LAKTASI
KELOMPOK II
Nama :
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin) yang dapat
hidup di dalam rahim ke dunia luar. Persalinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
persalinan normal dan persalinan sectio caesareae. Persalinan normal adalah suatu
proses pengeluaran hasil konsepsi di dalam rahim pada kehamilan cukup bulan yaitu
antara 37-42 minggu dimana bayi lahir spontan, tanpa adanya komplikasi baik pada
ibu maupun bayinya (Jannah, 2015). Fase yang akan dialami selanjutnya oleh
seseorang setelah melahirkan yaitu menyusui bayi.
Menyusui merupakan suatu proses pemberian nutrisi berupa Air Susu Ibu (ASI)
kepada bayi yang dimulai sejak bayi baru lahir sampai berusia dua tahun agar bayi
dapat tumbuh dan berkembang secara sehat dan dapat mempererat hubungan kasih
sayang antara ibu dengan bayi (WHO, 2010). Menyusui sejak dini sangat bermanfaat
bagi kesehatan bayi serta dapat mengurangi angka morbiditas dan mortalitas bagi
bayi dan balita.
Presentase pemberian ASI di dunia saat ini masih sangat rendah, penelitian menurut
(Unicef, 2011) memaparkan bahwa di dunia dari 139 negara yang dievaluasi
ditemukan bahwa hanya terdapat 20% negara yang diteliti mampu mempraktekkan
pemberian ASI eksklusif pada 50% bayi yang ada. Selebihnya, 80% dari negara-
negara tersebut melakukan pemberian ASI jauh lebih rendah dari 50%. Indonesia,
termasuk ke dalam negara dengan pemberian ASI kurang dari 50%, dalam kurun
waktu satu tahun angka pemberian ASI di Indonesia hanya mencapai 15,3%, hal ini
tercatat sangat rendah dibandingkan dengan data target
keberhasilan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan dalam pemberian
ASI eksklusif. Target pemberian ASI eksklusif di Indonesia yaitu sebesar 80%
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).
Menurut data Profil Kesehatan Provinsi Bali tahun 2014 cakupan pemberian ASI
eksklusif tercatat sebesar 71,1% (Suarjaya, 2014), namun angka ini masih berada
dibawah target pencapaian keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Keadaan ini
menyebabkan pemberian ASI eksklusif di Bali perlu ditingkatkan. Sebanyak delapan
kabupaten dan satu kota yang ada di Bali dengan cakupan terendah pemberian ASI
eksklusif berada di Kota Denpasar. Pada tahun 2016 berdasarkan data Dinas
Kesehatan Kota Denpasar pemberian ASI eksklusif hanya sebesar 43%, angka ini
mengalami penurunan yang sangat drastis dibandingkan dengan tahun 2015 yaitu
sebesar 75,5% (Dinas Kesehatan Kota Denpasar, 2016).
Rendahnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi disebabkan karena ibu merasa ASI-
nya tidak mencukupi kebutuhan bayinya. Sekitar 35% ibu menghentikan pemberian
ASI secara eksklusif pada beberapa minggu postpartum karena merasa ASI kurang
dan bayi merasa tidak puas. Hasil penelitian (Chan et al., 2012) di Hongkong
menunjukkan penyebab terbesar sebanyak 44% ibu memberikan susu formula pada
bayi umur 2 dan 6 minggu post partum serta pada bayi umur 3 dan 6 bulan post
partum karena ketidakadekuatan suplai ASI, kemudian sebab lainnya karena ibu
mempunyai masalah pada payudara sebesar 31% dan kelelahan 28%. Penelitian
(Tjekyan, 2013) di Kota Palembang Provinsi Sumatra Selatan terhadap 845 bayi
menunjukkan bahwa alasan terbesar kegagalan ASI eksklusif karena ibu mengeluh
ASI sedikit yaitu sebesar 32%.
2
Permasalahan yang dapat terjadi jika tidak menyusui bayinya diantaranya
bertambahnya kerentanan terhadap penyakit baik bagi ibu maupun bayinya. Biaya
kesehatan untuk pengobatan meningkat. Kerugian kognitif seperti hilangnya
pendapatan bagi individual serta penambahana biaya dalam pembelian susu formula
(Fadhila, Ninditya, & Ananta, 2016).
