Anda di halaman 1dari 60

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.

K DENGAN
DIAGNOSA MEDIS OSTEOARTHITIS GENU DEXTRA DI MALEER V
diajukan untuk memenuhi tugas profesi ners stase keperawatan gerontik

Dosen Pembimbing:
Yayat Hidayat, S.Kep., Ners., M.Kep

disusun oleh
Hilma Halimatusy Syfa
NIM. 402019049

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan asuhan keperawatan
ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Gerontik Ny. K dengan Diagnosa Medis
Osteoarthitis Genu Dextra di Maleer V”. Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada nabi kita, Nabi Muhammad SAW, karena berkat suri tauladan
beliau, mengantarkan kita semua dari jalan yang gelap gulita menuju ke jalan
yang terang benderang seperti saat ini. Tujuan dari pembuatan Laporan ini untuk
memenuhi tugas stase keperawatan gerontik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Laporan asuhan
keperawatan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak dan nantinya akan digunakan untuk
perbaikan di masa mendatang

Bandung, 14 Juli 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI.........................................................................................................................3
2.1. Konsep teori.....................................................................................................................3
2.1.1. Definisi......................................................................................................................3
2.3.1. etode Penelusuran Bukti.......................................................................................18
2.3.2. Rumusan Masalah.................................................................................................18
2.3.3. VIA..........................................................................................................................22
BAB III..........................................................................................................................................28
ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................................28
3.1. Pengkajian.....................................................................................................................28
3.2. Diagnosa keperawatan..................................................................................................42
3.3. Intervensi.......................................................................................................................42
3.4. Implementasi.................................................................................................................44
3.5. Evaluasi..........................................................................................................................47
BAB IV..........................................................................................................................................50
PEMBAHASAN............................................................................................................................50
4.1. Pengkajian.....................................................................................................................50
BAB V...........................................................................................................................................53
KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................................53
5.1. Kesimpulan....................................................................................................................53
5.2. Saran..............................................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................55
2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Osteoarthritis merupakan suatu penyakit degeneratif pada persendian yang disebabkan oleh
beberapa faktor. Penyakit ini mempunyai karateristik berupa terjadinya kerusakan pada kartilago
(tulang rawan sendi). Kartilago merupakan suatu jaringan keras bersifat licin yang melingkupi
sekitar bagian akhir tulang keras di dalam persendian. Jaringan ini berfungsi sebagai penghalus
gerakan antar tulang dan sebagai peredam (shock absorber) pada saat persendian melakukan
aktivitas atau gerakan. Gejala osteoarthritis bersifat progresif, dimana keluhan terjadi perlahan-
lahan dan lama-kelamaan akan memburuk (Helmi, 2012). Osteoarthritis merupakan penyakit
sendi menahun yang ditandai adanya kemunduran tulang rawan sendi dan tulang di dekatnya,
disertai pembentukan tulang baru dan jaringan lunak didalam dan sekitar sendi yang
bersangkutan. Osteoarthritis dapat menyebabkan patahnya bantalan tulang rawan yang menjadi
bantalan tulang secara keseluruhan. Osteoarthritis terjadi karena proses perbaikan sendi tidak
mampu mengimbangi kerusakan yang terjadi. Penyakit ini biasanya menyerang sendi-sendi yang
menahan berat badan dan sering digunakan, seperti kaki, lutut, pangkal paha, dan jari tangan.
Osteoarthritis dapat menyerangpria maupun wanita. Di bawah usia 45 tahun OA lebih banyak
menyerang pria, dan di atas 55 lebih banyak wanita yang terserang (Sasongko, 2011).
1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan Asuhan Keperawatan gerontik dengan pasien Osteoarthitis pada
Ny. K
2. Tujuan Khusus
Tujuan dalam penulisan ini adalah diperolehnya gambaran asuhan keperawatan
yang meliputi:
1.Melakukan identifikasi masalah pada Ny. K dengan Osteoarthitis
2.Merumuskan diagnosa keperawatan terkait masalah keperawatan yang dialami
Ny. K dengan Osteoarthitis
3.Menyusun perencanaan asuhan keperawatan pada Ny. K dengan Osteoarthitis

2
3

4.Melakukan pelaksanaan asuhan keperawatan terkait masalah keperawatan pada


Ny. K dengan Osteoarthitis
5.Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada Ny. K dengan Osteoarthitis

3
4

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Konsep teori
2.1.1. Definisi
Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak (Price dan
Wilson, 2013). Disebut juga penyakit sendi degeneratif, merupakan ganguan
sendi yang tersering. Kelainan ini sering menjadi bagian dari proses penuaan dan
merupakan penyebab penting cacat fisik pada orang berusia di atas 65 tahun
(Robbins, 2007). Sendi yang paling sering terserang oleh osteoarthritis adalah
sendi-sendi yang harus memikul beban tubuh, antara lain lutut, panggul, vertebra
lumbal dan sevikal, dan sendi-sendi pada jari (Price dan Wilson, 2013). Penyakit
ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh
adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru
pada permukaan persendian. Osteoarthritis adalah bentuk arthritis yang paling
umum, dengan jumlah pasiennya sedikit melampaui separuh jumlah pasien
arthritis. Gangguan ini sedikit lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki
(Price dan Wilson, 2013). Hal yang sama juga ditemukan dalam penelitian Zhang
Fu-qiang et al. (2009) di Fuzhou yang menunjukkan peningkatan prevalensi lebih
9 tinggi pada perempuan jika dibandingkan dengan laki-laki yaitu sebesar
35,87%.
2.1.2. Etiologi
a. Umur.

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan


adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin
meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah
pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur
diatas 60 tahun. Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan
bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan
endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.

b. Jenis Kelamin.
5

Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama
pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih
banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis osteoartritis.

c. Genetic

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada


ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang
distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut,
dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering
dari pada ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya
ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis,
sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.

d. Suku.

Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya


terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya
osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia
dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang – orang
Amerika asli dari pada orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan
dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan
kongenital dan pertumbuhan.

e. Kegemukan

Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko


untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria.
Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi
yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan
atau sternoklavikula).
6

f. Cedera sendi, pekerjaan dan olah raga (trauma)


Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi
tersebut.
g. Kepadatan tulang dan pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan
sendi melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi
karena bahan yang harus dikandungnya.
h. Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh
membran sinovial dan sel-sel radang.

i. Joint Mallignment

Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan


sendi akan membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil /
seimbang sehingga mempercepat proses degenerasi.

j. Penyakit endokrin

Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan


yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat
fisik rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes
melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun.

k. Deposit pada rawan sendi

Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat


mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal
monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.

2.1.3. Tanda dan gejala


1) Nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah
apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.
7

2) Kekakuan dan keterbatasan gerak


Biasanya akan berlangsung 15 - 30 menit dan timbul setelah
istirahat atau saat memulai kegiatan fisik.
3) Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan
dalam ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan dan
peregangan simpai sendi yang semua ini akan menimbulkan
rasa nyeri.
4) Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas
lama dan akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada
hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana
rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya berlokasi pada
sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada
osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong
sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu
dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.
5) Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena
pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas
tanpa adanya pemerahan.
6) Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendoi
7) Gangguan Fungsi
Timbul akibat ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi
2.1.4. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang,
dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan
sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan
tulang baru pada bagian tepi sendi. Osteoarthritis dapat dianggap sebagai hasil
akhir banyak proses patologi yang menyatu menjadi suatu predisposisi
penyakit yang menyeluruh. Osteoarthritis mengenai kartiloago artikuler,
tulang subkondrium ( lempeng tulang yang menyangga kartilago artikuler)
serta sinovium dan menyebabkan keadaan campuran dari proses degenerasi,
inflamasi, serta perbaikan. Proses degeneratif dasar dalam sendi telah
berkembang luas hingga sudah berada diluar pandangan bahwa penyakit
tersebut hanya semata-mata proses “aus akibat pemakaian” yang berhubungan
dengan penuaaan.
8

Faktor resiko bagi osteoarthritis mencakup usia, jenis kelamin wanita,


predisposisi genetic, obesitas, stress mekanik sendi,trauma sendi, kelainan
sendi atau tulang yang dialami sebelumnya, dan riwayat penyakit inflamasi,
endokrin serta metabolik. Unsur herediter osteoarthritis yang dikenal sebagai
nodal generalized osteoarthritis ( yang mengenal tiga atau lebih
kelompoksendi) telah dikomfirmasikan. Tipe osteoarthritis ini meliputi proses
inflamasi primer. Wanita pascamenopause dalam keluarga yang sama ternyata
memiliki tipe osteoarthritis pada tangan yang ditandai dengan timbulnya
nodus pada sendi interfalang distal dan proksimal tangan.
Gangguan congenital dan perkembangan pada koksa sudah diketahui benar
sebagai predisposisi dalam diri seseorang untuk mengalami osteartritis koksa.
Gangguan ini mencakup sublokasi-dislokasi congenital sendi koksa,displasia,
asetabulum, penyakit Legg-Calve-Perthes dan pergeseran epifise kaput
femoris. Obesitas memiliki kaitan dengan osteoarthritis sendi lutut pada
wanita. Meskipun keadaan ini mungkin terjadi akibat stress mekanik
tambahan, dan ketidaksejajaran sendi lulut terhadap bagian tubuh lainnya
karena diameter paha, namun obesitas dapat memberikan efek metabolik
langsung pada kartilago. Secara mekanis,obesitas dianggap meningkatkan
gaya sendi dan arena itu menyebabkan generasi kartilago. Teori faktor
metabolik yang berkaitan dengan dan menyebabkan osteoarthritis. Obesitas
akan disertai dengan peningkatan masa tulang subkondrium yang dapat
menimbulkan kekakuan pada tulang sehingga menjadi kurang lentur terhadap
dampak beban muatan yang akan mentrasmisikan lebih besar gaya pada
kartilago artikuler yang melapisi atasnya dan dengan demikian memuat tulang
tersebut lebih rentan terhadap cidera. Faktor-faktor mekanis seperti trauma
sendi, aktivitas olahraga dan pekerjaan juga turut terlibat. Factor-faktor ini
mencakup kerusakan pada ligamentum krusiatum dan robekan menikus,
aktivitas fisik yang berat dan kebiasaan sering berlutut.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang
merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali
oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan
9

dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling


kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling
sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti
panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan
proksimasi.

Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan.


Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan
penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-
peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital
dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada
kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur
ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya
mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi
tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki
kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus. ( Soeparman ,1995)

2.1.5. Pemeriksaan penunjang


1) Sinar – X
Gambar sinar x pada engsel akan menunjukkan perubahan yang terjadi
pada pecahnya tulang rawan
2) Tes Darah
Tes darah akan membantu memberi informasi untuk memeriksa rematik
3) Analisa Cairan Engsel
Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada engsel untuk
kemudian diketahui apakah nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh encok
atau infeksi
4) Artroskopo
Artroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan engsel
tulang. Dokter akan mengamati ketidaknormalan yang terjadi.

5) Foto Rontgent
menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai
penyempitan rongga sendi
6) Serologi dan cairan sinovial dalam batas
2.1.6. Penatalaksanaan
10

l. Medikamentosa

Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk
osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang
diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas
dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid
(OAINS) bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis,
meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis
osteoartritis.

a. Analgesic yang dapatdipakai adalah asetaminofen dosis 2,6-4,9 g/hari atau


profoksifen HCL. Asam salisilat juga cukup efektif namun perhatikan efek
samping pada saluran cerna dan ginjal
b. Jika tidak berpengaruh, atau tidak dapat peradangan maka OAINS seperti
fenofrofin, piroksikam,ibuprofen dapat digunakan. Dosis untuk
osteoarthritis biasanya ½-1/3 dosis penuh untuk arthritis rematoid. Karena
pemakaian biasanya untuk jangka panjang, efek samping utama
adalahganggauan mukosa lambung dan gangguan faal ginjal.
c. Injeksi cortisone.
Dokter akan menyuntikkan cortocosteroid pada engsel yang mempu
mengurangi nyeri/ngilu.
d. Suplementasi-visco.
Tindakan ini berupa injeksi turunan asam hyluronik yang akan
mengurangi nyeri pada pangkal tulang. Tindakan ini hanya dilakukan jika
osteoarhtritis pada lutut.
2. . Perlindungan sendi

Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh


yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi
yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan
kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena
kakai yang tertekuk (pronatio).

3. Diet
11

Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk


harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat
badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.

4. Dukungan psikososial

Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya


yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu
pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain
dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis
sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-
faktor psikologis.

5. Persoalan Seksual

Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada


tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus
dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.

6. Fisioterapi

Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang


meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat.
Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk
mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif
sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum
pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator,
bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari
pancuran panas. Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak
sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi
osteoartritis. Latihan isometrik lebih baik dari pada isotonik karena
mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang
timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke
sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular
12

memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban,


maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.

7. Operasi

Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan


kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan
fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi
ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk
menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.

a.         Penggantian engsel (artroplasti).


Engsel yang rusak akan diangkat dan diganti dengan alat yang terbuat
dari plastik atau metal yang disebut prostesis.
b.        Pembersihan sambungan (debridemen).
Dokter bedah tulang akan mengangkat serpihan tulang rawan yang
rusak dan mengganggu pergerakan yang menyebabkan nyeri saat tulang
bergerak.
c. Penataan tulang.
Opsi ini diambil untuk osteoatritis pada anak dan remaja. Penataan
dilakukan agar sambungan/engsel tidak menerima beban saat bergerak.

8. Terapi konservatif mencakup penggunaan kompres hangat, penurunan


berat badan, upaya untuk menhistirahatkan sendi serta menghindari
penggunaan sendi yang berlebihan pemakaian alat-alat ortotail. Untuk
menyangga sendi yang mengalami inflamasi ( bidai penopang) dan
latihan isometric serta postural. Terapi okupasioanl dan fisioterapi dapat
membantu pasien untuk mengadopsi strategi penangan mandiri.

2.2. Konsep asuhan keperawatan


2.2.1. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan
pekerjaan.
2. Keluhan Utama
13

Keluhan utama yang menonjol pada pasien osteoarthitis adalah


nyeri dan terjadi peradangan sehingga dapat menggangu aktivitas.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat
dari nyerinya umumnya seperti pegal/di tusuk-tusuk/panas/di tarik-
tarik dan nyeri yang dirasakan terus menerus atau pada saat
bergerak, terdapat kekakuan sendi, keluhan biasanya dirasakan
sejak lama dan sampai menggangu pergerakan dan pada pasien
osteoarthitis kronis didapakan benjolan atau tofi pada sendi atau
jaringan sekitar.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien, apakah keluhan
penyakit pasien osteoarthitis sudah diderita sejak lama dan apakah
mendapat pertolongan sebelumnya dan umumnya pasien pasien
osteoarthitis disertai dengan Hipertensi.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji adakah riwayat pasien osteoarthitis dalam keluarga.
6. Riwayat Psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan
penyakit klien dalam lingkungannya. Respon yang didapat meliputi
adanya kecemasan individu dengan rentan variasi tingkat
kecemasan yang berbeda dan berhubungan erat dengan adanya
sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat respon nyeri dan
kurang pengetahuan akan program pengobatan dan perjalanan
penyakit. Adanya 32 perubahan aktivitas fisik akibat adanya nyeri
dan hambatan mobilitas fisik memberikan respon terhadap konsep
diri yang maladaptif.
7. Riwayat Nutrisi
Kaji riwayat nutisi pasien, apakah pasien sering menkonsumsi
makanan yang mengandung tinggi Purin.
8. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
dari ujung rambut hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan
fisik pada daerah sendi dilakukan dengan inspeksi dan palpasi.
Inspeksi yaitu melihat dan mengamati daerah keluhan klien seperti
kulit, daerah sendi, bentuknya dan posisi saat bergerak dan saat
diam. Palpasi yaitu meraba daerah nyeri pada kulit apakah terdapat
kelainan seperti benjolan dan merasakan suhu di daerah sendi dan
anjurkan klien melakukan pergerakan yaitu klien melakukan
beberapa gerakan bandingkan antara kiri dan kanan serta lihat
apakah gerakan tersebut aktif, pasif atau abnormal.
9. Pemeriksaan Diagnosis
(1) Sel darah putih dan laju endap darah meningkat (selama fase
akut).
(2) Pada aspirasi cairan sendi ditemukancairan senofial berkurang
(3) Pemeriksaan Radiologi
14

2.2.2. Diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat
dan pasti tentang status dan masalah kesehatan klien yang dapat
diatasi dengan tindakan keperawatan. Dengan demikian, diagnosis
keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan.
Diagnosis keperawatan akan memberikan gambaran tentang
masalah dan status kesehatan, baik yang nyata (aktual) maupun
yang mungkin terjadi (potensial) (Iqbal dkk, 2011 dalam Hidayah,
2019).
Menurut NANDA (2015) diagnosa yang dapat muncul pada klien
Gout Arthritis yang telah disesuaikan dengan SDKI (2017) adalah:
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (D.0077).
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian
(D.0054).
3) Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130).
4) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait
penyakit (D.0074).
5) Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan kelebihan
cairan (peradangan kronik akibat adanya kristal urat) (D.0129).
6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada persendian
(D. 0055).
2.2.3. Intervensi
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah
sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan
tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien
Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi
keperawatan hasil
Nyeri akut Setelah dilakukan 1) Lakukan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pengkajian nyeri
agen cedera biologis diharapkan nyeri hilang secara
atau terkontrol dengan komprehensif
kriteria hasil : termasuk lokasi,
1) Melaporkan Bahwa karakteristik,
Nyeri Berkurang durasi, frekuensi
Dengan Mengguna Kan dan kualitas
Manajemen Nyeri. nyeri.
2) Mampu Mengenali 2) Pantau kadar
Nyeri (Skala, asam urat.
Intensitas, Frekuensi 3) Observasi reaksi
Dan Tanda Nyeri). nonverbal dari
3) Menyatakan Rasa ketidaknyamana
Nyaman Setelah Nyeri n.
Berkurang. 4) Ajarkan teknik
non farmakologi
rileksasi napas
15

Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi


keperawatan hasil
dalam.
5) Posisikan klien
agar merasa
nyaman,
misalnya sendi
yang nyeri
diistarahatkan
dan diberikan
bantalan.
6) Kaloborasi
dengan dokter
jika ada keluhan
dan tindakan
nyeri yang tidak
berhasil.
Ganggua Setelah 1) Monitor
n dilakukan vital sign
mobilita asuhan sebelum
s fisik keperawatan dan sesudah
berhubu diharapkan Latihan
ngan klien 2) Kaji tingkat
dengan mampu mobilisasi
nyeri melakukan klien
persendi rentan gerak 3) Bantu klien
an aktif dan untuk
ambulasi melakukan
secara rentan gerak
perlahan aktif
dengan maupun
kriteria hasil rentan gerak
: pasif pada
1) Klien sendi.
meningk 4) Lakukan
at dalam ambulasi
aktivitas dengan alat
fisik bantu
2) Mengerti 5) Latih klien
tujuan dalam
dari pemenuhan
peningka kebutuhan
tan ADLs
mobilisa secara
si mandiri
3) Memper sesuai
16

Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi


keperawatan hasil
agakan kemampuan
penggun 6) Motivasi
aan alat klien untuk
bantu meningkatk
an Kembali
aktivitas
yang
normal ,
jika
bengkak
dan nyeri
telah
berkurang.
Hiperter Setelah 1) Monitor
mia dilakukan suhu tubuh
berhubu asuhan 2) Monitor
ngan keperawatan warna dan
dengan diharapkan suhu tubuh
proses suhu tubuh 3) Moitor
penyakit klien dalam tekanan
batas darah, nadi
normal dan
dengan pernafasan
kriteria hasil 4) Monitor
: intake dan
1) Suhu tubuh dalam output
rentan normal (36,5 5) Tingkatkan
C-37,5 C) intake cairan
2) Nadi dan dan nutrisi
pernafasan dalam 6) Selimuti
rentan normal klien
3) Tidak ada 7) Tingkatkan
perubahan warna sirkulasi
kulit dan tidak ada udara
pusing 8) Kompres
klien pada
lipat paha
dan aksila
9) Berikan
antipiretik
10) Kolaborasi
pemberian
cairan
intravena
17

Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi


keperawatan hasil
11)
Ganggua Setelah 1) Identifikasi
n rasa dilakukan tinngkat
nyaman asuhan kecemasan
berhubb keperawatan 2) Gunakan
ungan diharapkan pendekatan
dengan status yang
gejala kenyamanan menenangk
terkait meningkat an
penyakit dengan 3) Temani
kriteria hasil klien untuk
: memberika
1) Mampu mengontrol n keamanan
kecemasan dan
2) Status lingkungan mengurangi
yang nyaman takut
3) Dapat mengonntrol 4) Dengarkan
nyeri dengan
4) Kualitas istirahat penuh
tidur adekuat perhatian
5) Dorong
klien untuk
mengungka
pkan
perasaan,
ketakutan,
persepsi
6) Intruksikan
klien untuk
melakukan
Teknik
rileksasi
7) Kolaborasi
penggunaan
obat untuk
mngurangi
kecemasan.
Ganggua Setelah 1. Anjurkan
n dilakukan klien
integrita asuhan menggunak
s keperawatan an alas kaki
jaringan diharapkan yang lnggar
berhubu ketebalan 2. Jaga
ngan dan tekstur kebersihan
18

Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi


keperawatan hasil
dengan jaringan kulit agar
kelebiha normal tetao bersih
n cairan dengan dan kering
(peradan kritera 3. Monitor
gan hasil : aktivitas
kronik 1. Tidak ada tanda- dan
akibat tanda infeksi mobilisasi
adanya 2. Menunjukkan klien
kristal pemahaman dalam 4. Monitor
urat) proses perbaikan kulitakan
(D.0129) kulit dan mencegah adanya
. terjadinya cidera kemerahan
berulang 5. Monitor
status
nutrisi klien
6. Berikan
posisi yang
mengurangi
tekanan
pada luka
7. Ajarkan lien
tentang luka
dan
perawatan
luka.
Ganggua Setelah 1. Monitor dan
n pola dilakukan catat
tidur asuhan kebutuhan
berhubu keperawatan tidur klien
ngan diharapkan setiap hari
dengan jumlah jam dan jam
nyeri tidur klien 2. Determinasi
pada dalam batas efek-efek
persendi normal medikasi
an (D. dengn terhadap
0055). krtiteria pola tidur
hasil : 3. Jelaskan
1. Jumlah jam tidur pentingnya
dlam batas normal tidur yang
6-8 jam/hari adekuat
2. Pola tidur dan 4. Fasilitasi
kualitas tidur dalam untuk
batas normal memoertaha
3. Perasaan segar nkan
19

Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi


keperawatan hasil
setelah tidur dan aktivitas
istirahat sebelum
4. Mampu tidur
mengidentifikasi (membaca)
hai-hal yang 5. Ciptalak
meningkatkan tidur lingkungan
yang
nyaman
6. Diskusikan
dengan klien
tentang
Teknik tidur
klien.

2.2.4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry,
2011, dalam Hidayah, 2019).
2.2.5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil
akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan (Asmadi, 2008, dalam Hidayah 2019).

2.3. Jurnal

2.3.1. etode Penelusuran Bukti


Metode penelusuran jurnal ini berasal dari google scholar dengan
kata kunci bimbingan doa, cemas, preoperasi dengan mengambil rentang
2014-2020 dengan jumlah artikel yang muncul saat penelusuran sebanyak
234. Jurnal diakses pada tanggal 10 Juli 2020 dengan kata kunci yang
spesifik. Penulis memilih jurnal yang akan dianalisa yaitu tentang
pengaruh rendam kaki air garam hangat dan quantum touch terhadap
penurunan nyeri

2.3.2. Rumusan Masalah


1. P (Patient/Problem)
20

Pasien dengan keluhan nyeri sendi


2. I (Intervention)
Pemberian terapi rendam kaki air garam hangat
3. C (Comparisson)
Pemberian terapi quantum touch/healing touch
4. O (Outcome)
Tujuan yang dicari dalam telaah jurnal adalah
a. Mengetahui pengaruh rendam air garam untuk menurunkan
tingkat nyeri pada asam urat
b. Mengetahui perbandingan kompres air hangat dan rendam air
garam terhadap penurunan nyeri
c. Mengetahui pengaruh SSQ terhadap nyeri saat mika miki pada
pasien paska operasi
d. Mengetahui pengaruh self healing (healing touch) terhadap
penurunan sensari nyeri pasien post operasi

Jurnal (1) Jurnal (2) Jurnal (3) Jurnal (4)


Judul Pengaruh Pengaruh Perbandingan
Pengaruh Sentuhan Rendam Air Kompres Air
Self Healing Spiritual garam Hangat dengan
Terhadap Quantum Terhadap Rendam Air
Penurunan Terhadap Penurunan Garam Terhadap
Skala Nyeri Nyeri Saat
Tingkat Nyeri Penurunan Skala
Pasien Post Perubahan Pada Nyeri Penderita
OP Posisi Pada Penderita Arthitis Gout
Pasien Paska Gout di Desa
Operasi di
Toyoresmi
Ruang Kecamatan
Perawatan Gampengrojo
Intensif Kabupaten
Kediri
Nama Ahmad Ani Haryani, Anik Riyan Mulfianda,
penulis Redho, Yani F. Sri Nuridayanti Sarah Nidia
Sofiani, Susilaningsih,
Anwar Wardi Aat Sriati
21

Jurnal (1) Jurnal (2) Jurnal (3) Jurnal (4)


Warongan
Tahun 2019 2016 2017 2019
Keyword Self Healing, Biodeld, Tingkat Arthitis Gout,
Skala Nyeri, mobilisasi, Nyeri, Asam Numeric Ranting
Pasien Post nyeri paska Urat, Rendam Scale, Kompres
OP operasi, Air Garam Air Hangat,
sentuhan Rendam Air
spiritual Garam
quantum
Kriteria Pasien post Kesadaran Riwayat Pasien dengan
inklusi operasi, komposmenti mengkonsum penderita arthitis
pasien dalam s, berusia 17- si obat gout
keadaan 65 tahun, allupurinol,
sadar, pasien indikasi hasil lab asam
mengalami mobilisasi, urat tinggi
nyeri sedang pasien dengan
sampe pemberian
sedang, analgetik
pasien intermiten 2-3
berumur 12- kali dalam 24
65 tahun, jam
mampu
berkomusika
si secara
verbal
Kriteria Pasien tidak Tidak Tidak Tidak terfadapat
eklusi bersedia, terdapat terdapat kriteria eksluasi
pasien kriteria kriteria
dengan ekslusi ekslusi
fraktur di
ekstermitas
Metodelo Desain Desain Desain Pra Studi komparatif
gi penelitian penelitian eksperiment dengan twi grup
adalah quasi adalah quasi dengan one pretest posttest
eksperimen eksperimen grup pretest with control
pretest dan dengan one dan posttest grup. Sampel di
posttest. grup pre-post design ambil
design. menggunkan
Sampel Purposive
diambil Sampling
secara
22

Jurnal (1) Jurnal (2) Jurnal (3) Jurnal (4)


purposive
sampling.

Hasil sesi 1 Hasil Hasil uji statistik


Hasil didapatkan penelitian dengan uji
analisis penurunan didapatkan 13 independent
bivariate intensitas responden sample T-Test
menunjukkan nyeri (65,0 %) didapatkan ada
ada pengaruh secara mengalami perbedaan
yang bermakna penurunan kompres air
signifikan (p=0,001) tingkat nyeri hangat dan
antara Self sebesar 2,5 dan terdapat rendam air garam
healing skala pengaruh terhadap
dengan skala nyeri menjadi rendam air penurunan skala
nyeri pada 5,5. Pada garam nyeri pada
pasien post penilaian terhadap penderita arthritis
op dengan p intensitas penurunan gout P
value <0.05. nyeri setelah tingkat nyeri value=0,036.Dap
Disimpulkan intervensi pada at disimpulkan
self healing SSQ sesi 2 penderita bahwa terapi
dijadikan juga asam urat kompres air
sebagai salah didapatkan (Willcoxon, p hangat lebih
satu metode penurunan value 0,000 < efektif dari pada
non medikasi intensitas 0,05, maka terapi rendam air
untuk nyeri sebesar Ho di tolak). garam dalam
menurunkan 0,5 sehingga Kesimpulan menurunkan
skala nyeri intensitas dari nyeri arthitis gout
pada pasien nyeri kembali penelitian ini
post OP pada yaitu ada
nilai saat pengaruh
istirahat yaitu rendam air
5 (p=0,041). garam
terhadap
penurunan
tingkat nyeri
sebelum dan
sesudah
dilakukan
rendam air
garam.
23
24

