Triage Di

Instalasi Gawat Darurat UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe

C Bitung

b. Ada Hubungan Keterampilan Perawat Dengan Pelaksanaan Triage Di

Instalasi Gawat Darurat UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe

C Bitung.

c. Ada Hubungan Motivasi Dengan Pelaksanaan Triage Di Instalasi

Gawat Darurat UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe C

Bitung

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Variabel independen sering disebut sebagai variabel stimulus,

predictor,antecendent dan di sebut sebagai variabel bebas merupakan

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau

timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2016).AdapunVariabel

Independen dalam penelitian ini adalah : Pengetahuan, Keterampilan dan

Motivasi.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output,

kriteria,konsekuen.Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel

terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat

karena adanya variabel bebas(Sugiyono, 2016).Adapun Variabel Dependen

dalam penelitian ini adalah : Pelaksanaan Triage

42
D. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah

yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi,

2015).

Tabel 2.4. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Parameter Alat Ukur skala ukur Hasil Ukur


Independen
Pengetahuan pengetahuan Tahu Kuesioner Ordinal
Memaha 1. Baik : apabila
merupakan hasil nilai median> 24
mi
dari tahu akan
Aplikasi 2. Kurang baik :
sesuatu yang
apabila nilai
dipelajari median < 24
KetermpilanMMerupakan hasil Sertifikat Kuesioner Ordinal 1. Baik : apabila
dari pikiran pelatihan dibuktikan
untuk kegawat dengan sertifikat
menghasilkan daruratan 2. Kurang baik :
ide dan : BTCLS, apabila tidak
dikembangkan PPGD, dapat dibuktikan
terus menerus ENIL dengan sertifikat
Motivasi Merupakan
1.Dorongan Kuesioner Ordinal 1. 1. Baik : apabila
dorongan dari Intrinsik, nilai median > 18
dalam diri Dorongan
maupun dari Ekstrinsik 2. 2. Kurang baik :
luar apabila nilai median
D < 18
Dependen
Pelaksanaan Suatu acuan Kuesioner Ordinal
Triage mengenai Label Triase : 1. Triase tepat
pengelompokan apabila nilai
Pasien 1. Merah median ≥ 9
berdasarkan 2. Kuning 2. Triase tidak
kondisi klinis 3. Hijau tepat apabila
4. Hitam nilai median < 9

43
BAB IV

METODE PENELITIAN

44
A. Desain Penelitian

Rancangan Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik

dengan pendekatan cross sectional. Penelitian cross sectional adalah suatu

penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan

variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu

yang sama (Sugiyono, 2016).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Tempat Penelitian telah dilaksanakan di Instalasi Gawat Darurat UPTD

Rumah Sakit. Manembo – nembo Tipe C Bitung.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 24 - 31Agustus 2020

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari objek yang akan diteliti. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh Perawat yang ada di Instalasi Gawat

Darurat UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe C Bitung.

Populasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 32 Perawat.

45
2.Sampel

Sampel adalah merupakan bagian yang akan diambil sebagai bahan

penelitian dari keseluruhan objek penelitian dan dianggap mewakili

seluruh populasi (Suyanto, 2011).

Dalam penelitian ini menggunakan teknik nonprobabilitysampling,

metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh,

yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh populasi.

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel untuk menentukan

sampel yang akan digunakan dalam penelitian (sugiyono, 2016). Dalam

penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah total sampling.

Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah

sampel sama dengan jumlah populasi (Sugiyono, 2016).

3. Kriteria Sampel

Sampel yang akan disertakan dalam penelitian ini adalah yang

memenuhi kriteria sebagai berikut :

a). Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam,

2012).

46
1. Perawat yang bekerja di Instalasi Gawat Darurat UPTD Rumah

Sakit. Manembo – Nembo Tipe C Bitung

2. Perawat yang bersedia menjadi responden.

a) Kriteria Eksklusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subjek yang tidak memenuhi kriteria inklusi dari studi karena

berbagai sebab (Nursalam, 2012).

1. Kepala Ruangan

2. Perawat yang sedang dalam masa cuti

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam metode

pengambilan data oleh peneliti untuk menganalisa hasil penelitian. Dan

digunakan untuk fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono,

2016).

Instrumen penelitan atau alat pengumpulan data yang akan digunakan

untuk pengumpulan data dalam penelitian berupa :

1. Pengumpulan Data

Data demografi responden berupa : Nama, Umur, Jenis Kelamin,

Pendidikan, Masa Kerja

47
2. Variabel Independen

a) Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel

pengetahuan adalah kuisioner yang sudah diteliti oleh Irawati W.

2017 dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan

Pelaksanan Triage di IGD RSUD Dr. SoedirmanKebumen dan

menggunakan skala guttman dengan jawaban benar diberikan skor 2

dan jawaban salah diberikan skor 1. Untuk menentukan nilai median

dihitung menggunakan rumus nilai median sebagai berikut :

n = (∑ Pertanyaan x skor tertinggi) + (∑ Pertanyaan x skor


terendah)
2
n = (16x2) + (16x1)
2
n = 32+16 n = 48 n = 24
2 2
Apabila nilai median ≥24maka dikategorikan pengetahuan baik dan

apabila nilai median <24maka dikategorikan pengetahuan kurang.

b) Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel

Keterampilan adalah kuisioner. Dengan ketentuan ketentuan

sebagai berikut :

48
1) Ketrampilan baik apabila pernah mengikuti pelatihan

kegawatdaruratan dan dibuktikan dengan sertifikat pelatihan

seperti : BTCLS, PPGD dan ENIL

2) Ketrampilan kurang baik apabila belum pernah mengikuti

pelatihan kegawatdaruratan

c) Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel

Motivasi adalah kuisioner yang sudah diteliti oleh Irawati W.

2017 dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan

Pelaksanan Triage di IGD RSUD Dr. SoedirmanKebumen dan

menggunakan skala guttman dengan jawaban ya diberikan skor 2

dan jawaban tidak diberikan skor 1. Untuk menentukan nilai

median dihitung menggunakan rumus nilai median sebagai

berikut :

n = (∑ Pertanyaan x skor tertinggi) + (∑ Pertanyaan x skor


terendah)
2
n = (12x2) + (12x1)
2
n = 24+12 n = 36 n = 18
3 2
Apabila nilai median ≥18maka dikategorikan motivasi baik dan

apabila nilai median <18maka dikategorikan motivasi kurang.

49
3. Variabel Dependen

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel

dependen pelaksanan triage adalah kuisioner yang sudah diteliti oleh

Irawati W. 2017 dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Ketepatan Pelaksanan Triage di IGD RSUD Dr. SoedirmanKebumen

dan menggunakan skala guttman dengan jawaban ya diberikan skor 2

dan jawaban tidak diberikan skor 1. Untuk menentukan nilai median

dihitung menggunakan rumus nilai median sebagai berikut :

n = (∑ Pertanyaan x skor tertinggi) + (∑ Pertanyaan x skor terendah)


2
n = (6x2) + (6x1)
2
n = 12+6 n = 18 n=9
2 2
Apabila nilai median ≥9maka dikategorikan pelaksanaan trise tepat

dan apabila nilai median <9maka dikategorikan pelaksanaan trise tidak

tepat.

E. Prosedur Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data tangan pertama yang diperoleh langsung

dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran data

langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari Invalid source

50
specified. Data primer dari penelitian ini adalah hasil wawancara

langsung dengan responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah merupakan data tangan kedua yang diperoleh

lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek

penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau

data laporan yang telah tersedia Invalid source specified.Data ini diperoleh

dari buku laporan bulanan kehadiran pegawai.

Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan dan proses

pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2013).

a). Prosedur Administratif

Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu peneliti melakukan

survey ke rumah sakit dengan :

1). Meminta surat izin survey awal penelitian di bagian akademik

STIKES Muhammadiyah Manado.

2). Menyerahkan suratizin survey penelitian kepada pihakUPTD

Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe C Bitung

a) Peneliti melakukan pendekatan pada responden dengan

menjelaskan maksud dan tujuan.

b) Meminta data survey pada pihak UPTD Rumah Sakit.

Manembo – Nembo Tipe C Bitung


51
c) Penelitian dilakukan setelah mendapatkan surat ijin penelitian

dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)

Muhammadiyah Manado yang ditunjukan kepada pihak

UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe C Bitung

b). Prosedur Teknis

1) Peneliti meminta data survey awal dan ijin kepada pihak UPTD

Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe C Bitung kemudian

menyampaikan maksud dan tujuan peneliti.

2) Peneliti mengidentifikasi responden yang memenuhi kriteria

kemudian peneliti memperkenalkan diri pada responden dan

menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat,

prosedur penelitian, hak untuk menolak dan jaminan kerahasiaan

sebagai responden.

