Anda di halaman 1dari 30

KEPERAWATAN GERONTIK

LAPORAN PENDAHULUAN
ASAM URAT
GOUT ARTHRITIS

Disusun Oleh :
1. Nelly Br Tarigan 11212112 11. Riri Andriani 21222009
2. Siti Muaisyah 11212163 12. Tiara Astri A 21222010
3. Windah Novianti 11212191 13. Amelia Nurul Hakim 21222002
4. Putu Eka 11212128 14. Munakip 21222006
5. Indah Dwi 11212075 15. Destansyah 21222003
6. Doni Andika 16. Pipi Hadia Putri 21222007
7. Via Salamatul Apiah 11212188 17. Sheptian Febriyanti
8. Fitri Puspita Sarri 11212057 18. Sinta Bella 21122066
9. Yayu Damayanti 11212193 19. Al Amin 21222001
10. Anita 11212015

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Proses Menua
1. Definisi Menua
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
memperatahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini
berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan
kepekaan secara individual, karena faktor tertentu Lansia tidak dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosial. Seseorang
dikatakan Lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih, Lansia merupakan
kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan Lansia ini akan terjadi suatu proses
yang disebut Aging Process atau proses penuaan (Nugroho, 2017).
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan
tahapan- tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai
dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit. Hal
tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia terjadi perubahan dalam struktur
dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ dengan bertambahnya umur, fungsi
fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan). Sehingga
Lansia rentan terkena infeksi penyakit menular akibat masalah degeneratif
menurunkan daya tahan tubuh seperti Tuberkulosis, Diare, Pneumonia dan
Hepatitis. Selain itu penyakit tidak menular banyak muncul pada usia lanjut
diantaranya Hipertensi, Stroke, Diabetes Melitus dan radang sendi atau Asam
Urat. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan
fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial
Lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of daily living
(Kementerian Kesehatan RI, 2013; Sunaryo, 2017).
2.  Teori Proses Menua
Teori proses menua menurut Potter dan Perry (2005) yaitu sebagai berikut :
a.  Teori Biologis
1) Teori radikal bebas
Radikal bebas merupakan contoh produk sampah metabolisme yang dapat
menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi. Normalnya radikal bebas
akan  dihancurkan oleh enzim pelindung, namun beberapa berhasil lolos dan
berakumulasi di dalam organ tubuh. Radikal bebas yang terdapat di
lingkungan seperti kendaraan bermotor, radiasi, sinar ultraviolet,
mengakibatkan perubahan pigmen dan kolagen pada proses penuaan. Radikal
bebas tidak mengandung DNA. Oleh karena itu, radikal bebas dapat
menyebabkan gangguan genetik dan menghasilkan produk-produk limbah
yang menumpuk di dalam inti dan sitoplasma. Ketika radikal bebas
menyerang molekul, akan terjadi kerusakan membran sel; penuaan
diperkirakan karena kerusakan sel akumulatif yang pada akhirnya
mengganggu fungsi. Dukungan untuk teori radikal bebas ditemukan dalam
lipofusin, bahan limbah berpigmen yang kaya lemak dan protein. Peran
lipofusin pada penuaan mungkin kemampuannya untuk mengganggu
transportasi sel dan replikasi DNA. Lipofusin, yang menyebabkan bintik-
bintik penuaan, adalah dengan produk oksidasi dan oleh karena itu
tampaknya terkait dengan radikal bebas.
2) Teori cross-link
Teori cross-link dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen dan
elastin, komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang lama
meningkatkan regiditas sel, cross-linkage diperkirakan akibat reaksi kimia
yang menimbulkan senyawa antara melokul-melokul yang normalnya
terpisah (Ebersole & Hess, 1994 dalam Potter & Perry, 2005).
3) Teori imunologis
Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan. Selama proses
penuaan, sistem imun juga akan mengalami kemunduran dalam pertahanan
terhadap organisme asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga pada lamsia
akan sangat mudah mengalami infeksi dan kanker.perubahan sistem imun ini
diakibatkan perubahan pada jaringan limfoid sehingga tidak adanya
keseimbangan dalam sel T intuk memproduksi antibodi dan kekebalan tubuh
menurun. Pada sistem imun akan terbentuk autoimun tubuh. Perubahan yang
terjadi merupakan pengalihan integritas sistem tubuh untuk melawan sistem
imun itu sendiri.

