Anda di halaman 1dari 87

i

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN ANAK ISPA DENGAN


MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN
NAFAS DI RUANG PERAWATAN ANAK

LANTAI II RUMAH SAKIT MEGA

BUANA PALOPO

KARYA TULIS ILMIAH

DISUSUN OLEH

SRIYANTI GITA PALOMBA

N.21.04.014

UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

PALOPO

2022

i
ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN ANAK ISPA DENGAN
MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN
NAFAS DI RUANG PERAWATAN ANAK

LANTAI II RUMAH SAKIT MEGA

BUANA PALOPO

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Ners

Pada Program Studi Pendidikan Profesi Ners Universitas Mega

Buana Palopo

UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

PALOPO

2022

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN


ANAK ISPA DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN
JALAN NAFAS DI RUANG PERAWATAN ANAK LANTAI II RUMAH
SAKIT MEGA BUANA PALOPO” ini telah disetujui untuk diujikan pada Ujian
Sidang dihadapan Tim Penguji pada tanggal 25 Juli 2022

Pembimbing

(Ratnasari Iskandar, S.kep.,Ns.,M.kes.)

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN


ANAK ISPA DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN
JALAN NAFASDI RUANG PERAWATAN ANAK LANTAI II RUMAH
SAKIT MEGA BUANA PALOPO” ini telah diujikan dan dinyatakan “Lulus” dalam
Ujian Sidang dihadapan Tim Penguji pada tanggal 25 Juli 2022

Penguji I Penguji II

(Ratnasari Iskandar, S.kep.,Ns.,M.kes) (Irma Iskandar, S.kep.,Ns)

Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Ners

(Hera Heriyanti, S.Kep.Ns.,M.Kep)

iv
LEMBAR ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :


Nama : Sriyanti Gita Palomba
NIM :N.21.04.014
Program Studi : Profesi Ners
Tahun Akademik : 2022

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini adalah hasil karya saya sendiri
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan
benar. Saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan KTI saya yang berjudul
“Analisis Asuhan Keperawatan Anak ispa Dengan Masalah Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafasdi Ruang Perawatan Anak Lantai Ii Rumah Sakit Mega
Buana Palopo”

Apabila suatu saat nanti terbukti bahwa saya melakukan plagiat, maka saya akan
menerima sanksiyang telah di tetapkan.

Dengan surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya.

Palopo, 25 juli 2022

Sriyanti gita palomba

v
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa

yang senantiasa memberkati dan memberikan jalan, sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya Tulis Ilmiah ini dengan baik. karya Tulis Ilmiah ini disusun

sebagai tugas akhir dan syarat guna menyelesaikan pendidikan pada Program

Studi profesi Ners, yang berjudul “Analisis Asuhan Keperawatan Anak ISPA

Dengan Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafasdi Ruang Perawatan

Anak Lantai Ii Rumah Sakit Mega Buana Palopo” Atas terselesaikannya karya

Tulis Ilmiah ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda dan Ibunda, kakak, adik-

adikku dan seluruh keluarga besar, atas kasih sayang, bimbingan, jerih payah dan

perhatian baik moril maupun matrial yang di berikan, dan setiap untaian doa yang

tak putus-putusnya buat penulis.

Dalam penyusunan karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapat bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak oleh karna itu, penulis juga ingin menyampaikan rasa

terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada Ibu Ratnasari Iskandar,

S.kep.,Ns.,M.kes selaku pembimbing dalam penyelesaian karya Tulis Ilmiah ini,

karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat yang harus di penuhi

untuk menyelesaikan pendidikan profesi Ners Dalam kesempatan ini penulis

banyak mengucapkan trimakasih yang setulusnya kepada:

1. Ir. H. Rahim Munir Said, SP.,MM selaku Pembina yayasan pendidikan

Mega Buana Palopo.

2. Ibu Dr.Hj.Nilawati Uly, S,Si.,Apt.,M.Kes.selaku Rektor Universitas Mega

Buana Palopo.

vi
3. Bapak Indra Amanah AN, SKM, MPH selaku Wakil Rektor I Bidang

Akademik Universitas Mega Buana Palopo.

4. Ibu Evawati Uly, S.Farm.. Apt Selaku Wakil Rektor II Bidang Keuangan Dan

SDM Universitas Mega Buana Palopo.

5. Ibu Yuniar Dwi Yanti, S.ST.,M.Keb Selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Mega Buana Palopo.

6. Ibu Hera heriyanti, S.Kep.Ns.,M.Kep Selaku ketua prodi profesi ners.

7. Kepada seluruh staf Pengelola Universitas Mega Buana Palopo yang kami

tidak dapat sebutkan satu persatu, terima kasih kami ucapkan atas segala

bantuan dan motivasinya selama ini.

8. Kepada kedua orang tua saya bapak dan ibu saya yang selama ini sudah

mengorbankan baik dari segi moral dan moril serta selalu mendoakan dan

memberi restu selama ini.

9. sahabat dan seluruh rekan-rekan seperjuangan Mahasiswas Program Studi

Profesi Ners Angkatan 2022 , terima kasih atas segala kebersamaannya

selama ini baik suka maupun duka demi mencapai kesuksesan di masa akan

datang.

10. Dan kepada seluruh pihak yang telah membantu yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa, Karya tulis Ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan, olehnya itu penulis mohon maaf atas segala kekurangan

dalam skripsi ini dan atas saran dan kritikan kami tak lupa mengucapkan

banyak terima kasih. Palopo 22 Juli 2022

Sriyanti gita palomba

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iv

LEMBAR ORISINALITAS....................................................................................v

KATA PENGANTAR............................................................................................vi

DAFTAR ISI........................................................................................................viii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah................................................................................1


B. Tujuan Karya Tulis Ilmiah............................................................................3
C. Pengumpulan Data........................................................................................3
D. Manfaat Karya Tulis Ilmiah..........................................................................4
E. Metode Penulisan..........................................................................................4
F. Sistematika Penulisan Laporan.....................................................................5
BAB II.....................................................................................................................7

TINJAUAN TEORI.................................................................................................7

A. Konsep ISPA.................................................................................................7
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan...........................................................16
BAB III..................................................................................................................30

TINJAUAN KASUS.............................................................................................30

A. Pengkajian...................................................................................................30
B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................50
C. Itervensi Keperawatan.................................................................................51
D. Implementasi Keperawatan.........................................................................54
E. Evaluasi.......................................................................................................60
BAB IV..................................................................................................................64

PEMBAHASAN....................................................................................................64

A. Pengkajian...................................................................................................64

viii
B. Diagnosis Keperawatan...............................................................................66
C. Intervensi keperawatan...............................................................................67
D. Implementasi keperawatan..........................................................................68
E. Evaluasi.......................................................................................................70
BAB V...................................................................................................................72

PENUTUP.............................................................................................................72

A. Kesimpulan.................................................................................................72
B. Saran............................................................................................................72
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................74

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan usia yang paling rawan terkena penyakit, hal ini berkaitan
dengan immunitas anak, salah satu penyakit yang di derita oleh anak 6-8 tahun
adalah gangguan pernafasan atau infeksi pernafasan.

Berdasarkan World Health Organization (WHO) memperkirakan insiden


Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka
kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun
pada golongan usia balita dan anak – anak (Fahrurazi & Pratiwi 2021).

Prevelensi kejadian ISPA di indonesia mencapai 503.738 kasus pada balita


dan anak- anak yang didapatkan dari data Kemenkes pada tahun 2017 (Annas,
2020). Kejadian ISPA di RS Mega Buana Palopo pada setahun terakhir di
dapatkan terdapat 120 kasus.
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan istilah yang digunakan
untuk menguraikan peradangan yang terjadi pada hidung, paranasal sinus,
hulu kerongkongan, pangkal tenggorokan, batang tenggorokan, dan saluran
pernapasan diagnosis umum yang termasuk didalamnya adalah rhinosinusitis
virus(flu biasa), sinusitis akut, dan pharyngitis akut (Rahmawati, 2017).
penyebab utama ISPA adalah Virus dan kemudian diikuti oleh bakteri.
Kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus yang akan sembuh dengan
sendirinya, tanpa pemberian obat-obat terapeutik, namun pemberian antibiotik
dapat mempercepat proses penyembuhan(Kurniawan, 2022). ISPA meliputi
infeksi saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah
(Kurniawan, 2022).
Tanda dan gejala ISPA dapat berupa timbulnya batuk, pilek, sakit
tenggorokan, kesulitan bernafas. Batuk dapat menyebabkan terganggunya
kualitas tidur pada anak, sehingga memiliki dampak yang buruk untuk

1
2

pertumbuhan dan perkembangan anak. ISPA mempunyai dampak yaitu


gangguan pernafasan yang akan menyebabkan masalah ketidakefektifan
bersihan jalan nafas, ketidakefektifan pola nafas dan gangguan pertukaran gas.
Pemenuhan oksigen kurang dikarenakan adanya sumbatan di jalan nafas.

Masalah keperawatan yang salah satunya ketidakefektifan bersihan jalan nafas


berhubungan dengan mukus berlebih, apabila ISPA tidak di tangani akan
mengakibatkan pneumonia, faringitis, rinosinusitis (Agustin, 2019).
Penanganan terhadap ISPA dapat dilakukan dengan tindakan farmakologis
dan non farmakologis. Pengobatan farmakologi dengan pemberian antibiotik
(Maidarti, 2014). Tindakan non farmakologis dengan pemberian teknik nafas
dalam dan batuk efektif dapat menurunkan keparahan batuk pada anak, karena
tindakan teknik nafas dalam dapat menangani masalah gangguan pernafasan.
Selain itu tindakan teknik nafas dalam dapat meningkatkan ventilasi dan
meningkatkan efisiensi batuk sehingga melancarkan pernafasan pada anak
dengan ISPA, apabila teknik nafas dalam tidak dilakukan maksimal maka
perlu melakukan batuk efektif.

Batuk efektif dapat membersihkan sekresi di jalan nafas sehingga


menurunkan produksi sekret di jalan nafas pada anak dengan ISPA, maka ada
pengaruh dari teknik nafas dalam dan batuk efektif untuk bersihan jalan nafas
sehingga tindakan ini efektif untuk membantu pengeluaran sekret. Teknik
nafas dalam dan batuk efektif dapat menghemat energi klien sehingga klien
tidak mudah lelah dan klien dapat mengeluarkan sekret dengan maksimal
(Agustin, 2019) maka dari itu perawat melakukan asuhan keperawatan
terkhusus pada ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Dan menilai apakah
tindakan tersebut lebih efektif atau tidak.

Dari fenomena di atas maka, penulis tertarik menulis Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Analisis Asuhan Keperawatan Anak Klien ISPA Dengan Masalah
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Ruang Perawatan Anak Lantai Ii
Rumah Sakit Mega Buana Palopo”.
3

B. Tujuan Karya Tulis Ilmiah

1. Tujuan Umum
Mampu memahami dan menerapkan asuhan keperawatan yang
komprehenshif pada anak ISPA.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada anak dengan ISPA
ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
b. Mampu melakukan perumusan diagnosa pada anak dengan ISPA
ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
c. Mampu melaksanakan perencanaan tindakan yang sesuai untuk
menangani pada anak dengan ISPA ketidakefektifan bersihan jalan
nafas.
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada anak dengan ISPA.
ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
e. Mampu melakukan evaluasi tindakan yang telah di lakukan pada anak
dengan ISPA ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
f. Mampu melakukan pendokumentasian pada anak dengan ISPA

ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

C. Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan sebagai berikut

1. Observasi Partisipatif

Penulis melakukan pengamatan dan melakukan penerapan pada


masyarakat tentang penyakit yang banyak di alami oleh anak.

2. Wawancara

Melakukan Tanya jawab pada klien dan keluarga.

