Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL SEMINAR EBN

EFEKETIFITAS PENGGUNAAN AIR SUSU IBU PADA PERCEPATAN


PELEPASAN TALI PUSAT BAYI

DisusunOleh :
1. Christina Erna 21219038
2. DwiSiwiSunaringtyas 21219040
3. Esther Sariduma 21219026
4. EviIkrima 21219011
5. Harry Noperto 21219013
6. LeliJumiati 21219030
7. Liza Morina 21219044
8. Widawati 21219051

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER


STIKes PERTAMEDIKA
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Masalahkesehatananakmerupakan salah
satumasalahutamadalambidangkesehatan yang saatiniterjadi di Negara
Indonesia. Derajatkesehatananakmencerminkanderajatkesehatanbangsa,
sebabanaksebagaigenerasipenerusbangsamemilikikemampuan yang
dapatdikembangkandalammeneruskanpembangunanbangsa. Salah
satuindikatorderajatkesehatan di Indonesia adalahangkakematianbayi.
Tingginyaangkakematianbayi di Indonesia disebabkan oleh berbagaifaktor,
diantaranyaadalahfaktorpenyakit, infeksi dan kekurangangizi. Salah
satuancaman pada bayiadalahterjadinya tetanus. Salah
satuupayauntukmenurunkanangkakematianbayiperludilakukanperawatanbay
i yang baik dan benar,
khususnyaperawatantalipusatsupayaterhindardariresikoinfeksi.

Perawatantalipusatsecaraumumbertujuanuntukmencegahterjadinyainfeksi
dan mempercepatputusnyatalipusat.
Infeksitalipusattergolongjenisinfeksiringantapijikatidaksegeradiobatiakanda
patberkembangmenjadiinfeksi yang membahayakan dan
bahkandapatmenjadi salah satupenyebabkematianBayi. Salah satu media
yang seringdigunakan oleh
tenagakesehatandalamperawatantalipusatadalahmenggunakankasakering.
Media
iniseringdigunakankarenaperawatantalipusatmenggunakankasakeringterbukt
iefektifuntukdigunakandalamperawatantalipusat.
Reratawaktupelepasantalipusatmenggunakankasakeringadalah 154 jam 10
menit. Penelitianterbaru yang dilakukansalah satucara yang
dapatdigunakanuntukperawatantalipusatadalahdenganmenggunakan ASI.
Penelitian yang dilakukan oleh Triasih, Widowakti, Haksari dan
Surjonodenganrancanganpenelitian Randomize Controlled Trial (RCT)
menyimpulkanbahwasanya ASI aman dan efektifuntukperawatantalipusat.
Sebagian besarmasyarakat di Indonesia
cenderungmenggunakanalkoholsebagaimediaperawatantalipusat.
Namundalamkenyataannya, perawatantalipusatdenganmenggunakan
alkoholcenderungmembutuhkanwaktulebih lama
dibandingkandenganperawatantalipusat non alkohol. Hasil penelitian yang
dilakukanSumaryanimenunjukkanreratawaktupelepasantalipusat yang
dirawatdengan ASI membutuhkanwaktu 5.32 hari, kasakeringterbuka 6,65
hari dan alkohol 70% 6,87hari.

Infeksitalipusattelahmenjadipenyebabkesakitan dan
kematiansecaraterusmenerusdiberbagai negara. Setiaptahunnya 500.000
bayimeninggalkarena tetanus neonatorum dan 460.000
bayimeninggalakibatinfeksibakteri. Di wilayah Asia Tenggara
diperkirakanada 220.000 kematianbayi yang
disebabkankarenaperawatantalipusat yang kurangbersih. MenurutKasiati(1)
lama pelepasantalipusatpada bayidenganperawatankeringtertutuplebihcepat
(70.105) selisihwaktu 35 jam dibandingkandenganperawatandenganalkohol.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri
Sumaryanimenunjukkanreratawaktupelepasantalipusat yang
dirawatdenganalkohol 70% 6,87 hari / 165 jam,
keringterbukamembutuhkanwaktu 6,65 hari / 159 jam, dan
(5)
denganmenggunakan ASI membutuhkanwaktu 5.32 hari /127 jam . Dari
hasilpengamatan yang dilakukan di beberapa BPS yang ada di
KabupatenMojokerto, perawatantalipusat yang
dilakukanmenggunakankassasteril dan alkohol.

Waktu pelepasantalipusatdipengaruhi oleh caraperawatantalipusat,


kelembabantalipusat, kondisisanitasilingkungansekitarneonatus, dan
timbulnyainfeksi pada talipusatkarenatindakanatauperawatan yang
tidakmemenuhisyaratkebersihanDampakperawatantalipusat yang salah
dapatmengakibatkanwaktupelepasantalipusatsemakin lama dan
infeksitalipusat. Infeksi pada talipusatdapatmenyebabkan sepsis, menginitis,
dan lain-lain. Resiko fatal yang mungkindapatterjadiadalahkematian pada
bayi. Di daerahtropisalkoholmudahmenguap dan terjadipenurunanefektifitas.
Beberapapenelitian yang
telahdilakukantidakdapatmembuktikanpenggunaanalkoholdalamperawatanta
lipusatmerupakancara yang paling efektif. Salah satucarayang
saatinisedangdikembangkanadalahperawatantalipusatmenggunakan ASI.
Selainefisien, pemanfaatan ASI sebagai media
perawatantalipusatdapatmenghindarkanibupost
partumdariterjadinyabendungan ASI.
Selainmampumenghindarkanibudariterjadinyabendungan ASI,
perawatantalipusatdenganmenggunakan ASI jauhlebihefisien di
bidangekonomi/keuangankeluargakarenapemanfaatan ASI
dalamperawatantalipusattidakmembutuhkanbiayasamasekaliataurelatiflebihi
rit.

Dampaktalipusatsangat minimal. Hal inidikarenakankandungandari ASI


itusendiri. Berbagaimacamkandungannutrisi dan zat yang ada di dalam ASI
dapatmengurangiresikokejadianinfeksisehinggabayidapatterhindardarikejadi
aninfeksitalipusat. Beberapapenelitian yang
telahdilakukanmengenaiefektivitasperawatantalipusatmenggunakan ASI
menunjukkanbahwasanyaperawatantalipusatmenggunakan ASI
mempunyaireratawaktupelepasantalipusat yang
lebihcepatdibandingkandengan media lain sepertikasakering, alkohol 70%
dan povidone iodine.

Berdasarkanhaltersebutdiataspenulistertarikuntukmengetahui
“EfektifitasPenggunaan Air Susu Ibu Pada percepatanPelepasanTali Pusat
Bayi”danmengaplikasikanya di RS Premier Bintaro.