2.3.3. VIA
A
No JUDUL V (VALIDITY) I (IMPORTANT)
(APPLICABILITY)
1. 1. Validitas Seleksi Penelitian ini penting Hasil penelitian ini
Pengaruh Self Menggunakan Kuasi untuk mengatasi nyeri dapat diterapkan
Healing Eksperimen dengan desain pada pasien post op karena tidak
Terhadap pretest dan posttest. Populasi memerlukan alat dan
Penurunan Skala dalam penelitian ini adalah bahan serta biaya
Nyeri Pasien semua pasien post operatif dalam
Post OP yang dirawat di RSUD pelaksanaannya.
Bangkinang Kabupaten Intervensi ini
Author : Kampar. Kritesia inklusi terdiri memerlukan
Ahmad Redho; dari pasien post operasi, pasien kesiapan dari tenaga
Yani Sofiani; dalam keadaan sadar, pasien kesehatan untuk
Anwar Wardi mengalami nyeri dengan skala memberikan edukasi
Warongan ringan sampe sedang, pasien kepada pasien cara
berumur 12-65 tahun, mampu melakukan quantum
Publikasi berkomunikasi secara verbal. touch yang benar
Jurnal Of Telenursing
(JOTING) Vol 1 No 1, Sedangkan kriteria eksklusi sesuai keluhan yg
2019
yaitu pasien tidak bersedia, dirasakan sehingga
e-ISSN 2684-8988 pasien dengan fraktur di keluarga dapat
ekstermitas melakukan secara
mandiri kepada
2. Validitas Informasi pasien. Sangat di
Tidak mencatumkan validitas sayangkan penlitian
informasi ini tidak terdapat
prosedur nya seperti
3. Validitas Pengontrolan apa
Perancu
Tidak terdapat perancu

4. Validitas Analisis
Hasil analisis bivariate
menunjukkan ada pengaruh yang
signifikan antara Self healing
dengan skala nyeri pada pasien
post op dengan p value <0.05.
Disimpulkan self healing
dijadikan sebagai salah metode
25

A
No JUDUL V (VALIDITY) I (IMPORTANT)
(APPLICABILITY)
non medikasi untuk menurunkan
skala nyeri pada pasien post op.
5. Validitas Eksterna
Tidak mencantumkan validitas
eksterna
2. Pengaruh 1. Validitas Seleksi Penelitian ini penting Hasil penelitian ini
Sentuhan Menggunakan pre untuk mengidentifikasi dapat diterapkan
Spiritual eksperimental one grup pengaruh spiritual karena tidak
quantum terhadap nyeri
Quantum pretest – posttest. Tehnik memerlukan alat dan
saat perubahan posisi
Terhadap Nyeri pengambilan data paska operasi di ruang bahan serta biaya
Saat Perubahan menggunakan purposive perawatan intensif. dalam
Posisi Pada sampling. Kriteria inklusi dan pelaksanaannya.
Pasien Paska eksklusi sudah dicantumkan. Intervensi ini
Operasi di Pada penelitian ini responden memerlukan
Ruang adalah kesadaran kompos kesiapan dari tenaga
Perawatan mentis, berusia 17-65 tahun, kesehatan untuk
Intensif dan indikasi imobilisasi dan memberikan edukasi
Author : pasien dengan terapi analgetik kepada pasien cara
Haryani, Ani; intermiten 2-3 kali dalam 24 melakukan quantum
Susilaningsih, F. jam. Tidak tercantum kriteria touch yang benar
Sri; Sriati, Aat eksklusi sesuai keluhan yg
dirasakan sehingga
2. Validitas Informasi keluarga dapat
Dilakukan pengukuran nyeri melakukan secara
Publikasi : pada saat istirahat, lalu pasien mandiri kepada
JKP, 2016 dimiringkan dan dinilai nyeri pasien.
Volume 4, No.3 saat dimiringkan. Pasien
dikembalikan pada posisi
terlentang dan dilakukan
intervensi SSQ selama 20
menit lalu kembali dimiringkan
dan dinilai intensitas nyeri nya.
Intervensi kedua dilakukan
setelah dua jam dari intervensi
pertama dengan prosedur yang
sama. Instrumen penelitian ini
menggunakan Numeric Scale
Ranting (NSR)
3. Validitas Pengontrolan
26

A
No JUDUL V (VALIDITY) I (IMPORTANT)
(APPLICABILITY)
Perancu
Tidak terdapat perancu

4. Validitas Analisis
Hasil penelitian menunjukkan
sesi 1 didapatkan penurunan
intensitas nyeri secara
bermakna (p=0,001) sebesar
2,5 skala nyeri menjadi 5,5.
Pada penilaian intensitas nyeri
setelah intervensi SSQ sesi 2
juga didapatkan penurunan
intensitas nyeri sebesar 0,5
sehingga intensitas nyeri
kembali pada nilai saat
istirahat yaitu 5 (p=0,041).

5. Validitas Eksterna
Menurut penelitian Kessous et
al (2012) menunjukkan
skor nyeri pada kedua
kelompok hamper seimbang,
sehingga tidak terdapat
perbedaan intensitas nyeri
pada 6 sampai dengan 24 jam
paska operasi

3. Pengaruh 1. Validitas Seleksi Penelitian ini sangat Hasil penelitian ini


Rendam Air Menggunakan pra eksperiment penting karena rendam dapat diterapkan
Garam Terhadap dengan one grup pretest kaki air garam mampu karena tidak
melancarkan sirkulasi
Penurunan posttest design. Papulasi dalam memerlukan alat dan
darah, membersihkan
Tingkat Nyeri penelitian ini semua penderita tubuh dari racun-racun, bahan serta biaya
Pada Penderita asam urat di Desa Toyoresmi. menumbuhkan rasa dalam
Gout di Desa Tidak mencamtumkan tehnik rileks, menurunkan pelaksanaannya.
Toyoresmi pengambilan sampel. Kriteria stress
Kecematan inklusi riwayat mengkonsumsi
Gampengrejo obat allopurinol dan hasil
Kabupaten laboratorium yang
27

A
No JUDUL V (VALIDITY) I (IMPORTANT)
(APPLICABILITY)
Kediri menunjukkan kadar asam urat
Author : tinggi. Tidak mencantumkan
Anik kriteria eksklusi
Nuridayanti
2. Validitas Informasi
Publikasi : Pada penelitian ini instrumen
JuKE Vol 1 No yang digunakan adalah lembar
2. 2017 observasi dengan skala VAS
(Visual Analog Scale) yaitu
untuk menilai skala nyeri pada
asam urat dengan cara
memberikan lembar observasi
kepada responden dan
menjelaskan tentang skala
nyeri 0-10

3. Validitas Pengontrolan
Perancu
Tidak terdapat perancu

4. Validitas Analisis
Hasil penelitian yaitu ada
pengaruh rendam air garam
terhadap penurunan tingkat
nyeri sebelum dan sesudah
dilakukan rendam air garam.

5. Validitas Eksterna
Tidak mencamtumkan
validitas eksterna

4. Perbandingan 1. Validitas Seleksi Penelitian ini penting Hasil penelitian ini


Kompres Air Studi komperatif dengan two karena rendam kaki air dapat diterapkan
Hangat dengan group pretest posttest with garam maupun kompres karena tidak
air hangat dapat
Rendam Air control grup design. Tehnik memerlukan alat dan
menurunkan nyeri
Garam terhadap pengambilan sampel karena keduanya bahan serta biaya
Penurunan Skala menggunakan purposive menyebabkan dalam
Nyeri Penderita sampling dengan 15 orang vasodilatasi pembuluh pelaksanaannya.
darah
28

A
No JUDUL V (VALIDITY) I (IMPORTANT)
(APPLICABILITY)
Arthitis Gout untuk kelompok perlakuan
Author : kompres air hangat dan 15
Riyan orang untuk kelompok
Mulfianda, perlakuan rendam air garam.
Sarah Nidia
Publikasi : 2. Validitas Informasi
SEMDI Instrument yang digunakan
UNAYA, Vol 2 untuk mengukur nyeri adalah
No 2. 2019 lembar Numeric Rating Scale
(NRS). Pengumpulan data
penelitian ini adalah observasi
eksperimental yaitu observasi
yang dilakukan pada hasil
perlakuan. Penelitian ini
dilakukan selama 1 Minggu
dengan cara wawancara skala
nyeri dengan pedoman lembar
penilaian skala Nyeri NRS.
Penilaianskala nyeri dilakukan
sebelum dan sesudah
perlakuan.Pada kelompok
perlakuan kompres air hangat
selama 15 menit dan pada
kelompok perlakuan rendam
air garam selama 15 menit.
3. Validitas Pengontrolan
Perancu
Tidak terdapat perancu

4. Validitas Analisis
Hasil penelitian menunjukkan
sesi 1 didapatkan penurunan
intensitas nyeri secara
bermakna (p=0,001) sebesar
2,5 skala nyeri menjadi 5,5.
Pada penilaian intensitas nyeri
setelah intervensi SSQ sesi 2
juga didapatkan penurunan
intensitas nyeri sebesar 0,5
29

A
No JUDUL V (VALIDITY) I (IMPORTANT)
(APPLICABILITY)
sehingga intensitas nyeri
kembali pada nilai saat
istirahat yaitu 5 (p=0,041).

5. Validitas Eksterna
Hasil uji statistik dengan uji
independent sample T-Test
didapatkan ada perbedaan
kompres air hangat dan
rendam air garam terhadap
penurunan skala nyeri pada
penderita arthritis gout P
value=0,036.Dapat
disimpulkan bahwa terapi
kompres air hangat lebih
efektif dari pada terapi rendam
air garam dalam menurunkan
nyeri arthitis gout

Keputusan klinis:
Dari keempat jurnal yang telah dianalisis, dapat disimpulkan bahwa dengan melakukan rendam
air jahe hangat efektif untuk menurunkan intensitas nyeri pada lansia dengan oasteoarthitis.
Rendam kaki air garam hangat garam hangat dapat mempercepat penyembuhan nyeri karena
garam berguna untuk membantu konsentrasi otak dan menjaga tubuh tidak terasa lemas, selain
itu rendam air garam hangat menyebabkan vadilatasi pada pembuluh darah, meningkatkan
metabolisme kapiler, meningkatkan metabolisme selular, merelaksasi ototm dan meningkatkan
aliran darah ke suatu area nyeri. Dan quantum touch dapat menghasilkan pengeluaran edorphin
dan enkefalin. Dimana hormon endorpin mempunyai peran yang merupakan subtansi atau
neurotransmitter menyerupai morfin yang dihasilkan tubuh secara alami. Keberadaan endorphin
pada sinap sel sel saraf mengakibatkan penurunan nyeri.
30

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
A. Karakteristik Demografi

1. Identitas Diri Klien

Nama Lengkap : Ny. K Pendidikan : SD


Terakhir
Tempat/tgl Lahir : Yogyakarta, 19/3/45 Diagnosa Medis : Osteoarthitis genu
dextra
Jenis Kelamin : Perempuan (Bila Ada)
Status Perkawinan : Menikah Alamat : Jl. Maleer V No.
259
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda, Jawa

2. Keluarga atau Orang Lain yang Penting/Dekat yang Dapat Dihubungi

 Nama : Tn. S

 Alamat : Komp. Margahayu Raya, Jl. Neptunus Timur I blok k2 no. 53

 No. Telepon : 08122157023

 Hubungan dengan Klien :Anak

3. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi

 Pekerjaan saat ini : Pensiunan/IRT

 Pekerjaan sebelumnya : Perawat

 Sumber pendapatan : Suami

 Kecukupan pendapatan : Cukup

4. Aktivitas Rekreasi

 Hobi : membaca koran, menonton tv, pergi ke pengajian

 Bepergian/wisata : jarang

 Keanggotaan organisasi : persis


31

 Lain-lain :

5. Riwayat Keluarga

a. Saudara Kandung

Keterangan
Keadaan Saat ini
Nama Masih Hidup/
Sehat atau Sakit
Sudah Meninggal
1. Ny. K Meninggal
2. Ny, K Meninggal
3. Tn. S Meninggal
4. Tn. B Meninggal
5. Ny. T Meninggal
6. Tn. M Meninggal
7. Ny. K Meninggal
8. Tn. D Meninggal
9. Ny, T Meninggal
b. Riwayat kematian dalam keluarga (1 tahun terakhir)

 Nama :

 Umur :

 Penyebab Kematian :

c. Kunjungan Keluarga : 1 bulan sekali

B. Pola Kebiasaan Sehari-hari


1. Nutrisi
 Frekuensi makan : 3x /hari
 Nafsu makan : baik, 1 porsi makan habis
 Jenis makanan : nasi, lauk pauk dan sayuran
 Kebiasaan sebelum makan : baca do’a terlebih dahulu
 Makanan yang tidak disukai : duren, makanan jenis seafood
 Alergi terhadap makanan : udang
 Pantangan makan : tidak ada pantangan makan
 Keluhan yang berhubungan : tidak ada keluhan
dengan makan
2. Eliminasi
a. BAK
 Frekuensi dan waktu : > 6x sehari
 Kebiasaan BAK pada malam hari : ± 4x sehari
32

 Keluhan yang berhubungan dengan BAK : tidak ada


b. BAB
 Frekuensi dan waktu : ± 2x sehari, pagi dan sore
 Konsistensi : padat
 Keluhan yang berhubungan dengan BAB : tidak ada keluhan
 Pengalaman memakai Laxatif/Pencahar : tidak pernah memakai laksatif
3. Personal Higiene
a. Mandi
 Frekuennsi dan waktu mandi : 2x sehari
 Pemakaian sabun (ya/tidak) : ya
b. Oral Higiene
 Frekuensi dan waktu gosok gigi : 2x sehari
Menggunakan pasta gigi : Ya
c. Cuci Rambut
 Frekuensi : 1x/minggu
 Penggunaan shampo (ya/tidak) : Ya
d. Kuku dan Tangan
 Frekuensi gunting kuku : 1x/minggu
 Kebiasaan mencuci tangan : Ya
Dengan sabun
4. Istirahat dan Tidur
 Lama tidur malam : ± 8 jam
 Tidur siang : jarang tidur siang
 Keluhan yang berhubungan dengan tidur : sulit tidur ± 1 minggu
5. Kebiasaan mengisi waktu luang
a. Olahraga : Jarang
b. Nonton TV : Ya
c. Berkebun/memasak: Ya
d. Lain-lain : mengaji, baca koran
6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan:
(Jenis/frekuensi/jumlah/lama pakai)
a. Merokok (ya/tidak) : tidak
b. Minuman keras (ya/tidak) : tidak
c. Ketergantungan terhadap obat (ya/tidak) : tidak
7. Uraian kronologis kegiatan sehari-hari
Lama Waktu untuk Setiap
No Jenis Kegiatan
Kegiatan
1. Bangun tidur, sholat tahujud & subuh 40 menit
2. Memasak 40 menit
3. Membereskan rumah 60 menit
33

Lama Waktu untuk Setiap


No Jenis Kegiatan
Kegiatan
4. Solat dhuha 5 menit
5. Belanja keperluan 1 jam
6. Sholat dzuhur 10 menit
7. Tidur siang 1 jam
8. Memasak 40 menit
9. Sholat ashar 5 menit
10. Sholat maghrib, mengaji 20 menit
11 Sholat isya 5 menit
12 Istirahat tidur 5-8 jam

C. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir
Pasien mengeluh kadang nyeri lutut kanan

b. Gejala yang dirasakan


Nyeri pada lutut kanan, nyeri yang dirasakan seperti ditusuk tusuk. Nyeri akan
bertambah apabila banyak beraktifitas dan akan berkurang apabila istirarahat/ dibalur
minyak kayu putih

c. Faktor Pencetus
Keluhan akan terasa apabila sudah banyak beraktifitas dan naik turun tangga

d. Timbulnya Keluhan: ( √ ) Mendadak ( ) Bertahap


e. Waktu mulai timbulnya keluhan
Keluhan akan terasa di sore hari dan terkadang malam hari setelah selesai beraktifitas

f. Upaya mengatasi :
 Pergi ke RS/klinik pengobatan/dokter praktek: puskesmas atau ke RS
 Pergi ke Bidan/perawat
 Mengkonsumsi obat-obatan sendiri
 Mengkonsumsi obat-obatan tradisional
 Lain-lain : dibalur dengan minyak kayu putih
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang pernah di derita :
34

Batu empedu ± 3 tahun yang lalu, diare, hipertensi, DB, Tifus, Gastritis

b. Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, debu,dan lain-lain):

Tidak mempunyai riwayat alergi

c. Riwayat kecelakaan :

Pernah jatuh saat memasang lampu ± 10 yang lalu

d. Riwayat dirawat di rumah sakit :

Pernah di rawat di rumah sakit ± 5 yang lalu

e. Riwayat pemakaian obat :

Amlodipin 5 mg

3. Pengkajian/Pemeriksaan Fisik (Observasi, pengukuran, auskultasi, perkusi, dan palpasi)


a. Keadaan umum (TTV) : TD 140/90 mmHg, N 84 5x.menit, R 20 x/menit, S 36,5ºC

b. BB/TB : 47 kg/146 cm

c. Rambut : rambut banyak yang sudah memutih, dan sedikit rontok

d. Mata : pupil insokor saat di rangsang cahaya, konjungtiva tidak


anemis, sklera an ikterik, iris bewarna coklat

e. Telinga : kedua telinga simetris, tidak terdapat kotoran serumen di


kedua telinga

f. Mulut, gigi dan bibir : mukosa bibir sedikit kering, gigi terlihat bersih, gigi graham
bawah kiri bolong, gigi taring bolong, terdapat beberapa karang gigi

g. Dada : dada simetris, batas jantung dalam batas normal, bunyi jantung S1, S2

h. Abdomen : abdomen tidak terdapat luka, bising usus 10x/menit

i. Kulit : tidak terdapat luka, turgor kulit < 2 detik


35

j. Ekstrimitas atas : reflek trisep (+), reflek bisep (+), terdapat fraktur tangan atas, tidak
terdapat nyeri saat dilakukan rom pasif 5 5

k. Ekstrimitas bawah : reflek patela (+). reflek axila (+), terdapat sedikit nyeri pada saat
kaki kanan di tekukan dan terdapat bunyi krepitasi 5 5

D. Hasil Pengkajian Khusus (Format Terlampir)


1. Masalah Kesehatan Kronis : masalah kesehatan kronis ringan

2. Fungsi Kognitif : tidak ada gangguan

3. Status Fungsional : mandiri

4. Status Psikologis (skala depresi): sedang

5. Resiko Jatuh : resiko sedang

E. Lingkungan Tempat Tinggal


1. Kebersihan dan Kerapihan Ruangan : cukup

2. Penerangan : kurang

3. Sirkulasi udara : kurang

4. Keadaan kamar mandi dan WC : bersih

5. Pembuangan air kotor : septitank

6. Sumber air minum : pdam kemudian di masak

7. Pembuangan sampah : ditampung kemudian ada petugas yang mengambil

8. Sumber pencemaran : udara karena rumah berada di gang kecil dengan sirkulasi udaranya
kurang

9. Penataan halaman (kalau ada) : di tumbuhi pohon jambu

10. Privasi : terjaga

11. Risiko injury : Ya


36

Pengkajian Khusus Lansia


1. MASALAH KESEHATAN KRONIS

Keluhan kesehatan atau gejala yang Serin Jaran


Selalu Tdk Pernah
No dirasakan klien dalam waktu 3 bulan g g
terakhir berkaitan dengan fungsi fungsi (3) (0)
(2) (1)
A. Fungsi Penglihatan 1 √
1. Penglihatan kabur
2. Mata berair 2 √
3. Nyeri pada mata 1 √
B. Fungsi Pendengaran 3 √
4. Pendengaran berkurang
5. Telinga Berdenging 1√
C. Fungsi Paru (pernapasan) √0
6. Batuk lama disertai keringat malam
7. Sesak napas 0√
8. Berdahak/sputum 0√
D. Fungsi Jantung 1 √
9. Jantung berdebar-debar
10. Cepat lelah 3 √
11. Nyeri dada 1 √
E. Fungsi pencernaan 0√
12. Mual/muntah
13. Nyeri ulu hati 0√
14. Makan dan minum banyak (berlebihan) 3 √
15. Perubahan kebiasaan buang air besar 1 √
(mencret atau sembelit)
F. Fungsi Pergerakan 3 √
16. Nyeri kaki saat berjalan
17. Nyeri pinggang atau tulang belakang 3 √
37

Keluhan kesehatan atau gejala yang Serin Jaran


Selalu Tdk Pernah
No dirasakan klien dalam waktu 3 bulan g g
terakhir berkaitan dengan fungsi fungsi (3) (0)
(2) (1)
18. Nyeri persendian/bengkak 1 √
G. Fungsi Persyarafan 0√
19. Lumpuh/kelemahan pada kaki /tangan
20. Kehilangan rasa 0√
21. Gemetar/tremor 0√
22. Nyeri/pegal pada daerah tengkuk √ 0
H. Fungsi saluran perkemihan √ 0
23. Buang air kecil banyak
24. Sering buang air kecil pada malam hari 2 √
25. Tidak mampu mengontrol pengeluaran √0
air kemih (ngompol)
JUMLAH 7

Analisis Hasil
Skor < 25 : tidak ada masalah kesehatan kronis s/d masalah kesehatan kronis ringan
Skor 26-50 : masalah kesehatan kronis sedang
Skor > 51 : masalah kesehatan kronis berat

2. FUNGSI KOGNITIF

Pengkajian fungsi kognitif dilakukan dalam rangka mengkaji kemampuan klien berdasarkan
daya orientasi terhadap waktu, orang, tempat, serta daya ingat.
Petunjuk : isilah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan respons klien

No Item Pertanyaan Benar Salah

1 Jam berapa sekarang? √


Jawab : 14.30
2 Tahun berapa sekarang? √
Jawab : 2020
3 Kapan Bapak/Ibu lahir? √
Jawab : Yogyakarta 17 maret 1945
4 Berapa umur bapak/ibu sekarang? √
Jawab : 75 tahun
38

No Item Pertanyaan Benar Salah

5 Dimana alamat bapak/ibu sekarang? √


Jawab : Jl. Maleer V
6 Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama bpk/ibu? √
Jawab : dua
7 Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama bpk/ibu? √
Jawab : Turachman
8 Tahun berapa hari kemerdekaan Indonesia? √
Jawab : 17 agustus 1945
9 Siapa nama presiden republik Indonesia sekarang? √
Jawab : Jokowi
10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1? √
Jawab : 20, 19, 18, 17, 16, 15, 14, 13, 12, 11, 10, 9, 8, 7, 6, 5, 4,
3, 2, 1

JUMLAH BENAR 10

Analisis Hasil :
Skore benar : 8 - 10 : tidak ada gangguan
Skore benar : 0 - 7 : ada gangguan

3. STATUS FUNGSIONAL

Modifikasi indeks kemandirian KATZ


Pengkajian status fungsional didasarkan pada kemandirian klien dalam menjalankan aktivitas
kehidupan sehari hari. Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan orang
lain. Pengkajian ini didasarkan pada kondisi actual klien dan bukan pada kemampuan, artinya
jika klien menolak untuk melakukan suatu fungsi, dianggap sebagai tidak melakukan fungsi
meskipun ia sebenarnya mampu.

Tergantun
Mandiri
No Aktivitas g
(Nilai 1)
(0)
1 Mandi dikamar mandi (menggosok, membersihkan, √
39

Tergantun
Mandiri
No Aktivitas g
(Nilai 1)
(0)
dan mengeringkan badan).
Menyiapkan pakaian, membuka, dan
2 √
mengenakannya.
3 Memakan makanan yang telah disiapkan. √
Memelihara kebersihan diri untuk penampilan diri
4 (menyisir rambut, mencuci rambut, menggosok √
gigi, mencukur kumis).
Buang air besar di WC (membersihkan dan
5 √
mengeringkan daerah bokong).
6 Dapat mengontrol pengeluaran feses (tinja). √
Buang air kecil di kamar mandi (membersihkan dan
7 √
mengeringkan daerah kemaluan).
8 Dapat mengontrol pengeluaran air kemih. √
Berjalan di lingkungan tempat tinggal atau ke luar
9 √
ruangan tanpa alat bantu, seperti tongkat.
Menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan
10 √
yang dianut.
Melakukan pekerjaan rumah, seperti : merapihkan
11 tempat tidur, mencuci pakaian, memasak, dan √
membersihkan ruangan.
Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau kebutuhan
12 √
keluarga.
Mengelola keuangan (menyimpan dan
13 √
menggunakan uang sendiri).
Menggunakan sarana transfortasi umum untuk
14 √
bepergian.
Menyiapkan obat dan minum obat sesuai dengan
15 √
aturan (takaran obat dan waktu minum obat tepat).
Merencanakan dan mengambil keputusan untuk
kepentingan keluarga dalam hal penggunaan uang,
16 √
aktivitas sosial yang dilakukan dan kebutuhan akan
pelayanan kesehatan.

17 Melakukan aktivitas di waktu luang (kegiatan √


keagamaan, sosial, rekreasi, olahraga, dan
40

Tergantun
Mandiri
No Aktivitas g
(Nilai 1)
(0)
menyalurkan hobi).

JUMLAH POIN MANDIRI 17

Analisis hasil :
Point : 13 - 17 : mandiri
Point : 0 - 12 : ketergantungan

4. STATUS PSIKOLOGIS (Skala Depresi Geriatrik Yesavage, 1983)

No Apakah Bapak/Ibu dalam satu minggu terakhir : Ya Tidak


1 Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani? Ya Tidak
2 Banyak meninggalkan kesenangan/minat dan aktivitas anda? Tidak
3 Merasa bahwa kehidupan anda hampa? Tidak
4 Sering merasa bosan? Tidak
5 Penuh pengharapan akan masa depan? Ya
6 Mempunyai semangat yang baik setiap waktu? Ya
7 Diganggu oleh pikiran pikiran yang tidak dapat diungkapkan? Tidak
8 Merasa bahagia di sebagian besar waktu? Ya
9 Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda? Tidak
10 Sering kali merasa tidak berdaya? Tidak
11 Sering merasa gelisah dan gugup? Tidak
Memilih tinggal dirumah daripada pergi melakukan sesuatu
12 Tidak
yang bermanfaat?
13 Sering kali merasa khawatir akan masa depan? Ya Tidak
Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan daya ingat
14 Tidak
dibandingkan orang lain?
15 Berpikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan sekarang? Ya
16 Sering kali merasa merana? Ya Tidak
17 Merasa kurang bahagia? Ya Tidak
18 Sangat khawatir terhadap masa lalu? Ya Tidak
19 Merasakan bahwa hidup ini sangat manggairahkan? Ya
20 Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang baru? Ya Tidak
21 Merasa dalam keadaan penuh semangat? Ya
22 Berpikir bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Ya Tidak
23 Berpikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada anda? Ya Tidak
24 Sering kali menjadi kesal dengan hal yang sepele? Tidak
41

No Apakah Bapak/Ibu dalam satu minggu terakhir : Ya Tidak


25 Sering kali merasa ingin menangis? Tidak
26 Merasa sulit untuk berkonsentrasi? Tidak
27 Menikmati tidur? Ya Tidak
28 Memilih menghindar dari perkumpulan social? Ya Tidak
29 Mudah mengambil keputusan? Ya
30. Mempunyai pemikiran yang jernih? Ya
JUMLAH ITEM YANG TERGANGGU 13

Analisa hasil :

Terganggu nilai 1
Normal nilai 0

Nilai : 6 - 15 : Depresi ringan sampai sedang


Nilai : 16 - 30 : Depresi berat
Nilai : 0 - 5 : Normal

5. PENGKAJIAN RESIKO JATUH

Alat pengkajian ini membantu anda mengevaluasi resiko jatuh. Nilai diatas 4 menunjukkan
perlunya intervensi
Nilai
Aspek 4 3 2 1
Pasien
Usia >80 70-79 2
Status mental Konfusi Konfusi atau
Intermiten disorientasi
setiap waktu 0
atau
disorientasi
Eliminasi Mandiri dan Memerlukan Kateter
tidak bantuan menetap atau
menderita ostomi 1
inkontinensia

Riwayat Riwayat jatuh Telah jatuh 1


tiga kali atau sampai 2 x 1
lebih
Tingkat aktivitas Tirah baring Turun dari Bisa ke
tempat tidur kamar mandi 1
dgn bantuan
Gaya berjalan Berdiri atau Hipotensi Gaya berjalan 1
dan berjalan dgn ortostatik spastik atau
42

Nilai
Aspek 4 3 2 1
Pasien
keseimbangan keseimbanga tertatih
n yang buruk
Obat-obatan* Tiga jenis 2 Jenis obat- 1 Jenis obat-
atau lebih obatan obatan 1
obat-obatan

Jumlah Skor 7

Interpretasi :
0 sampai 4 = resiko rendah
5 samapi 10 = resiko sedang
11 sampai 24 = resiko tinggi
*Obat-obatan : yang dimaksud : antidiabetik, antihipertensi, katartik, diuretik, narkotik, sedativ,
antikonvulsan, hipnotik, benzodiazepin
Diadaptasi dari Abington Memorial Hospital of Hospital tahun 2003

6. THERAPI
Amlodipin 5 mg

ANALISA KASUS
a. ANALISA DATA
TTD & NAMA
NO DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI
TERANG
1. Ds: Nyeri kronis Umur
Pasien mengatakan bd gesekan
kadang nyeri lutut antar sendi Kerusakan fokal
kanan tulang rawan sendi
Do: yang progresif
Saat di tekukan
terdapat sedikit Perubahan
nyeri dan bunyi metabolisme tulang
krepitasi
Skala 3 (0-10) Kadar proteglikan
Nyeri yang
dirasakan seperti di Perubahan sifat
tusuk tusuk kolagen
Nyeri yang
dirasakan Kadar air tulang
bertambah saat rawan sendi
43

TTD & NAMA


NO DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI
TERANG
beraktivitas dan
mereda saat Timbul laserisasi
istirahat dan di
balur minyak OA
hangat
Saat kaki kanan di Penyempitam celah
angkat pasien sendi
terlihat meringis
TD: 140/90 mmHg Gesekan antar
N: 84 x/menit tulang

Leserasi sendi
antar tulang

Pelepasan mediator
nyeri

Nyeri Akut
2. Ds: Gangguan Umur
Pasien mengatakan Mobilitas Fisik
ketika nyeri bd penonjolan Kerusakan fokal
timbul, aktivitas tulang tulang rawan sendi
sedikit terganggu yang progresif
Do:
Gaya berjalan Perubahan
tertatih metabolisme tulang
Saat kaki kanan di
angkat pasien Kadar proteglikan
terlihat meringis
Usia 75 tahun Perubahan sifat
kolagen

Kadar air tulang


rawan sendi

Timbul laserisasi

OA

Penyempitam celah
sendi

Osteofit di tepi
44

TTD & NAMA


NO DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI
TERANG
karena tidak ada
tempat lagi

Deformitas tulang

Penonjolan tulang

Keterbatasan gerak

Kekauan sendi,
terutama pada saat
pagi hari atau
banyak beraktivitas

Gangguan
mobilitas fisik

2. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri Akut bd gesekan antar sendi
2. Gangguan Mobilitas Fisik bd gangguan integritas tulang

3. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1 Nyeri akut bd gesekan Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
antar sendi perawatan selama 1. Identifikasi lokasi, 1. Mengetahui tingkat
proses inflamasi (0- karakteristik, durasi, nyeri dari perilaku
7) hari akan frekuensi kualitas dan ekspresi
tercapai kriteria intensitas nyeri
hasil sebagai 2. Identifikasi faktor yang 2. Mengetauhi faktor
berikut : memperberat dan yang memperberat
- Mampu memperingan nyeri atau memperingan
mengontrol nyeri nyeri
dengan cara 3. Ajarkan teknik 3. Meningkatkan
nonfarmakologi relaksasi napas dalam suplai O2 sehingga
dan mampu dan distraksi pada saat menurunkan nyeri
45

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
mencari bantuan nyeri dan pengalihan
- Mampu 4. Ajarkan pasien rendam perhatian dapat
mengenali skala, kaki air garam hangat menurunkan
intensitas, 5. Ajarkan dan bimbing stimulus internal
frekuensi dan pasien quantum touch dengan
tanda nyeri healing dengan bacaan meningkatkan
-Melaporkan bahwa do’a rasa nyeri endorfin yang dapat
nyeri berkurang memblokir reseptor
dengan skala 3-0 nyeri
(0-10) 4. Mengurangi rasa
- nyeri
5. Mengurangi rasa
nyeri
2. Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan Dukungan Ambulasi
Fisik bd kerusakan tindakan 1. Mengetahui apabila
1. Identifikasi adanya
integritas tulang keperwatan selama nyeri atau keluhan fisik adanya nyeri atau
lainnya
3x24 jam, mobilitas keluhan fisik lainnya
fisik teratasi dengan 2. Ajarkan pasien atau 2. Agar pasien bisa
tenaga kesehatan lain
kriteria hasil: melakukan ambulasi
tentang teknik ambulasi
1. Pasien secara mandiri
3. Fasilitasi aktivitas
meningkat 3.Agar mobilisasi
ambulasi dengan alat
dalam bantu (misalnya tongkat, pasien dapat kembali
kruk)
aktivitas fisik normal
2. Mengerti
tujuan dari
peningkatan 4. Agar pasien dapat
4. Libatkan keluarga untuk
mobilitas melakukan pemenuhan
membantu pasien dalam
3. Meverbalisasi meningkatkan mobilisasi kebutuhan mobilisasi
kan perasaan secara mandiri.
dalam 5. Agar pasien tetap
46

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
meningkatkan 5. Berikan edukasi tujuan merasa nyaman ketika
dan prosedur ambulasi
kekuatan dan berbaring atau saat
kemampuan bangun
berpindah 6. Agar pasien dapat
4. Memperagaka melakukan ambulasi
6. Menganjurkan pasien
n penggunaan mandiri
melakukan ambulasi
alat mandiri 7. Ambulasi sederhana
5. Bantu untuk dapat meningkatkan
7. Ajarkan ambulasi
mobilisasi sederhana yang harus mobilitas fisik pada
dilakukan (misalnya:
(walker) pasien
berjalan dari tempat tidur
ke kursi roda, berjalan dari
tempat tidur ke kamar
mandi, berjalan sesuai
toleransi)

4. Implementasi
TTD &
NO.
NO TGL DAN WAKTU TINDAKAN DAN RESPON NAMA
DIAGNOSA
TERANG
1 Senin, 6 Juli 2020 1&2 1. Memeriksa keadaan umum
11.00-12.00 E/ pasien mengeluh masih
nyeri lutut kadang kadang
2. Observasi TTV
E/ TD 140/90 mmHg, N 84
x.menit, R 20 x/menit, S
36,5ºC
3. Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
Pasien mengatakan nyeri
akan bertambah apabila
47

TTD &
NO.
NO TGL DAN WAKTU TINDAKAN DAN RESPON NAMA
DIAGNOSA
TERANG
banyak beraktivitas dan akan
berkurang apabila istirahat
dan di balur minyak kayu
putih
4. Mengajarkan relaksasi nafas
dalam
E/ pasien mengatakan
nyerinya masih terasa
5. Mengajarkan pasien ambulasi
sederhana dari duduk ke
berdiri
E/ pasien mengatakan masih
kelusitan untuk melakukan
ambulasi dini
2 Selasa, 7 Juli 2020 1&2 1. Memeriksa keadaan umum
E/ pasien mengeluh kadang
kadang nyeri lutut kanan
2. Observasi TTV
E/ TD 130/90 mmHg, N 84
x.menit, R 20 x/menit, S
36,5ºC
3. Edukasi dan ajarkan pasien
rendam kaki air garam
E/ pasien mengatakan
menjadi rileks dan skala
nyeri berkurang 2 (0-10)
4. Mengajarkan pasien ambulasi
sederhana dari duduk ke
berdiri di bantu dengan
48

TTD &
NO.
NO TGL DAN WAKTU TINDAKAN DAN RESPON NAMA
DIAGNOSA
TERANG
perawat
E/ pasien mampu ambulasi
sederhana dengan bantuan
perawat
3 Rabu, 8 Juli 2020 1&2 1. Memeriksa keadaan umum
E/ pasien mengatakan nyeri
lutut kanan nya mulai
berkuarang
2. Observasi TTV
E/ TD 130/90 mmHg, N 85
x.menit, R 20 x/menit, S
36,5ºC
3. Mengajarkan dan
membimbing pasien quantum
touch healing pada area lutut
kanan dengan membaca do’a
mengahadapi rasa nyeri
E/ pasien mengatakan nyeri
terasa lebih ringan dan
hangat di bagian lutut, skala
1 (0-10)
4. Mengajarkan pasien ambulasi
sederhana dari duduk ke
berdiri mandiri
E/ pasien mulai bisa ambulasi
mandiri secara perlahan
49

5. Evaluasi
NO. TTD & NAMA
NO TGL DAN WAKTU EVALUASI
DIAGNOSA TERANG
1 Senin, 6 Juli 2020 1 S: Pasien mengeluh nyeri kaki
kanan kadang-kadang
O: pasien tampak meringis
ketika lutut kanan nya di tekukan
Skala nyeri 3 (0-10)
Nyeri akan bertambah ketika
banyak beraktivitas dan
berkurang ketika istirahat
A: Nyeri Akut belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1, 2 & 3

2 S: pasien mengatakan ketika


nyeri kambuh aktivitas menjadi
terhambat
O: kaki kanan pasien terlihat
seperti tertatih menahan nyeri
Saat di lakukan pemeriksaan, di
dapatkan bunyi krepitasi pada
lutut kanan
A: Gangguan Mobilutas Fisik
P: Lanjutkan intervensi 1, 2, 5
2 Selasa, 7 Juli 2020 1 S: Pasien mengeluh nyeri kaki
kanan kadang-kadang
O: pasien tampak meringis
] ketika lutut kanan nya di tekukan
Skala nyeri 2 (0-10)
Nyeri akan bertambah ketika
banyak beraktivitas dan
berkurang ketika istirahat
50

NO. TTD & NAMA


NO TGL DAN WAKTU EVALUASI
DIAGNOSA TERANG
A: Nyeri Akut belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1, 2 & 4

2 S: pasien mengatakan belum bisa


melakukan ambulasi sederhana
karena masih terasa nyeri di lutut
O: kaki kanan pasien terlihat
seperti tertatih menahan nyeri
Saat di lakukan pemeriksaan, di
dapatkan bunyi krepitasi pada
lutut kanan
A: Gangguan Mobilutas Fisik
P: Lanjutkan intervensi 1, 2, 5, 7
3 Rabu, 8 Juli 2020 1 S: Pasien mengeluh nyeri kaki
kanan berkurang
O: pasien tampak meringis
ketika lutut kanan nya di tekukan
Skala nyeri 1 (0-10)
Nyeri akan bertambah ketika
banyak beraktivitas dan
berkurang ketika istirahat
A: Nyeri Akut belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1, 2, 5

2 S: pasien mengatakan masih


sedikit kesulitan melakukan
ambulasi mandiri
O: kaki kanan pasien terlihat
seperti tertatih menahan nyeri
Saat di lakukan pemeriksaan, di
51

NO. TTD & NAMA


NO TGL DAN WAKTU EVALUASI
DIAGNOSA TERANG
dapatkan bunyi krepitasi pada
lutut kanan
A: Gangguan Mobilutas Fisik
P: Lanjutkan intervensi 1, 2, 6, 7
52

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Pengkajian
Berdasarkan data di atas diperoleh hasil pengkajian dari klien yaitu klien berusia 79 tahun,
pasien mengalami nyeri sendi semenjak 5 tahun yang lalu, nyeri karena faktor usia dan banyak
berjalan, nyeri terasa pada bagian lutut kanan, skala 3, datang hilang timbul, gaya berjalan pasien
seperti tertatih, pasien berjalan lambat dan lemah, kekuatan otot 5 namun disertai nyeri apabila di
angkat kaki kanan nya. Menurut jurnal[ CITATION Fat161 \l 1057 ] Secara histopatologis osteoartritis
ditandai dengan menipisnya kartilago disertai pertumbuhan dan remodelling tulang diikuti
dengan atrofi dan destruksi tulang sekitarnya, akibatnya menimbulkan nyeri yang pada stadium
lanjut menimbulkan kecacatan sehingga membuat pasien mengeluh nyeri lutut.
4.2. Diagnosa Keperawatan
Setelah melakukan pengkajian dan mendapatkan data-data, penulis mengelompokkan data,
menganalisa dan merumuskan diagnose keperawatan pada Ny. K dengan berdasarkan prioritas
mengacu pada kaidah dalam menentukan diagnosa prioritas yaitu berdasarkan tingkat
kegawatan, bedasarkan kebutuhan maslow, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan dan
keselamatan, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi
diri.
Berdasarkan data hasil pengkajian, penulis mengambil 2 diagnosa keperawatan yang sesuai
dengan kondisi pasien. Diagnosa keperawatan pertama yaitu nyeri kronis berhubungan dengan
agen cedera fisik.Nyeri kronis merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berinteraksi ringan hingga berat dan konsisten, yang berlangsung lebih dari 3 bulan [ CITATION

Tim17 \l 1033 ]. Penyebab : kondisi muskuloskeletal kronis, kerusakan sistem saraf, penekanan saraf,
infiltrasi tumor, ketidakseimbangan (neurotransmiter, neuromodulator dan reseptor), gangguan
imunitas (mis.neuropati terkait HIV, virus varicella-zoster), gangguan fungsi metabolik, riwayat
posisi kerja statis, peningkatan indeks massa tubuh, kondisi pasca trauma, tekanan emosional,
riwayat penganiayaan (mis.fisik, psikologis, seksual), riwayat penyalahgunaan obat/zat [ CITATION

Tim17 \l 1033 ]. Diagnosa ini diangkat karena pasien mengalami nyeri, nyeri dirasakan seperti
ditusuk- tusuk, nyeri terasa pada bagian lutut kanan, skala 3, datang hilang timbul, nyeri seperti
di tusuk tusuk, nyeri yang dirasakan sudah 5 tahun.
53

Diagnosa keperawatann kedua yaitu Gangguan Mobilitas fisik merupakan keterbatasan dalam
gerakan fisik dari satu atau lebih ekstermitas secara mandiri. Penyebab nya yaitu salah satunya
adalah kerusakan integritas struktur tulang, perubahan metabolisme, ketidakbugaran fisik,
pernurunan kendali otot. Diagnosa ini diangkat karena pasien berusia 75 tahun, Gaya berjalan
tertatih, saat kaki kanan di angkat pasien terlihat meringis.
4.3. Intervensi
Intervensi yang disusun sama pada klien dengan menggunakan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (2018). Untuk diagnosa yang pertama yaitu nyeri kronis, intervensi yang
dilakukan yaitu:
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi kualitas intensitas nyeri
2. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

3. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam dan distraksi pada saat nyeri
4. Ajarkan pasien rendam kaki air garam hangat
5. Ajarkan dan bimbing pasien quantum touch healing dengan bacaan do’a rasa nyeri
Untuk dianosa kedua yaitu ganguan mobilitas fisik, intervensi yang dilakukan yaitu:
Dukungan Ambulasi

1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya


2. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi
3. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (misalnya tongkat, kruk)
4. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan mobilisasi
5. Berikan edukasi tujuan dan prosedur ambulasi
6. Menganjurkan pasien melakukan ambulasi mandiri
7. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (misalnya: berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi)
4.4. Impementasi
Implementasi pada diagnosa keperawatan pertama yaitu nyeri kronis dilakukan sesuai
dengan intervensi yang telah disusun, seperti pemberian rendam kaki air garam hangat menurut
penelitian Devi, Artika dan Purnomo (2015) rendam air garam hangat dapat mempercepat
penyembuhan nyeri karena garam berguna untuk membantu konsentrasi otak dan menjaga tubuh
tidak terasa lemas, selain itu rendam air garam hangat menyebabkan vadilatasi pada pembuluh
54

darah, meningkatkan metabolisme kapiler, meningkatkan metabolisme selular, merelaksasi


ototm dan meningkatkan aliran darah ke suatu area nyeri.
Implementasi pada diagnosa kedua yaitu resiko jatuh dilakukan sesuai dengan intervensi
yang telah disusun, tetapi terdapat intervensi yang tidak diimplementasikan pada pasien yaitu
yaitu menempatkan pasien beresiko tinggi jatuh dekat dengan pantauan pengawas, karena
menurut penulis pasien dapat melakukan ambulasi mandiri secara bertahap.
4.5. Evaluasi
Setelah diberikan Tindakan keperawatan selama 3 hari pada diagnosa keperawatan
pertama, berupa rendam kaki air garam hangat, quantum touch, pemeriksaan skala nyeidan
edukasi mengenai osteoarthitis, pasien mengatakan bahwa nyeri berkurang menjadi skala 1, area
yang nyeri menjadi lebih nyaman, pasien tampak tenang sehingga berdasarkan kriteria hasil
nyeri kronis yang dialami oleh pasien, nyeri kronis teratasi karena pasien mengatakan rasa
nyaman setelah nyeri berkurang.
Kemudian untuk diagnosa keperawatan yang kedua yaitu gangguan mobilitas fisik evaluasi
yang didapatkan dari klien yaitu dapat melakukan ambulasi mandiri secara bertahap, gangguan
mobilitas fisik yang dapat dialami oleh pasien teratasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi kasus Asuhan Keperawatan Gerontik pada Lansia dengan Osteoarthitis
pada tanggal 6 Juni sampai 8 Juli 2020, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1) Hasil pengkajian yang didapatkan pada pasien menunjukan keluhan yang dirasakan oleh
pasien yaitu nyeri pada lutut, rasa nyeri dan kaku pada kaki saat beraktivitas, gangguan
mobilitas fisik Hal ini menunjukan jika seseorang terdiagnosa ostreoarthitis memiliki
kemungkinan akan muncul masalah dan keluhan yang sama yang dirasakan oleh penderita.
2) Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien yaitu nyeri kronis berhubungan dengan
kondisi kronis (osteoarthitis), gangguan mobilitas fisik dibuktikan dengan Usia ≥ 65 tahun.
Diagnosa ini muncul pada pasien disebabkan oleh adanya tanda dan gejala serta keluhan yang
dirasakan.
3) Intervensi yang dilakukan oleh penulis sesuai dengan diagnosa keperawatan yang dialami
oleh klien, sesuai dengan diagnosa berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(2018). Intervensi tersebut ialah terapi quantum touch healing, rendam air garam hangat dan
edukasi ambulasi mandiri.
4) Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah
disusun. Pada umum nya penulis melakukan semua intervensi yang ada berupa quantum touch
healing, rendam air garam hangat dan edukasi ambulasi mandiri.
5) Hasil evaluasi yang dilakukan oleh penulis selama 3 hari perawatan pada pasien dengan
osteoasrthitis didapatkan, diagnosa yang teratasi yaitu diagnosa nyeri kronis dan resiko jatuh.
2. Saran
1) Bagi pasien
Diharapkan pasien dapat melakukan terapi nonfarmakologi secara mandiri guna untuk
meningkatkan kualitas hidurp dan dapat melakukan aktivitas seperti sedia kala. Kemudian
untuk pasien agar dapat selalu menerapkan edukasi yang telah diberikan agar kondisi tetap fit
dan selalu dalam kondisi yang stabil
2) Bagi Perawat
Bagi perawat diharapkan perawat dapat lebih mendalami ilmu dalam merawat dan
menerapkan asuhan keperawatan pada Lansia sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
56

Lansia sehingga tercapai kehidupan Lansia yang sejahtera terutama dalam hal fisik dengan
adanya peningkatan tingkat kemandirian Lansia dan penurunan ketergantungan Lansia
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI (1995), Penerapan Proses Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Maskuloskeletal, Jakarta, Pusdiknakes.
Doeges E Marilynn, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Potter, patricia A.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan . Jakarta : EGC
Prince, Sylvia Anderson, 2000., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4,
EGC, Jakarta.
R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi (1999), Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Jakarta,
Balai Penerbit FK Universitas Indonesia
Smeltzer S. C. & Bare B.G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah brunner suddart.
Ed. 8. Vol. 3. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai