LAPORAN PENDAHULUAN
ASAM URAT
GOUT ARTHRITIS
Disusun Oleh :
1. Nelly Br Tarigan 11212112 11. Riri Andriani 21222009
2. Siti Muaisyah 11212163 12. Tiara Astri A 21222010
3. Windah Novianti 11212191 13. Amelia Nurul Hakim 21222002
4. Putu Eka 11212128 14. Munakip 21222006
5. Indah Dwi 11212075 15. Destansyah 21222003
6. Doni Andika 16. Pipi Hadia Putri 21222007
7. Via Salamatul Apiah 11212188 17. Sheptian Febriyanti
8. Fitri Puspita Sarri 11212057 18. Sinta Bella 21122066
9. Yayu Damayanti 11212193 19. Al Amin 21222001
10. Anita 11212015
b. Teori Psikososial
1) Teori Disengagement (Penarikan Diri)
Teori ini menggambarkan penarikan diri oleh lansia dari peran masyarakat
dan tanggung jawabnya. Lansia akan dikatakan bahagia apabila kontak sosial
telah berkurang dan tanggungjawab telah diambil oleh generasi yang lebih
muda. Manfaat dari pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar dapat
menyediakan eaktu untuk mengrefleksi kembali pencapaian yang telah
dialami dan untuk menghadapi harapan yang belum dicapai.
2) Teori Aktivitas
Teori ini berpendapat apabila seorang lansia menuju penuaan yang sukses
maka ia harus tetap beraktivitas.kesempatan untuk turut berperan dengan
cara yang penuh arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya
adalah suatu komponen kesejahteraan yang penting bagi lansia. Penelitian
menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran lansia secara negatif
mempengaruhi kepuasan hidup, dan aktivitas mental serta fisik yang
berkesinambungan akan memelihara kesehatan sepanjang kehidupan.
3) Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas mencoba menjelaskan mengenai kemungkinan kelanjutan
dari perilaku yang sering dilakukan klien pada usia dewasa. Perilaku hidup
yang membahayakan kesehatan dapat berlangsung hingga usia lanjut dan akan
semakin menurunkan kualitas hidup.
3. Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Patricia Gonce Morton dkk, 2011 tugas perkembangan keluarga yaitu:
a. Memutuskan dimana dan bagaimana akan menjalani hidup selama sisa umurnya.
b. Memelihara hubungan yang suportif, intim dan memuaskan dengan pasangan
hidupnya, keluarga, dan teman.
c. Memelihara lingkungan rumah yang adekuat dan memuaskan terkait dengan
status kesehatan dan ekonomi
d. Menyiapkan pendapatan yang memadai
e. Memelihara tingkat kesehatan yang maksimal
f. Mendapatkan perawatan kesehatan dan gigi yang komprehensif
g. Memelihara kebersihan diri
h. Menjaga komunikasi dan kontak yang adekuat dengan keluarga dan teman
i. Memelihara keterlibatan sosial, sipil dan politisi
j. Memulai hobi baru (selain kegiatan sebelumnya) yang meningkatkan status
k. Mengakui dan merasakan bahwa ia dibutuhkan
l. Menemukan arti hidup setelah pension dan saat menghadapi penyakit diri dan
pasangan hidup dan kematian pasangan hidup dan orang yang disayangi;
menyesuaikan diri dengan orang yang disayangi
m. Membangun filosofi hidup yang bermakna dan menemukan kenyamanan dalam
filosofi atau agama.
c. Status
kesehatan
d. Pengalaman
hidup
1) Terpapar sinar matahari : kulit yang tidak terlindung sinar matahari
akan mudah ternoda oleh flek, kerutan, dan menjadi kusam.
2) Kurang olahraga : olahraga membantu pembentukan otot dan
melancarkan sirkulasi darah.
3) Mengkonsumsi alkohol
4) Lingkungan
5) Stres
5. Batasan Lansia
Batasan umur lansia menurut WHO lanjut usia
meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59
tahun. b. Lanjut usia (elderly), kelompok 60-74 tahun.
c. Lanjut usia (old), kelompok usia 74-90
tahun
d. Lansia sangat tua (very old), kelompok usia >90
tahun.