B. Tujuan

DalamPenulisanmakalahinipenulismempunyaitujuandiantaranyaadalah
1. Tujuanumum
Mampu menganalisisjurnaltentang “Efektifitas Air Susu Ibu pada
PercepatanTali Pusat Bayi”
sertamampumelihatpeluanguntukdapatdiaplikasikan di tatanannyata

2. Tujuankhusus
a. Mampu menganalisisjurnalsesuaijudul yang diambil
b. Dapatmengambilsuatukesimpulandarijurnaltersebut
c. Memberikangambarankemungkinanhasilanalisisdapatdiaplikasikanditat
anannyata , khususnya di lingkungankerja

C. Manfaat
1. BagiPelayananKeperawatan
AnalisisjurnalberdasarkanEvedent Base
Nusringinidiharapkanmenjadireferensibagiperawatuntukmengetahuileb
ihdalamcaraperawatantalipusat pada bayisecarabenar dan
lebihefektifsehinggadiharapkandapatmeningkatkankualitasdalammemb
erikanasuhankeperawatan di
seluruhtatanapelayanankesehatankhususnya RS Premier Bintaro.

2. BagiPerekembanganIlmuKperawatan
AnalisisjurnalberdasarkanEvedent Base
Nusringinidiharapakanmemberikanmasukandalampenelitianselanjutny
aberkaiatandenganefektifitasperawatantalipusat pada bayi dan
menjadiacuan di bidangpendididkan pada kurikulummaternitas.
BAB II

ANALISA JURNAL

A. JURNAL UTAMA
1. JUDUL ARTIKEL
EfektifitasPenggunaan Air Susu Ibu Pada PercepatanPelepasanTali
Pusat Bayi
2. PENELITI
Aris Hartono, NasrulHadiPurwanto,
3. METODOLOGI PENELITIAN
Jenispenelitian yang digunakanadalahQuasyEksperimendengan design
penelitianperbandinagnkelompok statis/ static group comparison

B. JURNAL PENDUKUNG
1. ARTIKEL PENDUKUNG PERTAMA
a. JudulArtikel
PerbedaanEfektivitasantaraPembarian Air Pepermint dan ASI
terhadap Lama Penyembuhan Putting Susu Lecet Pada Ibu
Menyusui.
b. Peneliti
YulistianaEvayanti
a. Hasil penelitian
Ada perbedaanefektivitasantarapemberian air peppermint dan ASI
terhadap lama penyembuhan putting susu lecet pada ibupost
partum di BPM YuliantiNilawati, M. Kes Lampung Tengah tahun
2018 (p value 0,000).

2. ARTIKEL PENDUKUNG KETIGA


a. JudulArtikel
PelepasanTali Pusat dan Omphalithis Kajian
TerhadapPerawatandengan Air Susu Ibu, Alkohol 70% dan Teknik
Kering Terbuka
b. Peneliti
Sri Sumarni
c. Hasil penelitian
d. Hasil penelitianmenunjukanreratawaktupelepasantalipusat yang
dirawatdengan ASI 5.32hari, Alkohol 6.87 hari,
sedangkankeringterbuka 6.65 hari. Waktu pelepasantalipusat yang
dirawatdengan alcohol 70% tidakadaperbedaan yang
bermaknabiladibandingkandengankeringterbuka (p=1,000) dan
tidakadaperbedaan yang
bermaknakejadianinfeksilokaltalipusatatauOmphalithisantaraperaw
atantalipusatdengan ASI, Alkohol 70%
maupunkeringterbukan(p=1,000). Waktu pelepasantalipusat yang
dirawatdengan ASI
secarasignifikanlebihcepatbiladibandingkantalipusat yang
dirawatdenganAlkohol 70% maupunkeringterbukan (p=0,001).

C. ANALISA PICOT
1. Problem
Intervensiinimerupakanintervensi yang baru danbelumditerapkandi
pelayanankesehatantesebut, sehinggabelumada SOP yang
dijadikansebagaiacuan dan kebijakan.
Ibu post partum dan
keluargatidakkooperatifdalampenerapanintervensiini.
2. Intervention
Setelah bayilahirtalipusatdipotong, kemudanakanterjadi proses
kematianjaringan.
Disinitalipusatdirawatdenganmenggunakankolostrumatau ASI
dilakukandengancaramengoleskan ASI pada talipusatbayibarulahir dan
dijagatetapbersih dan kering agar tidakterjadiinfeksi dan
mempercepatpelepasantalipusatdariperutbayi.
Setelah bayidibersihkan, ASI dioleskan pada
puntungtalipusatmulaidaripangkalsampaikeujung dan
dibiarkankeringterbuka
3. Comparison
a. JudulartikelPembanding
PerawatanTali Pusat Terbuka
SebagaiUpayaMempercepatPelepasanTali Pusat
b. Peneliti
Nor Aisyah, Islami, LailatulMustagfiroh
c. Hasil Penelitian
Hasil yang diperoleh pada kelompokperawatantalipusatterbuka,
pelepasantalipusatlebihcepatdengannilai significancy 0,022( p-
value <0,05), makaadaperbedaanbermakna lama
pelepasantalipusatterbukadenganperawatantalipusattertutup.

4. Outcome
Dari hasilpenelitian, rata-rata wakturilisdaritalipusatmenggunakan ASI
127,41 jam dan waku rata-rata
pelepasantalipusatmenggunakankassasterilkering 157,38jam. Dari
hasil uji korelasi Mann Withneydengantarafsignificansi α= 0,05
diperolehhasilsignifikansi (p) sebesar 0,00.
5. Time
Penelitian di lakukantahun 2019 di
DesaSookoKecamatanSookoKabupaten Mojokerto

BAB III

TINJAUAN TEORI

A. TaliPusat
Tali pusat dalam istilah medisnya disebut dengan umbilical cord. Merupakan
saluran kehidupan bagi janin selama ia di dalam kandungan. Sebab semasa dalam
rahim, tali pusat inilah yang menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke
janin yang berada di dalamnya. Begitu janin dilahirkan, ia tidak lagi
membutuhkan oksigen dari ibunya, karena bayi mungil ini sudah dapat bernapas
sendiri melalui hidungnya. Karena sudah tak diperlukan lagi maka saluran ini
harus dipotong dan dijepit atau diikat. (Wibowo,2008).

Diameter tali pusat antara 1-2,5 cm, dengan rentang panjang antara 30-100 cm,
rata-rata 55 cm, terdiri atas alantoin yang rudimenter, sisa-sisa omfalo
mesenterikus, dilapisi membrana mukus yang tipis, selebihnya terisi oleh zat
seperti agar-agar sebagai jaringan penghubung mukoid yang di sebut jeli whartor.
Setelah tali pusat lahir akan segera berhenti berdenyut, pembuluh darah tali pusat
akan menyempit tetapi belum obliterasi. Kerena itu tali pusat harus segera
dipotong dan diikat kuat-kuat supaya pembuluh darah tersebut oklusi serta tidak
perdarahan. (Ratri Wijaya,2006;9).Pembuluh darah umbilikalis tertanam dalam
subtansi gelatinosa yang dikenal dengan nama jeli Wharton. Jeli ini melindungi
pembuluh darah arteri umbilikalis dan vena umbilikalis terhadap kompresi
(tekanan) dan membantu pencegahan penekukan tali pusat. Jeli Wharton akan
mengembang jika
terkenaudara.Kekuatanalirandarah(±400mlpermenit)lewattalipusatmembantu
mempertahankan tali pusat dalam posisi relatif lurus danmencegahterbelitnya tali
pusat tersebut ketika janin bergerak-gerak. (Sodikin, 2009;7-8).

