Disusun oleh :
1. Arum Catur Wahyuningtyas (21219056)
2. Febriyanti (21219060)
3. Ihsan Rustandi (21219062)
4. Lidia Yuswita (21219064)
5. Mira Rahartuti (21219068)
6. Panty Sari Utami (21119001)
7. Siti Noor Islah (21119001)
8. Siti Mulyani (21219004)
I. Latar Belakang
Air Susu Ibu merupakan makanan terbaik bayi pada awal usia kehidupannya. ASI
terbukti mempunyai keunggulan yang tidak dapat digantikan oleh makanan dan minuman
manapun karena ASI mengandung zat gizi yang paling tepat, lengkap dan selalu
menyesuaikan dengan kebutuhan bayi setiap saat (Elza, 2009). Proses menyusui idealnya
dapat segera dilakukan begitu bayi lahir. Bayi yang lahir cukup bulan akan memiliki naluri
untuk menyusu pada ibunya di 20-30 menit setelah lahir. Itupun jika bayi tidak mengantuk
akibat pengaruh obat ataupun anastesi yang diberikan kepada ibu saat proses melahirkan.
Di jam-jam pertama, bayi akan relatif tenang, terjaga dan memiliki kemampuan menyusu
dengan baik (Soraya, 2010).Kenyataan dilapangan menunjukkan produksi dan ejeksi ASI
yang sedikit pada hari-hari pertama setelah melahirkan menjadi kendala dalam pemberian
ASI secara dini. Menurut Cox (2006) disebutkan bahwa ibu yang tidak menyusui bayinya
pada hari-hari pertama menyusui disebabkan oleh kelelahan pasca kelahiran, kecemasan
dan ketakutan ibu akan kurangnya produksi ASI serta kurangnya pengetahuan ibu tentang
proses menyusui. Menyusui dini di jam-jam pertama kelahiran jika tidak dapat dilakukan
oleh akan menyebabkan proses menyusu tertunda, maka alternatif yang dapat dilakukan
adalah memerah atau memompa ASI selama 10-20 menit hingga bayi dapat menyusu.
Tindakan tersebut dapat membantu memaksimalkan reseptor prolaktin dan meminimalkan
efek samping dari tertundanya proses menyusui oleh bayi.Banyak ibu yang merasa bahwa
ASI belum keluar pada hari pertama sehingga bayi dianggap perlu diberikan minuman
lain, padahal bayi yang lahir cukup bulan dan sehat mempunyai persediaan kalori dan
cairan yang dapat mempertahankannya tanpa minuman selama beberapa hari. Disamping
itu, pemberian minum sebelum ASI keluar akan menghambat pengeluaran ASI karena
bayi menjadi kenyang dan malas menyusui. Salah satu solusi dari ketidaklancaran ASI
adalah perawatan payudara dan pijat oksitosin. Dimana pijat okstiosin dapat merangsang
hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan sehingga sangat berperan dalam
produksi ASI (Evariny, 2008). Pijatan atau rangsangan pada tulang belakang, neuro
transmitter akan merangsang medulla oblongata langsung mengirim pesan ke
hypothalamus di hypofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin sehingga menyebabkan
buah dada mengeluarkan air susunya. Pijatan di daerah tulang belakang ini juga akan 6
merileksasi ketegangan dan menghilangkan stress dan dengan begitu hormon oksitosoin
keluar dan akan membantu pengeluaran air susu ibu, dibantu dengan isapan bayi pada
puting susu pada saat segera setelah bayi lahir dengan keadaan bayi normal (Guyton,
2007).Berdasarkan latar belakang diatas, kelompok tertarik untuk melakukan pendidikan
kesehatan tentang pijat oksitosin di Ruang Perawatan Post Partum.
IV. MATERI
(Terlampir)
V. METODE
a. Ceramah
b. Demonstrasi
c. Tanya jawab
VIII. PENGORGANISASIAN
a. Pembimbing : Hanik Rohmah Irawati
b. Moderator : Panty Sari Utami
Tugas Moderator :
Membuka penyuluhan.
Memperkenalan diri
Memberitahu pokok bahasan penyuluhan kepada peserta.
Kontrak waktu dengan peserta penyuluhan.
Menyampaikan rute atau tahap-tahap dalam penyuluhan.
Menguraikan secara singkat latar belakang dan tujuan penyuluhan.
Mempersilakan pemateri untuk menyampaikan materi.
Membuka sesi tanya-jawab.
Mempersilakanpeserta untuk bertanya.
Mempersilakan pemateri untuk menjawab pertanyaan peserta.
Merangkum inti presentasi pemateri.
Mengucapan terimakasih kepada pemateri dan peserta.
Menutup penyuluhan.
c. Pemateri : Febriyanti, Arum Catur W, Ihsan Rustandi
Tugas Pemateri:
Menyampaikan materi penyuluhan.
Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta.
d. Notulen : Mira Rahartuti
Tugas Notulen:
Bertanggung-jawab atas daftar hadir peserta penyuluhan.
Mencatat pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peserta.
Mencatat jawaban-jawaban yang disampaikan oleh pemateri.
Membuat rangkuman materi penyuluhan.
Membuat Laporan Penyuluhan setelah terlaksananya penyuluhan.
e. Fasilitator : Yusnita Febriyana
Tugas Fasilitator:
Mempersiapkan dan bertanggung-jawab atas setting tempat penyuluhan, seperti
susunan dan jumlah meja dan kursi yang digunakan dalam penyuluahan.
Mempersiapakan dan bertanggung-jawab atas segala media dan alat peraga yang
digunakan oleh pemateri dalam penyuluhan.
Selalu memfasilitasi semua kebutuhan peserta dalam penyuluhan dan
menyesuaikannya dengan kondisi saat penyuluhan, sehingga penyuluhan berjalan
dengan lancar.
f. Observer : Siti Mulyani & Siti Noor Islah
Tugas Observer :
Memonitor atau memantau selama berjalannya penyuluhan.
Mengamati reaksi peserta penyuluhan.
Mengamati keberhasilan penyuluhanan.
g. Koordinator Lapangan : Ihsan Rustandi
Tugas koordinator lapangan adalah mengkoordinasi hal-hal yang terjadi pada saat
penyuluhan, baik sebelum, sedang, maupun sesudah penyuluhan.
X. EVALUASI
a. Kriteria struktur
1. Kontrak waktu dan tempat diberikan sebelum acara dilaksanakan
2. Pembuatan SAP, leaflet dikerjakan maksimal 2 hari sebelumnya
3. Penentuantempat yang akandigunakandalampenyuluhan
4. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat
penyuluhan dilaksanakan
b. Kriteria proses
1. Peserta sangat antusias dan aktif bertanya selama materi penyuluhan berlangsung
2. Peserta mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan dari awal sampai akhir
3. Pelaksanaan kegiatan sesuai SAP yang telahdibuat
4. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job descriptionc.
c. Kriteria hasil
1. Peserta yang dating dalam penyuluhan ini minimal 5-8 orang
2. Peserta dapat mengikuti acara penyuluhan dari awal sampai akhir
3. Acara dimulai tepat waktu tanpa kendala
4. Peserta mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan
5. Peserta dapat memahami 80% materi yang telah disampaikan penyuluh dilihat
dari kemampuan menjawab pertanyaan penyuluh dengan benar.