Oleh :
NIM. 192.1004
2022
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Ahli Madya Keperawatan
Oleh :
NIM. 192.1004
2022
i
SURAT PERNYATAAN
karya tulis ini saya susun tanpa melakukan plagiat sesuai dengan peraturan yang
Jika kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiat saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Stikes
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
NIM : 1921004
Surabaya.
menyetujui bahwa karya tulis ini diajukan dalam sidang guna memenuhi sebagian
Pembimbing
NIP. 03042
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Sirosis Hepatis
Telah dipertahankan dihadapan dewan Sidang Karya Tulis Ilmiah Stikes Hang
Dan dinyatakan LULUS dan dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
Mengetahui,
Stikes Hang Tuah Surabaya
Ka Prodi D-III Keperawatan
iv
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya pada penulis, sehingga penulis dapat meyelesaikan karya tulis ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Karya tulis ini disusun sebagai salah
berbagai pihak, yang telah dengan ikhlas membantu penulis demi terselesainya
penulisan, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima
Tuah Surabaya.
2. Dr. A.V Sri Suhardiningsih, S.Kp.,M.Kes selaku Ketua Stikes Hang Tuah
Surabaya yang telah memberikan ijin dan lahan praktik untuk penyusunan
karya tulis dan selama kami berada di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
3. Ibu Dya Sustrami, Skep.,Ns., M.Kes., selaku Kepala Program Studi D-III
v
4. Ibu Faridah, SST., M.Kes selaku penguji I, yang dengan telah bersedia
ilmiah ini.
5. Bapak selaku penguji dan pembimbing, yang dengan tulus ikhlas telah
8. Bapak dan Ibu Dosen Stikes Hang Tuah Surabaya, yang telah memberikan
bekal bagi penulis melalui materi-materi kuliah yang penuh nilai dan
makna dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini, juga kepada
yang terbaik, baik lahir maupun batin, gelar dan karya tulis ilmiah ini saya
vi
10. Senior, letting, dan adek letting di dalam keluarga mess Progsus Stikes
tulis ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
membalas amal baik semua pihak yang telah membantu dalam proses
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saran dan kritik
karya tuis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membaca
Penulis
vii
DAFTAR ISI
viii
2.3 Konsep asuhan keperawatan ..........................................................................25
2.3.1 Pengkajian .......................................................................................25
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ...................................................................28
2.3.3 Perencanaan Keperawatan ..............................................................29
2.3.4 Pelaksanaan Keperawatan ..............................................................36
2.3.5 Evaluasi Keperawatan .....................................................................37
2.4 Kerangka Masalah ................................................................................................38
BAB 3 TINJAUAN KASUS .............................................................................................39
3.1 Pengkajian .............................................................................................................39
3.1.1 Identitas .......................................................................................................39
3.1.2 Keluhan Utama ............................................................................................39
3.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang ........................................................................39
3.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu ...........................................................................40
3.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga .....................................................................40
3.1.6 Genogram ....................................................................................................41
3.1.7 Riwayat Alergi.............................................................................................41
3.1.8 Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi,
Auskultasi) ...................................................................................................41
3.1.9 Pemeriksaan Penunjang ..............................................................................47
3.1.10 Terapi Obat .................................................................................................48
3.2 Analisa Data ...........................................................................................................49
3.3 Prioritas Masalah ..................................................................................................51
3.4 Rencana Keperawatan .........................................................................................52
3.5 Pelaksanaan Keperawatan ...................................................................................56
BAB 4 PEMBAHASAN ....................................................................................................80
4.1 Pengkajian .............................................................................................................80
4.2 Diagnosa Keperawatan .........................................................................................86
4.3 Perencanaan Keperawatan ..................................................................................88
4.4 Pelaksanaan Keperawatan ...................................................................................90
4.5 Evaluasi ..................................................................................................................92
BAB 5 PENUTUP...............................................................................................................94
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................94
5.2 Saran ......................................................................................................................96
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................97
Lampiran 1 ...............................................................................................................99
Lampiran 2 ...............................................................................................................102
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
DAFTAR SINGKATAN
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
Kata sirosis berasal dari kata Yunani kirrhos, yang berarti "orange atau
kuning kecoklatan," dan osis, yang berarti "kondisi."Definisi sirosis oleh World
Health Organization (WHO) adalah proses difus yang ditandai oleh fibrosis dan
perubahan arsitektur hati yang normal menjadi nodul-nodul yang abnormal secara
struktural sehingga tidak memiliki bentuk lobular yang normal . (Anisa dan
Hasan, 2020)
Fibrosis adalah respons umum terhadap cedera hati yang ditandai oleh
orang dalam studi di Inggris dan Swedia tahun 2013. Berdasarkan studi Inggris
dan Swedia tersebut juga dijelaskan bahwa sirosis hepatis merupakan urutan ke-
perkiraan 1,03 juta kematian per tahun di seluruh dunia, 170.000 per tahun di
Eropa, dan 33.539 per tahun di Amerika Serikat (Anisa and Hasan, 2020).
sebanyak 26,9 juta pasien (WHO, 2018). Hasil Riskesdas (2018), prevalensi
1
2
tertinggi adalah Papua (0,7%), Nusa Tenggara Barat (0,6%) dan Gorontalo
dari sirosis hepatis sendiri meliputi nyeri abdomen, dispepsia kronis dan asites.
pria daripada wanita dengan perbandingan 2-4,5: 1, dan terbanyak pada decade ke
Berdasarkan Data Rekam Medis Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut Dr. Ramelan
Surabaya di ruang E2 pada bulan Januari - Desember tahun 2021 kasus penyakit
Sirosis Hepatis mencapai angka 95 kasus. Pada awal bulan Januari 2022 kasus
penyakit Sirosis Hepatis khusunya di ruang E-2 mencapai angka 8 kasus, dengan
seperti konsumsi alkohol yang berlebihan, terlalu sering begadang dan kurang
tidur. Selain itu, beberapa jenis makanan juga dapat meningkatkan faktor risiko
makanan tersebut berbahaya untuk liver atau hati jika terlalu banyak
dikonsumsi.(Fimela, 2018)
kali, sirosis ditemukan pada pemeriksaan medis rutin. Pada pemeriksaan darah,
pembekuan, dan koagulasi darah. Pencitraan juga dapat membantu dokter untuk
liver.(Hansa, 2020)
Sirosis hati lebih banyak ditemukan pada penderita yang memiliki riwayat
2,7%, hepatitis A 4,17%, obstruksi bilier 2,7% dan kriptogenik sebanyak 2,7%.