Tali pusat dikelilingi oleh jeli wharton yang sebagian besar terdiri atas air.
Permukaan tali pusat berwana putih kusam, lembab, dan tertutup amnion. Jeli
wharton ini merupakan substansi tebal, sebagai bantalan fisik, mencegah
tertekuknya tali pusat dan gangguan pembuluh darah. Arteri umbilikalis
membawa darah yang sudah tidak mengandung oksigen dan vena umbilikalis
membawa darah yang banyak mengandung oksigen. Darah dari janin mengalir
melalui arteri umbilikalis ke plasenta, selanjutnya karbondioksida dan sisa
metabolisme dibuang. Vena tali pusat membawa oksigen dan makanan ke janin.
Arteri umbilikalis mempunyai kontraksi yang kuat sedangkan vena umbilikalis
kemampuan kontraktilnya lebih kecil, sehingga setelah lahir vena umbilikalis
tetap mempunyai lumen yang cukup besar. (Ratri Wijaya,2006;8).

Tempat lekat tali pusat pada plasenta normalnya adalah sedikit diluar titik tengah
(insetion paracentral), lebih keluar sedikit mendekati tepi plasenta(insertion
lateral), tepat pada tepi plasenta (insertion marginal). Tempat- tempat lekat
tersebut tidak mempunyai arti klinis atau tanda adanya kelainan, tapi pada
kehamilan kembar atau ganda tempat lekat tali pusat biasanya adalah insertion
velamentosa yaitu tempat lekat tali pusat barada pada selaput janin. Pada insertion
velamentosa tali pusat dihubungkan dengan plasenta oleh pembuluh-pembuluh
darah yang berjalan dalam selaput janin. Bila pembuluh darah tersebut berjalan
didaerah ostium uteri internum disebut dengan istilah vasa previa. Gejala yang
akan terlihat adalah perdarahan segera setelah ketuban pecah. (Sodikin, 2009;25-
27).
Abnormalitas tali pusat memiliki korelasi yang tinggi dengan anomali janin. Tali
pusat pendek adalah tali pusat yang memiliki panjang rata-rata (50 cm-55 cm).
Tali pusat yang pendek, meskipun tidak lazim, dapat merupakan faktor penyebab
kegagalan janin untuk turun. Keadaan ini bahkan dapat menyebabkan abrupsio
plasenta, hernia umbilikalis, gawat janin, ruptur tali pusat, distosia bahu, atau
kombinasi hal-hal tersebut. Tali pusat dengan panjang yang berlebihan lebih
umum ditemukan daripada tali pusat yang lebih pendek. Keadaan ini tidak
memiliki makna tertentu, akan tetapi tali pusat berukuran panjang memiliki makna
klinis jika tali pusat tersebut menggulung melilit tubuh atau leher bayi sehingga
menyebabkan tali pusat berukuran pendek. Tali pusat juga dapat menggulung
sehingga membentuk simpul atau mengalami prolaps di depan bagian presentasi.
(Helen Varney;1164-1165).

B. Pemotongan, pengikatan/penjepitan talipusat

Pada manajemen aktif persalinan kala tiga, tali pusat segera dijepit dan dipotong
setelah persalinan. Ini dilakukan untuk memungkinkan untuk intervensi
manajemen aktif yang lain. Pada manajemen menunggu, penjepitan tali pusat
biasanya dilakukan setelah tali pusat berhenti berdenyut. (Sodikin, 2009;40).
Memotong tali pusat dengan menggunakan klem DTT, lakukan penjepitan tali
pusat dengan klem pada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari
titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat kearah
ibu (agar darah tidak terpancar pada saat pemotongan tali pusat). Lakukan
penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan pertama pada sisi atau
mengarah ke ibu. Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan
menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong
tali pusat diantara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting disinfeksi
tingkat tinggi atau steril. (JNPK-KR, 2008;83)

Selama dalam kandungan, bayi manerima makanannya melalui tali pusat. Tali
pusat terdiri dari pembuluh darah arteri dan satu pembuluh darah baluk atau vena.
Darah yang kaya nutrisi dan oksigen masuk ke pembuluh darah bayi melalui
pembuluh darah vena plasenta melalui kedua pembuluh darah arteri. Dengan
demikian, tali pusat merupakan saluran kehidupan janin selama 9 bulan. Setelah
lahir, saluran ini tidak lagi diperlukan. Untuk itu ia akan dipotong dan diikat atau
dijepit dengan alat khusus (Pujiharto, 2006)

Pengobatan dan pengikatan tali pusat menyebabkan pemisahan fisik terakhir


antara ibu dengan bayi. Waktu pemotongan tali pusat tergantung dari pengalaman
seorang ahli kebidanan. Pemotongan sampai denyut nadi tali pusat terhenti dapat
dilakukan pada bayi normal, sedangkan pada bayi gawat pemotongan tali pusat
secepat mungkin agar dapat dilakukan resusitasi sebaik-baiknya. Setelah tali pusat
dipotong dilakukan pengikatan tali pusat dengan beberapa cara seperti dibawah ini
:
1. Alat penjepitplastik yang kususdibuatuntuktalipusat dan
dapatdibuangkemudian (disposible), dipasang 1 cm dibawahalatpenjepit
yang sudahdipasanglebihdahulu. Alat
penjepitplastikinitetapmemberitakanan pada
talipusatwalaupunseleiwharton(wharton jelly) mengkerut dan
kemudiandibuangbersamalepasnyatalipusat.
2. Pita daribahannilon yang sangatkuat dan yang
disimpandalambungkusplastiksterildiikatkanrangkap pada talipusatseerat-
eratnyasehinggatidakmudahlepas dan terusmenekantalipusat,
walaupunselaiwhartonsudahkering. Pita
inidibuangbersamaandenganlepasnyatalipusat.
3. Benangdiikatkuatdenganikatanrangkap pada talipusat.
Pengikatandenganbenang katun sterilinitidakmenjaminpenekanan yang
terusmenerus pada talipusat. Walaupun pada
permulaannyaikatansudahbaiktetapikarenatalipusatmengkerut,
ikatanmenjadilonggar dan memungkinkandilakukanobservasi yang
berulang-ulang padawaktu-waktutertentuselama 48 jam.
Perdarahantidakmungkinterjadi pada pemakaianalatpenjepitplastik dan pita
darinilon oleh karenaterjadipenekanan yang terusmenerus pada talipusat.
(wikjosastro, 2005;1150-1151)

C. Mekanisme lepasnya talipusat

Ketika neonatus pertama kali tiba di ruang perawatan, sekitar 5 cm tali pusat
biasanya masih terdapat pada abdomen dengan beberapa tipe penjepitan. Setelah
beberapa hari tali pusat mengkerut dan menghitam. Kemudian setelah beberapa
hari atau minggu tali pusat akan lepas dengan sendirinya, meninggalkan area kecil
yang bergranulasi, dan biasanya menghilang. Jaringan parut yang kecil dan
kontraktur disebut umbilikalis. (Sodikin, 2009;65-66).

Tali pusat dijadikan tempat koloni bakteri yang berasal dari lingkungan sekitar.
Pada bayi yang ditrawat di rumah sakit bakteri S aureus adalah bakteri yang
sering dijumpai yang berasal dari sentuhan perawat bayi yang tidak steril.
Pengetahuan tentang faktor yang menyebabkan terjadinya kolonisasi bakteri pada
tali pusat sampai saat ini belum diketahui pasti. Selain S aerus, bakteri E colli dan
B streptococci juga sering dijumpai berkoloni pada talipusat.
Pemisahan yang terjadi antara pusat dan tali pusat dapat disebabkan oleh
keringnya tali pusat atau diakibatkan oleh terjadinya inflamasi karena terjadi
infeksi bakteri. Pada proses pemisahan secara normal jaringan yangtertinggal
sangat sedikit, sedangkan pemisahan yang diakibatkan oleh infeksi masih
menyisakan jaringan dalam jumlah banyak yang disertai dengan timbulnya
abdomen pada kulit. (Paisal, 2008).

Setelah bayi lahir tali pusat dipotong, secara mendadak tali pusat tidak mendapat
aliran darah, akan menjadi kering. Pengeringan dan pelepasan tali pusat
dipermudah karena terpapar udara. Hilangnya air dari jeli wharton menyebabkan
mumifikasi tali pusat segera setelah bayi lahir. Dalam 24 jam warna putih tali
pusat menghilang dan berubah menjadi kuning kecoklatan dan mengering atau
kehitaman kering dan kaku (ganggren kering). Jaringan tali pusat yang mengalami
devitalisasi merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman-kuman,
terutama bila tali pusat dalam keadaan lembab dan perawatannya tidak bersih.
(Ratri Wijaya,2006;9-10).

Sisa potongan tali pusat menjadi sebab utama terjadinya infeksi pada bayi baru
lahir. Kondisi ini dapat dicegah dengan membiarkan tali pusat tetap kering dan
bersih. Pemisahan yang terjadi diantara pusat dan tali pusat disebabkan oleh
keringnya tali pusat atau diakibatkan oleh terjadinya inflamasi karena terjadi
infeksi bakteri. Pada proses pemisahan secara nominal jaringan dalam jumlah
banyak yang disertai dengan timbulnya abdomen pada kulit. (Paisal,2008)

Sebelum luka sembuh merupakan jalan masuk untuk infeksi, yang dapat dengan
cepat menyebabkan sepsis. Pengenalan dan pengobatan secara dini infeksi tali
pusat sangat penting untuk mencegah sepsis. Jika tali pusatbengkak,
mengeluarkan nanah, atau berbau busuk, tapi kemerahan dan pembengkakan
terbatas pada daerah < 1 cm disekitar pangkal tali pusat disebut sebagai infeksi
tali pusat lokal atau terbatas. Jika kulit disekitar tali pusat merah dan mengeras
atau bayi mengalami distensi abdomen disebut infeksi tali pusat berat atau meluas.
(Sholehdk,2005;88-89).

Lama penyembuhan tali pusat dikatakan cepat jika kurang dari 5 hari,normal jika
antara 5 sampai dengan 7 hari, dan lambat jika lebih dari 7 hari. (Paisal, 2008).
Lepasnya tali pusat selain dipengaruhi oleh perawatan tali pusat dengan menjaga
agar tali pusat tetap kering dan bersih juga dipengaruhi kepatuhan ibu untuk
membersihkan tali pusat setiap hari. Kebersihan saat merawat tali pusat dan
frekuensi mengganti popok setiap kali popok kotor dan basah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya pelepasan tali pusat :

1. Cara perawatanTalipusat, penelitianmenunjukkanbahwatalipusat yang


dibersihkandengan air, sabun dan di
tutupdengankassasterilcenderunglebihcepatpuput (lepas) daripadatalipusat
yang dibersihkandenganalkohol
2. Kelembabantalipusat, talipusat juga tidakbolehditutuprapatdenganapapun,
karenaakanmembuatnyamenjadilembab.
Selainmemperlambatpuputnyatalipusat, juga menimbulkanresikoinfeksi

3. Kondisisanitasilingkungansekitarneonatus, Spora C. tetani yang


masukmelaluilukatalipusat, karenatindakanatauperawatan yang
tidakmemenuhisyaratkebersihan.
4. Timbulnyainfeksi pada talipusat, karenatindakanatauperawatan yang
tidakmemenuhisyaratkebersihan,
misalnyapemotongantalipusatdenganbambu/gunting yang tidaksteril,
atausetelahdipotongtalipusatdibubuhiabu, tanah, minyakdaun-daunan, kopi
dan sebagainya. (Wawan, 2009).

D. Perawatan TaliPusat

Menurut kamus Bahasa indonesia, perawatan adalah proses perbuatan, cara


merawat, pemeliharaan, penyelenggaraan. Tali pusat atau umbilikal court adalah
saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Dikatakan saluran
kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat-zat
gizi dan oksigen kejanin. Tetapi begitu lahir, saluran ini sudah tidak diperlukan
lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit. Jadi, perawatan tali pusat
adalah perbuatan merawat atau memelihara pada tali pusat bayi setalah tali pusat
dipotong sampai sebelum puput. (Paisal, 2008)

Tujuan perawatan tali pusat untuk menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih,
mencegah infeksi pada bayi baru lahir, membiarkan tali pusat terkena udara agar
cepat kering dan lepas (Paisal, 2008). Cara persalinan yang tidak steril dan cara
perawatan tali pusat dengan pemberian ramuan tradisional meningkatkan
terjadinya tetanus pada bayi baru lahir.(Ratri Wijaya, 2006;11).