b. Teori Psikososial
1) Teori Disengagement (Penarikan Diri)
Teori ini menggambarkan penarikan diri oleh lansia dari peran masyarakat
dan tanggung jawabnya. Lansia akan dikatakan bahagia apabila kontak sosial
telah berkurang dan tanggungjawab telah diambil oleh generasi yang lebih
muda. Manfaat dari pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar dapat
menyediakan eaktu untuk mengrefleksi kembali pencapaian yang telah
dialami dan untuk menghadapi harapan yang belum dicapai.
2) Teori Aktivitas
Teori ini berpendapat apabila seorang lansia menuju penuaan yang sukses
maka ia harus tetap beraktivitas.kesempatan untuk turut berperan dengan
cara yang penuh arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya
adalah suatu komponen kesejahteraan yang penting bagi lansia. Penelitian
menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran lansia secara negatif
mempengaruhi kepuasan hidup, dan aktivitas mental serta fisik yang
berkesinambungan akan memelihara kesehatan sepanjang kehidupan.
3) Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas mencoba menjelaskan mengenai kemungkinan kelanjutan
dari perilaku yang sering dilakukan klien pada usia dewasa. Perilaku hidup
yang membahayakan kesehatan dapat berlangsung hingga usia lanjut dan akan
semakin menurunkan kualitas hidup.
3. Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Patricia Gonce Morton dkk, 2011 tugas perkembangan keluarga yaitu:
a. Memutuskan dimana dan bagaimana akan menjalani hidup selama sisa umurnya.
b. Memelihara hubungan yang suportif, intim dan memuaskan dengan pasangan
hidupnya, keluarga, dan teman.
c. Memelihara lingkungan rumah yang adekuat dan memuaskan terkait dengan
status kesehatan dan ekonomi
d. Menyiapkan pendapatan yang memadai
e. Memelihara tingkat kesehatan yang maksimal
f. Mendapatkan perawatan kesehatan dan gigi yang komprehensif
g. Memelihara kebersihan diri
h. Menjaga komunikasi dan kontak yang adekuat dengan keluarga dan teman
i. Memelihara keterlibatan sosial, sipil dan politisi
j. Memulai hobi baru (selain kegiatan sebelumnya) yang meningkatkan status
k. Mengakui dan merasakan bahwa ia dibutuhkan
l. Menemukan arti hidup setelah pension dan saat menghadapi penyakit diri dan
pasangan hidup dan kematian pasangan hidup dan orang yang disayangi;
menyesuaikan diri dengan orang yang disayangi
m. Membangun filosofi hidup yang bermakna dan menemukan kenyamanan dalam
filosofi atau agama.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses menua


Menurut Siti Badriyah (2009) dalam mutieh dan syoto (2016) penuaan dapat
terjadi secara psikologis dan patologis. Penuaan yang terjadi sesuai dengan
kronologis usia : a. Heriditas atau genetik

c. Status
kesehatan
d. Pengalaman
hidup
1) Terpapar sinar matahari : kulit yang tidak terlindung sinar matahari
akan mudah ternoda oleh flek, kerutan, dan menjadi kusam.
2) Kurang olahraga : olahraga membantu pembentukan otot dan
melancarkan sirkulasi darah.
3) Mengkonsumsi alkohol
4) Lingkungan
5) Stres

5. Batasan Lansia
Batasan umur lansia menurut WHO lanjut usia
meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59
tahun. b. Lanjut usia (elderly), kelompok 60-74 tahun.
c. Lanjut usia (old), kelompok usia 74-90
tahun
d. Lansia sangat tua (very old), kelompok usia >90
tahun.

6. Klasifikasi Lansia
Menurut Depkes RI (2013), klasifikasi lansia terdiri
dari :
a. Pra lansia yaitu seseorang yang berusia antara 54-59
tahun. b. Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih.
c. Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun lebih dengan
masalah kesehatan.
d. Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
e. Lantia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang lain.

B. Konsep Penyakit Asam Urat (Gout Arthritis)


1. Definisi Gout Arthritis

kasus yang parah, penderita penyakit ini tidak bisa berjaln, persendian terasa sangat
sakit jika bergerak, mengalami kerusakan pada sendi, dan cacat (Praniska, 2017).
Arthritis Gout merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi yang paling sering
ditemukan yang ditandai dengan penumpukan Kristal Monosodium Urat di dalam
ataupun di sekitar persendian. Monosodium Urat ini berasal dari metabolisme Purin.
Hal penting yang mempengaruhi penumpukan Kristal Urat adalah Hiperurisemia dan
supersaturasi jaringan tubuh terhadap Asam Urat. Apabila kadar Asam Urat di dalam
darah terus meningkat dan melebihi batas ambang saturasi jaringan tubuh, penyakit
Arthritis Gout ini akan memiliki manifestasi berupa penumpukan Kristal
Monosodium Urat secara Mikroskopis maupun Makroskopis berupa Tofi (Hidayah,
2019).
2. Klasifikasi
a. Gout Arthritis Akut
Gout arthritis akut biasanya bersifat Monoartikular dan ditemukan pada sendi
MTP ibu jari kaki, pergelangan kaki dan jari tangan. Nyeri sendi hebat yang
terjadi mendadak merupakan ciri khas yang ditemukan pada Gout Arthritis Akut.
Biasanya, sendi yang terkena tampak merah, licin, dan bengkak. Klien juga
menderita demam dan jumlah sel darah putih meningkat. Serangan Akut dapat
diakibatkan oleh tindakan pembedahan, trauma lokal, obat, alkohol dan stres
emosional serangan Gout Arthritis Akut biasanya dapat sembuh sendiri. Sebagian
besar gejala serangan Akut akan berulang setelah 10-14 hari walaupun tanpa
pengobatan (Hidyah, 2019)
b. Gout Arthritis Kronis