3) Jika responden menyetujui dan ikut berpartisipasi dalam

penelitian, peneliti meminta membaca dan menandatangani

lembar persetujuan. Kemudian peneliti membagikankuesioner dan

memberikan kesempatan kepada responden untuk mengisi

kuesioner. Peneliti tidak berada didekat responden sehingga

responden tidak mempunyai kesempatan untuk bertanya secara

langsung hanya dapat melalui via online group jika ada hal yang

tidak dimengerti. Setelah selesai, responden mengirimkan data

52
melalui via onlinegroup dan peneliti memeriksa serta memastikan

bahwa semua pertanyaan telah dijawab oleh responden.

F. Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2012), Pengolahan data dilakukan dengan

menggunakan komputer dengan program sistem pengolahan data

komputer. Adapun langkah-langkah pengolahan data dilakukan sebagai

berikut :

1. Editing (Pemeriksaan kembali) yaitu untuk memeriksa data apa sudah

sesuai dengan harapan serta memeriksa kelengkapan dan keseragaman

data.

2. Coding (Pengkodean) yaitu memberi simbol serta menyederhanakan

data dengan pemberian kode. Kegunaan dari koding ini adalah untuk

mempan juga mempercepat pada saat entry data.

3. Tabulating Data(Pengelompokan Data) yaitu memasukkan data ke

dalam tabel distribusi frekuensi. Pengelompokan data dalam bentuk

tabel sesuai kriteria dan skor yang telah ditentukan berdasarkan

kuesioner

4. Entri (Memasukan Data) yaitu jawaban-jawaban yang sudah diberi

kode kategori kemudian dimasukan dalam tabel dengan cara manual

dan melalui pengguna computer.

53
5. Cleaning (Pengecekan Kembali) yaitu pembersihan data, apakah data

sudah benar atau belum

6. Penyajian data disesuaikan dalam bentuk mudah dibaca dan dimengerti

serta memberikan informasi dan memudahkan interpretasi analisis.

G. Analisa Data

Analisis data adalah kegiatan setelah data dari seluruh responden atau data

lain terkumpul (Sugiyono 2016).

1. Analisa Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo,

2012).Untuk penelitian ini variabel yang digunakan adalah independen

(Pengetahuan, Keterampilan dan Motivasi) maupun variabel dependen

(Pelakksanaan triage).

Analisa univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi

dan frekuensi dari variabel independen dan dependen. Data disajikan

dalam bentuk tabel dan interpretasi, dengan menggunakan distribusi

frekuensi:

f
p= x 100
n

Keterangan :

54
P = Presentasi

F = Frekuensi

N = Jumlah Sampel

2. Analisa Bivariat

Analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga ada

hubungan atau berkolerasi. Analisa bivariat ini berfungsi

untukmengetahui apakah terdapat hubungan antara Pengetahuan,

Keterampilan, Motivasi dengan Pelaksanaan Triage dengan tingkat

kemaknaan.Analisa ini menggunakan uji statistik Chi-Square. (α) :

0,05, jika nilai signifikan (p) lebih kecil dari α maka dikatakan hasil

penelitian diterima, dan jika nilai signifikan (p) lebih besar dari α maka

dikatakan hasil penelitian ditolak. Setelah itu data di input dan diolah

dengan software computer SPSS versi 16.0

H. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti harus memperhatikan etika penelitian

antara lain :

1. Inforemed consent(informasi untuk responden)

Sebelum melakukan tindakan, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan

riset yang akan dilakukan. Jika responden bersedia untuk di teliti maka

responden harus menandatangani lembar persetujuan tersebut dan

tidak memaksa.

2. Anonymity (tanpa nama)


55
Untuk menjaga kerahasian responden dalam penelitian, maka peneliti

tidak mencantum namanya pada lembar dan kuisioner data cukup

dengan member nomor kode pada masing-masing lembar yang hanya

diketahui oleh peneliti.

3. Confidentiality(Kerahasiaan)

Kerahasiaan responden dijamin oleh peneliti hanya kelompok data

tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

56
A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian

UPTD Rumah Sakit.Manembo – Nembo Tipe C Bitung adalah salah satu

rumah sakit umum daerah milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dan

merupakan bagian dari RSUD. Gunung Wenang Manado ( RSUP. Prof. Dr.

R.D Kandau Manado). Selain menjadi pusat rujukan dari puskesmas di Kota

Bitung, juga melayani masyarakat yang datang bepergian melalui pintu gerbang

Pelabuhan samudera Bitung, serta kabupaten sekitarnya seperti Kabupaten

Minahasa Utara.UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe C Bitung

didirikan dan diresmikan pada tanggal 23 September 1995 kemudian

berdasarkan peraturan daerah Provinsi Sulawesi Utara No. 14 Tahun 2007

Tentang Organisasi dan Tata Kerja UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo

Tipe C Bitung, merupakan unit pelaksanaan teknis dari dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Utara. UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo Bitung

berdiri di atas lahan seluas 5 hektar yang terletak agak kedalam di Kelurahan

Manembo – nembo tengah, Kecamatan Matuari. UPTD Rumah Sakit.Manembo

– Nembo Tipe C Bitung dulunya bernama RSUD.Bitung.Penelitian ini

dilaksanakan di ruangan IGD UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe C

Bitung.

a. Sumber Daya Manusia

57
1) Tenaga Medis

a) Dokter Umum :8

b) Dokter Spesialis Penyakit Dalam :5

c) Dokter Spesialis Bedah :2

d) Dokter Spesialis Jantung :1

e) Dokter Spesialis Saraf :1

f) Dokter Spesialis ObsGyn :2

g) Dokter Spesialis THT :1

h) Dokter Spesialis Kejiwaan :1

2) Tenaga Keperawatan : 209

a) Ners : 79 Orang

b) DIII Keperawatan : 98 Orang

c) SPK : 21 Orang

d) Bidan : 21 Orang

(1) Tenaga Kefarmasian : 15

(2) Kesehatan Masyarakat : 12

3) Fasilitas Pelayanan

a) Unit Gawat Darurat 1 x 24 Jam

b) Unit Rawat Inap : 11 Ruangan

c) Unit Rawat Jalan : 13 Klinik

58
d) Laboratorium : 1 Unit

e) Radiologi : 1 Unit

f) Unit Gizi : 1 Unit

4) Profil Rumah Sakit Umum Daerah Bitung:

a) BOR : 59,65%

b) LOS : 4 Hari

c) TOI : 3-4 Kali

b. Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan pada tanggal 25

Agustus 2020 di UPTD Rumah Sakit. Manembo-Nembo Tipe

CBitung, terdapat 32orang jumlah perawat yang ada di ruangan IGD.

Ruangan IGD UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe C Bitung

terbagi atas 2 ruangan yaitu IGD Sekunder dan IGD Primer.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan 10 orang perawat IGD

didapatkan 7 orang perawat memiliki pengatahuan kurang baik tentang

Triage, keterampilan baik dengan telah mengikuti pelatihan kegawat

daruratan, serta memiliki motivasi yang baik. Dalam pelaksanaan

Triage perawat IGD juga menerapkan proses – proses dalam Triage

yaitu menerima langsung ketika pasien datang serta melakukan

pengkajian dan memilah pasien berdasarkan tingkat kegawatannya

masih ada yang kurang tepat.

2. Karakteristik Responden

a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur


59
Tabel 2.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden di UPTD Rumah

Sakit. Manembo – Nembo Tipe C Bitung Tahun 2020 (n=32)

Banyaknya Responden
Umur
Frekuensi(n) Percent (%)
17-25 10 31.2
26-35 20 62.5
36-45 2 6.2
Total 32 100.0

Sumber : Depkes RI, 2009

Hasil tabel 2.5 distribusi frekuensi responden berdasarkan

umur menurut kategori Depkes RI 2009, menunjukan bahwa

responden terbanyak ialah umur 26-35 tahun yaitu 20 responden

dengan presentase 62,5 % sedangkan yang terkecil ialah umur 36-45

tahun yaitu 2 responden dengan presentase 6.2 %.

b. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel2.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di IGD UPTD


Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe C Bitung Tahun 2020 (n=32)

Banyaknya Responden
Jenis Kelamin
Frekuensi(n) Percent (%)
Laki – Laki 6 18.8
Perempuan 26 81.2
Total 60 32 100.0
Sumber : Data Primer, 2019

Hasil tabel 2.6 distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis

kelamin, menunjukan bahwa responden terbanyak ialah perempuan

yaitu 26 responden dengan presentase 81.2% sedangkan terkecil laki-

laki yaitu 6 responden dengan presentase 18.8%.

c. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja

Tabel 2.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masa Kerja di IGD UPTD Rumah Sakit.

