OLEH :
MAHEZA PUTRI AMANDA
NIM. P01720422020
Oleh :
MAHEZA PUTRI AMANDA
NIM. P01720422020
ii
HALAMAN PERNYATAAN
Menyatakan dengan sebenar – benarnya bahwa Karya Ilmiah Akhir ini adalah
hasil karya saya dan bukan hasil penjiplakan dari hasil karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat, apabila kelak dikemudian hari terbukti dalam
ini unsur plagiat, maka saya bersedia mempertanggung jawabkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
Bengkulu, Maret2023
Yang menyatakan,
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Ners Program Profesi
Jurusn Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkuku
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Dipersiapkan oleh :
MAHEZA PUTRI AMANDA
NIM: P01720422020
LULUS
Pembimbing.
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Ners Program Profesi
Jurusn Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkuku
v
HALAMAN BIODATA
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah
Akhir ini dengan judul ”Asuhan Keperawatan Terapi Relaksasi Pada Pasien
Post Op Kolelitiasis Di Ruang Seruni RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu”
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, Karya
Ilmiah Akhir ini tidak dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Eliana., SKM., MPH, selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Bengkulu.
2. Ibu Ns. Septiyanti., S.Kep., M.Pd, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
3. Bapak Ns. Hermansyah., S.Kep., M.Kep, selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Bengkulu Sekaligus
Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran,
memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran dalam
penulisan dan penyusunan Karya Ilmiah Akhir.
4. Seluruh tenaga pendidik dan kependidikan Jurusan Keperawatan yang
telah sabar mendidik dan membimbing selama proses pendidikan.
5. Kedua orang tua (Bapak Darpin dan ibu Dita Sumiarti) serta semua
keluarga yang telah mendoakan, mendukung dan memberikan semangat
baik moril maupun materil.
6. Untuk adik saya (Rani dan Nisa) yang selalu mendoakan dan mendukung
segala kegiatan selama pendidikan.
vii
telah berbagi pengalaman dan membantu penulis selama proses
pembelajaran.
10. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dalam
penyelesaian Karya Ilmiah Akhir.
Penulis menyadari ketidaksempurnaan dalam penulisan ini oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak agar penulis dapat
berkarya lebih baik dan optimal lagi di masa yang akan datang. Penulis
berharap semoga ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi penulis
sendiri dan mahasiswa jurusan keperawatan lainnya.
Bengkulu, 2022
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN................................................................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................v
HALAMAN BIODATA.........................................................................................vi
KATA PENGANTAR...........................................................................................vii
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xi
DAFTAR BAGAN.................................................................................................xi
DAFTAR TABEL...................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan Studi Kasus.......................................................................................3
D. Manfaat Studi Kasus.....................................................................................4
E. Target Luaran................................................................................................5
ix
BAB III METODE PENULISAN
A. Desain Studi Kasus.....................................................................................49
B. Subyek Studi Kasus....................................................................................49
D. Defenisi Operasional...................................................................................50
E. Tempat dan Waktu......................................................................................50
F. Metode Pengumpulan Data.........................................................................51
G. Peyajian Data..............................................................................................51
H. Etika Studi Kasus........................................................................................51
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR BAGAN
DAFTAR GAMBAR
xii
Gambar 2. 1 Anatomi Kandung Kemih...................................................................6
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
Lampiran 1 SOP Deep Brathing Exercise.............................................................55
Lampiran 2 SOP Teknik Genggam Jari.................................................................57
Lampiran 3 SOP Terapi Guide Imagery................................................................59
Lampiran 4 SOP Aromaterapi Lemon...................................................................61
Lampiran 5 SOP Terapi Musik..............................................................................63
Lampiran 6 Skala Pengkajian Nyeri......................................................................65
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kolelitiasis adalah kristal atau endapan yang ada didalam kandung
empedu serta saluran empedu dan bahkan bisa terjadi pada keduanya yang
bisa mengeras serta bisa menyebabkan pembentukan batu (Lucyani, 2019).
Kolelitiasis terbentuk dari timbunan batu kristal yang mengendap di dalam
kantung empedu sehingga menimbulkan radang serta infeksi pada kantung
empedu. Kolelitiasis tidak hanya ditemukan pada kantung empedu , akan
tetapi dapat ditemukan di tempat terdapatnya cairan empedu (Saputro &
Sani, 2020).
Prevalensi kolelitiasis di negara-negara Asia berkisar antara 3%
hingga 10% . Berdasarkan data terbaru tentang prevalensi kololelitiasis di
Jepang sekitar 3,2%, Cina 10,7%, India Utara 7,1%, dan Taiwan 5,0%.
Insiden kolelitiasis dan penyakit saluran kemih empedu di Indonesia yang
terlupakan tak jauh beda dengan angka di negara Asia Tenggara lainnya.
