Anda di halaman 1dari 117

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.R DENGAN DIAGNOSA MEDIS


SIROSIS HEPATIS DI RUANG E2
RSPAL Dr. RAMELAN
SURABAYA

Oleh :

BIMA BINTARA PUTRA

NIM. 192.1004

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

2022
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN DIAGNOSA MEDIS


SIROSIS HEPATIS DI RUANG E2
RSPAL Dr. RAMELAN
SURABAYA

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Ahli Madya Keperawatan

Oleh :

BIMA BINTARA PUTRA

NIM. 192.1004

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

2022

i
SURAT PERNYATAAN

Saya bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa

karya tulis ini saya susun tanpa melakukan plagiat sesuai dengan peraturan yang

berlaku di Stikes Hang Tuah Surabaya.

Jika kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiat saya akan

bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Stikes

Hang Tuah Surabaya.

Surabaya, 17 Januari 2022

BIMA BINTARA PUTRA


NIM. 192.1004

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Setelah kami periksa dan amati, selaku pembimbing mahasiswa :

Nama : Bima Bintara Putra

NIM : 1921004

Program Studi : D-III Keperawatan

Judul : Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Diagnosa Medis

Sirosis Hepatis Di Ruang E2 RSPAL Dr. Ramelan

Surabaya.

Serta perbaikan-perbaikan sepenuhnya, akan kami menganggap dan dapat

menyetujui bahwa karya tulis ini diajukan dalam sidang guna memenuhi sebagian

persyaratan untuk memperoleh gelar :

AHLI MADYA KEPERAWATAN (AMd.Kep)

Surabaya, 17 Januari 2022

Pembimbing

Yoga Kertapati, M.Kep., Sp.Kep.Kom

NIP. 03042

Ditetapkan di : Stikes Hang Tuah Surabaya

Tanggal : 14 Februari 2022

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah dari :

Nama : Bima Bintara Putra


NIM : 1921004
Program Studi : D-III Keperawatan
Judul KTI : Asuhan Keperawatan Pada Ny.R Dengan Diagnosa Medis

Sirosis Hepatis

Di Ruang E2 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya.

Telah dipertahankan dihadapan dewan Sidang Karya Tulis Ilmiah Stikes Hang

Tuah Surabaya, pada :

Hari, tanggal : Senin, 21 Februari 2022


Bertempat di : Stikes Hang Tuah Surabaya

Dan dinyatakan LULUS dan dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar AHLI MADYA KEPERAWATAN pada Prodi D-III

Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya.

Penguji I : Faridah, SST., M.Kes


Penguji II : Dul Majid, S Kep.Ns, M.Kep
Penguji III : Yoga Kertapati, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Mengetahui,
Stikes Hang Tuah Surabaya
Ka Prodi D-III Keperawatan

Dya Sustrami, S.Kep.,Ns, M.Kes.


NIP. 03.007
Ditetapkan di : Stikes Hang Tuah Surabaya
Tanggal : 14 Februari 2022

iv
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya pada penulis, sehingga penulis dapat meyelesaikan karya tulis ini

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Karya tulis ini disusun sebagai salah

satu syarat dalam menyelesaikan program Ahli Madya Keperawatan.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kelancaran karya tulis bukan

hanya karena kemampuanpenulis, tetapi banyak ditentukan oleh bantuan dari

berbagai pihak, yang telah dengan ikhlas membantu penulis demi terselesainya

penulisan, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima

kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Laksamana Pertama TNI dr. Radito Soesanto, Sp.THT-KL, Sp.KL selaku

Kepala RSPAL Dr. Ramelan Surabaya, yang telah memberikan

kesempatan kepada kami untuk praktik di RSPAL Dr. Ramelan Surabaya

dan menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang

Tuah Surabaya.

2. Dr. A.V Sri Suhardiningsih, S.Kp.,M.Kes selaku Ketua Stikes Hang Tuah

Surabaya yang telah memberikan ijin dan lahan praktik untuk penyusunan

karya tulis dan selama kami berada di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Hang Tuah Surabaya.

3. Ibu Dya Sustrami, Skep.,Ns., M.Kes., selaku Kepala Program Studi D-III

Keperawatan yang selalu memberikan dorongan penuh dengan wawasan

dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

v
4. Ibu Faridah, SST., M.Kes selaku penguji I, yang dengan telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta perhatian dalam memberikan

dorongan, bimbingan, arahan dan masukan dalam penyelesaian karya tulis

ilmiah ini.

5. Bapak selaku penguji dan pembimbing, yang dengan tulus ikhlas telah

memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan dalam penyelesaian

karya tulis ilmiah ini.

6. Bapak Yoga Kertapati, M.Kep., Sp.Kep.Kom., selaku penguji dan

pembimbing, yang dengan tulus ikhlas telah memberikan arahan dan

masukan dalam penyusunan dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

7. Ibu Nur Muji Astuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku wali kelas terimakasih

atas bimbingan dan masukan serta dorongan semangat yang diberikan

kepada penulis selama penulis menjalani pendidikan di Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan HangTuah Surabaya.

8. Bapak dan Ibu Dosen Stikes Hang Tuah Surabaya, yang telah memberikan

bekal bagi penulis melalui materi-materi kuliah yang penuh nilai dan

makna dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini, juga kepada

seluruh tenaga administrasi yang tulus ikhlas melayani keperluan penulis

selama menjalani studi dan penulisannya.

9. Kedua Orangtua saya tercinta yang selalu mensupport dan memberikan

yang terbaik, baik lahir maupun batin, gelar dan karya tulis ilmiah ini saya

persembahkan untuk beliau.

vi
10. Senior, letting, dan adek letting di dalam keluarga mess Progsus Stikes

Hang Tuah Surabaya yang saling membantu untuk menyelesaikan karya

tulis ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih

atas bantuannya, Penulis hanya bisa berdo’a semoga Allah SWT

membalas amal baik semua pihak yang telah membantu dalam proses

penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak

kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saran dan kritik

yang konstruktif senantiasa penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap, semoga

karya tuis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membaca

terutama bagi Civitas Stikes Hang Tuah Surabaya.

Surabaya, 17 Januari 2022

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................i


SURAT PERNYATAAN ...................................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................................iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................................v
DAFTAR ISI ...............................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................................x
DAFTAR TABEL............................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................................xii
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................................xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus ...............................................................................5
1.4 Manfaat ............................................................................................................6
1.4.1 Akademisi ......................................................................................6
1.4.2 Dari Segi Praktisi, Tugas Akhir Ini Dapat
Bermanfaat Bagi .............................................................................6
1.5 Metode Penulisan ............................................................................................7
1.5.1 Metode ...........................................................................................7
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data .............................................................7
1.5.3 Sumber Data ...................................................................................8
1.5.4 Studi Kepustakaan ..........................................................................8
1.6 Sistematika Penulisan ....................................................................................8
1.6.1 Bagian Awal ...................................................................................9
1.6.2 Bagian Inti ......................................................................................9
1.6.3 Bagian Akhir ..................................................................................9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................10
2.1 Konsep Penyakit ..............................................................................................10
2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Hati .............................................................10
2.1.2 Definisi Sirosis Hepatis ...................................................................14
2.1.3 Etiologi Sirosis Hepatis ...................................................................15
2.1.4 Manifestasi Klinis Sirosis Hepatis ...................................................16
2.1.5 Tanda dan Gejala Sirosis Hepatis ....................................................17
2.1.6 Patofisiologi Sirosis Hepatis ............................................................17
2.1.7 Komplikasi Sirosis Hepatis..............................................................18
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang Sirosis Hepatis ..........................................19
2.1.9 Pencegahan Sirosis Hepatis .............................................................20
2.1.10 Penatalaksanaan Sirosis Hepatis ......................................................21
2.2 Konsep Dasar Lansia .....................................................................................22
2.2.1 Definisi Lansia .................................................................................22
2.2.2 Klasifikasi Lansia ............................................................................23
2.2.3 Penyakit-Penyakit Pada Lansia .......................................................23

viii
2.3 Konsep asuhan keperawatan ..........................................................................25
2.3.1 Pengkajian .......................................................................................25
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ...................................................................28
2.3.3 Perencanaan Keperawatan ..............................................................29
2.3.4 Pelaksanaan Keperawatan ..............................................................36
2.3.5 Evaluasi Keperawatan .....................................................................37
2.4 Kerangka Masalah ................................................................................................38
BAB 3 TINJAUAN KASUS .............................................................................................39
3.1 Pengkajian .............................................................................................................39
3.1.1 Identitas .......................................................................................................39
3.1.2 Keluhan Utama ............................................................................................39
3.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang ........................................................................39
3.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu ...........................................................................40
3.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga .....................................................................40
3.1.6 Genogram ....................................................................................................41
3.1.7 Riwayat Alergi.............................................................................................41
3.1.8 Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi,
Auskultasi) ...................................................................................................41
3.1.9 Pemeriksaan Penunjang ..............................................................................47
3.1.10 Terapi Obat .................................................................................................48
3.2 Analisa Data ...........................................................................................................49
3.3 Prioritas Masalah ..................................................................................................51
3.4 Rencana Keperawatan .........................................................................................52
3.5 Pelaksanaan Keperawatan ...................................................................................56
BAB 4 PEMBAHASAN ....................................................................................................80
4.1 Pengkajian .............................................................................................................80
4.2 Diagnosa Keperawatan .........................................................................................86
4.3 Perencanaan Keperawatan ..................................................................................88
4.4 Pelaksanaan Keperawatan ...................................................................................90
4.5 Evaluasi ..................................................................................................................92
BAB 5 PENUTUP...............................................................................................................94
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................94
5.2 Saran ......................................................................................................................96
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................97
Lampiran 1 ...............................................................................................................99
Lampiran 2 ...............................................................................................................102

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Hati ...................................................................................................10


Gambar 2.2 Posisi Hati ........................................................................................................11
Gambar 2.3 Kerangka Masalah ............................................................................................38
Gambar 3.1 Genogram .........................................................................................................41

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Perawatan Diri .....................................................................................................45


Tabel 3.2 Daftar Laboratorium Keperawatan ......................................................................47
Tabel 3.3 Daftar Obat ..........................................................................................................48
Tabel 3.4 Analisa Data ........................................................................................................49
Tabel 3.5 Prioritas Masalah .................................................................................................51
Tabel 3.6 Rencana Keperawatan ..........................................................................................52
Tabel 3.7 Tindakan dan Evaluasi Keperawatan ...................................................................56

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SOP Manajemen Nyeri......................................................................... 99


Lampiran 2 SOP Perawatan Selang NGT (Nasogastric Tube) ................................ 102

xii
DAFTAR SINGKATAN

BAB : Buang Air Besar


BAK : Buag Air Kecil
BB : Berat Badan
C : Celcius
IV : Intra Vena
IGD : Instalasi Gawat Darurat
IM : Intra Muskular
Kg : Kilo Gram
KH : Kriteria Hasil
KRS : Keluar Rumah Sakit
MK : Masalah Keperawatan
ML : Mili Liter
MRS : Masuk Rumah Sakit
N : Nadi
Ny : Nyonya
RM : Rekam Medik
RR : Respiratory Rate
RS : Rumah Sakit
S : Suhu
SMRS : Sebelum Masuk Rumah Sakit
SOAP : Subjektif, Obyektif, Assesment, Planing
SOP : Standar Operasional Prosedur
TD : Tekanan Darah
TTV : Tanda-Tanda Vital

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata sirosis berasal dari kata Yunani kirrhos, yang berarti "orange atau

kuning kecoklatan," dan osis, yang berarti "kondisi."Definisi sirosis oleh World

Health Organization (WHO) adalah proses difus yang ditandai oleh fibrosis dan

perubahan arsitektur hati yang normal menjadi nodul-nodul yang abnormal secara

struktural sehingga tidak memiliki bentuk lobular yang normal . (Anisa dan

Hasan, 2020)

Fibrosis adalah respons umum terhadap cedera hati yang ditandai oleh

akumulasi dari extracellular matrix (ECM). Cedera hati yang berkepanjangan

atau berkelanjutan menyebabkan peradangan kronis, deposisi ECM yang

berlebihan, dan perkembangan jaringan parut . (Anisa dan Hasan, 2020)

Prevalensi sirosis hepatis di dunia diperkirakan 0,3% dalam French

Screening Programme, dan kejadian tahunan adalah 15,3–132,6 per 100.000

orang dalam studi di Inggris dan Swedia tahun 2013. Berdasarkan studi Inggris

dan Swedia tersebut juga dijelaskan bahwa sirosis hepatis merupakan urutan ke-

14 penyebab tersering kematian di seluruh dunia pada orang dewasa dengan

perkiraan 1,03 juta kematian per tahun di seluruh dunia, 170.000 per tahun di

Eropa, dan 33.539 per tahun di Amerika Serikat (Anisa and Hasan, 2020).

Penyakit sirosis hepatis di indonesia mulai tahun 2000- 2016 tercatat

sebanyak 26,9 juta pasien (WHO, 2018). Hasil Riskesdas (2018), prevalensi

1
2

hepatitis di Indonesia adalah 0,4%. Tiga provinsi dengan prevalensi hepatitis

tertinggi adalah Papua (0,7%), Nusa Tenggara Barat (0,6%) dan Gorontalo

(0,6%). Prevalensi hepatitis di Jawa Timur adalah (0,3%) . Karakteristik umum

dari sirosis hepatis sendiri meliputi nyeri abdomen, dispepsia kronis dan asites.

(Sawitri and Sani, 2020)

Secara umum frekuensi sirosis hepatis di Indonesia lebih banyak penderita

pria daripada wanita dengan perbandingan 2-4,5: 1, dan terbanyak pada decade ke

lima. Sedangkan prevalensinya mencapai 0,6%-14,5% (Sutrisna, 2020).

Berdasarkan Data Rekam Medis Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut Dr. Ramelan

Surabaya di ruang E2 pada bulan Januari - Desember tahun 2021 kasus penyakit

Sirosis Hepatis mencapai angka 95 kasus. Pada awal bulan Januari 2022 kasus

penyakit Sirosis Hepatis khusunya di ruang E-2 mencapai angka 8 kasus, dengan

rata-rata wanita usia >45 tahun.

Risiko seseorang untuk terkena sirosis meningkat karena beberapa faktor,

seperti konsumsi alkohol yang berlebihan, terlalu sering begadang dan kurang

tidur. Selain itu, beberapa jenis makanan juga dapat meningkatkan faktor risiko

tersebut, seperti terlalu banyak mengonsumsi makanan berlemak, makanan manis,

camilan yang tidak sehat yang mengandung banyak pengawet. Jenis-jenis

makanan tersebut berbahaya untuk liver atau hati jika terlalu banyak

dikonsumsi.(Fimela, 2018)

Pada stadium awal, sirosis biasanya tidak menimbulkan gejala. Sering

kali, sirosis ditemukan pada pemeriksaan medis rutin. Pada pemeriksaan darah,

dapat dilakukan pemeriksaan fungsi hati, fungsi ginjal, hepatitis B dan C,


3

pembekuan, dan koagulasi darah. Pencitraan juga dapat membantu dokter untuk

mendiagnosis sirosis, seperti magneticresonance elastography atau transient

elastography untuk mendeteksi pengerasan liver. Pencitraan lain juga dapat

dilakukan melalui CT scan, MRI dan USG. Sementara itu, diagnosis

terhadap sirosis tidak diperlukan pemeriksaan biopsi yang invasif, tetapi

pemeriksaan ini menunjukkan tingkat keparahan dan penyebab kerusakan

liver.(Hansa, 2020)

Sirosis hati lebih banyak ditemukan pada penderita yang memiliki riwayat

penyakit hepatitis B dengan persentase sebanyak 38,9% sedangkan persentase

penderita dengan riwayat hepatitis C sebanyak 29,2%. Faktor lain yang

ditemukan pada penelitian ini adalah perlemakan hati non-alkoholik sebanyak

2,7%, hepatitis autoimun 1,4%, defisiensi α1-antitripsin 1,4%, hemokromatosis

2,7%, hepatitis A 4,17%, obstruksi bilier 2,7% dan kriptogenik sebanyak 2,7%.

(Alifah, 2019).

Sirosis Hepatis ini seringkali juga ditandai dengan anemis pada kedua

konjungtiva mata dan ikterus pada kedua sklera. Tanda-tanda kerontokan rambut

pada ketiak, konjungtiva mata dan ikterus pada kedua sklera, pada daerah

abdomen ditemukan perut yang membesar pada seluruh regio abdomen dengan

tanda-tanda ascites seperti pemeriksaan shifting dullness dan gelombang undulasi

dan pemeriksaan bising usus. (Made, Saskara dan Suryadarma, 2020). Jika tidak

segera ditangani sirosis hepatis ini bisa berkembang menjadi kanker hati.(Fimela,

2018)
4

Maka dari itu gaya hidup seperti minum alkohol dan begadang harus

dikurangi dan juga pola makan harus dijaga dengan tujuan menjauhkan dari

penyakit sirosis hepatis.Lebih penting lagi terapkan pola hidup sehat seperti

olahraga, istirahat yang cukup, dan pola makan yang teratur untuk menecegah

penyakit sirosis hepatis. (Hansa, 2020).