Peran perawat sangatlah penting dalam membantu ibu untuk mengatasi masalah
menyusui yang dialami. Perawat dapat memberikan konseling tentang menyusui
kepada ibu, sehingga perawat harus memiliki keterampilan untuk membantu serta
mengajarkan ibu mengenai cara untuk mengatasi masalah menyusui dan
menumbuhkan rasa percaya diri ibu untuk menyusui bayinya (Departemen
Kesehatan RI, 2007).
Berdasarkan data tersebut, banyaknya ibu post partum dengan masalah tidak dapat
menyusui karena produksi ASI yang sedikit, maka penulis tertarik untuk meneliti
tentang gambaran asuhan keperawatan pada ibu post partum normal dengan
menyusui tidak efektif di RSUD Wangaya tahun 2019.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan suatu masalah penelitian
yaitu “Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan pada ibu post partum normal
dengan menyusui tidak efektif di RSUD Wangaya tahun 2019?”.
C. Tujuan Studi Kasus
Tujuan umum studi kasus ini adalah untuk mengetahui gambaran asuhan
keperawatan pada ibu post partum normal dengan menyusui tidak efektif di
RSUD Wangaya tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
Secara lebih khusus studi kasus di RSUD Wangaya, bertujuan untuk mengetahui
hal-hal sebagai berikut :
A. Anatomi Payudara
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di
atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi
bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang
lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram.
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
1.1.1. Korpus
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian
dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot
polos dan pembuluh darah.
Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus
yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.
ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus),
kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang
lebih besar (duktus laktiferus).
1.1.2. Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar
melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di
dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos
yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
1.1.3. Papilla
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/
datar, panjang dan terbenam (inverted).
B. Pengertian Laktasi
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi
sampai proses bayi mengisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian
integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. (Direktorat Gizi
Masyarakat, 2005)
Proses laktasi tidak terlepas dari pengaruh hormonal, adapun hormon-hormon
yang berperan adalah :
1. Progesteron, berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli.
Tingkat progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan.
Hal ini menstimulasi produksi secara besar-besaran.
2. Estrogen, berfungsi menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar.
Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk
beberapa bulan selama tetap menyusui. Sebaiknya ibu menyusui
menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena dapat
mengurangi jumlah produksi ASI.
3. Follicle stimulating hormone (FSH)
4. Luteinizing hormone (LH)
5. Prolaktin, berperan dalam membesarnya alveoil dalam kehamilan.
6. Oksitosin, berfungsi mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat
melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Selain
itu, pasca melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar
alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan
dalam proses turunnya susu let-down/ milk ejection reflex.
7. Human placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta
mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam pertumbuhan payudara,
puting, dan areola sebelum melahirkan.
Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi
ASI. Namun, ASI bisa juga diproduksi tanpa kehamilan (induced
lactation).
5. Lakukan persiapan puting susu agar lentur, kuat, dan tidak ada
sumbatan sejak usia kehamilan 7 bulan, setiap hari sebanyak 2 kali.
Cara melakukan : kompres masing-masing puting susu selama 2-3
menit dengan kapas dibasahi minyak. Tarik dan putar puting
kearah luar 20 kali, kearah dalam 20 kali untuk masing-masing
puting. Pijat daerah aerola untuk membuka saluran susu. Bila
keluar cairan, oleskan ke puting dan sekitarnya. Bersihkan
payudara dengan handuk lembut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar ibu hamil sehat dan mampu
menyusui :
1. Nutrisi / gizi ibu hamil
Berdasarkan angka kecukupan gizi, kebutuhan tambahan kalori
wanita hamil kurang lebih 285 kkal per hari. Penambahan tersebut
disesuaikan dengan kebutuhan wanita yang tidak hamil / menyusui,
yaitu wanita dengan aktifitas ringan 1900 kkal / hari, kerja sedang
2100 kkal / hari, dan kerja berat 2400 kkal / hari. Adapun
kecukupan yang seimbang kira-kira 40 kkal / kgBB, dengan
komposisi protein 20 -25%, lemak 10-25% dan karbohidrat 50-
60%. Jumlah cairan yang perlu diminum oleh wanita hamil tidak
banyak berbeda dari wanita tidak hhamil, sekitar 2 liter per hari.
2. Istirahat
Wanita hamil sebaiknya tidur minimal 8 jam sehari. Kegiatan dan
gerakannya sehari-hari harus memperhatikan perubahan fisik dan
mental yang terjadi pada dirinya. Di antara waktu kegiatannya
tersebut diperlukan waktu untuk istirahat (santai) guna
melemaskan otot-otot. Bagi wanita yang bekerja, hendaknya dapat
diatur agar cuti hamil dan bersalinnya diambil sebanyak mungkin
setelah ia bersalin sehingga ia dapat menyusui bayinya selama
mungkin sebelum bekerja.