3. Etiologi
Secara garis besar penyebab terjadinya Gout Arthritis disebabkan oleh faktor primer
dan faktor sekunder, faktor primer 99% nya belum diketahui (Idiopatik). Namun,
diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang
menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan peningkatan
produksi Asam Urat atau bisa juga disebabkan oleh kurangnya pengeluaran Asam
Urat dari tubuh. Faktor sekunder, meliputi peningkatan produksi Asam Urat,
terganggunya proses pembuangan Asam Urat dan kombinasi kedua penyebab
tersebut. Umumnya yang terserang Gout Artritis adalah pria, sedangkan perempuan
persentasenya kecil dan baru muncul setelah Menopause. Gout Artritis lebih umum
terjadi pada laki-laki, terutama yang berusia 40-50 tahun (Susanto dalam Hidayah,
2019).

4. Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme Purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung
Asam Urat tinggi dan sistem ekskresi Asam Urat yang tidak adekuat akan
mengasilkan akumulasi Asam Urat yang berlebihan di dalam plasma darah
(Hiperurisemia), sehingga mengakibatkan Kristal Asam Urat menumpuk dalam tubuh.
Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon Inflamasi.
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan Gout Arthritis. Salah
satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi Asam Urat dalam darah.
Mekanisme serangan Gout Arthritis Akut berlangsung melalui beberapa fase secara
berurutan yaitu, terjadinya Presipitasi Kristal Monosodium Urat dapat terjadi di
jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di
rawan, sonovium, jaringan para-artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya.
Kristal Urat yang bermuatan negatif akan dibungkus oleh berbagai macam protein.
Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap
pembentukan kristal. Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang
menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi Fagositosis Kristal
oleh leukosit.

sitoplasma yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Setelah terjadi kerusakan


sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang menyebabkan
kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan.
Saat Asam Urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka Asam
Urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang akan
berakumulasi atau menumpuk di jaringan konektif di seluruh tubuh, penumpukan ini
disebut Tofi. Adanya Kristal akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil
melepaskan lisosomnya. Lisosom ini tidak hanya merusak jaringan tetapi juga
menyebabkan inflamasi. Serangan Gout Arthritis Akut awalnya biasanya sangat sakit
dan cepat memuncak. Serangan ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan
pertama ini timbul rasa nyeri berat yang menyebabkan tulang sendi terasa panas dan
merah. Tulang sendi Metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi,
kemudian mata kaki, tumit, lutut dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejala
yang dirasakan disertai dengan demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi
cenderung berulang.
Periode Interkritikal adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan Gout
Arthritis. Kebanyakan penderita mengalami serangan kedua pada bulan ke-6 sampai 2
tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan Poliartikular
yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang biasanya
disertai dengan demam. Tahap akhir serangan Gout Arthritis Akut atau Gout Arthritis
Kronik ditandai dengan Polyarthritis yang berlangsung sakit dengan Tofi yang besar
pada kartigo, membrane sinovial, tendon dan jaringan halus. Tofi terbentuk di jari
tangan, kaki, lutut, ulna, helices pada telinga, tendon achiles dan organ internal seperti
ginjal (Hidayah, 2019).
5. Pathway
6. Manifestasi Klinis
Terdapat empat stadium perjalanan klinis Gout Arthritis yang tidak diobati (Hidayah,
2019) diantaranya :
a. Stadium pertama adalah Hiperurisemia Asimtomatik. Pada stadium ini Asam Urat
serum meningkat dan tanpa gejala selain dari peningkatan Asam Urat serum.
b. Stadium kedua Gout Arthritis Akut terjadi awitan mendadak pembengkakan dan
nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi
Metatarsofalangeal.
c. Stadium ketiga setelah serangan Gout Arthritis Akut adalah tahap Interkritikal.
Tidak terdapat gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari beberapa
bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan Gout Arthritis
berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.
d. Stadium keempat adalah tahap Gout Arthritis Kronis, dengan timbunan Asam Urat
yang terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai.
Peradangan Kronis akibat Kristal-kristal Asam Urat mengakibatkan nyeri, sakit,
dan kaku juga pembesaran dan penonjolan sendi.
7. Komplikasi
a. Deformitas atau perubahan bentuk pada persendian yang terserang
b. Urolitiasis atau batu ginjal akibat deposit kristal urat pada saluran kemih
c. Nephrophaty atau kelinan ginjal yang mengakibatkan gangguan fungsi ginjal
d. Hipertensi
e. Proteinuria atau protein dalam urine
f. Hiperlipidemia yaitu kondisi dimana kadar lipid atau lemak dalam darah tinggi
g. Gangguan parenkim ginjal dan batu ginjal.
8. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang gout arthritis menurut Aspiani dalam Hidayah
(2019) sebagai berikut :
a. Dapat dilakukan dengan alat tes kadar asam urat, umumnya nilai normal asam urat
dalam darah yaitu 3,5 mg/dl – 7,2 mg/dl namun pada pasien dengan gout arthritis
atau kadar asam urat tinggi nilai asam urat dalam darah lebih dari 7,0 mg/dl untuk
pria dan 6,0 mg/dl untuk wanita.
b. Serum asam urat, umumnya meningkat diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini
mengindikasikan hiperurisemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau
gangguan ekskresi
c. Leukosit, menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3
selama serangan akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam
batas normal yaitu 5000-10.000/mm3
d. Urin specimen 24 jam, urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan
produksi dan ekskresi dan asam urat. Jumlah normal seorang mengekskresikan
250-750mg/24 jam asam urat di dalam urin. Ketika produksi asam urat meningkat
maka level asam urat urin meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam
mengidentifikasi gangguan ekskresi pada pasien dengan peningkatan serum asam
urat. Instruksikan pasien untuk menampung semua urin dengan peses atau tisu
toilet selama waktu pengumpulan. Biasanya diet purin normal direkomendasikan
selama pengumpulan urin meskipun diet bebas purin pada waktu itu diindikasikan.
e. Pemeriksaan radiografi, pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan
menunjukkan tidak terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit
berkembang progesif maka akan terlihat jelas/area terpukul pada tulang yang
berada di bawah sinavial sendi.
9. Penatalaksanaan
Menurut Nurarif (2015) Penanganan Gout Arthritis biasanya dibagi menjadi
penanganan serangan Akut dan penanganan serangan Kronis. Ada 3 tahapan dalam
terapi penyakit ini :
a. Mengatasi serangan Gout Arthtitis Akut.
b. Mengurangi kadar Asam Urat untuk mencegah penimbunan Kristal Urat pada
jaringan, terutama persendian.
c. Terapi mencegah menggunakan terapi Hipourisemik.
1) Terapi Non Farmakologi
Terapi non farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan Gout
Arthritis, seperti istirahat yang cukup, menggunakan kompres hangat, modifikasi
diet, mengurangi asupan alkohol dan menurunkan berat badan.
2) Terapi Farmakologi
Penanganan Gout Arthritis dibagi menjadi penanganan serangan akut dan
penanganan serangan kronis.
a. Serangan Akut
Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya Indometasin 200
mg/hari atau Diklofenak 150 mg/hari, merupakan terapi lini pertama dalam
menangani serangan Gout Arthritis Akut, asalkan tidak ada kontra indikasi
terhadap NSAID. Aspirin harus dihindari karena eksresi Aspirin berkompetisi
dengan Asam Urat dan dapat memperparah serangan Gout Arthritis Akut.
Keputusan memilih NSAID atau Kolkisin tergantung pada keadaan klien,
misalnya adanya penyakit penyerta lain atau Komorbid, obat lain juga diberikan
klien pada saat yang sama dan fungsi ginjal. Obat yang menurunkan kadar Asam
Urat serum (Allopurinol dan obat Urikosurik seperti Probenesid dan
Sulfinpirazon) tidak boleh digunakan pada serangan Akut.
Obat yang diberikan pada serangan Akut antara lain :
1) NSAID
2) COX-2 Inhibitor: Etoricoxib
3) Colchicine
4) Steroid
b. Serangan Kronis
Kontrol jangka panjang Hiperurisemia merupakan faktor penting untuk mencegah
terjadinya serangan Gout Arthritis Akut, Gout Tophaceous Kronis, keterlibatan
ginjal dan pembentukan batu Asam Urat. Kapan mulai diberikan obat penurun
kadar Asam Urat masih kontroversi. Penggunaan Allopurinol, Urikourik dan
Feboxostat (sedang dalam pengembangan) untuk terapi Gout Arthritis Kronis akan
dijelaskan berikut ini :
1) Allopurinol
2) Urikosurik (Hidayah, 2019).
Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan, kemudian dalam mengkaji
harus memperhatikan data dasar dari klien, untuk informasi yang diharapakan.
1. Identitas
Meliputi : nama, alamat, tempat tanggal lahir, umur, Jenis kelamin, Pekerjaan, agama,
suku bangsa, tanggal pengkajian, dan diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien asam urat atau klien dengan
gangguan musculoskeletal adalah pasien mengeluh nyeri pada persendian yang
terkena, adanya keterbatasan gerak yang menyebabkan keterbatasan mobilitas.
3. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat penyakit muskuloskeletal sebelumnya,
riwayat pekerjaan pada pekerja yang berhubungan dengan adanya riwayat penyakit
muskuloskeletal, penggunaan obat-obatan, riwayat mengkonsumsi alkohol dan
merokok.
4. Riwayat penyakit keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit yang sama
karena faktor genetik/ keturunan.
5. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung rambut
hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik pada daerah sendi dilakukan
dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi yaitu melihat dan mengamati daerah keluhan
klien seperti kulit, daerah sendi, bentuknya dan posisi saat bergerak dan saat diam.
Palpasi yaitu meraba daerah nyeri pada kulit apakah terdapat kelainan seperti benjolan
dan merasakan suhu di daerah sendi dan anjurkan klien melakukan pergerakan yaitu
klien melakukan beberapa gerakan bandingkan antara kiri dan kanan serta lihat
apakah gerakan tersebut aktif, pasif atau abnormal.
6. Pemeriksaan Diagnosis :
Asam Urat meningkat dalam darah dan urin, Sel darah putih dan laju endap darah
meningkat (selama fase akut), Pada aspirasi cairan sendi ditemukan krital urat,
Pemeriksaan Radiologi.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status
dan masalah kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Dengan
demikian, diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan.
Diagnosis keperawatan akan memberikan gambaran tentang masalah dan status
kesehatan, baik yang nyata (aktual) maupun yang mungkin terjadi (potensial).
Menurut NANDA (2015) diagnosa yang dapat muncul pada klien asam urat yang telah
disesuaikan dengan SDKI (2017) adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (D.0077).
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian (D.0054).
3. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130).
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit (D.0074).
5. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan kelebihan cairan (peradangan
kronik akibat adanya kristal urat) (D.0129).
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada persendian (D. 0055).
C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah
ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.