Manembo – Nembo Tipe C Bitung Tahun 2020 (n=32)

Banyaknya Responden
Masa Kerja
Frekuensi(n) Percent (%)
< 5 Tahun 26 81.2
>5 Tahun 6 18.8
Total 32 100.0

Hasil tabel 2.7 distribusi frekuensi responden berdasarka masa kerja,

menunjukan bahwa responden terbanyak ialah <5 tahun yaitu 26

responden dengan presentase 81.2% sedangkan terkecil >5 tahun yaitu

6 responden dengan presentase 18.8%.

d. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 2.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di IGD UPTDRumah Sakit.
Manembo – Nembo Tipe C Bitung 2020

61
Banyaknya Responden
Pendidikan
Frekuensi(n) Percent (%)
DIII 23 71.9
S1 Ners 9 28.1
Total 32 100.0
Sumber : Data Primer, 2019

Hasil tabel 2.8 distribusi frekuensi responden berdasarkan

pendidikan, menunjukan bahwa responden yang tingkat pendidikan

terbanyak ialah DIII yaitu 23 responden dengan presentase 71.9 %

dan responden yang tingkat pendidikan terkecil ialah S1 Ners yaitu 9

responden dengan presentase 28.1 %.

3. Analisis Univariat

a. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan perawat tentang Triage

Tabel 2.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Perawat tentang Triage di IGD UPTDRumah
Sakit. Manembo-Nembo Tipe C Bitung Tahun 2020 (n=32)

Banyaknya Responden
Pengetahuan
Frekuensi(n) Percent (%)
Baik 24 75.0
Kurang 8 25.0
Total 32 100.0

62
Hasil tabel 2.9 distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan

perawat tentang Triage, menunjukan bahwaperawat yang

berpengetahuan baik yaitu 24 responden dengan presentase 75.0 % dan

yang berpengetahuan kurangyaitu 8 responden dengan persentase 25.0

%.

b. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Keterampilan Perawat

Tabel 2.10 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Keterampilan Perawat di IGD UPTD


Rumah Sakit. Manembo-Nembo Tipe C Bitung Tahun 2020 (n=32)

Banyaknya Responden
Keterampilan
Frekuensi(n) Percent (%)
Baik 23 71.9
Kurang 9 28.1
Total 32 100.0

Hasil tabel 2.10 distribusi frekuensi berdasarkan keterampilan

perawat, menunjukan bahwaperawat yang berketerampilan baik

yaitu 23 responden dengan presentase 71.9 % dan yang

berketerampilan kurangyaitu 9 responden dengan persentase 28.1

%.

c. Distribusi Frekuensi Berdasarkan MotivasiPerawat

63
Tabel 2.11 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Motivasi Perawat di IGD UPTDRumah Sakit. Manembo-
Nembo Tipe C Bitung Tahun 2020 (n=32)

Banyaknya Responden
Motivasi
Frekuensi(n) Percent (%)
Baik 24 75.0
Kurang 8 25.0
Total 32 100.0

Hasil tabel 2.11 distribusi frekuensi berdasarkan motivasiperawat,

menunjukan bahwaperawat yang bermotivasi baik yaitu 24 responden

dengan presentase 75.0 % dan yang bermotivasi kurangyaitu 8

responden dengan persentase 25.0 %.

d. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pelaksanaan Triage

Tabel 2.12 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pelaksanaan Triage di IGD UPTD

RumahSakit. Manembo – Nembo Tipe C Bitung Tahun 2020 (n=32)

Banyaknya Responden
Pelasanaan Triage
Frekuensi(n) Percent (%)
Tepat 27 84.4
Tidak Tepat 5 15.6
Total 32 100.0

64
Hasil tabel 2.12 distribusi frekuensi berdasarkan pelaksanaan

Triage, menunjukan bahwapelaksanaan Triagetepat yaitu 27 responden

dengan presentase 84.4 % dan pelaksanaan Triage tidak tepatyaitu 5

responden dengan persentase 15.6 %.

4. Analisis Bivariat

a. Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan dengan Pelaksanaan Triage

Tabel 2.13Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan dengan Pelaksanaan Triagedi


IGD UPTD Rumah Sakit.Manembo-Nembo Tipe C Bitung Tahun 2020 (n=32)

Pelaksanaan Triage
Total
Pengetahuan Tepat Tidak Tepat
F % F % N %
Baik 19 59.4 5 15.6 24 75.0
Kurang 8 25.0 0 0 8 25.0
Total 27 84.4 5 15.6 32 100.0
Signifikan (p) =.004

Berdasarkan table 2.13 tabulasi silang hubungan pengetahuan

dengan pelaksanaan Triagedi IGD UPTD Rumah Sakit. Manembo –

Nembo Tipe C Bitung, terdapat 24 responden (75.0 %) dengan

pengetahuan baik, 19 responden (59.4 %) dalam pelaksanaan

Triagedan 5 responden (15.6 %) yang tidak tepat dalam pelaksanaan

65
Triage.Sedangkan terdapat 8 responden (25.0 %) dengan

pengetahuan kurang, dengan 8 responden (25.0 %) yang

berpengetahuan kurang dalam pelaksanaan Triage dan 0 responden

(0 %) yang tidak tepat dalam pelaksanaan Triage.

Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapatkan adanya 2 sel yang

memiliki nilai expected count kurang dari 5 maka pembacaan hasil

dilanjutkan pada fischer exact testdengan nilai p =.004 yang dimana

jika nilai value lebih kecil dari nilai α = 0,05 dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan pelaksanaan Triage

di UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe C Bitung.

b. Tabulasi Silang Keterampilan dengan Pelaksanaan Triage

Tabel 2.14Tabulasi Silang Hubungan Keterampilandengan Pelaksanaan Triagedi


IGD UPTD Rumah Sakit.Manembo-Nembo Tipe C Bitung Tahun
2020 (n=32)

Pelaksanaan Triage
Total
Keterampilan Tepat Tidak Tepat
F % F % N %
Baik 21 65.6 2 6.2 23 71.9
Kurang 6 18.8 3 9.4 9 28.1
Total 27 84.4 5 15.6 32 100.0
Signifikan (p) = .004
Odd Ratio = 5.250

Berdasarkan table 2.14 tabulasi silang hubungan keterampilan

66
dengan pelaksanaan Triagedi IGD UPTD Rumah Sakit. Manembo –

Nembo Tipe C Bitung, terdapat 23 responden (71.9 %) dengan

keterampilan baik, 21 responden (65.6 %) dalam pelaksanaan Triage

dan 2 responden (6.2 %) yang tidak tepat dalam pelaksanaan Triage.

Sedangkan terdapat 9 responden (28,1 %) dengan keterampilan

kurang, dengan 6 responden (18.8 %) yang berketerampilan kurang

dalam pelaksanaan Triage dan 3 responden (9.4 %) yang tidak tepat

dalam pelaksanaan Triage.

Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapatkan adanya 2 sel yang

memiliki nilai expected count kurang dari 5 maka pembacaan hasil

dilanjutkan pada fischer exact test dengan nilai p =.004 yang dimana

jika nilai value lebih kecil dari nilai α = 0,05 dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan antara keterampilan dengan pelaksanaan Triage

di UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe C Bitung.

Sedangkan nilai Odd Ratio (OR) = 5.250 yang artinya responden

yang keterampilanbaik berpeluang 5.2 kali dalam pelaksanaantriage

tepat dibandingkan dengan responden yang keterampilan kurang.

c. Tabulasi Silang Motivasi dengan Pelaksanaan Triage

Tabel 2.15Tabulasi Silang Hubungan Motivasidengan Pelaksanaan Triagedi IGD


UPTDRumah Sakit.Manembo-Nembo Tipe C Bitung Tahun 2020
(n=32)

Pelaksanaan Triage
Total
Motivasi Tepat Tidak Tepat
F 67
% F % N %
Baik 19 59.4 5 15.6 24 75.0
Kurang 8 25. 0 0 0 8 25.0
Total 27 84.4 5 15.6 32 100.0
Signifikan (p) = .004
Berdasarkan table 2.15 tabulasi silang hubungan motivasi dengan

pelaksanaan Triagedi IGD UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo

Tipe C Bitung, terdapat 24 responden (75.0 %) dengan motivasi baik,

19 responden (59.4 %) dalam pelaksanaan Triage dan 5 responden

(15.6 %) yang tidak tepat dalam pelaksanaan Triage.

Sedangkan terdapat 8 responden (25.0 %) dengan motivasi kurang,

dengan 8 responden (25.0 %) yang bermotivasi kurang dalam

pelaksanaan Triage dan 0 responden (0 %) yang tidak tepat dalam

pelaksanaan Triage.

Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapatkan adanya 2 sel yang

memiliki nilai expected count kurang dari 5 maka pembacaan hasil

dilanjutkan pada fischer exact test dengan nilai p =.004 yang dimana

jika nilai value lebih kecil dari nilai α = 0,05 dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan antara motivasi dengan pelaksanaan Triage di

UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe C Bitung.

B. Pembahasan

68
Penelitian ini berjudul Aanalisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawat

Dalam Pelaksanaan Triage di Instalasi Gawat Darurat (IGD) UPTD Rumah

Sakit. Manembo-Nembo Tipe C Bitung. Penelitian ini telah dilaksanakan pada

tanggal 24 Agusutus - 31 Agustus 2020 dengan responden sebanyak 32 orang.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional yaitu penelitian dimana waktu pengukuran variabel independen dan

dependen dilakukan hanya satu kali pada waktu yang sama. Alat ukur yang

digunakan adalah lembar kuesioner.

Berdasarkan hasil uji Chi-Squarehubungan pengetahuan dengan

pelaksanaan Triagedi IGD UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe C

Bitungdidapatkan adanya 2 sel yang memiliki nilai expected count kurang dari 5

maka pembacaan hasil dilanjutkan pada fischer exact test dengan nilai p =.004

yang dimana jika nilai value lebih kecil dari nilai α = 0,05 dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan pelaksanaan Triage di UPTD

Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe C Bitung. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Martianti (2015), di IGD RSUD Wates tentang

Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Keterampilan Petugas dalam

Melaksanakan Triage. Berdasarkan hasil uji Kendall Tau di peroleh nilai

koefisien sebesar 0.450 dengansignifikan0.025 (sig < 0.05). Hal ini sesuai

dengan hipotesa bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan

69
keterampilan dalam pelaksanaan triage. Sesuai dengan teori Notoatmojo, (2014)

pengetahuan atau suatu keyakinan yang dimiliki oleh seseorang yang didapatkan

dari proses berpikir merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).Hagos, Alemseged, Balcha,

Berhe, Aregay (2014) dalam teorinya menyatakan bahwa pengetahuan

merupakan salah satu faktor yang paling menentukan dalam pelaksanaan proses

Keperawatan, karena dengan kurangnya informasi yang diketahui mengenai cara

pelaksanaan asuhan Keperawatan, pelaksanaan asuhan Keperawatan tidak dapat

terlaksana dengan optimal. Mayoritas 180 (90%) responden kurang pengetahuan

mengenai proses Keperawatan sehingga tidak berjalan secara optimal.(Diniz,

Cavalcente, Otoni, & Mata, 2015) dalam teorinya menyebutkan bahwa

kurangnya pengetahuan perawat tentang proses keperawatan dalam hal ini

Triage yang sebenarnya membuat perawat kurang percaya diri dalam melakukan

proses keperawatan pada pasien dan menghambat penerapan pelayanan

keperawatan. Dengan demikian, penting bagi manajer untuk memperluas

pengetahuan perawat dan membuat mereka lebih mengenali makna proses

keperawatan yang sebenarnya.

Berdasarkan table 2.13 tabulasi silang hubungan pengetahuan dengan

pelaksanaan Triage di IGD UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe C

Bitung, terdapat 24 responden (75.0 %) dengan pengetahuan baik tetapi dalam

pelaksanaan Triage tidak tepat ada 5 responden (15.6 %).Sedangkan pengetahuan

70
kurang tetapi pelaksanaan Triage tepat ada terdapat 8 responden (25.0 %).Hal ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor Internal ( umur, pengalaman,

Pendidikan, jenis kelamin) dan faktor Eksternal (informasi, lingkungan, social

budaya). Umur,Menurut Nursalam, (2011) tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang dalam berpikir dan bekerja dilihat dari tingkat umur yang dimiliki,

tingkat kedewasaan yang tinggi akan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat

dibandingkan dengan tingkat kedewasaan yang rendah.

Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa.Pengalaman, Menurut

Notoadmodjo, (2010) suatu pengetahuan merupakan sebuah hasil yang

didapatkan dari pengalaman atau pengelaman tersebut merupakan cara untuk

memperoleh sebuah pengetahuan atau kebenaran. Oleh karena itu pengalaman

merupakan merupakan guru dalam memperoleh sebuah pengetahuan. Hal

tersebut dilakukan dengan mengulang pengetahuan itu kembali yang diperoleh

dalam memecahkan persoalan yang dihadapi pada masalalu.Pendidikan, Tingkat

pendidikan seseorang sangat berpengaruh pada banyaknya pengetahuan yang

dimiliki. Tingginya tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang maka semakin

banyak pengetahuan yang dimiliki. Begitupun sebaliknya semakin rendah tingkat

pendidikan seseorang maka semakin sedikit pengetahuan yang dimiliki dan akan

menghambat seseorang terhadap nilai – nilai yang baru (Nursalam, 2011).

JenisKelamin,Jenis kelamin merupakan takdir yang telah ditentukan oleh tuhan

71
pada manusia. Jenis kelamin itu melekat pada laki – laki dan perempuan yang

kita kenal secara sosial maupun kultural. Informasi, Menurut Long (1996) dalam

Nursalam dan Pariani (2010) informasi begitu sangatmembantu untuk

mejelaskan suatu kedaan, sehingga menetralkan rasa takut. Ketika seseorang

yang memperoleh informasi akan berguna untuk menambah tingkat pengetahuan

seseorang terhadap suatu hal. Lingkungan, Menurut Notoatmodjo (2010), hasil

dari sebagian pengalaman dan hasil pengamatan yang terjadi dilapangan

(masyarakat) bahwa kebiasaan seseorang termasuk terjadinya perilaku kesehatan,

dimulai dengan pengalaman-pengalaman seseorang serta dipengaruhi dengan

adanya faktor eksternal (lingkungan fisik dan non fisik). Sosialbudaya, Tingkat

pendidikan dan status sosial yang tinggi akan berpengaruh terhadap tingkat

pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.

Berdasarkan hasil penelitian yang di peroleh, peneliti berasumsi bahwa

pengetahuan sangat berpengaruh penting pada pelaksanaan triage. Dikarenakan

pengetahuan merupakan hal yang amat penting bagi seseorang untuk dapat

mengaplikasikan sesuatu hal baik dalam bentuk narasi maupun tindakan sehingga

apa yang dikerjakan sesuai dengan ilmu atau pengetahuan yang didapatkan.

Berdasarkan hasil uji Chi-Squarehubungan keterampilan dengan pelaksanaan

Triage di IGD UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe C Bitung

didapatkan adanya 2 sel yang memiliki nilai expected count kurang dari 5 maka

pembacaan hasil dilanjutkan pada fischer exact test dengan nilai p =.004 yang

72
dimana jika nilai value lebih kecil dari nilai α = 0,05 dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan antara keterampilan dengan pelaksanaan Triage di UPTD Rumah

Sakit. Manembo – Nembo Tipe C Bitung. Sedangkan nilai Odd Ratio (OR) =

5.250 yang artinya responden yang keterampilan baik berpeluang 5.2 kali dalam

pelaksanaan triage tepat dibandingkan dengan responden yang keterampilan

kurang. Keterampilan menurut Dunete, (1976).

Keterampilan merupakan pengetahuan yang diperoleh serta ditingkatkan

dengan melalui pelatihan atau training serta pengalaman dengan melaksanakan

berbagai tugas.Keterampilan merupakan kata dasar dari terampil yang berarti

cakap atau mampu. Iverson (2001), menyebutkan keterampilan menginginkan

pelatihan dan kemampuan awal yang dipunyai oleh setiap orang dapat lebih

berguna untuk menglahirkan sesuatu yang bernilai dan lebih cepat. Robbins

(2000), dalam terorinya menyebutkan bahwa keterampilan dibagi dalam 4

kategori yaitu, Basic Literacy Skill, Technical Skill, Interpersonal Skill, Problem

Solving.Notoadmodjo (2007), mengatakan bahwa keterampilan adalah perangkat

dari pengetahuan dikarenakan tingkat keterampilan seseorang saling

berhubungan dengan tingkat pengetahuan.

Berdasarkan tabel 2.14 silang hubungan keterampilan dengan pelaksanaan

Triage di IGD UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe C Bitung, terdapat

73
23 responden (71.9 %) dengan keterampilan baik tetapi dalam pelaksanaan

Triage tidak tepat ada 2 responden (6.2 %).Sedangkan keterampilan kurang

tetapi dalam pelaksanaan Triage tepat 6 responden (18.8 %).Hal ini dipengaruhi

oleh fakto-faktor antara lain, (tingkat pendidikan, umur, motivasi, pengalaman,

keahlian).Tingkat pendidikan, tingkat pendidkan sangat mempengaruhi

pengetahuan seseorang. Sehingga, dengan pengetahuan yang tinggi tersebut,

dapat membantu seseorang dalam menyelesaikan hal-hal baru.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat pengaruh antara tingkat

pendidikan dan pengetahuan terhadap keterampilan ibu dalam melakukan

pertolongan pertama pada anak dengan kecelakaan dirumah Desa Sumbar Girang

RW 1 Rembang (Islami, Aisyah dan wirdoyo,2012). Umur, peningkatan umur

seseorang sangat berpengaruh pada perubahan fisik dan psikologi seseorang.