(Andriyan, 2019). Prevalensi batu empedu pada wanita Amerika Serikat
meningkat sekitar 1% per tahun, sedangkan pada pria sekitar 0,5% per
tahun. Kejadian menurun pada wanita setelah menopause. Di Amerika
Serikat 80% batu adalah kolesterol dan 20% pigmen. Setiap tahun di
Amerika Serikat kira-kira. 500.000 orang mengalami gejala atau
komplikasi dari batu empedu memerlukan kolesistektomi. Sekitar 7000
kematian disebabkan komplikasi batu empedu, seperti pankreatitis akut
(Lenahan & Littlefield, 2019).
Berdasarkan data dari rekam medik ruang seruni RSUD Dr. M.
Yunus Bengkulu periode Januari sampai Desember 2022 kolelitiasis bukan
merupakan 10 penyakit terbesar. Angka kejadian kolelitiasis berdasarakan
data yang di peroleh dari catatan rekam medis RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu pada hasil reakpitulasi periode Januari – Desember 2022
terdapat 10 kasus.
2
Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan studi kasus pada
pasien post operasi kolelitasis yang dituangkan dalam Karya Tulis Ilmiah
Akhir Ners dengan Judul “ Asuhan Keperawatan Terapi Relaksasi Pada
Pasien Post Op Kolelitiasis Di Ruang Seruni RSUD Dr.M.Yunus
Bengkulu
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Gambaran Asuhan Keperawatan Manajemen Nyeri Pada
Pasien Post Op Kolelitiasis Di Ruang Seruni RSUD Dr.M. Yunus
Bengkulu.
E. Target Luaran
Rencana luaran studi kasus asuhan keperawatan teknik relaksasi pada
pasien post op kolelitiasis dengan nyeri akut adalah monograf (cetak) ber
ISBN.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi Kandung Empedu
B. Konsep Penyakit
1. Defenisi
Kolelitiasis atau dikenal sebagai penyakit batu empedu
merupakan penyakit yang di dalamnya terdapat batu empedu yang
dapat ditemukan di dalam kandung empedu atau di dalam saluran
empedu atau pada kedua- duanya (Rahayu, 2019). Kandung empedu
adalah sebuah kantung terletak di bawah hati yang mengonsentrasikan
dan menyimpan empedu sampai ia dilepaskan ke dalam usus.
Kebanyakan batu duktus koledokus berasal dari batu kandung empedu,
tetapi ada juga yang terbentuk primer di dalam saluran empedu.
Batu empedu bisa terbentuk di dalam saluran empedu jika
empedu mengalami aliran balik karena adanya penyempitan saluran.
Batu empedu di dalam saluran empedu bisa mengakibatkan infeksi
hebat saluran empedu (kolangitis). Jika saluran empedu tersumbat,
maka bakteri akan tumbuh dan dengan segera menimbulkan infeksi di
dalam saluran. Bakteri bisa menyebar melalui aliran darah dan
menyebabkan infeksi di bagian tubuh lainnya.
a. Faktor metabolik
Cairan empedu mengandung air, HCO3, pigmen empedu, garam
empedu, dan kolestrol. Kandungan kolestrol yang tinggi dalam
cairan empedu memungkinkan terbentuknya batu. Tidak dijumpai
korelasi antara kolestrol darah dan kolestrol empedu.
b. Statis Bilier
Stagnasi cairan empedu menyebabkan air ditarik ke kapiler,
sehingga garam empedu menjadi lebih banyak yang akan
mengubah kelarutan kolestrol.
c. Peradangan
Oleh karena proses peradangan, kandungan cairan empedu
menjadi berubah, sehingga keasaman cairan empedu bertambah
dan daya larut kolestrol menjadi menurun.
Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko. Namun,
semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar
kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Sebuah penelitian
menyebutkan faktor risiko batu empedu mencakup 5F, yaitu :
1. Fat (obesitas)
2. Forty (umur)
3. Female (jenis kelamin)
4. Fertile (estrogen)
5. Fair (etnik)
Sedangkan menurut Rahayu (2019) faktor terjadinya kolelitiasis adalah
sebagai berikut
a. Jenis Kelamin Perempuan
Perempuan lebih cenderung untuk mengembangkan batu empedu
kolestrol daripada laki-laki, khususnya pada masa reproduksi.
Peningkatan batu empedu disebabkan oleh faktor estrogen dan
progesteron sehingga meningkatkan sekresi kolestrol bilier.