Perawat mempunyai peran dan tugas yang cukup besar untuk membantu

mengatasi masalah yang dihadapi pasien dalam kasus Sirosis Hepatis. Sebagai

pengelola, perawat diharapkan mampu memberikan informasi dan pengetahuan

yang up to date dan benar. Dalam menjalankan fungsinya ini tidak lepas dari

upaya pencegahan yang dilakukanny, maka perawat harus dapat memberikan

penyuluhan dan pengarahan khususnya kepada pasien, keluarga, masyarakat,

serta meningkatkan peran perawat didalam pengembangan bidang keperawatan

khususnya pada kasus sirosis hepatis.

Atas dasar berbagai permasalahan diatas maka dipandang perlu untuk

meneliti mengenai asuhan keperawatan pada pasien Ny.R dengan diagnosa medis

Sirosis Hepatis di ruang E2 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang asuhan keperawatan tentang Diabetes

Melitus, maka penulis akan melakukan pengkjian lebih lanjut dengan melakukan

asuhan keperawatan pada pasien dengan Diagnosa Medis Sirosis Hepatis dengan

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa saja pengkajian keperawatan pada pasien dengan Diagnosa Medis Sirosis

Hepatis di Ruang E2 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya?


5

2. Apa saja masalah keperawatan yang dapat ditegakkan pada pasien dengan

Diagnosa Medis Sirosis Hepatis di ruang E2 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya ?

3. Apa saja Intervensi Keperawatan yang diberikan pada pasien dengan

Diagnosa Medis Sirosis Hepatis di Ruang E2 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya ?

4. Bagaimanakah pelaksanaan Implementasi yang diberikan pada pasien dengan

Diagnosa Medis Sirosis Hepatis di Ruang E2 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya ?

5. Apa saja yang harus di evaluasi pada pasien dengan Diagnosa Medis Sirosis

Hepatis di Ruang E2 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melakukan identifikasi asuhan keperawatan pada

pasien dengan Sirosis Hepatis di ruang E2 RSPAL Dr. Ramelan

Surabaya

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan diagnosa

medis Sirosis Hepatis di ruang E2 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya

2. Membuat perumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengan

diagnosa Sirosis Hepatis di ruang E2 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya

3. Membuat intervensi asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa

medis Sirosis Hepatis di ruang E2 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya

4. Melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan

diagnosa medis Sirosis Hepatis di ruang E2 RSPAL Dr. Ramelan

Surabaya
6

5. Melakukan evaluasi pada pasien dengan diagnosa Sirosis Hepatis di

ruang E2 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya

6. Melakukan dokumentasi keperawatan pada pasien dengan diagnosa

Sirosis Hepatis di ruang E2 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya

1.4 Manfaat

Berhubungan dengan tujuan, maka tugas karya tulis ilmiah ini

diharapkan dapat memberikan manfaat :

1.4.1 Akademis

Hasil karya tulis ilmiah ini merupakan ilmu pengetahuan

khususnya terkait dengan asuhan keperawatan pada pasien dengan

diagnosa medis sirosis hepatis

1.4.2 Dari Segi Praktisi, Tugas Karya Tulis Ilmiah Ini Akan Bermanfaat

Bagi :

a. Bagi pelayanan keperawatan di rumah sakit

Hasil karya tulis ilmiah ini, dapat bermanfaat bagi pelayanan di rumah

sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan

sirosis hepatis dengan baik dan benar.

b. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi peneliti berikutnya, yang akan

melakukan pembuatan karya tulis ilmiah pada asuhan keperawatan

pasien dengan diagnosa medis sirosis hepatis.


7

c. Bagi profesi kesehatan

Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi profesi keperawatan dan

memberikan pemahaman asuhan keperawatan yang lebih baik terkait

dengan pasien sirosis hepatis.

1.5 Metode Penulisan

1.5.1 Metode

Metode deskriptif yaitu metode yang bersifat memaparkan peristiwa

atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang meliputi studi kepustakaan

yang mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan studi

pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian,

diagnosis, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi.

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam buku Stikes Hang Tuah (2022) ada 3 teknik Pengumpulan Data

yaitu :

a. Wawancara

Data diperoleh dari hasil percakapan dengan pasien, keluarga dan tim

kesehatan lainnya.

b. Observasi

Data yang diambil dari hasil pengamatan secara visual maupun

percakapan baik dengan pasien, keluarga maupun tim kesehatan lain.


8

c. Pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium sebagai pemeriksaan

penunjang untuk menegakkan diagnosa keperawatan dan untuk

tindakan selanjutnya.

1.5.3 Sumber Data

Dalam Stikes Hang Tuah (2022) ada 2 jenis Sumber Data yaitu :

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari klien.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga ataupun orang

terdekat pasien, catatan rekam medik perawat, hasil-hasil pemeriksaan

penunjang dan tim kesehatan lainnya.

1.5.4 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber referensi yang

berhubungan dengan judul karya tulis ilmiah dan masalah yang sedang

dibahas.(Stikes Hang Tuah, 2022)

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam Stikes Hang Tuah (2022). Supaya lebih jelas dan lebih

mudah dalam mempelajari dan memahami karya tulis ilmiah ini, secara

keseluruhan di bagi menjadi tiga bagian, yaitu :


9

1.6.1 Bagian awal

Memuat halaman judul, persetujuan komisi pembimbing, pengesahan,

motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi.

1.6.2 Bagian inti

Terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub bab berikut

ini :

a. BAB 1 :

Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, tujuan, manfaat penelitian,

dan sistematika penulisan karya tulis ilmiah.

b. BAB 2 :

Tinjauan Pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis dan

asuhan keperawatan pasien dengan diagnose sirosis hepatis, serta

kerangka masalah.

c. BAB 3 :

Tinjauan Kasus, berisi tentang diskripsi data hasil pengkajian,

diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

d. BAB 4 :

Pembahasan berisi tentang perbandingan antara teori dengan kenyataan

yang ada di lapangan.

e. BAB 5 :

Penutup, berisi tentang simpulan dan saran.

1.6.3 Bagian akhir

Terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit

dan asuhan keperawatan medikal bedah sirosis hepatis. Konsep penyakit akan

diuraikan anatomi fisiologi, definisi, etiologi, patofisiologi, pathway, manifestasi

klinis, penatalaksanaan, komplikasi. Konsep asuhan keperawatan mengenai

penyakit sirosis hepatis dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan

yang terdiri dari pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

2.1 Konsep Penyakit

2.1.1 Anatomi Dan Fisiologi Hati

Sumber: (Pearce, 2015)

Gambar 2.1 Anatomi Hati

10
11

Sumber: (Mohamad, 2014)

Gambar 2.2 Posisi Hati

Hati (hepar) adalah organ yang paling besar besar di dalam tubuh kita,

warnanya coklat dan beratnya sekitar 1500 gram. Letaknya di bagian atas dalam

rongga abdomen di sebelah kanan bawah diafragma. Hepar terletak di quadran

kanan atas abdomen, dibawah diafragma dan terlindungi ileh tulang rusuk

(costae), sehingga dalam keadaan normal (hepar yang sehat tidak teraba). Hati

menerima darah teroksigenasi dari arteri hepatica dan darah yang tidak

teroksigenasi tetapi kaya akan nutrient vena porta hepatica (Setiadi, 2016).

Hati merupakan organ unik yang mempunyai kemampuan regenerasi yang

luar biasa. Kemampuan regenerasi ini terjadi sepanjang usia manusia. Terapi

fibrosis hati yang berkembang saat ini lebih banyak terfokus pada bagaimana
12

mengobati sel/ jaringan yang sakit berdasarkan patogenesis dan melupakan

potensi sel-sel sehat. Sel sehat ini masih mempunyai potensi untuk regenerasi dan

memperbaiki daerah yang sakit. Bila kedua hal ini dapat dilakukan bersama-sama

maka akan mempercepat proses regenerasi hati. Artikel ini akan mengeksplorasi

kontribusi hepatosit, sel stelata, sel punca endogen, sel Kupfer, dan enzim

proteolitik pada proses homeostasis dan perbaikan hati khususnya pada kondisi

fibrosis (Fathiyah Safitri 2018).

1. Pembagian Hati

Hati terbagi atas 2 lapisan utama, yaitu:

a. Permukaan atas berbentuk cembung, terletak dibawah diafragma

b. Permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan fisura

transfersus dan fisura longitudinal yang memisahkan belahan kanan dan

kiri dibagian atas hati, selanjutnya hati terbagi 4 belahan yaitu lobus

kanan, lobus kiri, lobus kaudata, dan lobus quadratus.

2. Pembuluh darah pada hati

Hati mempunyai 2 jenis peredaran darah yaitu:

a. Arteri hepatica, yang keluar dari aorta dan memberi 80 % darah pada

hati. Darah ini mempunyai kejenuhan 95-100% masuk ke hati akan

membentuk jaringan kapiler setelah bertemu dengan kapiler vena,

akhirnya keluar sebagai vena hepatica.

b. Vena porta, yang terbentuk dari linealis dan vena mesentrika superior

menghantarkan 20% darahnya ke hati. Darah ini mempunyai kejenuhan

70% sebab beberapa O2 telah diambil oleh limfe dan usus, guna darah ini
13

membawa zat makanan ke hati yang telah diabsorpsi oleh mukosa dan

usus halus. Darah berasal dari vena porta bersentuhan erat dengan sel hati

dan setiap lobulus disaluri oleh sebuah pembuluh sinusoid darah atau

kapiler hepatica. Pembuluh darah halus berjalan diantara lobulus hati

disebut vena interlobuler.(Setiadi, 2016).

3. Fungsi hati menurut Made, Saskara and Suryadarma (2020)

a. Sekresi

1. Hati memproduksi empedu dibentuk dalam sistem retikulo endotelium

yang dialirkan ke empedu yang berperan dalam emulsifikasi dan

absorbsi lemak.

2. Menghasilkan enzim glikogenik yang mengubah glukosa menjadi

glikogen.

b. Metabolisme

1. Hati berperan serta dalam mempertahankan homeostatik gula darah.

2. Hati menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan mengubahnya

kembali menjadi glukosa jika diperlukan oleh tubuh.

3. Hati mengurai protein dari sel-sel tubuh dan sel darah merah yang

rusak dan hasil penguraian protein menghasilkan urea dari asam

amino berlebih dan sisa nitrogen.

4. Hati menerima asam amino diubah menjadi ureum dikeluarkan dari

darah oleh ginjal dalam bentuk urin.

5. Hati mensintesis lemak dari karbohidrat dan protein.


14

c. Penyimpanan

1. Hati menyimpan glikogen, lemak, vitamin A,D,E,K dan zat besi yang

disimpan sebagai ferritin, yaitu suatu protein yang mengandung zat

besi dan dapat dilepaskan bila zat besi diperlukan.

2. Mengubah zat makanan yang diabsorpsi dari usus dan disimpan

disuatu tempat dalam tubuh, dikeluarkannya sesuai dengan

pemakaiannya dalam jaringan.

d. Detoksifikasi

1. Hati melakukan inaktivasi hormon dan detoksifikasi toksin dan obat

serta memfagositosis eritrosit dan zat asing yang terdisintegrasi dalam

darah.

2. Mengubah zat buangan dan bahan racun untuk diekskresi dalam

empedu dan urin (mendektosifikasi).

3. Membentuk dan menghancurkan sel-sel darah merah selama 6 bulan

masa kehidupan fetus yang kemudian diambil alih oleh susum tulang

belakang.

2.1.2 Definisi Sirosis Hepatis

Sirosis hepatis adalah suatu kondisi dimana jaringan hati yang

normal digantikan oleh jaringan parut (fibrosis). Jaringan parut ini

mempengaruhi struktur normal dan regenerasi sel-sel hati. Sel-sel hati

menjadi rusak dan mati sehingga hati secara bertahap kehilangan

fungsinya. Salah satu masalah yang dialami pasien dengan sirosis hepatis
15

adalah nyeri perut karena adanya inflamasi di hati.(Sawitri and Sani,

2020).

Sirosis Hepatis (SH) merupakan penyakit hati menahun membaur

(difus) yang ditandai dengan pembentukan jaringan ikat dan benjolan

kecil. Biasanya diawali dengan peradangan, kematian jaringan sel hati

yang luas, penambahan jaringan ikat secara difus dan upaya pertumbuhan

kembali benjolan kecil hati.1 Sirosis dapat terjadi pascahepatitis (akut atau

kronis) atau pascanekrosis (setelah jejas toksik) atau menyertai

penyumbatan kelenjar empedu kronis (sirosis biliaris). Penggolongan SH

dapat secara morfologik (ukuran benjolan kecil), kefungsian (ada tidaknya

gejala klinis) dan penyebab penyakit.(Muin et al., 2016)

2.1.3 Etiologi Sirosis Hepatis

Etiologi sirosis hepatis menurut Made, Saskara and Suryadarma (2020)

diantaranya yaitu :

1. Hepatitis virus B & C.

2. Alkohol.

3. Metabolik.

4. Kolestasis kronik/sirosis siliar sekunder intra dan ekstra hepar.

5. Obstruksi aliran vena hepatik, seperti penyakit vena oklusif, sindrom

budd chiari, perikarditis konstriktiva, payah jantung kanan.

6. Gangguan imunologis, seperti : hepatitis lupoid, hepatitis kronik aktif.

7. Toksis dan obat, seperti : INH, metildopa.

8. Operasi pintas usus halus pada obesitas.


16

9. Malnutrisi, infeksi seperti malaria.

10. Etiologi tanpa diketahui penyebabnya.

11. Sirosis yang tidak diketahui penyebabnya dinamakan sirosis

kriptogenik/heterogenous.

2.1.4 Manifestasi Klinis Sirosis Hepatis

Manifestasi klinis pada Sirosis Hepatis menurut Made, Saskara and

Suryadarma (2020) yaitu:

1. Keluhan Pasien :

a. Pruritis.

b. Urin berwarna gelap.

c. Ukuran lingkar pinggang meningkat.

d. Turunnya selera makan dan turunnya berat badan.

e. Ikterus (kuning pada kulit dan mata) muncul belakangan.

2. Tanda Klasik :

a. Telapak tangan merah.

b. Pelebaran pembuluh darah.

c. Ginekomastia bukan tanda yang spesifik.

d. Peningkatan waktu protombin adalah tanda yang lebih khas.

e. Ensefelopati hepatitis dengan hepatitis fulminan akut dapat

terjadi dalam waktu singkat dan pasien akan merasa mengantuk,

delirium, kejang, dan koma dalam waktu 24 jam.

f. Onset enselopati hepatitis dengan gagal hati kronik lebih lambat

dan lemah.
17

2.1.5 Tanda dan Gejala Sirosis Hepatis

Tanda dan gejala menurut Wahyudo (2014) yaitu :

1. Mudah lelah dan lemas

2. Selera makan berkurang

3. Perasaan perut kembung

4. Mual

5. Berat badan menurun

6. Pada laki-laki dapat timbul impotensi, testis mengecil dan dada

membesar, serta hilangnya dorongan seksualitas.

7. Gangguan pembekuan darah

8. Perdarahan gusi

9. Epistaksis

10. Gangguan siklus haid (Pada Wanita )

11. Ikterus dengan air kemih berwarna seperti teh pekat

12. Serta perubahan mental, meliputi mudah lupa, sukar konsentrasi,

2.1.6 Patofisiologi Sirosis Hepatis

Patofisiologi sirosis hepatis menurut Made, Saskara dan Suryadarma

(2020) yaitu: pada sirosis, jaringan hati fungsional secara bertahap menjadi rusak

dan diganti oleh jaringan parut fibrosa. Ketika hepatosit dan lobul hati menjadi

rusak, fungsi metabolik hati akan menghilang. Nodul yang berstruktur abnormal

yang dikelilingi oleh jaringan ikat akan terbentuk. Jaringan ikat fibrosa akan

membentuk pita konstriktif yang mengganggu aliran darah dan empedu dalam

lobul hati. Darah tidak lagi mengalir secara bebas melalui hati ke vena kava
18

inferior. Keterbatasan alirah darah akan menyebabkan hipertensi portal,

meningkatkan tekanan dalam sistem vena portal.