Diagnosa Tujuan dan kriteria Paraf dan


No Rencana tindakan
keperawatan hasil nama jelas
1 Nyeri kronis b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri Rini
kondisi tindakan keperawatan (1.08238) Alfianti
muskuloskletal 3x24 jam diharapkan Observasi:
kronis (D.0078) Tingkat Nyeri 1. Identifikasi
menurun dengan lokasi,
kriteria hasil : karakterisitik,
(L.08066) durasi, frekuensi,
1. Keluhan nyeri kualitas,
menurun intensitas nyeri
2. Meringis 2. Identifikasi skala
menurun nyeri
3. Gelisah 3. Identifikasi
menurun pengaruh nyeri
4. Kesulitan tidur terhadap kualitas
menurun hidup
Terapeutik:
1. Berikan teknik
non
farmakologis
untuk
mengurangi
nyeri
2. Kontrol
lingkungan yang
memperberat
rasa nyeri
3. Fasilitasi isitrihat
dan tidur
Edukasi:
1. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

2 Gangguan Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi


mobilitas fisik b.d tindakan keperawatan (1.05173)
nyeri (D.0054) 3x24 jam diharapkan Observasi:
Mobilitas Fisik 1. Identifikasi
meningkat dengan toleransi fisik
kriteria hasil: melakukan
(L.05042) pergerakan
1. Pergerakan 2. Monitor
ekstremitas frekuensi
meningkat jantung dan
2. Kekuatan otot tekanan darah
meningkat sebelum
3. Rentang gerak memulai
(ROM) mobilisasi
meningkat 3. Monitor kondisi
umum selama
melakukan
mobilisasi
Terapeutik:
1. Libatkan
keluarga untuk
membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi:
1. Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini

3 Defisit Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan


pengetahuan b.d tindakan keperawatan (1.12383))
kurang terpapar 3x24 jam diharapkan Observasi:
informasi (D.0111) tingkat pengetahuan 1. Identifikasi
meningkat dengan kesiapan dan
kriteria hasil : kemampuan
(L.12111) menerima
1. Perilaku informasi
sesuai anjuran Terapeutik:
meningkat 1. Sediakan materi
2. Perilaku dan media
sesuai dengan penkes
pengetahuan 2. Jadwalkan
meningkat penkes sesuai
3. Perilaku kesepakatan
membaik 3. Berikan
kesempatan
untuk bertanya
Edukasi:
1. Jelaskan faktor
resiko yang
dapat
mempengaruhi
kesehatan
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK

Nama Mahasiswa :
NIM :
Tanggal Pengkajian : 29 Juni 2020
Ruangan :-
Diagnosa Medis :

I. Identitas
A. Nama : Ny. M
B. Umur : 76 tahun
C. Alamat : Jl. Sektor XI Rt 01/09 Ciledug, Tangerang
D. Pendidikan : SD
E. Tanggal masuk panti: -
F. Jenis Kelamin : Perempuan
G. Suku : Betawi
H. Agama : Islam
I. Status perkawinan : Cerai Mati

II. Status kesehatan saat ini


Klien mengatakan lututnya sakit , terasa nyeri dan kadang untuk berdiri susah ,
NYERI SKALA 4, Asam Urat : 6,8

III. Riwayat kesehatan masa lalu


Klien mengatakan memiliki riwayat gula sekitar 10 tahun lalu namun sekarang
tidak pernah tinggi lagi, klien mengatakan mengalami sakit di sendi lutut kurang
lebih sekitar 5 tahun lalu

IV. Riwayat kesehatan keluarga


Klien mengatakan kalau ayah dan ibunya memiliki riwayat DM dan Hipertensi

( Genogram )
Keterangan :
: Laki-laki : Tinggal serumah
: Perempuan : Klien
: Meninggal

V. Pengkajian persistem ( jelaskan kondisi klien lanjut usia sesuai system di bawah
meliputi pernyataan, hasil pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya )
a. Keadaan umum
1) Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
2) GCS : 15 (E 4, M 6, V 5)
3) TTV : TD: 140/60 mmHg, N: 78x/m, RR: 20x/m, S:
36,5ºC
4) BB/TB : BB: 63kg, TB: 170cm
5) Bagaimana postur tulang belakang Lansia :
 Tegap
 Bungkuk (√)
 Kifosis
 Skoliosis
 Lordosis
6) Keluhan :
Klien mengatakan badannya terasa ngilu, apalagi di bagian persendian.