3. Studi pustaka

Mempelajari buku-buku referensi, jurnal yang berhubungan dengan ISPA


dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
4

D. Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1. Bagi Profesi Keperawatan

Bagi profesi keperawatan di harapkan Karya Tulis Ilmiah ini menjadi


masukan bagi tenaga kesehatan lainnya dalam melakukan asuhan
keperawatan. Sehingga klien mendapat tindakan asuhan keperawatan yang
cepat, tepat, dan optimal.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan sebagai sumber bacaan atau referensi untuk


meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan khususnya pada klien dan
menambah pengetahuan pada pembaca.

3. Bagi Orang Tua Pasien

Bagi orang tua pasien dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman


merawat diri sendiri dan anaknya.

4. Bagi Penulis

Dapat meningkatkan pelayanan keperawatan di tempat pengambilan


khasus dan institusi.

E. Metode Penulisan

1. Tempat dan waktu


Pengambilan kasus ini dilaksanakan di Ruang Perawatan Anak lantai 2
Rumah Sakit Mega Buana Palopo.

Sumber data dan teknik pengumpulan data

a. Sumber data
1) Data primer diperoleh langsung dari klien dan ibu klien sebagai
sumber informasi utama.
2) Data sekunder diperoleh dari tenaga kesehatan di rumah sakit serta
melalui penelusuran literatur.
b. Tekhnik pengumpulan data
5

1) Wawancara
Mengadakan tanya jawab langsung kepada ibu klien dan
keluarganya sebagai sumber informasi.

2) Observasi
Mengadakan pengamatan langsung pada klien dengan cara
melakukan pemeriksaan yang berkaitan dengan perkembangan dan
kondisi atau keadaan klien.

3) Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan terhadap klien melalui: Inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi.

c. Analisa data
Analisa dilakukan pada tiap-tiap tahapan proses keperawatan dengan
membandingkan antara teori serta kasus dan selanjutnya dilakukan
pembahasan terhadap hasil yang didapatkan.
F. Sistematika Penulisan Laporan

Karya tulis ilmiah ini terdiri dari 5 (lima) BAB dan disusun dengan
sistematika sebagai berikut:
BAB IPENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang, tujuan


penulisan, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika
penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan membahas tentang konsep dasar ISPA


mencakup: pengertian, anatomi fisiologi sistem pernafasan,
etiologi, patofisiologi, manifastasi klinis, test diagnostik dan
penatalaksanaan, serta konsep asuhan keperawatan ISPA
mencakup: pengkajian, penyimpangan KDM, diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan, tindakan keperawatan dan
evaluasi.
6

BAB III TINJAUAN KASUS

Pada bab ini akan diuraikan tentangn pengkajian, tabulasi data,


data

fokus, analisa data, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,


tindakan keperawatan dan evaluasi.

BAB IV PEMBAHASAN

Pembahasan dengan membandingkan antara tinjauan teori dengan


tinjauan kasus, meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
rencana keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran.


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep ISPA

1. Definisi

ISPA atau infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi yang terutama
mengenai struktur saluran pernafasan di atas laring,tetapi kebanyakan
penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara simultan atau
berurutan.(Cania, 2020).
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran
pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang
menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafasdan akan menyebabkan
retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan(Erma, 2017).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih
dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran
bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah
dan pleura. ISPA umumnya berlangsung selama 14 hari (Agustin, 2019).
Yang termasuk dalam infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek
biasa, sakit telinga, radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga
sinusitis. Sedangkan infeksi yang menyerang bagian bawah saluran nafas
seperti paru itu salah satunya adalah Pneumonia (Tyas, 2017).
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan
seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik.
Infeksi pernapasan jarang memilki ciri area anatomik tersendiri. Infesi
sering menyebar dari satu struktur ke struktur lainya karena sifat menular
dari membran mukosa yang melapisi seluruh saluran. Akibatnya,infeksi
saluran pernapasan akan melibatkan beberapa area tidak hanya satu
struktur, meskipun efek pada satu individu dapat mendominasi penyakit
2. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus,

7
8

Staphylococcus, Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella dan


Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan
Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma,
Herpesvirus dan lain-lain.
Etiologi ISPA pada anak sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya
sukar diperoleh. Penetapan etiologi ISPA di Indonesia masih didasarkan
pada hasil penelitian di luar Indonesia. Menurut publikasi WHO,
penelitian diberbagai negara menunjukkan bahwa di negara berkembang
streptococcus pneumonia dan haemophylus influenza merupakan bakteri
yang selalu ditemukan pada dua per tiga dari hasil isolasi, yakni 73,9%
aspirat paru dan 69,1% hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di
negara maju, dewasa ini Pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh
virus(Tyas & Puspitaning, 2017).
Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka
kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas
dari air susu ibu. Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan
turut berpengaruh didalam derajat keparahan penyakit. Karena dengan
lobang yang semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka akan
tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas. berdasarkan penelitian
Agustin, (2019) Penyebab ISPA pada anak dan balita juga dapat
disebabkan oleh keadaan lingkunan yang kurang bersih, pemenuhan gizi
yang buruk, dan jga dapat di sebabkan oleh pemberian asi yang tidak
mencapai umur pemberian asi yang dianjurkan serta Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR)
3. Klasifikasi
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai
berikut:
a. Berdasarkan lokasinya:
1) Infeksi saluran pernafasan akut atas
Infeksi saluran pernafasan akut atas terdapat beberapa gejala yang
ditemukan pada infeksi ini yaitu demam batuk, sakit tenggorokan,
bengkak di wajah nyeri telinga, ottorhea dan mastoidis beberapa
9

contoh penyakit pada ISPA bagian atas adalah sinusitis, faringitis,


otitis media akut(Tyas & Puspitaning, 2017).
2) Infeksi saluran pernafasan akut bawah
Infeksi saluran pernafasan akut bawah merupakan akan meneukan
gejala seperti bantuan otot pernafasan,takipnue, retraksi dada, dan
pernafasan wheezing beberapa contoh penyakitnya adalah
broncithis akut, dan pneumonia.(Tyas & Puspitaning, 2017)
b. Berdasarkan umur
1) Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan
dinding dada kedalam (chest indrawing).
2) Pneumonia : ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3) Bukan pneumonia : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa
disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas
cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan
pneumonia(Rahmawati, 2017).
4. Patofisiologi
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) disebabkan oleh virus atau kuman
golongan A streptococus, stapilococus, haemophylus influenzae, clamydia
trachomatis, mycoplasma, dan pneumokokus yang menyerang dan
menginflamasi saluran pernafasan (hidung, pharing, laring) dan memiliki
manifestasi klinis seperti demam, meningismus, anorexia, vomiting, diare,
abdominal pain, sumbatan pada jalan nafas, batuk, dan suara nafas
wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan.
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus
dengan tubuh.Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan
menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak
ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan
refleks spasmus oleh laring.Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak
lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending &
Chernick 1983).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk
kering (Jeliffe, 1974).Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran
10

pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak


terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan
mukosa yang melebihi noramal.Rangsangan cairan yang berlebihan
tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending & Chernick, 1983).Sehingga
pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah
banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas
dan juga menyebabkan batuk yang produktif.Invasi bakteri ini dipermudah
dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi.Suatu
laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan
infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut
pada bayi dan anak (Tyas, 2017).
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-
tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang,
demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah Dampak infeksi
sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga
bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan
atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru
sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Shann, 2018).
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan
aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di
saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan
sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang
terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas
system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang
peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas
bawah.Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam
mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 2017)
11

Pathway Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA);

Multi faktor
(Bakteri, Virus, mikroplasma, dll)

Respon pada Peradangan pada saluran pernapasan Inflamasi saluran


dinding bronkus (faring/laring dan tonsil) bronkus

Bronkus Kuman melepaskan Peningkatan


menyempit endotoksin produksi sekret

Bronkospasme Merangsang tubuh mengeluarkan zat Obstruksi jalan


pirogen oleh leukosit nafas
Ketidakefektifan pola
nafas Suhu tubuh Ketidakefektifan
Perkembangan penyakit meningkat bersihan jalan
nafas
Perubahan status kesehatan Hipertermi Kesulitan/sakit mengunyah dan
menelan

Koping inefektif Merangsang pengeluaran zat


Malas makan/
mediator, bradisinin, serotinin,
anoreksia
histamin, prostaglandin
Ansietas
Ketidakseimbangan
Nyeri dipersepsikan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Nyeri akut

Gangguan
Pola Tidur
12

5. Manifestasi klinis
Penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul karena
menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena
kelelahan atau stres. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas,
kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin terus
menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri
kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak.
Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di
hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan
berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah
sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii,
hingga bronkhitis dan pneumonia (radang paru).

Adapun tanda dan gejala ISPA yang seering ditemui adalah :

a. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam


muncul jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3
tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya
infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,50C-40,50C.
b. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada
meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas,
gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta
kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
c. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi
akan menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum.
d. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa
selama bayi tersebut mengalami sakit.
e. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi
saluran pernafasan akibat infeksi virus.
f. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena
adanya lymphadenitis mesenteric.
g. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit
akan lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
13

h. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran


pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya
infeksi saluran pernafasan.
i. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak
terdapatnya suara pernafasan (Tyas, 2017).
6. Komplikasi
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh
sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lainnya.
a. Sinusitis paranasal
Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi dan
anak kecil sinus paranasal belum tumbuh.Gejala umum tampak lebih
besar, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya
didaerah sinus frontalis dan maksilaris.Diagnosis ditegakkan dengan
pemeriksaan foto rontgen dan transiluminasi pada anak besar. Proses
sinusitis sering menjadi kronik dengan gejala malaise, cepat lelah dan
sukar berkonsentrasi (pada anak besar). Kadang-kadang disertai
sumbatan hidung, nyeri kepala hilang timbul, bersin yang terus
menerus disertai secret purulen dapat unilateral ataupun bilateral.Bila
didapatkan pernafasan mulut yang menetap dan rangsang faring yang
menetap tanpa sebab yang jelas perlu yang dipikirkan terjadinya
komplikasi sinusitis.Sinusitis paranasal ini dapat diobati dengan
memberikan antibiotik.
b. Penutupan tuba eusthachii
Tuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat
menembus langsung kedaerah telinga tengah dan menyebabkan otitis
media akut (OMA). Gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat
disertai suhu badan yang tinggi (hiperpireksia) kadang menyebabkan
kejang demam. Anak sangat gelisah, terlihat nyeri bila kepala
digoyangkan atau memegang telinganya yang nyeri (pada bayi juga
dapat diketahui dengan menekan telinganya dan biasanya bayi akan
menangis keras). Karena bayi yang menderita batuk pilek sering
menderita infeksi pada telinga tengah sehingga menyebabkan
14

terjadinya OMA dan sering menyebabkan kejang demam, maka bayi


perlu dikonsul kebagian THT.Biasanya bayi dilakukan parsentesis jika
setelah 48-72 jam diberikan antibiotika keadaan tidak
membaik.Parasentesis (penusukan selaput telinga) dimaksudkan
mencegah membran timpani pecah sendiri dan terjadi otitis media
perforata (OMP).
c. Penyebaran infeksi
Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah seperti
laryngitis, trakeitis, bronkiis dan bronkopneumonia.Selain itu dapat
pula terjadi komplikasi jauh, misalnya terjadi meningitis purulenta.
7. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa :
a. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan
adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman.
b. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah
meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai
dengan adanya thrombositopenia.
c. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Benny, 2017).
8. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan:
1) Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
2) Immunisasi lengkap.
3) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
4) Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
Prinsip perawatan ISPA antara lain:
1) Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
2) Meningkatkan makanan bergizi
3) Bila demam beri kompres dan banyak minum
4) Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung
dengan sapu tangan yang bersih
15

5) Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis


tidak terlalu ketat.
6) Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak
tersebut masih menetek
b. Pengobatan antara lain:
Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau
dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera
dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari.
Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian
digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan
kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es). Mengatasi batuk
dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional
yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½
sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
c. Konsep Inovasi
Infeksi saluran pernafasan biasanya menimbulkan masalah pada
kesehatan di antaranya batuk. Penatalaksanaan pada anak dengan batuk
dilakukan dengan tindakan farmakologi yaitu dengan antibiotik dan
nonfarmakologi dengan pemberian teknik nafas dalam dan batuk
efektif untuk mengurangi keparahan batuk dan mengeluarkan secret
(Syahidi, M. H., Gayatri & Bantas, 2016). Teknik nafas dalam adalah
bernafas dengan pelan dan menggunakan diafragma sehingga
memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang
penuh. Tujuan teknik nafas dalam ini untuk meningkatkan ventilasi,
merilekskan ketegangan otot, meningkatkan efesiensi batuk sehingga
melancarkan pernafasan pada anak, mengatur frekuensi pola nafas,
memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, memperbaiki
fungsi diafragma apabila pemberian teknik nafas dalam tidak
dilakukan dengan maksimal, maka anak perlu melakukan batuk efektif
(Agustina, 2011).