6. Klasifikasi Lansia
Menurut Depkes RI (2013), klasifikasi lansia terdiri
dari :
a. Pra lansia yaitu seseorang yang berusia antara 54-59
tahun. b. Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih.
c. Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun lebih dengan
masalah kesehatan.
d. Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
e. Lantia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang lain.
kasus yang parah, penderita penyakit ini tidak bisa berjaln, persendian terasa sangat
sakit jika bergerak, mengalami kerusakan pada sendi, dan cacat (Praniska, 2017).
Arthritis Gout merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi yang paling sering
ditemukan yang ditandai dengan penumpukan Kristal Monosodium Urat di dalam
ataupun di sekitar persendian. Monosodium Urat ini berasal dari metabolisme Purin.
Hal penting yang mempengaruhi penumpukan Kristal Urat adalah Hiperurisemia dan
supersaturasi jaringan tubuh terhadap Asam Urat. Apabila kadar Asam Urat di dalam
darah terus meningkat dan melebihi batas ambang saturasi jaringan tubuh, penyakit
Arthritis Gout ini akan memiliki manifestasi berupa penumpukan Kristal
Monosodium Urat secara Mikroskopis maupun Makroskopis berupa Tofi (Hidayah,
2019).
2. Klasifikasi
a. Gout Arthritis Akut
Gout arthritis akut biasanya bersifat Monoartikular dan ditemukan pada sendi
MTP ibu jari kaki, pergelangan kaki dan jari tangan. Nyeri sendi hebat yang
terjadi mendadak merupakan ciri khas yang ditemukan pada Gout Arthritis Akut.
Biasanya, sendi yang terkena tampak merah, licin, dan bengkak. Klien juga
menderita demam dan jumlah sel darah putih meningkat. Serangan Akut dapat
diakibatkan oleh tindakan pembedahan, trauma lokal, obat, alkohol dan stres
emosional serangan Gout Arthritis Akut biasanya dapat sembuh sendiri. Sebagian
besar gejala serangan Akut akan berulang setelah 10-14 hari walaupun tanpa
pengobatan (Hidyah, 2019)
b. Gout Arthritis Kronis
3. Etiologi
Secara garis besar penyebab terjadinya Gout Arthritis disebabkan oleh faktor primer
dan faktor sekunder, faktor primer 99% nya belum diketahui (Idiopatik). Namun,
diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang
menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan peningkatan
produksi Asam Urat atau bisa juga disebabkan oleh kurangnya pengeluaran Asam
Urat dari tubuh. Faktor sekunder, meliputi peningkatan produksi Asam Urat,
terganggunya proses pembuangan Asam Urat dan kombinasi kedua penyebab
tersebut. Umumnya yang terserang Gout Artritis adalah pria, sedangkan perempuan
persentasenya kecil dan baru muncul setelah Menopause. Gout Artritis lebih umum
terjadi pada laki-laki, terutama yang berusia 40-50 tahun (Susanto dalam Hidayah,
2019).
4. Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme Purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung
Asam Urat tinggi dan sistem ekskresi Asam Urat yang tidak adekuat akan
mengasilkan akumulasi Asam Urat yang berlebihan di dalam plasma darah
(Hiperurisemia), sehingga mengakibatkan Kristal Asam Urat menumpuk dalam tubuh.
Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon Inflamasi.
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan Gout Arthritis. Salah
satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi Asam Urat dalam darah.
Mekanisme serangan Gout Arthritis Akut berlangsung melalui beberapa fase secara
berurutan yaitu, terjadinya Presipitasi Kristal Monosodium Urat dapat terjadi di
jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di
rawan, sonovium, jaringan para-artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya.
Kristal Urat yang bermuatan negatif akan dibungkus oleh berbagai macam protein.
Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap
pembentukan kristal. Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang
menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi Fagositosis Kristal
oleh leukosit.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan, kemudian dalam mengkaji
harus memperhatikan data dasar dari klien, untuk informasi yang diharapakan.
1. Identitas
Meliputi : nama, alamat, tempat tanggal lahir, umur, Jenis kelamin, Pekerjaan, agama,
suku bangsa, tanggal pengkajian, dan diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien asam urat atau klien dengan
gangguan musculoskeletal adalah pasien mengeluh nyeri pada persendian yang
terkena, adanya keterbatasan gerak yang menyebabkan keterbatasan mobilitas.
3. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat penyakit muskuloskeletal sebelumnya,
riwayat pekerjaan pada pekerja yang berhubungan dengan adanya riwayat penyakit
muskuloskeletal, penggunaan obat-obatan, riwayat mengkonsumsi alkohol dan
merokok.
4. Riwayat penyakit keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit yang sama
karena faktor genetik/ keturunan.
5. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung rambut
hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik pada daerah sendi dilakukan
dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi yaitu melihat dan mengamati daerah keluhan
klien seperti kulit, daerah sendi, bentuknya dan posisi saat bergerak dan saat diam.
Palpasi yaitu meraba daerah nyeri pada kulit apakah terdapat kelainan seperti benjolan
dan merasakan suhu di daerah sendi dan anjurkan klien melakukan pergerakan yaitu
klien melakukan beberapa gerakan bandingkan antara kiri dan kanan serta lihat
apakah gerakan tersebut aktif, pasif atau abnormal.
6. Pemeriksaan Diagnosis :
Asam Urat meningkat dalam darah dan urin, Sel darah putih dan laju endap darah
meningkat (selama fase akut), Pada aspirasi cairan sendi ditemukan krital urat,
Pemeriksaan Radiologi.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status
dan masalah kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Dengan
demikian, diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan.
Diagnosis keperawatan akan memberikan gambaran tentang masalah dan status
kesehatan, baik yang nyata (aktual) maupun yang mungkin terjadi (potensial).
Menurut NANDA (2015) diagnosa yang dapat muncul pada klien asam urat yang telah
disesuaikan dengan SDKI (2017) adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (D.0077).
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian (D.0054).
3. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130).
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit (D.0074).
5. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan kelebihan cairan (peradangan
kronik akibat adanya kristal urat) (D.0129).
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada persendian (D. 0055).
C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah
ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.
Nama Mahasiswa :
NIM :
Tanggal Pengkajian : 29 Juni 2020
Ruangan :-
Diagnosa Medis :
I. Identitas
A. Nama : Ny. M
B. Umur : 76 tahun
C. Alamat : Jl. Sektor XI Rt 01/09 Ciledug, Tangerang
D. Pendidikan : SD
E. Tanggal masuk panti: -
F. Jenis Kelamin : Perempuan
G. Suku : Betawi
H. Agama : Islam
I. Status perkawinan : Cerai Mati
( Genogram )
Keterangan :
: Laki-laki : Tinggal serumah
: Perempuan : Klien
: Meninggal
V. Pengkajian persistem ( jelaskan kondisi klien lanjut usia sesuai system di bawah
meliputi pernyataan, hasil pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya )
a. Keadaan umum
1) Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
2) GCS : 15 (E 4, M 6, V 5)
3) TTV : TD: 140/60 mmHg, N: 78x/m, RR: 20x/m, S:
36,5ºC
4) BB/TB : BB: 63kg, TB: 170cm
5) Bagaimana postur tulang belakang Lansia :
Tegap
Bungkuk (√)
Kifosis
Skoliosis
Lordosis
6) Keluhan :
Klien mengatakan badannya terasa ngilu, apalagi di bagian persendian.