b. Indeks Massa Tubuh

1) BMI : BB(kg) = 63 = 21,7 (Normal)


(TB(m) x TB(m)) (1,7) x (1,7)

Klasifikasi nilai :
a) Kurang : < 18.5
b) Normal : 18.5 – 24.9
c) Berlebih : 25 – 29.9
d) Obesitas : > 30
c. Head to Toe
1) Kepala :
a) Kebersihan : kotor/bersih
b) Kerontokan rambut : ya/tidak
c) Keluhan : ya/tidak
d) Jika ya, jelaskan : -

2) Mata
a) Konjungtiva : anemis/tidak
b) Sklera : ikterik/tidak
c) Stabismus : ya/tidak
d) Penglihatan : kabur/tidak
e) Peradangan : ya/tidak
f) Katarak : ya/tidak
g) Penggunaan kacamata : ya/tidak
h) Keluhan : ya/tidak
i) Jika ya , jelaskan :
Klien mengatakan kalau melihat tulisan seperti berbayang, kalau
membaca terlalu lama mata terasa pegal dan berair
3) Hidung
a) Bentuk hidung : simetris/tidak
b) Peradangan : ya/tidak
c) Penciuman : terganggu/tidak
d) Keluhan : ya/tidak
e) Jika ya , jelaskan : -

4) Mulut, Tenggorokan
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Mukosa : kering/lembab
c) Peradangan : ya/tidak
d) Gigi : karies/tidak, ompong/tidak
e) Radang gusi : ya/tidak
f) Kesulitan mengunyah : ya/tidak
g) Keluhan lain : ya/tidak
h) Jika ya , jelaskan : -

5) Telinga
a) Kebersihan : bersih/tidak
b) Peradangan : ya/tidak
c) Pendengaran: terganggu/tidak
d) Jika ya , jelaskan : -

6) Leher
a) Pembesaran kelenjar tyroid : baik/tidak
b) JVD(Jugularis Vena Distensi) : ya/tidak
c) Kaku kuduk : ya/tidak
d) Keluhan : ya/tidak
e) Jika ya , jelaskan :
7) Dada
a) Bentuk dada : normal chest/barrel chest/pigeon chest
b) Payudara : ya/tidak
c) Retraksi dinding dada : ya/tidak
d) Suara nafas : vesikuler/tidak
e) Wheezing : ya/tidak
f) Ronchi : ya/tidak
g) Suara jantung tambahan : ada/tidak
h) Keluhan : ya/tidak
i) Jika ya , jelaskan : -

8) Abdomen
a) Bentuk : distended/flat/lainnya
b) Nyeri takan : ya/tidak
c) Kembung : ya/tidak
d) Supel : ya/tidak
e) Bising Usus : ada/tidak , frekuensi : 12x/menit
f) Massa : ya/tidak , regio
g) Keluhan : ya/tidak
h) Jika ya , jelaskan : -

9) Genetalia
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Frekuensi BAK : 5 x/hari
c) Frekuensi BAB : 1 hari sekali
d) Haemoroid : ya/tidak
e) Hernia : ya/tidak
f) Keluhan : ya/tidak
g) Jika ya , jelaskan : -

10) Ekstremitas
a) Kekuatan otot (skala 1-5 ) :
Ket : 5555 5555
0 = Lumpuh 4444 4444
1 = Ada Kontraksi
2 = Melawan gravitasi dengan sokongan
3 = Melawan gravitasi tetapi tidak ada tahanan
4 = Melawan gravitasi dengan tahanan sedikit
5 = Melawan gravitasi dengan kekuatan penuh

b) Rentang gerak : maksimal/terbatas


c) Deformitas : ya/tidak
d) Tremor : ya/tidak
e) Edema : ya/tidak , pitting edema/tidak
f) Penggunaan alat bantu : ya/tidak , jenis ......
g) Nyeri persendian : ya/tidak
h) Paralysis : ya/tidak
i) CRT : <3 detik
j) Keluhan : ya/tidak
k) Jika ya , jelaskan :
Klien mengatakan lulutnya sakit saat beraktivitas

11) Integumen
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Warna : pucat/tidak
c) Kelembapan : kering/lembab
d) Lesi/Luka : ya/tidak
e) Perubahan tekstur : ya/tidak
f) Gangguan pada kulit : ya/tidak
g) Keluhan : ya/tidak
h) Jika ya , jelaskan : -

12) Pemeriksaan penunjang ( jika dilakukan )


a) GDS : mg/dL
b) Asam Urat : mg/dL
c) Kolestrol : mg/dL

VI. Pola aktifitas sehari – hari


Aktifitas sehari-hari klien yaitu menjaga warung dan berternak ayam , klien
mengatakan tidak betah hanya diam saja dirumah tetapi kalau terlalu banyak
beraktivitas juga membuat lututnya sakit