Batuk efektif adalah aktivitas untuk membersihkan sekresi pada jalan


nafas. Tindakan ini di berikan pada anak usia 6-8 tahun dilakukan
16

selama 3x sehari dalam waktu 3 hari sehingga tidak terjadi


penumpukan sekret di jalan nafas (Permatasari et al., 2019). Persiapan
alat dan bahan yang dapat di gunakan adalah tissue, perlak, air hangat.
Teknik nafas dalam dapat dilakukan 3 kali hitungan (Syahidi, M. H.,
Gayatri & Bantas, 2016).

Pemberian teknik nafas dalam dan batuk efektif berpengaruh pada


anak yang mengalami ISPA untuk mengatasi ketidakefektifan bersihan
jalan nafas sehingga tindakan ini efektif untuk membantu pengeluaran
sekret. Teknik nafas dalam dan batuk efektif dapat menghemat energi
klien sehingga klien tidak mudah lelah dan klien dapat mengeluarkan
sekret dengan maksimal (Hasani, 2018).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1) Pengkajian

a. Identitas

Nama, alamat, jenis kelamin, agama, tanggal lahir, pekerjaan, dan


pendidikan.

b. Keluhan Utama

Keluhan yang dirasakan pasien sehigga klien di bawa ke RS

Riwayat yang dirasakan oleh klien

c. Riwayat penyakit dahulu

Keluarga mempunyai riwayat penyakit ISPA sehingga menularkan ke


anggota lain.

d. Riwayat kesehatan lingkungan

Meliputi tempat tinggal, lingkungan sanitasi yang buruk berpengaruh


pada pada pertumbuhan atau perkembangan anak, nutrisi.
17

e. Pola kehidupan sehari-hari

Munculnya keluhan tidak nafsu makan dan nyeri mengakibatkan


terjadinya penurunan intake makanan dan dapat memicu terjadinya
penurunan intake cairan pada klien. Penurunan aktivitas sehari-hari
pada klien, seperti olahraga, bekerja dan lain-lain.

f. Pemeriksaan fisik

Inspeksi adanya sesak nafas, dyspnea, sianosis sirkumoral, distensi


abdomen. Palpasi pada fremitus teraba di sisi yang sakit dan adanya
demam. Perkusi paru adanya suara redup paru yang sakit. Auskultasi
terdapat suara nafas tambahan ronchi atau wheezing.

g. Sistem pulmonal

Sesak nafas, dada tertekan, cengeng, pernafasan cuping hidung,


hiperventilasi, batuk, sputum banyak, penggunaan otot bantu
pernafasan, laju pernafasan meningkat, suara nafas tambahan.

h. Sistem kardiovaskuler

Sakit kepala, denyut nadi meningkat, kualitas darah menurun.

i. Sistem neuromuscular

Gelisah, penurunan kesadaran, kejang, GCS menurun, reflex


menurun/normal, letargi.

j. Sistem genitourinaria

Produksi urine apakah ada msalah pada perkemihan.

2) Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon


individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan
kewenangan perawat (NANDA International, 2015).
18

Berdasarkan NANDA International (2015), diagnosa keperawatan terbagi


atas :
a. Diagnosa keperawatan aktual, Suatu diagnosis aktual
menggambarkan respon manusia terhadap kondisi kesehatan/proses
kehidupan yang benar nyata pada individu, kelompok, atau
komunitas.
b. Diagnosa Keperawatan Promosi Kesehatan : Penilaian klinis tentang
motivasi dan keinginan individu, keluarga, kelompok atau komunitas
untuk meningkatkan kesehjateraan dan mewujudkan potensi
kesehatan manusia.
c. Diagnosa Keperawatan Risiko : Kerentanan, terutama sebagai akibat
dari paparan terhadap faktor-faktor yang meningkatkan peluang
kecelakaan atau kehilangan.
d. Diagnosa Keperawatan Syndrom : penilaian klinis memjelaskan
kelompok khusus diagnosa keperawatan yang terjadi bersama dan
paling tepat dihadapi secara bersama-sama dan melalui intervensi
yang serupa.
Langkah-langkah menentukan diagnosa keperawatan :

1) Interpretasi data, perawat bertugas membuat interpretasi atas


data yang sudah dikelompokkan dalam bentuk masalah
keperawatan atau masalah kolaboratif. Untuk menuliskan
diagnosa keperawatan Gordon menguraikan komponen yang
harus ada sebagai berikut :
a) Diagnosa aktual : komponen terdiri dari tiga bagian, yaitu :
(1) Problem/masalah = P
(2) Etiologi/penyebab = E
(3) Sign and symptom/tanda dan gejala = S
b) Diagnosa resiko, potensial/possible : P+E
2) Perumusan diagnosa keperawatan, setelah perawat
mengelompokan, mengidentifikasi dan memvalidasi data-data
yang signifikan maka tugas perawat pada tahap ini adalah
merumuskan suatu diagnosa keperawatan (Nursalam, 2001).
19

MenurutNurarif, Amin Huda dan Kusuma Hardhi (2015)


masalah keperawatan yang lazim timbul pada pasien ispa:
a) Ketidakefektifanbersihan jalan nafas, berhubungan dengan
peningkatan jumlah sekret.
b) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
(proses penyakit).
c) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada membran
mukosa faring dan tonsil.
d) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi
bronkospasme, respon pada dinding bronkus.
e) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan intake inadekuat, penurunan
nafsu makan, nyeri menelan.
f) Ansietas berhubungan dengan perkembangan penyakit dan
perubahan status kesehatan.
3) Intervensi Keperawatan

Perencanaan adalah proses kegiatan mental yang memberi pedoman atau


pengarahan secara tertulis kepada perawat atau anggota tim kesehatan
lainnya tentang intervensi/tindakan keperawatan yang akan dilakukan
kepada pasien. Rencana keperawatan merupakan rencana tindakan
keperawatan tertulis yang menggambarkan masalah kesehatan pasien,
hasil yang akan diharapkan, tindakan-tindakan keperawatan dan
kemajuan pasien secara spesifik.
Intervensi keperawatan merupakan bagian dari fase pengorganisasian
dalam proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan
keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan
masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien (Nursalam, 2017).

Rencana keperawatan merupakan serangkai kegiatan atau intervensi


untuk mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi
keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan
oleh pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
(Wong,D,L, 2004 ).
20

Tujuan yang direncanakan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti


ganda, tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang
perilaku klien, dapat diukur, didengar, diraba, dirasakan, dicium. Tujuan
keperawatan harus dapat dicapai serta dipertanggung jawabkan secara
ilmiah dan harus mempunyai waktu yang jelas. Pedoman penulisan
criteria hasil berdasarkan “SMART”

S : Spesifik, tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti


ganda

M : Measureble, tujuan keperawatan harus dapat diukur, khusunya


tentang prilaku klien, dapat dilihat, didengar, diraba, dan
dirasakan

A : Achievable, tujuan harus dapat dicapai

R : Reasonable, tujuan harus dapat dipertanggung jawabkan

T : Time, harus memiliki batas waktu yang sesuai

a. Kegiatan dalam tahap perencanaan, meliputi :


1) Menentukan prioritas masalah keperawatan.
2) Menetapkan tujuan dan kriteria hasil.
3) Merumuskan rencana tindakan keperawatan.
4) Menetapkan rasional rencana tindakan keperawatan.
b. Tipe rencana tindakan keperawatan, meliputi :
1) Observasi keperawatan, diawali kata kerja: kaji, monitor, pantau,
observasi, periksa, ukur, catat, amati.
2) Terapi keperawatan, diawali kata kerja: lakukan, berikan, atur,
bantu, ubah, pertahankn, latih.
3) Pendidikan kesehatan, diawali kata kerja: ajarkan, anjurkan,
jelaskan, sarankan, informasikan.
4) Kolaborasi/pemberian obat/pengaturan nutrisi, diawali kata kerja:
rujuk, instrusikan, laporkan, delegasikan, berikan, lanjutkan,
pasang
21

Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan Rencana Asuhan Keperawatan


o Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Ketidakefektifan Tujuan : 1. auskultasi suara 1. Beberapa
bersihan jalan Setelah dilakukan nafas catat derajat spasme
nafas, tindakan adanya Suara bronkus terjadi
berhubungan keperawatan tambahan dengan
dengan selama 3x24 jam 2. Posisikan obstruksi jalan
peningkatan jalan napas menjadi Pasien Untuk napas.
jumlah sekret. efektif. Memaksimalka 2. Peninggian
Kriteria hasil : n Ventilasi kepala tempat
1. Menyatakan/ 3. Lakukan tidur
menunjukkan fisioterapi dada mempermudah
hilangnya bila perlu. fungsi
dispnea. 4. Keluarkan pernapasan.
2. Mempertahanka Batuk Dengan 3. Untuk
n jalan nafas Batu Atau membantu
paten dengan Section. mengeluarkan
bunyi nafas secret pada
bersih. jalan nafas
3. Mengeluarkan 4. Untuk
sekret tanpa membantu
kesulitan. mengeluarkan
4. Menunjukkan lender atau
perilaku untuk batuk dengan
memperbaiki/ mudah
mempertahanka
n bersihan jalan
nafas
2. Hipertermi Tujuan : 1. Kaji/pantau 1. Perubahan TTV
berhubungan Setelah dilakukan TTV dalam rentang
dengan tindakan 2. Berikan abnormal
22

peningkatan suhu keperawatan kompres hangat mengindikasika


tubuh (proses selama 3x24 jam 3. Anjurkan n adanya respon
penyakit). suhu tubuh kembali klien untuk tubuh.
normal. memperbanyak 2. Terjadinya
Kriteria hasil : minum air putih. vasodilatasisehi
Tanda-tanda vital ngga suhu tubuh
(TTV) dalam batas 4. Kolaborasi cepat kembali
normal; dalam pemberian normal.
1. TD : 120/80 terapi obat.
mmHg. 3. Mencegah
2. N : 80 x/ment. terjadinya
3. RR : 20 x/menit. kekurangan
4. S : 37,00C cairan karena
dehidrasi.
4. Pemberian
terapi
mempercepat
proses
penyembuhan.
3. Nyeri akut Tujuan : 1. Tanyakan 1. Membantu
berhubungan Setelah dilakukan pasien tentang dalam evaluasi
dengan inflamasi tindakan nyeri, Tentukan gejala nyeri
pada membran keperawatan karaktersitik kanker yang
mukosa faring selama 3x24 jam nyeri. dapat
dan tonsil. nyeri hilang atau 2. Kaji  melibatkan
berkurang. pernyataan visera, saraf
Kriteria hasil : verbal dan non atau jaringan
1. Tampak rileks verbal nyeri tulang.
dan pasien. 2. Ketidaksesuaian
tidur/istrahat 3. Evaluasi antara verbal
dengan baik. keefektifan dan non verbal
2. Melaporkan pemberian obat. menunjukan.der
23

nyeri 4. Berikan ajat nyeri.


hilang/terkontro. tindakan
3. Berpatisipasi kenyamanan, 3. Memberikan
dalam aktivitas ubah posisi, obat
yang pijatan berdasarkan
diinginkan. punggung dll. aturan.
5. Berikan
lingkungan 4. Meningkatkan

tenang. relaksasi dan


pengalihan
6. Kolaborasi: perhatian.
Berikan 5. Penurunan
analgesik rutin stress,
s/d indikasi. menghemat
energi.
6. Mempertahanka
n kadar obat,
menghindari
puncak periode
nyeri.
4. Ketidakefektifan Tujuan : 1. Auskultasi bunyi 1. Beberapa
pola napas Setelah dilakukan napas, catat derajat spasme
berhubungan tindakan adanya suara bronkus
dengan obstruksi keperawatan nafas tambahan. terjadi dengan
bronkospasme, selama 3x24 jam 2. Posisikan pasien obstruksi jalan
respon pada pola napas kembali untuk napas.
dinding bronkus. efektif. memaksimalkan
ventilasi 2. Peninggian
Kriteria hasil : 3. Identifikasi kepala tempat
1. Pola napas pasien perlunya tidur
efektif. pemasangan alat mempermuda
2. Bunyi napas jalan nafas h fungsi
24

normal kembali. buatan pernapasan


3. Batuk 4. Pertahankan
berkurang. jalan nafas yang 3. Untuk
paten membantu
menjaga
kepatenan
jalan nafas

Untuk menjaga
kepatenan jalan
nafs tetap
adekuat.
5. Ketidakseimbang Tujuan : 1. Kaji 1. Pasien distress
an nutrisi kurang Setelah dilakukan kebiasaan diet. pernapasan akut
dari kebutuhan tindakan Evaluasi berat sering anoreksia
tubuh keperawatan badan dan karena dispnea,
berhubungan selama 3x24 ukuran tubuh. produksi
dengan jampasien akan 2. Aukultasi sputum, dan
penurunan intake menunjukan bising usus. obat-obatan.
inadekuat, perbaikan nutrisi. 3. Berikan 2. Membantu
penurunan nafsu Kriteria hasil: makanan dalam dalam
makan, nyeri 1. Tidak tampak jumlah kecil dan menentukan
menelan. mual muntah, dalam waktu respon untuk
2. Peningkatan yang sering dan makan atau
pengecapan dan teratur. berkembangnya
menelan. 4. Anjurkan komplikasi.
3. Nafsu makan perawatan oral, 3. Meningkatkan
meningkat. dan cara proses
mengeluarkan pencernaan dan
sekret. toleransi pasien
terhadap nutrisi
yang diberikan
25

dan dapat
meningkatkan
kerjasama
pasien saat
makan.

4. Rasa tak enak,


bau, dan
penampilan
adalah pencegah
utama terhadap
nafsu makan
dan dapat
membuat mual
dan muntah
dengan
peningkatan
kesulitan napas.
6. Ansietas Tujuan : 1. Lakukan 1. Untuk
berhubungan Setelah dilakukan pendekatan yang membantu klien
dengan tindakan memenangkan. merasakan
perkembangan keperawatan 2. Nyatakan kenyamanan
penyakit dan selama 3x24 jam dengan jelas 2. Untuk
perubahan status ansietas hilang atau harapan terhadap membangun
kesehatan. berkurang perilaku pasien rasa percaya
3. Dorong keluarga antara klie,
Kriteria hasil : untuk menemani kluarga klien
1. Tampak rileks pasien. dengan perawat
2. Klien dapat 4. Identifikasi 3. Untuk membuat
beristrahat. tingkat pasien merasa
3. Dapat bekerja kecemasan tenang dengan
sama dalam 5. Menjelaskan kehadiran orang
26

program terapi. prosedur dan apa terdekat.


yang dirasakan 4. Untuk
selama prosedur membantu
dalam
perencanaan
keperawatan.
5. Untuk
membantu
keluarga
mendapatkan
informasi terkait
penyakit..
7.Gangguan Pola Tidak ada 1. Ciptakan 1. Mengurangi
Tidur gangguan pola lingkungan yang rangsangan
tidur Pola tidur nyaman yang dapat
dengan kriteria menyebabkan
hasil klien tidak
1. Jumlah jam 2. Intruksikan nyaman untuk
tidur dalam untuk tidur
batasan normal memonitor tidur 2. Sebagai acuan
2. Pola pasien untuk
tidur,kualitas menentukan
tidur atau klien tidur
3. Jelaskan
istirahat normal cengan durasi
pentingnya tidur
3. Perasaan segar yang tepat
yang adekuat
sesuda tidur
atau istirahar 4. Kolaborasi
3. Untuk
pemberian obat
memberikan
tidur
informasi
tentang pola
tidur yang
27

efektif.

4. Untuk
membantu
klien dalam
tidur yang
lebih
maksimal

4) Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan


atau melaksanakan rencana asuhan keperawatan kedalam bentuk
intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang
telah ditetapkan (Nursalam, 2017).
Pada tahap pelaksanaan ini kita benar-benar siap untuk
melaksanakan intervensi keperawatan dan aktivitas-aktivitas
keperawatan yang telah dituliskan dalam rencana keperawatan pasien.
Dalam kata lain dapat disebut bahwa pelaksanaan adalah peletakan suatu
rencana menjadi tindakan yang mencakup :
a) Penulisan dan pengumpulan data lanjutan
b) Pelaksanaan intervensi keperawatan
c) Pendokumentasian tindakan keperawatan
d) Pemberian laporan/mengkomunikasikan status kesehatan pasien dan
respon pasien terhadap intervensi keperawatan
Pada kegiatan implementasi diperlukan kemampuan perawat terhadap
penguasaan teknis keperawatan, kemampuan hubungan interpersonal,
dan kemampuan intelektual untuk menerapkan teori-teori keperawatan
kedalam praktek.
28

5) Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk


menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana
keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana
keperawatan (Nursalam, 2017).
Dalam evaluasi pencapaian tujuan ini terdapat 3 (tiga) alternatif yang
dapat digunakan perawat untuk memutuskan/menilai sejauh mana tujuan
yang telah ditetapkan dalam rencana keperawatan tercapai, yaitu :
a. Tujuan tercapai.
b. Tujuan sebagian tercapai.
c. Tujuan tidak tercapai.
Evaluasi dibagi menjadi 2 (dua) tipe, yaitu :

1) Evaluasi Proses (Formatif)


Evaluasi ini menggambarkan hasil observasi dan analisis
perawat terhadap respon klien segera stelah tindakan. Evaluasi
formatif dilakukan secara terus menerus sampai tujuan yang
telah ditentukan tercapai.
2) Evaluasi Hasil (sumatif)
Evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses
keperawatan selesai dilakukan. Menggambarkan rekapitulasi
dan kesimpulan dari observasi dan analisis status kesehatan
klien sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan. Evaluasi
sumatif bertujuan menjelaskan perkembangan kondisi klien
dengan menilai dan memonitor apakah tujuan telah tercapai.
Evaluasi pencapaian tujuan memberikan umpan balik yang
penting bagi perawat untuk mendokumentasikan kemajuan
pencapaian tujuan atau evaluasi dapat menggunakan
kartu/format bagan SOAP (Subyektif, Obyektif, Analisis dan
Perencanaan).Evaluasi keperawatan yang diharapkan pada
pasien ispa harus sesuai dengan rencana tujuan yang telah
ditetapkan yaitu :
a) Suhu tubuh dalam batas normal.
29

b) Nyeri berkurang/hilang.
c) Pola napas kembali efektif.
d) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
e) Ansietas hilang / berkurang.
f) Jalan napas menjadi paten
30
30

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Biodata

a) Identitas klien
Nama : An. ”I”

Tempat tanggal lahir/usia : 8 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : SD ( Sekolah Dasar)

Alamat : Desa Mario

Tanggal masuk : 4/4/2022

Tanggal pengkajian : 4/4/2022

Ruangan : perawatan anak lantai 2

Diagnosa medis : ISPA

b) Identitas orang tua


a) Ayah
Nama : Tn. “R”

Usia : 39 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wira

30
31

Agama : Islam

Alamat : Desa Mario

b) Ibu
Nama : Ny. “S”

Usia : 36 tahun

Pendidikan :S1

Pekerjaan : IRT

Agama : Islam

Alamat : Desa Mario

c) Identitas saudara kandung

No Nama Usia Hubungan Status Kesehatan

1 An.Z 4 tahun Saudara Baik


Kandung

(b) Keluhan utama / alasan masuk RS


Batuk berdahak lebih dari 3 minggu , demam sejak 3 hari yang lalu

(c) Riwayat kesehatan


a. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu klien membwa Klien di bawah ke UGD dengan keluhan berdahak
sejak 2 minggu terahir dan demam sejak 3 hari yang lalu ibu klien juga
mengatakan klien kesulitan untuk bernafas.

b. Riwayat kesehatan masa lalu


Klien pernah mengalami sakit yang sama sebelumnya
32

1) Prenatal care
a) Pemeriksaan kehamilan setiap bulan
b) Keluhan saat hamil mual
c) Tidak ada riwayat terkena sinar radiasi
d) Kenaikan berat badan selam hamil 10 kg
e) Imunisasi TT 2 kali
f) Golongan darah ibu dan ayah tidak diketahui
2) Natal
a) Tempat melahirkan di rumah sakit
b) Lama persalinan 3jam dan jenis persalinan spontan
c) Penolong persalinan yaitu bidan
d) Cara memudahkan persalinan tidak ada
e) Tidak ada robekan perineum
f) Tidak ada komplikasi saat melahirkan.
3) Post natal care
a) BB;1,2 kg dan TB lahir tidak diketahui
b) Klien tidak mengalami penyakit kuning
c) Tidak pernah mengalami kecelakaan
d) Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obat
e) Perkembangan anak dibanding dengan saudara-saudaranya sama
c. Riwayat kesehatan keluarga
1. Penyakit Anggota keluarga : Kakek klien pernah mengalami
penyakit yang sama .
33

2. Genogram

x ? ? x

? ? 39 ? ? ?
? 36 ?

ket: 8 thn 4 bln


bln

x
= laki –laki = klien

= garis keturunan
?
=perempuan

X = meninggal dunia
Generasi I : Kakek klien dariibu telah meninggal dunia serta nenek dari ayah
telah meninggal dunia tanpa diketahui penyebabnya.

Generasi II : Ibu dan ayahnya tinggal serumah dengannya dalam keadaan

sehat

Generasi III : Klien sekarang dirawat di RS dengan kondisi yang lemah


34

d. Riwayat imunisasi
No. Waktu Pemberian Reaksi Pemberian

1. BCG 1 bln Demam

2. DPT (I,II,III) 2 bln, 4 bln (DPT I,II) Demam

3. Polio 2 bln Demam

4. Campak 9 bln -

5. Hepatitis 2 bln Demam

e. Riwayat tumbuh kembang


klien melewati tahap perkembagan seperti berguling, duduk,
merangkak, berdiri, berjalan, brtjalam dll sesuai dengan umurnya.

f. Riwayat nutrisi
1) Pemberian ASI
a) Pertama kali disusui : 30 menit setelah melahirkan
b) Cara pemberian : Asi diberikan setiap kali anak
menangis dengan menyusui langsung
c) Lama pemberian : 6 bulan
2) Pemberian Susu formula :
Klien minum susu formula sejak usia 7 bulan sampai sat ini.