Seseorang dengan umur yang cukup, akan semakin matang dan dewasa dalam

berfikir dan bekerja. Motivasi, merupakan sesuatu yang mendorong kemampuan

atau semangat dari dalam diri seseorang agar melaksanakan berbagai tindakan.

Motivasi inilah yang menopang seseorang agar bisa melaksanakan tindakan

sesuai dengan prosedur yang telah ada.Pengalaman, yaitu suatu hal yang akan

menguatkan kemampuan seseorang dalam melaksanakan sebuah tindakan

(keterampilan). Pengalaman membangkitkan seseorang agar bisa melaksanakan

tindakan-tindakan yang baru menjadi lebih baik, yang dikarenakan telah

74
melaksanakan tindakan -tindakansebelumnya.Keahlian, keahlian akan membuat

seseorang bisa melaksanakan sesuatu sesuai dengan yang pernah dipelajari.

Keahlian yang dimiliki oleh seseorang akan membuat terampil dalam

mengerjakan keterampilantertentu.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti berasumsi

bahwasemakin diterima tenaga keperawatan dengan jenjang pendidikan yang

lebih tinggi dan umur yang matang dalam bekerja serta memberikan dorangan

yang baik bagi perawat untuk mengikuti pelatihan-pelatihan atau worshop

tentang kegawat daruratan maka akan menambah keahlian perawat tersebut

khususnya dalam bidang keperawatan gawat darurat sehingga dapat memberikan

dan meningkatkan mutu SDM rumah sakit serta menerapkanasuahan

keperawatan yang lebih baik.

Berdasarkan hasil uji Chi-Squarehubungan motivasi dengan pelaksanaan

Triage di IGD UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe C Bitung

didapatkan adanya 2 sel yang memiliki nilai expected count kurang dari 5 maka

pembacaan hasil dilanjutkan pada fischer exact test dengan nilai p =.004 yang

75
dimana jika nilai value lebih kecil dari nilai α = 0,05 dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan antara motivasi dengan pelaksanaan Triage di UPTD Rumah

Sakit. Manembo – Nembo Tipe C Bitung. Berdasarkan jurnal penelitian yang di

lakukan oleh Nurhanifah (2015), mengenai hubungan antara motivasi dengan

beban kerja perawat melakukan Triage di dapatkan hasil melalui uji statistin

Sperman’s rho dengan nilai signifikan yaitu p value = 0.017 (α< 0.05) dengan

nilai korelasi 0.401 menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna.Gray

dalam teorinya mengartikan motivasi merupakan hasil dari sejumlah proses yang

bersifat dari dalam atau dari luar bagi seorang individu, yang menyebabkan

munculnya sikap semangat dan ketekunan dalam hal melakukan kegiatan-

kegiatan tertentu (Hamali,2016). Motivasi adalah proses psikologis yang timbul

dan mengarahkan individu pada perilaku guna mencapai tujuan tertentu (Setiadi,

2012). Teori Kebutuhan, pemuasan kebutuhan akan didorong oleh kekuatan

motivasi, kekuatan motivasi tersebut adalah motivasi kekurangan yaitu upaya

yang dilakukan manusia untuk memenuhi kekurangan yang dialami dan motivasi

perkembangan yaitu motivasi yang tumbuh dari dasar diri manusia untuk

mencapai suatu tujuan. Dalam prakteknya, teori kebutuhan berhubungan dengan

apa yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut teori

kebutuhan, bahwa motivasi dimiliki seseorang pada saat belum mencapai tingkat

kepuasan tertentu dalam kehidupannya. Kebutuhan yang telah terpuaskan tidak

76
akan lagi menjadi motivator.Teori Motivasi Dua Faktor, Frederick Herzberg

menyatakan ada dua faktor yaitu intrinsik dan ekstrinsik, dimana faktor intrinsik

adalah faktor yang mendorong karyawan termotivasi, daya dorong tersebut

timbul daridalam diri masing-masing orang, sedangkan faktor ekstrinsik yaitu

daya dorong dari luar diri seseorang, terutama dari organisasi tempatnya bekerja.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketidakpuasan dan kepuasan dalam

bekerja muncul dari dua faktor yang terpisah.

Berdasarkan table 2.15 tabulasi silang hubungan motivasi dengan

pelaksanaan Triage di IGD UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe

CBitung, motivasi baik tetapi dalam pelaksanaan Triage tidak tepat ada 5

responden (15.6 %).Sedangkan motivasi kurang tetapi terdapat 8 responden (25.0

%) dengan motivasi kurang tetapi dalam pelaksanaan Triage tepat ada 8

responden (25.0 %). Hal ini dipengaruhi oleh beberapafaktor antara lain faktor

Internal (presepsi individu terhadap diri sendiri, harga diri dan prestasi, harapan,

kebutuhan, kepuasan kerja) dan faktor Eksternal (jenis dan sifat pekerjaan,

kelompok dalam bekerja, situasi lingkungan, system imbalan yang diterima).

Presepsi individu terhadap diri sendiri, yaitu sesorang termotivasi atau tidak

untuk melakukan sesuatu banyak tergantung pada pada proses kognitif berupa

presepsi. Presepsi seseorang terhadap dirinya sendiri akan mendorong dan

mengarahkan prilaku seseorang untuk bertindak. Harga diri dan prestasi, faktor

77
ini mendorong atau mengarahkan individu untuk berusaha agar menjadi pribadi

yang mandiri, kuat dan memperoleh kebebasan serta mendapatkan status tertentu

dalam lingkungan masyarakat dan dapat mendorong individu untuk berprestasi.

Harapan, adaya harapan-harapan akan masa depan. Harapan ini merupakan

informasi objektif dari lingkungan yang mempengaruhi sikap dan persaaan

subjektif sesorang. Harapan merupakan tujuan dari prilaku.

Kebutuhan, manusia di motivasi oleh kebutuhan untuk menjadikan dirinya

sendiri yang berfungsi secara penuh, sehingga mampu meraih potensinya secara

total. Kebutuhan akan mendorong dan mengarahkan sesorang untuk mencari atau

menghindari, mengarahkan dan memberi respon terhadap tekanan yang di

alaminya. Kepuasan kerja, lebih merupakan suatu dorongan efektif yang muncul

dalam diri individu untuk mencapai goal atau tujuan yang diinginkan dari suatu

perilaku. Jenis dan sifat pekerjaan, dorongan untuk bekerja pada jenis dan sifat

pekerjaan tertentu sesuai dengan objek pekerjaan yang tersedia akan

mengarahkan individu untuk menentukan sikap atau pilihan pekerjaan yang akan

ditekuni.Kelompok dalam bekerja, kelompok atau organisasi dimana individu

bergabung dapat mendorong atau mengarahkan prilaku individu dalam mencapai

suatu tujuan perilaku tertentu.Situasi lingkungan, setiap individu terdorong untuk

78
berhubungan dengan rasa mampunya dalam melakukan interaksi secara efektif

dengan lingkungannya. Sistem imbalan yang diterima, imbalan merupakan

karakteristik atau kualitas dari objek pemuas yang dibutuhkan oleh seseorang

yang dapat mempengaruhi motivasi atau dapat merubah arah tingkah laku dari

satu objek ke objek lain yang mempunyai nilai imbalan yang lebih besar.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti berasumsi bahwa

semakin tinggi dan baik motivasi yang diberikan baik motivasi dari dalam

(intrinsik) maupun motivasi dari luar (ekstrinsik) akan sangat berpengaruh

terhadap pekerjaan perawat khususnya dalam pelaksanaan triage. Begitu juga

sebaliknya semakin buruk atau rendah motivasi yang didapatkan oleh perawat

akan berpengaruh terhadap tugas atau pekerjaan yang berikan khususnya dalam

pelaksanaa triage.Sehingga sangat dibutuhkan dorongan positif dari pihak rumah

sakit dan mampu mengevaluasi setiap keadaan yang dialami guna untuk

mengetahui keadaan perawat serta dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah

sakit.