VII. Pengkajian psikososial dan spiritual


a. Psikososial ( kemampuan sosialisasi klien saat ini, sikap klien terhadap orang
lain, harapan klien dalam berhubungan dan kepuasan klien dalam membina
hubungan )
PENGKAJIAN PSIKOSOIAL
Hubungan dengan orang lain dalam rumah :
(1) Tidak dikenal
(2) Sebatas kenal
(3) Mampu berinteraksi (√)
(4) Mampu kejasama
Hubungan dengan orang lain diluar rumah
(1) Tidak dikenal
(2) Sebatas kenal
(3) Mampu berinteraksi (√)
(4) Mampu kejasama
Kebiasaan lansia berinteraksi dengan tetangga
(1) Selalu
(2) Sering (√)
(3) Jarang
(4) Tidak pernah
Stabilitas emosi
(1) Labil
(2) Stabil (√)
(3) Iritabel
(4) Datar
Jelaskan : klien tampak tenang dan kooperatif saat berkomunikasi
Motivasi penghuni panti
(1) Kemampuan sendiri
(2) Terpaksa
Frekwensi kunjungan keluarga
(1) 1 kali/bulan
(2) 2 kali/bulan
(3) Tidak pernah

b. Identifikasi masalah emosional meliputi pertanyaan :


Pertanyaan tahap satu :
 Apakah klien mengalami sulit tidur ? : Tidak
 Apakah klien sering gelisah : Tidak
 Apakah klien sering murung dan menangis sendiri ? : Tidak
 Apakah klien sering was-was atau khawatir : Tidak
( lanjut kepertanyaan tahap dua apabila klien menjawab “ya” satu atau lebih
dari satu )
Pertanyaan tahap dua
 Keluhan lebih dari tiga bulan atau lebih dari satu kali dalam sebulan? :
Tidak
 Ada banyak masalah atu fikiran ? : Tidak
 Ada masalah dengan keluarga ? : Tidak
 Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter ? : Tidak
 Cendrung mengurung diri ? : Tidak
Bila lebih atau sama dengan satu jawaban “ya”

2. MASALAH EMOSIONAL POSITIF


c. Spiritual
Agama, kegiatan keagamaan, konsep dan keyakinan klien tentang kematian
dan harapan klien terhadap kehidupan spiritualnya.
Klien mengatakan melakukan shalat 5 waktu, klien yakin bahwa kematian itu
ada dan dia akan menerima kapanpun waktunya ia akan di panggil.

VIII. Pengkajian status fungsional klien


 KATZ Indeks :
Termasuk katagori yang manakah klien
A. Mandiri dalam hal makan, kontinen dalam BAB/BAK, menggunakan pakaian,
pergi ke toilet, berpindah dan mandi.
B. Mandiri, semuanya kecuali salah satu dari fungsi di atas. (√)
C. Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain.
D. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi yang lain.
E. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian ke toilet dan satu fungsi yang lain.
F. Mandiri, kecuali mandiri berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang
lain.
G. Ketergantungan untuk semua fungsi di atas.
H. Lain-lain.

Keterangan : berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang
lain Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan
fungsi, meskipun ia anggap mampu.

3. Modifikasi dari Barthel Indeks


Termasuk yang manakah klien ? (lingkari)

NO. KRITERIA DENGAN MANDIRI KETERANGAN


BANTUAN
1 Makan 5 10 Frekuensi : 2x
(√) sehari
Jumlah : 1 porsi
Jenis : padat
2 Minum 5 10 Frekuensi :
(√) Sering
Jumlah : 1,5 – 2
liter sehari
Jenis: air putoh
3 Berpindah dari kursi roda 5 – 10 15
ke tempat tidur, (√)
sebaliknya
4 Personal toilet (cuci muka, 0 5 Frekuensi : 2x
menyisir rambut, gosok
gigi ) (√)
5 Keluar masuk toilet 5 10
( mencuci pakaian, (√)
menyeka tubuh dan
menyiram )
6 Mandi 5 15 (√) Frekuensi : 2x
sehari
7 Jalan di permukaan datar 0 5 (√)
8 Naik turun tangga 5 (√) 10
9 Mengenakan pakaian 5 10 (√)
10 Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frekuensi
(√) :1x/hari
Konsistensi: lunak
11 Kontrol bladder (BAK) 5 10 Frekuensi:
(√) 5x/hari
Warna : jernih
12 Olah raga / latihan 5 10 (√) Frekuensi:2x
seminggu
Jenis : Jalan
santai
13 Rekreasi / pemanfaatan 5 10 (√) Jenis : menonton
waktu luang tv
Frekuensi : setiap
hari
Total : 124
Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 65 - 129 : Ketergantungan sebagian
c. < 65 : Total Care

IX. Pengkajian Status Mentas Gerontik


Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Shorf Portable
Mental Status Questioner (SPMSQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1 – 10 pada daftar ini dan catat semua jawaban.
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan.