3) Pemberian makanan tambahan : -


4) Pola perubahn Nutrisi tiap tahapan usia sampai Nutrisi saat ini
35

Usia Jenis nutrisi Lama pemberian

1. 0 – 6 Bulan Asi ekslusif 6 bulan

g. Riwayat psikososial
1) Anak tinggal serumah dengan orang tuanya
2) Lingkungan berada dipedesaan
3) Rumah jauh dekat dengan sekolah.
4) Hubungan antar keluarga baik
5) Klien diasuh oleh kedua orang tuanya
h. Riwayat spiritual
1) Support sistem dalam keluarga baik
2) Keluarga selalu sholat 5 waktu
i. Reaksi hospitalisasi
1) Pemahaman keluarga tentang sakit
a) membawa anaknya keRS Agar anaknya cepat sembuh
b) Dokter sudah menceritakan kondisi anaknya
c) Bagaimana perasaan orang tua saat ini : Cemas,ibu klien
mengatakan kwatir dengan keadaan anaknya.
d) Orang tua akan slalu disamping anaknya
2) Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap :
Klien mengatakan dibawah kerumah sakit karena harus diobati.

j. Aktifitas sehari – hari


1) Nutrisi

No Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1 Selera makan Baik Klien kurang nafsu


36

2 Menu makan nasi makan

3 Frekuensi makan teratur 3x 1 bubur

4 Makanan kesukaan telur goreng tidak teratur

5 Makanan pantangan tidak ada bubur

6 Cara pemenuhan disuap Ice cream

disuap

2) Cairan

No Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1 Jenis minuman Air putih Air putih

2 Frekuensi minum 4-6 gelas perhari 4-6 gelas perhari

3 Kebutuhan cairan terpenuhi terpenuhi

4 Cara pemenuhan Minum peroral Minum peroral dan


infus

3) Eliminasi BAB dan BAK

No Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1 BAB :

a. Tempat pembuangan toilet Belum BAB


b. Konsistensi
lembek -
c. Frekuensi
37

2 BAK : Toilet

a. Tempat pembuangan Toilet Kuning muda

b. Warna Kuning muda Amoniak


c. Bau Amoniak >5 Kali Sehari
d. Frekuensi >5 Kali Sehari

4) Istirahat tidur

No Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1 Jam tidur

Siang 14.00-16.00 Tidak Menentu

Malam 21.00-06.00 tidak teratur

Pola tidur Teratur Tidak teratur

2 Kebiasaan Menonton Menonton kartun.

sebelum tidur

3 jam tidur 6 – 8 jam/hari 5-6 Jam Sehari

5) Personal hygiene

No Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


38

1 Mandi :

Cara Guyur tidak pernah

Frekuensi 2 x/hari tidak pernah

Alat mandi Sabun tidak pernah

2 Cuci rambut :

Frekuensi 3xseminggu Tidak pernah

Cara Keramas Tidak pernah

3 Gunting kuku :

Frekuensi 1 x dalam 2 minggu Tidak pernah

Cara Guting kuku Tidak pernah

4 Gosok gigi :

Frekuensi 2 kali sehari 1 kali sehari

Cara Menggunakan sikat Sama seperti belum


gigi dan pasta gigi sakit

(d) Pemeriksaan fisik


1) Keadaan umum klien : Klien nampak lemas,klien Nampak pucat
2) Tanda-tanda vital :
SH : 37,8 oC

P : 32 x/ i

N: 100x/ i

3) Antropometri
39

a) Tinggi badan : - cm
b) Berat badan : 25,5 kg
c) LILA : - cm
d) Lingkaran dada : - cm
e) Lingkaran perut : - cm
f) Lingkaran kepala : - cm
4) Sistem Pernapasan
a) Hidung
(1) Inspeksi : Hidung simetris kiri dan kanan, nampak adanya
pernafasan cuping hidung, klien Nampak
kesulitan bernafas, klien bernafas melalui hidung.
(2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada massa.
b) Leher
(1) Inspeksi : Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar limfe
dan thyroid, .
(2) Palpasi : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar limfe
dan thyroid, arteri carotis teraba lembut, dan tidak
teraba peningkatan tekanan vena jugularis, tidak
teraba adanya nyeri tekan.
c) Dada
(1) Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, gerakan dada
mengikuti irama pernafasan, frekuensi nafas
30x/menit
(2) Palpasi : Tidak teraba adanya nyeri tekan
(3) Auskultasi : Suara napas ronchi basah di kedua lapang paru
(4) Palpasi : Terdengar bunyi resonan pada seluruh lapang paru
d) Sistem cardiovaskuler
(1) Inspeksi : Tidak tampak adanya massa, tampak denyutan ictus
cordis pada intercosta ke 5 midklavikula kiri.
40

(2) Palpasi : Tidak teraba adanya pembesaran jantung, ictus cordis


teraba pada intercosta ke 5 kiri, tidak teraba adanya
massa, dan tidak teraba adanya nyeri tekan.
(3) Perkusi : Bunyi pekak pada batas-batas jantung
(4) Auskultasi : Bunyi jantung I (lub) pada penutupan katub mitral,
bunyi jantung II (dub) pada penutupan katub aorta
dan pulmonal, ditambahan
e) Sistem pencernaan
(1) Mulut
Inspeksi : Klien nampak batuk-batuk, klien sering menguap.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada mulut

(2) Abdomen
Inspeksi : Pergerakan mengikuti irama pernapasan, dan perut
kembung.

Palpasi : Tidak teraba adanya pembesaran hepar.

Perkusi : Bunyi timpani pada abdomen, bunyi pekak pada


hepar.

Auskultasi : Peristaltik usus 4 x/menit, tidak terdengar adanya


bising usus memanjang

(3) Anus : Tidak ada lecet dan hemoroid


f) Sistem indra
(1) Mata
(a) Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, sclera tidak ikterus,
pertumbuhan alis dan bulu mata tumbuh merata, konjungtiva
merah muda, mata nampak sayup.
(b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
41

(2) Hidung
(a) Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, klien nampak kesulitan
bernafas
(b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
(3) Telinga
(b) Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, respon pendengaran baik,
tidak tampak adanya serumen, kanal audiotoris bersih.
(c) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
g) Sistem saraf
a) Fungsi serebral
(1) Status mental : Tidak di kaji
(2) Tingkat kesadaran composmentis
(3) Fungsi cranial
N.I. (Olfaktorius) : Klien bereaksi saat minyak kayu putih
didekatkan di hidung

N.II. (Optikus) : Klien bisa melihat lambayan tangan perawat


dengan jarak 15cm

N.III (Okulamotorius) : Pupil ishokor (refleks pupil saat kena


cahaya mengecil).

N. IV (Troclearis) : Mata dapat digerakkan ke atas dan ke bawah


dengan mengikuti obyek.

N.V (Trigemenus) : Dapat membuka dan menutup mulut rahang,


dapat merasakan sentuhan pada daerah
pipi.

N. VI (Abdusen) : Mata dapat digerakkan ke lateral kiri dan


kanan dengan mengikuti objek.
42

N.VII (Fasialis) : -

N.VIII (Akustik) : Klien menoleh saat mendengar suara saat


dipanggil.

N.IX. (Glosa pherengeal) : -

N.X. (vagus) : Fungsi menelan baik.

N.XI. (Asesory) : klien bisa mengerakan leher

N.XII. (Hipoglosus) : Klien dapat menggerakkan lidahnya.

b) Fungsi motorik
Massa otot : Tidak ada tropi dan Hipertropi

Tonus otot : Baik

Kekuatan otot : lemah

c) Fungsi sensori
Klien langsung bereaksi saat dirangsang dengan minyak kayu
putih.

d) Refleks
Repleks morro :-

Repleks berjalan :

Repleks rooting : -

Repleks mengisap:

Repleks bag :-

Repleks menangis: -

h) Sistem muskuloskletal
43

(1) Kepala : Bentuk kepala


normochepal, tidak nampak adanya lesi di kepala.
(2) Vertebra : Tidak ada
lordosis, kiposis dan scoliosis, tidak nampak adanya kekakuan.
(3) Ekstremitas atas : Tidak
nampak adanya pembengkakan (edema), pergerakan tangan tidak
terbatas.
(4) Ekstremitas bawah :
Tidak ada edema pada
kaki, dan tidak nampak adanya kekakuan,nampak terpasang infus
di kaki sebela kanan.
i) Sistem integumen
(1) Rambut : Penyebaran merata, warna rambut hitam.
(2) Kulit : Warna kulit sawo matang, kulit teraba lembab, tidak
nampak adanya lesi.
(3) Kuku : Warna merah mudah, kuku nampak kotor, tidak
mudah patah.
j) Sistem endokrin
Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar thyroid

Eksresi urine menurun

Tidak ada riwayat air seni dikerumuni semut

Suhu tubuh meningkat

k) Sistem perkemihan
Tidak ada keluhan dalam berkemih

Warna urine kuning muda

l) Sistem reproduksi
44

Glans penis masih kecil belum disirkumsisi.

Tidak ada pembengkakan pada scrotum

m) Sistem Imun
Tidak ada alergi terhadap makanan

Tidak ada riwayat transfusi

Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca yaitu demam

(1) Pemeriksaan tingkat perkembangan klien


(2) Test diagnostik
Pemeriksaan laboratorium leukosit 14.800 /µl

(3) Therapi saat ini:


(a) IVFD Kaen
(b) Paracetamol tab 3 x ¾ tbt / oral.
(c) Ceftriaxone 1,5 mg/24 jam/drips.
(d) Nebu combiven 1ampl/ 8 jam/ Nebu
(e) Puyer batuk 3x1/ oral.
45

TABULASI DATA

1. Ibu klien mengatakan anaknya batuk dan pilek sejak ± 2 minggu yang lalu
2. Ibu klien mengatakan anaknya kesulitan bernafas dan hidung tersumbat
3. Ibu klie mengatakan anaknya demam sejak 3 hari yang lalu
4. Ibu klien mengatakan anaknya kesulitan tidur pada malam hari
5. Ibu klien mengatakan klien kurang nafsu makan
6. Klien dampak lemas
7. Klien Nampak batuk – batuk
8. Suara klien terdengar serak saat berbicara
9. Auskultasi terdengar bunyi nafas ronchi
10. Auskultasi terdengar bunyi nafas whezzing
11. Klien Nampak Pucat
12. Klien Nampak menangis saat didekati dan dilakukan tindakan
13. Ibu klien mengatakan anaknya sering bangun pada malam hari saat batuk nya
muncul.
14. TTV:
- TD: -
- Nadi; 100x / menit
- Suhu: 37,5ºc
- Pernafasan:30 x permenit
- SPO2 : 98 X / Menit.
46

KLARIFIKASI DATA

Data Subjektif Data Objkektif

1 2

1. Ibu klien mengatakan anaknya 1. Klien Nampak Lemas


batuk sejak ± 3 minggu yang lalu 2. Klien Nampak batuk – batuk
2. Ibu klien mengatakan anaknya 3. Auskultasi terdengar bunyi nafas
kesulitan bernafas ronchi
3. Ibu klien mengatakan hidung klien 4. Auskultasi terdengar bunyi nafas
tersumbat whezzing
4. Ibu klie mengatakan anaknya 5. TTV:
demam sejak 3 hari yang lalu TD: -
5. Ibu klien mengatakan anaknya Nadi; 100x / menit
kesulitan tidur pada malam hari Suhu: 37,5ºc
6. Ibu klien mengatakan klien kurang Pernafasan:32 x permenit
nafsu makan 6. SPO2 : 98 X / Menit.
7. Ibu klien mengatakan belum 7. Klien Nampak Pucat
mengerti betul tentang penyakit 8. Akral klien teraba hangat.
anaknya. 9. Klien Nampak menangis saat
8. Ibu klien mengatakan anaknya didekati dan dilakukan tindakan
sering bangun pada malam hari 10. Klien Nampak hanya tidur 5-6 jam
saat batuk nya muncul. perhari.
47

Sumber : Data primer

ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

1 2 3 4

1 Data subjektif : Multi factor Ketidakefektifan


1. Ibu klien mengatakan bersihan jalan
(bakteri,
anaknya batuk sejak nafas
virus,mikroplasma)
± 2 minggu yang lalu
2. Ibu klien mengatakan 

hidung klien Peradangan pada


tersumbat saluran pernafasan
(faring, laring dan
Data objektif : tongsil)

1. Klien nampak batuk 


2. Auskultasi terdengar
Inflamasi saluran
bunyi nafas ronchi
bronkus
3. Tanda-tanda vital
4. Nampak Nampak 
beringus.
Pengeluaran
N : 100 x/menit
mukosa secret pada
S : 37,5 C
o
jalan nafas

P : 30x/menit 
48

Peningkatan
produksi secret

Obstruksi jalan
nafas

Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafass

2 Data subjektif : Infeksi kuman Gangguan pola


1. Ibu klien mengatakan traktus respiratorius tidur
anaknya kesulitan (bronchus dan
tidur pada malam alveoli)
hari.

2. Ibu klien mengatakan
anaknya sering Iritasi broncus

bangun pada malam 


hari saat batuk nya
Merangsang
muncul.
grandula broncus
dan sel golbet
Data objektif :

1. Nampak pola tidur 

klien tidak teratur Obstruksi jalan


2. Klien Nampak pucat nafas
3. Klien Nampak hanya

tidur 5-6 jam perhari.
49

Gangguan pola tidur

3 Data subjektif : Proses penyakit ansietas


1. Ibu klien mengatakan

belum mengerti betul
tentang penyakit Perubahan status

anaknya. kesehatan

2. Ibu klien mengatakan 


kwatir tentang penyakit
Kurangnya
anaknya.
Informasi
3. Ibu klien mengatakan
anaknya merasa takut 
saat suster dating.
Kuraang
pengtahuan
Data objektif :
1. Ibu klien bertanya 
tentang penyakit Takut terhadap
anaknya. proses yang di
2. Klien Nampak berikan
menangis saat didekati

dan dilakukan tindakan.
Stresor bagi orag
tua

Koping in adekuat
50

Kecemasan orang
tua

ansietas

Sumber : Data primer

B. Diagnosa Keperawatan

N Diagnosa Keperawatan TGL Ditemukan TGL Teratasi


o

1 2 3 4

3.1. Ketidakefektifan bersihan jalan 4/4/2022 6/4/2022


nafas berhubungan dengan
akumulasi sekret pada jalan
nafas
2. Gangguan pola tidur 4/4/2022 6/4/2022
berhubungan dengan obstruksi
jalan nafas
3. Ansietas berhubungan dengan 4/4/2022 6/4/2022
kurang pengetahuan.
51

Sumber : Data primer

C. Itervensi Keperawatan

TGL Ndx Tujuan Intervensi Rasional

1 2 3 4 5

4/4/2022 I Bersihan jalan 1. auskultasi 1. Beberapa derajat


nafas menjadi suara nafas spasme bronkus terjadi
efektif. catat adanya dengan obstruksi jalan
Dengan Suara napas.
kriteria hasil: tambahan
2. Posisikan 2. Peninggian kepala
1. Tidak ada
Pasien Untuk tempat tidur
batuk
Memaksimalk mempermudah fungsi
2. Ibu klien
an Ventilasi pernapasan.
mengataka
3. Lakukan 3. Untuk membantu
n anaknya
fisioterapi mengeluarkan secret
tidak batuk
dada bila pada jalan nafas
lagi/berkur
perlu.
ang.
4. Keluarkan 4. Untuk membantu
3. Klien dahak mengeluarkan lender
Nampak Dengan Batuk atau batuk dengan
tidak batuk
52

lagi Atau Section mudah

II Tidak ada 1. Ciptakan 1. Mengurangi


gangguan lingkungan rangsangan yang dapat
pola tidur yang nyaman menyebabkan klien
dengan tidak nyaman untuk
kriteria hasil tidur
4. Jumlah 2. Intruksikan 2. Sebagai acuan untuk
jam tidur untuk menentukan klien tidur
dalam memonitor cengan durasi yang
batasan tidur pasien tepat
normal
5. Pola
tidur,kualit 3. Jelaskan 3. Untuk memberikan
as tidur pentingnya informasi tentang pola
atau tidur yang tidur yang efektif.
istirahat adekuat

normal 4. Untuk membantu klien


6. Perasaan 4. Kolaborasi dalam tidur yang lebih
segar pemberian maksimal
sesuda obat tidur

tidur atau
istirahar
53

III Ansietas 1. Lakukan 1. Untuk membantu klien


Dengan pendekatan merasakan
kriteria : yang kenyamanan
1.Ibu klien memenangk
tidak an.
menanyakan 2. Nyatakan
lagi tentang dengan jelas 2. Untuk membangun rasa
kondisi harapan percaya antara klie,
anaknya terhadap kluarga klien dengan
perilaku perawat
2.Ekspresi
pasien
wajah
3. Dorong
tenang
keluarga 3. Untuk membuat pasien
untuk merasa tenang dengan
menemani kehadiran orang terdekat.
pasien.
4. Identifikasi
tingkat
4. Untuk membantu dalam
kecemasan
perencanaan
keperawatan.
5. Menjelaska
n prosedur
5. Untuk membantu
dan apa
keluarga mendapatkan
yang
informasi terkait
dirasakan
penyakit.
selama
prosedur
54
54

D. Implementasi Keperawatan

Tanggal Ndx Jam Tindakan Keperawatan Dan Hasil

1 2 3 4

4/4/2022 I 15.00 1. mengauskultasi suara nafas catat adanya


Suara tambahan
hasil : terdapat suara nafas tambahan yaitu
ronchi dan wheezing.

15.30 2. memposisikan Pasien Untuk Memaksimalkan


Ventilasi
Hasil : diberikan posisi semi fowler.
15.40 3. melakukan fisioterapi dada bila perlu.
Hasil : fisioterapi dada diberikan dengan batuk
efektif tetapi klien belum mampu
melakukannya.
16.10 5. mengeluarkan dahak Dengan Batuk Atau
Section
Hasil : pengeluaran secret dilakukan dengan
mengajarkan batuk efektif

II 15.00 1. menciptakan lingkungan yang nyaman


Hasil: telah dilakukan dengan memeberitahuna
kepada keluarga untuk tetap tenang pada saat
15.10 di dalam ruangan .
2. mengintruksikan untuk memonitor tidur pasien
Hasil: telah dilakukan dengan mengintruksikan
15.25
ibu untuk mengitung jam tidur pasien.
3. menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat
Hasil: telah dilakukan dengan menjelaskan
-
waktu tidur yang harus tercukupi dan apa saja
55

efek yang akan terjadi bila tidur tidak tercukupi


4. menkolaborasikan pemberian obat tidur
Hasil: telah dilkaukan dan dokter
mengintruksikan untuk diberikan antibiotik

III 15.35 1. melakukan pendekatan yang memenangkan.


Hasil: telah dilakukan dengan menengkan
anak saat ingin melakukan tindakan.dan
mengucapkan salam yang ramah kepada klien
2. menyatakan dengan jelas harapan terhadap
perilaku pasien
15.45
Hasil : perawat menyatakan harapan agar
klien diobati dan segerah sembuh agar dapat
kembali ke rumah
3. mendorong keluarga untuk menemani pasien.
Hasi : klien selalalu di temani oleh keluarga.
15.55 4. mengidentifikasi tingkat kecemasan
hasil: klien nampak menangis saat perawat
masuk ke dalam ruangan dan melakukan
tindakan serta orang tua masih merasa kwatir

16.00 dengan keadaan anaknya.


5. Menjelaskan prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur
Hasil : informasi diberikan terkaid keadaan
klien kepada orang tua klien.
16.30

5/4/2022 I 07.30 1. mengauskultasi suara nafas catat adanya


Suara tambahan
hasil : masih terdapat suara nafas tambahan
yaitu ronchi dan wheezing tetapi mulai
56

berkurang.
2. memposisikan Pasien Untuk Memaksimalkan
Ventilasi
07.40 Hasil : diberikan posisi semi fowler klien
Nampak nyaman.
3. melakukan fisioterapi dada bila perlu.
Hasil : fisioterapi dada diberikan dengan batuk
07.45 efektif tetapi klien mampu melakukannya.
4. Mengeluarkan dahak Dengan Batuk Atau
Section
08.00
Hasil : pengeluaran secret dilakukan dengan
mengajarkan batuk efektif

II 08.00 1. menciptakan lingkungan yang nyaman


Hasil: telah dilakukan dengan memeberitahuna
kepada keluarga untuk tetap tenang pada saat
di dalam ruangan .

08.10 2. mengintruksikan untuk memonitor tidur pasien


Hasil: telah dilakukan dengan mengintruksikan
ibu untuk mengitung jam tidur pasien dan ibu
klien mengatakan jam tidur klien pada hari ini
hanya 5 jam
3. menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat
08.15
Hasil: telah dilakukan dengan menjelaskan
waktu tidur yang harus tercukupi dan apa saja
efek yang akan terjadi bila tidur tidak tercukupi
4. menkolaborasikan pemberian obat tidur
08.30 Hasil: telah dilkaukan dan dokter
mengintruksikan untuk diberikan antibiotik
57

III 09.15 1. melakukan pendekatan yang memenangkan.


Hasil: telah dilakukan dengan menengkan
anak saat ingin melakukan tindakan.dan
mengucapkan salam yang ramah kepada klien
2. menyatakan dengan jelas harapan terhadap
perilaku pasien
09.20
Hasil : perawat menyatakan harapan agar
klien diobati dan segerah sembuh agar dapat
kembali ke rumah
3. mendorong keluarga untuk menemani pasien.
Hasi : klien selalalu di temani oleh keluarga.
09.25 4. mengidentifikasi tingkat kecemasan
hasil: klien nampak menangis saat perawat
masuk ke dalam ruangan dan melakukan
9.30 tindakan serta orang tua masih merasa kwatir
dengan keadaan anaknya.
5. Menjelaskan prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur
09.35 Hasil : informasi diberikan terkaid keadaan
klien kepada orang tua klien.

09.40

6/4/2022 I 20.00 1. mengauskultasi suara nafas catat adanya Suara


tambahan
hasil : tidak terdapat suara nafas tambahan lagi
yaitu ronchi dan wheezing

20.10 2. memposisikan Pasien Untuk Memaksimalkan


58

Ventilasi
Hasil : diberikan posisi semi fowler klien
Nampak nyaman.
20.30 3. melakukan fisioterapi dada bila perlu.

Hasil : fisioterapi dada diberikan dengan batuk


efektif tetapi klien mampu melakukannya
dengan frekuensi sering dibantu orang tua.
21.00 4. Mengeluarkan dahak Dengan Batuk Atau
Section
Hasil : pengeluaran secret dilakukan dengan
mengajarkan batuk efektif dan di tambah ibun
klien perbanyak minum air hangat.
59

II 08.30 1. menciptakan lingkungan yang nyaman


Hasil: telah dilakukan dengan memeberitahuna
kepada keluarga untuk tetap tenang pada saat
di dalam ruangan .

08.35 2. mengintruksikan untuk memonitor tidur pasien


Hasil: telah dilakukan dengan mengintruksikan
ibu untuk mengitung jam tidur pasien dan ibu
klien mengatakan jam tidur klien pada hari ini
hanya 7 jam
3. menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat
08.45
Hasil: telah dilakukan dengan menjelaskan
waktu tidur yang harus tercukupi dan apa saja
efek yang akan terjadi bila tidur tidak tercukupi
4. menkolaborasikan pemberian obat tidur
08.50 Hasil: telah dilkaukan dan dokter
mengintruksikan untuk diberikan antibiotik
60

III 10.00 1. melakukan pendekatan yang memenangkan.


Hasil: telah dilakukan dengan menengkan
anak saat ingin melakukan tindakan.dan
mengucapkan salam yang ramah kepada klien
2. menyatakan dengan jelas harapan terhadap
perilaku pasien
10.15
Hasil : perawat menyatakan harapan agar
klien diobati dan segerah sembuh agar dapat
kembali ke rumah
3. mendorong keluarga untuk menemani pasien.
10.30
Hasi : klien selalalu di temani oleh keluarga.
4. mengidentifikasi tingkat kecemasan
hasil: klien nampak tidak menangis lagi saat
10.35
perawat masuk ke dalam ruangan dan
melakukan tindakan serta orang tua masih
merasa kwatir dengan keadaan anaknya.
5. Menjelaskan prosedur dan apa yang
10.40
dirasakan selama prosedur
Hasil : informasi diberikan terkaid keadaan
klien kepada orang tua kliendan orang tua
klien memahami.

E. Evaluasi

Tanggal NDX Jam Tindakan Keperawatan Dan Hasil

1 2 3 4

4/4/2022 I 17.20 S : - Ibu klien mengatakan anaknya batuk


berdahak

O: Klien nampak batuk-batuk


61

Nampak bunyi auskultasi klien terdengan


ronchi, terdapat ingus di hidung.
Tanda-tanda vital

ND : 100 x/menit

SH : 37,5 oC

RR : 32 x/menit

A : Masalah belum teratasi


P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4

II 17.30 S : ibu klien mengatakan anaknya masih


kesulitan untuk tidur terutama pada
malam hari

O : klien Nampak pucat dan lemas pada pagi


hari

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4

III 17.50 S : Ibu klien mengatakan khawatir dengan


kondisi anaknya

o: ibu klien Nampak cemas, ibu klien


Nampak terus bertanya dengan kondisi
anaknya, klien terkadang menangis saat
di hampiri.klien

Nampak menagis saat perawat masuk


ke dalam ruangan.

A: masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4,5


62

5/4/2022 I 12.30 S : - Ibu klien mengatakan anaknya batuk


berdahak

O:Klien nampak batuk-batuk, Nampak


masih terdengan suara nafas tambahan tetapi
berkurang
Tanda-tanda vital

P : 30 x/menit S : 37,5 oC

N: 111 x/menit

A : Masalah belum teratasi


P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
II 12.40 S : ibu klien mengatakan anaknya masih
sering terbangun pada malam hari saat
batuknya datang

O : klien Nampak pucat, klien Nampak tidak


bersemangat

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4

III 13.10 S : - Ibu klien mengatakan sedikit tenang

O : - ibu klien Nampak masih kwatir,klien


masih menagis saat perawat melakukan
tindakan.

A: masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi

6/4/2022 I 12.30 S : - Ibu klien mengatakan anaknya batuk


anaknya sudah berkurang, frekuensi
63

batuk sedikit.

O: Klien nampak batuk-batuk, tidak


terdengar ronchi
Tanda-tanda vital

P : 28 x/menit

S : 37,0 oC

N : 100 x/menit

A : Masalah teratasi sebagian


P : pertahankan intervensi

II 12.40 S : ibu klien mengatakan anaknya sudah


mulai tidur nyeyak

O : klien Nampak segar

A : Masalah teratasi sebagian

P : pertahankan intervensi.

III 13.10 S : - Ibu klien mengatakan sudah tenang


dan paham dengan kondisi anaknya

O : - ibu klien Nampak tenang, klien


Nampak tidak memangis lagi saat dilakukan
tindakan.

A: masalah teratasi

P: intervensi di hentikan.
64

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam melakukan asuhan keperawatan pada An. I dengan batuk pilek, dilakukan
tahap proses keperawatan yang di mulai dari pengkajian keperawatan dan
pengumpulan data, membuat diagnosis keperawatan, menyusun rencana asuhan
keperawatan, melakukan implementasi keperawatan, mengevaluasi hasil tindakan
keperawatan, melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan, hingga evaluasi.
Proses keperawatan tersebut dilakukan pada tanggal 4 april 2022 sampai dengan 6
April 2022.

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 4 april 2022 pukul 15.00 WIB, pasien
An. I, umur 8 tahun, alamat desa Mario. Ibu klien Ny.s dan ayah klien Tn.R
Ny.s mengatakan bahwa anaknya batuk berdahak + 2 minggu, pilek, dan
terjadi terus menerus, tidak mual dan muntah, BAB dalam batas normal
dengan tanda lunak warna kuning dan BAK 5-7 kali sehari. Ibu klien
mengatakan bahwa anaknya pernah mengalami sakit yang sama dan belum
pernah masuk ke RS. Pada pemeriksaan fisik inspeksi dada simetris, palpasi
vocal fremitus teraba tidak ada nyeri tekan, perkusi sonor, auskultasi suara
paru terdapat suara tambahan ronchi dan whizing.

Ibu klien mengatakan bahwa anaknya lahir dengan spontan dengan bantuan
bidan, dan sudah mendapatkan imunisasi BCG, DPT, Polio dan Hepatitis. Ibu
klien mengatakan bahwa anaknya sudah bicara, dan sudah dapat berjalan.
Tidak ada kelainan bawaan seperti hidrocepalus, bibir terbelah atau atresia
ani. Ibu klien mengatakan bahwa anaknya diberi ASI dan makanan tambahan
mulai umur 6 bulan. Tahap perkembangan An. I berkembang sesuai dengan
usia seperti berjalan, merangkak, berdiri, dan berjalan .pemeberian ASI
selama 6 bulan. anak tinggal dengan orang tua lingkungan berada di pedesaan
dekat dengan sekolah
65

ibu klien mengatakan bahwa ketika anaknya sakit dibawa ke pusat kesehatan
terdekat, di bidan atau puskesmas. Untuk pengkajian nutrition ibu klien
mengatakan bahwa anaknya kurang nafsu makan

2-3 kali sehari setelah sakit pfekuensi makan sama tetapi porsi makan tidak di
habiskan, minum 5-6 gelas air putih sehari ukuran gelas kecil dan tanpa ada
gangguan baik sebelum dan sesudah sakit, berat badan 25,5 kg,.
Pengkajian eliminasi, didapatkan data ibu klien mengatakan bahwa anaknya
BAB 2x ampas, BAK 5x sehari tetapi belum BAB saat berada di rumah sakit.
Tidak terdapat gangguan BAK dan BAB baik sebelum dan sesudah sakit.
Pengkajian activity/rest didapatkan data ibu klien mengatakan bahwa anaknya
tidur mulai jam 21.00 WIB sampai dengan 06.00 WIB, terkadang terbangun
untuk minum. Pengkajian perception/cognition didapatkan data ibu klien
nampak gelisah menunggu anaknya, terkadang banyak tanya terhadap petugas
kesehatan akan keadaan umum anaknya.

Pada pengkajian didapatkan data ibu klien mengatakan sedih dengan keadaan
yang dialami oleh anaknya, ibunya berharap anaknya segera sembuh. data
pasien ditemani oleh ibu dan tantenya, terkadang oleh neneknya, hubungan
sangat baik, termasuk dengan petugas kesehatan. Pada pengkajian genetalia
ibu klien mengatakan bahwa anaknya masih dibawah umur, tidak ada
masalah disfungsi sexsual, perkembangan anak tentang seksual klien mampu
mengenali jenis kelaminnya. Pengkajian coping/stress tolerance, ibu klien
mengatakan kebiasaan rekreasi menonton tv dan bermain.

Pada pengkajian diperoleh data ibu klien mengatakan bahwa anaknya


beragama islam, aktifitas ibadah anaknya mengerjakan sholat 5 waktu.
Perkembangan psikososial klien mampu mengenali waran-warna, klien
mampu mengenali jenis kelamin, klien mampu merangkai kata-kata dalam
bentuk kalimat, klien mampu menikmati bermain bersama teman seusianya.

Pemeriksaan fisik pada tanggal 4 april 2022 didapatkan data kesadaran


composmentis, suhu 37,5oC, pernafasan 30 kali per menit, nadi teraba 100
kali per menit, klien nampak terengah-engah, terdapat nafas cuping hidung,
terdapat ronkhi dan whizzing anak nampak batuk dan pilek, klien bernafas
66

cepat. Tidak terdapat hematom atau post trauma pada kepala, rambut lurus,
tidak ada kebotakan dan ketombe. Sklera mata tidak ikterik, konjungtiva tidak
anemis, reaksi cahaya baik, pupil isokor, tidak ada gangguan pengelihatan.
Bagian telinga tidak ada kelainan pada daun telinga, liang telinga tidak
mengeluarkan cairan, darah atau nanah, tidak ada serumen serta tidak
terpasang alat bantu dengar. Bagian pipi tidak terdapat jerawat. Hidung
bersih, terdapat ingus, terdapat nafas cuping hidung, pilek. Bagian bibir dan
mulut mukosa mulut lembab, bibir tidak sianosis dan pecah-pecah, tidak ada
stomatitis, tidak ada sariawan. Pada leher tidak terdapat pembesaran kelenjar
tiroid, kelenjar limfe dan teraba nadi karotis. Pada pemeriksaan paru-paru
inspeksi dada kanan dan kiri simetris, palpasi tidak ada nyeri tekan, perkusi
sonor, auskultasi ronchi. Pemeriksaan jantung inspeksi tidak tampak ictus
cordis, palpasi ictus cordis teraba di intercosta 4 dan 5, perkusi redup,
auskultasi S1 dan S2 reguler.

Pada pemeriksaan abdomen, inspeksi perut datar, asukultasi terdapat bising


usus 18 kali per menit, palpasi tidak teraba adanya massa, tidak terdapat nyeri
tekan di lapang abdomen, perkusi timpani. Pemeriksaan pada ekstremitas,
yang pertama nadi radialis atau pergelangan 100 kali per menit, tidak terdapat
edema pada ekstremitas atas dan bawah, kekuatan otot kuat, capillary refill
time (CRT) kurang dari 3 detik, tidak ada kelainan bentuk tangan. Yang
kedua inferior atau bagian ekstremitas bawah, tidak ada kelainan, tidak ada
edema, akral hangat, kekuatan otot kuat. Pemeriksaan laboratorium di
dapatkan hasil leukosit (WBC) 14.800µl. Analisa data yang dilakukan pada
tanggal 4 april 2022 jam 15.00 WIB mengidentifikasi satu diagnosa
keperawatan.

B. Diagnosis Keperawatan

Setelah dilakukan pemeriksan fisik di dapatkan data subjektif dan objektif


untuk mengangkat diagnosa keperawatan. Terdapat tiga diagnosa yang
diangkat yaitu Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
akumulasi sekret pada jalan nafas, gangguan pola tidur berhubungan dengan
obtrubsi jalan nafas, ,Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan.
67

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi sekret


pada jalan nafas Dengan diagnose subjektif data subyektif ibu klien
mengatakan bahwa anaknya batuk berdahak dan terjadi terus menerus kurang
lebih 2 minggu. Data obyektif pernafasan 32 kali per menit, klien Nampak
batuk terus - menerus , terdapat nafas cuping hidung, klien Nampak beringus,
pada pemeriksaan auskultasi paru terdapat ronchi. Diagnose ke dua diangkat
gangguan pola tidur berhubungan dengan obtrubsi jalan nafas Ditandai
dengan data subjektif ibu klien mengatakan klien kesulitan tidur pada malam
hari dank lien serimg terbangun pada malam hari saat batuknya muncul.serta
data objektifnya klien Nampak pucat dan lemas terutama pada pagi hari.
Diagnosa ketiga diangkat ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
di tandai dengan data subjektif ibu klien mengatakan tidak mengetahui
tentang penyakit anaknya ibu klien Nampak kwatir dengan kondisi anaknya
sehigga ibu klien terus bertanya tentang kondisi anaknya, klien selalu
menngis saat perawat masuk kedalam ruangan dan saat perawat melakukan
tindakan. Dan diagnose utama yang diangkat iyalah ketidakefektifan bersihan
jalan nafas karena dilihat dari masalah prioritas dimana bersihan pada jalan
nafas harus lebih diutamakan setelah diagnose prioritas teratasi maka
diagnose yang lain dapat pula teratasi.anak nampak batuk dan pilek, klien
bernafas cepat.
Problem ketidakefektifan bersihan jalan nafas etiologi mukus berlebihan.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus berlebihan
ditandai dengan data subyektif ibu klien mengatakan bahwa anaknya batuk
berdahak, sesak nafas dan terjadi terus menerus kurang lebih 2 minggu .
Sedangkan untuk data obyektif didapatkan data pernafasan 32 kali per menit,
klien nampak terengah-engah, terdapat nafas cuping hidung, klien Nampak
beringus pada pemeriksaan auskultasi paru terdapat ronchi, anak nampak
batuk dan pilek, klien bernafas cepat.