3. Tidak merokok, minum alkohol, kopi, soda
Termasuk menjauhi asap rokok dari orang lain. Minuman kopi dan
minuman soda dapat mengurangi kemampuan usus untuk
menyerap kalsium dan zat besi.
4. Pemakaian obat-obatan
Pemakaian obat-obatan selama hamil hanya atas petunjuk bidan
atau dokter, terutama menjelang persalinan perlu diperhatikan, agar
tidak berpengaruh terhadap laktasi.
5. Memperhatikan dan memeriksakan diri bila ada keluhan pada
daerah gigi dan mulut karena dapat menjalar ke organ tubuh lain
dan mengganggu kehamilan
6. Memperhatikan kebersihan diri dan menggunakan pakaian
nyaman, yaitu yang longgar, ringan, mudah dipakai, dan menyerap
keringat.
1.1.5. Cara penyimpanan ASI
Menurut dr Suririnah, cara penyimpanan ASI dan batas waktu
penyimpanan yang baik adalah sebagai berikut:
1. Bila akan diberikan dalam waktu 6 jam setelah pengambilan dapat
disimpan dalam suhu ruangan, tak perlu disimpan di lemari pendingin.
4. Bila akan diberikan dalam waktu 3 bulan, ASI disimpan di bagian atas
lemari pendingin (freezer), dibekukan pada suhu di bawah -18 derajat
Celsius. Dengan penyimpanan khusus ini dapat dibekukan untuk 6
bulan. Ini biasanya dilakukan pada kasus ketika ibu akan pergi dalam
jangka waktu tertentu, sehingga perlu mengumpulkan sejumlah ASI
sebelumnya.
media yang terbaik untuk menyimpan ASI adalah botol dari stainless steel
(baja antikarat), namun ini tidak banyak dijual. Pilihan terbaik kedua
adalah botol yang terbuat dari gelas (kaca), dan terbaik ketiga botol
plastik. Pilihan terakhir adalah menyimpan ASI perah di dalam plastik
yang lembek, sebab akan banyak zat-zat di dalam ASI yang akan
tertinggal (menempel) pada dinding plastik, sehingga bayi akan
kekurangan zat-zat tersebut. Jadi.. media penyimpan ASI bisa
diperingkatkan sebagai berikut:
1. Botol Stainless Steel (tahan karat)
2. Botol Kaca dengan tutup tahan karat dan tertutup rapat
3. Botol Plastik BPA free
4. Botol susu yang belum BPA free tapi lulus BP POM
5. Kantong ASI
6. Kantong plastic food grade untuk menyimpan makanan
2. Pada Bayi
1) Rooting reflex
Bila bayi baru lahir disentuh pipinya, dia akan menoleh ke arah
sentuhan. Bila bibirnya dirangsang atau disentuh, dia akan
membuka mulut dan berusaha mencari putting untuk menyusu.
Keadaan ini dikenal dengan sebutan "rooting reflex".
2) Refleks mengisap
Refleks ini terjadi bila ada sesuatu yang merangsang langit- langit
dalam mulut bayi. Jika putting susu ibu menyentuh langit- langit
belakang mulut bayi, terjadi refleks menghisap dan terjadi tekanan
terhadap daerah areola oleh gusi, lidah bayi serta langit-langit,
sehingga isi sinus laktiferus diperas keluar ke dalam rongga mulut
bayi.
3) Refleks menelan
Bila ada cairan di dalam rongga mulut, terjadi refleks menelan.
2. Istirahat
Bila laktasi tidak berlangsung baik biasanya penyabab utamanya
adalah kelelahan pada ibu.Oleh karena itu, istirahat dan tidur yang
cukup merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi.
3. Obat – obatan
Pemakaian obat – obatan dalam masa menyusui perlu mendapat
perhatian, apakah mempunyai efek samping yang positif atau negatif
terhadap laktasi. Contoh obat yang dapat mengurangi produksi ASI
yaitu pil KB yang mengandung hormon estrogen.
4. Posisi ibu-bayi yang benar saat menyusui
Dapat dicapai bila bayi tampak menyusui dengan benar, bayi
menempel betul pada ibu mulut dan dagu bayi menempel betul pada
payudara, mulut bati membuka lebar, sebagian besar areola tertutup
mulut bayi, bayi menghisap ASI pelan-pelan dengan kuat, puting susu
ibu tidak terasa sakit dan puting terhadap lengan bayi berada pada satu
garis lurus.
