Anda di halaman 1dari 115

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN INTERVENSI INOVASI TERAPI


DZIKIR KOMBINASI MASSAGE TENGKUK DAN AROMATERAPI
LAVENDER TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI KEPALA

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

DISUSUN OLEH :
Reni Anggraeni, S.Kep
2111102412017

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2022
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN
PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN INTERVENSI INOVASI TERAPI
DZIKIR KOMBINASI MASSAGE TENGKUK DAN AROMATERAPI
LAVENDER TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI KEPALA

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ners Keperawatan

DISUSUN OLEH :
Reni Anggraeni, S.Kep
2111102412017

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2022
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : RENI ANGGRAENI

NIM : 2111102412017

Program Studi : NERS

Judul KI-AN : ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN INTERVENSI INOVASI TERAPI
DZIKIR KOMBINASI MASSAGE TENGKUK DAN AROMATERAPI
LAVENDER TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI KEPALA

Menyatakan bahwa karya ilmiah akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan alihan tulisan atau pikiran
orang lain yang akan saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Semua
sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Apabila dikemudian hari didapatkan bukti bahwa terdapat plagiat dalam


penelitian ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan
perundang-undangan (Permendiknas No 17, tahun 2010).

Samarinda, 30 Mei 2022

Materai

RP. 10000,-

Reni Anggraeni, S.Kep


NIM. 211102412017
LEMBAR PERSETUJUAN

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN INTERVENSI INOVASI TERAPI
DZIKIR KOMBINASI MASSAGE TENGKUK DAN AROMATERAPI
LAVENDER TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI KEPALA

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

DI SUSUN OLEH :

Reni Anggraeni, S.Kep


2111102412017

Disetujui untuk diujikan

Pada tanggal, … Juni 2022

Pembimbing

Ns. Andri Praja Satria, S.Kep., M.Sc


NIDN. 1104068405

Mengetahui,
Koordinator MK. Elektif

Ns. Enok Sureskiarti, M. Kep


NIDN. 1119018202
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN INTERVENSI INOVASI TERAPI
DZIKIR KOMBINASI MASSAGE TENGKUK DAN AROMATERAPI
LAVENDER TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI KEPALA

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

DISUSUN OLEH :
Reni Anggraeni, S.Kep
2111102412017

Diseminarkan dan Diujikan


Pada Tanggal, 23 Juni 2022

Penguji I Penguji II Penguji III

Ns. Maridi M Dirdjo., M.Kep Ns. Taharudin., M.Kep Ns. Andri Praja Satria., S.Kep., M.Sc
NIDN: 1125037202 NIDN: 1129058501 NIDN: 1104068405

Mengetahui,
Ketua
Program Studi Profesi Ners

Ns. Enok Sureskiarti, M.Kep


NIDN: 1119018202
MOTTO

"Apabila anak Adam itu mati, maka terputuslah amalnya (kecuali) tiga
perkara: sodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang
mendoakannya"

(HR. Muslim No 1631)


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Dengan mengucap, Alhamdulilah, puji dan syukur kita panjatkan kehadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) berjudul “Analisis

Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien Hipertensi Dengan Intervensi Inovasi

Terapi Dzikir Kombinasi Massage Tengkuk Dan Aromaterapi Lavender Terhadap

Penurunan Intensitas Nyeri Kepala”.

Dalam melaksanakan Karya Ilmiah Akhir ini, penulis banyak mengalami

hambatan dan kesulitan, namun semua itu menjadi ringan berkat dukungan,

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Bambang Setiaji, M.S., selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Kalimantan Timur yang telah memberikan motivasi dan

dukungan dalam Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini.

2. Yth. Ibu Dr. Hj. Nunung Herlina, S.Kp., M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu

Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.

3. Yth. Ibu Ns. Enok Sureskiarti, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Profesi

Ners di Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.

4. Yth. Bapak Ns. Andri Praja Satria, S.Kep., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing

dan juga Penguji III yang telah meyediakan waktunya untuk memberikan

bimbingan, dukungan, pengarahan, serta motivasi yang baik dalam


penyusunan penelitian ini sehingga Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini dapat

terselesaikan.

5. Yth. Bapak Ns. Maridi M. Dirdjo.,M.Kep, selaku Penguji I dalam penulisan

Karya Ilmiah Akhir Ners.

6. Yth. Bapak Ns. Taharudin.,M.Kep selaku Penguji II dalam penulisan Karya

Ilmiah Akhir Ners.

7. Yth. Bapak-ibu Dosen dan seluruh Karyawan Universitas Muhammadiyah

Kalimantan Timur yang saya sayangi.

8. Bapak-Ibu, kakak dan keluarga yang selalu mendoakan saya sehingga Karya

Ilmiah Akhir Ners ini bisa terselesaikan .

9. Saudara-saudara dan teman-teman Ners Universitas Muhammadiyah

Kalimantan Timur yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Terimakasih untuk kebersamaan, pertemanan dan dukungan yang telah

diberikan selama ini. Semoga kita semua bisa menjadi orang yang bermanfaat

bagi keluarga, bangsa dan agama. Aamiin.

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini jauh dari

kesempurnaan, karena itu dengan hal terbuka penulis mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan Karya Ilmiah

Akhir Ners ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Karya Ilmiah

Akhir Ners (KIAN) ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang

membutuhkan.
Samarinda, 30 Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR SAMPUL.....................................................................................

LEMBAR JUDUL.........................................................................................i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN..........................ii

LEMBAR PERSETUJUAN.........................................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................iv

MOTTO.........................................................................................................v

INTISARI......................................................................................................vi

KATA PENGANTAR...................................................................................viii

DAFTAR ISI..................................................................................................xi

DAFTAR TABEL.........................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1

A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................
C. Tujuan Penelitian..............................................................................
D. Manfaat Penelitian............................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................

A. Konsep Teori Hipertensi...................................................................


B. Konsep Teori Nyeri Kepala..............................................................
C. Konsep Teori Terapi Dzikir..............................................................
D. Konsep Teori Massage Tengkuk......................................................
E. Konsep Teori Aromaterapi Lavender...............................................
F. Pathway Inovasi Kombinasi.............................................................
G. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi.....................
BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA................................
A. Pengkajian Kasus..............................................................................
B. Analisa Data......................................................................................
C. Diagnosa Prioritas Masalah Keperawatan........................................
D. Rencana Intervensi Keperawatan.....................................................
E. Intervensi Inovasi..............................................................................
F. Implementasi Keperawatan...............................................................
G. Evaluasi Keperawatan......................................................................
BAB IV ANALISA SITUASI.......................................................................

A. Profil Lahan Praktik..........................................................................


B. Analisa Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait dan Konsep
Kasus Terkait....................................................................................
C. Analisa Salah Satu Intervensi dengan Konsep Penelitian Terkait....
D. Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan...................................
BAB V PENUTUP.........................................................................................
A. Kesimpulan.....................................................................................
B. Saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
LAMPIRAN...................................................................................................
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut American Heart Association/AHA

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut European Society of Hypertension/

ESH.....................................................................................................

Tabel 2.3 Perencanaan Keperawatan (Intervensi)............................................

Tabel 3.1

Tabel 3.2

Tabel 4.1
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway Hipertensi.......................................................................

Gambar 2.2 Skala Nyeri Numeric Rating Scale/NRS......................................

Gambar 2.3 Skala Nyeri Visual Analog Scale/VAS.........................................

Gambar 2.4 Skala Nyeri Wong Baker Face Scale............................................

Gambar 2.5 Proses Terjadinya Nyeri................................................................

Gambar 3.1
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN...................................................................................................

Lampiran 1: Biodata Peneliti.........................................................................

Lampiran 2: Lembar Konsul..........................................................................

Lampiran 3: Surat Undangan.........................................................................

Lampiran 4: Berita Acara...............................................................................

Lampiran 5: SOP............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tekanan darah adalah tekanan yang berasal dari sirkulasi darah pada

pembuluh darah utama dalam tubuh yaitu dinding arteri . Tekanan darah

dibagi menjadi dua angka. Angka pertama (sistolik) yaitu tekanan dalam

pembuluh darah saat jantung berkontraksi atau berdenyut. Angka kedua

(diastolik) yaitu tekanan dalam pembuluh darah saat jantung beristirahat di

antara detak. Tekanan darah yang terlalu tinggi disebut dengan hipertensi

(WHO, 2021).

Hipertensi dikenal oleh masyarakat awam dengan sebutan tekanan

darah tinggi ini merupakan kondisi medis ketika nilai sistolik ≥140 mmHg

atau nilai diastolik ≥90 mmHg, dimana hasil pengukuran tersebut

menggunakan alat sphygmomanometer air raksa, digital dan anaeroid

(Kemenkes RI, 2019).

Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang juga dikenal

sebagai “silent killer”, karena kebanyakan orang dengan hipertensi tidak

menyadari penyakit yang dideritanya. Hal ini disebabkan tidak adanya tanda

atau gejala yang mereka rasakan. Sehingga penting untuk mengukur tekanan

darah secara teratur (WHO, 2021).

Data dari World Health Organization (WHO) menunjukkan saat ini

sekitar 1,13 miliyar orang di dunia terdiagnosa hipertensi. Jumlah penderita

hipertensi setiap tahunnya mengalami peningkatan, pada tahun 2025

diperkirakan akan meningkat menjadi 1,5 miliyar orang yang menderita


hipertensi dan setiap tahunnya ada 10,44 juta orang meninggal akibat

hipertensi dan komplikasinya (WHO, 2021).

Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 melaporkan prevalensi

hipertensi di Indonesia sebesar 34,1%. Estimasi jumlah kasus hipertensi di

Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di Indonesia

akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian. Prevalensi hipertensi di Indonesia

berdasarkan karakteristik pada usia 45-54 tahun jumlah penderita hipertensi

semakin meningkat dengan jumlah 45,3% dan pada usia 55-64 tahun dengan

jumlah 55,2% penderita hiertensi sedangkan pada usia 65-74 tahun sebanyak

63,2% dan pada usia 75 ke atas sebesar 69,5% penderita hipertensi

(Riskesdas, 2018).

Berdasarkan hasil laporan Badan Pusat Statistik tahun 2018 kasus

hipertensi tertinggi berada di Kalimantan Selatan (44,1%) dan terendah di

Papua (22,2%). Kalimantan Timur sendiri berada diurutan ke-3 sebanyak

(39,3%). Bedasarkan lingkup kabupaten, Kutai Kartanegara menduduki

urutan ke-2 dengan kasus hipertensi sebanyak (45,22%) setelah Kutai Barat

(48,50%) (Badan Pusat Statistik, 2018).

Manifestasi klinis yang muncul saat tekanan darah meningkat pada

pasien hipertensi seperti sakit kepala hingga tengkuk, leher terasa kaku, mual,

kelelahan, pandangan kabur karena adanya kerusakan pada otak, mata,

jantung dan ginjal (Tambunan, dkk., 2021). Nyeri kepala pada pasien

hipertensi disebabkan oleh kerusakan vaskuler pembuluh darah. Nyeri timbul

sebagai suatu mekanisme pertahanan bagi tubuh yang timbul ketika jaringan
sedang dirusak sehingga menyebabkan individu tersebut bereaksi dengan cara

memindahkan stimulus nyeri (Nurman, M., 2017).

Penatalaksanaan untuk mengatasi nyeri kepala dapat dilakukan secara

farmakologi dan non-farmakologi. Terapi farmakologi dilakukan dengan

memberikan obat-obatan analgetik dan anti-hipertensi. Sedangkan

penatalaksanaan non-farmakologi yaitu dengan terapi alternatif

komplementer seperti relaksasi otot atau spiritual, distraksi, massage,

pemberian aromaterapi dan akupuntur (Safitri, dkk., 2018).

Terapi berdzikir merupakan salah satu relaksasi spiritual yang dapat

berfungsi sebagai metode psikoterapi yang akan menjadikan hati tentram,

tenang dan damai. Dzikir memiliki daya relaksasi mengurangi ketegangan

(stres) dan mendatangkan ketenangan jiwa karena bacaan dzikir mengandung

makna yang sangat dalam dan dapat mengatasi nyeri kepala yang dialami

oleh penderita hipertensi (Setiawan, dkk., 2018).

Terapi massage tengkuk juga dapat digunakan untuk mengatasi nyeri

kepala penderita hipertensi. Massage tengkuk memberikan tekanan terhadap

kutan dan jaringan subkutan melepaskan histamin yang pada akhirnya akan

menghasilkan vasodilator pembuluh darah dan meningkatkan aliran balik

vena yang kemudian akan menurunkan kerja jantung. Terjadinya penurunan

kerja jantung, maka tekanan intrakranial akan menjadi turun. Nyeri kepala

akan menjadi lebih berkurang (Yoganita, dkk., 2019).

Pemberian aromaterapi lavender juga dapat membantu mengatasi

nyeri kepala dan penurunan tekanan darah. Lavender adalah salah satu

minyak aromaterapi yang banyak digunakan saat ini, baik secara inhalasi
(dihirup) ataupun dengan teknik pijatan. Lavender mengandung linalool yang

memiliki efek menenangkan atau relaksasi. Lavender juga membantu

meringatkan insomnia, kecemasan, stress, dan nyeri. Dimana aromaterapi

lavender akan meningkatkan gelombang-gelombang alfa didalam otak dan

gelombang inilah yang membantu untuk merasa rileks sehingga nyeri kepala

akan menurun (Kusyati, dkk., 2018).

Bedasarkan uraian diatas penulis tertarik melakukan analisis praktik

klinik keperawatan pada pasien hipertensi dengan intervensi inovasi Terapi

Dzikir kombinasi Massage Tengkuk dan Aromaterapi Lavender terhadap

penurunan intensitas nyeri kepala.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah Karya

Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini adalah “Bagaimana analisis praktik klinik

keperawatan pada pasien hipertensi dengan intervensi inovasi Terapi Ddzikir

kombinasi Massage Tengkuk dan Aromaterapi Lavender terhadap penurunan

intensitas nyeri kepala ?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian Karya Tulis Akhir Ners (KIAN) ini bertujuan untuk melakukan

analisis terhadap kasus kelolaan pada pasien hipertensi dengan intervensi

inovasi Terapi Ddzikir kombinasi Massage Tengkuk dan Aromaterapi

Lavender terhadap penurunan intensitas nyeri kepala.

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kasus kelolaan dengan diagnosa medis hipertensi di

lingkungan sekitar desa Sukai Damai.

b. Menganalisis intervensi inovasi Terapi Ddzikir kombinasi Massage

Tengkuk dan Aromaterapi Lavender terhadap penurunan intensitas

nyeri kepala pada pasien hipertensi.

D. Manfaat Penelitian

Penulian Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini diharapkan dapat bermanfaat

dalam beberapa aspek :

1. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Pasien

Menambah pengetahuan mengenai Terapi Dzikir kombinasi Massage

Tengkuk dan Aromaterapi Lavender terhadap penurunan intensitas

nyeri kepala pada pasien hipertensi, yang mampu diaplikasikan secara

mandiri oleh pasien maupun keluarga pasien.

b. Bagi Perawat

Memberikan masukan dan contoh (role model) dalam melakukan

intervensi keperawatan serta menambah ilmu pengetahuan dan

pengalaman perawat dalam pemberian manajemen nonfarmakologi

Terapi Dzikir kombinasi Massage Tengkuk dan Aromaterapi

Lavender sebagai intervensi keperawatan mandiri dalam masalah

nyeri kepala karena hipertensi.

2. Manfaat Keilmuan

a. Bagi Penulis
Memperoleh pengalaman dalam memberikan implementasi asuhan

keperawatan dan memperkuat dukungan dalam menerapkan model

konseptual keperawatan, memperkaya ilmu pengetahuan keperawatan,

menambah wawasan dan pengetahuan baru bagi perawat ners.

b. Bagi Rumah Sakit

Memberikan metode baru bagi bidang diklat keperawatan dalam

mengembangkan kebijakan terkait dengan pengembangan kompetensi

perawat.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan pengetahuan dasar bagi institusi pendidikan dalam

melaksanakan proses pembelajaran mengenai asuhan keperawatan

pada pasien dengan gangguan keseimbangan yang disertai dengan

pelaksanaan intervensi mandiri keperawatan berdasarkan hasil riset-

riset terkini.

d. Bagi Penulis Selanjutnya

Sebagai bahan informasi dan referensi untuk mengembangkan

penulisan lebih lanjut mengenai managemen nonfarmakologis

intervensi keperawatan mandiri dalam masalah nyeri kepala.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi merupakan manifestasi gangguan keseimbangan

hemodinamik sistem kardiovaskular, yang mana patofisiologinya adalah

multi faktor, sehingga tidak bisa diterangkan dengan hanya satu

mekanisme tunggal. Hipertensi banyak menyangkut faktor genetic,

lingkungan dan pusat-pusat regulasi hemodinamik. Kalau disederhanakan

sebetulnya hipertensi adalah interaksi cardiac output (CO) dan total

peripheral resistence (TPR) (Nurhikmawati, 2020). Menurut American

Heart Association (AHA) (2017), hipertensi merupakan silent killer

dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hampir

sama dengan gejala penyakit lainnya.

Hipertensi adalah suatu kondisi atau keadaan dimana seseorang

mengalami kenaikan tekanan darah di atas batas normal yang akan

menyebabkan kesakitan bahkan kematian. Seseorang akan dikatakan

hipertensi apabila tekanan darahnya melebihi batas normal, yaitu lebih

dari 140/90 mmHg. Tekanan darah naik apabila terjadinya peningkatan

sistole, yang tingginya tergantung dari masing-masing individu yang

terkena, dimana tekanan darah berfluaksi dalam batas-batas tertentu,

tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stress yang dialami

(Tambunan, dkk., 2021).


2. Klasifikasi Hipertensi

Berikut beberapa klasifikasi hipertensi :

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut American Heart Association/AHA


Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 120 Dan < 80

Prehipertensi 120 - 139 Atau 80 – 89

Hipertensi Derajat 1 140 – 159 Atau 90 – 99

Hipertensi Derajat 2 ≥ 160 Atau ≥ 100


(Sumber: Hypertension Clinical Pratice Guidelines, 2017).

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut European Society of Hypertension/ESH


Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal < 120 Dan < 80

Normal 120 - 129 Atau 80 – 84

Normal Tinggi 130 – 139 Atau 85 – 89

Hipertensi Derajat 1/Ringan 140 - 159 Atau 90 - 99

Hipertensi Derajat 2/Sedang 160 - 179 Atau 100 - 109

Hipertensi Derajat 3/Berat ≥ 180 Atau ≥ 110

Hipertensi Sistolik Terisolasi ≥ 140 Dan < 90


(Sumber: Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2019, Dikutip dari ESC/ESH
Hypertension Gudelines 2018).

3. Etiologi Hipertensi

Ada beberapa etiologi hipertensi menurut Tambunan, dkk. (2021),

sebagai berikut:

a. Genetik/Keturunan:

Seseorang kemungkinan besar menderita hipertensi jika orang tuanya

penderita hipertensi juga.

b. Gaya Hidup
Gaya hidup sangat berpengaruh terhadap peningkatan resiko

hipertensi. Gaya hidup yang dimaksud adalah kurang olahraga atau

aktivitas fisik, kebiasaa merokok dan konsumsi alcohol.

c. Diet

Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan

berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita

dengan mengurangi konsumsinya, jika garam yang dikonsumsi

berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah garam akan menahan

cairan lebih banyak daripada yang seharusnya di dalam tubuh.