Klasifikasi nilai :
a) Kurang : < 18.5
b) Normal : 18.5 – 24.9
c) Berlebih : 25 – 29.9
d) Obesitas : > 30
c. Head to Toe
1) Kepala :
a) Kebersihan : kotor/bersih
b) Kerontokan rambut : ya/tidak
c) Keluhan : ya/tidak
d) Jika ya, jelaskan : -
2) Mata
a) Konjungtiva : anemis/tidak
b) Sklera : ikterik/tidak
c) Stabismus : ya/tidak
d) Penglihatan : kabur/tidak
e) Peradangan : ya/tidak
f) Katarak : ya/tidak
g) Penggunaan kacamata : ya/tidak
h) Keluhan : ya/tidak
i) Jika ya , jelaskan :
Klien mengatakan kalau melihat tulisan seperti berbayang, kalau
membaca terlalu lama mata terasa pegal dan berair
3) Hidung
a) Bentuk hidung : simetris/tidak
b) Peradangan : ya/tidak
c) Penciuman : terganggu/tidak
d) Keluhan : ya/tidak
e) Jika ya , jelaskan : -
4) Mulut, Tenggorokan
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Mukosa : kering/lembab
c) Peradangan : ya/tidak
d) Gigi : karies/tidak, ompong/tidak
e) Radang gusi : ya/tidak
f) Kesulitan mengunyah : ya/tidak
g) Keluhan lain : ya/tidak
h) Jika ya , jelaskan : -
5) Telinga
a) Kebersihan : bersih/tidak
b) Peradangan : ya/tidak
c) Pendengaran: terganggu/tidak
d) Jika ya , jelaskan : -
6) Leher
a) Pembesaran kelenjar tyroid : baik/tidak
b) JVD(Jugularis Vena Distensi) : ya/tidak
c) Kaku kuduk : ya/tidak
d) Keluhan : ya/tidak
e) Jika ya , jelaskan :
7) Dada
a) Bentuk dada : normal chest/barrel chest/pigeon chest
b) Payudara : ya/tidak
c) Retraksi dinding dada : ya/tidak
d) Suara nafas : vesikuler/tidak
e) Wheezing : ya/tidak
f) Ronchi : ya/tidak
g) Suara jantung tambahan : ada/tidak
h) Keluhan : ya/tidak
i) Jika ya , jelaskan : -
8) Abdomen
a) Bentuk : distended/flat/lainnya
b) Nyeri takan : ya/tidak
c) Kembung : ya/tidak
d) Supel : ya/tidak
e) Bising Usus : ada/tidak , frekuensi : 12x/menit
f) Massa : ya/tidak , regio
g) Keluhan : ya/tidak
h) Jika ya , jelaskan : -
9) Genetalia
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Frekuensi BAK : 5 x/hari
c) Frekuensi BAB : 1 hari sekali
d) Haemoroid : ya/tidak
e) Hernia : ya/tidak
f) Keluhan : ya/tidak
g) Jika ya , jelaskan : -
10) Ekstremitas
a) Kekuatan otot (skala 1-5 ) :
Ket : 5555 5555
0 = Lumpuh 4444 4444
1 = Ada Kontraksi
2 = Melawan gravitasi dengan sokongan
3 = Melawan gravitasi tetapi tidak ada tahanan
4 = Melawan gravitasi dengan tahanan sedikit
5 = Melawan gravitasi dengan kekuatan penuh
11) Integumen
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Warna : pucat/tidak
c) Kelembapan : kering/lembab
d) Lesi/Luka : ya/tidak
e) Perubahan tekstur : ya/tidak
f) Gangguan pada kulit : ya/tidak
g) Keluhan : ya/tidak
h) Jika ya , jelaskan : -
Keterangan : berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang
lain Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan
fungsi, meskipun ia anggap mampu.
Score = 1
Interprestasi :
a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat
Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam) :
Orientasi.
Registrasi.
Perhatian.
Kalkulasi.
Mengingat kembali.
Bahasa.
Total :28
Interprestasi hasil :
Jumlah total klien dan masukan ke dalam kategori berikut ini :
24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : Gangguan kognitif sedang
0 – 17 : Gangguan kognitif berat
Keterangan :
Hidayah, Nurul. 2019. Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Gout
Arthritis di Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri. Samarinda.
Nugroho, Wahyudi. 2017. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta : AGC.
Praniska, Ika Miski. 2017. Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Gerontik dengan
Arthritis Gout di Wisma Yudhistira Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia. Pemalang.
Sunaryo et al. 2017. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : CV. ANDI OFFSET.