Perawatan tali pusat secara intensif diperkenalkan pada tahun 1950an sampai
dengan tahun 1960an dimana pada saat itu angka infeksi pada proses kebidanan
sangat tinggi. Akan tetapi pada beberapa Negara berkembang masih sering
dijumpai terjadinya infeksi tali pusat walaupun antiseptic jenis baru telah
diperkenalkan. Selain infeksi, pendarahan pada tali pusat juga dapat berakibat
fatal. Akan tetapi pendarahan dapat dicegah dengan melakukan penjepitan tali
pusat dengan kuat dan pencegahan infeksi. Peralatan yang digunakan dalam
pemotongan tali pusat juga sangat berpengaruh dalam timbulnya penyulit pada tali
pusat. Saat dipotong tali pusat terlepas dari suplai darah dari ibu. Tali pusat yang
menempel pada pusat bayi lama kelamaan akan kering dan terlepas. Pengeringan
dan pemisahan tali pusat sangat dipengaruhi oleh aliran udara yang mengenainya.
Jaringan pada sisa tali pusat dapat dijadikan tempat koloni oleh bakteri terutama
jika dibiarkan lembab dan kotor. Sisa potongan tali pusat menjadi sebab utama
terjadinya infeksi pada bayi baru lahir. Kondisi ini dapat dicegah dengan
membiarkan tali pusat kering dan bersih. (Wawan, 2009). Infeksi tali pusat pada
dasarnya dapat dicegah dengan melakukan perawatan tali pusat yang baik dan
benar, yaitu dengan prinsip perawatan kering dan bersih. Pemakaian antimikrobial
topikal pada perawatan tali pusat dapat mempengeruhi waktu pelepasan tali pusat,
yaitu merusak flora normal sekitar tali pusat sehingga memperlambat pelepasan
tali pusat. (Ratri Wijaya, 2006;4).

Perawatan tali pusat sebenarnya sederhana, yang penting pastikan tali pusat dan
area sekelilingnya selalu bersih dan kering. Selalu mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun sebelum membersihkan tali pusat. Selama ini standar perawatan
tali pusat yang diajarkan oleh tenaga medis kepada orang tua baru adalah
membersihkan atau membasuh tali pusat dengan alkohol. Selama tali pusat belum
puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara celupkan ke dalam air.
Cukup dilap saja dengan air hangat. Alasannya untuk menjaga tali pusat tetap
kering. Bagian yang harus dibersihkan adalah pangkal tali pusat, bukan atasnya.
Untuk membersihkan pangkal ini, harus sedikit mengangkat (bukan menarik tali
pusat). Sisa air menempel pada tali pusat dapat dikeringkan dengan kain kassa
steril atau kapas, setelah itu keringkan tali pusat. (Paisal, 2008).

Perawatan praktis lainnya yang mungkin dapat mengurangi timbulnya risiko


terjadinya infeksi tali pusat adalah dengan cara rawat gabung dan kontak langsung
kulit bayi dan ibunya mulai lahir, agar bayi mendapatkan pertumbuhan flora
normal dari ibunya yang sifatnya non patogen. Pemberian air susu ibu yang dini
dan sering akan memberikan antibodi kepada bayi untuk melawan infeksi.
Pemberian antiseptik pada tali pusat mungkin tidak diperlukan, karena resiko
terjadinya kontaminasi adalah kecil, yang penting dijaga kebersihannya. Berbeda
dengan bayi yang dirawat di rumah sakit. Menggunakan antiseptik mungkin
diperlukan untuk mengurangi terjadinya infeksi pada tali pusat (Ratri
Wijaya,2006;12).

Bagian yang harus selalu dibersihkan adalah pangkal tali pusat, bukan atasnya.
Untuk membersihkan pangkal ini, harus sedikit mengangkat (bukan menarik) tali
pusat. Sisa air yang menempel pada tali pusat dapat dikeringkan dengan
menggunakan kain kasa steril atau kapas. Setelah itu kering anginkan tali pusat.
Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua kali dalam sehari. Tali pusat juga
tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi
lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko
infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup, tutup atau ikat dengan longgar pada bagian
atas tali pusat dengan kain kasa steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat
terkena udara dengan leluasa. Bila akan menggunakan popok sekali pakai,
pilihlah yang memang khusus untuk bayi baru lahir (yang ada lekukan di bagian
depan). Dan jangan mengenakan celana atau jump-suit. Sampai tali pusatnya
puput, kenakan saja popok dan baju atasan. Bila akan menggunakan popok kain,
jangan masukkan baju atasannya ke dalam popok. Intinya adalah membiarkan
tali pusat terkena udara agar cepat mengering dan lepas. (Paisal,2008).

Prinsip perawatan tali pusat yang direkomendasikan WHO adalah berdasarkan


prinsip aseptik,sedangkan prinsip perawatan tali pusat menurut WHO (1998)
dibedakan menjadi dua yaitu perawatan tradisional dan perawatan tali pusat secara
medis.

1. Perawatantradisional
Lebih kuranng 2/3 proses persalinan di negara berkembang terjadi diluar
fasilitas kesehatan dan hanya ½ ibu-ibu tersebut melahirkan bayi ditolong
oleh dukun terlatih. Disamping itu banyak cara-cara tradisional untuk
merawat tali pusat yang diyakini oleh masyarakat setempat secara turun
temurun, misalnya dengan mengoleskan ASI (Kenya), mengoleskan minyak
ghee (India) dan mengikat perut (Amerika Latin, Asia). Cara perawatan
tradisional tersebut sebagian merugikan namun ada juga yang tidak
merugikan bagi kesehatan.

2. Perawatantalipusatsecaramedik
a. Diberbagaiinstitusikesehatantersediabanyakperalatanuntukmangikattalipusat
, tetapibelumadapenelitianuntukmengujiefektifitasnya.
Talipengikatdariplastikmerupakan salah satupilihan yang
cukupefektifuntukmengikattalipusatdisampingmudahdigunakan,
tatapiharganyacukup mahal dan kadang-kadangtidakselalutersedia.
b. Alat pemotongtalipusatharustajam dan sterilsepertisiletataugunting.
Penggunaaninstrumen yang tumpuldapatmenimbulkanperdarahanakibat
trauma yang cukupluas.
c. Panjang talipusat yang disisakansehabisdipotongdianjurkan 2-3cm.

Beberpa penelitian menganjurkan sisa panjang tali pusat 3-4 cm dari


dinding abdomen untuk mencegah terikatnya sebagian gud yangmasuk ke
umbilikus walaupun kasusnya jarang. Bila putung tali pusat terlalu panjang
dikawatirkan sulit menjaga kebersihan disamping mudah terkena feses dan
air kencing bayi.
d. Sesudahdiikat dan dipotongputungtalipusattidakditutup agar
terpaparudarauntukmempercepat proses pengeringan dan
mecegahkelembaban.
e. Penggunaanalkohol, powder
atauantimikrobauntukperawatantalipusatmasihseringdikerjakan di berbagai
negara walaupunbelumterbuktiefektifitasnya. (Ratriwijaya,2006;13)

Bahaya lain yang ditakutkan ialah infeksi. Untuk menghindari infeksi tali pusat
yang dapat menyebabkan sepsis, menginitis, dan lain-lain maka ditempat
pemotongan dan pangkal tali pusat serta 2,5 cm disekitar pusat diberi obat
antiseptik. Selanjutnya tali pusat dirawat dalam keadaan steril/bersih dan kering.
Perawatan tali pusat dengan kassa steril menurut Saifudin (2002) :

1. Pertahankansisatalipusatdalamkeadaanterbuka agar terkenaudara dan


ditutupidengankainbersih (kassasteril) secaralonggar.
2. Lipatpopokdibawahsisatalipusat.
3. Jika talipusatterkenakotoranatautinjacucidengansabun dan air
bersihlalukeringkan.