Banyaknya cairan yang tertahan menyebabkan peningkatan pada

volume darah. Beban ekstra yang dibawa oleh pembuluh darah inilah

yang menyebabkan pembuluh darah bekerja ekstra yakni adanya

peningkatan tekanan darah didalam dinding pembuluh darah dan

menyebabkan tekanan darah meningkat.

d. Usia

Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi. Semakin

bertambah usia, perubahan alamiah didalam tubuh dapat

mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon sehingga resiko

terjadinya hipertensi semakin tinggi.

e. Merokok

Merokok menyebabkan peningkatan tekanan darah. Perokok berat

dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna

dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami

aterioklerosis.
4. Manifestasi Klinis Hipertensi

Manifestasi klinis Hipertensi Menurut Salma (2020), yaitu :

a. Sakit kepala (biasanya pada pagi hari sewaktu bangun tidur)

b. Bising (bunyi “nging”) di telinga

c. Jantung berdebar-debar

d. Pengelihatan kabur

e. Mimisan

f. Tidak ada perbedaan tekanan darah walaupun berubah posisi.

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), manifestasi klinis hipertensi

dibedakan menjadi :

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh

dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan

pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

b. Mengeluh sakit kepala, pusing dikarenakan peningkatan tekanan darah

dan hipertensi sehingga intracranial naik.

c. Lemas, kelelahan karena stress sehingga mengakibatkan ketegangan

yang mempengaruhi emosi, pada saat ketegangan emosi terjadi dan

aktivitas saraf simatis sehingga frekuensi dan krontaktilitas jantung

naik, aliran darah menurun sehingga suplai O2 dan nutrisi otot rangka

menurun, dan terjadi lemas.

d. Susah nafas, kesadaran menurun karena terjadinya peningkatan

krontaktilitas jantung.
e. Palpitasi (berdebar-debar) karena jantung memompa terlalu cepat

sehingga dapat menyebabkan berdebar-debar, gampang marah.

5. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi yang tidak teratasi, dapat menimbulkan komplikasi

yang berbahaya menurut (Septi Fandinata, 2020):

a. Payah jantung

Kondisi jantung yang tidak lagi mampu memompa darah untuk

memenuhi kebutuhan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan pada

otot jantung atau sistem listrik jantung.

b. Stroke

Tekanan darah yang terlalu tinggi bisa mengakibatkan pembuluh

darah yang sudah lemah pecah. Jika hal ini terjadi pada pembuluh

darah otak makan akan terjadi pendarahan pada otak dan

mengakibatkan kematian. Stroke bisa juga terjadi karena sumbatan

dari gumpalan darah di pembuluh darah yang menyempit.

c. Kerusakan ginjal

Menyempit dan menebalnya aliran darah menuju ginjal akibat

hipertensi dapat mengganggu fungsi ginjal untuk menyaring cairan

menjadi lebih sedikit sehingga membuang kotoran kembali ke darah.

d. Kerusakan pengelihatan

Pecahnya pembuluh darah pada pembuluh darah di mata karena

hipertensi dapat mengakibatkan pengelihatan menjadi kabur, selain itu

kerusakan yang terjadi pada organ lain dapat menyebabkan kerusakan

pada pandangan yang menjadi kabur.


6. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi

Pemeriksaan penunjang hipertensi menurut Aspiani (2016), yaitu:

a. Laboratorium

1). Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal

2). Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena

parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut.

3). Darah perifer lengkap

4). Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)

b. EKG

1). Hipertrofi ventrikel kiri

2). Iskemia atau infark miocard

3). Peninggian gelombang P

4). Gangguan konduksi

c. Foto Rontgen

1). Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.

2). Pembendungan, lebar paru

3). Hipertrofi parenkim ginjal

4). Hipertrofi vascular ginjal

7. Penatalaksanaan Hipertensi

a. Penatalaksanaan Farmakologis

Menurut Nuraini (2015), ada beberapa penatalaksanaan farmakologis

sebagai berikut:
1). Diuretic

Obat jenis diuretik yang biasa digunakan sebagai antihipertensi

terdiri atas hidrokortizoid dan penghambat beta. Obat dalam

golongan ini hidroklorotiazid yang mana paling seringdiresepkan

untuk mengobati hipertensi ringan.

2). Simpolitik

Penghambat adrenergik yang bekerja disentral simpatolitik.

Golongan obat ini memiliki efek minimal terhadap curah jantung

dan aliran darah keginjal. Obat-obat dalam golongan ini meliputi

mrildopa, klinidin, guanabenz, dan guanfasin.

3). Vasodilator arteriol langsung

Merupakan obat tahap 3 yang bekerja dengan merelaksasikan

otot-otot polos dari ujung saraf simpatis, sehingga pelepasan

norepinefrin menjadi berkurang. Hal ini menyebabkan baik curah

jantung maupun tekanan vaskular perifer menurun. Obat yang

tergolong kedalam jenis ini yaitu respirin dan guanetidin, yang

mana merupakan obat yang paling kuat, dan digunakan untuk

mengendalikan hipertensi berat.

4). Antagonis angiotensin

Obat dalam golongan ini menghambat enzim mengubah angiostensin

(ACE) yang nantinya akan menghambat pembentukan angiostensin

II (vasokonstriktor) dan menghambat pelepasan aldosteron. Obat

yang tergolong kedalam ini kaptopril, Enalpril, Lisinopril, obat ini

digunakan pada klien yang mempunyai kadar renin serum yang


tinggi. Efek samping dari obat ini adalah, mual, diare, sakit kepala,

hiperkalemia, dan takikardi.

b. Penatalaksanaan Non Farmakologis

Menurut Tambunan, dkk. (2021), penatalaksanaan nonfarmakologis

hipertensi sebagai berikut :

1). Penurunan berat badan

2). Batasi asupan garam sampai dengan kurang dari 5 gram (1 sendok

teh) perhari pada saat memasak.

3). Ciptakaan keadaan yang cukup rileks seperi meditas yoga, atau

hipnosis, hidroterapi.

4). Olahraga secara teratur seperti aerobik dan jalan cepat 30-45 menit

sebanyak 3-4 kali dalam seminggu.

1). Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol yang

berlebihan dapat menurunkan tekanan. Zat-zat kimia beracun

seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok

yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak jaringan endotel

pembuluh darah arteri yang mengakibatkan proses artero sclerosis

dan peningkatan tekanan darah.

8. Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke

korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia

simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui system


saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion

melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke

pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor, seperti

kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah

terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan hipertensi sangat

sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas

mengapa hal tersebut dapat terjadi.

Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula

adrenal menyekresi epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks

adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan

renin.

Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I

yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, vasokontriktor kuat, yang

pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.

Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

menyebabkan peningkatan volume instravaskuler. Semua factor tersebut

cenderung menyebabkan hipertensi (Aspiani, 2016).


9. Pathway Hipertensi

Gambar 2.1 Pathway Hipertensi


B. Konsep Teori Nyeri Kepala

1. Definisi Nyeri Kepala

Nyeri adalah suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional

yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang

aktual, potensial, atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian saat terjadi

kerusakan (Smeltzer, 2002 dalam Andarmoyo, 2013).

Nyeri kepala adalah nyeri yang dirasakan di daerah kepala atau

merupakan suatu sensasi tidak nyaman yang dirasakan pada daerah kepala.

Nyeri ini biasanya ditandai dengan nyeri kepala ringan maupun berat,nyeri

seperti diikat, tidak berdenyut, nyeri tidak terpusat pada satu titik, terjadi

secara spontan, vertigo, dan adanya gangguan konsentrasi (Kusuma, 2012).

Nyeri kepala merupakan salah satu gejala yang sering muncul pada

hipertensi. Hal ini disebabkan karena kerusakan vaskuler akibat dari

hipertensi tampak jelas pada seluruh pembuluh perifer. Perubahan struktur

dalam arteri-arteri kecil dan arteriola menyebabkan penyumbatan

pembuluh darah. Bila pembuluh darah menyempit maka aliran arteri akan

terganggu. Pada jaringan yang terganggu akan terjadi penurunan O2

(oksigen) dan peningkatan CO2 (karbondioksida) kemudian terjadi

metabolisme anaerob dalam tubuh yang meningkatkan asam laktat dan

menstimulasi peka nyeri kapiler pada otak (Setyawan & Kusuma, 2014).

2. Klasifikasi Nyeri Kepala

Klasifikasi nyeri kepala berdasarkan jenisnya terbagi menjadi 2 yaitu:

a. Nyeri Kepala Primer

Berdasarkan ICHD-3 (International Classification of Headache

Disorders) (2018), Nyeri kepala primer dibagi menjadi 4 yaitu


migren, nyeri kepala tipe tegang (tension type-headache), nyeri kepala

trigeminal otonom (trigeminal autonomic cephalalgias) atau nyeri

kepala klaster.

b. Nyeri Kepala Sekunder

Menurut Hidayati (2016) macam-macam nyeri kepala sekunder sebagai

berikut:

1). Nyeri kepala karena trauma pada kepala dan / atau leher

2). Nyeri kepala karena gangguan vaskular pada kranial atau servikal

(Perdarahan subarakhnoid).

3). Nyeri kepala karena gangguan non vaskular pada intrakranial

(Tumor otak).

4). Nyeri kepala karena suatu substansi atau withdrawal

5). Nyeri kepala karena infeksi

6). Nyeri kepala karena gangguan homeostasis

7). Nyeri kepala atau nyeri wajah karena gangguan pada kranial, leher,

mata, telinga, hidung, rongga sinus, gigi, mulut, atau struktur wajah

atau kranial lainnya.

8). Nyeri kepala karena gangguan psikiatri.

Klasifikasi nyeri kepala berdasarkan durasi waktu menurut Tim

Pokja DPP PPNI (2016) terbagi menjadi 2, yaitu:

a. Nyeri Akut

Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang

berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan


onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat

yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

b. Nyeri Kronis

Nyeri kronis merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang

berkaitan dengan keruskan jaringan aktual atau fungsional, dengan

onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan

konstan, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.

3. Manifestasi Klinis Nyeri Kepala

Manifestasi klinis yang muncul menunjukkan bahwa adanya

pembuluh darah yang pecah di otak. Menurut Chiang (2019), pada

penderita yang telah menderita hipertensi bertahun-tahun akan

menunjukkan tanda dan gejala yang sering muncul seperti nyeri kepala

yang biasa disertai dengan mual dan muntah akibat peningkatan

intrakranium, penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina,

terganggunya cara jalan akibat kerusakan susunan saraf pusat, nokturia

akibat peningkatan aliran darah pada ginjal dan filtrasi glomerulus, edema

akibat peningkatan tekanan kapiler. Ciri-ciri nyeri kepala yang dirasakan

oleh penderita hipertensi adalah nyeri kepala yang terasa berat di tengkuk

namun tidak berdenyut, sering muncul saat pagi hari dan hilang saat

matahari terbit (Julianti, 2015).

Menurut Andarmoyo (2013), tanda dan gejala nyeri bisa dilihat

dari beberapa macam perilaku yang tercemin dari pasien, tanda dan gejala

ini secara umum orang yang mengalami nyeri akan didapatkan respon

psikologis berupa :
a). Suara : menangis, merintih, menarik menghembuskan nafas.

b). Ekspresi wajah : meringis, menggigit lidah, mengatupkan gigi, dahi

berkerut, tertutup rapat atau membuka mata atau mulut, menggigit

bibir.

c). Pergerakan tubuh : kegelisahan, mondar-mandir, gerakan menggosok

atau berirama, gerakan melindungi bagian tubuh, mobilisasi dan otot

tegang.

d). Interaksi sosial : menghindari percakapan dan kontak sosial, berfokus

aktivitas untuk mengurangi nyeri, disorentasi waktu.

4. Penilaian Nyeri Kepala

a. Numeric Rating Scale (NRS)

Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah divalidasi. Berat dan

ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan

mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala numeric dari 0 (nol)

hingga 10 (sepuluh) (Potter & Perry, 2005 dalam Handayani, 2015).

Skala 0 : Tidak nyeri

Skala 1-3 : Nyeri ringan

Skala 4-6 : Nyeri sedang

Skala 7-9 : Nyeri berat terkontrol

Skala 10 : Nyeri sangat berat tidak terkontrol

Gambar 2.2 Skala Nyeri Numeric Rating Scale/NRS


(Sumber: Potter& Perry, 2005 dalam Handayani, 2015)
b. Visual Analog Scale (VAS)

Skala sejenis yang merupakan garis lurus, tanpa angka. Bisa bebas

mengekspresikan nyeri, ke arah kiri menuju tidak sakit, arah kanan

sakit tak tertahankan, dengan tengah kira-kira nyeri sedang (Potter &

Perry, 2005 dalam Handayani, 2015).

Gambar 2.3 Skala Nyeri Visual Analog Scale/VAS


(Sumber: Potter& Perry, 2005 dalam Handayani, 2015)

c. Skala Wajah atau Wong Baker Face Scale

Skala nyeri enam wajah dengan eskpresi yang berbeda, menampilkan

wajah bahagia hingga wajah sedih. Digunakan untuk

mengekspresikan rasa nyeri pada anak mulai usia 3 (tiga) tahun. Skala

ini berguna pada pasien dengan gangguan komunikasi, seperti anak-

anak, orang tua, pasien yang kebingungan atau pada pasien yang tidak

mengerti dengan bahasa lokal setempat. (Potter & Perry, 2005 dalam

Handayani, 2015).

Gambar 2.4 Skala Nyeri Wong Baker Face Scale


(Sumber: Potter& Perry, 2005 dalam Handayani, 2015)
5. Proses Terjadinya Nyeri

Stimulus nyeri biologis, zat kimia, panas listrik, serta mekanik

Stimulus nyeri menstimulasi nosiseptor di perifer

Impuls nyeri diteruskan oleh saraf afferent (A-delta dan C) ke


medulla spinalis melalui dorsal gelatinosa

Impuls bersinapsis di substansi gelatinosa (lamina I dan II)

Impuls melewati traktus spinothalamus

Impuls masuk ke formation retikularis Impuls langsung masuk ke thalamus

Sistem limbik Fast Pain

Slow Pain

- Timbul respon emosi


- Respon otonom : TD meningkat,
keringat dingin.

Gambar 2.5 Proses Terjadinya Nyeri


(Sumber: Andarmoyo, 2013)

Stimulus penghasil nyeri mengirimkan implus melalui serabut saraf

perifer. Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu

dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai didalam massa abu-abu

dimedula spinalis (Andarmoyo, 2013). Terdapat pesan nyeri dapat

berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri

sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks


serebal. Sekali stimulus nyeri mencapai stimulus korteks srebal, maka otak

mengintrepretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tetang

pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam

upaya memprsepsikan nyeri (Potter & Perry, 2006 dalam Supriansyah,

2013).

1). Semua keruskan seluler, yang disebabkan oleh stimulus ternal,

mekanik, kimiawi atau stimulus listrik menyebabkan pelepasan

substansi yang menghasilkan nyeri. Pernapasan terhadap panas atau

dingin, tekanan, friksi dan zat-zat kimia menyebabkan plepasan

substansi, seperti histamine, bradikinin dan kalium, yang bergabung

dengan lokasi reseptor di nosiseptor (reseptor yang berespon terhadap

stimulus yang membahayakan) untuk memulai transmisi neural, yang

terkaiat dengan nyeri (Clancy dan McVicar (1992), dalam Potter %

perry, 2009). Apabila kombinasi dengan reseptor nyeri mencapai

ambang nyeri (tingkat intesitas stimulus minimum yang dibutuhkan

untuk membangkitkan suatu implus saraf), kemudian terjadi aktivitas

neuron nyeri. Karena terdapat variasi dalam bentuk dan ukuran tubuh,

maka distribusi reseptor nyeri disetiap bagian tubuuh bervariasi. Hal

ini menjelaskan subjektivitas anatomis terhadap nyeri. Bagian tubuh

tertentu pada individu yang berbeda lebih atau kurang sensitive

terhadap nyeri. Selain itu, individu memiliki kapasitas produksi

subtansi penghasil nyeri yang berbeda-beda, yang dikendalikan oleh

gen individu itu sendiri.


2). Neuroregulator atau subtansi yang mempengaruhi transmisi stimulus

saraf memegang peranan yang penting dalam suatu pengalaman nyeri.

Subtansi ini ditemukan dilokasi nosiseptor, diterminal saraf didalam

kornu dorsalis pada medulla spinalis. Neuroregulator dibagi menjadii

dua kelompok, yakni neurotransmitter dan neuromodulator.

Neurotransmitter, seperti subtansi P mengirim impuls listrik melewati

celah sinaps diantara dua serabut saraf serabut saraf tersebut adalah

serabut eksikator atau inhibitor. Neuromodulator memodifikasi

aktivitas neuron dan menyesuaikan atau memvariasi transmisi

stimulus nyeri tanpa secara langsung mentransfer tanda saraf melalui

sebuah sinaps.

3). Teori pengontrol nyeri (Gate Control), impuls nyeri dapat diatur atau

dihambat oleh mekanisme pertahanan disepanjang sistem saraf pusat.

Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah

pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat pertahanan ditutup.

Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori

menghilangkan nyeri Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron

sensori dan serabut kontrol desnden dari otak mengatur proses

pertahanan. Neuron delta-A dan C melepaskan substansi P untuk

mentransmisi impuls melalui mekanisme pertahanan. Selain itu,

terdapat mekanoreseptor, neuron beta-A, akan menutup mekanisme

pertahanan. Mekanisme penutupan ini di yakini dapat terlihat saat

seseorang menggosok punggung klien dengan lembut. Pesan yang

dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor, apabila masukan yang


dominan berasal serabut beta-A, akan menutupi mekanisme pertahan.

Mekanisme penutupan ini diyakini dapat terlihat saat seseorang

menggosok punggung klien dengan lembut. Pesan yang dihasilkan

akan menstimulasi mekanoreseptor, apabila masukan yang dominan

berasal serabut beta-A dan C maka akan membuka npertahanan

tersebut dank lien mempersiapkan sensasi nyeri. Bahkan, jika implus

nyeri dihantarkan keotak, terdapat pusat kortek yang lebih tinggi

diotak yang memodifikasi nyeri (Potter & perry, 2006). Alur saraf

desenden melepakan opiate endogen, seperti endorphine dan dinofrin,

suatu pembunuh nyeri alami yang berasalndari tubuh.

Neuromedulatornini menutup mekanisme pertahanan dengan

menghambat pelepasan subtansi P. teknik distraksi, konseling dan

pemberian placebo merupakan upaya untuk melepaskan endorphine

(Potter & Perry, 2006).