10
b. Peningkatan Usia
Peningkatan usia baik pada pria dan wanita, keduanya meningkatkan
risiko terbentuknya batu pada empedu.
c. Obesitas
Kondisi obesitas akan meingkatkan metabolisme umum, resistensi
insulin, diabetes mellitus tipe II, hipertensi, dan hiperlipidemia
berhubungan dengan peningkatan sekresi kolestrol hepatika dan
merupakan faktor resiko utama untuk pengembangan batu
empedu.
d. Kehamilan
Sering terjadi pada wanita yang sering mengalami kehamilan
multiple. Hal ini disebabkan oleh tingkat progesteron pada saat
kehamilan tinggi. Progesteron mengurangi kontraktilitas kandung
empedu, menyebabkan resistensi berkepanjangan dan konsentrasi
lebih besar empedu dikandung empedu.
e. Status Bilier
Kondisi yang bisa meningkatkan kondisi statis, seperti cedera tulang
belakang, puasa berkepanjangan atau pemberian diet nutrisi total
parenteral dan penurunan berat badan berhubungan dengan kalori
dan pembatasan lemak (misalnya diet, operasi byass lambung).
Kondisi statis biler akan menurunkan produksi garam empedu, serta
meningkatkan kehilangan garam empedu ke intestinal.
f. Keturunan
Sekitar 25% dari batu empedu kolesterol faktor predisposisinya
adalah turun temurun seperti dinilai dari penelitan terhadap kembar
identik.
g. Gangguan Intestinal
Gangguan pencernaan, misalnya pasien pasca reseksi usus dan
penyakit Chron memiliki resiko kehilangan garam empedu dari
intestinal
11
4. Patofisiologi
Batu empedu terjadi karena adanya zat tertentu dalam
empedu yang hadir dalam konsentrasi. Bila empedu terkosentrasi di
kandung empedu, larutan akan menjadi jenuh dengan bahan-bahan
tersebut, kemudian endapan dari larutan akan membentuk kristal
mikroskopis terperangkap dalam mukosa bilier, akan menghasilkan
suatu endapan. Oklusi dari saluran oleh endapan dan batu kolesterol
menghasilkan komplikasi penyakit batu empedu. Pada kondisi normal
kolesterol tidak mengendap di empedu karena mengandung garam
empedu terkonjugasi dan fosfatidikolin (lesitin) dalam jumlah cukup
agar kolesterol berada di dalam larutan misel, jika rasio konsetrasi
kolesterol berbanding garam empedu dan lesitin meningkat, maka
larutan misel menjadi sangat jenuh. Kondisi yang sangat jenuh ini
mungkin karena hati memproduksi kolestrol dalam bentuk konsentrasi
tinggi. Zat ini kemudian mengendap pada lingkungan cairan dalam
bentuk kristal kolesterol. Kristal ini merupakan prekursor batu empedu.
Bilirubin, pigmen kuning yang berasal dari pemecahan heme,
secara aktif disekresikan ke dalam empedu oleh sel hati. Sebagian besar
bilirubin dalam empedu adalah berada dalam bentuk konjugat
glukoronida yang larut dalam air dan stabil, tetapi sebagian kecil terdiri
atas bilirubin tak terkonjugasi. Bilirubin tak terkonjugasi, seperti asam
lemak,fosfat, karbonat, dan anion lain, cenderung untuk membentuk
presipitat tak larut dengan kalsium. Kalsium memasuki empedu secara
pasif bersama dengan elektrolit lain. Dalam situasi pergantian heme
tinggi, seperti hemolisis kronis atau sirosis, bilirubin tak terkonjugasi
mungkin berada dalam empedu pada konsentrasi yang lebih tinggi dari
biasanya. Kalsium bilirubinat mungkin kemudian mengkristal dari
larutan dan akhirnya membentuk batu. Seiring waktu berbagai oksidasi
menyebabkan bilirubin presipitat untuk mengambil jet warna hitam.
Batu yang terbentuk dengan cara ini yang disebut batu pigmen hitam.
Empedu biasanya steril, tetapi dalam beberapa kondisi yang tidak biasa
13
5. WOC
Penuranan garam empedu
Batu Kolestrol
Batu empedu
6. Manifestasi Klinis
Sebagian besar bersifat asimtomatik (tidak ada gejala apapun)
a. Nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan atas atau midepigastrik
samar yag menjalar ke punggung atau region bahu kanan
b. Sebagian penderita rasa nyeri bukan bersifat kolik melainkan
persisten
c. Mual, muntah, dan demam
d. Ikterus Obstruksi pengaliran getah empedu kedalam duodenum akan
menimbulkan gejala yang khas, yaitu : getah empedu yang tidak lagi
dibawa kedalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan
empedu ini membuat kulit dan membrane mukosa berwarna kuning.
Keadaan ini sering disertai dengan gejala gatal – gatal pada kulit.
e. Perubahan warna urine dan feses. Ekskresi pigmen empedu oleh
ginjal akan membuat urine berwarna sangat gelap. Feses yang tidak
lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu, dan
biasanya pekat yang disebut “Clay-colored”.
f. Defisiensi vitamin Obstruksi aliran empedu juga akan mengganggu
absorbsi vitamin A,D,E,K yang larut lemak. Karena itu pasien dapat
memperlihatkan gejala.
g. Terjadi regurgitasi gas : sering flatus dan sendawa (Jumiyati, 2022).
7. Komplikasi
Komplikasi kolelitiasis yang bisa terjadi adalah colecystitis akut
dan kronik, choledokolitiasis, peritonitis, kolangitis, abses Kantong
empedu, sirosis bilier, dan ikterus obstruktif (Lasantu, 2019). Berikut
penjelasan dari penyakit komplikasi akibat kolelitiasis, menurut
(Jumiyati, 2022) :
a. Kolesistitis Akut
Kolesistitis akut terkait dengan batu empedu terjadi pada 90-95%
kasus yang ditandai dengan kolik bilier akibat obstruksi duktus
sistikus. Apabila obstruksi berkanjut, kandung empedu mengalami
16
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Jumiyati (2022) pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan pada klien dengan Kolelitiasis adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Laboratorium (Darah Lengkap)
Batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak
menunjukkan kelainan pada pemeriksaan laboratorium. Apabila
terjadi peradangan akut, dapat terjadi leukositosis. Apabila terjadi
sindroma mirizzi, akan ditemukan kenaikan ringan bilirubin serum
akibat penekanan duktus koledukus oleh batu. Kadar bilirubin serum
17
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Non Bedah
1. Disolusi Medis
Harus memenuhi kriteria terapi non operatif, seperti batu kolestrol
diameternya < 20 mm dan batu < 4 batu, fungsi kandung empedu
baik, dan duktus sistik paten.
2. Endocospic Retrograde Cholangiopancreatography (ERC)
Batu didalam saluran empedu dikeluarkan dengan basket kawat atau
balon ekstraksi melalui muara yang sudah besar menuju lumen
duodenum sehingga batu dapat keluar bersama tinja. Untuk batu
besar, batu yang terjepit disaluran empedu atau batu yang terletak
diatas saluran empedu yang sempit diperlukan prosedur
endoskopik tambahan sesudah sfingterotomi seperti pemecahan
batu dengan litotripsi mekanik dan litotripsi laser.
3. Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) merupakan
pemecahan batu dengan gelombang suara (Jumiyati, 2022)
19
j. Usia
Perbedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia
anak-anak dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri
k. Jenis kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda dalam merespon nyeri
dan tingkat kenyamananya
l. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu
mengatasi
6. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri umumnya dibagi 2, yaitu :
a. Nyeri Akut
Menurut NANDA (2012) nyeri akut adalah pengalaman
sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan jaringan, awitan yang tiba – tiba
atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang
dapat diantisipasi atau di prediksi dan berlangsung < 6 bulan.
b. Nyeri Konis
Nyeri kronis adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang suatu priode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu
penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat
dikaitkan dengan penyebab atau cidera spesifik. Nyeri kronis sering
didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama enam bulan
atau lebih, meskipun enam bulan merupakan suatu periode yang
dapat berubah untuk mebedakan nyeri akut dan nyeri kronis
(Smeltzer dan Bare, 2012).
(Alessandra, 2022)
c. Usia
Terdapat beberapa variasi dalam batas nyeri yang dikaitkan dengan
kronologis usia. Individu dewasa mungkin tidak melaporkan
adanya nyeri karena takut bahwa hal tersebut mengindikasikan
diagnosis yang buruk. Nyeri juga dapat berarti kelemahan,
kegagalan, atau kehilangan kontrol bagi orang dewasa. (Black &
Hawks, 2014).
d. Jenis Kelamin
Jenis kelamin dapat menjadi faktor dalam respon nyeri, anak laki-
laki jarang melaporkan nyeri dibandingkan anak perempuan.
Dibeberap budaya di Amerika Serikat, laki-laki jarang.
(Black&Hawks, 2014).
2. Manfaat Relaksasi
Relaksasi memiliki beberapa manfaat diantaranya adalah
mengurangi tingkat stres pada seseorang yang memiiki masalah
kesehatan (Tsitsi et al., 2017). Manfaat yang sama juga dijelaskan oleh
peneliti lain bahwasanya relaksasi dapat mengurangi tingat stres,
dimana teknik relaksasi berguna untuk meregulasi emosi dan fisik
individu dari kecemasan, ketegangan, stres dan lainnya, serta secara
fisiologis, pelatihan relaksasi memberikan respons relaks, dimana dapat
26
3. Jenis-Jenis Relaksasi
Menurut Miltenberger (2004) relaksasi dibedakan menjadi empat
macam yaitu
a. Relaksasi otot (progressive muscle relaxation)
b. Relaksasi pernapasan (diagphragmatic breathing)
c. Relaksasi dengan cara meditasi (attention focussing exercises)
d. Relaksasi perilaku (behavioural relaxation training) dan lain
sebagainya
27
E. Penelitian Terkait
Seiring dengan perkembangan ilmu pegetahuan dan teknologi, saat
ini banyak penelitian terkait aktivitass keperawatan yang bisa dilakukan
dalam kelompok intervensi terapi relaksasi pada pasien post op kolelitasis
1. Intervensi Aromaterapi Lemon terhadap Penurunan Intensitas Nyeri
Post Op Laparatomi
Laparatomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor,
dengan melakukan penyayatan pada lapisan-lapisan dinding abdomen
untuk mendapatkan vagian organ abdomen yang mengalami masalah
(hemoragi, perforasi, kanker, dan obstruksi). Laparatomi juga dilakukan
pada kasus-kasus digesif dan kandungan seperti apendiksitis, perforasi,
kanker, colon dan rectum, obstruksi usus, inflamasi usus kronis,
kolelitiasis dan peritonitis.
Pemberian asuhan keperawatan komplementer dengan metode
aromaterapi lemon untuk menurunkan intensitas nyeri pada pasien post
operasi laparatomi . Tujuan penelitian yaitu mengetahui pengaruh
aromaterapi lemon terhadap intensitas nyeri pasien post op laparatomi.
Disamping pemberian obat obat-obatan sebagai tindakan keperawatan
yang umum untuk mengurangi nyeri, sebagai perawat harus mampu
memberikan tindakan keperawatan yang umum untuk membantu
mengurangi nyeri yaitu mengkaji sifat, intensitas, lokasi, durasi, dan
mengkaji tanda non verbal dari nyeri , memberikan pilihan tindakan
rasa nyaman menciptakan lingkungan yang tenang dan bimbinga
spiritual.
Aromaterapi adalah suatu metode dalam relaksasi yang
mmenggunakan minyak esensial atau uap dalam pelaksanaannya
berguna untuk meningkatkan kesehatan fisik emosi, dan sprit
seseorang. Aromaterapi lemon merupakan jenis aromaterapi yang dapat
digunakan untuk mengatasi nyeri dan cemas.
Hasil penelitian rata-rata skala nyeri pasien post op laparatomi
sebelum diberikan aroma terapi lemon adalah 5,20 (nyeri sedang).
28
Pada dari pemandangan tersebut, pada apa yang terlihat, terdengar dan
tercium dimana mereka berada di tempat spesial tersebut. Dalam
melakukan teknik ini, dapat juga digunakan audio tape dengar music
yang lembut atau suara- suara alam sebagai background. Waktu yang
digunakan 10-20 menit.
Manfaat guided imaginary diantaranya mengurangi stress dan
kecemasan, mengurangi nyeri, mengurangi efek samping, mengurangi
tekanan darah tinggi, mengurangi level gula darah atau diabetes,
mengurangi alergi dan gejala pernafasan, mengurangi sakit kepala,
mengurangi biaya rumah sakit dan meningkatkan penyembuhan luka
Hasil penelitian terdapat perbedaan tingkat nyeri pasien post
operasi laparatomy sebelum dan sesudah dilakukan teknik guided
imaginary. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p =0,000. Nilai p <0,05 dan
t hitung lebih besar dari t tabel (7,103 > 1,753) pada signifikan 95% dan
penurunan intensitas nyeri sesudah dilakukan guided imaginary dari
5,88 menjadi 3,56.
durasi, dan mengkaji tanda non verbal dari nyeri , memberikan pilihan
tindakan rasa nyaman menciptakan lingkungan yang tenang dan
bimbinga spiritual.
Penatalaksanaan nyeri penting dilakukan karena dapat mengurangi
rasa nyeri, dengan cara teknik non farmakologi yang dikenal dengan
beberapa metode terdiri dari teknik distraksi, relaksasi, massage
effleurage. teknik distraksi yaitu salah satunya dengan teknik
mendengarkan musik. Musik menghasilkan perubahan status kesadaran
melalui bunyi, kesunyian, ruang, dan waktu. Pada keadaan perawatan
akut, mendengarkan musik klasik dapat memberikan hasil yang sangat
efektif dalam upaya mengurangi nyeri pasca operasi pasien.
Berdasarkan hasil kajian literature dari 19 jurnal yang dianalisis
menunjukan bahwa terapi musik cukup signifikan mempengaruhi
perubahan intensitas nyeri pada pasien post operasi. Hasil menyatakan
dengan rentang nilai p-value antara <0,00 sampai <0,05.
Tabel 2.1
Penelitian Terkait
Jurnal dan
No. Penulis dan Judul Sampel Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Tahun
1. Hasyim Kadri, Salvita Jurnal Sampel pasien ini adalah Penelitian ini Hasil uji analisa data
Fitrianti Akademika seluruh pasien post op menggunakan menggunakan uji statistik
Baiturrahim laparatomi di RSUD metode kuantitatif t-independen menunjukkan
“Pengaruh Jambi, Vol 9, Raden Mattaher Jambi dengan rancangan hasil p-value 0,001 (p <
Aromaterapi Lemon No.2, yang berjumlah 10 pra eksperimen 0,05) yang berarti ada
terhadap Penurunan September orang dengan populasi without control pengaruh aroma terapi
Intensitas Nyeri Post 2020 44 orang group. lemon terhadap penurunan
Operasi Laparatomi” intensitas nyeri pada pasien
op laparatomi
2. Yuntafiur Rosida, Jurnal Sampel pasien ini adalah Penelitian ini Hasil uji analisa data
Yuli Widyastuti Kebidanan, seluruh pasien post op menggunakan menggunakan uji statistik
Vol. 6, No.02, laparatomi di RSUD metode purposive t-independen menunjukkan
“Pengaruh Terapi Desember Dr.Moewardi yang sampling dengan hasil p-value = 0,000 (p <
Relaksasi Guided 2014 berjumlah 16 responden rancangan one 0,05)
Imaginary Terhadap pretest-posttest
Intensitas Nyeri Pada design
Pasien Post Operasi
Laparatomy”
3. Rudi Harmano, Maria Jurnal Sampel pasien ini adalah Penelitian ini Hasil uji analisa
Diah, M.Hisbulloh H Keperawatan seluruh pasien post op menggunakan menggunakan uji Mann
Terapan, Vol. laparatomi di RSUD metode quasi Whitney menunjukan p-
“Deep Breathing 3, No.1, Maret Malang yang berjumlah eksperimen design, value = 0,000 (p < 0,05)
Exercise (DBE) Dan 2017 34 responden non-equivalent
Tingkat Nyeri Pada
34
“ Pengaruh Terapi
Musik terhadap
Penurunan Nyeri
Pada Pasien Post
Operasi”
5. Iin Pinandita, Ery Jurnal Ilmiah Sampel pasien ini adalah Penelitian ini Hasil uji analisa data
Purwanti, Bambang Kesehatan seluruh pasien post op menggunakan menggunakan uji statistik
Utoyo Keperawatan, laparatomi di RS metode quasi t-test independen
Vol.8, No.1, Muhammadiyah eksperimen, dengan menunjukkan hasil p-value
“Pengaruh Teknik Februari 2012 Gombong yang pendekatan pre test- = 0,000 (p < 0,05)
Relaksasi Genggam berjumlah 34 responden post test with control
Jari Terhadap group
Penurunan Intensitas
Nyeri Pada Pasien
Post Operasi
Laparatomi”
35
f) Sitem Pengelihatan
Menurut Girsang (2013), biasanya ditemukan sklera ikterus
sebagai respon dari peningkatan bilirubin dalam darah.
g) Sistem Pendengaran
Uji kemampuan pendengaran dengan tes rinne, webber, dan
schwabach menunjukan tidak ada keluhan pada sistem
pendengaran.
h) Sistem Muskuloskeletal
Pasien dapat mengalami kelemahan karena tirah baring post
operasi kolelitiasis dan mengalami kekakuan, sehingga
ditemukan adanya kelemahan dan keterbatasan gerak akibat
adanya nyeri post operasi kolelitiasis. Kekuatan otot
berangsur membaik seiring dengan peningkatan toleransi
aktivitas.
i) Sistem Integumen
Adanya luka operasi pada abdomen. Turgor kulit menurun
akibat kurangnya volume cairan, suhu tubuh dapat meningkat
apabila terjadi infeksi. Bilirubin terkonjugasi akan meningkat
dalam darah diakibatkan oleh absorbsi cairan empedu oleh
kapiler darah sebagai dampak adanya obstruksi, sehingga
ikterus akan timbul.
j) Sistem Endokrin
Biasanya tidak ada keluhan pada sistem endokrin. Tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid dan getah bening.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan
objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan
diagnosa keperawatan. Diagnosis keperawatan melibatkan proses
berfikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga,
rekam medik dan pemberian pelayanan kesehatan yang lain.
40
3. Intervensi
Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN
NO KEPERAWATA RASIONAL
N SLKI SIKI
Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilakukan asuhan SIKI: Manajemen nyeri
Keperawatan selama 3x24
jam, diharapkan:
SLKI : Tingkat Nyeri
Kriteria hasil :
Keluhan nyeri
Meringis
Sikap protektif
Gelisah
Kesulitan tidur
Menarik diri
Berfokus pada diri sendiri
Diaforesis perasaan
depresi
Perasaan takut mengalami
cedera berulang
Anoreksia
Perineum terasa tertekan
Ketegagan otot
43
Muntah Observasi :
Mual Observasi : 1. Mengidentifikasi
1. Identifikasi lokasi, karekteristik,
lokasi, karekteristik, durasi, durasi, frekuensi, kualitas,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
intensitas nyeri 2. Mengidentifikasi skala nyeri
2. Identifikaasi skala nyeri 3. Mengidentifikasi respon
3. Identifikasi respon nyeri nyeri non verbal
non verbal 4. Mengidentifikasi faktor
4. Identifikasi faktor yang memperberat
yang memperberat dan memperingan nyeri
dan 5. Mengidentifikasi
memperingan nyeri pengetahuan dan
5. Identifikasi pengetahuan keyakinan tentang nyeri
dan keyakinan tentang nyeri 6. Mengidentifikasi
6. Identifikasi pengaruh pengaruh budaya
budaya terhadap respon terhadap respon nyeri
nyeri 7. Mengidentifikasi pengaruh
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
nyeri pada kualitas hidup 8. Memonitor keberhasilan
8. Monitor keberhasilan terapi terapi komplementer yang
komplementer yang sudah diberikan
sudah 9. Memonitor samping
diberikan penggunaan analgesik
9. Monitor efek
samping
penggunaan analgesic
Terapeutik : Terapeutik :
44
Edukasi : Edukasi :
1. Menjelaskan 1. Memberikan informasi
penyebab, periode, dan terkait nyeri yang dirasakan
pemicu nyeri pasien
2. Jelaskan strategi meredakan 2. Membantu pasien
nyeri mengatasi mengatasi saat
3. Anjurkan memonitor nyeri rasa nyeri muncul
secara mandiri 3. Pasien dapat mengetahui
4. Anjurkan sendiri
menggunakan analgetik karakteristik, penyebab,
secara tepat lokasi saat nyeri muncul
5. Ajarkan 4. Menganjurkan
teknik nonfarmakologis menggunakan analgesik
45
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian 1. Membantu mengatasi
analgetik, jika perlu masalah nyeri dengan
bekolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain
4. Implementasi
Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan
adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlakukan untuk mencapai tindakan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Implementasi
mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas
kehidupan sehari-hari, memberikan arahan perawatan untuk mencapai
tujuan yang berpusat pada klien dan mengevaluassi kerja anggota staf
atau mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan
dengan perawatan kesehatan berkelanjutan dari klien. Implementasi
meluangkan rencana asuhan ke dalam tindakan. Setelah rencana
dikembangkan, sesuai dengan kebutuhan dan prioritas klien, perawat
melakukan intervensi keperawatan spesifik yang mencakup tindakan
(Potter & Perry, 2015)
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses keperawatan mengukur respon klien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan.
Tahap akir yang bertujuan untuk mencapai kemampuan klien dan
tujuan dengan meihat perkembangan klien. Evaluasi klien dilakukan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya pada tujuan
(Potter & Perry, 2015)
BAB III
METODE PENULISAN
Fokus studi kasus ini yaitu upaya perawat dalam pemenuhan kebutuhan
rasa nyaman nyeri pada pasien post op kolelitiasis dengan masalah nyeri
akut di ruang Seruni RSUD Dr.M Yunus Bengkulu
D. Defenisi Operasional
1. Asuhan keperawatan pada studi kasus ini didefenisikan sebagai suatu
rangkaian proses keperawatan medikal bedah yang meliputi
pengkajian, diagnosa, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi
keperawatan pada pasien post op kolelitiasis di ruang seruni.
2. Manajemen nyeri pada studi kasus ini didefenisikan sebagai rangkaian
tindakan keperawatan yang terdiri dari aromaterapi lemon, terapi
relaksasi guide imaginary, terapi relaksasi guide imaginary, terapi deep
breathing exercise, terapi musik dan teknik genggam jari.
3. Kolelitiasis adalah diagnosa medis yang ditegakkan oleh dokter
berdasarkan manifestasi klinis, hasil pemeriksaan fisik dan hasil
pemeriksaan diagnostic lainya
4. Nyeri akut pada studi kasus ini didefenisikan sebagai diagnosa
keperawatan pada pasien post op kolelitiasis di RSMY yang mengalami
skala nyeri 5-10 yang dapat mengganggu rasa aman dan nyaman
5. Teknik relaksasi pada studi kasus ni didefenisikan sebagai proses
merilekskan otot-otot yang mengalami ketegangan atau mengendorkan
otot-otot tubuh dan pikiran agar tercapai kondisi yang nyaman atau
berada pada glombang otak alfa-teta (Yunus, 2014)
G. Peyajian Data
Penyajian data pada studi kasus disajikan secara tekstual dengan
data- data proses asuhan keperawatan yang kemudian disajikan secara
terstruktur atau narasi, disertai dengan ungkapan verbal dan cuplikan.
3. Kerahasiaan (confidentialy)
Semua informasi yang didapat dari responden tidak akan
disebarluaskan ke orang lain dan hanya peneliti yang
mengetahuinya.
4. Keadilan (justice)
Peneliti memperlakukan semua responden secara adil selama
pengumpulan data tanpa adanya diskriminasi, baik yang bersedia
mengikuti penelitia maupun yang menolak untuk menjadi responden
penelitian.
5. Asas kemanfaatan (beneficiency)
Asas kemanfaatan harus memiliki tiga prinsip yaitu bebas
penderitaan, bebas eksploitasi dan beban resiko. Bebas penderitaan
yaitu peneliti menjamin responden tidak mengalami cidera,
mengurangi rasa sakit, dan tidak memberikan penderitaan pada
responden. Bebas eksploitasi dimana pemberian informasi dari
responden digunakan sebaik mungkin dan tidak digunakan secara
sewenang-wenang demi keutungan peneliti. Bebas risiko yaitu
responden terhindar dari risiko bahaya kedepannya. Tujuan dari
penelitian adalah untuk menambah pengetahuan, menerapkan
perawatan dengan masalah gangguan pola tidur pada pasien post op
kolelitiasis serta berperan dalam mengurangi hari lama rawat.
6. Maleficience
Peneliti menjamin tidak menyakiti, membahayakan, atau,
memberikan ketidaknyamanan baik secara fisik maupun psikologi.
DAFTAR PUSTAKA
RSPAD Gatot Soebroto. (2017). Draf spo teknik genggam jari spo pemberian
terapi teknik genggam jari. https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-
Undergraduate-5803-SPO VIKS.pdf
54
Saputro, D., & Sani, F. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post
Pembedahan Cholelitiasis Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman Dan
Nyaman. Jurnal Keperawatan, 23(1), 6.
Lampiran 1
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
STANDAR
OPERASIONAL DEEP BREATHING EXERCISE
PROSEDUR
PENGERTIAN Latihan pernapasan dengan teknik bernapas
secara perlahan dan dalam, menggunakan otot
diagfragma, sehingga memungkinkan abdomen
terangkat perlahan dan dada mengembang
penuh
TUJUAN 1. Membantu mencapai ventilasi yang lebih
terkontrol
2. Meningkatkan inflasi alveolar lebih maksimal
Sumber/refrensi (Polkesbaya, 2019)
Lampiran 2
58
STANDAR
OPERASIONAL TERAPI TEKNIK GENGGAM JARI
PROSEDUR
Teknik genggam jari adalah sebuah teknik
relaksasi sederhana yang mudah di lakukan oleh
PENGERTIAN
siapapun yang berhubungan dengan aliran tubuh
manusiadan dapat mengurangi rasa nyeri
1. Mengurangi nyeri, takut dan cemas
2. Mengurangi perasaan panik, khawatir dan
terancam
3. Memberikan perasaan yang nyaman pada
TUJUAN
tubuh
4. Menenangkan pikiran dan dapat mengontrol
emosi
5. Melancarkan aliran dalam darah
Sumber/referensi (RSPAD Gatot Soebroto, 2017)
TAHAP TERMINASI
1. Rapikan pasien
2. Observasi respon pasien setelah tindakan
D
3. Cuci tangan
4. Dokumentasikan hasil tindakan yang telah
dilakukan
Lampiran 3
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
STANDAR
OPERASIONAL TERAPI GUIDED IMAGERY
PROSEDUR
PENGERTIAN Merupakan salah satu teknik relaksasi dan
60
Lampiran 4
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
STANDAR
OPERASIONAL AROMATERAPI LEMON
PROSEDUR
62
LANGKAH – LANGKAH
TINDAKAN
A TAHAP PRA INTERAKSI
3. Kaji kebutuhan pasien
4. Kaji skala nyeri pasien
B TAHAP ORIENTASI
5. Beri salam dan panggil pasien dengan nama
yang ia sukai
6. Tanya keluhan dan kaji gejala spesifik yang
ada pada pasien
7. Jelaskan kepada pasien mengenai prosedur
dan tujuan tindakan yang akan dilakukan.
Berikan kesempatan kepada pasien dan
keluarga untuk bertanya sebelum tindakan
dimulai
8. Meminta persetujuan pasien sebelum memulai
tindakan
C TAHAP KERJA
1. Atur posisi klien senyaman mungkin
2. Lakukan cuci tangan dan menggunakan
sarung tangan
3. Teteskan 0,1 ml aromaterapi lemon essential
oil pada tissue
4. Anjurkan pasien untuk menghirup aromaterapi
essential oil selama 5 menit
5. Setelah terapi selesai bersihkan alat dan atur
posisi nyaman untuk klien
D TAHAP TERMINASI
1. Rapikan pasien
2. Observasi respon pasien setelah tindakan
63
3. Cuci tangan
4. Dokumentasikan hasil tindakan yang telah
dilakukan
Lampiran 5
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
STANDAR
OPERASIONAL TERAPI MUSIK
PROSEDUR
PENGERTIAN Terapi musik adalah usaha meningkatkan
kualitas fisik dan mental dengan rangsangan
suara yang terdiri dari melodi, ritme,
harmoni yang dapat dijadikan terapi kepada
klien.
64
TAHAP TERMINASI
5. Rapikan pasien
6. Observasi respon pasien setelah tindakan
D
7. Cuci tangan
8. Dokumentasikan hasil tindakan yang telah
dilakukan
Lampiran 6
PENGKAJIAN
NYERI