Ada tipe-tipe sirosis atau pembentukan parut dalam hati menurut

Made, Saskara dan Suryadarma (2020):

1. Sirosis Alkoholik

Sirosis alkoholik atau sirosis Laennec adalah hasil akhir dari penyakit

hati alkoholik. Perkembangan kondisi secara langsung berhubungan

dengan konsumsi alkohol: jumlah total alkohol yang dikonsumsi, lama

tahun dala mengonsumsi alkohol secara berlebihan, dan kadar alkohol

dalam darah.

2. Sirosis Pascahepatik

Penyakit hati progresif stadium lanjut disebabkan oleh hepatitis B atau

C kronik, hepatitis autoimun, atau dari penyakit hati berlemak

nonalkoholik, dikenal sebagai sirosis pascahepatik atau pascanekrotik.

3. Sirosis Empedu

Ketika aliran empedu mengalami obstruksi di dalam hati atau dalam

sistem empedu, menahan empedu yang rusak dan merusak sel hati

yang dekat dengan duktus empedu interlobular.

2.1.7 Komplikasi Sirosis Hepatis

Komplikasi sirosis hepatis menurut Made, Saskara and Suryadarma

(2020), yaitu:

1. Komplikasi pada wanita :

a. Hipertensi portal
19

b. Perdarahan

c. Asites

d. Ginekomastia (pembesaran payudara)

2. Komplikasi pada pria

a. Perubahan neurologis

b. Edema perifer

c. Anemia

d. Rendahnya sel darah putih

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang Sirosis Hepatis

Pemeriksaan Penunjang menurut Made, Saskara and Suryadarma( 2020)

1. Pemeriksaan laboratorium

a. Darah

Pada sirosis hati meliputi kadar Hb yang rendah (anemia), jumlah

sel darah putih menurun (leukopenia), dan trombositopenia.

Peningkatan enzim transaminase/SGOT dan SGPT serta gamma

GT akibat kebocoran dari sel-sel yang rusak.Pemeriksaan marker

serologi pertanda virus untuk menentukan penyebab sirosis hati

seperti HBsAg, HBeAg, HBV-DNA, HCV-RNA, dan sebagainya.

Pemeriksaan laboratorium bilirubin, transaminase dan gamma GT

tidak meningkat pada sirosis inaktif.

b. Albumin

Kadar albumin yang rendah merupakan cerminan kemampuan sel

hati yang kurang. Penurunan kadar albumin dan peningkatan kadar


20

globulin merupakan tanda kurangnya daya tahan hati dalam

menghadapi stress seperti tindakan operasi.

c. Pemeriksaan kadar elektrolit

Penting dalam penggunaan diuretik dan pembatasan garam dalam

diet. Dalam hal ensefalopati, kadar Na 500-1000, mempunyai nilai

diagnostik suatu kanker hati primer

2. Pemeriksaan fisik

Perkiraan besar hati, biasanya hati membesar pada awal sirosis, bila hati

mengecil artinya prognosis kurang baik. Besar hati normal selebar telapak

tangannya sendiri (7-10 cm).(Made, Saskara and Suryadarma, 2020)

2.1.9 Pencegahan Sirosis Hepatis

1. Membatasi Konsumsi Alkohol

Konsumsi alkohol berlebih bisa meningkatkan terjadinya

sirosis karena alkohol bisa memberatkan beban kerja hati dan merusak

fungsinya secara terus-menerus secara perlahan. Itu sebabnya bagi

kamu yang gemar konsumsi alkohol, dianjurkan untuk tidak konsumsi

secara berlebihan. Standar batas konsumsi alkohol untuk orang dewasa

adalah maksimal 20 gram alkohol per hari. Ukuran ini setara dengan

1.5 kaleng bir atau wine per hari.

2. Melindungi Diri dari Infeksi Virus Hepatitis

Infeksi virus hepatitis B dan C bisa menyebabkan sirosis. Itu

sebabnya kamu perlu melindungi diri dari hepatitis untuk mencegah

terjadinya sirosis, yaitu dengan tidak berganti-ganti pasangan dan


21

menggunakan kondom saat berhubungan seksual (safe sex), serta

melakukan vaksinasi untuk mencegah hepatitis B.

3. Menerapkan Pola Makan Sehat

Konsumsi makanan sehat bergizi seimbang, terutama sayuran

dan buah-buahan. Demi mencegah perlemakan hati yang bisa

menyebabkan kerusakan, kamu dianjurkan mengonsumsi makanan

yang rendah lemak untuk membantu menurunkan lemak berlebih

dalam tubuh.

4. Rutin Berolahraga

Berolahraga bukan hanya bisa menurunkan berat badan, tapi

juga menjaga berat badan tetap ideal agar terhindar dari risiko

kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas. Selain itu, olahraga

mencegah perlemakan hati yang merupakan faktor risiko sirosis. Pilih

olahraga yang kamu sukai dan lakukan secara rutin, setidaknya 15 - 30

menit tiap hari. (Munizzi, 2013)

2.1.10 Penatalaksanaan Sirosis Hepatis

Penatalaksanaan menurut (Muin et al., 2016) yaitu :

1. Istirahat yang cukup sampai terdapat perbaikan ikterus dan asites

2. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang misalnya cukup

kalori, cukup protein 1 gr/kgBB/hari dan vitamin.

3. Memperbaiki gizi bila perlu dengan pemberian asam amino esensial

berantai cabang dengan glukosa, vitamin B kompleks.


22

4. Diet rendah garam (200-500 mg perhari), kadang – kadang asites dan

edema telah dapat diatasi dengan diet rendah garam dan istirahat

yang cukup.

5. Membatasi jumlah pemasukan cairan selama 24 jam, hanya sampai 1

liter atau kurang.

6. Pengobatan diuretic berupa spironolakton 50-100 mg/hari (awal) dan

dapat ditingkatkan sampai 300 mg/hati bila setelah 3-4 hari tidak ada

perubahan.

7. Bila terjadi asites refrakter (asites yang tidak dapat dikendalikan

dengan terapi medikamentosa yang intensif), dilakukan terapi

parasintesis. Pada umumnya parasintesis aman apabila disertai

dengan infus albumin sebanyak 6-8 gr untuk setiap liter cairan asites.

Selain albumin, dapat digunakan dekstran 70%.

2.2 Konsep Dasar Lansia

2.2.1 Definisi Lansia

Usia lanjut didefinisikan sebagai penurunan,

kekurangan,ketidakberdayaan yang meluas terhadap berbagai penyakit

dan perubahan alami, hilangnya keserbagunaan dan kelancaran, serta

perubahan fisiologis yang berkaitan dengan usia (Rahman, 2016).

Tua adalah suatu kondisi yang digambarkan oleh ketidakmampuan

individu untuk menjaga keseimbangan kondisi tekanan fisiologis.

Kekecewaan ini terkait dengan penurunan kapasitas untuk hidup dan

peningkatan kesadaran individu, karena faktor-faktor tertentu yang lebih


23

tua tidak dapat memenuhi kebutuhan mendasar mereka baik secara nyata,

mendalam dan sosial (Rahman, 2016).

Seseorang dikatakan tua jika berusia 60 tahun atau lebih. Tua

adalah sekelompok usia pada orang yang telah memasuki fase terakhir dari

tahap kehidupan mereka. Perkumpulan yang tergolong Lansia ini akan

mengalami interaksi yang disebut Proses Penuaan (Manangkot &

Sukawana, 2016).

2.2.2 Klasifikasi Lansia

Usia lanjut juga dibedakan menjadi tiga batasan usia, yaitu tua

muda (70-75), tua (75-80) dan sangat tua (>80 tahun). Lansia

dikelompokkan menjadi usia dewasa muda (elderly adulthood), 18 atau

29-25 tahun, usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25-60 tahun

atau 65 tahun, lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun

yang dibagi lagi dengan 70-75 tahun (young old), 75-80 tahun (old), lebih

dari 80 (very old). (Manangkot & Sukawana, 2016)

2.2.3 Penyakit – Penyakit pada Lansia

Berdasarkan dari beberapa artikel yg telah dibaca oleh penulis

berikut ini adalah penyakit –penyakit yang sering terjadi pada lansia :

1. Hipertensi

2. Diabetes Mellitus

3. Malnutrisi

4. Kehilangan kemampuan untuk mendengar

5. Masalah kesehatan gigi


24

6. Katarak

7. Arthritis (radang sendi)

8. Osteoporosis

9. Infeksi saluran kencing

10. Sirosis hepatis

11. Inkontinensia urine

12. Penyakit Ginjal Kronis

13. Penyakit Jantung

14. Kolesterol tinggi

15. Stroke

16. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)

17. Pneumonia

18. Kanker

19. Penyakit Alzheimer dan demensia

Berdasarkan dari daftar nama penyakit diatas penyakit Sirosis Hepatis

tertera didaftar penyakit yang sering terjadi pada lansia. Hal ini dikarenakan

semakin meningkatnya usia semakin menurun pula fungsi organ tubuh. Penurunan

ini mengakibatkan fungsi organ tubuh tidak dapat bekerja secara maksimal serta

dapat mempengaruhi organ lain dan memicu komplikasi . Faktor yang

mempengaruhi banyaknya pasien yang terkena penyakit hepar pada usia lansia

yaitu dikarenakan keturunan (genetik) serta faktor zat-zat toksik seperti

obatobatan, alkohol dan gaya hidup tidak sehat yang meracuni hepar . Oleh karena

itu dibutuhkan upaya preventif dan promotif berupa deteksi dini faktor risiko

risiko Sirosis Hepatis serta pemberian pemahaman dan edukasi kepada


25

masyarakat tentang hal yang berkaitan dengan Sirosis Hepatis.(Robiyanto, Liana

and Purwanti, 2019)

2.3 Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian

Pada tahap ini merupakan kegiatan dalam menghimpun informasi (data-

data) dari Klien yang meliputi unsur bio-psiko-spiritual yang

komprehensif secara lengkap dan relevan untuk mengenal klien agar dapat

memberi arah kepada tindakan keperawatan. Pengkajian pada pasien

dengan sirosis hepatis menurut Mulyati, Yeti and Sukamrini (2013)

meliputi:

a. Identitas pasien

Sirosis hepatis sering dijumpai pada kaum laki-laki dibanding

perempuan dengan rata-rata umur terbanyak 30-49 tahun dengan

puncaknya sekitar 40-49 tahun

b. Keluhan utama

Nyeri abdomen kuadran atas, nafsu makan menurun, badan terasa

lemah, pembengkakan abdomen, dan sesak nafas.

c. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya pasien datang dengan mengeluh lemah/letih, otot lemah,

anoreksia (susah makan), nausea, kembung, pasien merasa perut tidak

enak, mengeluh perut semakin membesar, perdarahan pada gusi,

gangguan BAK (inkontinensia urin), gangguan BAB

(konstipasi/diare), juga sesak nafas.


26

d. Riwayat kesehatan dahulu

Pasien dengan sirosis hepatis memiliki riwayat penggunaan alkohol

dalam jangka waktu yang lama, sebelumnya ada riwayat hepatitis

kronis, riwayat gagal jantung, riwayat pemakaian obat-obatan, dan

merokok.

e. Pemeriksaan Fisik

1. Meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital (adanya

peningkatan tekanan darah pada pasien sirosis hepatis dengan

riwayat hipertensi) , Suhu, Nadi, RR , Antropometri (TB, BB

SMRS, BB Setelah MRS).

2. Pernafasan (B1 : Breath)

Meliputi pemeriksaan bentuk dada, pergerakan dada, ada tidak nya

penggunaan otot bantu nafas tambahan, irama nafas, pola nafas,

suara nafas, suara nafas tambahan, ada tidaknya sesak nafas, batuk,

sputum, sianosis.

3. Kardiovaskuler (B2 : Blood)

Meliputi pemeriksaan Ictus cordis teraba atau tidak, irama jantung

normal (lub-dup) atau tidak (ada suara tambahan (S3 dan S4), ada

tidaknya bunyi jantung tambahan, CRT (normalnya <2detik), akral

dingin atau hangat, oedem, hepatomegali, ada tidaknya perdarahan.

4. Persyarafan (B3 : Brain)

Meliputi pemeriksaan GCS (E : 4 , V : 5 , M : 6), Refleks

Fisiologis (Biceps, Triceps, Patella), Refleks patologis (kaku

kuduk, Bruzinski I, Bruzinski II, Kernig, 12 nervus kranial, ada


27

tidaknya nyeri kepala maupun paralisis, penciuman (meliputi :

bentuk hidung, septum, polip), wajah dan penglihatan ( mata,

pupil, refleks, konjuntiva anemis, tidak adanya gangguan, sclera

anikhterik), Pendengaran (telinga simetris, tidak ada kelainan,

kebersihan telinga, tidak adanya penggunaan alat bantu), Lidah

(kebersihan lidah, uvula simetris dan tidak ada radang, palatum

tidak pucat, tidak ada kesulitan menelan, tidak ada gangguan

bahasa).

5. Perkemihan (B4 : Blader)

Meliputi pemeriksaan kebersihan genitalia, ekskresi, tidak ada

distensi kandung kemih, tidak ada nyeri tekan, frekuensi eliminasi

urin SMRS dan setelah MRS, jumlah, warna, dan tidak ada

penggunaan kateter urine pada pasien.

6. Pencernaan (B5 : Bowel)

Meliputi pemeriksaan mulut pasien bersih atau tidak, membrane

mukosa kering, gigi tanggal semua, faring tidak ada radang, Diit

SMRS dan setelah MRS, terpasang NGT, porsi makan, frekuensi

minum dan frekuensi makan, pemeriksaan abdomen (meliputi :

bentuk perut, kelainan abdomen, hepar, lien, nyeri abdomen),

pemeriksaan Rectum dan anus (tidak ada hemoroid), Eliminasi

BAB SMRS dan setelah MRS, frekuensi, warna dan konsistensi.


28

7. Muskuluskeletal dan integument (B6 : Bone)

Meliputi pemeriksaan rambut dan kulit kepala, tidak ada scabies,

warna kulit pucat, kebersihan kuku, turgor kulit menurun, ROM,

kekuatan otot, Deformitas tidak ada, fraktur tidak ada.

8. Endokrin

Meliputi pemeriksaan tidak ada pembesaran KGB, mengalami

hiperglikemi, tidak mengalami hipoglikemi, tidak menderita

diabetes mellitus.

9..Kemampuan perawatan diri

Meliputi kemampuan mandi, berpakaian, toileting/eliminasi,

mobilitas di tempat tidur, alat bantu, kemampuan berjalan, naik

tangga, berbelanja, berpindah.

f. Analisa Data

Dari hasil pengkajian kemudian data tersebut dikelompokkan lalu

dianalisa sehingga dapat ditarik kesimpulan masalah yang timbul dan

untuk selanjutnya dapat dirumuskan diagnosa keperawatan.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan keterbatasan ekspansi

dada karena asites (SDKI D.0005 Hal 26)

2. Nyeri akut berhubungan dengan gejala penyakit (SDKI D.0077 Hal

172)

3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

penurunan konsentrasi hemoglobin (SDKI D.0015 Hal 48)


29

4. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi,

kelebihan asupan cairan, kelebihan asupan natrium, tekanan osmotik

menurun (SDKI D.0022 Hal 62)

5. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi

nutrient, intake yang tidak adekuat (anoreksia,vomiting, nausea)

(SDKI D.0019 Hal 56)

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas,

ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen

(SDKI D.0056 Hal 128)

7. Gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan imobilitas

fisik, pruritus (SDKI D.0129 Hal 282)

2.3.3 Perencanaan keperawatan

Intervensi Keperawatan pada Sirosis Hepatis menurut (Tim Pokja SIKI

DPP PPNI, 2018)

1. Diagnosis Keperawatan 1

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan keterbatasan ekspansi

dada karena asites (SDKI D.0005 Hal 26)

1. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit

diharapkan pola nafas kembali efektif

2. Kriteria hasil: pasien tidak tampak sesak, tidak ada pernafasan

cuping hidung,
30

tidak ada retraksi dada, frekuensi nafas dalam batas normal (16-20

x/menit)

3. Intervensi:

a. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)

Rasional: Untuk mendeteksi tanda awal terjadi gangguan pada

sistem pernafasan.

b. Posisikan pasien semi fowler

Rasional: Untuk meningkatkan ekspansi paru

c. Lakukan fisioterapi dada

Rasional: Untuk memperlancar napas

d. Ajarkan teknik batuk efektif

Rasional: Untuk mengurangi sesak

e. Kolaborasi pemberian terapi oksigen sesuai kebutuhan pasien

Rasional: Untuk menurunkan distress pernafasan yang

disebabkan oleh hipoksemia.