BENAR SALAH NO PERTANYAAN


(√) 01 Tanggal berapa hari ini ? 29 juni
(√) 02 Hari apa sekarang ini ? senin
(√) 03 Apa nama tempat ini ? rumah umi
(√) 04 Dimana alamat anda ? jl. Sektor xi
(√) 05 Berapa umur anda ? 76 tahun
(√) 06 Kapan anda lahir ? 1944
(√) 07 Siapa Presiden Indonesia sekarang ? Jokowi
(√) 08 Siapa Presiden Indonesia sebelumnya ? SBY
(√) 09 Siapa nama Ibu anda ? ibu hj. N
(√) 10 Kurangi 3 dari 20 dan pengurangan 3 dari
setiap angka baru, semua secara menurun
20 – 3 = 17
17 – 3 = 14
14 – 3 = 11
11 – 3 = 8
8–3=5
5–3=2

Score = 1

Interprestasi :
a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat

Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam) :
 Orientasi.
 Registrasi.
 Perhatian.
 Kalkulasi.
 Mengingat kembali.
 Bahasa.

NO ASPEK NILAI NILAI KRITERIA


KOGNITIF MAKSIMAL KLIEN
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :
(Sekarang)  Tahun (√)
 Musim (√)
 Tanggal (√)
 Hari (√)
 Bulan (√)
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang berada ?
(Sekarang  Negara (√)
ada dimana)  Propinsi (√)
 Kota (√)
 Kecamatan (√)
 Kelurahan (√)
2 Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 benda (oleh
pemeriksaan) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing
benda. Masing-masing benda
mendapatkan nilai 1.
 Kursi (√)
 Meja(√)
 Kertas (√)
Kemudian tanyakan kepada klien
ketiga tadi. (Untuk disebutkan)

3 Perhatian 5 4 Minta klien untuk memulai dari


dan kalkulasi angka 100 kemudian dikurangi 7
sampai 5 kali/tingkat (Nilai 1
untuk jawaban benar, hentikan
setelah 5 jawaban)93,86,79,72,65
 93 (√)
 86 (√)
 79 (√)
 72 (√)
 65 (X)
4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi
kembali ketiga benda pada No. (registrasi)
(Recall) tadi. Bila benar, 1 point untuk
masing-masing benda
 Kursi (√)
 Meja (√)
 Kertas (√)
5 Bahasa 9 8 Tunjukan pada klien suatu benda
dan tanyakan namanya pada
klien.
 (misal jam tangan) (√)
 (misal pensil) (√)

Minta klien untuk mengulang kata


berikut :
 “tanpa kalau dan atau
tetapi”.0
Bila benar, nilai satu point. (√)

Minta klien untuk mengikuti


perintah berikut yang terdiri dari 3
langkah:Ambil kertas ditangan
Anda, lipat dua dan taruh di lantai.
 Ambil kertas ditangan kanan.
(√)
 Lipat dua. (√)
 Taruh dilantai. (√)

Perintahkan pada klien untuk hal


berikut(Bila aktifitas sesuai
dengan perintah nilai 1 point.
 Pejamkanlah mata anda.0 (√)

Perintahkan pada klien untuk


menulis satu kalimat secara
spontan
 Tulis satu kalimat. (√)

Responden diminta menyalin


gambar
 Menyalin Gambar. (X)

Total :28

Interprestasi hasil :
Jumlah total klien dan masukan ke dalam kategori berikut ini :
24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : Gangguan kognitif sedang
0 – 17 : Gangguan kognitif berat

Morse Fall Scale


No Pengkajian Skala Nilai Ket
1 Riwayat Jatuh apakah lansia pernah jatuh Tidak 0
25
dalam 3 bulan terakhir? Ya 25
2 Diagnosa Sekunder : apakah lansia memiliki Tidak 0
25
Lebih dari satu penyakit ? Ya 25
3 Alat Bantu Jalan :
0
 Bedrest/dibantu perawat
 Kruk/tongkat/walker 15 0
 Berpegangan pada benda-benda disekitar
30
(kursi, lemari, meja)
4 Terapi Intravena : apakah saat ini lansia Tidak 0
0
Terpasang infuse ? Ya 20
5 Gaya berjalan/cara berpindah :
 Normal/Bedrest/Immobile (tidak dapat 0
bergerak sendiri) 0
 Lemah (tidak bertenaga) 10
 Gangguan/tidak normal (pincang/diseret) 20
6 Status mental
0 0
 Lansia menyadari kondisi dirinya
 Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15
Total Nilai 50

Keterangan :

Tingkat Resiko Nilai MFS Tindakan


Tidak Resiko 0 - 24 Perawatan dasar
Resiko Rendah 25 - 50 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh
standar.
Resiko Tinggi >51 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh resiko
tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayah, Nurul. 2019. Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Gout
Arthritis di Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri. Samarinda.
Nugroho, Wahyudi. 2017. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta : AGC.
Praniska, Ika Miski. 2017. Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Gerontik dengan
Arthritis Gout di Wisma Yudhistira Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia. Pemalang.
Sunaryo et al. 2017. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : CV. ANDI OFFSET.

Anda mungkin juga menyukai