C. Intervensi keperawatan

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus berlebihan


dilakukan intervensi atau rencana tindakan keperawatan yaitu. Tujuan
68

keperawatan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali


kunjungan diharapkan masalah bersihan jalan nafas teratasi dengan kriteria
hasil klien bernafas normal, tidak terdapat nafas cuping hidung, pernafasan
dalam batas normal, berkurangnya produksi secret, dan klien tidak batuk dan
pilek. Ada bebrapa tindakan yang akan dilakukan diantaranya auskultasi suara
nafas tambahan,posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi,lakukan
fisioterapi dada bila perlu dan keluarkan secret dengan batuk atu
suction.Tetapi yang paling utama dilakukan dalam hal tindakan mandiri
seorang perawat dalam pemberian tindakan nonfarmakologik pada pasien
dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah memberikan
fisioterapi dada dengan batuk efektif.dan memposisikan pasien.

Adapun tujuan dari tindakan ini di harapkan secret seperti dahak atau sputum
dapat encer dan dapat di keluarkan dengan mudah sehingga tidak ada
hambatan pola nafas. Hal ini sejalan dengan penelitian Agustin, (2019)
mengatakan bahwa salah satu tindakan keperawatan untuk ketidakefektifan
bersihan jalan nafas adalah pemberian latihan batuk efektif dan tarik nafas
dalam. Intervensi ini juga selaras dengan penelitian dari Putri Yunanda Pratiwi
& Eka Adimayanti, (2021) tentang pemberian terapi dada seperti batuk efektif
dapat dilakukan pada pasien dengan ketidakefektifan pola nafas.tetapi pada
kenyataannya di rumah sakit belum sepenuhnya dilakukan pemberian batuk
efektif ini tindakan yang lebih di utamakan adalah tindakan kolaborasi
pemberian nebulizer.

D. Implementasi keperawatan

Tindakan keperawatan yang penulis lakukan pada tanggal 4 april 2022 pukul
15.00 WIB adalah. mengkaji tanda-tanda vital dan mengauskultasi bunyi
napas di dapatkan hasil klien masih dalam kondisi respirasi 32 klali permenit,
nadi 100 kali permenit 37,5 ºc, terdengar suara ronchi. Memberikan pasien
untuk posisi yang nyaman dengan posisi semi fowler hasil yang didapat klien
merasa nyaman saat diberikan posisi semi fowler.. meningkatkan masukan
cairan dengan memberi air hangat tindakan ini didapatkan dengan hasil klien
mau minum air hangat dan setelah klien minum batuknya menjadi mudah
69

dikeluarkan lalu mendorong atau bantu latihan napas dalam atau batuk efektif
hasil yang di dapat yaitu klien belum mampu melakukan batuk efektif pada
hari pertama setalah diajarkan.

Tindakan keperawatan yang penulis lakukan pada tanggal 5 april 2022 pukul
21.00 WIB adalah. mengkaji tanda-tanda vital dan mengauskultasi bunyi
napas di dapatkan hasil klien masih dalam kondisi respirasi 30 klali permenit,
nadi 100 kali permenit 37,5 ºc, terdengar suara ronchi tetapi sudah mulai
mengecil . Memberikan pasien untuk posisi yang nyaman dengan posisi semi
fowler hasil yang didapat klien merasa nyaman saat diberikan posisi semi
fowler, meningkatkan masukan cairan dengan memberi air hangat tindakan
ini didapatkan dengan hasil klien mau minum air hangat dan setelah klien
minum batuknya menjadi mudah dikeluarkan lalu mendorong atau bantu
latihan napas dalam atau batuk efektif hasil yang di dapat yaitu klien sudah
mampu melakukan batuk efektif pada hari kedua setalah diajarkan dan secret
di keluarkan dengan mudah. Dan mengkolaborasikan dalam pemberian obat
dan humidifikasi, seperti nebulizer dengan hasil pemberian nebulizer dengan
combiven 1 ampul pada pagi hari dan sore hari.

Tindakan keperawatan yang penulis lakukan pada tanggal 6 april 2022 pukul
07.00 WIB adalah. mengkaji tanda-tanda vital dan mengauskultasi bunyi
napas di dapatkan hasil klien dalam kondisi respirasi 28 kali permenit, nadi
110 kali permenit 37,0 ºc, tidak terdengar suara ronchi. Memberikan pasien
untuk posisi yang nyaman dengan posisi semi fowler hasil klien sdah nyaman
baik itu berbaring maupun duduk, meningkatkan masukan cairan dengan
memberi air hangat tindakan ini didapatkan dengan hasil klien mau minum air
hangat dan setelah klien minum batuknya menjadi mudah dikeluarkan lalu
mendorong atau bantu latihan napas dalam atau batuk efektif hasil yang di
dapat yaitu klien sudah mampu melakukan batuk efektif dengan bantuan ibu
klien dan hasilnya klien lebih mudah dalam mengeluarkan sputum Dan
mengkolaborasikan dalam pemberian obat dan humidifikasi, seperti
nebulizer dengan hasil pemberian nebulizer dengan combiven 1 ampul pada
pagi hari dan sore hari untuk lebih meningkatkan dan memaksimalkan
pengeluaran secret.
70

E. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada ketidakefektifan bersihan jalan


nafas pada hari pertama tanggal 4 april 2022, dievaluasi dengan hasil data
subjek ibu klien mengatakan anaknya masih batuk berdahak kesulitan
bernafas dan beringus. Data objektif klien masih Nampak batuk – batuk
dengan frekuensi sering, masih terdengan suara ronchi dan wheezing,
respirasi 32 kali permenit, nadi 100 kali permenit, suhu 37,5ºc sehingga klien
Nampak beringus sehingga masalah pada klien belum teratasi.

pada hari kedua tanggal 5 april 2022, dievaluasi dengan hasil data subjek ibu
klien mengatakan anaknya masih batuk berdahak klien tidak lagi terlalu sesak
dan beringus. Data objektif klien masih Nampak batuk – batuk dengan
frekuensi tidak seserig hari pertama , masih terdengar suara ronchi namun
berkurang , respirasi 30 kali permenit, nadi 100 kali permenit, suhu 37,5ºc
klien Nampak beringus sehingga masalah pada klien teratasi sebagian.

pada hari ketiga tanggal 6 april 2022, dievaluasi dengan hasil data subjek ibu
klien mengatakan anaknya masih batuk berdahak klien tidak lagi sesak
beringus. Data objektif klien masih Nampak batuk – batuk dengan frekuensi
tidak seserig hari pertama , tidak terdengar suara ronchi, respirasi 28 kali
permenit, nadi 110 kali permenit, suhu 37,0ºc klien Nampak beringus
sehingga masalah pada klien teratasi sebagian . Berdasarkan hal diatas maka
dapat di simpulkan bahwa tindakan keperawatan seperti Berikan pasien
untuk posisi yang nyaman dengan posisi semi fowler, Pertahankan
lingkungan yang nyaman,tingkatkan masukan cairan dengan memberi air
hangat, dorong atau bantu latihan napas dalam atau batuk efektif dapat
mengatasi ketidak efektifan bersihan jalan nafas yang di tandai dengan
kuranya tanda – tanda dari ketidakefektifan bersihan jalan nafas seperti jalan
nafas paten, tidak ada suara nafas tambahan dan secret mudah dikeluarkan
dengan demikian cukup efektif dalam mengatasi ketidakefektifan bersihan
jalan nafas. Tetapi pada kenyataan dilapangan tindakan ini jarang dilakukan
secara langsung bagi semua klien dengan diagnosa bersihan jalan nafas
sebagai tindakan mandiri perawat. Jika tindakan ini dilakukan pun terkadang
71

tidak sesuai dengan SOP pelaksanaan batuk efektif. Yang lebih diutamakan
ialah tindakan kolaborasi pemberian obat – obat inhalasi dengan nebulizer.
72

BAB V
PENUTUP

Pada bab ini dijelaskan tentang kesimpulan dari hasil Karya Tulis Ilmiah yang
sudah dilakukan dan saran yang perlu diberikan kepada pihak yang terkait. Secara
rinci dijelaskan sebagai berikut:
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil asuhan keperawatan dan pembahasan yang telah dilakukan


dan diuraikan di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa hasil
dari asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada An. I dengan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus berlebihan,
pemberian tindakan keperawatan mandiri atau tindakan nonfarmakologik
Hal ini terbukti pada evaluasi yang dilakukan pada tanggal 7 April 2022
cukup efektif teratasi dikarenakan terdapat perkembangan yang beransur
membaik.
B. Saran

Berdasarkan hasil asuhan keperawatan dan Karya Tulis Ilmiah ini, maka
penulis dapat memberikan beberapa saran kepada pihak yang terkait, antara
lain:
1. Bagi Orang Tua Pasien
Hasil Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menjadi terapi pilihan yang
dapat dilakukan oleh orang tua pasien yang memiliki anak dengan masalah
ketidakefektifan berishan jalan nafas dengan cara melakukan tindakan
tersebut apabila anak mengalami batuk pilek dan menjadikan terapi
tersebut menjadi terapi alternatif tindakan non farmakologi dalam
menurunkan batuk pilek.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
73

Diharapkan hasil Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi tindakan


keperawatan pada pasien dengan melakukan tindakan nonfarmakologis
pada masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas dengan cara
memasukkan kegiatan tersebut dalam perencanaan proses asuhan
keperawatan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menjadi ilmu keperawatan
pediatrik yang mempelajari tentang asuhan keperawatan anak dengan
diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif sehingga hasil ini
dapat di jadikan referensi dalam penanganan batuk pilek pada anak.
4. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Hasil ini di harapkan dapat menjadi pembelajaran keilmuan tentang
penanganan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif pada anak.
5. Bagi Masyarakat
Hasil Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan menjadi bahan alternatif untuk
masyarakat dalam penentuan penanganan non farmakologi dalam
mengatasi bersihan jalan nafas tidak efektif pada kasus batuk dan pilek.
74

DAFTAR PUSTAKA

Agustin. (2019). Aplikasi Teknik Nafas Dalam Dan Batuk Efektif Terhadap
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada Anak Dengan Ispa. Naskah
Publikasi, 4–11.
Annas, R. S. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Kebiasaan Merokok
Anggota Keluarga dengan Kejadian ISPA di Puskesmas Kamanre
Kecamatan Kamanre Kabupaten Luwu. Jurnal Kesehatan Luwu Raya,
07(01), 7–12.
Cania, H., A, D., Ndhini, & Jaji. (2020). Pengaruh teknik perkusi dan vibrasi
terhadap pengeluaransputum pada balita dengan ispa di puskesmas
indralaya. 1(2), 4–9.
Erma Zatwiga Puspitaning Tyas Acute. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Anak
Yang Mengalami Ispa Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas.
Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang Mengalami Ispa Dengan
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas, 4.
Lestari, andi suci indah, Rahim, R., & Sakinah, andi irhamnia. (2022).
Humantech Jurnal Ilmiah Multi Disiplin Indonesia. 2(1), 163–173.
https://katadata.co.id/berita/2020/01/06/baru-83-peserta-bpjs-kesehatan-per-
akhir-2019-
Pratiwi, Fahrurazi, S. L. ana, Aquarista, H., & Febriaza, M. (2021). Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ispa Di Wilayah Kerja Puskesmas
Perawatan Satui Tahun 2021 ,. 14.
Putri Yunanda Pratiwi, & Eka Adimayanti. (2021). Pengelolaan Bersihan Jalan
Napas Tidak Efektif pada Anak dengan ISPA di Desa Kebondowo
Banyubiru. Journal of Holistics and Health Science, 3(2), 132–142.
https://doi.org/10.35473/jhhs.v3i2.101
Rahmawati, L. (2017). Upaya Meningkatkan Bersihan Jalan Napas Pada Anak
Dengan Ispa. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Tyas, & Puspitaning, E. Z. (2017). asuhan keperawatan pada anak yang
mengalami ISPA dengan ketidak efektifan bersihan jalan nafas di ruang
75

anak RSUD Banggil pasuruan. 10.

Hasani, A. (2018). Pengaruh Teknik Nafas Dalam dan Batuk Efektif Terhadap
Bersihan Jalan Nafas. Akper Intan Martapura.
Wulandari, D., & Erawati, M. (2016). Buku Ajar Keperawatan Anak (1st ed.).
Yogyakarta:PustakaPelajar.

Anda mungkin juga menyukai