79
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di ruangan Instalasi

Gawat Darurat (IGD)UPTDRumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe C

Bitungdan telah di uji dengan menggunakan uji chi-square maka kesimpulan

dalam penelitian ini adalah :

1. Pengetahuan Perawat tentang Triage di IGD UPTD Rumah Sakit.

Manembo – Nembo Tipe C Bitung Sebagian besar baik

2. Keterampilan Perawat di IGD UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo

Tipe C Bitung sebagian besar baik dan keikutsertaan dalam pelatihan

kegawat daruratan

80
3. Motivasi Perawat di IGD UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe C

Bitung sebagian besar baik

4. Pelaksanaan Triage di UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe C

Bitung Sebagian Besar Tepat

5. Ada Hubungan antara Pengetahuan Perawat dengan Pelaksanaan Triage di

UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe C Bitung

6. Ada Hubungan antara Keterampilan Perawat dengan Pelaksanaan Triage

di IGD UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe C Bitung

7. Ada Hubungan antara Motivasi Perawat dengan Pelaksanaan Triage di

IGD UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe C Bitung

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan rumah sakit dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan terutama mutu perawat tentang kegawat daruratandengan cara

memberikan pelatihan dan seminar tentang keperawatan gawat darurat

serta memberikan dukungan yang lebih baik secara moril maupun materi

2. Bagi Responden

Diharapkan perawat lebih dapat meningkatkan pengetahuan,

keterampilan serta motivasinya dengan terus meng uptude ilmu-ilmu

tentang kegawat daruratan khusnya Triage

81
3. Bagi Institusi STIKES Muhammadiyah Manado

Penelitian ini hendaknya dapat menambah bahan pustaka kuliah riset

keperawatan yang berhubungan dengan factor-factor yang mempengaruhi

perawat dalam pelaksanaan Triage

4. Bagi Peneliti selanjutnya

Dapat dijadikan data dasar dan acuan bagi peneliti selanjutnya untuk

melakukan penelitian yang berhubungan dengan pelaksanaan Triage serta

mencari faktor-faktor lain yang berhubungan dalam pelaksaan Triage

DAFTAR PUSTAKA

Ahmil. 2018. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan Perawat dalam


melaksanakan standar operasional prosedur tiase di ruang IGD RSUD Undata
Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal KESMAS. Vol 7 no. 6.

Anwar D. 2018. Kamus lengkap bahasa Indonesia. Surabaya: Amelia

As’ad, M. 2018. Pengertian Pendidikan dan Pengetahuan.


http://www.kajianpustaka.com. Akses tanggal 29 Maret 2019

Brooker, Cris. (2008). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC

Cherie, Amsale & Gebrekidan, Ato Berhane. 2013. Kepimimpinan dan


ManajemenKeperawatan. Yogyakarta : Imperium

Diniz, I. A., Cavalcante, R. B., Otoni, A., & Mata, L. R. (2015). Perception of
primary v health care manegement nurse on the nursing process. Rvista
Brasileira de t, Enfermagem REBEN, 180. doi: http://dx.doi.org/10.1590/0034-
7167.2015680204i.

Garbez, A. R., Carrieri-kohlman, V., Stotts, N., Chan, G., Neighbor, M., & Francisco,
S. (2011). Factors Influencing Patient Assignment to Level 2 and Level 3

82
Within the 5-Level ESI Triage System. YMEN, 37(6), 526–532.
http://doi.org/10.1016/j.jen.2010.07.0 10

Health, Manitoba. (2010). Disaster Management Model For The Health Sector.
Canada: Manitoba Helath

Hagos, F., Alemseged, F., Balcha, F., Berhe, S., & Aregay, A. (2014). Application of
nursing process and its affecting factors among nurses working in Mekelle
Zone Hospitals, Northern Ethopia. Nursing Research and Practice.
https://www.hindawi.com/journals/nrp/2014/675212/

Iyer, P. 2004. Dokumentasi Keperawatan : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan


.Jakarta : EGC

Irawati W. 2017. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Pelaksanan Triage di


IGD RSUD Dr. SoedirmanKebumen

Ilyas, Y.2003. Kiat Sukses Manajemen Tim Kerja, Jakarta, Gramedia.

Khairina I. 2018. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan


Perawat dalam ketetapan triase di kota padang. Indonesian journal vol. 2. No. 1

Kartikawati. (2011). Buku Jaringan Dasar Dasar KeperawatanGawat Darurat. Jakarta:


Salemba Empat

Kementerian Kesehatan RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 28 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan
Kesehatan Nasional. Kementrian Kesehatan RI, 1-48

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009


Tentang Standar Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit.

Kozier, B., ERB, G., Berman, A., & Snyder, S. (2010). Buku ajar fundamental
Keperawatan (Konsep, Proses, & Praktik). Jakarta: EGC.

Manuaba, Ida, Bagus. Et all. 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologo & Obstetri
Ginekologi Sosial Untuk profesi Bidan. Jakarta : EGC

Martanti, R, et al. (2015). Hubungan Tinggkat Pengetahuan dengan Keterampilan


Petugas dalam Pelaksanaan Triagedi IGD RSUD Wates. Yogyakarta: Stikes
Jendral Achmad Yani Yogyakarta.

Meinurisa, 2017. Kualitas Pelayanan instalasi Gawat Darurat (IGD) di RSU tipe D.

83
Muhiddin N, 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja Perawat dalam
pelaksanaan asuhan Keperawatan di rung rawat inap private care center RSUP
DR Wahidin Sudirohusodo Makasar

Notoatmodjo. S, 2009, Promosi Kesehatan& Ilmu Perilaku, Jakarta, Rineka Cipta.

Nurhanifah, D. (2015). Hubungan Karakteristik, Beban Kerja dan supervisi dengan


Motivasi Perawat dalam Melaksanakan Triage di IGD RSUD Ulin
Banjarmasin. Banjarmasin: STIKES Muhammadiyah Banjarmasin.

Nursalam . 2007. Pengantar Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan, Jakarta,


EGC

Nursalam, 2012. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional Ed.3. Jakarta : Salemba Medika

Oman, K. S., Jane K. Mc,.& Linda J S. 2008. Panduan Belajar Keperawatan


Emergensi.Jakarta : EGC.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 Tentang


Perizinan dan Klasifikasi Rumah Sakit.

Potter & Perry, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan “Konsep, Proses, dan
Praktik” Edisi 4, Jakarta, EGC.

Pusponegoro, D Aryono. et al, (2010) Buku Panduan Basic Trauma and Cardiac Life
Support, Jakarta : Diklat Ambulance AGD 118

Salmawati. 2018. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan dokumentasi


asuhan Keperawatan di ruang Perawatan RSUD Labuang Baji Makasar. Skripsi
FIK UINAM. Makasar

Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan, Yogyakarta, Graha Ilmu.

Sudrajat, Ace. (2014). Hubungan Pengetahuan dan Pengalaman Perawat dengan


Keterampilan Triase di IGD RSCM. Jakarta: Poltekes Kemenkes Jakarta III.

Sumartini T. 2017. Hubungan perilaku caring Perawat dengan kepuasan Pasien JKN
di instalasi rawat inap kelas III di RSUD Pandan Arang Boyolali (online)
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/34/01-gdl-tutiksumar-1675-
1-artikel-k.pdf diakses 29 maret 2019

Sumarno M. S, Ismanto A. Y. Bataha Y. 2017. Hubungan ketepatan pelaksanaan


triase dengan tingkat kepuasan keluarga Pasien di instalasi Gawat Darurat

84
RSUP PROF DR. R. D. Kandou Manado. E-Journal Keperawatan (e-kp) vol. 5
no. 1

Suyanto. 2011. Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Nuha


Medika

Siagian, S.P. (2008) Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara

Tira, 2018. Triage keperwatan Gawat Darurat. Online www.academia.edu. Diakses 1 april 2019

Wandy, 2007. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Beban Perawat di Unit Rawat
Inap RSJ Dadi Makassar , Skripsi : Unhas, Makassar.

Winda H, Novi, Latesia P. N. 2015. Perancangan Ruang Triase dan Intermediate


Ward (IW) Ditinjau Dari Segi Ergonomi dan Peraturan Pemerintah. Jurnal
integra vol 5. No. 1

Wijaya, I. M. S., Ahsan.,& Kumboyono. 2014. Pengalaman Perawat Melaksanakan


Pengkajian Keperawatan Kegawatdaruratan. Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya.

Maulida, Siti Ulfa (2017). Hubungan Beban Kerja Perawat Terhadap Ketepatan


Keputusan Triage Di IGD RS TK II dr. Soepraoen Malang, Sarjana thesis,
Universitas brawijaya.

Danang Rafiudin, dkk, (2020). Hubungan pengetahuan perawat tentang triase


dengan tingkat ketepatan pemberian label triase di UGD RSUD Kota
Surakarta, Artikel Ilmiah, Stikes Kusuma Husada, Surakarta.