4). Presepsi, merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri stimulus

nyeri ditransmisikan naik ke medulla spinalis ke thalamus dan otak

tengah. Dari thalamus, serabut mentramisikan pesan nyeri ke berbagai

area otak, termasuk korteks sensori dan korteks limbic. Ada sel-sel

didalam simtem limbic yang diyakini mengontrol emosi, khususnya

untuk ansietas. Dengan demikian, sistem limbic berperan aktif dalam

memproses reaksi emosi terhadap nyeri. Setelah transmisi saraf

berakhir didalam pusat otak yang lebih tinggi, maka individu akan

memperesepsikan sensasi.
C. Konsep Teori Terapi Dzikir

1. Definisi Terapi Dzikir

Secara etimologi dzikir berasal dari kata “dzakara” berarti

menyebut, mensucikan, menggabungkan, menjaga, mengerti,

mempelajari, memberi nasihat. Oleh karena itu ddzikir berarti mensucikan

dan mengagungkan, juga dapat diartikan menyebut dan mengucapkan

nama Allah atau menjaga dalam ingatan (mengingat) (Andlany, 2010

dalam Musaddas & Utama, 2021). Sementara menurut (Pasiak, 2012

dalam Musaddas & Utama, 2021), dzikir adalah serangkaian kegiatan

terstruktur, sistematis, berulang untuk melahirkan pengalaman spiritual

atau merasakan keterkaitan diri dengan sang pencipta.

Dalam surah al-ahzab ayat 41, Allah berfirman “hai orang-orang

beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah dzikir yang

sebanyak-banyaknya.”. Ayat diatas ini menjelaskan keistimewaan

terhadap orang-orang yang suka berdzikir, hamba-hamba Allah yang

istimewa yaitu yang selalu berfikir, merenung dan juga mengingat Allah.

Seluruh alam semesta beserta segala isinya merupakan tanda-tanda yang

menunjukan atas kebesaran dan kekuasaan Allah. Jika kita senantiasa

selalu mengingat dan dekat dengan Allah, nisccaya dia akan mengabulkan

permohonan hamba-hambanya yang ikhlas dan taat.

2. Manfaat Terapi Dzikir

Beberapa manfaat dzikir yang disebutkan dalam hadist Rasulullah SAW:

a. Barangsiapa yang terbiasa membaca istighfar maka Allah akan

memberinya jalan keluar dari setiap kesulitan yang dihadapinya dan


jalan keluar dari segala keresahannya serta memberinya rezeki dari

jalan yang tidak terduga (HR. Abu Dawud) (Shaleh, 2018).

b. Barangsiapa yang mengucapkan “la ilaha illa allaahu la syarika

lahu, lahu al-mulk wa lahu al-hamd wa huwa „ala kulli syay‟in

qadir (tiada Tuhan selain Allah, tiada sekutu bagi-nya, kepunyaan-

nya, segala kerajaan dan segala puji, dan Dia maha berkuasa atas

segala sesuatu)” sebanyak seratus kali dalam sehari maka ia akan

mendapat pahala seperti membebaskan sepuluh budak dan akan

dituliskan baginya seratus kebaikan serta dihapuskan dirinya seratus

kesalahan.

c. Rasulullah memohonkan perlindungan untuk sebagian keluarga

beliau dengan berucap “Ya Allah, pemelihara manusia, jauhkanlah

gangguan. Engkaulah penyembuh. Tiada penyembuhan kecuali

penyembuhan-mu, penyembuhan yang tidak membiarkan lagi

adanya penyakit dan keperihan (HR. Bukhari dan Muslim) (Saleh,

2018).

Dzikir dapat dilakukan dengan lidah, sesuai yang diajarkan oleh

Nabi Muhammad saw, dzikir dapat dilakukan juga didalam hati. Dzikir

berarti ingatan batin dan juga penyebutan lahir, serperti yang tercantum

pada ayat “ingatlah aku, niscaya aku akan mengingatmu” (Q.S al-

Baqarah [2]: 152) (Saleh, 2018).

3. Bacaan Dzikir

Bacaan dzikir diantaranya yaitu:

a. Istighfar
“Astaghfirullahal’adzim” (Aku mohon ampun kepada Allah) adalah

memohon ampun kepada Allah.

b. Taqdis/Tasbih

”Subhanallah” (Maha suci Allah) memuji kepada Allah.

c. Tahmid

“Alhamdulillahirobbil’alamin” (Segala puji bagi Allah tuhan seluruh

alam) memuji kepada Allah.

d. Takbir

“Allahuakbar” (Allah maha besar) mengakui Allah yang maha besar.

e. Tahlil

“Laillahailallah” (Tiada tuhan selain Allah) mengakui bahwa tuhan

hanya Allah.

f. Hauqalah

“Lahaula walaquwata illabillah” (Tidak ada daya, upaya dan

kekuatan melainkan hanya Allah) mengakui bahwa hanya Allah yang

mampu (Hardisman, 2019).

4. Cara Terapi Dzikir

Menurut Purnika, dkk. (2019) cara terapi dzikir yang bisa

dilakukan sebagai berikut:

a. Menggunakan handphone dan headset sebagai alat pendengar suara

(dzikir) dengan menggunakan headset dapat membantu pasien untuk

menfokuskan pikiran dan berkonsentrasi terhadap dzikir yang

didengarkan dan diucapkan sehingga menurunkan tekana darah sistol

dan diastol.
b. Mengatur posisi yang nyaman, kemudian menutup mata.

c. Putarkan dzikir melalui handphone, dan minta pasien untuk bernapas

secara alami, buang pikiran yang mengganggu, rilekskan badan.

d. Pasien boleh mendengarkan dzikir sambil diikuti dengan

melafalkannya.

e. Lakukan selama 10 menit.

5. Mekanisme Terapi Dzikir Terhadap Penurunan Nyeri Kepala

Terapi dzikir juga menyebabkan pelepasan endorphin oleh

kelenjar pituitari, sehingga akan mengubah keadaan mood atau perasaan.

Keadaan psikologis yang tenang akan mempengaruhi sistem limbik dan

saraf otonom yang akan menimbulkan rileks, aman, dan menyenangkan

sehingga merangsang pelepasan zat kimia yaitu endorphin. Endorphin

merupakan analgesia alamiah atau subtansi sejenis morfin yang terdapat

pada otak. Endorphin merupakan neuro transmitter nyeri atau senyawa

kimia yang berfungsi untuk membawa rangsangan antar sel saraf yang

dapat menghambat nyeri (Fadli, Resky, & Satria, 2019).

Dzikir akan membuat seseorang merasa tenang sehingga

kemudian menekan kerja sistem saraf simpatis dan mengaktifkan kerja

sistem saraf parasimpatis. Allah berfirman “Orang-orang yang beriman

dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah SWT

(dzikrullah). Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi

tentram” (QS. Ar-Ra’du: 29). Relaksasi dan doa (prayer) menggunakan

keterpaduan dan hubungan (interconnectedness) tubuh dan jiwa (mind

and body) untuk perbaikan kesehatan, dalam arti lain pikiran dapat dilatih
untuk menginisiasi saraf parasimpatik memulai perbaikan secara natural

untuk menurunkan metabolisme tubuh yang terlalu tinggi, denyut nadi,

kecepatan pernafasan, tekanan darah, dan ketegangan otot sehingga

kembali normal sehingga memicu relaksasi dan kesembuhan (Kuswandari

& Afsah, 2016).

Perbedaan nyeri sebelum dan setelah diberikan terapi dzikir

terjadi karena saat seseorang menerima stimulus atau rangsangan berupa

terapi dzikir, terjadi proses kognator (persepsi, informasi) dan regulator

(kimiawi, saraf, endokrin) yang mempengaruhi cerebral cortex dalam

aspek kognitif maupun emosi sehingga menghasilkan persepsi positif dan

peningkatan relaksasi hingga 65% secara tidak langsung menjaga

keseimbangan homeostatis tubuh melalui Hypothalamus-Pituitary-

Adrenal (HPA) Axis (sistem neuroendokrin hipotalamus yang mengatur

stres). Sistem neuroendokrin hipotalamus berfungsi untuk menghasilkan

Corticotropin Releasing Factor (CRF) yang merangsang kelenjar pituari

untuk menurunkan produksi ACTH (Adreno Corticotropic Hormone)

menstrimulasi produksi endorphin. Endorphin merupakan polipeptida

yang mengandung 30 unit asam amino yang mengikat pada reseptor opiat

di otak yang memiliki efek natural analgesik kemudian menurunkan

produksi kortisol dan hormon-hormon stres lainnya sehingga nyeri

menurun (Rahma Yana, Sri Utami dan Safri, 2015).


D. Konsep Teori Massage Tengkuk

1. Definisi

Massage adalah suatu prosedur dengan melakukan tekanan

tangan pada jaringan lunak, seperti otot, tendon, atau ligamentum, tanpa

menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendiri untuk meredakan

nyeri, menciptakan relaksasi atau memperbaiki sirkulasi (Andarmoyo,

2013). Menurut Bambang Trisnowiyanto (2012), massage diartikan

sebagai pijat yang telah disempurnakan dengan ilmu-ilmu tentang tubuh

manusia atau gerakan-gerakan tangan yang mekanis terhadap tubuh

manusia dengan mempergunakan bermacam-macam bentuk pegangan

atau teknik. Gerakan memijat sebenarnya adalah rangsangan tekan pada

permukaan kulit yang dimaksudkan untuk meregang jaringan otot

dibawahnya agar kembali lunak dan rileks, karena seperti yang kita

ketahui biasanya keluhan pegal dan sakit muncul karena jaringan otot

yang tegang dan kaku.

Massage tengkuk adalah terapi pijat pada tengkuk yang hanya

menggunakan tangan manusia, dengan gerakan tangan dapat

meningkatkan gerakan pada sistem muskuloskeletal dengan mengurangi

pembengkakan, melonggarkan dan meregangkan otot tendon. Tekanan

terhadap kutan dan jaringan subkutan melepaskan histamine yang pada

akhirnya akan menghasilkan vasodilator pembuluh darah dan

meningkatkan aliran balik vena yang kemudian akan menurunkan kerja

jantung. Dengan penurunan kerja jantung, maka tekanan darah akan

menjadi turun. Dalam pelaksanaan pemijatan tidak menggunakan obat,


pembedahan, atau alat-alat kedokteran, karena itulah metode ini dirasa

lebih aman untuk digunakan (Snyder & Lindquist, 2009 dalam

Subandiyo, 2014).

2. Manfaat Massage Tengkuk

Menurut Rahmanti dan Ami (2021), manfaat massage tengkuk

sebagai berikut:

a. Massage bermanfaat dalam proses pembentukan endorphin yang

merupakan penghilang rasa nyeri alami tubuh seperti nyeri.

b. Menurunkan tekanan darah.

c. Dapat memberikan efek relaksasi karena sentuhan-sentuhan antara

permukaan kulit dapat membantu melancarkan peredaran darah dan

meningkatkan konsentrasi.

d. Menghilangkan stres, menghilangkan rasa lelah dan letih.

3. Teknik Massage Tengkuk

Teknik massage menurut Hayati, dkk. (2020) sebagai berikut:

a. Effleurage (menggosok)

Gerakan urut mengusap secara ritmis atau berirama dan berturut-turut

dari arah bawah ke atas. Effleurage dilakukan dengan telapak tangan

dan jari merapat. Tangan kemudian bergerak meluncur di atas

permukaan tubuh, tangan harus mengikuti kontur tubuh, gerakan ini

harus mengalir tanpa terputus. Gerakan effleurage dilakukan dengan

tekanan ringan, dan dapat dilakukan tekanan yang lebih kuat saat

mengarah ke jantung. Kemudian saat tangan kembali ke posisi awal,

gerakan harus dilakukan dengan usapan yang lebih ringan dan


menenangkan. Tujuan dari effleurage adalah meratakan minyak pada

permukaan yang tubuh, membantu memperlancar aliran darah dan

meningkatkan suhu kulit. Gerakan effleurage biasanya dilakukan

untuk mengawali dan mengakhiri massage, serta sebagai gerakan

transisi antara gerakan yang satu ke gerakan berikutnya.

b. Petrissage (memijat-mijat)

Gerakan memijat masa otot yang dilakukan dengan satu tangan atau

kedua tangan. Petrissage dapat melemaskan kekakuan di dalam

jaringan. Pelaksanaan petrissage untuk tempat-tempat yang lebar

dapat dilakukan dengan kedua tangan memijat bersama-sama atau

kedua tangan bergantian secara berurutan, untuk daerah yang sempit

cukup memijat dengan ujung-ujung jari, arah gerakannya naik turun

bebas. Tujuan dari petrissage adalah memperlancar penyaluran zat-zat

di dalam jaringan ke dalam pembuluh-pembuluh darah dan getah

bening, seakan-akan diremas dan didorong kedalam sistem pembuluh

tersebut. Petrissage memberikan keuntungan berupa peningkatan

aliran darah, membantu membuang produk hasil metabolik,

meredakan pembengkakkan lokal, dan meningkatkan nutrisi seluler.

c. Vibration (menggetarkan)

Gerakan menggetarkan masa otot secara berirama dengan tekanan

ringan. Gerakan ini dilakukan dengan cara membengkokkan siku jari-

jari yang ditekankan pada tempat yang dikehendaki, kemudian

kejangkaan seluruh lengan tersebut dan getarkan masa otot secara

ritmis. Vibrasi dapat memberikan rangsangan pada ujung-ujung saraf.


d. Tapotement (Memukul-mukul)

Tapotement adalah gerakan memukul masa otot yang dapat

mempengaruhi tonus syaraf otonom jaringan perifer sehingga

mengalami relaksasi. Pada umumnya tapotement dilakukan dengan

kedua tangan bergantian. Sikap tangan dapat berupa setengah

mengepal, jari-jari terbuka atau rapat, dapat pula dengan punggung

jari-jari atau dengan mencekungkan telapak tangan dengan jari-jari

merapat. Tapotement diberikan di daerah pinggang, punggung atau

daerah otot-otot tebal dengan arah gerakan naik turun bebas.

Tujuannya mengurangi tonus otot dan memperlancar peredaran darah.

e. Friction (Menggerus)

Friction adalah menghancurkan bekuan dan pengerasan di dalam

jaringan ikat dan otot. Friction dapat dikerjakan dengan ujung-ujung

jari, atau pangkal telapak tangan, disesuaikan dengan keadaan.

Caranya dengan menekankan ujung-ujung jari tersebut dan diputar-

putarkan berurutan sambil berpindah tempat atau menetap, tujuannya

yaitu memperlancar aliran darah sehingga sirkulasi darah kembali

normal dan meningkatkan pertukaran zat di dalam masa otot.

4. Cara Melakukan Massage Tengkuk

a. Siapkan minyak zaitun untuk memijat leher belakang klien, gunakan

minyak zaitun di tangan dan digosok-gosokan dengan kedua tangan.

b. Menggunakan teknik effleurage yaitu menggosok tengkuk hingga ke

bahu dengan telapak tangan sebanyak 20 gerakan maju mundur pada

bagian leher sebelah kiri hingga bahu kiri dengan posisi peneliti di
sebelah kanan klien, lakukan hal yang sama pada bagian kanan dan

diulang beberapa kali, hingga otot leher rileks.

c. Kemudian pijat dengan teknik petrissage seperti mencubit kulit

tengkuk klien sebanyak 20 gerakan, Posisi berpindah di belakang

responden.

d. Pijat tengkuk dengan cara linier dari atas ke bawah menggunakan ibu

jari dan gerakan dari bawah ke atas menggunakan telapak tangan

sebanyak 20 gerakan.

e. Kemudian beri tekanan pada titik pertemuan kepala dan leher

menggunakan ibu jari.

f. Lalu gosok kepala bagian belakang menggunakan teknik effleurage

secara perlahan.

g. Terakhir berisihkan sisa minyak zaitun menggunakan tisu.

5. Mekanisme Massage Tengkuk Terhadap Penurunan Nyeri Kepala

Mekanisme atau efek dari terapi massage adalah menstimulasi

hipotalamus untuk mensekresi endorphin dan enkafalin yang dapat

mempengaruhi aktivitas saraf parasimpatis dan penurunan hormon

kortisol, norephinefrin dan dopamine, yang menyebabkan aliran darah

vena lebih cepat kembali ke jantung dan vasodilatasi pembuluh darah.

Penurunan hormon kortisol, norephinefrin dan dopamine akan

dipersepsikan dengan rasa nyaman sehingga terjadi rileksasi dan tekanan

darah menjadi menurun. Hal tersebut selaras dengan Priyonoadi, B.

(2008), yang mengatakan tujuan dari massage adalah untuk membantu

melancarkan peredaran darah dan cairan getah bening (cairan limfa), dan
membantu mengalirkan darah di pembuluh balik (darah veneus) agar

cepat kembali ke jantung. Oleh karena itu gerakan massage dilakukan

searah aliran pembuluh darah balik (vena) ke jantung (Hayati, dkk.,

2020).

Hal yang sama juga dipaparkan oleh Intarti (2022) bahwa

pemberian massage leher adalah cara terbaik untuk mengurangi rasa sakit

yang disebabkan oleh otot yang tegang. Selain itu, massage juga bisa

meningkatkan peredaran darah, meringankan sakit kepala, serta

meningkatkan suasana hati dan energi. Teknik massage berdampak

terhadap lancarnya sirkulasi aliran darah menyeimbangkan aliran energi

di dalam tubuh serta mengendurkan ketegangan otot. leher, bahu, dan

dada dapat mengendalikan tekanan darah dilakukan dengan berbagai

teknik, seperti menekan, menggosok, meremas, atau meregangkan otot

tubuh, tergantung kenyamanan tubuh masing-masing orang. Massage

leher menjadikan leher rileks, serta membantu mengurangi

pembengkakan atau edema yang disebabkan karena tekanan darah tinggi.

Tindakan massage diberikan untuk membantu mengurangi rasa

nyeri akibat terganggunya sirkulasi. Massage salah satu tindakan non

farmakologi untuk memberikan rasa nyaman, dimana massage itu biasa

dipusatkan pada punggung dan bahu. Dengan dilakukan massage akan

meningkatkan aliran darah, yang pada gilirannya akan memeras pembuluh

kapiler dan kelenjar getah bening, serta membuang racun dari tubuh

sehingga tubuh akan memberikan respon untuk meningkatkan aliran

darah dengan memproduksi lebih banyak sel darah merah yang akan
membawa oksigen segar ke dalam otot, massage juga membantu

membentuk endorphin yang merupakan penghilang rasa sakit alami bagi

tubuh. Opiate endogen seperti endorphin dan dinorpin (salah satu

neuromodulator) sebagai pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh

dilepaskan oleh alur saraf desenden. Neuromodulator ini akan menutup

mekanisme pertahanan dengan menghambat pelepasan substansi (salah

satu neurotransmiter nyeri), dengan demikian dapat mencegah stimulus

nyeri sehingga sensari nyeri yang dirasakan berkurang (Haris, A., &

Nurwahidah, 2017).