5. Penilaian kecukupan ASI pada bayi
Bayi usia 0 – 4 bulan atau 6 bulan dapt dinilai cukup pemberian
ASInya bila tercapai keadaan sebagai berikut:
1) Berat badan lahir telah pulih kembali setelah bayi berusia 2
minggu
2. Proses memompa
1) Rakit breast pump sesuai dengan petunjuk pemakaian. Beda
breast pump beda pula cara merakitnya.
2) Buka bra lalu bersihkan puting dengan air minum dan keluarkan
sedikit ASI lalu oleskan di daerah aerola sebagai desinfektan.
3) Kompres payudara dengan air hangat agar pembuluh darah
kedaerah payudara melebar sehingga darah yang mengalir ke
payudara lebih banyak, karena bahan baku ASI adalah darah.
4) Pasang corong tepat di payudara kita, cari posisi yang tepat dan
nyaman, lalu mulailah pompa ASI dari payudara kanan dan kiri
secara bergantian sampai akhirnya sulit keluar. ASI yang pertama
keluar adalah foremilk yang berwarna putih encer. Foremilk ini
berguna untuk menghilangkan rasa haus bayi, memiliki
kandungan lemak yang rendah dan tinggi protein.
5) Jika ASI sudah sulit keluar dan belum ada tanda-tanda muncul
LDR (Let Down Reflect alias ASI “meluncur” sendirinya dengan
deras), tutuplah kembali bra, minumlah air hangat kemudian lihat
foto/video si kecil dan kilikitik puting dari luar bra lalu tunggu
sebentar sampai payudara terasa “terisi” dan mulailah kembali
memompa. Mengelitik putting dari luar bra bertujuan untuk
menstimulus agar ASI keluar, teknik yang sama dengan yang
dilakukan oleh bayi kita. Coba saja perhatikan cara si kecil
menyusu: 1) menyedot payudara dengan cepat dan memainkan
puting 2) menunggu beberapa saat 3) menyusu dengan ritme
yang lebih teratur.
6) LDR dapat muncul beberapa kali, jadi jika saat “memancing
LDR” pertama selesai dilakukan namun kita belum mencapai
target atau merasa bisa menghasilkan ASI lebih banyak, lakukan
teknik diatas berulang-ulang. Memompa ASI hingga payudara
benar-benar kosong biasanya dilakukan dalam 15-45 menit. ASI
yang keluar belakangan biasanya lebih pekat, ASI yang demikian
dinamakan hindmilk. Hindmilk mengandung lebih banyak lemak.
Semakin pekat hindmilk menunjukkan bahwa payudara kita mulai
kosong.
7) Finishing touch dilakukan dengan memerah ASI dengan tangan
untuk memastikan payudara benar-benar sudah kosong.
Memompa dengan tangan juga bertujuan untuk memijat
payudara.
3. Setelah memompa
1) Langsung alokasi ASI ke botol-botol ASIP sesuai dengan porsi
minum si kecil. Satu botol untuk sekali minum. Ini untuk
memudahkah baby sitter atau keluarga dirumah dalam
memberikan ASIP (tinggal mengganti sealing disc dengan dot)
serta untuk meminimalkan ASI terbuang. Isilah tiap botol mulai
60-120ml tergantung jumlah ASI yang biasa diminum bayi.
2) Langsung cuci kembali peralatan memompa dengan sabun cuci
botol food grade dan disimpan di tempat yang tertutup kering dan
bersih agar sewaktu-waktu akan digunakan kembali tinggal
disterilkan saja.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi
sampai proses bayi mengisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian
integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. (Direktorat Gizi
Masyarakat, 2005)
B. Saran
Bagi keluarga agar memberi motivasi kepada ibu untuk untuk memberikan
ASInya kepada bayinya bukan menggantinya dengan susu pabrik
Bagi petugas kesehatan agar meningkatkan pelayanan dan memberikan
pelayanan secara berkesinambungan sehingga diharapkan dapat
meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Alfarisi, 2008. Fisiologi Laktasi. Diunduh Ahad, 6 September 2009; pukul 12:00
WIB
Alex, M.A. (2014). Kamus Saku Bahasa Indonesia. Jakarta: Tamer Press.
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Depkes RI. (2001). Manajemen Laktasi Buku Panduan Bagi Bidan dan Petugas
Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Dirjen Bina Kesehatan
Masyarakat.
,