Widia Irawati, dkk, (2017). Faktor-Faktor yang mempengaruhi ketepatan


pelaksanaan triase di IGDRs Dr. Soedirman Kebumen, Skripsi, Stikes
Muhammadyah Gombong.

85
86
87
88
89
LEMBAR PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN

KepadaYth :

Bapak/ibu/saudara/I calon responden

Di_

Tempat

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Muhammadiyah Manado (STIKES) program studi ilmu Keperawatan.

Nama : Boy Setiawan Lakibu

NIM : 1601027

Alamat: Kel, Tuminting, Kec, Tuminting, Kota Manado Sulawesi Utara

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang

MempengaruhiPerawat dalam Pelaksanaan Triage di Instalasi Gawat Darurat

UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe C Bitung”. Penelitian ini tidak

akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi bapak/ibu/saudara/i sebagai

responden, segala bentuk informasi yang diberikan akan dijaga kerahasiaanya dan

hanya digunakan untuk kepentingan peneliti. Atas kesediaan bapak/ibu/saudara/i

menjadi responden, saya ucapkan terima kasih.

Bitung, 24 Agustus 2020


Peneliti

( Boy Setiawan Lakibu )

90
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian ini, maka saya,

menyatakan (bersedia/ tidakbersedia*) menjadi responden dalam penelitian dengan

judul “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhiperawat dalam pelaksanaan

Triage di Instalasi Gawat Darurat UPTD Rumah Sakit. Manembo – Nembo Tipe

C Bitung”

Demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran, dan tanpa unsur paksaan

dari pihak manapun serta jawaban yang saya berikan adalah yang sejujur-jujurnya

demi kelancaran penelitian ini.

Bitung, 24 Agustus 2020

Responden

( )

Cat:

(*)coret yang tidak perlu

91
KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAWAT

DALAM PELAKSANAKAN TRIAGE DI INSTALASI GAWAT DARURAT

UPTD RUMAH SAKIT. MANEMBO – NEMBO TIPE C BITUNG

A. Identitas Responden

1. Nomor responden……(diisi oleh peneliti)

2. Nama responden :

3. Umur :

4. Jenis Kelamin :

5. Masa Kerja :

6. Pendidikan :

7. Sertifikat Pelatihan : BTCLS

ENIL

PPGD

B. Pengetahuan Perawat Tentang Penerapan Triage

1. Usaha pemilahan korban sebelum di tangani berdasarkan tingkat

kegawatan trauma atau penyakit di sebut.

a. Pengkategorian korban

b. Triage

c. Prioritas utama penanganan

92
2. Triage pada umumnya di lakukan pada pasien dengan..

a. Semua pasien

b. Pasien korban kecelakaan

c. Pasien dalam kondisi kritis

3. Waktu untuk triage perorang adalah..

a. Lebih dari 30 detik

b. Kurang dari 30 detik

c. 15 detik

4. Prinsip utama Triage adalah melakukan prioritas dengan urutan nyawa,

fungsi dan..

a. Penampilan

b. Penampakan

c. Poster tubuh

5. Untuk memastikan urutan prioritas pada korban akan di pasangkan..

a. Kartu triage

b. Kartu pengenal

c. Kartu antrian

6. Korba yang nyawanya dalam keadaan kritis dan memerlukan prioritas

utama dalam pengobatan medis diberi kartu warna…

a. Merah

b. Hijau

c. Kuning
93
7. Korban yang dapat menunggu untuk beberapa jam diberi kartu dengan

warna…

a. Merah

b. Hijau

c. Kuning

8. Korban yang telah melampaui kondisi kritis kemungkinan untuk

diselamatkan atau telah meninggal diberi kartu…

a. Merah

b. Hijau

c. Hitam

9. Beberapa hal yang mendasari klasifikasi pasien dalam sistem triage adalah

kondisi klien salah satunya…

a. Gawat

b. Perlu perawatan

c. Perlu penanganan segera

10. Keadaan yang mengancam nyawa tetapi memerlukan penanganan cepat

dan tepat seperti kegawatan merupakan pengertian…

a. Gawat

b. Darurat

c. Gawat darurat

94
11. Suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan

penanganan yang cepat dan tepat seperti kegawatan merupakan

pengertian…

a. Gawat

b. Darurat

c. Gawat darurat

12. Suatu keadaan yang mengancam jiwa di sebabkan oleh gangguan A,B,C,

(airway, breathing, circulation) jika tidak di tolong segera maka dapat

meninggal atau cacat merupakan pengertian…

a. Gawat

b. Darurat

c. Gawat darurat

13. Metode triage START menggunakan 4 macam observasi yaitu bisa

berjalan, bernafas, sirkulasi darah dan…

a. Kondisi tubuh

b. Derajat kegawatan

c. Tingkat kesadaran

14. Berikut merupakan fungsi triage yang berkaitan dengan kegiatan

pembedaan kegawatan yaitu…

a. Memberikan pasiel lebel warna sesuai dengan skala prioritas

b. Menentukan kebutuhan media

c. Pemindahan pasien ke ruang operasi


95
15. Berikut merupakan fungsi triage yang berkaitan dengan kegiatan

anamnesa dan pemeriksaan…

a. Menilai tanda – tanda dan kondisi vital korban

b. Menentukan kebutuhan oksigenisasi

c. Menilai kemungkinan tindakan operasi pada pasien

16. Berikut merupakan fungsi triage yang berkaitan dengan kegiatan

penentuan derajat kegawatan…

a. Menentukan prioritas penanganan korban

b. Menentukan kebutuhan oksigenisasi

c. Menentukan kebutuhan pasien

C. Variabel Motivasi Kerja

Berilah tanda CEKLIS pada jawaban yang menurut anda benar

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Sebagai petugas IGD harus memiliki

motivasi yang tinggi dalam

melaksanakan tugas pelayanan pasien

2 Sebagai petugas IGD dalam

menjalankan asuhan keperawatan,

penghargaan menjadi acuan untuk

meningkatkan motivasi dalam bekerja


3 Sebagai petugas IGD dalam

96
menjalankan tugas selalu memiliki

motivasi yang tinggi meskipun tidak

4 adanya penghargaan sebagai acuan

Setiap tantangan yang di dapatkan saat

bekerja, dijadikan motivasi untuk

menjadi lebih baik saat bekerja


5 Sebagai petugas IGD motivasi yang

dimiliki menjadi acuan untuk

meningkatkan tanggung jawab dalam

6 bekerja

Setiap motivasi yang ada didalam diri,

saya jadikan acuan untuk

mengembangkan kinerja di IGD


7 Sebagai petugas IGD munculnya

motivasi dari luar diri akan di jadikan

sebagai acuan untuk meningkatkan

8 kinerja

Setiap motivasi yang ada didalam diri

dapat meningkatkan kualitas saat bekerja

di IGD
9 Setiap motivasi yang ada didalam diri

dapat dijadikan acuan dalam mencapai

kepuasan dalam bekerja

97
10 Setiap motivasi yang saya miliki dapat

meningkatkan kedisiplinan saat bekerja

di IGD
11 Sebagai petugas IGD setiap motivasi

yang dimiliki dapat meningkatkan

produktifitas bekerja

Sebagai petugas IGD harus memiliki

12 motivasi dalam diri yang dapat

meningkatkan hubungan kerja yang baik

dengan teman sejawat maupun pasien

D. Pelaksnaan Triage

No Kegiatan Ya Tidak

1 Pasien datang diterimah petugas/perawat

IGD

2 Diruang triage dilakukan anamnesa dan

98
pemeriksaan
3 Penentuan derajat kegawatan ditentukan

oleh perawat atau atau tenaga medis

lainnya yang bekerja

4 Waktu penggolongan pasien selama 30

detik atau kurang


5 Penderita dibedakan menurut kegawatannya

dengan memberikan kode warna

a. Warna merah mendapat prioritas

pelayanan pertama

b. Warna kuning mendapat

prioritas pelayanan ke dua

c. Warna hijau mendapat prioritas

pelayanan ke tiga

d. Warna hitam mendapat prioritas

pelayanan ke empat

6 Penanganan pasien sesuai dengan

prioritasnya

a. Penderita / korban kategori

triage warna merah dapat

langsung diberikan pengobatan,

jika memerlukan tindakan medis

99
lebih lanjut, penderita / korban

langsung dipindahkan ke ruang

operasi atau dirujuk ke rumah

sakit lain

b. Penderita / korban dengang

kategori triage kuning yang

memerlukan tindakan medis

lebih lanjut dapat dipindahkan ke

ruang observasi

c. Penderita / korban dengan

kategori triage hijau dapat

dipindahkan kerawat jalan dan

dapat dipulangkan bila sudah

mungkin untuk dipulangkan

d. Penderita / korban dengan

kategori triage hitam dapat

langsung dipindahkan ke kamar

jenazah

100
MASTER TABEL

ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAWAT

DALAM PELAKSANAAN TRIAGEDI INSTALASI GAWAT DARURAT

UPTD TIPE C RSUD. MANEMBO- NEMBO BITUNG

No Umur Jenis Masa Pendidika Pengetahuan Keterampilan Motivasi Pelaksanaan


Responde Kelamin Kerja n Triage
n
1 2 2 1 1 1 1 2 1
2 2 1 1 1 1 2 1 1
3 2 2 2 1 2 1 1 1
4 3 2 1 1 1 1 1 1
5 1 2 1 1 2 1 2 1

101
6 2 2 2 1 1 1 1 1
7 1 2 1 2 2 2 2 1
8 2 1 2 2 1 1 1 1
9 2 2 1 2 2 1 1 1
10 1 1 1 1 1 1 2 1
11 2 2 2 1 2 1 1 1
12 2 2 1 2 1 1 1 1
13 2 2 1 2 1 2 1 1
14 1 1 1 1 2 1 2 1
15 2 2 1 2 2 1 1 1
16 1 2 1 1 1 1 1 1
17 1 2 1 1 1 2 1 1
18 2 1 1 1 2 1 2 1
19 2 2 1 2 1 2 1 2
20 2 2 1 1 1 1 2 1
21 3 2 1 1 1 1 2 1
22 2 2 1 1 1 2 1 1
23 2 2 2 1 1 1 1 2
24 1 1 1 1 1 2 1 1
25 1 1 2 2 1 1 1 1
26 2 2 1 1 1 1 1 1
27 2 2 1 1 1 2 1 2
28 2 2 1 1 1 1 1 1
29 1 2 1 1 1 2 1 2
30 1 2 1 2 1 1 1 1
31 2 2 1 1 1 1 1 1
32 2 2 1 1 1 1 1 2
HASIL UJI STATISTIK

Frequencies

Statistics

Umur Jenis Masa Pendidika Pengetahua Ketrampila Pelaksanaan


Responden Kelamin Kerja n n n Motivasi Triase

N Valid 32 32 32 32 32 32 32 32

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

102
Umur Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 17-25 Tahun 10 31.2 31.2 31.2

26-35 Tahun 20 62.5 62.5 93.8

36-45 Tahun 2 6.2 6.2 100.0

Total 32 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-Laki 6 18.8 18.8 18.8

Perempuan 26 81.2 81.2 100.0

Total 32 100.0 100.0

Masa Kerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid < 5 Tahun 26 81.2 81.2 81.2

> 5 Tahun 6 18.8 18.8 100.0

Total 32 100.0 100.0

103
Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid DIII Keperawatan 23 71.9 71.9 71.9

Ners 9 28.1 28.1 100.0

Total 32 100.0 100.0

Pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 24 75.0 75.0 75.0

Kurang 8 25.0 25.0 100.0

Total 32 100.0 100.0

Ketrampilan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 23 71.9 71.9 71.9

Kurang 9 28.1 28.1 100.0

Total 32 100.0 100.0

Motivasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 24 75.0 75.0 75.0

Kurang 8 25.0 25.0 100.0

Total 32 100.0 100.0

104
Pelaksanaan Triase

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tepat 27 84.4 84.4 84.4

Tidak Tepat 5 15.6 15.6 100.0

Total 32 100.0 100.0

Crosstabs

[DataSet2] 

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pengetahuan * Pelaksanaan
32 100.0% 0 .0% 32 100.0%
Triase

Ketrampilan * Pelaksanaan
32 100.0% 0 .0% 32 100.0%
Triase

Motivasi * Pelaksanaan
32 100.0% 0 .0% 32 100.0%
Triase

Pengetahuan * Pelaksanaan Triase 

Crosstab

Pelaksanaan Triase

Tepat Tidak Tepat Total

Pengetahuan Baik Count 19 5 24

105
Expected Count 20.2 3.8 24.0

% of Total 59.4% 15.6% 75.0%

Kurang Count 8 0 8

Expected Count 6.8 1.2 8.0

% of Total 25.0% .0% 25.0%

Total Count 27 5 32

Expected Count 27.0 5.0 32.0

% of Total 84.4% 15.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 1.975a 1 .005

Continuity Correctionb .711 1 .005

Likelihood Ratio 3.174 1 .004

Fisher's Exact Test .004 .004

Linear-by-Linear Association 1.914 1 .005

N of Valid Casesb 32

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.25.

b. Computed only for a 2x2 table

106
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

For cohort Pelaksanaan


.792 .645 .972
Triase = Tepat

N of Valid Cases 32

Ketrampilan * Pelaksanaan Triase 

Crosstab

Pelaksanaan Triase

Tepat Tidak Tepat Total

Ketrampilan Baik Count 21 2 23

Expected Count 19.4 3.6 23.0

% of Total 65.6% 6.2% 71.9%

Kurang Count 6 3 9

Expected Count 7.6 1.4 9.0

% of Total 18.8% 9.4% 28.1%

Total Count 27 5 32

Expected Count 27.0 5.0 32.0

% of Total 84.4% 15.6% 100.0%

107
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 2.978a 1 .004

Continuity Correctionb 1.403 1 .004

Likelihood Ratio 2.690 1 .004

Fisher's Exact Test .004 .004

Linear-by-Linear Association 2.885 1 .004

N of Valid Casesb 32

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.41.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Ketrampilan


5.250 .706 39.029
(Baik / Kurang)

For cohort Pelaksanaan


1.370 .848 2.211
Triase = Tepat

For cohort Pelaksanaan


.261 .052 1.311
Triase = Tidak Tepat

N of Valid Cases 32

Motivasi * Pelaksanaan Triase
Crosstab

Pelaksanaan Triase

Tepat Tidak Tepat Total

Motivasi Baik Count 19 5 24

Expected Count 20.2 3.8 24.0

108
% of Total 59.4% 15.6% 75.0%

Kurang Count 8 0 8

Expected Count 6.8 1.2 8.0

% of Total 25.0% .0% 25.0%

Total Count 27 5 32

Expected Count 27.0 5.0 32.0

% of Total 84.4% 15.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 1.975a 1 .005

Continuity Correctionb .711 1 .005

Likelihood Ratio 3.174 1 .004

Fisher's Exact Test .004 .004

Linear-by-Linear Association 1.914 1 .005

N of Valid Casesb 32

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.25.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

For cohort Pelaksanaan


.792 .645 .972
Triase = Tepat

N of Valid Cases 32

109
LEMBAR KONSULTASI PROPOSAL

Nama : BOY SETIAWAN LAKIBU

Nirm : 1601027

Judul : Analisis Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perawat


Dalam Melaksanakan Triage Di Unit Gawat Darurat
UPTD Rumah Sakit. Manembo-Nembo Tipe C
Bitung

Pembimbing I : Ns. Suwandi I. Luneto, S.Kep, M.Kes

No Hari/Tanggal Materi Saran Perbaikan Paraf


Konsultasi
1 Jum’at, 1 Mei 2020 Judul Proposal Penggantian Judul

2 Rabu, 21 Mei 2020 BAB I – BAB IV Perbaikan Tujuan


Penelitian
3 Minggu, 7 Juni 2020 BAB I – BAB IV ACC UJIAN

Manado, 7 Juni 2020

110
Pembimbing I

Ns. Suwandi I. Luneto, S.Kep, M.Kes


LEMBAR KONSULTASI PROPOSAL
Nama : BOY SETIAWAN LAKIBU

Nirm : 1601027

Judul : Analisis Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perawat


Dalam Melaksanakan Triage Di Unit Gawat Darurat
UPTD Rumah Sakit. Manembo-Nembo Tipe CBitung

Pembimbing II : Irne Wida Desiyanti, SST, M.Kes

No Hari/Tanggal Materi Konsultasi


Saran Perbaikan Paraf
1 Jum’at, 1 Mei 2020 Judul Proposal Penggantian Judul

2 Kamis, 28 Mei 2020 BAB I-BAB IV 1. Perbaikan


Variabel
Penelitian
2. Perbaikan
Devinisi
Operasional
3 Minggu, 7 juni 2020 BAB I-BABIV 3. Perbaikan
Pembahasan

ACC UJIAN
Manado, 7 Juni 2020
Pembimbing II

Irne Wida Desiyanti, SST, M.Kes

111
DOKUMENTASI PENELITIAN

Menjelaskan Cara Pengesian Kuisioner Kepada Perawat

Mengobservasi Cara Pengesian Kuisioner Oleh Perawat

Mengobservasi Cara Pengisian Kuisioner Oleh Perawat

112
113

Anda mungkin juga menyukai