E. Konsep Teori Aromaterapi Lavender

1. Definisi Aromaterapi Lavender

Aromaterapi berasal dari dua kata, yaitu aroma dan terapi. Aroma

berarti bau harum atau bau-bauan dan terapi berarti pengobatan. Jadi

aromaterapi adalah salah satu cara pengobatan penyakit dengan

menggunakan bau-bauan yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan

serta berbau harum dan enak yang disebut dengan minyak atsiri (Agusta,

2016). Hal serupa juga diutarakan oleh Watt dan Janca (2017) yang

menyebutkan bahwa aromaterapi adalah terapi yang menggunakan

minyak esensial yang dinilai dapat membantu mengurangi bahkan

mengatasi gangguan psikologis dan gangguan rasa nyaman seperti cemas,

depresi, dan nyeri.

Salah satu aromaterapi yang banyak digunakan untuk mengatasi

nyeri adalah aromaterapi lavender. Kandungan utama bunga lavender

adalah linalylacetat dan linalool (C10H18O) sedangkan linalool


merupakan kandungan aktif utama yang berperan pada efek anti cemas

(relaksasi). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cuciati, Wardy, A., dan

Irawati, D. (2016) menunjukkan bahwa rata-rata nyeri sebelum diberikan

relaksasi aromaterapi lavender adalah 7,05 dan setelah diberikan relaksasi

aromaterapi lavender adalah 5,65 dengan rata-rata penurunan skala nyeri

1,400 atau 19,85% dan pada hasil analisis aromaterapi lavender tebukti

efektif dalam menurunkan intensitas nyeri kepala.

2. Manfaat Aromaterapi Lavender

Manfaat pemberian aromaterapi lavender bagi seseorang adalah

dapat menurunkan kecemasan, nyeri sendi, tekanan darah tinggi,

frekuensi jantung, laju metabolik, dan mengatasi gangguan tidur

(insomnia), stress dan meningkatkan produksi hormon melatonin dan

serotonin (Kusyati, dkk., 2018). Hal yang sama juga dijelaskan oleh

Wulan dan Wafiyah (2018) bahwa aromaterapi lavender memberikan

kenyamanan, atau memperbaiki kondisi kesehatan jika seseoranng

menciumnya. Lavender ditemukan secara efektif pada kecemasan, stress,

dan depresi sebagai obat penenang yang kuat, memulihkan kelelahan otot,

dan membantu sirkulasi darah. Lavender memberikan efek sedasi dan

efek langsung pada sistem saraf, sebagian besar mengandung ester (26%-

52%) (Suidah et al, 2018).

3. Cara Penggunaan Aromaterapi Lavender

Aromaterapi lavender ini dapat digunakan dengan cara yaitu:

a. Inhalasi
Inhalasi merupakan salah satu cara yang diperkenalkan dalam

penggunaan metode terapi aroma yang paling simple dan cepat.

Aromaterapi masuk dari luar tubuh kedalam tubuh dengan suatu tahap

mudah melewati paru-paru dan dialirkan ke pembuluh darah melalui

alveoli (Buckle, 2016). Inhalasi sama dengan penciuman, dimana

dapat dengan mudah merangsang olfactory setiap kali bernafas dan

tidak akan menggangu pernafasan normal apabila mencium bau yang

berbeda dari minyak esensial (Alexander, 2015). Aroma dapat

memberikan efek yang cepat dan kadang hanya dengan memikirkan

baunya dapat memberikan bau yang nyata. Cara inhalasi biasanya

diperuntukan untuk individu, yaitu dengan menggunakan cara inhalasi

langsung. Namun, cara inhalasi juga dapat digunakan secara

bersamaan. Metode ini disebut inhalasi tidak langsung. Adapun cara

penggunaan aromaterapi secara langsung menurut Buckle (2017),

yaitu :

1). Tissue, dengan meneteskan 1-5 tetes minyak esensial kemudian

dihirup 5-10 menit oleh individu.

2). Steam, dengan menambahkan 1-5 tetes minyak esensial kedalam

alat steam atau penguapan yang telah diisi air dan digunakan

selama sekitar 10 menit.

Selain penggunaan aromaterapi secara langsung, pemberian

aromaterapi secara tidak langsung juga dapat dilakukan menurut

Departement of Health (2017), yaitu dengan cara : Menambahkan 1-


10 tetes minyak esensial kedalam gelas yang telah berisi air panas,

kemudian suruh pasien menghirup uapnya.

b. Massage atau pijat : Menggunakan minyak esenssial aromatik

dikonbinasikan dengan minyak dasar yang menenangkan atau

merangsang, tergantung pada minyak yang menenangkan atau

merangsang, tergantung pada minyak yang digunakan. Pijat minyak

esenssial dapat diterapkan ke area masalah tertentu dan keseluruh tubuh

(Craig Hospital, 2013).

c. Difusi : Biasanya digunakan untuk menenangkan saraf atau mengobati

beberapa masalah pernafasan dan dapat dilakukan dengan penyemprotan

senyawa yang mengandung minyak ke udara dengan udara freshener. Hal

ini juga dapat dilakukan dengan menempatkan beberapa tetes minyak

essensial kedalam diffuser dan menyalakan sumber panas. Duduk dalam

jarak tiga kaki dari diffuser. Pengobatan biasanya berlagsung selama 30

menit (Craig Hospital, 2013).

d. Kompres : Panas atau dingin yang mengandung minyak esensial dapat

digunakan untuk nyeri otot dan segala nyeri, memar dan sakit kepala

(Craig Hospital, 2013).

e. Perendaman : Mandi yang mengandung minyak esenssial dan

berlangsung selama 10-20 menit yang direkomendasikan untuk masalah

kulit dan menenagkan saraf (Craig Hospital, 2013).

4. Mekanisme Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Nyeri Kepala

Pemberian aromaterapi lavender dalam penelitian Rahmatika,

dkk. (2022) terbukti mampu membantu menurunkan intensitas nyeri

kepala dimana skor nyeri kepala setelah diberikan aromaterapi lavender


lebih rendah dibandingkan sebelum pemberian aromaterapi lavender. Hal

ini terjadi karena aromaterapi bunga lavender (Lavandula angustifolia)

mengandung linool yang berfungsi sebagai efek sedatif sehingga ketika

seseorang menghirup aromaterapi bunga lavender maka aroma yang

dikeluarkan akan menstimulasi reseptor silia saraf olfactorius yang berada

di epitel olfactory untuk meneruskan aroma tersebut ke bulbus olfactorius

melalui saraf olfactorius. Bulbus olfactorius berhubungan dengan sistem

limbik. Sistem limbik menerima semua informasi dari sistem

pendengaran, sistem penglihatan, dan sistem penciuman. Limbik adalah

struktur bagian dalam dari otak yang berbentuk seperti cincin yang

terletak di bawah korteks serebri. Bagian terpenting dari sistem limbik

yang berhubungan dengan aroma adalah amygdala dan hippocampus.

Amygdala merupakan pusat emosi dan hippocampus yang berhubungan

dengan memori (termasuk terhadap aroma yang dihasilkan bunga

lavender) kemudian melalui hipotalamus sebagai pengatur maka aroma

tersebut akan dibawa kedalam bagian otak yang kecil tetapi signifikannya

yaitu nukleus raphe. Efek dari nukleus raphe yang terstimulasi yaitu

terjadinya pelepasan serotonin yang merupakan neurotransmitter yang

mengatur suasana hati (Ramadhan, M., R., & Zettira, O., Z., 2017).

Bachrudin (2017) mengungkapkan bahwa serotonin yang dilepaskan oleh

batang otak dan kornu dorsalis diantaranya berfungsi untuk menghambat

transmisi nyeri, dengan demikian maka akan terjadi respon penurunan

nyeri kepala.
Hal ini sejalan dengan penelitian Kusyati, dkk. (2018)

mengungkapkan bahwa aromaterapi lavender berhubungan dengan sistem

kerja saraf manusia yang terdiri dari sistem saraf simpatis dan saraf

parasimpatis. Keadaan rileks mampu menstimulasi tubuh untuk

memproduksi molekul yang disebut nitrat oksida (NO). Molekul ini

bekerja pada tonus otot pembuluh darah sehingga dapat mengurangi

tekanan darah. Kondisi tubuh yang rileks dan tidak mengalami stres maka

pembuluh darah akan mengalami vasodilatasi tanpa adanya tahanan, ini

dapat memaksimalkan suplai oksigen dan melancarkan sirkulasi darah

keseluruh tubuh. Terlebih bila dilakukan secara teratur, dan tetap menjaga

gaya hidup sehat untuk mendapat hasil yang maksimal dalam mengontrol

tekanan darah untuk tetap dalam batas normal sehingga nyeri kepala pun

ikut menurun.
F. Pathway Kombinasi Intervensi

Hipertensi

Tekanan Intrakranial Meningkat

Nyeri Kepala Hingga Tengkuk

Meditasi Dzikir Massage Tengkuk Aromaterapi Lavender

Rangsangan suara Sentuhan-sentuhan yang Aroma masuk ke hidung,


ditangkap oleh daun diberikan pada kulit ditangkap oleh bulbus
telinga menstimulasi sistem saraf olfactory melalui traktus
tepi melalui saraf sensorik olfaktorius

Getaran tersebut diubah menjadi


impuls mekanik di telinga
Reaksi hipotalamus Diteruskan ke sistem
tengah dan diubah menjadi
impuls elektrik di telinga dalam limbik lalu menstimulus
dan diteruskan melalui saraf pengeluaran enkefalin atau
Sekresi endorphin dan endorfin di hipotalamus
vestibulokoklearis menuju ke
enkafalin
korteks batang otak

Saraf Parasimpatis
Menstimulus hipotalamus Diaktifkan
merangsang kelenjar
pituitari memproduksi
endorfin Penurunan hormon kortisol,
norephinefrin dan dopamine

Terjadi vasodilatasi pembuluh


darah dan rileksasi tubuh

Tekanan darah menurun

Tekanan Intrakranial menurun

Nyeri Kepala Menurun


G. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi

1. Pengertian Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan

praktik keperawatan langsung pada klien di berbagai tatanan pelayanan

kesehatan yang pelaksanaanya berdasarkan kaidah profesi keperawatan

dan merupakan inti praktik keperawatan (Ali, 2019).

Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan untuk

klien merupakan salah satu wujud tanggung jawab dan tanggung gugat

perawat terhadap klien. Pada akhirnya, penerapan proses keperawatan

ini. akan meningkatkan kualitas layanan keperawatan pada klien (Asmadi,

2018).

Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan

ilmiah yang digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam

mencapai atau mempertahankan keadaan biologis, psikologis, sosial dan

spiritual yang optimal, indikasi diagnosis keperawatan , penentuan

rencana keperawatan (Suarli & Bahtiar, 2019).

a. Tujuan

Menurut Asmadi (2018), proses keperawatan merupakan suatu

upaya pemecahan masalah yang tujuan utamanya membantu perawat

menangani klien secara komperhensif dengan dilandasi alasan ilmiah,

keterampilan teknis, dan keterampilan interpersonal. Penerapan proses

keperawatan ini tidak hanya ditujukan untuk klien tetapi juga proses

keperawatan itu sendiri. Tujuan penerapan proses keperawatan bagi

klien, antara lain :


1). Mempertahankan kesehatan klien

2). Mencegah sakit yang lebih parah

3). Membantu pemulihan kondisi klien

4). Mengembalikan fungsi maksimal tubuh

2. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas Klien

1). Identitas klien

Meliputi : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,

alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan,

tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa

medik.

2). Identitas Penanggung Jawab

Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta

status hubungan dengan pasien

b. Keluhan Utama

Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah,

palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah

lelah, dan impotensi.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan

pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Keluhan lain yang

menyerta biasanya : sakit kepala, pusing, penglihatan buram, mual,

detak jantung tak teratur, nyeri dada.

d. Riwayat Kesehatan Dahulu


Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit jantung, penyakit

ginjal, stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian

obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit

metabolik, penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran kemih,

dan penyakit menurun seperti diabetes militus, asma, dan lain-lain.

f. Aktivitas/Istirahat

1). Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

2). Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama

jantung, takipnea.

g. Sirkulasi

1). Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung

koroner/ katup dan penyakit serebrovaskuler, episode palpitasi.

2). Tanda :

a). Peningkatan tekanan darah

b). Nadi denyutan jelas dari karotis,ugularis,radialis, takikardia

c). Murmur stenosis vulvular

d). Distensi vena jugularis

e). Kulit pucat,sianosis ,suhu dingin (vasokontriksi perifer)

f). Pengisian kapiler mungkin lambat / tertunda

h. Integritas ego

1). Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress

multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).


2). Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan

perhatian, tangisan meledak, otot uka tegang, menghela nafas,

peningkatan pola bicara.

i. Eliminasi

Gejala : gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau riwayat

penyakit ginjal pada masa yang lalu.

j. Makanan / cairan

1). Gejala :

a). Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi

garam, lemak serta kolesterol.

b). Mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini

(meningkat/turun).

c). Riwayat penggunaan diuretic

2). Tanda : Berat badan normal atau obesitasas, adanya edema dan

glikosuria.

k. Neurosensori

1). Gejala :

a). Keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala, suboksipital

(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah

beberapa jam).

b). Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur,

epistakis).

2). Tanda :
a). Status mental, perubahan keterjagaanm orientasi, pola/ isi

bicara, efek, proses pikir.

b). Penurunan kekuatan genggaman tangan.

l. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung), sakit

kepala.

m. Pernapasan

1). Gejala :

a). Dispnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja, takipnea,

ortopnea.

b). Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.

c). Riwayat merokok

2). Tanda :

a). Distress pernapasan/penggunaan otot aksesori pernapasan

b). Bunyi napas tambahan (crakles/mengi)

c). Sianosis

n. Keamanan :

1). Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan

2). Tanda : hipotensi postural

3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan

respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang

perawat mempunyai izin dari berkompeten untuk mengatasinya. Respon

aktual dan potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan
literature yang berkaitan, catatan medis klien masa lalu, dan konsultasi

profesional lain, yang kesemuanya dikumpulkan selama pengkajian

(Potter & Perry, 2015).

4. Rencana Keperawatan

Tahap perencanaan memberikan kesempatan kepada perawat,

klien, keluarga dan orang terdekat klien untuk merumuskan rencana

tindakan keperawatan guna mengatasi masalah yang dialami klien.

Perencanaan ini merupakan suatu petunjuk tertulis yang menggambarkan

secara tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien

sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosis keperawatan.

Tahap perencanaan dapat disebut sebagai inti atau pokok dari

proses keperawatan sebab perencanaan merupakan keputusan awal yang

memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai, hal yang akan dilakukan,

termasuk bagaimana, kapan, dan siapa yang akan melakukan

tindakankeperawatan. Karenanya, dalam menyusun rencana tindakan

keperawatan untuk klien, keluarga dan orang terdekat perlu dilibatkan

secara maksimal (Asmadi, 2018).

Tabel 2.3 Perencanaan Keperawatan (Intervensi)

No SDKI SLKI SIKI


1. Nyeri Akut (D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan …x24 jam di Observasi :
harapkan tingkat nyeri klien 1.1 Identifikasi lokasi,
menurun dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil : frekuensi, kualitas dan
- Keluhan nyeri (5) intensitas nyeri
- Meringis (5) 1.2 Identifikasi skala nyeri
- Sikap protektif (5)
- Gelisah (5) 1.3 Identifikasi respon verbal
- Kesulitan tidur (5) 1.4 Identifikasi faktor yang
memperberat dan
Keterangan : memperingan nyeri
1. Meningkat 1.5 Monitor keberhasilan terapi
2. Cukup Meningkat komplementer yang sudah
3. Sedang diberikan
4. Cukup Menurun
5. Menurun Terapeutik :
1.6 Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Edukasi :
1.7 Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
1.8 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
1.9 Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi :
1.10 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Penurunan Curah Curah Jantung (L.02008) Pemantauan TandaVital
Jantung (D.0008) Setelah dilakukan tindakan (I.02060)
keperawatan …x24 jam di
harapkan curah jantung klien Observasi :
membaik dengan kriteria 2.1 Monitor tekanan darah
hasil :
2.2 Monitor nadi (Frekuensi,
- Tekanan darah (5) kekuatan, irama
- Capillary refill time (CPT) 2.3 Monitor suhu tubuh
(5)
- Pulmonary artery wedge Terapeutik :
pressure (PAWP) (5) 2.4 Dokumentasikan hasil
- Central venous pressure pemantauan
(5) Edukasi :
2.5 Jelaskan tujuan dan
Keterangan :
prosedur pemantauan
1. Memburuk
2. Cukup Memburuk 2.6 Informasikan hasil
3. Sedang pemantauan, jika perlu
4. Cukup Membaik
5. Membaik
3. Perfusi Perifer Tidak Perfusi Perifer (L.02011) Perawatan Sirkulasi (I.14569)
Efektif (D.0009) Setelah dilakukan tindakan
keperawatan …x24 jam di Observasi
harapkan perfusi perifer klien 3.1 Periksa sirkulasi perifer
meningkat dengan kriteria (mis. Nadi perifer, edema,
hasil : pengisian kapiler, warna,
suhu, ankle brachial
- Pengisian kapiler index)
- Akral (5) 3.2 Identifikasi faktor risiko
- Turgor kulit (5) gangguan sirkulasi (mis.
- Tekanan darah sistolik (5) diabetes, perokok, orang
- Tekanan darah diastolik tua, hipertensi, dan kadar
(5) kolesterol tinggi)
3.3 Monitor panas,
Keterangan : kemerahan, nyeri, atau
1. Memburuk bengkak pada ekstremitas
2. Cukup memburuk
3. Sedang Terapeutik
4. Cukup membaik 3.4 Hindari pemasangan infus
5. Membaik atau pengambilan darah di
area keterbatasan perfusi
3.5 Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
3.6 Hindari penekanan dan
pemasangan torniquet
pada areayang cedera
3.7 Lakukan pencegahan
infeksi
3.8 Lakukan perawatan kaki
dan kuku
3.9 Lakukan hidrasi

Edukasi
3.10 Anjurkan berhenti
merokok
3.11 Anjurkan berolahraga
rutin
3.12 Anjurkan mengecek air
mandi untuk menghindari
kulit terbakar
3.13 Anjurkan menggunakan
obat penurun tekanan
darah, antikoagulan dan
penurun kolesterol, jika
perlu
3.14 Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan darah
secara teratur
3.15 Anjurkan mengindari
penggunaan obat penyekat
beta

4. Intoleransi Aktivitas Toleransi Aktivitas Manajemen Energi (I.05178)


(D.0056) (L.05047)
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan …x24 jam di 4.1 Identifikasi gangguan
harapkan toleransi aktivitas fungsi tubuh yang
meningkat dengan kriteria mengakibatkan kelelahan
hasil : 4.2 Monitor kelelahan fisik
maupun emosional
- Keluhan lelah (5) 4.3 Monitor pola dan jam
- Dispnea saat aktivitas (5) tidur
- Dispnea setelah aktivitas 4.4 Monitor lokasi dan
(5) ketidaknyamanan selama
- Perasaan lemah (5) melakukan aktivitas

Keterangan : Terapeutik
1. Meningkat 4.5 Sediakan lingkungan
2. Cukup meningkat nyaman dan rendah
3. Sedang stimulus (mis, cahaya,
4. Cukup menurun suara, kunjungan)
5. Menurun 4.6 Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan/atau aktif
4.7 Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
4.8 Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan

Edukasi
4.9 Anjurkan tirah baring
4.10 Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
4.11 Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
4.12 Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan

Kolaborasi
4.13 Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

5. Gangguan Pola Tidur Pola Tidur (L.05045) Dukungan Tidur (I.05174)


(D.0055) Setelah dilakukan tindakan
keperawatan …x24 jam di Observasi
harapkan pola tidur membaik 5.1 Identifikasi pola aktivitas
dengan kriteria hasil : dan tidur
5.2 Identifikasi faktor
- Keluhan sulit tidur (5) pengganggu tidur (fisik
- Keluhan sering terjaga (5) dan/atau psikologis)
- Keluhan tidak puas tidur 5.3 Identifikasi makanan dan
(5) minuman yang
- Keluhan pola tidur mengganggu tidur (mis.
berubah (5) kopi, teh, alkohol,makan
- Keluhan istirahat tidak medekati tidur, minum
cukup (5) banyak air sebelum tidur)
5.4 Identifikasi obat tidur
Keterangan : yang dikonsumsi
1. Menurun
2. Cukup menurun Terapeutik
3. Sedang 5.5 Modifikasi lingkungan
4. Cukup meningkat (mis, pencahayaan,
5. Meningkat kebisingan, suhu, matras,
dan tempat tidur)
5.6 Batasi waktu tidur siang,
jika perlu
5.7 Fasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur
5.8 Tetapkan jadwal tidur
rutin
5.9 Lakukan prosedur untuk
meningkatkan
kenyamanan (mis, pijat,
pengaturan posisi, terapi
akupresur)
5.10 Sesuaikan jadwal
pemberian obat dan/atau
tindakan untuk menunjang
siklus tidur terjaga

Edukasi
5.11 Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
5.12 Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
5.13 Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
5.14 Ajarkan relaksasi otot
autogenikatau cara
nonfarmakologi lainnya
6. Risiko Jatuh (D.0143) Tingkat Jatuh (L.14138) Pencegahan Jatuh (I.14540)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan …x24 jam di Observasi
harapkan tingkat jatuh 6.1 Identifikasi faktor risiko
menurun dengan kriteria jatuh (mis. usia ≥ 65
hasil : tahun, penurunan tingkat
kesadaran, defisit kognitif,
- Jatuh dari tempat tidur (5) hipotensi ortostatistik,
- Jatuh saat berdiri (5) gangguan keseimbangan,
- Jatuh saat duduk (5) gangguan penglihatan,
- Jatuh saat berjalan (5) neuropati)
6.2 Identifikasi risiko jatuh
Keterangan : setidaknya sekali setiap
1. Meningkat shift atau sesuai dengan
2. Cukup meningkat kebijakan institusi
3. Sedang 6.3 Identifikasi faktor
4. Cukup menurun lingkungan yang
5. Menurun meningkatkan risiko jatuh
(mis. lantai licin,
penerangan kurang
6.4 Hitung risiko jatuh dengan
menggunakan skala (mis.
Fall Morse Scale, Humptu
Dumpty Scale) jika perlu
6.5 Monitor kemampuan
berpindah dari tempat
tidur ke kursi roda dan
sebaliknya

Terapeutik
6.6 Orientasikan ruangan pada
pasien dan keluarga
6.7 Pastikan roda tempat tidur
dan kursi roda selalu
dalam kondisi terkunci
6.8 Pasang handrall tempat
tidur
6.9 Atur tempat tidur mekanis
pada posisi terendah
6.10 Tempatkan pasien berisiko
tinggijatuh dekat dengan
pantauan perawat dari
nurse station
6.11 Gunakan alat bantu
berjalan (mis. kursi roda,
walker)
6.12 Dekatkan bel pemanggil
dalam jangkauan pasien

Edukasi
6.13 Anjurkan memanggil
perawat jika
membutuhkan bantuan
untuk berpindah
6.14 Anjurkan menggunakan
alas kaki yang tidak licin
6.15 Anjurkan berkonsentrasi
untuk menjaga
keseimbangan tubuh
6.16 Annjurkan melebarkan
jarak kedua kaki untuk
meningkatkan
keseimbangan saat berdiri
6.17 Ajarkan cara
menggunakan bel
pemanggil untuk
memanggil perawat

5. Implementasi Keperawatan

Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan

adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang

diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan

keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari

rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses

keperawatan. Namun demikian, di banyak lingkungan perawatan

kesehatan, implementasi mungkin dimulaisecara langsung setelah

pengkajian (Potter & Perry, 2015).


6. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses yang merupakan

perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang

teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.

Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan

tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya

tujuan dan kiteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan.

Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai

dari pengkajian ulang (reassessment).

Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan

keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat

dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedomanatau rencana

proses tersebut. Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut:

a. Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria atau rencana yang

telah disusun.

b. Hasil tindakan keperawatan, berdasarkan kriteria keberhasilan yang

telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.

Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :

1). Tujuan tercapai, apabila pasien telah menunjukan perbaikan atau

kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah di tetapkan.

2). Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai secara

maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara

mengatasinya.
3). Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan perubahan

atau kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru dalam hal

ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah

terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain

yang tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya

tujuan. Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses

keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi kepada

pasien, seluruh tindakannya harus di dokumentasikan dengan

benar dalam dokumentasi keperawatan.


BAB III

LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

A. Pengkajian Kasus

1. Identitas Klien

Pengkajian pada tanggal 01 Juni 2022 pukul 14.00 WITA menggunakan

autoanamnesa dimana peneliti melakukan observasi dan pememriksaan

fisik secara langsung kepada pasien. Pada kasus ini didapatkan hasil klien

bernama Tn.S usia 56 tahun (tanggal lahir 19/06/1966), berjenis kelamin

laki-laki, agama islam, pekerjaan wirausaha, status menikah, suku jawa,

pendidikan terakhir SD, alamat Jl. Samarinda-Bontang Desa Suka Damai,

klien didiagnosa hipertensi sejak 6 tahun yang lalu.

2. Data Khusus

a. Subjektif

1). Keluhan Utama

Klien mengatakan nyeri kepala yang menjalar ke tengkuk sejak 3

hari lalu.

2). SAMPLE

a). Symptom

Klien mengatakan nyeri kepala menjalar hingga tengkuk,

kepala terasa berat dan tegang dibagian tengkuk.

b). Allergies

Klien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap obat-obatan

maupun makanan.
c). Medication

Klien mengatakan mengkonsumsi obat amplodipine 5 mg

yang dibeli sendiri di apotik, namun klien meminum obat

tersebut tidak teratur atau hanya pada saat tekanan darahnya

naik.

d). Penyakit Yang Diderita

Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi,

maag, dan asam urat.

e). Last Meal/Makan Terakhir

Klien mengatakan sebelumnya makan daging kambing saat

ada acara di rumah tetangganya.

f). Event/Kejadian Sebelum Cidera

Klien mengatakan sebelum kejadian klien datang ke acara

tetangganya disana klien makan daging kambing, namun

klien hanya mencicipi daging tersebut, setelah pulang dari

acara klien mulai merasa tidak nyaman di bagian leher, pukul

01.00 dini hari klien mulai merasakan nyeri kepala nyut-

nyutan dan tengkuk tegang.

b. Objektif

1). Airway

Tidak ada sumpatan jalan napas seperti gurgling, snoring, dan

stridor.

2). Breathing
Tidak ada sesak napas, RR = 22x/menit, tidak ada penggunaan

otot bantu pernapasan, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak

ada retraksi dinding dada, suara nafas vesikuler +/+, SpO2 99%.

3). Circulation

Nadi teraba kuat, HR = 102x/menit, irama teratur, tekanan darah

160/100 mmHg, CRT < 3 detik, akral hangat, suhu tubuh 36,7 oC,

warna kulit pucat, tidak ada sianosis.

4). Disability

Tingkat kesadaran compos mentis, GCS = 15 (E4 V5 M6), reaksi

pupil positif terhadap cahaya, pupil isokor kanan dan kiri.

5). Exposure & Environment

Kondisi tubuh klien aman, tidak ada jejas ditubuh klien, klien

berada di dalam rumah untuk dilakukan terapi menurunkan nyeri

kepala.

6). Full Set of Vital Sign

Tekanan darah : 160/100 mmHg

HR : 102x/menit

RR : 22x/menit

Temperatur : 36,7 oC

Saturasi : 99%

MAP : 120 mmHg (MAP normal: 70-100 mmHg)

7). Give Comfort

Klien diberi posisi semifowler dan akan diberikan terapi meditasi

dzikir kombinasi massage tengkuk dan aromaterapi lavender.


3. Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan

a. Pola Persepsi Kesehatan-Manajemen Kesehatan

Klien mengatakan kurang puas dengan kesehatannya saat ini. Klien

mengatakan rumahnya dekat dengan fasilitas kesehatan, jadi jika ada

anggota keluarga yang sakit selalu dibawa ke fasilitas kesehatan.

b. Pola Nutri-Metabolik

Klien mengatakan makan 2 kali sehari, makan 1 piring selalu habis,

klien tidak memilih-milih makanan, namun pasien menghindari

makanan yang pedas karena memiliki riwayat penyakit maag. Intake

cairan ±1500cc/1 botol besar.

c. Pola Eliminasi

Klien mengatakan BAB biasanya 1-2 kali sehari, karakter feses:

Konsistensi lunak, warna coklat, tidak ada perdarahan, tidak ada

riwayat diare dan inkontinensia urin. Klien mengatakan frekuensi

berkemih ±6-8 kali sehari tergantung banyaknya air yang diminum,

dengan warna urin kuning, dan tidak ada kesulitan berkemih.

d. Pola Aktivitas-Latihan

Klien mengatakan untuk aktivitas sehari-hari mampu melakukan

secara mandiri seperti berpakaian, berjalan, pergi ke toilet dan

makan/minum tanpa bantuan istri atau pun anak-anaknya.

e. Pola Tidur-Istirahat

Klien mengatakan tidur malam kurang lebih 5 jam, tidur mulai sekitar

jam 24.00 sampai jam 05.00 saat adzan subuh. Klien mengatakan sulit

untuk memulai tidur dan sering terbangun karena kepalanya nyeri.


Klien juga mengatakan jarang tidur siang karena ribut suara mobil

didepan rumah, biasa tidur siang ±1 jam dari jam 13.00 sampai 14.00.

Klien tampak lesu seperti lelah dan sering menguap.

f. Pola Kognitif-Peserptual

Klien mampu berkomunikasi dengan baik dan suara yang jelas, klien

mengatakan tidak memiliki gangguan pengecapan, pendengaran

maupun perubahan penciuman serta gangguan penglihatan. Klien

mengatakan nyeri kepala hingga ke tengkuk dan terasa nyut-nyutan.

P (Provokes) : Nyeri kepala disebabkan karena tekanan darah naik.

Q (Quality) : Klien mengatakan nyeri seperti dipukul benda tumpul

dan nyut-nyutan.

R (Radiates) : Klien mengatakan nyeri dari bagian kepala hingga

tengkuk.

S (Severity) : Skala nyeri 5 (nyeri sedang)

T (Time) : Klien mengatakan nyeri terasa terus-menerus, durasi

±10 menit.

Selama pengkajian klien tampak menahan nyeri, meringis dan gelisah.

g. Pola Persepsi-Konsep Diri

Citra Diri: Klien mengatakan merasa puas dengan apa yang ada pada

dirinya saat ini, klien mengatakan tidak minder ataupun malu dengan

kondisi saat ini. Klien menyukai semua anggota tubuhnya yang telah

diberikan Allah SWT.

Identitas Diri : Klien mengatakan dirinya adalah seorang ayah dan

kepala keluarga.
Ideal Diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh.

Harga Diri : Klien mengatakan sangat dihargai di lingkungan

sekitarnya.

h. Pola Peran-Hubungan

Klien mengatakan tinggal bersama istri dan juga kedua anaknya.

Klien mengatakan seorang kepala keluarga, suami untuk istrinya dan

juga seorang ayah untuk anak-anaknya. Klien mengatakan hubungan

dengan istri dan anak-anaknya terjalin sangat baik, jika ada masalah

selalu didiskusikan dan mencari jalan keluarnya bersama, begitu juga

hubungan sosial dengan keluarganya yang lain dan tetangganya

terjalin sangat baik, karena klien merupakan orang terpandang di

tempat tinggalnya.

i. Pola Seksualitas-Reproduksi

Klien mengatakan tidak memiliki gangguan pada sistem

reproduksinya, klien mengatakan masih aktif dalam melakukan

berhubungan dengan istrinya.

j. Pola Koping-Ketahanan Stres

Klien mengatakan jika ada masalah selalu didiskusikan bersama

dengan istrinya maupun keluarganya, jika terasa stres klien memilih

untuk beribadah kepada Allah SWT seperti mengaji atau hanya

sekedar berdoa.

k. Pola Nilai-Keyakinan

Klien mengatakan selalu melakukan sholat 5 waktu dan sholat sunnah,

klien mengatakan sholat selalu di mushola kecuali sholat ashar selalu


di rumah karena klien bekerja. Klien mengatakan selama sakit lebih

meningkatkan ketakwaannya untuk beribadah.

4. Pemeriksaan Fisik Head to Toe

a. Keadaan Umum: Baik

b. Kepala: Bentuk normal simetris, tidak ada benjolan dan tidak ada lesi.

c. Rambut: Distribusi rambut normal, bersih, tekstur halus, rambut

berwarna hitam campur putih.

d. Mata: Ukuran pupil normal, pupil isokor kanan dan kiri, bereaksi

terhadap cahaya, sklera putih, konjungtiva pink, penglihatan baik

tidak menggunakan kacamata, mata terlihat sayu, kantung mata

tampak menghitam, mata tampak sayu.

e. Telinga: Fungsi telinga kanan dan kiri normal, tidak ada cairan/massa,

ketajaman pendengaran kanan dan kiri normal, tidak menggunakan

alat bantu dengar.

f. Hidung: Tidak ada mimisan, tidak ada massa, berfungsi dengan

normal dan dapat mencium bau-bauan, tidak ada gangguan penghidu

dan tidak menggunakan alat bantu pernafasan.

g. Mulut: Lidah simetris, membran mukosa bibir lembab, tidak ada

sianosis.

h. Tenggorokan: Tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada gangguan

menelan, dan tidak ada gangguan bicara.

i. Leher: Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan getah bening.

j. Dada: Bentuk normal chest, gerakan simetris kanan dan kiri, tidak ada

retraksi dinding dada, suara nafas vesikuler (+ / +).


1. Paru-Paru:
- Inspeksi: Tidak ada lesi di area permukaan dada dan tidak ada
tonjolan abnormal.
- Palpasi: Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, tidak ada
nyeri tekan, fremitus raba normal kanan dan kiri.
- Perkusi: Terdengar sonor (+/+) pada kedua lapang paru.
- Auskultasi: Suara vesikuler (+/+), tidak ada wheezing atau ronchi.
2. Jantung :
- Inspeksi: Iktus kordis tidak tampak
- Palpasi: Teraba denyut iktus kordis berada di interkosta V
midklavikula sinistra dan tidak bergeser.
- Perkusi: Batas jantung kanan atas SIC II linea para sternalis dextra,
kanan bawah SIC IV linea para sternalis dextra, kiri atas = SIC II linea
para sternalis sinistra, kiri bawah SIC IV linea medio clavicularis
sinistra.
- Auskultasi: Bunyi jantung terdengar normal S1-S2 (lub-dub),
keteraturan reguler.
3. Abdomen:
- Inspeksi: Tidak ada distensi, umbilicus masuk merata, tidak ada
sikartik, tidak ada petekie, tidak ada purpura.
- Auskultasi: Peristaltik usus 10x/menit
- Perkusi : Terdengar timpani
- Palpasí: Tidak ada nyeri tekan, hepar tidak teraba, splen tidak teraba.
4. Kulit: Warna pucat, teraba hangat, turgor < 2 detik, CRT < 3 detik.
5. Genetalia dan rektum: Tidak dikají
6. Ekstermitas:
Kekuatan otot tangan (5/5)
Kekuatan otot kaki (5/5)
Keterangan:
0 = Paralisis total
1 = Tidak ada gerarian, teraba/terlihat adanya kontraksi otot.
2 = Ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat melawan gravitasi (hanya
bergeser).
3 = Dapat melawan gravitasi tetapi tidak dapat melawan tahanan
pemeriksa.
4 = Bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi kekuatannya
berkurang.
5 = Dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan
maksimal/normal.

B. Analisa Data
Hasil analisa data pada tanggal 01/06/2022
Tabel 3.1 Analisa Data Klien

No. Data Etiologi Masalah


1. Data Subjektif: Perubahan Penurunan Curah
- Klien mengatakan nyeri kepala yang Afterload Jantung
menjalar ke tengkuk.
- Klien mengatakan memiliki riwayat
hipertensi kurang lebih 6 tahun.

Data Objektif:
- Tekanan darah : 160/100 mmHg
- MAP : 120 mmHg
- CRT < 3 detik
- HR: 102x/menit
- Warna kulit pucat

2. Data Subjektif: Agen Pencedera Nyeri Akut


- Klien mengatakan nyeri kepala yang Fisiologis
menjalar ke tengkuk.
- Pengkajian PQRST:
• P: Nyeri kepala disebabkan karena
tekanan darah naik.
• Q : Klien mengatakan nyeri seperti
dipukul benda tumpul dan nyut-
nyutan.
• R : Klien mengatakan nyeri dari
bagian kepala hingga tengkuk.
• S: Skala nyeri 5
• T: Klien mengatakan nyeri terasa
terus-menerus, dengn durasi ±10
menit.
Data Objektif:
- Klien tampak meringis menahan nyeri
kepalanya.
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak sesekali memegang
kepalanya karena nyeri.
- Tekanan darah : 160/100 mmHg
- HR : 102x/menit
- RR : 22x/menit
- Temperatur : 36,7 oC
- Saturasi : 99%
- MAP : 120 mmHg

3. Data Subjektif: Kurangnya Kontrol Gangguan Pola Tidur


- Klien mengatakan sulit untuk memulai Tidur
tidur dan sering terbangun karena
kepalanya nyeri.
- Klien mengatakan tidur malam kurang
lebih 5 jam, tidur mulai sekitar jam
24.00 sampai jam 05.00 saat adzan
subuh.
- Klien juga mengatakan jarang tidur
siang karena ribut suara mobil didepan
rumah, biasa tidur siang ±1 jam dari jam
13.00 sampai 14.00.

Data Objektif:
- Klien tampak lesu seperti lelah.
- Kantung mata klien tampak menghitam.
- Klien sering menguap.
- Mata klien tampak sayu.
- Tekanan darah : 160/100 mmHg
- HR : 102x/menit
- RR : 22x/menit

C. Diagnosa Prioritas Masalah Keperawatan

1. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan Perubahan Afterload

(D.0008).

2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis (D.0077).

3. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Kurangnya Kontrol Tidur

(D.0055).
D. Rencana Intervensi Keperawatan

Tabel 3.2 Intervensi Keperawatan

Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil
No Keperawatan Intervensi Keperawatan (SIKI)
(SLKI)
(SDKI)
1. Penurunan Curah Curah Jantung (L.02008) Pemantauan Tanda Vital (I.02060)
Jantung Berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi :
Dengan Perubahan keperawatan 3x24 jam di 1.1 Monitor tekanan darah
Afterload (D.0008) harapkan curah jantung klien
1.2 Monitor nadi (Frekuensi,
membaik dengan kriteria hasil :
kekuatan, irama.
- Takikardia (5)
- Pucat (5) 1.3 Monitor pernapasan (frekuensi,
kedalaman).
Keterangan : 1.4 Monitor suhu tubuh
1 = Meningkat 1.5 Identifikasi penyebab perubahan
2 = Cukup Meningkat tanda vital.
3 = Sedang Terapeutik:
4 = Cukup Menurun 1.6 Dokumentasikan hasil
5 = Menurun pemantauan.
Edukasi:
- Tekanan darah (5) 1.7 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan.
Keterangan :
1.8 Informasikan hasil pemantauan,
1 = Memburuk
jika perlu.
2 = Cukup Memburuk
3 = Sedang
4 = Cukup Membaik
5 = Membaik

2. Nyeri Akut Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I. 08238)


Berhubungan Dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi:
Agen Pencedera keperawatan selama 3 x 24 jam, 2.1 Identifikasi lokasi,
Fisiologis diharapkan tingkat nyeri yang di karakteristik, durasi, frekuensi,
(D.0077) rasakan dapat menurun dengan kualitas, intensitas nyeri
kriteria hasil : 2.2 Identifikasi skala nyeri
- Keluhan Nyeri (5) 2.3 Identifikasi respon nyeri non
- Meringis (5) verbal
- Gelisah (5) 2.4 Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
Keterangan: nyeri
1 = Meningkat 2.5 Identifikasi pengetahuan dan
2 = Cukup Meningkat keyakinan tentang nyeri
3 = Sedang 2.6 Identifikasi pengaruh nyeri
4 = Cukup Menurun pada kualitas hidup
5 = Menurun 2.7 Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
2.8 Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik:
2.9 Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (terapi
meditasi dzikir kombinasi
massage tengkuk dan
aromaterapi lavender).
2.10 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
2.11 Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi:
2.12 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
2.13 Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
2.14 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
2.15 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
1.18 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.

3. Gangguan Pola Tidur Pola Tidur (L.05045) Dukungan Tidur (I.05174)


Berhubungan Dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi:
Kurangnya Kontrol keperawatan selama 3x24 jam 3.1 Identifikasi pola aktivitas dan
Tidur (D.0055) diharapakan masalah gangguan tidur.
pola tidur dapat teratasi dengan 3.2 Identifikasi faktor pengganggu
kriteria hasil: tidur.
- Keluhan sulit tidur (5) Terapeutik:
- Keluhan tidak puas tidur (5) 3.3 Modifikasi lingkungan
(mis.pencahayaan, kebisingan,
Keterangan: suhu, matras, dan tempat tidur).
1 = Menurun 3.4 Fasilitasi menghilangkan stres
2 = Cukup Menurun sebelum tidur.
3 = Sedang 3.5 Lakukan prosedur untuk
4 = Cukup Meningkat meningkatkan rasa nyaman
5 = Meningkat (pengaturan posisi, pijat,
relaksasi, terapi akupresur).
Edukasi:
3.6 Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit.
3.7 Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
menggangu tidur.
3.8 Ajarkan relaksasi otot autogenic
atau cara nonfarmakologi
lainnya.

E. Intervensi Inovasi

Intervensi inovasi yang dilakukan pada klien Tn.S adalah terapi

nonfarmakologi atau terapi komplementer yang digunakan untuk menurunkan

intensitas nyeri kepala yaitu dengan terapi dzikir kombinasi massage tengkuk

dan aromaterapi lavender.

Tabel 3.3 Intervensi Inovasi Terapi Dzikir Kombinasi Massage Tengkuk dan Aromaterapi
Lavender.
Diagnosa
Intervensi Inovasi Intervensi
Keperawatan
Nyeri Akut Terapi Dzikir Pengkajian
Berhubungan Kombinasi Massage 1. Mengkaji keadaan pasien
Dengan Agen Tengkuk dan Pre interaksi
Pencedera Aromaterapi 2. Mencuci tangan
Fisiologis Lavender Terhadap 3. Mempersiapkan alat :
(D.0077) Penurunan Nyeri - Headset dan handphone untuk mendengarkan
Kepala Pada Pasien dzikir.
Hipertensi. - Minyak lavender untuk aromaterapi.
- Minyak zaitun untuk massage tengkuk.
- Tisu dan kapas.
Dilakukan pada
Fase Orientasi
tanggal:
4. Memberikan salam dan menyapa nama pasien.
1. 01 Juni 2022
5. Memperkenalkan diri dan melakukan kontrak.
pukul 13.00.
6. Menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur
2. 02 Juni 2022
pelaksanaan terapi yang akan diberikan.
pukul 13.00.
7. Menanyakan kesiapan pasien.
3. 03 Juni 2022 8. Mendekatkan alat.
pukul 13.00. Fase Kerja
9. Membaca basmalah
10. Beritahu klien bahwa tindakan akan segera
dimulai.
11. Periksa keadaan kulit, telinga, hidung, skala nyeri
dan tekanan darah sebelum memulai terapi dzikir
kombinasi massage tengkuk dan aromaterapi
lavender.
12. Atur posisi klien senyaman mungkin, yaitu dengan
posisi duduk.
13. Siapkan handphone dan headset sebagai alat
pendengar suara (dzikir), pilih dzikir yang akan
didengarkan, kemudian minta klien untuk memakai
headset tersebut.
14. Minta klien untuk menutup matanya dan bernapas
secara alami, buang semua pikiran yang
mengganggu dan rilekskan badan.
15. Kemudian siapkan kapas lalu teteskan minyak
lavender pada kapas tersebut sebanyak 3-10 tetes.
Minta klien untuk mendengarkan dzikir sambil
mencium aroma minyak lavender tersebut.
16. Siapkan minyak zaitun untuk memijat leher
belakang klien, gunakan minyak zaitun di tangan
dan digosok-gosokan dengan kedua tangan.
17. Menggunakan teknik effleurage yaitu menggosok
tengkuk hingga ke bahu dengan telapak tangan
sebanyak 20 gerakan maju mundur pada bagian
leher sebelah kiri hingga bahu kiri dengan posisi
peneliti di sebelah kanan klien, lakukan hal yang
sama pada bagian kanan dan diulang beberapa kali,
hingga otot leher rileks.
18. Kemudian pijat dengan teknik petrissage seperti
mencubit kulit tengkuk klien sebanyak 20 gerakan,
Posisi berpindah di belakang responden.
19. Pijat tengkuk dengan cara linier dari atas ke bawah
menggunakan ibu jari dan gerakan dari bawah ke
atas menggunakan telapak tangan sebanyak 20
gerakan.
20. Kemudian beri tekanan pada titik pertemuan
kepala dan leher menggunakan ibu jari.
21. Lalu gosok kepala bagian belakang menggunakan
teknik effleurage secara perlahan.
22. Terakhir berisihkan sisa minyak zaitun
menggunakan tisu.
23. Setelah 10-20 menit berlalu, minta klien membuka
mata, lepaskan headset dan rapikan semua alat
yang digunakan.

F. Implementasi Keperawatan

Implementasi intervensi inovasi terapi dzikir kombinasi massage

tengkuk dan aromaterapi lavender pada Tn.S dilakukan untuk menurunkan

intensitas nyeri kepala akibat hipertensi yang dialaminya. Sebelum dilakukan

intervensi inovasi peneliti terlebih dahulu mengukur dan mencatat skala nyeri

yang dirasakan klien dengan menggunakan skala nyeri NRS (Numeric Rating

Scale). Setelah dilakukan penilaian skala nyeri, klien terlebih dahulu


diposisikan di tempat yang aman dan nyaman yaitu dengan posisi duduk agar

memudahkan untuk dilakukan intervensi inovasi terapi dzikir kombinasi

massage tengkuk dan aromaterapi lavender.

Hasil implementasi intervensi inovasi terapi dzikir kombinasi massage

tengkuk dan aromaterapi lavender selama 3 hari dengan waktu kurang lebih

10-20 menit setiap harinya di rumah klien, sebelum dan sesudah intervens

dilakukan dokumentasi hasil pengukuran skala nyeri yang dirasakan klien

menggunakan skala nyeri NRS (Numeric Rating Scale), didapatkan sebagai

berikut:

Tabel 3.4 Dokumentasi Hasil Pengukuran Skala Nyeri Menggunakan Skala


NRS (Numeric Rating Scale)
Penurunan
Hari dan Tanggal Sebelum Sesudah Skor
No Waktu Waktu
Intervensi Intervensi Intervensi Setelah
Intervensi
1. 01-06-2022 5 13.00 4 13.30 1

2. 02-06-2022 3 13.00 2 13.30 1

3. 03-06-2022 2 13.00 1 13.30 1

Berdasarkan dari hasil pengukuran diatas setelah rutin diberikan

intervensi inovasi terapi dzikir kombinasi massage tengkuk dan aromaterapi

lavender secara rutin selama 3 hari berturut-turut dan di waktu yang sama

didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan skala nyeri dari skala 5 di hari

pertama menjadi skala 1 di hari ketiga, dimana setiap harinya terjadi

penurunan skala nyeri sebanyak 1 nilai.


Tabel 3.5 Implementasi Keperwatan
Tanggal/ Diagnosa
Implementasi dan Evaluasi Proses Paraf
Jam Keperawatan
01/06/2022 Penurunan 1.1 Memonitor tekanan darah
13.00 Curah Jantung S : Klien mengatakan memilliki riwayat hipertensi sejak
Berhubungan kurang lebih 6 tahun yang lalu.
Dengan O : Tekanan darah : 160/100 mmHg.
Perubahan
Afterload 1.2 Memonitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama).
(D.0008) S:-
O : HR : 102x/menit, nadi teraba kuat, irama teratur).

1.3 Memonitor pernapasan.


S:-
O : RR : 22x/menit.

1.4 Memonitor suhu tubuh.


S:-
O : 36,7 oC

1.7 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan.


S : Klien mengatakan mengerti dengan penjelasan yang
diberikan.
O : Klien tampak paham dengan tujuan dan prosedur
pemantauan yaitu untuk memantau TTV apakah dalam
batas normal atau tidak, dan apakah ada perubahan saat
dilakukannya intervensi atau tidak.

1.6 Mendokumentasikan hasil pemantauan.


S:-
O : Hasil pemantauan yang didapatkan TD: 160/100
mmHg, HR: 102x/menit, RR: 22x/menit, temperature:
36,7 oC.

Nyeri Akut 2.1 Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,


Berhubungan kualitas, intensitas nyeri.
Dengan Agen S : Klien mengatakan nyeri kepala yang menjalar ke
Pencedera tengkuk.
Fisiologis Pengkajian PQRST:
(D.0077) • P: Nyeri kepala disebabkan karena tekanan darah naik.
• Q : Klien mengatakan nyeri seperti dipukul benda
tumpul dan nyut-nyutan.
• R : Klien mengatakan nyeri dari bagian kepala hingga
tengkuk.
• S: Skala nyeri 5 (nyeri sedang skala NRS)
• T: Klien mengatakan nyeri terasa terus-menerus,
durasi ±10 menit).
O : Klien tampak meringis menahan nyeri kepalanya,
klien tampak gelisah, klien tampak sesekali memegang
kepalanya karena nyeri, tekanan darah : 160/100 mmHg,
HR : 102x/menit, RR : 22x/menit, Temperatur : 36,7 oC,
Saturasi : 99%.

2.4 Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan


memperingan nyeri.
S : Klien mengatakan nyerinya semakin berat saat ia
berdiri dan beraktivitas.
O : Klien tampak lebih banyak beristirahat.

2.12 Menjelaskan strategi meredakan nyeri.


S : Klien mengatakan mengerti dengan penjelasan yang
diberikan dan setuju untuk diberikan terapi dzikir
kombinasi massage tengkuk dan aromaterapi lavender.
O : Klien setuju untuk diberikan terapi diberikan terapi
dzikir kombinasi massage tengkuk dan aromaterapi
lavender.

2.9 Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi


rasa nyeri (terapi meditasi dzikir kombinasi massage
tengkuk dan aromaterapi lavender).
S : Klien mengatakan setelah diberikan tindakan terapi
dzikir kombinasi massage tengkuk dan aromaterapi
lavender, klien merasa lebih rileks dan nyeri sedikit
berkurang dari sebelumnya.
O : Klien mampu mengikuti intervensi yang diberikan
hingga selesai dengan kooperatif dan terlihat sangat
tenang.

2.7 Memonitor keberhasilan terapi komplementer yang


sudah diberikan.
S : Klien mengatakan lebih rileks dan nyeri sedikit
berkurang dari sebelum diberikan tindakan.
O : Klien tampak menikmati dan mulai tenang setelah
diberikan tindakan terapi dzikir kombinasi massage
tengkuk dan aromaterapi lavender.

2.10 Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri


(pencahayaan).
S : Klien mengatakan kepalanya akan lebih nyeri saat
melihat cahaya yang silau.
O : Menganjurkan klien tidur dengan gorden jedela
ditutup.

2.16 Mengkolaborasikan pemberian analgesik (amlodipine 5


mg).
S : Klien mengerti anjuran meminum obat penurun
tekanan darah.
O : Klien paham dengan anjuran meminum obat yaitu
saat 1x/hari diminum saat malam hari sebelum tidur.
Gangguan Pola 3.1 Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur.
Tidur S : Klien mengatakan tidur malam sekitar jam 24.00
Berhubungan sampai jam 05.00 tebangun adzan subuh. Setelah selesai
Dengan sholat klien mandi dan beraktivitas yaitu kerja. Tidur
Kurangnya siang jarang karena ribut suara mobil di depan rumah,
Kontrol Tidur kalau tidur biasanya ±1 jam mulai jam 13.00 sampai
(D.0055) 14.00.
O : Klien tampak mengantuk dan lesu.

3.2 Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur.


S : Klien mengatakan sulit untuk memulai tidur dan
terbangun karena kepalanya nyeri.
O : Klien tampak mengantuk dan lesu.

3.6 Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit.


S : Klien mengerti tentang penjelasan yang diberikan.
O : Klien dapat menyebutkan kembali pentingnya tidur
cukup selama sakit.

3.5 Melakukan prosedur untuk meningkatkan rasa nyaman


(massage tengkuk).
S : Klien mengatakan lebih nyaman dan rileks setelah
dilakukan prosedur.
O : Klien tampak lebih rileks.

3.8 Mengajarkan relaksasi otot autogenic atau cara


nonfarmakologi (mendengarkan terapi dzikir).
S : Klien mengatakan mengerti dengan cara
nonfarmakologi yang diajarkan.
O : Klien mampu menyebutkan kembali terapi apa yang
harus dilakukan sebelum tidur dan prosedurnya.

3.7 Menganjurkan menghindari makanan/minuman yang


menggangu tidur.
S : Klien mengatakan paham dengan anjuran yang
diberikan.
O : Klien paham dengan anjuran yang diberikan dan
dapat menyebutkannya kembali yaitu tidak boleh
makan/minum sebelum tidur karena akan menyebabkan
BAB/BAK saat tidur.

02/06/2022 Penurunan 1.1 Memonitor tekanan darah


Curah Jantung S : Klien mengatakan memilliki riwayat hipertensi sejak
Berhubungan kurang lebih 6 tahun yang lalu.
Dengan
O : Tekanan darah : 150/95 mmHg.
Perubahan
Afterload
(D.0008) 1.2 Memonitor nadi (Frekuensi, kekuatan, irama).
S:-
O : HR : 97x/menit, nadi teraba kuat, irama teratur).

1.3 Memonitor pernapasan.


S:-
O : RR : 20x/menit.
1.4 Memonitor suhu tubuh.
S:-
O : 36,3 oC

1.6 Mendokumentasikan hasil pemantauan.


S:-
O : Hasil pemantauan yang didapatkan TD: 150/95
mmHg, HR: 97x/menit, RR: 20x/menit, temperature: 36,3
o
C.

Nyeri Akut 2.2 Mengidentifikasi skala nyeri.


Berhubungan S : Klien mengatakan skala nyeri 3.
Dengan Agen O : Klien tampak meringis sesekali menahan nyeri,
gelisah berkurang, masih sesekali memegang kepalanya.
Pencedera
Fisiologis
2.7 Memonitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
(D.0077) diberikan (terapi meditasi dzikir kombinasi massage
tengkuk dan aromaterapi lavender).
S : Klien mengatakan setelah diberikan tindakan terapi
meditasi dzikir kombinasi massage tengkuk dan
aromaterapi lavender di hari pertama klien merasa nyeri
kepalanya mulai berkurang dan merasa lebih rileks
walaupun nyerinya masih terasa namun sudah tidak terlalu
nyeri seperti awal.
O : Klien tampak senang dan rileks setelah diberikan
tindakan terapi meditasi dzikir kombinasi massage
tengkuk dan aromaterapi lavender.

2.9 Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi


rasa nyeri (terapi meditasi dzikir kombinasi massage
tengkuk dan aromaterapi lavender).
S : Klien mengatakan senang diberikan terapi meditasi
dzikir kombinasi massage tengkuk dan aromaterapi
lavender karena kepalanya terasa lebih ringan.
O : Klien tampak menikmati selama diberikan intervensi.

2.15 Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi


rasa nyeri.
S : Klien mengatakan paham dengan teknik
nonfarmakologis yang diajarkan yaitu mendengarkan
terapi dzikir dan menghirup aromaterapi lavender saat
terasa nyeri.
O : Klien paham dengan terapi yang diajarkan dan dapat
melakukannya secara mandiri di rumah.

2.16Mengkolaborasikan pemberian analgesik (amlodipine 5


mg).
S : Klien mengerti anjuran meminum obat penurun
tekanan darah.
O : Klien paham dengan anjuran meminum obat yaitu saat
1x/hari diminum saat malam hari sebelum tidur.

Gangguan Pola 3.1 Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur.


Tidur S : Klien mengatakan tidur malam sekitar jam 22.00
Berhubungan sampai jam 05.00 tebangun adzan subuh. Setelah selesai
Dengan sholat klien mandi dan beraktivitas. Masih tidak bisa tidur
Kurangnya
siang karena sering terkaget suara mobil di depan rumah
Kontrol Tidur
(D.0055) dan kepala nyeri kadang-kadang, kalau tidur biasanya ±1
jam mulai jam 13.00 sampai 14.00.
O : Klien tampak mengantuk namun mulai bersemangat.

3.2 Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur.


S : Klien mengatakan masih sulit untuk memulai tidur dan
terbangun karena kadang kepalanya nyeri.
O : Klien tampak mengantuk namun mulai bersemangat.

3.5 Melakukan prosedur untuk meningkatkan rasa nyaman


(massage tengkuk).
S : Klien mengatakan sangat rileks saat diberikan
massage.
O : Klien menikmati selama diberikan intervensi.

3.8 Mengajarkan relaksasi otot autogenic atau cara


nonfarmakologi (mendengarkan terapi dzikir).
S : Klien mengatakan mengerti dengan cara
nonfarmakologi yang diajarkan.
O : Klien mampu menyebutkan kembali terapi apa yang
harus dilakukan sebelum tidur dan prosedurnya.

03/06/2022 Penurunan 1.1 Memonitor tekanan darah


Curah Jantung S : Klien mengatakan memilliki riwayat hipertensi sejak
Berhubungan kurang lebih 6 tahun yang lalu.
Dengan
O : Tekanan darah : 140/80 mmHg.
Perubahan
Afterload
(D.0008) 1.2 Memonitor nadi (Frekuensi, kekuatan, irama).
S:-
O : HR : 93x/menit, nadi teraba kuat, irama teratur).

1.3 Memonitor pernapasan.


S:-
O : RR : 20x/menit.

1.5 Memonitor suhu tubuh.


S:-
O : 36,5 oC

1.6 Mendokumentasikan hasil pemantauan.


S:-
O : Hasil pemantauan yang didapatkan TD: 140/80
mmHg, HR: 93x/menit, RR: 20x/menit, temperature: 36,5
o
C.

Nyeri Akut 2.2 Mengidentifikasi skala nyeri.


Berhubungan S : Klien mengatakan skala nyeri 2.
Dengan Agen O : Klien tampak tenang dan meringis menahan nyeri
Pencedera tidak ada, gelisah berkurang, tidak tampak memegang
Fisiologis kepalanya.
(D.0077)
2.9 Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (terapi meditasi dzikir kombinasi massage
tengkuk dan aromaterapi lavender).
S : Klien mengatakan kepala dan lehernya sangat ringan
setelah diberikan tindakan terapi meditasi dzikir
kombinasi massage tengkuk dan aromaterapi lavender.
O : Klien rileks dan sangat menikmati intervensi yang
diberikan.

2.7 Memonitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah


diberikan.
S : Klien mengatakan nyeri kepalanya berkurang setiap
setelah diberikan intervensi terapi meditasi dzikir
kombinasi massage tengkuk dan aromaterapi lavender.
O : Klien tampak rileks dan senang setelah diberikan
intervensi.

2.16 Mengkolaborasikan pemberian analgesik (amlodipine 5


mg).
S : Klien mengerti anjuran meminum obat penurun
tekanan darah.
O : Klien paham dengan anjuran meminum obat yaitu saat
1x/hari diminum saat malam hari sebelum tidur.

Gangguan Pola 3.2 Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur.


Tidur S : Klien mengatakan tidurnya mulai nyenyak, tidur mulai
Berhubungan jam 21.00 sampai jam 05.00 bangun sholat subuh. Siang
Dengan
tidur sekitar 15 menit karena klien merasa ngantuk sekali.
Kurangnya
Kontrol Tidur O : Klien tampak lebih bersemangat.
(D.0055)
3.5 Melakukan prosedur untuk meningkatkan rasa nyaman
(massage tengkuk).
S : Klien mengatakan sangat rileks dan merasa tenang saat
diberikan massage.
O : Klien menikmati selama diberikan intervensi.

3.8 Mengajarkan relaksasi otot autogenic atau cara


nonfarmakologi (mendengarkan terapi dzikir).
S : Klien mengatakan mengerti dengan cara
nonfarmakologi yang diajarkan.
O : Klien mampu menyebutkan kembali terapi apa yang
harus dilakukan sebelum tidur dan prosedurnya.
G. Evaluasi Keperawatan

Tabel 3.6 Evaluasi Keperawatan


Tanggal/ Diagnosa
Evaluasi Paraf
Jam Keperawatan
01/06/2022 Penurunan Subjek:
Curah Jantung Klien mengatakan kepalanya masih nyeri dan menjalar ke
Berhubungan tengkuk.
Dengan
Objektif:
Perubahan
Afterload - Tekanan darah:
(D.0008) Sebelum intervensi: 160/100 mmHg
Sesudah intervensi: 155/97 mmHg
- MAP : 116 mmHg
- HR:
Sebelum intervensi: 102x/menit
Sesudah intervensi: 100x/menit
- CRT < 3 detik
- Warna kulit pucat
Assesment:
Kriteria Hasil Sebelum Sesudah Target
Takikardia 2 3 5
Pucat 2 2 5
Tekanan darah 2 3 5
Masalah keperawatan penurunan curah jantung teratasi
sebagian.
Planning:
Lanjutkan intervensi:
1.1 Monitor tekanan darah
1.2 Monitor nadi (Frekuensi, kekuatan, irama.
1.3 Monitor pernapasan (frekuensi, kedalaman).
1.4 Monitor suhu tubuh
1.6 Dokumentasikan hasil pemantauan.

Nyeri Akut Subjek:


Berhubungan - Klien mengatakan nyeri kepalanya sedikit berkurang
Dengan Agen setelah diberi tindakan terapi dzikir kombinasi massage
Pencedera tengkuk dan aromaterapi lavender, namun masih terasa
Fisiologis berat hingga ke tengkuk leher.
(D.0077) - Pengkajian PQRST:
P: Nyeri kepala disebabkan karena tekanan darah naik.
Q : Klien mengatakan nyeri seperti dipukul benda tumpul
dan nyut-nyutan.
R : Klien mengatakan nyeri dari bagian kepala hingga
tengkuk.
S: Skala nyeri sebelum intervensi 5 dan setelah intervensi
berkurang menjadi 4.
T: Klien mengatakan nyeri terasa terus-menerus, dengn
durasi ±10 menit.
Objektif:
- Ekspresi meringis menahan nyeri kepalanya sedikit
berkurang.
- Klien masih tampak gelisah.
- Klien masih tampak sesekali memegang kepalanya karena
nyeri.
- Tekanan darah :
Sebelum intervensi: 160/100 mmHg
Sesudah intervensi: 155/97 mmHg
- HR :
Sebelum intervensi: 102x/menit
Sesudah intervensi: 100x/menit
- RR : 20x/menit
- Temperatur : 36,4 oC
- Saturasi : 100%
Assesment:
Kriteria Hasil Sebelum Sesudah Target
Keluhan Nyeri 2 2 5
Meringis 2 3 5
Gelisah 2 3 5
Masalah keperawatan nyeri akut sebagian.
Planning:
Lanjutkan intervensi:
2.2 Identifikasi skala nyeri.
2.7 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan.
2.9 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (terapi meditasi dzikir kombinasi massage tengkuk
dan aromaterapi lavender).
2.15 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri.
2.16 Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu.

Gangguan Subjek:
Pola Tidur - Klien mengatakan masih sulit tidur dan sering terbangun
Berhubungan karena kepalanya masih nyeri.
Dengan
- Klien mengatakan tidur malam kurang lebih 5 jam, tidur
Kurangnya
Kontrol Tidur mulai sekitar jam 24.00 sampai jam 05.00 saat adzan
(D.0055) subuh.
- Klien juga mengatakan jarang tidur siang karena ribut
suara mobil didepan rumah, biasa tidur siang ±1 jam dari
jam 13.00 sampai 14.00.
Objektif:
- Klien masih tampak lesu seperti lelah.
- Kantung mata klien masih tampak menghitam.
- Klien masih sering menguap.
- Mata klien tampak sayu.
- Tekanan darah : 155/97 mmHg
- HR : 100x/menit
- RR : 20x/menit
Assesment:
Kriteria Hasil Sebelum Sesudah Target
Keluhan sulit tidur 2 2 5
Keluhan tidak puas 2 2 5
tidur
Masalah keperawatan gangguan pola tidur belum teratasi.
Planning:
Lanjutkan intervensi:
3.1 Identifikasi pola aktivitas dan tidur.
3.2 Identifikasi faktor pengganggu tidur.
3.5 Lakukan prosedur untuk meningkatkan rasa nyaman
(pengaturan posisi, pijat, relaksasi, terapi akupresur).
3.8 Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya.

02/06/2022 Penurunan Subjek:


Curah Jantung Klien mengatakan nyeri kepala berkurang namun masih kaku
Berhubungan dibagian tengkuk leher.
Dengan
Objektif:
Perubahan
Afterload - Tekanan darah:
(D.0008) Sebelum intervensi: 150/95 mmHg
Setelah intervensi: 142/97 mmHg
- MAP: 112 mmHg
- CRT < 3 detik
- HR:
Sebelum intervensi: 97x/menit
Sesudah intervensi: 94x/menit
- Warna pucat kulit mulai berkurang
Assesment:
Kriteria Hasil Sebelum Sesudah Target
Takikardia 3 4 5
Pucat 2 3 5
Tekanan darah 3 3 5
Masalah keperawatan penurunan curah jantung teratasi
sebagian.
Planning:
Lanjutkan intervensi:
1.1 Monitor tekanan darah
1.2 Monitor nadi (Frekuensi, kekuatan, irama.
1.3 Monitor pernapasan (frekuensi, kedalaman).
1.4 Monitor suhu tubuh
1.6 Dokumentasikan hasil pemantauan.

Nyeri Akut Subjek:


Berhubungan Klien mengatakan nyeri kepala dan tengkuk berkurang, skala
Dengan Agen nyeri dari awalnya 5 menjadi 3 setelah diberikan intervensi
Pencedera terapi dzikir kombinasi massage tengkuk dan aromaterapi
Fisiologis lavender.
Objektif:
(D.0077) - Klien tampak meringis sesekali walaupun tidak seintens
saat awal pengkajian.
- Klien sudah tidak gelisah
- Klien memegang kepalanya hanya beberapa kali saja.
- Tekanan darah:
Sebelum intervensi: 150/95 mmHg
Setelah intervensi: 142/97 mmHg
- HR:
Sebelum intervensi: 97x/menit
Sesudah intervensi: 94x/menit
- RR: 20x/menit
- Saturasi: 100%
Assesment:
Kriteria Hasil Sebelum Sesudah Target
Keluhan Nyeri 2 3 5
Meringis 3 4 5
Gelisah 3 5 5
Masalah keperawatan nyeri akut teratasi sebagian:
Planning:
Lanjutkan intervensi:
2.2 Identifikasi skala nyeri
2.7 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan.
2.9 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (terapi meditasi dzikir kombinasi massage tengkuk
dan aromaterapi lavender).
2.19 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.

Gangguan Subjek:
Pola Tidur - Klien mengatakan sudah mulai tidur nyenyak dan namun
Berhubungan masih terbangun saat malam hari.
Dengan
- Klien mengatakan sudah mulai puas dengan tidurnya.
Kurangnya
Kontrol Tidur Objektif:
(D.0055) - Klien tampak lebih bersemangat
- Lingkaran hitam di kantung mata memudar
- Mata klien tampak segar
- Tekanan darah: 142/97 mmHg
- HR: 94x/menit
- RR: 20x/menit
Assesment:
Kriteria Hasil Sebelum Sesudah Target
Keluhan sulit tidur 2 4 5
Keluhan tidak puas 2 4 5
tidur
Masalah keperawatan gangguan pola tidur teratasi sebagian.
Planning:
Lanjutkan intervensi:
3.2 Identifikasi faktor pengganggu tidur.
3.5 Lakukan prosedur untuk meningkatkan rasa nyaman
(pengaturan posisi, pijat, relaksasi, terapi akupresur).
3.8 Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya.

H.
BAB IV

ANALISA SITUASI

A. Profil Lahan Praktik

Kasus ini merupakan kasus yang diambil penyakit yang sering muncul

di lingkungan sekitar, pasien kelolaan terdiri dari 2 orang yang tinggal di

lingkungan Jalan Samarinda-Bontang KM.49 Desa Suka Damai RT.02

Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara.

B. Analisa Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait dan Konsep

Kasus Terkait

Asuhan keperawatan pada Tn.S yang berusia 56 tahun dengan

diagnose hipertensi dilakukan dari tanggal 01 Juni 2022 sampai dengan

tanggal 03 Juni 2022 pada jam 13.00 WITA. Keluhan utama yang didapatkan

saat pengkajian adalah Tn.S mengeluh nyeri kepala yang menjalar hingga

tengkuk leher, nyeri kepala yang dirasakan disebabkan karena tekanan

darahnya naik yaitu 160/100 mmHg saat pengkajian, nyeri terasa seperti

dipukul benda tumpul, skala nyeri 5 (nyeri sedang menurut skala nyeri NRS),

nyeri terasa terus menerus dengan durasi ±10 menit. Klien mengatakan

sebelum kejadian klien datang ke acara tetangganya disana klien makan

daging kambing, namun klien hanya mencicipi daging tersebut, setelah

pulang dari acara klien mulai merasa tidak nyaman di bagian leher, pukul

01.00 dini hari klien mulai merasakan nyeri kepala nyut-nyutan dan tengkuk

tegang, klien merasakan nyeri kepala sudah 3 hari yang lalu. Keluhan lain

yang dirasakan yaitu klien mengatakan sulit untuk memulai tidur dan sering
terbangun karena kepalanya nyeri, klien mengatakan tidur malam kurang

lebih 5 jam, tidur mulai sekitar jam 24.00 sampai jam 05.00 saat adzan subuh,

klien juga mengatakan jarang tidur siang karena ribut suara mobil didepan

rumah, biasa tidur siang ±1 jam dari jam 13.00 sampai 14.00. Data objektif

didapatkan klien tampak meringis menahan nyeri kepalanya, klien tampak

gelisah, klien tampak sesekali memegang kepalanya karena nyeri, HR:

102x/menit, RR: 22x/menit, temperatur: 36,7 oC, saturasi: 99%, MAP: 120

mmHg (MAP normal: 70-100 mmHg), klien tampak lesu seperti lelah,

kantung mata klien tampak menghitam, klien sering menguap, mata klien

tampak sayu. Masalah keperawatan yang muncul pada Tn.S adalah penurunan

curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload, nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, dan gangguan pola tidur

berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur.

Pada diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen

pencedera fisiologis. Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional

yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan

onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang

berlangsung kurang dari 3 bulan (Tim Pokja DPP PPNI, 2016). Pada Tn.S

saat proses dilakukannya asuhan keperawatan dengan diagnosa medis adalah

hipertensi, didapatkan masalah keperawatan nyeri akut karena klien mengeluh

nyeri kepala yang menjalar hingga tengkuk leher, nyeri kepala yang dirasakan

disebabkan karena tekanan darahnya naik yaitu 160/100 mmHg saat

pengkajian, nyeri terasa seperti dipukul benda tumpul, skala nyeri 5 (nyeri
sedang menurut skala nyeri NRS), nyeri terasa terus menerus dengan durasi

±10 menit.

Menurut Setyawan dan Kusuma (2014), nyeri kepala merupakan salah

satu gejala yang sering muncul pada hipertensi. Hal ini disebabkan karena

kerusakan vaskuler akibat dari hipertensi tampak jelas pada seluruh pembuluh

perifer. Perubahan struktur dalam arteri-arteri kecil dan arteriola

menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Bila pembuluh darah

menyempit maka aliran arteri akan terganggu. Pada jaringan yang terganggu

akan terjadi penurunan O2 (oksigen) dan peningkatan CO2 (karbondioksida)

kemudian terjadi metabolisme anaerob dalam tubuh yang meningkatkan asam

laktat dan menstimulasi peka nyeri kapiler pada otak, sehingga kepala terasa

nyeri.

Tindakan mandiri keperawatan sangat diperlukan untuk mengatasi

nyeri akut seperti yang dialami oleh Tn.S, tindakan yang dapat dilakukan

yaitu tindakan nonfarmakologi yang berupa terapi komplementer. Adapun

terapi komplementer yang dimaksud yaitu terapi dzikir kombinasi massage

tengkuk dan aromaterapi lavender.

Terapi dzikir dapat mengurangi nyeri karena merangsang pelepasan

endorphin oleh kelenjar pituitari, sehingga akan mengubah keadaan mood

atau perasaan. Keadaan psikologis yang tenang akan mempengaruhi sistem

limbik dan saraf otonom yang akan menimbulkan rileks, aman, dan

menyenangkan sehingga merangsang pelepasan zat kimia yaitu endorphin.

Endorphin merupakan analgesia alamiah atau subtansi sejenis morfin yang

terdapat pada otak. Endorphin merupakan neuro transmitter nyeri atau


senyawa kimia yang berfungsi untuk membawa rangsangan antar sel saraf

yang dapat menghambat nyeri (Fadli, Resky, & Sastria, A., 2019).

Massage tengkuk juga dapat menurunkan nyeri kepala karena tekanan

terhadap kutan dan jaringan subkutan melepaskan histamine yang pada

akhirnya akan menghasilkan vasodilator pembuluh darah dan meningkatkan

aliran balik vena yang kemudian akan menurunkan kerja jantung. Terjadinya

penurunan kerja jantung, maka tekanan intrakranial akan menjadi turun dan

nyeri kepala akan menjadi lebih berkurang (Yoganita, N., K., Sarifah, S., &

Widyastuti, Y., 2022).

Aromaterapi lavender memiliki aroma yang menyegarkan dan

bermanfaat sebagai pereda stres, mengurangi nyeri kepala, migren,

mempercepat penyembuhan luka dan mengurangi kecemasan dan kesakitan.

Aromatarapi lavender memiliki kandungan linalool dan linalyl acetat yang

memiliki efek sebagai analgetik alami pada tubuh seseorang sehingga dapat

membuat lebih tenang (Sagita, Y., D., & Martina, 2019).

C. Analisa Salah Satu Intervensi dengan Konsep Penelitian Terkait

Salah satu diagnosa keperawatan pada kasus Tn.S adalah nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, sesuai dengan Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) intervensi yang dapat dilakukan

untuk mengatasi masalah nyeri akut adalah manajemen nyeri. Sehingga,

peneliti melakukan manajemen nyeri pada Tn.S dengan memberikan

intervensi inovasi terapi dzikir kombinasi massage tengkuk dan aromaterapi

lavender. Hasil dari implementasi sebagai berikut:


Tabel 4.1 Hasil Implementasi Intervensi Inovasi Terapi Dzikir Kombinasi Massage
Tengkuk dan Aromaterapi Lavender.
Penurunan
Hari dan Tanggal Sebelum Sesudah Skor
No Waktu Waktu
Intervensi Intervensi Intervensi Setelah
Intervensi
1. 01-06-2022 5 13.00 4 13.30 1

2. 02-06-2022 3 13.00 2 13.30 1

3. 03-06-2022 2 13.00 1 13.30 1

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa terapi dzikir kombinasi

massage tengkuk dan aromaterapi lavender terhadap penurunan intensitas

nyeri kepala menunjukan hasil yang signifikan. Selama 3 kali pemberian

intervensi dalam 3 hari berturut-turut selama 10-20 menit klien mengalami

penurunan intensitas nyeri kepala yang ditandai dengan menurunnya skala

nyeri yang dirasakan klien walaupun terkadang masih terasa nyeri sesekali.

Pada tabel di hari pertama sebelum intervensi didapatkan skala nyeri 5

menjadi 4 setelah intervensi yang artinya terdapat penurunan 1 angka, lalu di

hari kedua sebelum intervensi skala nyeri 3 menjadi 2 setelah intervensi

terdapat penurunan 1 angka, dan di hari ketiga sebelum intervensi skala nyeri

masih 2 menjadi 1 setelah intervensi terdapat penurunan 1 angka, disini nyeri

hanya datang sesekali saja namun hanya nyeri ringan dan klien telah

melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa.

Beberapa penelitian telah membuktikan manfaat dari terapi dzikir,

salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Musaddas, R., dan

Utama, Y., A. (2021) dengan judul “Analisis Terapi Dzikir Terhadap

Inensitas Nyeri Pada Penderita Hipertensi Bagi Lansia di Palembang”.

Didapatkan hasil rata-rata intensitas nyeri sebelum diberikan terapi dzikir

adalah 6,25 dengan standar deviasi 1,006 dan intensitas nyeri seelah diberikan
terapi dzikir adalah 3,53 dengan standar deviasi 1,062. Terlihat nilai mean

perbedaan antara intensitas nyeri sebelum dan setelah diberikan terapi dzikir

bagi penderita hipertensi adalah 2,725 standar deviasi 0,599. Hasil uji statisik

didapatkan nilai 0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang

signifikan antara intensitas nyeri sebelum diberikan terapi zikir dan intensitas

nyeri setelah diberikan terapi dzikir. Dzikir sangat berpengaruh terhadap

penurunan intensitas nyeri pada pasien hipertensi. Hal ini dikarenakan dzikir

merupakan pengembangan respon relaksasi dengan ritme yang teratur, fikiran

berfokus pada sang pencipta (Allah SWT) disertai pengulangan kata secara

ritmis dapat menimbulkan keadaan rileks. Pengaruh dari dzikir juga dapat

mempengaruhi hipotalamus dan merangsang pengeluaran hormon endofrin

yang membuat keadaan nyaman. Berdzikir juga dapat menekan sistem kerja

saraf simpatis yang mengatur pengeluaran hormon epineprin dan

norepineprin salah satu hormon yang mempengaruhi kontraksi jantung dan

tekanan darah sehingga dengan terapi dzikir terjadi penurunan intensitas nyeri

pada pasien hipertensi.

Pemberian massage tengkuk juga terbukti dapat menurunkan nyeri

kepala, hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan Yoganita, N., E.,

Sarifah, S., dan Widyastuti, Y. (2019) dengan judul “Manfaat Massage

Tengkuk dengan Minyak Zaitun Untuk Mengurangi Nyeri Kepala Pasien

Hipertensi”. Berdasarkan penelitian selama tiga hari, didapatkan hasil bahwa

sebagian besar responden mengalami penurunan skala dan intensitas nyeri

kepala. Uji Wilcoxon menunjukan nilai Z hitung -3.376 (Z hitung > Z tabel

0.0004) dimana nilai probabilitas 0.04% dan nilai p value signifikansi 0.001
(p < 0.050) dengan ini menunjukan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima

dengan nilai probabilitas lemah (0.04%) dimana terdapat nilai kemaknaan

kecil. Jadi, dapat disimpulkan terdapat pengaruh massage tengkuk dengan

minyak zaitun dalam mengurangi nyeri kepala pasien hipertensi. Hal ini

diperkuat oleh penelitian Haris, A., dan Nurwahidah (2017), massage akan

meningkatkan aliran darah, yang pada gilirannya akan memeras pembuluh

kapiler dan kelenjar getah bening, serta membuang racun dari tubuh sehingga

tubuh akan memberikan respon untuk meningkatkan aliran darah dengan

memproduksi lebih banyak sel darah merah yang akan membawa oksigen

segar ke dalam otot, massage juga membantu membentuk endorphin yang

merupakan penghilang rasa sakit alami bagi tubuh. Opiate endogen seperti

endorphin dan dinorpin (salah satu neuromodulator) sebagai pembunuh nyeri

alami yang berasal dari tubuh dilepaskan oleh alur saraf desenden.

Neuromodulator ini akan menutup mekanisme pertahanan dengan

menghambat pelepasan substansi (salah satu neurotransmiter nyeri), dengan

demikian dapat mencegah stimulus nyeri sehingga sensari nyeri yang

dirasakan berkurang.

Penelitian yang dilakukan oleh Rahmatika, D., Utami, I., T., dan

Purwono, J. (2022) dengan judul “Penerapan Armaterapi Lavender Terhadap

Pasien Nyeri Kepala di Ruang Saraf RSUD Jend. Ahmad Yani Metro”

membuktikan bahwa pemberian aromaterapi lavender menggunakan diffuser

aromaterapi yang berisi 150 ml air dan 5 tetes aromaterapi lavender yang

diberikan 1 kali sehari selama 3 hari, didapatkan bahwa hari pertama sebelum

penerapan nyeri kepala subyek I termasuk dalam kategori nyeri sedang


dengan skor nyeri 5 dan pada hari ketiga setelah pemberian aromaterapi

lavender skor nyeri kepala adalah 1 (nyeri ringan). Sedangkan pada subyek II

pada hari pertama sebelum penerapan mengalami nyeri dalam kategori ringan

dengan skor nyeri 3 dan hari ketiga setelah penerapan skor nyeri menurun

menjadi 1 (nyeri ringan), yang artinya aromaterapi lavender efektif dalam

menurunkan intensitas nyeri kepala. Hal ini terjadi karena aromaterapi bunga

lavender (Lavandula angustifolia) mengandung linool yang berfungsi sebagai

efek sedatif sehingga ketika seseorang menghirup aromaterapi bunga

lavender maka aroma yang dikeluarkan akan menstimulasi reseptor silia saraf

olfactorius yang berada di epitel olfactory untuk meneruskan aroma tersebut

ke bulbus olfactorius melalui saraf olfactorius. Bulbus olfactorius

berhubungan dengan sistem limbik. Sistem limbik menerima semua informasi

dari sistem pendengaran, sistem penglihatan, dan sistem penciuman. Limbik

adalah struktur bagian dalam dari otak yang berbentuk seperti cincin yang

terletak di bawah korteks serebri. Bagian terpenting dari sistem limbik yang

berhubungan dengan aroma adalah amygdala dan hippocampus. Amygdala

merupakan pusat emosi dan hippocampus yang berhubungan dengan memori

(termasuk terhadap aroma yang dihasilkan bunga lavender) kemudian melalui

hipotalamus sebagai pengatur maka aroma tersebut akan dibawa kedalam

bagian otak yang kecil tetapi signifikannya yaitu nukleus raphe. Efek dari

nukleus raphe yang terstimulasi yaitu terjadinya pelepasan serotonin yang

merupakan neurotransmitter yang mengatur suasana hati. Bachrudin (2017)

mengungkapkan bahwa serotonin yang dilepaskan oleh batang otak dan kornu
dorsalis diantaranya berfungsi untuk menghambat transmisi nyeri, dengan

demikian maka akan terjadi respon penurunan nyeri kepala.

D. Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan

Intervensi lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi intensitas

nyeri kepala pada pasien hipertensi adalah dengan kompres hangat jahe

(Zingiber Officinale). Kompres hangat jahe merupakan penatalaksanaan nyeri

dengan memberikan energi panas melalui konduksi, dimana panas yang

dihasilkan tersebut dapat menyebabkan vasodilatasi (pelebaran pembuluh

darah), menambah relaksasi otot sehingga memperlancar sirkulasi dan

menambah pasokan oksigen serta nutrisi ke jaringan. Hal ini telah dibuktikan

dalam penelitian yang dilakukan oleh Sitepu, dkk. (2022) dengan judul

“Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Jahe (Zingiber Officinale) Terhadap

Skala Nyeri Kepala Pada Pasien Hipertensi di Rumah Sakit Grandmed Lubuk

Pakam”. Setelah diberikan edukasi dan pasien diberikan kompres hangat jahe

(zingiber officinale) selama 5-10 menit didapatkan hasil uji statistik yang

menggunakan uji paired test menunjukkan nilai p=0,000, p<α (0,000 < 0,05).

Sehingga disimpulkan bahwa ada penurunan tingkat nyeri kepala pasien

hipertensi sebelum dan setelah diberikan kompres hangat jahe. Kompres

hangat jahe dapat meredakan ketegangan, sehingga nyeri yang dialami pasien

hipertensi dapat berkurang. Kompres hangat jahe dapat mengurangi rasa nyeri

melalui tahap transmisi, dimana pada tahap ini sensasi hangat yang dihasilkan

oleh kompres dapat menghalangi mediator inflamasi sehingga terjadi

penurunan tingkat nyeri pada pasien hipertensi.


Kandungan yang ada pada jahe ini cukup banyak, diantaranya yang

terkandung pada bagian rimpang jahe mengandung zat gingerol, shangaol,

zingerone, oleoresin dan minyak atsiri (Hermina, & Winarti, 2015).

Kandungan dalam jahe seperti gingerol, shangaol, zingerone memberikan

efek farmakologi dan fisiologi seperti antioksidan, anti-inflamasi, analgesik,

anti-karsinigenik, non-toksi dan non-mutagenik meski pada konsentrasi

tinggi. Gingerol dan rasa hangat yang dihasilkan jahe akan membuat

pembuluh darah menjadi terbuka dan memperlancar peredaran darah

sehingga asupan makanan dan oksigen menjadi lebih baik dan menyebabkan

rasa nyeri menjadi berkurang.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asuhan keperawatan yang dilakukan selama 3 hari berturut-turut pada

Tn.S dengan diagnosa medis hipertensi dari tanggal 01 Juni 2022 sampai 03

Juni 2022 dan keluhan utama pada saat pengkajian yaitu nyeri kepala hingga

tengkuk, setelah diberikan intervensi inovasi terapi dzikir kombinasi massage

tengkuk dan aromaterapi lavender untuk menurunkan intensitas nyeri kepala

didapatkan hasil penurunan skala nyeri yang signifikan sesuai tabel berikut:

Penurunan
Hari dan Tanggal Sebelum Sesudah Skor
No Waktu Waktu
Intervensi Intervensi Intervensi Setelah
Intervensi
1. 01-06-2022 5 13.00 4 13.30 1

2. 02-06-2022 3 13.00 2 13.30 1

3. 03-06-2022 2 13.00 1 13.30 1

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

a. Diharapkan dapat melakukan dan menerapkan intervensi keperawatan

Terapi Dzikir kombinasi Massage Tengkuk dan Aromaterapi Lavender

terutama pada pasien yang mengalami nyeri kepala.

b. Diharapkan dapat mengoptimalkan intervensi Terapi Dzikir kombinasi

Massage Tengkuk dan Aromaterapi Lavender dengan membuat SOP

sehingga dapat diterapkan di ruangan IGD maupun Bangsal Rumah

Sakit.
2. Bagi Institusi Keperawatan

a. Diharapkan dapat mengembangkan intervensi keperawatan dalam

mengelola pasien yang mengalami nyeri kepala khususnya Terapi

Dzikir kombinasi Massage Tengkuk dan Aromaterapi Lavender sebagai

intervensi inovasi mandiri yang dapat diterapkan.

b. Diharapkan dapat mengadakan diskusi mengenai penerapan tindakan

keperawatan nonfarmakologi, sehingga mahasiswa mampu

meningkatkan cara berpikir kritis dalam menerapkan intervensi mandiri

yang sesuai dengan jurnal penelitian terbaru.

3. Bagi Perawat

Diharapkan lebih meningkatkan performa praktik keperawatan mandiri

yang dapat melengkapi terapi non farmakologi Terapi Dzikir kombinasi

Massage Tengkuk dan Aromaterapi Lavender dalam pengelolaan pasien

untuk mencapai penurunan nyeri kepala.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai referensi guna mendukung penelitian lebih pada

klien dengan hipertensi terhadap pemberian latihan Terapi Dzikir

kombinasi Massage Tengkuk dan Aromaterapi Lavender. Penelitian ini

juga memilikibeberapa kelemahan, yaitu kurangnya waktu dalam

melakukan intervensi. Sehingga peneliti selanjutnya diharapkan dapat

melakukan intervensi serupa dengan jangka waktu yang lebih lama.


DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA PENELITI

A. Data Pribadi

Nama : Reni Anggraeni

Tempat, tanggal lahir : Kutai Kartanegara, 31 Juli 1999.

Alamat asal : Jl. Samarinda-Bontang KM.49, RT.02, Desa


Suka Damai, Kec. Muara Badak, Kab. Kutai
Kartanegara.

Alamat di Samarinda : Jl. Juanda 8, Gg. Belimbing 5, RT.08, No.


12, Kel. Air Hitam, Kec. Samarinda Ulu.

B. Riwayat Pendidikan
Pendidikan Formal
 Tamat SD : Tahun 2011 di SDN 021 Muara Badak
 Tamat SMP : Tahun 2014 di SMPN 03 Muara Badak
 Tamat SMA : Tahun 2017 di SMKN 10 Samarinda
 Tamat S1 Keperawatan : Tahun 2021 di Universitas Muhammadiyah
Kalimantan Timur
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
Jl. Ir. H. Juanda No.15 Samarinda, Kampus 1 UMKT
Telp. (0541) 748511, Kode Wilayah 75124 Website : www.umkt.ac.id

Kode : Revisi :
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

TERAPI DZIKIR KOMBINASI MASSAGE TENGKUK DAN


Tgl Berlaku: Halaman :
AROMATERAPI LAVENDER

Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan terapi dzikir kombinasi massage tengkuk dan aromaterapi
lavender dengan benar.

Tujuan khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:

1. Menjelaskan tujuan terapi dzikir, massage tengkuk dan aromaterapi lavender.


2. Menjelaskan tahapan prosedur terapi dzikir kombinasi massage tengkuk dan
aromaterapi lavender.
3. Menerapkan terapi dzikir kombinasi massage tengkuk dan aromaterapi lavender
secara benar.

Pengertian

Suatu tindakan terapi komplementer yang dilakukan untuk mengurangi intensitas nyeri
kepala pada pasien hipertensi.

Tujuan Pemeriksaan

1. Membantu melancarkan peredaran darah.


2. Membantu merileksasikan otot tubuh.
3. Membantu menurunkan tekanan darah tinggi.
4. Membantu menurunkan nyeri kepala.
5. Menghilangkan stres.
6. Menghilangkan rasa lelah dan letih.

Nama Mahasiswa :

NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.


Pengkajian
1 Mengkaji keadaan klien.
2 Kaji keadaan kulit sekitar leher yang akan dipijat.
3 Kaji keadaan telinga, apakah ada massa atau serumen berlebih,
dan apakah ada gangguan pendengaran.
4 Kaji keadan hidung klien apakah ada massa, secret, gangguan
penghidu dan alat bantu pernapasan.
5 Kaji kesiapan klien.

6 Diagnosa Keperawatan :
 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis.
Fase pre interaksi
7 Mencuci tangan

8 Siapkan alat :
- Headset dan handphone untuk mendengarkan dzikir.
- Minyak lavender untuk aromaterapi.
- Minyak zaitun untuk massage tengkuk.
- Tisu dan kapas.

Fase Orientasi
9 Memberikan salam menyapa namanya klien sebagai pendekatan
terapeutik.

10 Memperkenalkan diri dan melakukan kontrak.

11 Menjelaskan tujuan, manfaat, prosedur dan lama tindakan pada


klien dan keluarga.

12 Menanyakan kesiapan klien.

13 Mendekatkan alat-alat, bila klien siap dilakukan tindakan

14 Memberikan kesempatan pada klien/keluarga untuk bertanya


sebelum kegiatan dimulai.
  Fase Kerja
15 Membaca “Basmallah” dan jaga privasi klien.

16 Beritahu klien bahwa tindakan akan segera dimulai.

17 Posisikan klien senyaman mungkin, yaitu dengan posisi duduk.

Periksa keadaan kulit, telinga, hidung, skala nyeri dan tekanan


18 darah sebelum memulai terapi dzikir kombinasi massage
tengkuk dan aromaterapi lavender.

19 Siapkan handphone dan headset sebagai alat pendengar suara


(dzikir), pilih dzikir yang akan didengarkan, kemudian minta
klien untuk memakai headset tersebut.
20
Minta klien untuk menutup matanya dan bernapas secara alami,
buang semua pikiran yang mengganggu dan rilekskan badan.

Kemudian siapkan kapas lalu teteskan minyak lavender pada


21 kapas tersebut sebanyak 3-10 tetes. Minta klien untuk
mendengarkan dzikir sambil mencium aroma minyak lavender
tersebut.

Siapkan minyak zaitun untuk memijat leher belakang klien,


22 gunakan minyak zaitun di tangan dan digosok-gosokan dengan
kedua tangan.

23 Menggunakan teknik effleurage yaitu menggosok tengkuk


hingga ke bahu dengan telapak tangan sebanyak 20 gerakan
maju mundur pada bagian leher sebelah kiri hingga bahu kiri
dengan posisi peneliti di sebelah kanan klien, lakukan hal yang
sama pada bagian kanan dan diulang beberapa kali, hingga otot
leher rileks.

Kemudian pijat dengan teknik petrissage seperti mencubit kulit


24
tengkuk klien sebanyak 20 gerakan, Posisi berpindah di
belakang responden.

Pijat tengkuk dengan cara linier dari atas ke bawah


25 menggunakan ibu jari dan gerakan dari bawah ke atas
menggunakan telapak tangan sebanyak 20 gerakan.

Kemudian beri tekanan pada titik pertemuan kepala dan leher


26 menggunakan ibu jari.

Lalu gosok kepala bagian belakang menggunakan teknik


27
effleurage secara perlahan.
28 Terakhir berisihkan sisa minyak zaitun menggunakan tisu.

29 Setelah 10-20 menit berlalu, minta klien membuka mata,


lepaskan headset.

Fase Terminasi
30 Membaca hamdalah.

31 Evaluasi respon klien.

32 Evaluasi kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan


yang diharapkan (subyektif dan obyektif).

33 Beri reinforcement positif pada klien.


34 Merapikan klien dan beri posisi yang nyaman.

35 Mengevaluasi keadaan klien setelah tindakan.

36 Kontrak pertemuan selanjutnya.

37 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca


doa:

‘ALLAHUMMA RABBANAS ADZHIBIL BA’SA ISYFI ANTASY


SYAAFI LAA SYIFAAN ILLAA SYIFAAUKA SYIFAAN LAA
YUGHADIRU SAQAMAA” artinya (Ya Allah, Tuhan Segala
Manusia, hilangkan segala penderitaannya, angkat penyakitnya,
sembuhkanlah ia, engkau maha penyembuh, tiada yang
menyembuhkan selain engkau,s embuhkanlah dengan
kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan
dengan pasien

38 Rapikan semua alat yang telah digunakan.

39 Mencuci tangan

Evaluasi
40 Evaluasi skala nyeri dan tekanan darah untuk menentukan
keberhasilan tindakan.

41 Evaluasi respon klien

Dokumentasi
42 Skala nyeri yang didapatkan sebelum dan sesudah intervensi.

43 Nilai tekanan darah yang didapatkan sebelum dan sesudah


intervensi.

44 Evaluasi respon klien selama dilakukan intervensi.

Keterangan :

Tidak = 0 Ya = 1
Jumlah nilai yang didapat
Nilai Akhir = X 100
Jumlah keseluruhan poin yang dinilai

Evaluasi Diri/Penguji

.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
...........
Pembimbing/Penguji

(……………………………….)

Anda mungkin juga menyukai