Perawatan tali pusat dilakukan secara bersih tidak menganjurkan untuk


mengoleskan bahan atau ramuan apapun pada puntung tali pusat (DepKes2000).
Perawatan tali pusat yang dilakukan secara rutin manggunakan air dan
dikeringkan menggunakn air bersih ini, tidak menyebabkan peningkatan infeksi
serta merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk perawatan tali pusat
(DepKes,2000).

Perawatan tali pusat dengan menggunakan kassa alkohol 70%


1. Cucitanganbersih-bersihdengansabun.
2. Ambil kapasbulatataukapasbertangkai yang telahdibubuhialkohol70%,
lalubersihkansisatalipusar, terutamabagianpangkalnya (yang menempel
padaperut).
3. Lakukanlahdenganhati-hati, apalagibilapusarbayimasihberwarnamerah.
4. Gunakanjepitankhususdariplastikuntuk 'memegang' ujungtalipusarnya, agar
lebihmudahdalammembersihkan dan melilitkanperbannya.
5. Rendamperban/kasasterildalamalkohol 70%, lalubungkussisatalipusar.
Usahakan agar seluruhpermukaanhinggakepangkalnyatertutupperban.
6. Lilitkanperban/kassasedemikianrupaagarbungkusantidakterlepas.Pastikantid
akterlaluketat, agar bayitidakkesakitan. (anonim, 2009).

Perawatan tali pusat menurut asuhan persalinan normal (2008) :


1. Janganmembungkusputungtalipusatatauperutbayiataumengoleskancairanatau
bahanapapunkeputungtalipusat.
2. Mengoleskanalkoholataubetadin
(terutamajikapemotongantalipusattidakterjamin DTT atausteril)
masihdiperkenankantetapitidakdikompreskankarenamenyebabkanbasah/lemb
ab.
3. Lipatpopokdibawahputungtalipusat
4. Jika putungtalipusatkotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT/steril dan
sabunkemudiansegerakeringkansecaraseksamadenganmenggunakankainbersi
h.
5. Segeramencaribantuanjikapusatmenjadimerah, bernanah/berdarah,
atauberbau.(JNPK-KR, 2008 ;99).

Tali pusat dijadikan tempat koloni bakteri yang berasal dari lingkungan sekitar.
Pada bayi yang dirawat di rumah sakit bakteri S aureus adalah bakteri yang sering
dijumpai yang berasal dari sentuhan perawat bayi yang tidak steril. Pengetahuan
tentang faktor yang menyebabkan terjadinya kolonisasi bakteri pada tali pusat
sampai saat ini belum diketahui pasti. Selain S aerus, bakteri E colli dan B
streptococci juga sering dijumpai berkoloni pada tali pusat. Pemisahan yang
terjadi antara pusat dan tali pusat dapat disebabkan oleh keringnya tali pusat atau
diakibatkan oleh terjadinya inflamasi karena terjadi infeksi bakteri. Pada proses
pemisahan secara normal jaringan yang tertinggal sangat sedikit, sedangkan
pemisahanyangdiakibatkan oleh infeksi masih menyisakan jaringan dalam jumlah
banyak yang disertai dengan timbulnya abdomen pada kulit. (Wawan, 2009).
Tetanus neonatorum sebagai salah satu penyebab kematian, sebenarnya dapat
dengan mudah dihindari dengan perawatan tali pusat yang baik, dan pengetahuan
yang memadai tentang cara merawat tali pusat. (Sodikin,2009;2).
Gejala infeksi tali pusat :
1. Bayigelisah danrewel.
2. Ada tandakemerahan di sekitarpangkaltalipusat dan perutbayi.
3. Berbau dan mengeluarkannanah.
4. Disertaisuhutubuhbayi yang meningkat (hangat/panas) .(annonim,2009)

2.1.1 Definisi ASI

Air Susu Ibu ( ASI ) merupakan bahan makanan utama bayi yang
disekresikan oleh kelenjar payudara ibu yang berupa suatu emulsi lemak
dalam larutan protein , laktosa dan garam-garam organik (Soetjiningsih,
1997). ASI juga dapat dimengerti sebagai minuman alami yang sangat
diperlukan bayi dalam masa awal hidupnya utamanya dalam beberapa
bulan di awal kehidupannya (Nelson dan Kliegman , 2008). Kemudian
Sunardi (2008) juga mengemukakan bahwa ASI merupakan suatu bahan
makanan bagi bayi selama dua tahun pertama kehidupannya yang Allah
ciptakan bahan makanan tersebut keluar melalui payudara seorangibu.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa ASI
merupakan suatu bahan makanan alami bagi seorang bayi dan
mengandung banyak zat gizi yang yang diciptakan Allah melalui
perantara seorang ibu , dimana bahan makanan tersebut dikeluarkan
melalui payudara ibu dan berguna untuk menunjang kehidupan si bayi
hingga dua tahun pertama kehidupannya terutama pada beberapa bulan
awal masa kehidupannya.

2.1.2 Komponen ASI

ASI merupakan suatu bahan makanan alami namun sangat kaya akan zat
gizi, bahkan meskipun dalam 6 bulan pertama kehidupan bayi hanya
diberikan ASI saja tanpa zat tambahan lainnya, kecukupan nutrisinya
sudah sangat terpenuhi dan memberikan efek positif untuk kehidupannya
dimasa datang. Bahkan hal tersebut tidak dapat ditandingi oleh susu
formula atau susu botol semahal dan sebagus apapun.