(Alifah, 2019).
Sirosis Hepatis ini seringkali juga ditandai dengan anemis pada kedua
konjungtiva mata dan ikterus pada kedua sklera. Tanda-tanda kerontokan rambut
pada ketiak, konjungtiva mata dan ikterus pada kedua sklera, pada daerah
abdomen ditemukan perut yang membesar pada seluruh regio abdomen dengan
dan pemeriksaan bising usus. (Made, Saskara dan Suryadarma, 2020). Jika tidak
segera ditangani sirosis hepatis ini bisa berkembang menjadi kanker hati.(Fimela,
2018)
4
Maka dari itu gaya hidup seperti minum alkohol dan begadang harus
dikurangi dan juga pola makan harus dijaga dengan tujuan menjauhkan dari
penyakit sirosis hepatis.Lebih penting lagi terapkan pola hidup sehat seperti
olahraga, istirahat yang cukup, dan pola makan yang teratur untuk menecegah
Perawat mempunyai peran dan tugas yang cukup besar untuk membantu
mengatasi masalah yang dihadapi pasien dalam kasus Sirosis Hepatis. Sebagai
yang up to date dan benar. Dalam menjalankan fungsinya ini tidak lepas dari
meneliti mengenai asuhan keperawatan pada pasien Ny.R dengan diagnosa medis
Melitus, maka penulis akan melakukan pengkjian lebih lanjut dengan melakukan
asuhan keperawatan pada pasien dengan Diagnosa Medis Sirosis Hepatis dengan
1. Apa saja pengkajian keperawatan pada pasien dengan Diagnosa Medis Sirosis
2. Apa saja masalah keperawatan yang dapat ditegakkan pada pasien dengan
5. Apa saja yang harus di evaluasi pada pasien dengan Diagnosa Medis Sirosis
Surabaya
Surabaya
6
1.4 Manfaat
1.4.1 Akademis
1.4.2 Dari Segi Praktisi, Tugas Karya Tulis Ilmiah Ini Akan Bermanfaat
Bagi :
Hasil karya tulis ilmiah ini, dapat bermanfaat bagi pelayanan di rumah
b. Bagi peneliti
1.5.1 Metode
atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang meliputi studi kepustakaan
Dalam buku Stikes Hang Tuah (2022) ada 3 teknik Pengumpulan Data
yaitu :
a. Wawancara
Data diperoleh dari hasil percakapan dengan pasien, keluarga dan tim
kesehatan lainnya.
b. Observasi
c. Pemeriksaan
tindakan selanjutnya.
Dalam Stikes Hang Tuah (2022) ada 2 jenis Sumber Data yaitu :
a. Data Primer
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga ataupun orang
berhubungan dengan judul karya tulis ilmiah dan masalah yang sedang
Dalam Stikes Hang Tuah (2022). Supaya lebih jelas dan lebih
mudah dalam mempelajari dan memahami karya tulis ilmiah ini, secara
Terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub bab berikut
ini :
a. BAB 1 :
b. BAB 2 :
Tinjauan Pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis dan
kerangka masalah.
c. BAB 3 :
d. BAB 4 :
e. BAB 5 :
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit
dan asuhan keperawatan medikal bedah sirosis hepatis. Konsep penyakit akan
10
11
Hati (hepar) adalah organ yang paling besar besar di dalam tubuh kita,
warnanya coklat dan beratnya sekitar 1500 gram. Letaknya di bagian atas dalam
kanan atas abdomen, dibawah diafragma dan terlindungi ileh tulang rusuk
(costae), sehingga dalam keadaan normal (hepar yang sehat tidak teraba). Hati
menerima darah teroksigenasi dari arteri hepatica dan darah yang tidak
teroksigenasi tetapi kaya akan nutrient vena porta hepatica (Setiadi, 2016).
luar biasa. Kemampuan regenerasi ini terjadi sepanjang usia manusia. Terapi
fibrosis hati yang berkembang saat ini lebih banyak terfokus pada bagaimana
12
potensi sel-sel sehat. Sel sehat ini masih mempunyai potensi untuk regenerasi dan
memperbaiki daerah yang sakit. Bila kedua hal ini dapat dilakukan bersama-sama
maka akan mempercepat proses regenerasi hati. Artikel ini akan mengeksplorasi
kontribusi hepatosit, sel stelata, sel punca endogen, sel Kupfer, dan enzim
proteolitik pada proses homeostasis dan perbaikan hati khususnya pada kondisi
1. Pembagian Hati
kiri dibagian atas hati, selanjutnya hati terbagi 4 belahan yaitu lobus
a. Arteri hepatica, yang keluar dari aorta dan memberi 80 % darah pada
b. Vena porta, yang terbentuk dari linealis dan vena mesentrika superior
70% sebab beberapa O2 telah diambil oleh limfe dan usus, guna darah ini
13
membawa zat makanan ke hati yang telah diabsorpsi oleh mukosa dan
usus halus. Darah berasal dari vena porta bersentuhan erat dengan sel hati
dan setiap lobulus disaluri oleh sebuah pembuluh sinusoid darah atau
a. Sekresi
absorbsi lemak.
glikogen.
b. Metabolisme
3. Hati mengurai protein dari sel-sel tubuh dan sel darah merah yang
c. Penyimpanan
1. Hati menyimpan glikogen, lemak, vitamin A,D,E,K dan zat besi yang
d. Detoksifikasi
darah.
masa kehidupan fetus yang kemudian diambil alih oleh susum tulang
belakang.
fungsinya. Salah satu masalah yang dialami pasien dengan sirosis hepatis
15
2020).
yang luas, penambahan jaringan ikat secara difus dan upaya pertumbuhan
kembali benjolan kecil hati.1 Sirosis dapat terjadi pascahepatitis (akut atau
diantaranya yaitu :
2. Alkohol.
3. Metabolik.
kriptogenik/heterogenous.
1. Keluhan Pasien :
a. Pruritis.
2. Tanda Klasik :
dan lemah.
17
4. Mual
8. Perdarahan gusi
9. Epistaksis
(2020) yaitu: pada sirosis, jaringan hati fungsional secara bertahap menjadi rusak
dan diganti oleh jaringan parut fibrosa. Ketika hepatosit dan lobul hati menjadi
rusak, fungsi metabolik hati akan menghilang. Nodul yang berstruktur abnormal
yang dikelilingi oleh jaringan ikat akan terbentuk. Jaringan ikat fibrosa akan
membentuk pita konstriktif yang mengganggu aliran darah dan empedu dalam
lobul hati. Darah tidak lagi mengalir secara bebas melalui hati ke vena kava
18
1. Sirosis Alkoholik
Sirosis alkoholik atau sirosis Laennec adalah hasil akhir dari penyakit
dalam darah.
2. Sirosis Pascahepatik
3. Sirosis Empedu
sistem empedu, menahan empedu yang rusak dan merusak sel hati
(2020), yaitu:
a. Hipertensi portal
19
b. Perdarahan
c. Asites
a. Perubahan neurologis
b. Edema perifer
c. Anemia
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah
b. Albumin
2. Pemeriksaan fisik
Perkiraan besar hati, biasanya hati membesar pada awal sirosis, bila hati
mengecil artinya prognosis kurang baik. Besar hati normal selebar telapak
sirosis karena alkohol bisa memberatkan beban kerja hati dan merusak
adalah maksimal 20 gram alkohol per hari. Ukuran ini setara dengan
dalam tubuh.
4. Rutin Berolahraga
juga menjaga berat badan tetap ideal agar terhindar dari risiko
edema telah dapat diatasi dengan diet rendah garam dan istirahat
yang cukup.
dapat ditingkatkan sampai 300 mg/hati bila setelah 3-4 hari tidak ada
perubahan.
dengan infus albumin sebanyak 6-8 gr untuk setiap liter cairan asites.
tua tidak dapat memenuhi kebutuhan mendasar mereka baik secara nyata,
adalah sekelompok usia pada orang yang telah memasuki fase terakhir dari
Sukawana, 2016).
Usia lanjut juga dibedakan menjadi tiga batasan usia, yaitu tua
muda (70-75), tua (75-80) dan sangat tua (>80 tahun). Lansia
29-25 tahun, usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25-60 tahun
atau 65 tahun, lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun
yang dibagi lagi dengan 70-75 tahun (young old), 75-80 tahun (old), lebih
berikut ini adalah penyakit –penyakit yang sering terjadi pada lansia :
1. Hipertensi
2. Diabetes Mellitus
3. Malnutrisi
6. Katarak
8. Osteoporosis
15. Stroke
17. Pneumonia
18. Kanker
tertera didaftar penyakit yang sering terjadi pada lansia. Hal ini dikarenakan
semakin meningkatnya usia semakin menurun pula fungsi organ tubuh. Penurunan
ini mengakibatkan fungsi organ tubuh tidak dapat bekerja secara maksimal serta
mempengaruhi banyaknya pasien yang terkena penyakit hepar pada usia lansia
obatobatan, alkohol dan gaya hidup tidak sehat yang meracuni hepar . Oleh karena
itu dibutuhkan upaya preventif dan promotif berupa deteksi dini faktor risiko
2.3.1 Pengkajian
komprehensif secara lengkap dan relevan untuk mengenal klien agar dapat
meliputi:
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
merokok.
e. Pemeriksaan Fisik
suara nafas, suara nafas tambahan, ada tidaknya sesak nafas, batuk,
sputum, sianosis.
normal (lub-dup) atau tidak (ada suara tambahan (S3 dan S4), ada
bahasa).
urin SMRS dan setelah MRS, jumlah, warna, dan tidak ada
mukosa kering, gigi tanggal semua, faring tidak ada radang, Diit
8. Endokrin
diabetes mellitus.
f. Analisa Data
172)
1. Diagnosis Keperawatan 1
cuping hidung,
30
tidak ada retraksi dada, frekuensi nafas dalam batas normal (16-20
x/menit)
3. Intervensi:
sistem pernafasan.
2. Diagnosis Keperawatan 2
172)
x/menit, S= 36-36,5ºC)
3. Intervensi:
31
oleh pasien
non farmakologis.
3. Diagnosis Keperawatan 3
3. Intervensi:
tanda vital
dilakukan tindakan
menurun
4. Diagnosis Keperawatan 4
ekstravaskuler
3. Intervensi:
pasien
pagi)
haluaran
tubuh.
5. Diagnosis Keperawatan 5
lembab
3. Intervensi:
dikonsumsi pasien
protein
6. Diagnosis Keperawatan 6
S= 36-36,5ºC)
3. Intervensi:
35
7. Diagnosis Keperawatan 7
dekubitus
36,5ºC)
3. Intervensi:
trauma
meningkatkan mobilisasi.
keperawatan yang telah dibuat tergantung dari situasi dan kondisi pasien
sehari hari.
pada pasien.
menilai sejauh mana tujuan dari intervemsi keperawatan yang tercapai atau
37
2013).
Tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu evaluasi proses
Sukihananto, 2013)
38
Multi factor
SirosisHati
penyebab:
- Malnutrisi
- Kolestasis kronik
- Toksik/infeksi
- Metabolic: DM Kelainan jaringan Fungsi hati Inflamasi Nyeri
parenkim hati terganggu akut
- Alkohol
- Hepatitis Virus B
Ggn. Ggn. Ggn.
&C Kronis Metabolisme Metabolisme Metabolisme
bilirubin protein zat besi
Ketidakefektifan
perfusi jaringan Pola nafas tidak
perifer efektif
TINJAUAN KASUS
keperawatan dengan sirosis hepatis, maka penulis menyajikan suatu kasus yang
penulis amati mulai tanggal 17 Januari 2022 sampai dengan 19 Januari 2022,
dengan data pengkajian pada tanggal 17 Januari 2022 jam 08.00 WIB. Anamnesa
diperoleh dari pasien dan file No. Register 00-00-68-xx sebagai berikut :
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
dari kamar mandi setelah itu keluarga pasien membawa pasien untuk pijat,
39
40
secara terus menerus, nyeri terasa seperti diremas remas dengan skala
nyeri 6. Pasien sering meringis saat nyeri selain itu pasien juga mengeluh
mual seperti ingin muntah dan sering bersendawa, susah kentut, belum
BAB selama 10 hari,saat pasien ingin BAB pengeluaran feses lama dan
mengatakan saat makan hanya 1-2 suap saja dan tida suka makan buah
dan sayur, kemudian selang 3 hari pada tanggal 10 januari 2022 keluarga
pasien dirawat inap di ruang E2, selama pasien dirawat di ruang E2 pasien
masih sulit BAB, BAB keluar sedikit, sudah mendapat terapi lactulax
3.1.6 Genogram
84 th
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Hubungan Keluarga
: Tinggal Serumah
: Meninggal
: Pasien
tanda vital tekanan darah 128/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 36,3oC,
badan 155 cm, berat badan sebelum sakit 54 kg, berat badan setelah sakit
58 kg.
42
1. Pernafasan (Breath)
nafas pasien regular, pola nafas spontan, pasien tidak sesak nafas, pasien
tidak batuk, dan tidak ada sputum. Pada pemeriksaan palpasi tidak ada
nyeri tekan pada dada dan pada pemeriksaan perkusi terdapat terdapat
suara sonor. Pada pemeriksaan auskultasi tidak ada suara nafas tambahan,
2. Kardiovaskuler (Blood)
tidak anemis, CRT <2 detik, tidak ada nyeri dada, nadi 88x/menit, akral
teraba hangat kering merah, dan tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening. Pada perkusi suara peka, dan pada pemeriksaan auskultasi irama
jantung reguler, bunyi jantung S1S2 tunggal, tidak ada bunyi jantung
3. Persarafan (Brain)
spontan (4), verbal orientasi baik (5), motorik menurut perintah (6), total
15 pasien sadar baik. Refleks fisiologis: biceps +/+, triceps +/+, patella
nervus kranial I: pasien mampu mengenali bau, nervus kranial II: pasien
dapat membaca nama papan perawat, nervus kranial III: pasien mampu
43
simetris, nervus kranial VIII: pasien dapat mendengar dengan baik, nervus
pasien mampu menelan dengan baik dan tidak kesulitan untuk membuka
mulut, nervus kranial XI: pasien mampu menahan tahanan pada kedua
dengan simetris.
rambut berwarna hitam, tidak mengeluh nyeri kepala, dan tidak ada
paralisis. Bentuk hidung simetris, septum ditengah dan tidak ada polip,
tidak ada kelainan. Mata simetris, pupil isokor, tidak ada kelainan, reflek
cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, lapang pandang
pasien normal. Pada pendengaran baik, dan tidak ada gangguan, lidah
tampak bersih, uvula di tengah, tidak ada kesulitan menelan, dan pasien
4. Perkemihan (Bladder)
terdapat distensi urin pada kandung kemih, tidak ada nyeri tekan.
1600cc/24 jam, warna kuning jernih, pasien buang air kecil ke kamar
5. Pencernaan (Bowel)
tidak terdapat gigi palsu, makan yang dikonsumsi SMRS yaitu nasi, lauk
mual dan ingin muntah, pasien terpasang NGT. Bentuk perut simetri, dan
6x/menit, tidak ada pembesaran limpa, rectum normal tidak ada hemoroid.
alvi MRS frekuensi tidak bisa BAB selama 5 hari, konsistensi keras,
Rambut pasien hitam, kulit kepala bersih tidak ada benjolan dan
lesi, warna kulit sawo matang, tidak icteric, kuku bersih, turgor kulit
Kekuatan otot 5555 5555 tidak ada kelainan tulang dan jaringan
5555 5555
7. Endokrin
8. Seksual-Reproduksi
11. Istirahat-Tidur
untuk tidur malam pukul 21.00 sampai 02.00, untuk tidur siang pukul
46
12.00 sampai 14.00, jumlah pola tidur pasien 7 jam. Kebiasaan sebelum
b. Konsep diri
1. Laboratorium
2. Photo Radiologi
USG : Abdomen
Kesimpulan : Meteorismus
RONTGEN : Thorax
Kesimpulan : Corprominent
48
Do:
- TTV :
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,3 oC
- Pasien tampak meringis
- Kesadaran compos mentis
- Ada distensi abdomen
- Bentuk perut membesar
- Pasien terpasang NGT
Do:
- TTV :
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,3 oC
- Pasien tampak pucat
- Terdapat distensi abdomen
- Bentuk perut membesar
- Pasien terpasang NGT
50
Do:
- Perut kembung
- Peristaltik usus menurun 6x/menit
- Terdapat distensi abdomen
51
Tanggal
No. Diagnosa Keperawatan Nama perawat
Ditemukan Teratasi
2. Belum
Nausea berhubungan
17 Teratasi
dengan Faktor Sistem
19 Januari Bima
Januari 2022
(SDKI,D.0076 Hal 170 ) 2022
Konstipasi berhubungan
3. dengan ketidakcukupan 17 Teratasi
asupan serat Sebagian 19 Bima
Januari 2022 Januari 2022
(SDKI, D.0049 Hal 113 )
52
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017), (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019), (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
4. Skala nyeri 0
2. Nausea berhubungan Luaran Utama : Intervensi utama : 1. Untuk mengetahui
dengan Faktor sistem Tingkat Nausea Manajemen Mual respon non verbal pada
pencernaan (SLKI, L.08065, Hal. 144 ) (SIKI, 1.03117, Hal. 197) pasien terhadap mual
(SDKI D.0076 Setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi isyarat nonverbal muntah yang dialami
Hal 170 ) keperawatan selama 3 x 24 ketidaknyamanan pasien.
jam, maka diharapkan 2. Identifikasi dampak mual 2. Agar dapat mengetahui
perasaan tidak nyaman terhadap kualitas hidup pengaruh mual
menurun dengan kriteria 3. Identifikasi penyebab mual terhadap keseharian
hasil : 4. Monitor mual (mis. pasien
1. Keluhan mual menurun Frekuensi,durasi dan tingkat 3. Agar dapat mengetahui
2. Perasaan ingin muntah keparahan ) penyebab utama mual
menurun. 5. Kurangi atau hilangkan yang dirasakan pasien
3. Perasaan asam dimulut keadaan penyebab nual ( misal 4. Agar dapat mengetahui
menurun kecemasan,ketakutan dan perkembangan mual
4. Pucat membaik kelelahan ) yang dirasakan pasien
6. Anjurkan istirahat dan tidur 5. Agar dapat
yang cukup menurunkan tingkat
7. Kolaborasi pemberian mual yang dialami
54
8. antimietic pasien.
6. Agar dapat
memfasilitasi istirahat
pada pasien.
7. Agar dapat mengatasi
mual muntah pada
pasien.
1 istirahat P:
01.30 Mengobservasi pasien pasien Intervensi dilanjutkan
tampak istirahat Anis
2
18.00 Mengobservasi TTV : Dx 2
TD= 135/85 mmHg Rahma S : pasien mengatakan Rahma
N= 84 x/menit masih merasa mual.
S= 36,5 derajat celcius O:
- TTV
19.30 Mengobservasi keluhan mual Rahma TD= 135/85 mmHg
pasien N= 84 x/menit
S= 36,5 derajat
21.00 Melaksanakan timbang terima Rahma Celsius
dengan perawat jaga shift malam - Pasien masih
mengeluh mual
22.00 Menganjurkan pasien untuk Anis - Pasien mengeluh
istirahat ingin muntah
3 Senin Dx 3 Anis
17 Januari S :
2022 Pasien mengatakan
belum bisa BAB
O :
08.00 Memonitor perawatan - TTV
kebersihan selang NGT Bima TD= 135/85 mmHg
(membersihkan selang NGT dan N= 84 x/menit
mulut pasien) S= 36,5 derajat
Celsius
09.00 Mengobservasi BAB pasien Bima - Perut kembung
BAB masih keluar sedikit - Peristaltik usus
dengan konsistensi cair 6x/menit
A :
09.30 Memposisikan pasien semi
flower
Bima Masalah belum teratasi
P :
Intervensi dilanjutkan
11.30 Memberikan diit pasien ( susu ) Bima
dan terapi kanamycin caps 250 Selasa Dx 1
mg,curcuma 1tab,urdafalk 1 tab, 18 Januari S: Anus
dan lactulax syrup 2022 Pasien mengatakan nyeri
07.00 abdomen bagian kanan.
12.00 Mengobservasi TTV : 1. P= Nyeri saat
TD= 130/80 mmHg Bima beraktifitas
N= 86 x/menit maupun tidak
S= 36,2 derajat Celsius 2. Q= Seperti di
remas remas
3. R= Abdomen
62
Dx 3
S : Pasien mengatakan
belum bisa BAB
O :
- TTV Anis
TD= 136/80 mmHg
N= 76 x/menit
S= 36,5 derajat
Celsius
- Perut kembung
- Peristaltik usus
- 6x/menit
A :
Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
64
CATATAN
NO.DX WAKTU TINDAKAN TT WAKTU PERKEMBANGAN TT
(tgl & jam) (tgl & jam) (SOAP)
1 Selasa Selasa
18 Januari 18 Januari Dx 1 Bima
2022 2022 S:
14.00 Pasien mengatakan rasa
08.15 Mengidentifikasi nyeri : Bima nyeri sudah berkurang
- Nyeri masih hilang timbul - P= Nyeri saat
dengan skala nyeri 5 (dari 1- beraktifitas
10) maupun tidak
- Q= Seperti di
08.30 Mengatur posisi nyaman semi- remas remas
fowler. Bima - R= Abdomen
bagian kanan
- S= 5 ( dari 1-10 )
09.00 Jelaskan strategi untuk - T= Hilang timbul
meredakan nyeri Bima O:
- TTV
10.30 Kolaborasi pemberian analgetic TD= 128/83 mmHg
( Inpepsa 3x1 500mg/5ml dan Bima N= 88 x/menit
1 salofalk 250 mg 2 tab) S= 36,1 derajat
Celsius
12.00 Mengobservasi TTV : - Tampak sedikit
TD= 128/83 mmHg Bima meringis
65
Putri
18.00 Mengobservasi TTV Dx 2 Bima
TD= 132/80 mmHg S:
N= 82 x/menit Putri Pasien mengatakan mual
S= 36,2 derajat celcius berkurang.
O:
19.00 Meriview tehnik relaksasi - TTV
kepada pasien Putri TD= 128/83 mmHg
N= 82 x/menit
21.00 Melaksanakan timbang terima S= 36,2 derajat
dengan perawat jaga shift malam Celsius
Putri - Pasien masih
Menganjurkan pasien untuk mengeluh kadang
22.00 istirahat mual
Bianca - Pasien mengeluh ingin
Mengobservasi pasien pasien muntah
24.00 tampak istirahat A:
Bianca Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
66
2
Selasa Selasa Dx 1 Nurul
18 Januari 18 Januari S:
2022 2022 Pasien mengatakan nyeri
21.00 agak sedikit berkurang.
09.00 Memonitor keluhan mual pasien - P= Nyeri saat
67
2 - TTV
19.30 Mengobservasi keluhan mual TD= 132/80 mmHg
pasien Nurul N= 82 x/menit
S= 36,2 derajat
21.00 Melaksanakan timbang terima Celsius
dengan perawat jaga shift malam
Nurul - Pasien masih sedikit
agak mual
Menganjurkan pasien untuk Nurul - Pasien mengeluh ingin
22.00 istirahat - muntah di saat mual
A:
Mengobservasi pasien pasien Fitri Masalah belum teratasi
01.30 tampak istirahat P:
Intervensi dilanjutkan
Mengobservasi TTV Fitri
05.00 TD= 133/80 mmHg
N= 80 x/menit
Dx 3 Nurul
S :
S= 36,5 derajat Celsius Pasien mengatakan sudah
bisa BAB tapi sedikit
Memberikan terapi oral O :
06.00 ondancentron 4 mg Fitri - TTV
TD= 132/80 mmHg
N= 82 x/menit
Melaksanakan timbang terima S= 36,2 derajat
07.00 dengan perawat jaga shift pagi Fitri - Perut kembung
- Peristaltik usus
7x/menit
A :
Masalah belum teratasi
69
P :
3 Intervensi dilanjutkan
Rabu Dx 1
Selasa 19 Januari S:
Fitri
18 Januari 2022 Pasien mengatakan nyeri
2022 07.00 agak sedikit berkurang.
Memonitor kebersihan pada - P= Nyeri saat
08.00 selang NGT (Membersihkan Bima beraktifitas
selang NGT dan mulut pasien ) - maupun tidak
- Q= Seperti di
Memposisikan pasien semi Bima remas remas
09.00 flower - R= Abdomen
bagian kanan
Memberikan diit pasien ( susu ) - S= 5 ( dari 1-10)
11.30 dan terapi kanamycin caps 250 Bima - T= Hilang timbul
mg,curcuma 1tab,urdafalk 1 tab, O:
dan lactulax syrup - TTV
TD= 132/80 mmHg
Mengobservasi TTV : Bima N= 82 x/menit
12.00 TD= 130/80 mmHg S= 36,2 derajat
N= 86 x/menit - Tampak meringis
S= 36,2 derajat Celsius - Pasien tampak
memegangi area yang
Melaksanakan timbang terima sakit
14.00 dengan perawat jaga shift siang Bima A:
Masalah belum teratasi
70
CATATAN
NO DX WAKTU TINDAKAN TT WAKTU PERKEMBANGAN TT
(tgl &jam) (tgl&jam) (SOAP)
2 Rabu Dx 1
19 Januari Rabu S: Nurul
2022 19 Januari Pasien mengatakan maish
2022 sedikit nyeri
09.00 Mengidentifikasi keluhan mual Bima 21.00 - P= Nyeri saat
pasien ( Mual sudah berkurang ) beraktifitas maupun
tidak
09.30 Memberikan terapi untuk Bima - Q= Seperti di
mengurangi mual ( mengatur remas remas
posisi tidur pasien dan melatih - R= Abdomen
pernafasan ) bagian kanan
75
3 Rabu Kamis
19 Januari 20 Januari Dx 1 Kino
2022 2022 S:
07.00 Pasien mengatakan sudah
08.00 Memonitor kebersihan Bima berkurang rasa nyerinya.
perawatan selang NGT - P= Nyeri saat
(Membersihkan selang NGT dan beraktifitas maupun
membersihkan mulut pasien ) tidak
- Q= Seperti di
09.00 Memposisikan pasien semi remas remas
flower Bima - R= Abdomen
- bagian kanan
11.30 Memberikan diit pasien ( susu ) - S= 4 ( dari 1-10 )
dan terapi kanamycin caps 250 Bima - T= Hilang timbul
mg,curcuma 1tab,urdafalk 1 tab, O:
dan lactulax syrup - Tampak meringis
- Pasien sudah tidak
12.00 Mengobservasi TTV : Bima tampak memegangi area
TD= 134/80 mmHg yang sakit
N= 86 x/menit A:
S= 36,6 derajat Celsius Masalah sebagian teratasi
P:
14.00 Melaksanakan timbang terima Intervensi dilanjutkan
dengan perawat jaga shift siang Bima
Mengobservasi TTV :
05.00 TD= 129/80 mmHg Jeje
N= 80x/menit
S= 36,4 derajat celcius
79
Nurul
BAB 4
PEMBAHASAN
terjadi antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan kepada
pasien dengan diagnosis sirosis hepatis di Ruang E-2 RSPAL Dr. ramelan Surabaya,
4.1 Pengkajian
keluarga, penulis tidak mengalami kesulitan. Hal ini, disebabkan oleh adanya
hubungan saling percaya antara pasien dan keluarga pasien dengan perawat
melalui komunikasi secara langsung. Sehingga pasien dan keluarga terbuka dan
a. Anamnesa
1. Data Demografi
diantaranya yaitu nama, umur, jenis kelamin, agama, status, alamat, suku
ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus karena yang
80
81
2. Keluhan Utama
Pada tinjauan pustaka sirosis hepatis dijelaskan bahwa pada klien dengan
sirosis hepatis biasanya mengeluh nyeri abdomen kuadran atas, nafsu makan
ditemukan data klien memiliki keluhan utama nyeri pada kepala. Maka dapat
mengalami kesenjangan.
dari kamar mandi setelah itu keluarga pasien membawa pasien untuk pijat, 3
kembung dan bertambah besar disertai dengan nyeri saat beraktifitas maupun
tidak beraktifitas, nyeri di bagian perut di bagian abdomen kanan secara terus
menerus, nyeri terasa seperti diremas remas dengan skala nyeri 6. Pasien
sering meringis saat nyeri selain itu pasien juga mengeluh mual seperti ingin
muntah dan sering bersendawa, susah kentut, belum BAB selama 10 hari,saat
pasien ingin BAB pengeluaran feses lama dan sulit saat BAB disertai dengan
mengejan. Keluarga pasien juga mengatakan saat makan hanya 1-2 suap saja
dan tida suka makan buah dan sayur, kemudian selang 3 hari pada tanggal 10
hepatis kemudian pasien dirawat inap di ruang E2, selama pasien dirawat di
ruang E2 pasien masih sulit BAB, BAB keluar sedikit, sudah mendapat terapi
terpasang NGT, diit susu hepatosol 6x100 cc dan jus buah 1x sehari.
6. Riwayat Alergi
b. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
vital tekanan darah 128/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 36,3 oC, respiratori rate
83
20x/menit, antropometri pasien didapatkan data tinggi badan 155 cm, berat
normo chest, tidak ada nafas tertinggal, gerakan toraks kanan dan kiri simetris,
tidak ada penggunaan otot bantu nafas tambahan, tidak ada kelainan pada
pernafasan, pola nafas eupnea, tidak memakai masker oksigen, tidak ada sesak
nafas, tidak ada batuk, tidak ada sputum, tidak sianosis, kemampuan aktivitas
Irama nafas regular, Vocal fremitus normal, suara nafas vesikuler, tidak ada
suara nafas tambahan. Penulis menyimpulkan bahwa pada pasien Ny. R tidak
pada tinjauan kasus ini pasien tidak mengalami gangguan pada saluran
pernafasan.
anemis, CRT <2 detik, tidak ada nyeri dada, nadi 88x/menit, akral teraba
hangat kering merah, dan tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Pada
perkusi suara peka, dan pada pemeriksaan auskultasi irama jantung reguler,
bunyi jantung S1S2 tunggal, tidak ada bunyi jantung tambahan seperti murmur
84
atau gallop.Maka dapat disimpulkan bahwa pada tinjauan kasus ini pasien tidak
verbal orientasi baik (5), motorik menurut perintah (6), total 15 pasien sadar
baik. Refleks fisiologis: biceps +/+, triceps +/+, patella +/+, refleks patologis:
babinsky -/-, burdzinsky -/-. Pada pemeriksaan nervus kranial I: pasien mampu
mengenali bau, nervus kranial II: pasien dapat membaca nama papan perawat,
nervus kranial III: pasien mampu membuka kelopak mata, nervus kranial IV:
pasien mampu menggerakkan bola mata ke atas dan ke bawah, nervus kranial
V: pasien mampu mengunyah dengan baik, nervus kranial VI: pasien mampu
tersenyum simetris, nervus kranial VIII: pasien dapat mendengar dengan baik,
nervus kranial IX: pasien tidak mengalami kesulitan menelan, nervus kranial X:
pasien mampu menelan dengan baik dan tidak kesulitan untuk membuka mulut,
nervus kranial XI: pasien mampu menahan tahanan pada kedua pundaknya,
berwarna hitam, tidak mengeluh nyeri kepala, dan tidak ada paralisis. Bentuk
hidung simetris, septum ditengah dan tidak ada polip, tidak ada kelainan. Mata
simetris, pupil isokor, tidak ada kelainan, reflek cahaya +/+, konjungtiva tidak
85
anemis, sclera tidak ikterik, lapang pandang pasien normal. Pada pendengaran
baik, dan tidak ada gangguan, lidah tampak bersih, uvula di tengah, tidak ada
Maka penulis menyimpulkan bahwa pada tinjauan kasus ini pasien tidak
distensi urin pada kandung kemih, tidak ada nyeri tekan. Eliminasi urin SMRS
urin MRS frekuensi 6-8x/hari, jumlah ± 1600cc/24 jam, warna kuning jernih,
Pada inspeksi mulut pasien bersih, membran mukosa lembab, tidak terdapat
gigi palsu, makan yang dikonsumsi SMRS yaitu nasi, lauk dan 1x sehari ½
cc dan jus buah 1x sehari . Pasien merasa mual dan ingin muntah, pasien
terpasang NGT. Bentuk perut simetri, dan membesar , terdapat nyeri tekan
86
berwarna kuning kecoklatan dan berbau khas, sedangkan eliminasi alvi MRS
frekuensi tidak bisa BAB selama 5 hari, konsistensi keras, berwarna tidak ada,
Rambut pasien hitam, kulit kepala bersih tidak ada benjolan dan lesi,
warna kulit sawo matang, tidak icteric, kuku bersih, turgor kulit elastic,
Kekuatan otot 5555 5555 tidak ada kelainan tulang dan jaringan
5555 5555
diagnosis keperawatan.
87
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) diagnosis yang muncul pada
menurun
pruritus
diakibatkan oleh ketidak cukupan asupan serat pasien,oleh karena itu pasien
terpasang NGT dan diberikan diit susu dan jus buah guna untuk mencukupi
nyata pelaksanaan telah disusun dan direalisasikan pada pasien dan ada
pelaksanaan diagnose pada kasus, hal itu karena diseuaikan dengan keadaan
yang baik antara perawat-perawat maupun dokter ruangan dan tim kesehatan
89
akut berhubungan dengan agen pencedera fisik adalah identifikasi lokasi nyeri,
mengurangi rasa nyeri (teknik relaksasi tarik nafas dalam), fasilitasi istirahat
pemberian analgetik.
dan muntah,memberikan teknik untuk mengurangi rasa mual dan muntah (teknik
posisi tidur yang nyaman ) dan kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian
obat antimietic.
90
dengan agen pencedera fisik (abses) implementasi yang dilakukan agar nyeri
menurun, tekanan darah dalam batas normal yaitu normalnya adalah 120/80
.
91
sistem pencernaan pasien yang dilakukan agar mual menurun dan muntah
menurun untuk mencapai kriteria hasil mual dan muntah menurun dilakukan
dengan ketidak cukupan asupan serat yang dilakukan agar keinginan pasien
untuk makan membaik dengan kriteria hasil keinginan pasien untuk makan
asuhan keperawatan yaitu antara lain : adanya kerjasama yang baik dari
4.5 Evaluasi
tahap terakhir dari sebuah proses keperawatan dengan cara menilai sejauh
teratasi setelah diajarkan teknik nafas dalam dan kolaborasi dengan dokter
pemberian obat anti nyeri yaitu inpepsa 3x500 mg, intervensi dilanjutkan
pasien mengatakan mual dan rasa ingin muntah sudah berkurang setelah
dilakukan dengan memberikan diit susu dan jus buah dengan bantuan
PENUTUP
secara langsung pada pasien dengan kasus sirosis hepatis di ruang E-2 RSPAL Dr.
5.1 Simpulan
Dari hasil yang telah diuraikan tentang asuhan keperawatan pada pasien
berikut :
data primer dan data sekunder, didapatkan data fokus pasien masih
nyeri abdomen bagian kanan, pasien sering muntah dan mual, diit
asupan diet.
94
95
nausea berikan terapi obat untuk mengurangi rasa mual dan muntah
5. Pada akhir evaluasi semua tujuan belum dapat dicapai karena belum
dokumentasi keperawatan.
96
5.2 Saran
implementasi keperawatan.
orang lain.
97
DAFTAR PUSTAKA
Anisa, I. and Hasan, I. (2020) ‘Sirosis Hepatis’, Kapita Selekta Kedokteran, 2(3), pp.
180–183.
Mulyati, L., Yeti, K. and Sukamrini, L. (2013) ‘Analisis Faktor yang Memengaruhi
Self Management Behaviour pada Pasien Hipertensi’, Jurnal
Keperawatan Padjadjaran, v1(n2), pp. 112–123. doi:
10.24198/JKP.V1N2.7.
Munizzi, J. S. (2013) ‘No Analisis struktur kovarians indikator terkait kesehatan pada
orang tua di rumah dengan fokus pada kesehatan subjektif Judul ',
hlm. 1-7.
‘
Robiyanto, R., Liana, J. and Purwanti, N. U. (2019) ‘Kejadian Obat-Obatan
Penginduksi Kerusakan Liver pada Pasien Sirosis Rawat Inap di
RSUD Dokter Soedarso Kalimantan Barat’, Jurnal Sains Farmasi
& Klinis, 6(3), p. 274. doi: 10.25077/jsfk.6.3.274-285.2019.
Setiadi (2016) Dasar Dasar Anatomi dan Fisiolgi Manusia. Edisi 1. Yogyakarta:
Indomedika pustaka.
Stikes Hang Tuah (2022) Buku pedoman penyusun KTI Stikes Hang Tuah Surabaya.
Surabaya.
Sutrisna, M. (2020) ‘Hubungan Tanda-Tanda Hipertensi Portal Dengan Kejadian
Perdarahan Varises Esophagus Pada Pasien Sirosis Hepatis’,
Journal of Nursing and Public Health, 8(1), pp. 66–72. doi:
10.37676/jnph.v8i1.1015.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) Standar Diagnosa keperawatan Indonesia. edisi
1. jakarta selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan. Edisi 1. jakarta
selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Wahyudo, R. (2014) ‘a 78 Years Old Woman With Hepatic Cirrhosis’, Jurnal
Medula, 3(1), pp. 174–183. Available at:
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/downl
oad/440/441.
99
Lampiran 1
A. Pengertian :
Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien yang
2. Pikiran beristirahat
rasa nyeri
B. Tujuan
C. Prosedur pelaksanaan :
1. Tahap prainteraksi
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat
2. Tahap orientasi
dan keluarga
3. Tahap kerja
nikmatnya rasanya
(1-2) menit
g. Merasakan saat ini udara mulai mengalir dari tangan, kaki menuju
anggota tubuh
h. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pad kaki dan tangan dan
merasakan keluar dari ujung-ujung jari tangan dan kaki dan rasakan
kehangatannya
101
secara mandiri
4. Tahap terminasi
d. Cuci tangan
5. Dokumentasi
Lampiran 2
B. Tujuan
1. Memasukkan makanan cair atau obat-obat atau padat yang dicairkan atau
3. Mengeluarkan cairan atau isi lambung dan gas yang ada dalam lambung
6. trauma.
C. Apa yang harus dilakukan pada pasien yang terpasang selang NGT :
3. Bilas selang dengan 30 mL air setelah setiap makan dan setelah setiap
4. pemberian obat-obatan
5. Nilai adanya iritasi atau pecahnya kulit. Cuci dengan lembut area sekitar
6. hidung dengan sabun dan air. Berikan perawatan kebersihan hidung setiap
8. Berikan perawatan mulut setiap 2 jam dan jika dibutuhkan (cuci mulut
dengan
103
9. air, sikat gigi, bersihkan lidah, gigi, gusi, pipi, dan membran mukosa).
Jika
10. pasien sedang membersihkan mulut, ingatkan ia untuk tidak menelan air.