2. Diagnosis Keperawatan 2

Nyeri akut berhubungan dengan gejala penyakit (SDKI D.0077 Hal

172)

1. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24

jam diharapkan nyeri dapat berkurang

2. Kriteria hasil: nyeri hilang, tanda-tanda vital dalam batas

normal (TD= 120/80 mmHg, N= 60-100 x/menit, RR= 16-20

x/menit, S= 36-36,5ºC)

3. Intervensi:
31

1) Observasi tanda-tanda vital

Rasional: Untuk memantau keadaan pasien

2) Kaji skala nyeri

Rasional: Untuk mengetahui skala nyeri yang dirasakan

oleh pasien

3) Ajarkan teknik distraksi maupun relaksasi

Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri yang dialami secara

non farmakologis.

4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgesik.

Rasional: Untuk menangani nyeri secara farmakologis

3. Diagnosis Keperawatan 3

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

penurunan konsentrasi hemoglobin (SDKI D.0015 Hal 48)

1. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24

jam diharapkan perfusi jaringan perifer efektif

2. Kriteria hasil: pasien tidak lemah, konjungtiva merah muda,

tekanan darah normal (120/80 mmHg)

3. Intervensi:

1) Kaji dan catat keluhan pasien seperti pusing, sulit tidur

Rasional: Untuk mengetahui keluhan pasien

2) Observasi tanda-tanda vital

Rasional: Untuk mengidentifikasi adanya perubahan tanda-

tanda vital

3) Lakukan cek laboratorium (darah lengkap)


32

Rasional: Untuk mengetahui perubahan hasil setelah

dilakukan tindakan

4) Beri informasi tentang diet bagi penderita anemia

Rasional: Agar pasien dan keluarga mengetahui diet yang

tepat untuk penderita anemia

5) Kolaborasi pemberian tranfusi darah jika kadar hemoglobin

menurun

Rasional: Untuk meningkatkan kadar hemoglobin pasien.

4. Diagnosis Keperawatan 4

Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi,

kelebihan asupan cairan, kelebihan asupan natrium, tekanan

osmotik menurun (SDKI D.0022 Hal 62)

1. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8

jam diharapkan dapat mengurangi retensi cairan dalam area

ekstravaskuler

2. Kriteria hasil: pitting edema berkurang, intake dan output

seimbang, tanda-tanda vital dalam batas normal (TD= 120/80

mmHg, N= 60-100 x/menit, RR= 16-20 x/menit, S= 36-36,5ºC)

3. Intervensi:

1) Kaji pitting edema

Rasional: Untuk mengetahui adanya tanda kelebihan cairan

2) Kaji asites pasien dengan cara mengukur lingkar abdomen

pasien

Rasional: Untuk mengetahui adanya tanda kelebihan cairan


33

3) Kaji intake dan output pasien/24 jam (misalnya setiap jam 6

pagi)

Rasional: Untuk mengetahui keseimbangan masukan dan

haluaran

4) Observasi tanda-tanda vital

Rasional: Untuk mengetahui tanda awal komplikasi akibat

kelebihan volume cairan

5) Kolaborasi pemberian terapi diuretik (misalnya furosemide)

Rasional: Membantu pengeluaran garam dan air dalam

tubuh.

5. Diagnosis Keperawatan 5

Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan

mengabsorbsi nutrient, intake yang tidak adekuat (anoreksia,

vomiting, nausea) (SDKI D.0019 Hal 56)

1. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8

jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi

2. Kriteria hasil: pasien tidak tampak lemah, tidak ada penurunan

berat badan, konjungtiva merah muda, dan mukosa bibir

lembab

3. Intervensi:

1) Observasi dan catat asupan nutrisi (cair dan padat)


34

Rasional: Untuk mengetahui zat gizi dan suplemen yang

dikonsumsi pasien

2) Tentukan makan yang disukai pasien

Rasional: Untuk meningkatkan nafsu makan pasien

3) Beri makanan sedikit tapi sering

Rasional: Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien

4) Beri makanan yang hangat

Rasional: Untuk meningkatkan nafsu makan pasien

5) Kolaborasi pemberian makanan tinggi kalori dan tinggi

protein

Rasional: Untuk memenuhi asupan kalori dan protein

6. Diagnosis Keperawatan 6

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas,

ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen

(SDKI D.0056 Hal 128)

1. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8

jam diharapkan dapat meningkatkan toleransi aktivitas

2. Kriteria hasil: pasien bebas dari kelemahan, mampu melakukan

aktivitas secara mandiri, tanda-tanda vital dalam batas normal

(TD= 120/80 mmHg, N= 60-100 x/menit, RR= 16-20 x/menit,

S= 36-36,5ºC)

3. Intervensi:
35

1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi aktivitas kemampuan

Rasional: Untuk mengetahui kemampuan pasien

2) Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti

kursi roda (sesuai kebutuhan pasien)

Rasional: Mengetahui kondisi pasien saat ini

3) Pantau respon pasien terhadap setiap aktivitas

Rasional: Untuk mengetahui respon tubuh pasien

4) Observasi tanda-tanda vital

Rasional: Untuk menilai respon tubuh pasien.

7. Diagnosis Keperawatan 7

Gangguan Integritas kulit/Jaringan berhubungan dengan imobilitas

fisik, pruritus (SDKI D.0129 Hal 282)

1. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8

jam diharapkan dapat mengurangi kerusakan kulit atau

dekubitus

2. Kriteria hasil: mempertahankan integritas kulit, tidak ada luka

ataupun dekubitus, suhu tubuh pasien dalam batas normal (36-

36,5ºC)

3. Intervensi:

1) Batasi natrium seperti yang diresepkan

Rasional: Meminimalkan pembentukan edema

2) Berikan perhatian dan cermat pada kulit


36

Rasional: Jaringan dan kulit yang edema mengganggu

suplai nutrient dan sangat rentan terhadap tekanan serta

trauma

3) Ubah posisi pasien setiap 2 jam sekali

Rasional: Meminimalkan adanya decubitus dan untuk

meningkatkan mobilisasi.

4) Tinggikan posisi ekstremitas bawah

Rasional: Meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan

edema pada ekstremitas bawah.

2.3.4 Pelaksanaan Keperawatan

Dalam Buku Stikes Hang Tuah (2022) Implementasi Keperawatan adalah

tindakan yang diberikan kepada pasien sesuai dengan Intervensi

keperawatan yang telah dibuat tergantung dari situasi dan kondisi pasien

pada saat itu. Tujuan dari implementasi adalah:

1. Melakukan, membantu/ mengarahkan kinerja aktifitas kehidupan

sehari hari.

2. Memberikan arahan keperawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat

pada pasien.

3. Mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan

perawatan kesehatan yang berkelanjutan dari pasien.

2.3.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan dengan cara

menilai sejauh mana tujuan dari intervemsi keperawatan yang tercapai atau
37

tidak tercapai. Dalam mengevaluasi, perawat harus memiliki pengetahuan

dan kemampuan untuk memahami respon terhadap intervensi

keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan

yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan

keperawatan pada kriteria hasil ( Siswanto, Hariyati, & Sukihananto,

2013).

Tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu evaluasi proses

dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dilakukan selama proses keperawatan

berlangsung atau menilai respons pasien, sedangkan evaluasi hasil

dilakukan atas target tujuan yang diharapkan ( Siswanto, Hariyati, &

Sukihananto, 2013)
38

2.4 Kerangka Masalah

Multi factor
SirosisHati
penyebab:
- Malnutrisi
- Kolestasis kronik
- Toksik/infeksi
- Metabolic: DM Kelainan jaringan Fungsi hati Inflamasi Nyeri
parenkim hati terganggu akut
- Alkohol
- Hepatitis Virus B
Ggn. Ggn. Ggn.
&C Kronis Metabolisme Metabolisme Metabolisme
bilirubin protein zat besi

Hipertensi portal Ansietas Ggn.


Bilirubin tidak Asam Asamfolat
terkonjugasi amino
Feses pucat,
Varises esofagus urin gelap relative
(albumin, Penurunan
Ikterik
globulin) Produksi
Perdarahan sel darah
gastrointestinal: Peningkatan tekanan Penumpukan Ggn. merah/ane
hematemesis hidrostatik, peningkatan garam, Sintesis mia
melena permeabilitas vaskuler empedu vit. K
dibawah kulit Kelemahan
Hipokalemia, Filtrasi keruang ketiga
anemia Faktor
Pruritus pembekuan Intoleransi
Asites dan darah aktivitas
Alkalosis
edema perifer terganggu
Gangguan
Metabolik integritas
ensefalopati kulit Resiko
Hipervolemi perdarahan
a
Koma
Ekspansi paru
terganggu
Kematian

Ketidakefektifan
perfusi jaringan Pola nafas tidak
perifer efektif

Sumber: SDKI (2016)


Gambar 2.3 Kerangka Masalah Sirosis Hepatis
BAB 3

TINJAUAN KASUS

Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan

keperawatan dengan sirosis hepatis, maka penulis menyajikan suatu kasus yang

penulis amati mulai tanggal 17 Januari 2022 sampai dengan 19 Januari 2022,

dengan data pengkajian pada tanggal 17 Januari 2022 jam 08.00 WIB. Anamnesa

diperoleh dari pasien dan file No. Register 00-00-68-xx sebagai berikut :

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas

Pasien adalah seorang Perempuan bernama Ny. R usia 84 tahun beragama

islam, bahasa yang sering digunakan adalah bahasa Indonesia. Pasien

adalah ibu rumah tangga. Pasien tinggal di Tambak Dalam Surabaya.

Pendidikan terakhir SD. Pasien mempunyai anak 2 yang pertama jenis

kelamin perempuan dan yang kedua jenis kelamin laki-laki.

3.1.2 Keluhan Utama

Pasien mengatakan nyeri abdomen bagian kanan

3.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang

Keluarga pasien mengatakan pada tanggal 04 januari 2022 pasien jatuh

dari kamar mandi setelah itu keluarga pasien membawa pasien untuk pijat,

3 hari kemudian pada tanggal 07 Januari 2022 pasien mengeluh perutnya

kembung dan bertambah besar disertai dengan nyeri saat beraktifitas

39
40

maupun tidak beraktifitas, nyeri di bagian perut di bagian abdomen kanan

secara terus menerus, nyeri terasa seperti diremas remas dengan skala

nyeri 6. Pasien sering meringis saat nyeri selain itu pasien juga mengeluh

mual seperti ingin muntah dan sering bersendawa, susah kentut, belum

BAB selama 10 hari,saat pasien ingin BAB pengeluaran feses lama dan

sulit saat BAB disertai dengan mengejan. Keluarga pasien juga

mengatakan saat makan hanya 1-2 suap saja dan tida suka makan buah

dan sayur, kemudian selang 3 hari pada tanggal 10 januari 2022 keluarga

pasien membawa pasien ke IGD RS PKU Muhammadiyah untuk

dilakukan pemeriksaan setelah itu RS PKU Muhammadiyah merujuk

pasien ke IGD RSPAL Dr. Ramelan Surabaya setelah dilakukan

pemeriksaan dan didapatkan pasien terdiagnosa sirosis hepatis kemudian

pasien dirawat inap di ruang E2, selama pasien dirawat di ruang E2 pasien

masih sulit BAB, BAB keluar sedikit, sudah mendapat terapi lactulax

sirup 3x1 setengah ½ sendok makan sebelum makan,pasien terpasang

NGT, diit susu hepatosol 6x100 cc dan jus buah 1x sehari

3.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan tidak pernah melakukan operasi sebelumnya dan

tidak ada riwayat penyakit hipertensi dan diabetes

3.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga pasien mengatakan bahwa tidak ada riwayat penyakit

turunan pada keluarganya seperti hipertensi dan diabetes.


41

3.1.6 Genogram

84 th

Gambar 3.1 Genogram Ny. R dengan Sirosis Hepatis di Ruang E2

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Hubungan Keluarga

: Tinggal Serumah

: Meninggal

: Pasien

3.1.7 Riwayat Alergi

Pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi makanan dan obat.

3.1.8 Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, observasi tanda-

tanda vital tekanan darah 128/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 36,3oC,

respiratori rate 20x/menit, antropometri pasien didapatkan data tinggi

badan 155 cm, berat badan sebelum sakit 54 kg, berat badan setelah sakit

58 kg.
42

1. Pernafasan (Breath)

Pada pemeriksaan inspeksi didapatkan bentuk dada normochest,

pergerakan dada simetris, tidak terdapat otot bantu nafas tambahan,irama

nafas pasien regular, pola nafas spontan, pasien tidak sesak nafas, pasien

tidak batuk, dan tidak ada sputum. Pada pemeriksaan palpasi tidak ada

nyeri tekan pada dada dan pada pemeriksaan perkusi terdapat terdapat

suara sonor. Pada pemeriksaan auskultasi tidak ada suara nafas tambahan,

respiratory rate 20x/menit.

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

2. Kardiovaskuler (Blood)

Pada pemeriksaan inspeksi tidak terdapat sianosis, konjungtiva

tidak anemis, CRT <2 detik, tidak ada nyeri dada, nadi 88x/menit, akral

teraba hangat kering merah, dan tidak ada pembesaran kelenjar getah

bening. Pada perkusi suara peka, dan pada pemeriksaan auskultasi irama

jantung reguler, bunyi jantung S1S2 tunggal, tidak ada bunyi jantung

tambahan seperti murmur atau gallop.

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

3. Persarafan (Brain)

Kesadaran composmentis, GCS 456, mata membuka dengan

spontan (4), verbal orientasi baik (5), motorik menurut perintah (6), total

15 pasien sadar baik. Refleks fisiologis: biceps +/+, triceps +/+, patella

+/+, refleks patologis: babinsky -/-, burdzinsky -/-. Pada pemeriksaan

nervus kranial I: pasien mampu mengenali bau, nervus kranial II: pasien

dapat membaca nama papan perawat, nervus kranial III: pasien mampu
43

membuka kelopak mata, nervus kranial IV: pasien mampu menggerakkan

bola mata ke atas dan ke bawah, nervus kranial V: pasien mampu

mengunyah dengan baik, nervus kranial VI: pasien mampu menggerakkan

mata ke arah lateral, nervus kranial VII: pasien mampu tersenyum

simetris, nervus kranial VIII: pasien dapat mendengar dengan baik, nervus

kranial IX: pasien tidak mengalami kesulitan menelan, nervus kranial X:

pasien mampu menelan dengan baik dan tidak kesulitan untuk membuka

mulut, nervus kranial XI: pasien mampu menahan tahanan pada kedua

pundaknya, nervus kranial XII: pasien mampu menjulurkan lidahnya

dengan simetris.

Pada pemeriksaan inspeksi kepala tidak ditemukan benjolan,

rambut berwarna hitam, tidak mengeluh nyeri kepala, dan tidak ada

paralisis. Bentuk hidung simetris, septum ditengah dan tidak ada polip,

tidak ada kelainan. Mata simetris, pupil isokor, tidak ada kelainan, reflek

cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, lapang pandang

pasien normal. Pada pendengaran baik, dan tidak ada gangguan, lidah

tampak bersih, uvula di tengah, tidak ada kesulitan menelan, dan pasien

berbicara dengan normal.

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

4. Perkemihan (Bladder)

Organ genetalia tampak bersih. Pada pemeriksaan palpasi tidak

terdapat distensi urin pada kandung kemih, tidak ada nyeri tekan.

Eliminasi urin SMRS frekuensi 8-10x/hari, jumlah ± 2000cc/24 jam,

warna kuning jernih, eliminasi urin MRS frekuensi 6-8x/hari, jumlah ±


44

1600cc/24 jam, warna kuning jernih, pasien buang air kecil ke kamar

mandi di bantu dengan menggunakan pampers.

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

5. Pencernaan (Bowel)

Pada inspeksi mulut pasien bersih, membran mukosa lembab,

tidak terdapat gigi palsu, makan yang dikonsumsi SMRS yaitu nasi, lauk

dan 1x sehari ½ habis porsi makan, sedangkan di RS pasien hanya

mengkonsumsi susu 6x100 cc dan jus buah 1x sehari . Pasien merasa

mual dan ingin muntah, pasien terpasang NGT. Bentuk perut simetri, dan

membesar , terdapat nyeri tekan abdomen bagian kanan, peristaltic

6x/menit, tidak ada pembesaran limpa, rectum normal tidak ada hemoroid.

Eliminasi alvi SMRS frekuensi 10x sehari, dengan konsistensi

cair, berwarna kuning kecoklatan dan berbau khas, sedangkan eliminasi

alvi MRS frekuensi tidak bisa BAB selama 5 hari, konsistensi keras,

berwarna tidak ada, pasien tidak menggunakan colostomy.

Masalah keperawatan: Nausea, konstipasi,nyeri akut

6. Musculoskeletal & Integumen (Bone)

Rambut pasien hitam, kulit kepala bersih tidak ada benjolan dan

lesi, warna kulit sawo matang, tidak icteric, kuku bersih, turgor kulit

elastic, kemampuan gerak sendi bebas.