2.1.2.1 Pembagian ASI Menurut StadiumLaktasi

a. Kolostrum

Merupakan cairan yang pertama kali disekresikan oleh kelenjar


payudara dan diterima bayi yang bersifatkental, berwarna
kekuningan, dan lengket. Biasanya kolostrum muncul hingga hari
ketiga atau hari keempat setelah bayi lahir. Kolostrum
mengandung tinggi protein (imunoglobulin), laktosa , lemak ,
mineral , vitamin, dan zat lainnya. Kandungan imunoglobulin
(IgA, IgG dan IgM) kolostrum merupakan yang paling tinggi
dibandingkan dengan ASI transisi dan ASI Matur, sehingga
memberikan efek proteksi dari antibodi yang paling tinggi. Selain
itu, efek menguntungkan lainnya dari kolostrum adalah sebagai
pembersih usus bayi dari mekonium dan membantu agar saluran
pencernaan bayi lebih siap dalam menghadapi bahan makanan
selanjutnya (Dewi dan Sunarsih, 2011)

b. ASI TransisiatauPeralihan

Merupakan cairan ASI yang keluar setelah kolostrum, yakni kira-


kira pada hari ke empat sampai sepuluh. Pada fase ini, protein akan
menurun , namun karbohidrat dan lemak akan meningkat
jumlahnya. Semakin berjalannya waktu , maka volume ASI pun
semakin meningkat (Dewi dan Sunarsih, 2011)

c. ASIMatur

Merupakan cairan ASI yang berwarna putih kekuningan


dikarenakan mengandung Ca-caseinat, riboflavin dan karoten dan
disekresikan mulai hari ke sepuluh hingga seterusnya. Kandungan
dalam ASI matur relatif konstan dan semakin menyesuaikan
dengankondisibayi,dimanasemakintinggiakanlaktosa,lemak

dan nutrisi sehingga membuat bayi menjadi lebih cepat kenyang.


Faktor-faktor antimikroba juga teradapat didalamnya misalnya sel-
sel limfosit, protein, komplemen, enzim-enzim dan lain-lain (Dewi
dan Sunarsih 2011)

2.1.3 Manfaat ASI

ASI memiliki banyak manfaat yang tidak hanya dirasakan oleh si


bayi namun juga oleh orang tuanya. Manfaat ASI akan semakin
optimal jika pemberiannya dilakukan secara eksklusif,
diantaranya yaitu ( Roesli, 2000) :
1. Sebagainutrisi

ASI yang dihasilkan oleh ibu terdiri dari tiga jenis yakni
kolostrum, ASI transisi dan ASI matur atau matang. Setiap
jenis dari ASI ini sudah ciptakan Allah SWT sesuai dengan
tahap pertumbuhan kembang bayi. Oleh karena itu meskipun
bayi hanya diberi ASI saja maka kebutuhan gizi nya sudah
akan tercukupi
2. Meningkatkandayatahantubuh

Kekebalan tubuh yang dimiliki oleh bayi pada saat fase


pertama kehidupannya, masih didapatkan dari bawaan ibunya.
Namun , kekebelan tersebut semakin lama semakin berkurang.
Padahal, bayi baru bisa memproduksi kekebalan tubuhnya
sendirri kira - kira setelah berusia sembilan bulan. Oleh karena
itu, dengan adanya asupan ASI , maka dapat mendukung
ketahanan tubuh bayi.
3. Meningkatkankecerdasan

Kecerdasan dipengaruhi oleh du faktor yakni genetik dan


faktor lingkungan. ASI bertindak sebagai salah satu
komponen dalam faktor lingkungan yakni aspek asuh yang
nutrisinya berguna untuk menunjang pertumbuha otak bayi
misalnya taurin, laktosa, DHA, AA, omega – 3 dan omega –
6, dimana zat-zat ini hanya terdapat dalam jumlah sedikit pada
susu sapi
4. Memperkuatjalinankasihsayang

Ketika ibu menyusui si bayi , maka ibu dan bayinya


berada dalam keadaan yang sangat intim atau dekat karena
bayi dapat merasakan kontak kulit, berada dalam dekapan ibu
dan juga dapat mendengar suara detak jantungibu

E. Nutrisi dan penyembuhanluka (Arisanty,2013)

Arisanty,2013menyatakannutrisi adalah salah satu faktor yang penting dalam


penyembuhan luka. Setiap fase pada penyembuhan luka memerlukan nutrisi. Saat
terjadi kerusakan jaringan, katekolamin dilepaskan dan terjadi peningkatan
metabolik (hipermetabolik). Pada masa hipermetabolik terjadi peningkatan
kebutuhan kalori dan protein berlebih. Hipermetabolik pada awal kejadian luka
terjadi selama 10,14 hari. Jika pada fase hipermetbolik teratasi, pada hari
berikutnya kebutuhan metabolik tubuh kembalinormal.

Penyembuhan luka memerlukan pemenuhan protein, lemak, karbohidrat, vitamin


dan mineral yang adekuat dan seimbang. Jika asupan nutrisi tersebut tidak
adekuat, penyebuhan luka terhambat. Peran protein selama penyembuhan luka
yaitu fagositosis, proliferasi, fibroblas, angiogenesis, pembentukan kolagen, dan
remodeling respons, imun, prekursor nitricoxide.