Kekuatan otot 5555 5555 tidak ada kelainan tulang dan jaringan

5555 5555

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan


45

7. Endokrin

Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada hiperglikemia,

tidak ada hipoglikemia.

Masalah keperawatan:Tidak ada masalah keperawatan

8. Seksual-Reproduksi

Menstruasi terakhir 30 tahunan yang lalu tidak ada masalah

selama menstruasi, pasien tidak melakukan pemeriksaan payudara sendiri,

tidak ada masalah seksual.

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

9. Kemampuan Perawatan Diri

Tabel 3.1 Perawatan Diri


SMRS MRS
Mandi 1 3
Berpakaian/dandan 1 3
Toileting/eliminasi 1 3
Mobilitas di tempat tidur 1 3
Berpindah 1 3
Berjalan 1 3
Naik tangga 1 3
Berbelanja 1 2
Memasak 1 2
Pemeliharaan rumah 1 2
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

10. Personal Hygiene

Pasien selama MRS mandi 1x sehari dengan diseka, selama MRS

belum pernah keramas, ganti pakaian 2x sehari, menyikat gigi 1x sehari

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

11. Istirahat-Tidur

Selama pasien MRS tidak ada masalah dengan pola tidurnya,

untuk tidur malam pukul 21.00 sampai 02.00, untuk tidur siang pukul
46

12.00 sampai 14.00, jumlah pola tidur pasien 7 jam. Kebiasaan sebelum

tidur yaitu mendengarkan musik.

Masalahkeperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

12. Kognitif perceptual-Psiko-Sosio-Spiritual

a. Persepsi terhadap sehat sakit

Pasien menyadari bahwa penyakitnya ini adalah ujian dari

Allah, pasien selalu berdoa dan akan berusaha mematuhi setiap

pengobatan agar lekas sembuh. Pasien mengatakan bahwa

kesehatan itu benar-benar sangat berharga.

b. Konsep diri

Harga diri pasien semakin bertambah karena keluarga selalu

member dukungan dan motivasi, pasien ingin cepat pulang dan

berkumpul dengan keluarga, pasien mengatakan menyadari

identitasnya sebagai seorang istri. Kemampuan bicara pasien

normal, bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa

Indonesia, aktivitas sehari-hari sebelum MRS bekerja dan

menonton televise, sebelum MRS sebulan sekali pasien jalan-

jalan dengan keluarga, untuk olahraga sebelum MRS pasien

tidak pernah melakukan olahraga, sistem pendukung pasien

dari keluarga dan anak-anak, selama di rumah sakit pasien

tetap berdoa supaya cepat sembuh.

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan


47

3.1.9 Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

Lab tanggal 17 Januari 2022

Tabel 3.2 Daftar Laboratorium

Jenis Pemeriksaan Hasil (Satuan ) Nilai normal (satuan )


Hemoglobin 13,3 12,8-15,6 g/dl
Leukosit 8,72 4.500-13.500/mm 3
Hematokrit 38,8 33-45 %
Trombosit 272,00 150.000-440.000
Kalium 3,11 3,6-5,0 mmol/L
Natrium 128,9 136-145 mmol/L
Klorida 122 96-106 mmol/L
Albumin 3,62 3,8-5,4 g/dl
Kreatinin 0,57 0,6-1,5 mg/dL
BUN 25 10-24 mg/dl
SGOT 27 0-35 U/L
SGPT 14 0-37 U/L
Bilirubin total 0,99 0,10-1.00 mg/dL
Bilirubin Direk 0,57 0,00-0,20 mg/dL
Total Protein 6,69 6.0-8.0 g/dL
Alkali Fostafase 73,9 30-120 U/L

2. Photo Radiologi

USG : Abdomen

Tanggal pemeriksaan : 12 Januari 2022

Kesimpulan : Meteorismus

RONTGEN : Thorax

Tanggal pemeriksaan : 10 Januari 2022

Kesimpulan : Corprominent
48

3.1.10 Terapi Obat

Pada tanggal 17 – 19 Januari 2022

Tabel 3.3 Daftar Obat

TERAPI DOSIS CARA INDIKASI


OBAT PEMBERIAN
Inpepsa 3x1 Sirup Pengpbatan pada tukak
500 mg/5ml lambung dan usus
Omeprazole 1x1 ml/gram Oral Mengobati gangguan
lambung
Domperidone 3x1 Oral Meredakan rasa mual
10 mg
Ondancentron 2x1 Oral Meredakan rasa muntah
4 ml/gram
Spironolacton 1x1 Oral Untuk menurunkan
100 mg tekanan darah
Furosemid 1-0-0 IV Mengeluarkan cairan
melalui urine
Curcuma sirup 3x1 Oral Menambah nafsu
Makan
Clinoleic 20% 250/ml Infus Untuk nutrisi parental
Lactulax sirup 200 ml Oral Untuk mengatasi
konstipasi
Urdafalk 250 mg Oral Untuk menghancurkan
batu empedu

Tindakan lain: Tidak ada tindakan lain

Surabaya, 17 Januari 2022

(Bima Bintara Putra)


49

3.2 Analisa Data

Tabel 3.4 Analisa Data

NO. DATA PENYEBAB MASALAH

1. Ds: Agen pencedera Nyeri Akut


Pasien mengatakan nyeri abdomen fisiologi
sebelah kanan. (inflamasi)
- P:Nyeri saat beraktivitas maupun
tidak beraktivitas
- Q: Seperti di remas remas
- R: Abdomen bagian kanan atas
- S: Skala 6 ( dari 1-10 )
- T: Nyeri terasa hilang timbul

Do:
- TTV :
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,3 oC
- Pasien tampak meringis
- Kesadaran compos mentis
- Ada distensi abdomen
- Bentuk perut membesar
- Pasien terpasang NGT

2. Ds: Faktor Sistem Nausea


- Pasien mengeluh mual. Pencernaan
- Pasien mengatakan merasa ingin
muntah

Do:
- TTV :
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,3 oC
- Pasien tampak pucat
- Terdapat distensi abdomen
- Bentuk perut membesar
- Pasien terpasang NGT
50

3. Ds: Ketidakcukupan Konstipasi


- Pasien mengatakan tidak bisa BAB asupan serat
selama 10 hari
- Pasien mengatakan saat ingin BAB
pengeluaran fesesnya lama dan sulit
- Mengejan saat defekasi

Do:
- Perut kembung
- Peristaltik usus menurun 6x/menit
- Terdapat distensi abdomen
51

3.3 Prioritas Masalah

Tabel 3.5 Prioritas Masalah

Tanggal
No. Diagnosa Keperawatan Nama perawat
Ditemukan Teratasi

1. Nyeri akut berhubungan


dengan agen pencedera 17 Teratasi
fisiologis (inflamasi). sebagian 19 Bima
Januari 2022 Januari 2022
(SDKI,D.0077 Hal 172)

2. Belum
Nausea berhubungan
17 Teratasi
dengan Faktor Sistem
19 Januari Bima
Januari 2022
(SDKI,D.0076 Hal 170 ) 2022

Konstipasi berhubungan
3. dengan ketidakcukupan 17 Teratasi
asupan serat Sebagian 19 Bima
Januari 2022 Januari 2022
(SDKI, D.0049 Hal 113 )
52

3.4 Rencana Keperawatan

Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017), (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019), (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)

Tabel 3.6 Rencana Keperawatan

No. DIAGNOSIS TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


NO KEPERAWATAN HASIL
1. Nyeri akut Luaran Utama : Intervensi Utama : 1. Mengetahui tingkat
berhubungan dengan Tingkat Nyeri Manajemen nyeri nyeri.
agen pencedera (SLKI L.08066 Hal145) ( SIKI, I.08238, Hal 201 ) 2. Agar dapat
fisiologis (inflamasi) Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi, memberikan teknik
(SDKI D.0077 keperawatan selama 3x24 karakteristik, durasi, relaksasi pada pasien
Hal 172 ) jam diharapkan nyeri frekuensi. 3. Untuk mengurangi rasa
berkurang dengan kriteria 2. Berikan teknik nyeri
hasil: nonfarmakologi (terapi musik, 4. Agar pasien paham
1. Skala nyeri berkurang. tarik nafas dalam). untuk mengurangi rasa
2. Pasien dapat tidur dengan 3. Fasiltasi istirahat dan tidur. nyeri
nyenyak. 4. Jelaskan strategi meredakan 5. Untuk mengurangi rasa
3. Pasien tidak meringis nyeri. myeri pada pasien
kesakitan. 5. Kolaborasi pemberian analetik
53

4. Skala nyeri 0
2. Nausea berhubungan Luaran Utama : Intervensi utama : 1. Untuk mengetahui
dengan Faktor sistem Tingkat Nausea Manajemen Mual respon non verbal pada
pencernaan (SLKI, L.08065, Hal. 144 ) (SIKI, 1.03117, Hal. 197) pasien terhadap mual
(SDKI D.0076 Setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi isyarat nonverbal muntah yang dialami
Hal 170 ) keperawatan selama 3 x 24 ketidaknyamanan pasien.
jam, maka diharapkan 2. Identifikasi dampak mual 2. Agar dapat mengetahui
perasaan tidak nyaman terhadap kualitas hidup pengaruh mual
menurun dengan kriteria 3. Identifikasi penyebab mual terhadap keseharian
hasil : 4. Monitor mual (mis. pasien
1. Keluhan mual menurun Frekuensi,durasi dan tingkat 3. Agar dapat mengetahui
2. Perasaan ingin muntah keparahan ) penyebab utama mual
menurun. 5. Kurangi atau hilangkan yang dirasakan pasien
3. Perasaan asam dimulut keadaan penyebab nual ( misal 4. Agar dapat mengetahui
menurun kecemasan,ketakutan dan perkembangan mual
4. Pucat membaik kelelahan ) yang dirasakan pasien
6. Anjurkan istirahat dan tidur 5. Agar dapat
yang cukup menurunkan tingkat
7. Kolaborasi pemberian mual yang dialami
54

8. antimietic pasien.
6. Agar dapat
memfasilitasi istirahat
pada pasien.
7. Agar dapat mengatasi
mual muntah pada
pasien.

3. Konstipasi Luaran Utama : Intervensi Utama : 1. Untuk mengetahui


berhubungan dengan Eliminasi Fekal Manajemen Konstipasi (SIKI penyebab konstipasi
ketidakcukupan asupan (SLKI L.04033, Hal 23 ) I.04155 Hal 193) 2. Untuk mengetahui
serat Setelah dilakukan tindakan 1. Periksa tanda dan gejala gerak peristaltic usus
(SDKI D.0049 keperawatan selama 3x24 konstipasi 3. Agar dapat memonitor
Hal 113) jam diharapkan pasien bisa 2. .Periksa peristaltic usus feses pasien
BAB lancar dengan baik 3. Periksa karakteristik feses 4. Agar memperlancar
dengan kriteria hasil : 4. Anjurkan diet tinggi serat BAB pasien
1. Keluhan defekasi menurun 5. Kolaborasi penggunaan obat 5. Untuk membantu
2. Mengejan saat defekasi pencahar pasien agar BAB lancar
menurun
55

3.Distensi abdomen menurun


4.Konsistensi feses membaik
5. Peristaltik usus membaik
(5-34 x/menit )
56

3.5 Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan

Tabel 3.7 Tindakan dan Evaluasi Keperawatan


WAKTU WAKTU CATATAN
NO.DX (tgl & jam) TINDAKAN TT (tgl&jam) PERKEMBANGAN TT
(SOAP)

1 Senin Senin Dx 1 Bima


17 Januari 17 Januari S : Pasien mengatakan
2022 2022 nyeri abdomen
14.00 bagian kanan.
08.00 Mengidentifikasi nyeri - P= Nyeri saat
lokasi,skala,durasi,frekuensi,dan
Bima beraktifitas
intensitas nyeri maupun tidak
- Lokasi nyeri berada di - Q= Seperti di
abdomen bagian kanan remas remas
terasa seperti di remas remas - R= Abdomen
- Nyeri hilang timbul dengan bagian kanan
skala nyeri 6 (dari 1-10) - S=6(dari 1-10)
- T= Hilang timbul
08.15 Mengatur posisi nyaman semi- O:
fowler. Bima - TTV
TD= 130/80 mmHg
09.00 Menjelaskan strategi untuk N= 86 x/menit
meredakan nyeri ( Teknik Bima S= 36,2 derajat
relaksasi pernafasan ) Celcius
- Tampak meringis
57

1 10.30 Memberikan hasil kolaborasi Bima - Pasien tampak


obat oral analgetic memegangi area
( Inpepsa 3x1 500mg/5ml dan yang sakit
salofalk 250 mg 2 tab) A:
Masalah belum teratasi
12.00 Mengobservasi TTV :
Bima P:
TD= 130/80 mmHg Intervensi dilanjutkan
N= 86 x/menit
S= 36,2 derajat celcius
Dx 2
14.00 Melaksanakan timbang terima Bima S: Bima
dengan perawat jaga shift siang Pasien mengatakan
masih merasa mual.
17.00 Memberikan terapi oral salofalk Rahma O:
2 tab - TTV
TD= 130/80 mmHg
18.00 Mengobservasi TTV Rahma N= 86 x/menit
TD= 135/85 mmHg S= 36,2 derajat
N= 84 x/menit Celsius
S= 36,5 derajat celcius - Pasien masih
mengeluh mual
19.00 Meriview tehnik relaksasi - Pasien mengeluh
kepada pasien Rahma ingin muntah
- Pasien sedikit tampak
21.00 Melaksanakan timbang terima Rahma pucat
dengan perawat jaga shift malam
A:
22.00 Menganjurkan pasien untuk Anis Masalah belum teratasi
58

1 istirahat P:
01.30 Mengobservasi pasien pasien Intervensi dilanjutkan
tampak istirahat Anis

04.00 Mengingatkan pasien untuk


Anis Dx 3 Bima
beribadah dan berdoa S :
Pasien mengatakan
05.00 Mengobservasi TTV Anis belum bisa BAB
TD= 133/80 mmHg O :
N= 80 x/menit - TTV
S= 36,5 derajat celcius TD= 130/80 mmHg
N= 86 x/menit
06.00 Memberi terapi oral salofalk 250 Anis S= 36,2 derajat
mg 2 tab Celsius
- Peristaltik usus
06.30 Mengobservasi keluhan pasien Anis 6x/menit
- Perut kembung
07.00 Melaksanakan timbang terima Celsius
dengan perawat jaga shift pagi Anis A :
Masalah belum teratasi
P :
Intervensi dilanjutkan
59

2 Senin Senin Dx 1 Rahma


17 Januari 17 Januari S:
2022 2022 Pasien mengatakan nyeri
21.00 abdomen bagian kanan.
09.00 Mengidentifikasi penyebab mual - P= Nyeri saat
(Mual karena perut kembung ) beraktifitas
Bima maupun tidak
09.30 Memberikan terapi untuk - Q= Seperti di
mengurangi mual ( mengatur remas remas
posisi tidur pasien dan melatih Bima - R= Abdomen
pernafasan ) bagian kanan
- S= 6 ( dari 1-
10.30 Memberikan terapi oral Bima 10)
domperidone 1 tab - T= Hilang timbul
O:
12.00 Mengobservasi TTV : - TTV
TD= 130/80 mmHg Bima TD= 135/85 mmHg
N= 86 x/menit N= 84 x/menit
S= 36,2 derajat celcius S= 36,5 derajat
Celsius
14.00 Melaksanakan timbang terima Bima - Tampak meringis
dengan perawat jaga shift siang - Pasien tampak
- Memegangi area
15.45 Mengobservasi keluhan pasien Rahma yang sakit
A:
17.00 Memberikan terapi oral Masalah belum teratasi
domperidone 1 tab dan Rahma P:
ondancentron 4 mg Intervensi dilanjutkan
60

2
18.00 Mengobservasi TTV : Dx 2
TD= 135/85 mmHg Rahma S : pasien mengatakan Rahma
N= 84 x/menit masih merasa mual.
S= 36,5 derajat celcius O:
- TTV
19.30 Mengobservasi keluhan mual Rahma TD= 135/85 mmHg
pasien N= 84 x/menit
S= 36,5 derajat
21.00 Melaksanakan timbang terima Rahma Celsius
dengan perawat jaga shift malam - Pasien masih
mengeluh mual
22.00 Menganjurkan pasien untuk Anis - Pasien mengeluh
istirahat ingin muntah

01.30 Mengobservasi pasien  pasien - Pasien sedikit tampak


tampak istirahat Anis pucat
A:
05.00 Mengobservasi TTV Masalah belum teratasi
TD= 136/80 mmHg Anis P:
N= 76 x/menit Intervensi dilanjutkan
S= 36,5 derajat Celsius

06.00 Memberikan terapi oral Anis


ondancentron 4 mg

07.00 Melaksanakan timbang terima Anis


dengan perawat jaga shift pagi
61

3 Senin Dx 3 Anis
17 Januari S :
2022 Pasien mengatakan
belum bisa BAB
O :
08.00 Memonitor perawatan - TTV
kebersihan selang NGT Bima TD= 135/85 mmHg
(membersihkan selang NGT dan N= 84 x/menit
mulut pasien) S= 36,5 derajat
Celsius
09.00 Mengobservasi BAB pasien Bima - Perut kembung
BAB masih keluar sedikit - Peristaltik usus
dengan konsistensi cair 6x/menit
A :
09.30 Memposisikan pasien semi
flower
Bima Masalah belum teratasi
P :
Intervensi dilanjutkan
11.30 Memberikan diit pasien ( susu ) Bima
dan terapi kanamycin caps 250 Selasa Dx 1
mg,curcuma 1tab,urdafalk 1 tab, 18 Januari S: Anus
dan lactulax syrup 2022 Pasien mengatakan nyeri
07.00 abdomen bagian kanan.
12.00 Mengobservasi TTV : 1. P= Nyeri saat
TD= 130/80 mmHg Bima beraktifitas
N= 86 x/menit maupun tidak
S= 36,2 derajat Celsius 2. Q= Seperti di
remas remas
3. R= Abdomen
62

3 14.00 Melaksanakan timbang terima Bima bagian kanan


dengan perawat jaga shift siang 4. S= 6 (1-10 )
5. T= Hilang timbul
15.45 Mengobservasi keluhan pasien Rahma
O:
17.00 Memberikan terapi oral - TTV
kanamycin caps 250 Rahma TD= 136/80 mmHg
mg,curcuma 1tab,urdafalk 1 tab, N= 76 x/menit
dan lactulax syrup S= 36,5 derajat
Celsius
18.00 Mengobservasi TTV : - Tampak meringis
TD= 135/85 mmHg - Pasien tampak
N= 84 x/menit Rahma memegangi area
S= 36,5 derajat celsius yang sakit
A:
19.00 Memposisikan pasien senyaman Masalah belum teratasi
mungkin Rahma P:
Intervensi dilanjutkan
21.00 Melaksanakan timbang terima
dengan perawat jaga shift malam Rahma
Dx 2
22.00 Menganjurkan pasien untuk S:
istirahat Anis pasien mengatakan
masih merasa mual.
01.30 Mengobservasi pasien  pasien Anis O: Anis
tampak istirahat - TTV
TD= 136/80 mmHg
05.00 Mengobservasi TTV : Anis N= 76 x/menit
63

3 TD= 136/80 mmHg S= 36,5 derajat


N= 76 x/menit Celsius
S= 36,5 derajat celcius - Pasien masih
mengeluh mual
06.00 Memberikan diit pasien ( susu - Pasien mengeluh
dan jus buah ) dan terapi
Anis ingin muntah
kanamycin caps 250 - Pasien sedikit tampak
mg,curcuma 1tab,urdafalk 1 tab, pucat
dan lactulax syrup A:
Masalah belum teratasi
07.00 Melaksanakan timbang terima Anis P:
dengan perawat jaga shift pagi Intervensi dilanjutkan

Dx 3
S : Pasien mengatakan
belum bisa BAB
O :
- TTV Anis
TD= 136/80 mmHg
N= 76 x/menit
S= 36,5 derajat
Celsius
- Perut kembung
- Peristaltik usus
- 6x/menit
A :
Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
64

CATATAN
NO.DX WAKTU TINDAKAN TT WAKTU PERKEMBANGAN TT
(tgl & jam) (tgl & jam) (SOAP)
1 Selasa Selasa
18 Januari 18 Januari Dx 1 Bima
2022 2022 S:
14.00 Pasien mengatakan rasa
08.15 Mengidentifikasi nyeri : Bima nyeri sudah berkurang
- Nyeri masih hilang timbul - P= Nyeri saat
dengan skala nyeri 5 (dari 1- beraktifitas
10) maupun tidak
- Q= Seperti di
08.30 Mengatur posisi nyaman semi- remas remas
fowler. Bima - R= Abdomen
bagian kanan
- S= 5 ( dari 1-10 )
09.00 Jelaskan strategi untuk - T= Hilang timbul
meredakan nyeri Bima O:
- TTV
10.30 Kolaborasi pemberian analgetic TD= 128/83 mmHg
( Inpepsa 3x1 500mg/5ml dan Bima N= 88 x/menit
1 salofalk 250 mg 2 tab) S= 36,1 derajat
Celsius
12.00 Mengobservasi TTV : - Tampak sedikit
TD= 128/83 mmHg Bima meringis
65

N= 88 x/menit - Pasien tampak


S= 36,1 derajat celcius memegangi area yang
sakit
14.00 Melaksanakan timbang terima A:
dengan perawat jaga shift siang Masalah belum teratasi
Bima P:
16.00 Mengobservasi keluhan pasien Intervensi dilanjutkan

Putri
18.00 Mengobservasi TTV Dx 2 Bima
TD= 132/80 mmHg S:
N= 82 x/menit Putri Pasien mengatakan mual
S= 36,2 derajat celcius berkurang.
O:
19.00 Meriview tehnik relaksasi - TTV
kepada pasien Putri TD= 128/83 mmHg
N= 82 x/menit
21.00 Melaksanakan timbang terima S= 36,2 derajat
dengan perawat jaga shift malam Celsius
Putri - Pasien masih
Menganjurkan pasien untuk mengeluh kadang
22.00 istirahat mual
Bianca - Pasien mengeluh ingin
Mengobservasi pasien pasien muntah
24.00 tampak istirahat A:
Bianca Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
66

Mengingatkan pasien untuk


04.00 beribadah dan berdoa
Dx 3 Bima
Mengobservasi TTV Bianca S :
05.00 TD= 133/80 mmHg Pasien mengatakan sudah
N= 80 x/menit bisa BAB tapi sedikit
S= 36,5 derajat celcius Bianca O :
- TTV
Memberi terapi oral salofalk 2 TD= 128/83 mmHg
06.00 tab N= 82 x/menit
S= 36,2 derajat
Mengobservasi keluhan pasien - Perut kembung
06.30 Bianca - Peristaltik usus
Melaksanakan timbang terima 7x/menit
07.00 dengan perawat jaga shift pagi
Bianca A :
Masalah belum teratasi
P :
Bianca Intervensi dilanjutkan

2
Selasa Selasa Dx 1 Nurul
18 Januari 18 Januari S:
2022 2022 Pasien mengatakan nyeri
21.00 agak sedikit berkurang.
09.00 Memonitor keluhan mual pasien - P= Nyeri saat
67

( Mual sudah agak berkurang ) Bima beraktifitas


maupun tidak
10.00 Memberikan terapi untuk - Q= Seperti di
mengurangi mual ( mengatur Bima remas remas
2 posisi tidur pasien dan melatih - R= Abdomen
pernafasan ) bagian kanan
- S= 5 ( dari 1-10
10.30 Memberikan terapi oral Bima )
domperidone 1 tab - T= Hilang timbul
O:
12.00 Mengobservasi TTV : Bima - TTV
TD= 128/83 mmHg TD= 132/80 mmHg
N= 88 x/menit N= 82 x/menit
S= 36,1 derajat celcius S= 36,2 derajat
- Tampak meringis
14.00 Timbang terima dengan perawat - Pasien tampak
jaga shift siang Bima - memegangi area yang
sakit
15.45 Mengobservasi keluhan pasien A:
Nurul Masalah belum teratasi
17.00 Memberikan terapi oral P:
domperidone 1 tab dan Intervensi dilanjutkan
ondancentron 4 mg Nurul
Dx 2
Nurul
18.00 Mengobservasi TTV : Nurul S:
TD= 132/80 mmHg pasien mengatakan masih
N= 82 x/menit merasa mual.
S= 36,2 derajat celcius O:
68

2 - TTV
19.30 Mengobservasi keluhan mual TD= 132/80 mmHg
pasien Nurul N= 82 x/menit
S= 36,2 derajat
21.00 Melaksanakan timbang terima Celsius
dengan perawat jaga shift malam
Nurul - Pasien masih sedikit
agak mual
Menganjurkan pasien untuk Nurul - Pasien mengeluh ingin
22.00 istirahat - muntah di saat mual
A:
Mengobservasi pasien  pasien Fitri Masalah belum teratasi
01.30 tampak istirahat P:
Intervensi dilanjutkan
Mengobservasi TTV Fitri
05.00 TD= 133/80 mmHg
N= 80 x/menit
Dx 3 Nurul
S :
S= 36,5 derajat Celsius Pasien mengatakan sudah
bisa BAB tapi sedikit
Memberikan terapi oral O :
06.00 ondancentron 4 mg Fitri - TTV
TD= 132/80 mmHg
N= 82 x/menit
Melaksanakan timbang terima S= 36,2 derajat
07.00 dengan perawat jaga shift pagi Fitri - Perut kembung
- Peristaltik usus
7x/menit
A :
Masalah belum teratasi
69

P :
3 Intervensi dilanjutkan

Rabu Dx 1
Selasa 19 Januari S:
Fitri
18 Januari 2022 Pasien mengatakan nyeri
2022 07.00 agak sedikit berkurang.
Memonitor kebersihan pada - P= Nyeri saat
08.00 selang NGT (Membersihkan Bima beraktifitas
selang NGT dan mulut pasien ) - maupun tidak
- Q= Seperti di
Memposisikan pasien semi Bima remas remas
09.00 flower - R= Abdomen
bagian kanan
Memberikan diit pasien ( susu ) - S= 5 ( dari 1-10)
11.30 dan terapi kanamycin caps 250 Bima - T= Hilang timbul
mg,curcuma 1tab,urdafalk 1 tab, O:
dan lactulax syrup - TTV
TD= 132/80 mmHg
Mengobservasi TTV : Bima N= 82 x/menit
12.00 TD= 130/80 mmHg S= 36,2 derajat
N= 86 x/menit - Tampak meringis
S= 36,2 derajat Celsius - Pasien tampak
memegangi area yang
Melaksanakan timbang terima sakit
14.00 dengan perawat jaga shift siang Bima A:
Masalah belum teratasi
70

Mengobservasi keluhan pasien Fitri P:


3 15.45 Intervensi dilanjutkan

Memberikan terapi oral Fitri


17.00 kanamycin caps 250
mg,curcuma 1tab,urdafalk 1 tab,
dan lactulax syrup Dx 2
S:
Mengobservasi TTV : pasien mengatakan masih
18.00 TD= 135/85 mmHg Fitri merasa mual. Fitri
N= 84 x/menit O:
S= 36,5 derajat Celsius - TTV
TD= 132/80 mmHg
19.00 Memposisikan pasien senyaman Fitri N= 82 x/menit
mungkin S= 36,2 derajat
Celsius
21.00 Melaksanakan timbang terima Fitri - Pasien masih sedikit
dengan perawat jaga shift malam agak mual
- Pasien mengeluh ingin
muntah di saat mual
22.00 Menganjurkan pasien untuk Fitri A:
istirahat Masalah belum teratasi
P:
01.30 Mengobservasi pasien  pasien Fitri Intervensi dilanjutkan
tampak istirahat
Dx 3
05.00 Mengobservasi TTV : S :
TD= 136/80 mmHg Fitri Pasien mengatakan sudah
71

N= 76 x/menit bisa BAB tapi sedikit Fitri


S= 36,5 derajat celcius O :
- TTV
06.00 Memberikan diit pasien ( susu Fitri TD= 132/80 mmHg
dan jus buah ) dan terapi N= 82 x/menit
kanamycin caps 250 S= 36,2 derajat
mg,curcuma 1tab,urdafalk 1 tab, - Perut kembung
07.00 dan lactulax syrup Fitri - Peristaltik usus
7x/menit
Melaksanakan timbang terima A :
dengan perawat jaga shift pagi Masalah belum teratasi
P :
Intervensi dilanjutkan
72

CATATAN
NO DX WAKTU TINDAKAN TT WAKTU PERKEMBANGAN TT
(tgl &jam) (tgl&jam) (SOAP)

1 Rabu Rabu Dx 1 Bima


19 Januari 19 Januari S:
2022 2022 Pasien mengatakan nyeri
14.00 sudah berkurang.
08.00 Mengidentifikasi skala nyeri : Bima - P= Nyeri saat
Nyeri masih kerasa sedikit beraktifitas maupun
hilang timbul dengan skala tidak
nyeri 4 (dari 1-10) - Q= Seperti di
remas remas
08.30 Mengatur posisi nyaman semi- - R= Abdomen
fowler. Bima bagian kanan
- S= 4 ( dari 1-10 )
09.30 Jelaskan strategi untuk - T= Hilang timbul
meredakan nyeri Bima O:
- TTV
10.30 Kolaborasi pemberian analgetic TD= 134/80 mmHg
( Inpepsa 3x1 500mg/5ml dan Bima N= 86 x/menit
salofalk 2 tab) S= 36,6 derajat
- Tampak meringis
12.00 Mengobservasi TTV : - Pasien tampak
TD= 134/80 mmHg Bima - memegangi area yang
N= 86 x/menit sakit
S= 36,6 derajat celcius A:
Masalah belum teratasi
14.00 Timbang terima dengan perawat Bima P:
jaga shift siang Intervensi dilanjutkan
73

1 16.00 Mengobservasi keluhan pasien Rahma


Dx 2
18.00 Mengobservasi TTV S: Bima
TD= 135/80 mmHg Rahma pasien mengatakan masih
N= 82 x/menit sedikit agak mual
S= 36,2 derajat celcius O:
- TTV
19.00 Meriview tehnik relaksasi Rahma TD= 134/80 mmHg
kepada pasien N= 86 x/menit
S= 36,6 derajat
21.00 Melaksanakan timbang terima Rahma Celsius
dengan perawat jaga shift malam - Pasien masih mengeluh
sedikit mual
22.00 Menganjurkan pasien untuk Zera - Pasien mengeluh ingin
istirahat muntah saat mual
A:
24.00 Mengobservasi pasien pasien Zera Masalah belum teratasi
tampak istirahat
P:
Mengingatkan pasien untuk Zera Intervensi dilanjutkan
04.00 beribadah dan berdoa
Dx 3
Mengobservasi TTV S : Pasien mengatakan Bima
05.00 TD= 129/80 mmHg Zera sudah bisa kentut dan BAB
N= 80 x/menit keluar sedikit
S= 36,4 derajat celcius O :
- TTV
TD= 134/80 mmHg
74

1 06.00 Memberi terapi oral salofalk 2 Zera N= 86 x/menit


tab S= 36,6 derajat
- Perut kembung
06.30 Mengobservasi keluhan pasien Zera - Peristaltik usus
9x/menit
07.00 Melaksanakan timbang terima A :
dengan perawat jaga shift pagi Zera Masalah teratasi sebagian
P :
Intervensi dilanjutkan

2 Rabu Dx 1
19 Januari Rabu S: Nurul
2022 19 Januari Pasien mengatakan maish
2022 sedikit nyeri
09.00 Mengidentifikasi keluhan mual Bima 21.00 - P= Nyeri saat
pasien ( Mual sudah berkurang ) beraktifitas maupun
tidak
09.30 Memberikan terapi untuk Bima - Q= Seperti di
mengurangi mual ( mengatur remas remas
posisi tidur pasien dan melatih - R= Abdomen
pernafasan ) bagian kanan
75

2 Bima - S= 4( dari 1-10 )


11.00 Memberikan terapi oral - T= Hilang timbul
domperidone 1 tab O:
Bima - TTV
12.00 Mengobservasi TTV : TD= 135/80 mmHg
TD= 134/80 mmHg N= 82 x/menit
N= 86 x/menit S= 36,2 derajat
S= 36,6 derajat celcius - Tampak meringis
- Pasien tampak
14.00 Timbang terima dengan perawat Bima memegangi area yang
jaga shift siang - sakit
A:
15.45 Mengobservasi keluhan pasien Nurul Masalah sebagian teratasi
P:
17.00 Memberikan terapi oral Nurul Intervensi dilanjutkan
domperidone 1 tab dan
ondancentron 4 mg Dx 2
S:
18.00 Mengobservasi TTV : Nurul pasien mengatakan mual
TD= 135/80 mmHg berkurang.
N= 82 x/menit O: Nurul
S= 36,2 derajat celcius - TTV
TD= 135/80 mmHg
19.30 Mengobservasi keluhan mual Nurul N= 82 x/menit
pasien S= 36,2 derajat
Celsius
21.00 Melaksanakan timbang terima - Pasien masih sedikit
dengan perawat jaga shift malam Nurul mual
76

2 22.00 Menganjurkan pasien untuk Lala - Pasien masih sedikit


istirahat ingin muntah di saat
mual
01.30 Mengobservasi pasien  pasien Lala A:
tampak istirahat Masalah belum teratasi
P:
05.00 Mengobservasi TTV Lala Intervensi dilanjutkan
TD= 129/80 mmHg
N= 80 x/menit Dx 3
S= 36,4 derajat Celsius S : Nurul
Pasien mengatakan belum
06.00 Memberikan terapi oral bisa BAB
ondancentron 4 mg Lala O :
- TTV
07.00 Melaksanakan timbang terima
dengan perawat jaga shift pagi
Lala TD= 134/80 mmHg
N= 86 x/menit
S= 36,6 derajat
- Perut kembung
- Peristaltik usus
8x/menit
- Perut masih sedikit
agak kembung
A :
Masalah sebagian teratasi
P :
Intervensi dilanjutkan
77

3 Rabu Kamis
19 Januari 20 Januari Dx 1 Kino
2022 2022 S:
07.00 Pasien mengatakan sudah
08.00 Memonitor kebersihan Bima berkurang rasa nyerinya.
perawatan selang NGT - P= Nyeri saat
(Membersihkan selang NGT dan beraktifitas maupun
membersihkan mulut pasien ) tidak
- Q= Seperti di
09.00 Memposisikan pasien semi remas remas
flower Bima - R= Abdomen
- bagian kanan
11.30 Memberikan diit pasien ( susu ) - S= 4 ( dari 1-10 )
dan terapi kanamycin caps 250 Bima - T= Hilang timbul
mg,curcuma 1tab,urdafalk 1 tab, O:
dan lactulax syrup - Tampak meringis
- Pasien sudah tidak
12.00 Mengobservasi TTV : Bima tampak memegangi area
TD= 134/80 mmHg yang sakit
N= 86 x/menit A:
S= 36,6 derajat Celsius Masalah sebagian teratasi
P:
14.00 Melaksanakan timbang terima Intervensi dilanjutkan
dengan perawat jaga shift siang Bima

15.45 Mengobservasi keluhan pasien Rahma


78

17.00 Memberikan terapi oral Kino Dx 2


kanamycin caps 250 S:
mg,curcuma 1tab,urdafalk 1 tab, Pasien mengatakan sudah Kino
dan lactulax syrup tidak mual
O:
18.00 Mengobservasi TTV : - TTV
TD= 135/80 mmHg Kino TD= 130/80 mmHg
N= 82 x/menit N= 86 x/menit
S= 36,2 derajat celsius S= 36,2 derajat
Celsius
19.00 Memposisikan pasien senyaman - Pasien sudah tidak
mungkin mengeluh mual
Kino - Pasien sudah tidak
21.00 Melaksanakan timbang terima mengeluh ingin
dengan perawat jaga shift malam
Kino muntah
- Pasien sudah tidak
Menganjurkan pasien untuk tampak pucat
22.00 istirahat Kino A:
Masalah teratasi
Mengobservasi pasien  pasien P:
01.30 tampak istirahat Kino Intervensi dihentikan

Mengobservasi TTV :
05.00 TD= 129/80 mmHg Jeje
N= 80x/menit
S= 36,4 derajat celcius
79

06.00 Memberikan diit pasien ( susu Jeje Dx 3


dan jus buah ) dan terapi S :
kanamycin caps 250 Pasien mengatakan sudah
mg,curcuma 1tab,urdafalk 1 tab, bisa kentut dan BAB tetapi Kino
dan lactulax syrup sedikit

07.00 Melaksanakan timbang terima Jeje O :


dengan perawat jaga shift pagi - Perut sudah agak
tidak kembung
- Peristaltik usus
9x/menit
A :
Masalah sebagian teratasi
P :
Intervensi dilanjutkan

Nurul
BAB 4

PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang kesenjangan yang

terjadi antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan kepada

pasien dengan diagnosis sirosis hepatis di Ruang E-2 RSPAL Dr. ramelan Surabaya,

yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

4.1 Pengkajian

Pada tahap melakukan pengkajian secara langsung kepada pasien dan

keluarga, penulis tidak mengalami kesulitan. Hal ini, disebabkan oleh adanya

hubungan saling percaya antara pasien dan keluarga pasien dengan perawat

melalui komunikasi secara langsung. Sehingga pasien dan keluarga terbuka dan

mengerti serta kooperatif. Pengkajian dilakukan dengan cara anamnesa pada

keluarga pasien, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medis.

a. Anamnesa

1. Data Demografi

Pada tinjauan pustaka identitas pada klien yang harus diketahui

diantaranya yaitu nama, umur, jenis kelamin, agama, status, alamat, suku

bangsa, pendidikan, pekerjaan, penanggung jawab. Pada tinjauan kasus tidak

ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus karena yang

ditanyakan penulis terhadap klien sama dengan tinjauan pustaka.

80
81

2. Keluhan Utama

Pada tinjauan pustaka sirosis hepatis dijelaskan bahwa pada klien dengan

sirosis hepatis biasanya mengeluh nyeri abdomen kuadran atas, nafsu makan

menurun, pembengkakan pada abdomen. Sedangkan pada tinjauan kasus

ditemukan data klien memiliki keluhan utama nyeri pada kepala. Maka dapat

disimpulkan bahwa antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tidak

mengalami kesenjangan.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Keluarga pasien mengatakan pada tanggal 04 januari 2022 pasien jatuh

dari kamar mandi setelah itu keluarga pasien membawa pasien untuk pijat, 3

hari kemudian pada tanggal 07 Januari 2022 pasien mengeluh perutnya

kembung dan bertambah besar disertai dengan nyeri saat beraktifitas maupun

tidak beraktifitas, nyeri di bagian perut di bagian abdomen kanan secara terus

menerus, nyeri terasa seperti diremas remas dengan skala nyeri 6. Pasien

sering meringis saat nyeri selain itu pasien juga mengeluh mual seperti ingin

muntah dan sering bersendawa, susah kentut, belum BAB selama 10 hari,saat

pasien ingin BAB pengeluaran feses lama dan sulit saat BAB disertai dengan

mengejan. Keluarga pasien juga mengatakan saat makan hanya 1-2 suap saja

dan tida suka makan buah dan sayur, kemudian selang 3 hari pada tanggal 10

januari 2022 keluarga pasien membawa pasien ke IGD RS PKU

Muhammadiyah untuk dilakukan pemeriksaan setelah itu RS PKU


82

Muhammadiyah merujuk pasien ke IGD RSPAL Dr. Ramelan Surabaya

setelah dilakukan pemeriksaan dan didapatkan pasien terdiagnosa sirosis

hepatis kemudian pasien dirawat inap di ruang E2, selama pasien dirawat di

ruang E2 pasien masih sulit BAB, BAB keluar sedikit, sudah mendapat terapi

lactulax sirup 3x1 setengah ½ sendok makan sebelum makan,pasien

terpasang NGT, diit susu hepatosol 6x100 cc dan jus buah 1x sehari.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan tidak pernah melakukan operasi sebelumnya dan tidak

ada riwayat penyakit hipertensi dan diabetes.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga pasien mengatakan bahwa tidak ada riwayat penyakit turunan

pada keluarganya seperti hipertensi dan diabetes.

6. Riwayat Alergi

Pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi makanan dan obat.

b. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, observasi tanda-tanda

vital tekanan darah 128/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 36,3 oC, respiratori rate
83

20x/menit, antropometri pasien didapatkan data tinggi badan 155 cm, berat

badan sebelum sakit 54 kg, berat badan setelah sakit 58 kg.

2. B1. Breathing ( Pernafasan )

Saat dilakukan pengkajian Ny.R yaitu inspeksi didapatkan bentuk dada

normo chest, tidak ada nafas tertinggal, gerakan toraks kanan dan kiri simetris,

tidak ada penggunaan otot bantu nafas tambahan, tidak ada kelainan pada

pernafasan, pola nafas eupnea, tidak memakai masker oksigen, tidak ada sesak

nafas, tidak ada batuk, tidak ada sputum, tidak sianosis, kemampuan aktivitas

sehari-hari dibantu oleh keluarga. Pada pemeriksaan auskultasi didapatkan

Irama nafas regular, Vocal fremitus normal, suara nafas vesikuler, tidak ada

suara nafas tambahan. Penulis menyimpulkan bahwa pada pasien Ny. R tidak

ditemukan adanya masalah keperawatan. Maka penulis menyimpulkan bahwa

pada tinjauan kasus ini pasien tidak mengalami gangguan pada saluran

pernafasan.

3. B2. Blood ( Sirkulasi )

Pada pemeriksaan inspeksi tidak terdapat sianosis, konjungtiva tidak

anemis, CRT <2 detik, tidak ada nyeri dada, nadi 88x/menit, akral teraba

hangat kering merah, dan tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Pada

perkusi suara peka, dan pada pemeriksaan auskultasi irama jantung reguler,

bunyi jantung S1S2 tunggal, tidak ada bunyi jantung tambahan seperti murmur
84

atau gallop.Maka dapat disimpulkan bahwa pada tinjauan kasus ini pasien tidak

mengalami gangguan pada saluran B2 Blood.

4. B3. Brain (Persyarafan)

Kesadaran composmentis, GCS 456, mata membuka dengan spontan (4),

verbal orientasi baik (5), motorik menurut perintah (6), total 15 pasien sadar

baik. Refleks fisiologis: biceps +/+, triceps +/+, patella +/+, refleks patologis:

babinsky -/-, burdzinsky -/-. Pada pemeriksaan nervus kranial I: pasien mampu

mengenali bau, nervus kranial II: pasien dapat membaca nama papan perawat,

nervus kranial III: pasien mampu membuka kelopak mata, nervus kranial IV:

pasien mampu menggerakkan bola mata ke atas dan ke bawah, nervus kranial

V: pasien mampu mengunyah dengan baik, nervus kranial VI: pasien mampu

menggerakkan mata ke arah lateral, nervus kranial VII: pasien mampu

tersenyum simetris, nervus kranial VIII: pasien dapat mendengar dengan baik,

nervus kranial IX: pasien tidak mengalami kesulitan menelan, nervus kranial X:

pasien mampu menelan dengan baik dan tidak kesulitan untuk membuka mulut,

nervus kranial XI: pasien mampu menahan tahanan pada kedua pundaknya,

nervus kranial XII: pasien mampu menjulurkan lidahnya dengan simetris.

Pada pemeriksaan inspeksi kepala tidak ditemukan benjolan, rambut

berwarna hitam, tidak mengeluh nyeri kepala, dan tidak ada paralisis. Bentuk

hidung simetris, septum ditengah dan tidak ada polip, tidak ada kelainan. Mata

simetris, pupil isokor, tidak ada kelainan, reflek cahaya +/+, konjungtiva tidak
85

anemis, sclera tidak ikterik, lapang pandang pasien normal. Pada pendengaran

baik, dan tidak ada gangguan, lidah tampak bersih, uvula di tengah, tidak ada

kesulitan menelan, dan pasien berbicara dengan normal.

Maka penulis menyimpulkan bahwa pada tinjauan kasus ini pasien tidak

mengalami gangguan pada persarafan.

5. B4. Bladder (Perkemihan)

Organ genetalia tampak bersih. Pada pemeriksaan palpasi tidak terdapat

distensi urin pada kandung kemih, tidak ada nyeri tekan. Eliminasi urin SMRS

frekuensi 8-10x/hari, jumlah ± 2000cc/24 jam, warna kuning jernih, eliminasi

urin MRS frekuensi 6-8x/hari, jumlah ± 1600cc/24 jam, warna kuning jernih,

pasien buang air kecil ke kamar mandi di bantu dengan menggunakan

pampers.Maka penulis menyimpulkan bahwa pada tinjauan kasus ini pasien

tidak mengalami gangguan pada saluran perekemihan.

6. B5. Bowel (Pencernaan)

Pada inspeksi mulut pasien bersih, membran mukosa lembab, tidak terdapat

gigi palsu, makan yang dikonsumsi SMRS yaitu nasi, lauk dan 1x sehari ½

habis porsi makan, sedangkan di RS pasien hanya mengkonsumsi susu 6x100

cc dan jus buah 1x sehari . Pasien merasa mual dan ingin muntah, pasien

terpasang NGT. Bentuk perut simetri, dan membesar , terdapat nyeri tekan
86

abdomen bagian kanan, peristaltic 6x/menit, tidak ada pembesaran limpa,

rectum normal tidak ada hemoroid.

Eliminasi alvi SMRS frekuensi 10x sehari, dengan konsistensi cair,

berwarna kuning kecoklatan dan berbau khas, sedangkan eliminasi alvi MRS

frekuensi tidak bisa BAB selama 5 hari, konsistensi keras, berwarna tidak ada,

pasien tidak menggunakan colostomy. Maka Penulis menyimpulkan bahwa

dibagian B5 (Bowel) ditemukan 3 masalah keperawatan yaitu

nausea,konstipasi dan nyeri akut.

7. B6. Bone (Sistem Muskulos Skeletal dan Sistem Integumen)

Rambut pasien hitam, kulit kepala bersih tidak ada benjolan dan lesi,

warna kulit sawo matang, tidak icteric, kuku bersih, turgor kulit elastic,

kemampuan gerak sendi bebas.

Kekuatan otot 5555 5555 tidak ada kelainan tulang dan jaringan

5555 5555

Maka penulis dapat menyimpulkan bahwa tidak ada gangguan di sistem

muskulos skeletal dan sistem integument.

4.2 Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan

objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan

diagnosis keperawatan.
87

Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) diagnosis yang muncul pada

tinjauan ada tujuh yaitu :

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan keterbatasan ekspansi

dada karena asites

2. Nyeri akut berhubungan dengan gejala penyakit

3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

penurunan konsentrasi hemoglobin

4. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi,

kelebihan asupan cairan, kelebihan asupan natrium, tekanan osmotik

menurun

5. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi

nutrient, intake yang tidak adekuat (anoreksia,vomiting, nausea)

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas,

ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen

7. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas fisik,

pruritus

Terdapat tiga kasus yang muncul dalam tinjauan kasus yaitu :

1. Nyeri Akut berhubungan dengan pencedera fisik

Pada saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan nyeri pada

abdomen bagian kanan,nyeri terasa hilang timbul dengan skala 6 (1

10),nyeri diakibatkan pembengkakan pada abdomen.


88

2. Nausea berhubungan dengan sistem pencernaan

Pada saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan mual dan muntah

akibat dari perutnya yang kembung.Maka dari itu penulis mengangkat

masalah keperawatan nausea yang berhubungan dengan sistem pencernaan.

3. Konstipasi berhubungan dengan ketidak cukupan asupan serat

Pada saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan belum bisa BAB

diakibatkan oleh ketidak cukupan asupan serat pasien,oleh karena itu pasien

terpasang NGT dan diberikan diit susu dan jus buah guna untuk mencukupi

kebutuhan asupan serat pada pasien.

4.3 Perencanaan Keperawatan

Pelaksanaan adalah perwujudan atau realisasi dari perencanaan yang

telah disusun, pelaksanaan pada tinjauan pustaka belum dapat direalisasikan

karena hanya membahas teori asuhan keperawatan. Sedangkan pada kasus

nyata pelaksanaan telah disusun dan direalisasikan pada pasien dan ada

pendokumentasian dan interversi keperawatan. Pelaksana rencana

keperawatan dilakukan secara terkoordinasi dan terintegrasi untuk

pelaksanaan diagnose pada kasus, hal itu karena diseuaikan dengan keadaan

pasien yang sebenarnya, dalam melaksanakan pelaksanaan ini pada faktor

penunjang maupun faktor penghambat yang penulis alami, hal-hal yang

menunjang dalam asuhan keperawatan yaitu antara lain : adanya kerjasama

yang baik antara perawat-perawat maupun dokter ruangan dan tim kesehatan
89

lainnya, tersedianya sarana dan prasarana diruangan yang menunjang dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan dan penerimaan adanya penulis.

1 .Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

Intervensi yang dilakukan pada Ny.R dengan masalah keperawatan nyeri

akut berhubungan dengan agen pencedera fisik adalah identifikasi lokasi nyeri,

karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas, intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri,

identifikasi factor yg memperberat dan memperingan nyeri, monitor efek

samping penggunaan analgetik,berikan teknik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri (teknik relaksasi tarik nafas dalam), fasilitasi istirahat

tidur, jelaskan penyebab nyeri, jelaskan strategi meredakan nyeri,ajarkan teknik

nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, kolaborasi dengan dokter

pemberian analgetik.

2. Nausea berhubungan dengan sistem pencernaan

Intervesi yang dilakukan pada Ny. R dengan masalah keperawatan nausea

yang berhubungan dengan sistem pencernaan adalah identifikasi penyebab mual

dan muntah,memberikan teknik untuk mengurangi rasa mual dan muntah (teknik

posisi tidur yang nyaman ) dan kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian

obat antimietic.
90

3. Konstipasi berhubungan dengan ketidak cukupan asupan diet

Intervensi yang dilakukan pada Ny. R dengan masalah keperawatan konstipasi

yang berhubungan dengan ketidak cukupan asupan diet adalah identifikasi

penyebab konstipasi, memeriksa gerak peristaltik usus dan kolaborasikan dengan

dokter untuk penggunaan obat pencahar.

4.4 Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan adalah perwujudan atau realisasi dari perencanaan yang

telah disusun. Pelaksanan pada tinjauan pustaka belum dapat direalisasikan

karena hanya membahas teori asuhan keperawatan. Sedangkan pada kasus

pelaksanaan telah disusun dan direalisasikan pada pasien dan ada

pendokumentasian dan intervensi keperawatan.

1.Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

Pada Ny. R dengan masalah keperawatan nyeri akut berhubungan

dengan agen pencedera fisik (abses) implementasi yang dilakukan agar nyeri

berkurang untuk mencapai kriteria hasil keluhan nyeri berkurang, gelisah

menurun, tekanan darah dalam batas normal yaitu normalnya adalah 120/80

mmHg dilakukan implementasi manajemen nyeri dengan cara mengajarkan

teknik tarik nafas dalam dan mengkolaborasikan dengan dokter untuk

penggunaan analgesik paracetamol sebagai obat anti nyeri

.
91

2. Nausea berhubungan dengan sistem pencernaan

Pada Ny. R dengan masalah keperawatan nausea berhubungan dengan

sistem pencernaan pasien yang dilakukan agar mual menurun dan muntah

menurun untuk mencapai kriteria hasil mual dan muntah menurun dilakukan

implementasi manajemen mual dengan cara mengajarkan teknik pernapasan

dan posisi tidur senyaman mungkin dan mengkolaborasikan dengan dokter

untuk penggunaan obat omeprazole,domperidone dan ondancentron sebagai

obat untuk meredakan rasa mual dan muntah.

3. Konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan diet

Pada Ny. R dengan masalah keperawatan konstipasi berhubungan

dengan ketidak cukupan asupan serat yang dilakukan agar keinginan pasien

untuk makan membaik dengan kriteria hasil keinginan pasien untuk makan

membaik,asupan makan paisien membaik dan bising usus normal ( 5-34 x /

menit ) dilakukan implementasi manajemen konstipasi dengan cara

pemasangan NGT untuk membantu memenuhi nutrisi pasien kemudian

kolaborasikan dengan dokter untuk penggunaan obat curcuma sirup,lacutulax

sirup dan urdafalk.

Dalam melaksanakan pelaksanaan ini pada faktor penunjang maupun

faktor penghambat. Yang penulis alami hal-hal yang menunjang dalam

asuhan keperawatan yaitu antara lain : adanya kerjasama yang baik dari

perawat maupun dokter ruangan dan tim kesehatan lainnya, tersedianya


92

sarana dan prasarana diruangan yang menunjang dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan dan penerimaan adanya penulis.

4.5 Evaluasi

Pada tinjauan pustaka evaluasi adalah tahap terakhir dari proses

keperawatan dengan cara menilai sejauh mana tujuan dari intervemsi

keperawatan yang tercapai atau tidak tercapai ( Siswanto, Hariyati, &

Sukihananto, 2013). Sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi dapat dilakukan

karena dapat diketahui secara langsung keadaan pasien. Evaluasi merupakan

tahap terakhir dari sebuah proses keperawatan dengan cara menilai sejauh

mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.

Pada kasus Sirosis Hepatis yang dialami oleh Ny. R dilakukan

tindakan keperawatan selama 3 hari di ruang E2 RSPAL Dr. Ramelan

Surabaya, Penulis menegakkan tujuh diagnosa keperawatan tetapi penulis

hanya menyusun tiga intervensi untuk diagnosa keperawatan yang menjadi

prioritas karena keterbatasan waktu. Untuk evaluasi tiga diagnosa

keperawatan yang ditegakkan penulis yaitu :

1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (abses)

Pada waktu dilaksanakan evaluasi nyeri akut berhubungan dengan

agen pencedera fisik (abses) dilaksanakan asuhan keperawatan selama

3x24jam, pasien mengatakan nyeri sudah berkurang dan masalah sebagian


93

teratasi setelah diajarkan teknik nafas dalam dan kolaborasi dengan dokter

pemberian obat anti nyeri yaitu inpepsa 3x500 mg, intervensi dilanjutkan

hingga pasien benar-benar pulih.

2. Nausea berhubungan dengan sistem pencernaan

Pada waktu dilaksanakan evaluasi nausea yang berhubungan dengan

system pencernaan dilaksanakan asuhan keperawatan selama 3x 24 jam,

pasien mengatakan mual dan rasa ingin muntah sudah berkurang setelah

diajarkan teknik mengurangi rasa mual dengan cara memposisikan tidur

senyaman mungkin dan kolaborasi dengan dokter pemberian obat

omeprazole 20 mg,domperidone 10 mg dan ondancentron 4 mg. Intervensi

dilanjutkan hingga pasien benar benar pulih.

3. Kontipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan diet

Pada waktu dilaksanakan evaluasi konstipasi yang berhubungan

dengan ketidakcukupan asupan diet dilaksanakan asuhan keperawatan

selama 3x 24 jam, pasien mengatakan sudah terpenuhi kebutuhan seratnya,

dilakukan dengan memberikan diit susu dan jus buah dengan bantuan

NGT ,kemudian pasien juga mengatakan bahwa sudah bisa BAB

meskipun sedikit dan dengan dikolaborasikan dengan dokter untuk

pemberian obat curcuma sirup,lactulax sirup dan urdaflak.Intervensi

dilanjutkan hingga pasien benar benar pulih.


BAB 5

PENUTUP

Setelah penulis melakukan pengamatan dan melakukan asuhan keperawatan

secara langsung pada pasien dengan kasus sirosis hepatis di ruang E-2 RSPAL Dr.

Ramelan Surabaya, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sekaligus

saran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan asuhan keperawatan pasien

dengan sirosis hepatis.

5.1 Simpulan

Dari hasil yang telah diuraikan tentang asuhan keperawatan pada pasien

dengan sirosis hepatis, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Pada pengkajian pasien Ny. R dilakukan dengan cara mengumpulkan

data primer dan data sekunder, didapatkan data fokus pasien masih

nyeri abdomen bagian kanan, pasien sering muntah dan mual, diit

susu dan jus buah, frekuensi nafas 20x/menit, nadi 88x/menit.

2. Masalah keperawatan yang muncul adalah, nyeri akut berhubungan

dengan agen pencedera fisiologis, nausea berhubungan dengan sistem

pencernaan, dan konstipasi berhubungan dengan ketidak cukupan

asupan diet.

3. Intervensi asuhan keperawatan disusun sesuai prioritas masalah dan

kebutuhan klien yang telah ditetapkan berdasarkan tingkat urgensi dan

waktu yang memadai dari waktu pengkajian hingga evaluasi yang

94
95

telah disesuaikan dengan lama waktu praktik penulis di Ruang E-2

RSPAL Dr. Ramelan Surabaya.

4. Beberapa tindakan mandiri keperawatan pada diagnosa nyeri akut

menganjurkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi tarik nafas

dalam apabila pasien masih terasa nyeri di abdomen, observasi skala

nyeri untuk mengetahui perkembangan nyeri pasien. Pada diagnosa

nausea berikan terapi obat untuk mengurangi rasa mual dan muntah

dan memposisikan posisi semi fowler.Kemudian pada diagnosa

konstipasi selalu monitor kebersihan selang NGT pasien agar selalu

terjaga kebersihannya dan tidak mudah kemasukan bakteri

5. Pada akhir evaluasi semua tujuan belum dapat dicapai karena belum

adanya kerjasama yang maksimal antara keluarga dan tim kesehatan.

Hasil evaluasi pada Ny. R belum terpenuhi sesuai dengan harapan

yang ingin dicapai sehingga masalah belum teratasi dan dilanjutkan

oleh perawat ruangan.

6. Penulis mendokumentasikan pengkajian, diagnosis keperawatan, dan

rencana keperawatan pada tanggal 17 Januari 2022 dalam lembar

asuhan keperawatan medikal bedah dan menuliskan tindakan

keperawatan dan hasil asuhan keperawatan dalam lembar harian

asuhan keperawatan medikal bedah sesuai dengan standar penulisan

dokumentasi keperawatan.
96

5.2 Saran

1. Pasien hendaknya kooperatif dalam semua proses intervensi dan

implementasi keperawatan.

2. Perawat disarankan untuk selalu memantau dan memenuhi semua

kebutuhan dasar pasien yang belum tercukupi saat sakit.

3. Rumah sakit senantiasa tiap tahun untuk meningkatkan sarana dan

prasarana untuk meninjau proses berhasilnya asuhan keperawatan.

4. Penulis selanjutnya akan lebih banyak mempelajari ilmu-ilmu terbaru

terkait penyakit terutama Sirosis Hepatis agar dapat bermanfaat bagi

orang lain.
97

DAFTAR PUSTAKA

Alifah, P. T. (2019) ‘Dengan Sirosis Hati Di Rsup Dr Hasan’.

Anindito, G. (2016) ‘Gambaran Klinis Pasien Sirosis Hepatis Dengan Sindroma


Hepatorenal Pada Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD DR
Soetomo’, Skripsi. Available at:
http://repository.unair.ac.id/52385/13/8. 52385.pdf.

Anisa, I. and Hasan, I. (2020) ‘Sirosis Hepatis’, Kapita Selekta Kedokteran, 2(3), pp.
180–183.

Fimela (2018) ‘Bahaya sirosis hati’, Bahaya sirosis hati/copyright WebMD.com.

Hansa (2020) ‘Pengertian sirosis’, WebMD. Diakses pada 2019. Cirrhosis:


Symptoms, Causes, Stages, Diagnosis, and Treatment.

Made, P., Saskara, A. and Suryadarma, I. G. A. (2020) ‘LAPORAN KASUS :


SIROSIS HEPATIS CASE REPORT : LIVER CIRRHOSIS’, pp.
1–20.

Muin, R. Y. et al. (2016) ‘Sirosis Hepatis Dekompensata Pada Anak’, Indonesian


Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, 18(1), p.
63. doi: 10.24293/ijcpml.v18i1.353.

Mulyati, L., Yeti, K. and Sukamrini, L. (2013) ‘Analisis Faktor yang Memengaruhi
Self Management Behaviour pada Pasien Hipertensi’, Jurnal
Keperawatan Padjadjaran, v1(n2), pp. 112–123. doi:
10.24198/JKP.V1N2.7.

Munizzi, J. S. (2013) ‘No Analisis struktur kovarians indikator terkait kesehatan pada
orang tua di rumah dengan fokus pada kesehatan subjektif Judul ',
hlm. 1-7.

Robiyanto, R., Liana, J. and Purwanti, N. U. (2019) ‘Kejadian Obat-Obatan
Penginduksi Kerusakan Liver pada Pasien Sirosis Rawat Inap di
RSUD Dokter Soedarso Kalimantan Barat’, Jurnal Sains Farmasi
& Klinis, 6(3), p. 274. doi: 10.25077/jsfk.6.3.274-285.2019.

Sawitri, F. and Sani, F. N. (2020) ‘Asuhan Keperawatan Pada Pasien Sirosis


Hepatitis Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman Nyaman :
Nyeri’, Jurnal Universitas Kusuma Husada, 41(2), pp. 84–93.
98

Setiadi (2016) Dasar Dasar Anatomi dan Fisiolgi Manusia. Edisi 1. Yogyakarta:
Indomedika pustaka.
Stikes Hang Tuah (2022) Buku pedoman penyusun KTI Stikes Hang Tuah Surabaya.
Surabaya.
Sutrisna, M. (2020) ‘Hubungan Tanda-Tanda Hipertensi Portal Dengan Kejadian
Perdarahan Varises Esophagus Pada Pasien Sirosis Hepatis’,
Journal of Nursing and Public Health, 8(1), pp. 66–72. doi:
10.37676/jnph.v8i1.1015.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) Standar Diagnosa keperawatan Indonesia. edisi
1. jakarta selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan. Edisi 1. jakarta
selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Wahyudo, R. (2014) ‘a 78 Years Old Woman With Hepatic Cirrhosis’, Jurnal
Medula, 3(1), pp. 174–183. Available at:
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/downl
oad/440/441.
99

Lampiran 1

SOP MANAJEMEN NYERI

A. Pengertian :

Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien yang

mengalami nyeri. Rileks yang sempurna dapat mengurangi ketegangan otot,

rasa jenuh, kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulasi nyeri.

Ada tiga hal yang utama dalam teknik relaksasi :

1. Posisikan pasien dengan tepat

2. Pikiran beristirahat

3. Lingkungan yang tenangTujuan :Untuk menggurangi atau menghilangkan

rasa nyeri

B. Tujuan

Untuk menggurangi atau menghilangkan rasa nyeri Indikasi :Dilakukan untuk

pasien yang mengalami nyeri kronis

C. Prosedur pelaksanaan :

1. Tahap prainteraksi

a. Membaca status pasien

b. Mencuci tangan

c. Menyiapkan alat

2. Tahap orientasi

1. Memberikan salam teraupetik

2. Validasi kondisi pasien


100

3. Menjaga privasi pasien

4. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien

dan keluarga

3. Tahap kerja

a. Memberi kesempatan kepada pasien untuk bertanya bila ada sesuatu

yang kurang dipahami/jelas

b. Atus posisi pasien agar rileks tanpa adanya beban fisik

c. Instruksikan pasien untuk melakukan tarik napas dalam sehingga

rongga paru berisi udara, intruksikan pasien dengan cara perlahan

d. Menghembuskan udara membiarkannya keluar dari setiap anggota

tabuh, pada saat bersamaan minta pasien untuk memusatkan

perhataiannya pada sesuatu hal yang indah dan merasakan betapa

nikmatnya rasanya

e. Instruksikan pasien buat bernafas dengan irama normal beberapa saat

(1-2) menit

f. Instruksikan pasien untuk kembali menarik nafas dalam, kemudian

menghembuskannya dengan cara perlahan

g. Merasakan saat ini udara mulai mengalir dari tangan, kaki menuju

keparu- paru seterusnya rasakan udara mengalir keseluruh bagian

anggota tubuh

h. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pad kaki dan tangan dan

merasakan keluar dari ujung-ujung jari tangan dan kaki dan rasakan

kehangatannya
101

i. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan tangan,

udara yang mengalir dan merasakan keluar dari ujung-ujung jari

tangan dan kai dan rasakan kehangatanya

j. Instruksiakan pasien untuk mengulani teknik-teknik ini apa bila rasa

nyeri kembali lagi

k. Setelah pasien merasakan ketenangan, minta pasien untuk melakukan

secara mandiri

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi hasil kegiatan

b. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

c. Akhiri kegiatan dengan baik

d. Cuci tangan

5. Dokumentasi

a. Catat waktu pelaksaan tindakan

b. Catat respon pasien

c. Paraf dan nama perawat juga


102

Lampiran 2

SOP PERAWATAN SELANG NGT (NASOGASTRIC TUBE)

A. Pengertian NGT (Nasogastrik tube)

Melakukan pemasangan selang dari rongga hidung sampai ke lambung.

B. Tujuan

1. Memasukkan makanan cair atau obat-obat atau padat yang dicairkan atau

2. padat yang dicairkan

3. Mengeluarkan cairan atau isi lambung dan gas yang ada dalam lambung

4. Mengirigasi karena perdarahan atau keracunan dalam lambung

5. Mencegah atau mengurangi mual dan muntah setelah pembedahan atau

6. trauma.

7. Mengambil spesimen pada lambung untuk studi laboratorium.

C. Apa yang harus dilakukan pada pasien yang terpasang selang NGT :

1. Pempatan selang selang harus lurus tidak boleh menekuk.

2. Selang harus dalam keadaan tertutup.

3. Bilas selang dengan 30 mL air setelah setiap makan dan setelah setiap

4. pemberian obat-obatan

5. Nilai adanya iritasi atau pecahnya kulit. Cuci dengan lembut area sekitar

6. hidung dengan sabun dan air. Berikan perawatan kebersihan hidung setiap

7. hari dan jika diperlukan.

8. Berikan perawatan mulut setiap 2 jam dan jika dibutuhkan (cuci mulut

dengan
103

9. air, sikat gigi, bersihkan lidah, gigi, gusi, pipi, dan membran mukosa).

Jika

10. pasien sedang membersihkan mulut, ingatkan ia untuk tidak menelan air.

Anda mungkin juga menyukai