Pengaruh ASI TerhadapPelepasanTali Pusat ASI merupakansumbergizi yang


sangat ideal dengankomposisi yang seimbang dan
disesuaikandengankebutuhanpertumbuhanbayi. ASI adalah susu yang
diproduksiseorangibuuntukkonsumsibayi dan merupakansumbergiziutamabayi
yang belumbisamencernamakananpadat. ASI kaya akan antibody
atauzatkekebalantubuh yang mampumelindungibayidariberbagaimacampenyakit
dan infeksi. Menurut Allam dkk (2015), ASI mengandung antibody IgA
dalamjumlah yang besar, dan tampaknya ASI
inimempunyaiefekpencegahanterhadapinfeksi. ASI juga
berperandalamefekantibakteri dan antivirus secaraumum.
Selainberperandalamsistemimun yang sempurna, ASI juga
berperandalamperbaikan dan pertumbuhanmuskuloskeletal. ASI
adalahsumberdariduakelasfaktor 59 pertumbuhan yang utama, yaitu Transforming
Growth Factor alfa dan beta (TGF-α dan TGF-β) dan Insulin Growth Factors 1
dan 2 (IGF-1 dan IGF-2). TGF-α dan TGF-β termasukdalamaktivitassel yang
normal sepertiperkembanganembrio, proliferasisel, dan perbaikanjaringan. IGF-1
berperandalamkarakteristikanabolik dan penyembuhanluka. Hal
inimenghambatkatabolisme, dan iniadalah salah satufaktorpertumbuhan yang
dapatmenstimulasipertumbuhan dan perbaikanototitusendiri. Seperti yang
direkomendasikan oleh Mousa, dkk (2006) dalampenelitian yang dilakukan oleh
Allam dkk (2015) tentangpengaruhpemberiantopikal ASI
terhadappelepasantalipusat pada bayibarulahir, menggambarkanbahwa salah
satuagen yang digunakanuntukperawatantalipusatadalahaplikasitopikal ASI dan
air suling. Menurut WHO, praktekinibermanfaatmengingatfaktorantibakteri yang
adadalam ASI, serta ASI memilikibanyakimunologi dan agen anti-infeksi.
Kolostrummengandungjumlahkomponenpelengkap yang
bertindaksebagaizatantimikrobaalami dan juga dilengkapidenganfaktor-
faktorpelindung yang memberikankekebalanpasifspesifik dan nonspesifik. Di sisi
lain ASI dapatmempercepat proses
pelepasantalipusatmelaluileukositplymorphonoklear yang ada pada talipusat,
enzimfotolitik dan zatimunologiklainnya.
Penelitiansebelumnyatelahmelaporkanbahwawaktupelepasantalipusat pada
aplikasitopikal ASI dan
kelompokperawatankeringlebihpendekdibandingkandenganaplikasitopikaldari
povidone iodine. Walaupun pada penelitan-penelitiansebelumnyapemberian ASI
masihterbatasdengan 60 pemberiansecaratopikal, namundisinikandungan yang
terdapatdalam ASI khususnyakolostrumadalah yang
berperandalampelepasantalipusattersebut. Kolostrummemilikikandungan protein
yang lebihbanyakdibandingkandengan ASI peralihan/transisi dan ASI matur,
protein berperandalammemperbaikijaringan yang rusak, selainitu protein didalam
ASI memilikikeistimewaanyaitu protein dalam ASI mempunyairasio protein
whey:kasein = 60:40, dibandingkandengan air susu sapi yang rasionya = 20:80.
Disini protein whey adalah protein yang mudahdiserap dan dicerna oleh bayi,
sedangkan protein kaseinsulitdicernadalampencernaanbayi. MenurutDewi (2012)
kadarpoliamin dan nukleotid yang pentinguntuksintesis protein pada ASI
lebihtinggidibandingkan air susu sapiatau pada susu formula, sehinggapenyerapan
protein dalamtubuhbayi yang mengkonsumsibanyak ASI lebih optimal dan peran
protein sebagaiperbaikanjaringan yang rusakdapatbekerjadengancepatkhususnya
pada pelepasantalipusat. Selainitukandungankolostrumlainnya yang
berfungsisebagaizatkekebalan, anti infeksi dan anti bakteri juga
dapatdiserapdenganmudah oleh tubuhbayi, disisilain,
talipusatadalahtempatmasuknyamikroorganismeasing, denganadanyazat-
zattersebut, makaakanmenangkalmikroorganismeasing yang
masukmelaluilukatalipusatsehinggadapatmempercepatlepasnyatalipusat dan
mengurangiresikoinfeksi pada talipusat
BAB IV

ANALISA

A. ANALISA RUANGAN
Di RumahSakit Premier Bintarosaatinikapasitasruangbayiada 10 bed,
denganketenagaansaatini 2 perawatpershift, dan di RumahSakit Premier
bintarosendirisaatinisudahmenerapkan program ASI eksklusif,
inisiasimenyusuidini (IMD), juga breast care sehingga program
penggunaan ASI untukperawatantalipusatsangatmungkindilakukan di
ruang perinatology RumahSakit Premier Bintaro.

B. ANALISA SWOT
1. Strength
a. Penggunaan ASI pada perawatantalipusatlebihefisien
b. Menghindarkanibupost partumdariterjadinyabendungan ASI,
c. Lebihekonomiskarenatidakmembutuhkanbiaya,
d. tidakadaefeksamping.
e. Waktu
pelepasantalipusatlebihcepatsehinggakemungkinanterjadinyainf
eksilebihkecil,
f. Pada bayibeberapamanfaat yang
didapatkandiantaranyabayidapatterhindardariresikoinfeksikaren
akandungannutrisidalam ASI yang
mampumencegahinfeksisertabayidapatterhindardariresikoalergi
penggunaan antibiotic seperti alcohol dan povidone iodine.

2. Weakness
a. Intervensitidakbisadilakukan pada Ibu dengan ASI yang sedikit
dan ASI yang tidaklangsungkeluar pada saatpascamelahirkan.

b. Ada sebagianperawat yang


belummengetahuipengaruhASIterhadappelepasantalipusat pada
bayibarulahir.
3. Opportunity
a. Intervensiinidapatdilakukan pada
semuabayibarulahirtanpaadanyakontraindikasi

b. Teknik penggunaan ASImerupakanteknik yang aman,


mudahuntukdilakukan, tidakmemerlukanbanyakalat,
tidakmemerlukanbiaya.
c. Teknik penggunaanASI tidakmenimbulkanefeksamping
d. Teknik penggunaan ASIdapatdilakukankapanpun dan
dapatdilakukandenganbantuankeluarga.

4. Threath

a. Pengetahuanklien dan
keluargaterbatastentangteknikpenggunaan
ASIterhadapperawatantalipusat.
b. Klien dan
keluargamenolakkarenabelummengetahuimanfaatdariASIter
hadappelepasantalipusat.
c. Adanyaketerbatasanwaktuperawatuntukmelakukanpenerapa
nteknikpenggunaan ASI
untukmempercepatpelepasantalipusat pada bayibarulahir.
d. Apabilatidakdilakukan proses pelepasantalipusatlebih lama
sehinggaresikoterjadinyainfeksisemakinbesar.
BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN
Dari hasilpenelitianartikelpenelitianjurnalutama di dapatkanbahwa ASI
lebihefektifdigunakanuntuk media
perawatantalipusatdibandingkandenganmenggunakankassakeringdenganre
ratawaktupelepasantslipusatmemdukung ASI selama 127,41 jam dan
reratawaktupelepasantalipusatmenggunakankassakeringselama 157,38
jam.
Selainitudengankandungan ASI yang kaya akan anti infamasi dan antibody
bukanhanyadapatmenghambatOmphalithis pada bayi juga
mempercepatpenyembuhanluka pada perineum dan putting yang lecet
pada ibupost partum.

B. SARAN
1. BagiIlmuKeperawatan
Dapatdigunakansebagaidalampengembanganilmukeperawatandalampe
nggunaan ASI untukperawatantalipusat.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil
penelitiandapatdijadikansebagaiacuanuntukmemberikanintervensikepe
rawatan yang lebihefektif dan aman.
DAFTAR PUSTAKA

Arisanty,(2013). ManajemenPerawatanluka : Konsep Dasar Jakarta :


EGC.

Bobak, M. Irene. (2004). PerawatanMaternitas dan Gynekologi.


Bandung: VIA PKP

Manuaba, Ida Bagus. (2007). IlmuKebidanan,PenyakitKandungan,


DanKeluargaBerencanaUntuk Pendidikan Bidan. Jakarta:
EGC

Sarwono, P. (2008) .IlmuKebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka

Suherni. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: PenerbitFitramaya.

Depkes RI. (2007). BukuAcuan& Panduan AsuhanPersalinan Normal


&InisiasiMenyusu Dini. JNPK-KR: Jakarta

Depkes RI. (2008). PelatihanKlinikAsuhanPersalinan Normal. JNPK-KR:


Jakarta

Saifuddin, A. (2009). BukuAcuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. JNPK-KR: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai