Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG KONSEP LANSIA

Disusun Oleh:
INDRA WAHID ZULHAQ

210510011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTEN

2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG KONSEP LANSIA
PRAKTEK PROFESI NERS DI WILAYAH PUSKESMAS SETU
TAHUN 2021

Laporan ini telah disetujui untuk dipertanggungjawabkan


dihadapan pembimbing materi dan pembimbing lapangan
Program Studi Ners (Profesi) Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banten

Tangerang Selatan, Oktober 2021

Pembimbing Materi Pembimbing Lapangan

( Ns. Royani S.Kep, M.Kep ) ( )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTEN

2021
1. Tinjauan Teori
A. Definisi
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua bukanlah
suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan
perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti didalam Undang-Undang No
13 tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang
bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin
membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin
bertambah. Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan
kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai
keagamaan dan budaya bangsa.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak,
dewasa dan tua (Nugroho, 2006).

B. Batasan Lansia
a) WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :
 Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun
 Usia tua (old) :75-90 tahun
 Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.

b) Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga


katagori, yaitu :
 Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun
 Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,
 Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas
dengan masalah kesehatan.
C. Proses Menua
Proses menua merupakan suatu proses yang wajar, bersifat alami dan pasti akan dialami
oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang (Nugroho, 2000).
Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penurunan fungsi tubuh. Penuaan
merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel,
yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan
dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang jantung, pembuluh darah, paru-paru,
saraf dan jaringan tubuh lainya. Kemampuan regeneratif pada lansia terbatas, mereka
lebih rentan terhadap berbagai penyakit.

D. Teori Proses Menua


Teori proses menua menurut Potter dan Perry (2005) yaitu sebagai berikut :
 Teori Biologis
1. Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies – spesies
tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang deprogram
oleh molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan
kemampuan fungsional sel)
2. Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)
3. Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan
tubuh menjadi lemah dan sakit.
4. Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus
kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
5. Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
6. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak sel
akumulatif yang pada akhirnya mengganggu fungsi.

 Teori Kejiwaan Sosial


1. Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat dilakukannya. Teori
ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut
banyak dalam kegiatan sosial.
2. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lansia.
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil
dari usia pertengahan ke lanjut usia.
3. Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lansia sangat dipengaruhi oleh tipe
personality yang dimiliki.
4. Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas
maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni
:
a) Kehilangan peran
b) Hambatan kontak sosial
c) Berkurangnya kontak komitmen
E. Pathway Lansia

Defisit Nutrisi

Gangguan persepsi
sensori

2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ketuaan


A. Hereditas atau ketuaan genetic
B. Nutrisi atau makanan
C. Status kesehatan
D. Pengalaman hidup
E. Lingkungan
F. Stress

3. Ciri – Ciri Lansia


Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :
A. Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis.
Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada
lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan
kegiatan, maka akan mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga
lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia
akan lebih lama terjadi.
B. Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap
lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih
senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi
negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain
sehingga sikap social masyarakat menjadi positif.
C. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran
dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar
keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia
menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat
tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.
D. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian
diri lansia menjadi buruk pula. Contoh : lansia yang tinggal bersama keluarga
sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan karena dianggap pola
pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri dari
lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.

4. Tanda Dan Gejala


Tanda dan Gejala menurut Patricia Gonce Morton dkk, 2011 yaitu:
A. Perubahan Organik
a) Jumlah jaringan ikat dan kolagen meningkat.
b) Unsur seluler pada sistem saraf, otot, dan organ vital lainnya menghilang.
c) Jumlah sel yang berfungsi normal menurun.
d) Jumlah lemak meningkat.
e) Penggunaan oksigen menurun.
f) Selama istirahat, jumlah darah yang dipompakan menurun.
g) Jumlah udara yang diekspirasi paru lebih sedikit.
h) Ekskresi hormon menurun.
i) Aktivitas sensorik dan persepsi menurun
j) Penyerapan lemak, protein, dan karbohidrat menurun.
k) Lumen arteri menebal

B. Sistem Persarafan Tanda:


a) Penurunan jumlah neuron dan peningkatan ukuran dan jumlah sel
neuroglial.
b) Penurunan syaraf dan serabut syaraf.
c) Atrofi otak dan peningkatan ruang mati dalam kranim
d) Penebalan leptomeninges di medulla spinalis. Gejala:

a) Peningkatan risiko masalah neurologis; cedera


serebrovaskuler, parkinsonisme
b) Konduksi serabut saraf melintasi sinaps makin lambat
c) Penurunan ingatan jangka-pendek derajad sedang
d) Gangguan pola gaya berjalan; kaki dilebarkan, langkah
pendek, dan menekukke depan
e) Peningkatan risiko hemoragi sebelum muncul gejala

C. Sistem Pendengaran. Tanda :


a) Hilangnya neuron auditorius
b) Kehilangan pendengaran dari frekuensi tinggi ke frekuensi rendah
c) Peningkatan serumen
d) Angiosklerosis telinga Gejala:

a) Penurunan ketajaman pendengaran dan isolasi social


(khususnya, penurunan kemampuan untuk mendengar
konsonan)
b) Sulit mendengar, khususnya bila ada suara latar
belakang yang mengganggu, atau bila percakapan cepat.
c) Impaksi serumen dapat menyebabkan kehilangan pendengaran

D. Sistem Penglihatan Tanda :


a) Penurunan fungsi sel batang dan sel kerucut
b) Penumpukan pigmen.
c) Penurunan kecepatan gerakan mata.
d) Atrofi otot silier.
e) Peningkatan ukuran lensa dan penguningan lensa
f) Penurunan sekresi air mata. Gejala :
a) Penurunan ketajaman penglihatan,lapang penglihatan, dan
adaptasi terhadap terang/gelap
b) Peningkatan kepekaan terhadap cahaya yang menyilaukan
c) Peningkatan insiden glaucoma
d) Gangguan persepsi kedalaman dengan peningkatan kejadian
jatuh
e) Kurang dapat membedakan warna biru, hijau,dan violet
f) Peningkatan kekeringandan iritasi mata.

E. Sistem Kardiovaskuler Tanda :


a) Atrofi serat otot yang melapisi endokardium
b) Aterosklerosis pembuluh darah
c) Peningkatan tekanan darah sistolik.
d) Penurunan komplian ventrikel kiri.
e) Penurunan jumlah sel pacemaker
f) Penurunan kepekaan terhadap
baroreseptor. Gejala:
a) Peningkatan tekanan darah
b) Peningkatan penekanan pada kontraksi atrium dengan S4 terdengar
c) Peningkatan aritmia
d) Peningkatan resiko hipotensi pada perubahan posisi
e) Menuver valsava dapat menyebabkan penurunan tekanan darah
f) Penurunan toleransi

F. Sistem Respirasi Tanda:


a) Penurunan elastisitas jaringan paru.
b) Kalsifikasi dinding dada.
c) Atrofi silia.
d) Penurunan kekuatan otot pernafasan.
e) Penurunan tekanan parsial oksigen arteri (PaO2). Gejala:
a) Penurunan efisiensi pertukaran ventilasi
b) Peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan atelektasis
c) Peningkatan resiko aspirasi
d) Penurunan respons ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapnia
e) Peningkatan kepekaan terhadap narkotik

G. Sistem Gastrointestinal Tanda:


a) Penurunan ukuran hati.
b) Penurunan tonus otot pada usus.
c) Pengosongan esophagus makin lambat
d) Penurunan sekresi asam lambung.
e) Atrofi lapisan mukosa Gejala:
a) Perubahan asupan akibat penurunan nafsu makan
b) Ketidaknyamanan setelah makan karena jalannya makanan
melambat
c) Penurunan penyerapan kalsium dan besi
d) Peningkatan resiko konstipasi, spasme esophagus, dan penyakit
divertikuler

H. Sistem Reproduksi Tanda:


a) Atrofi dan fibrosis dinding serviks dan uterus
b) Penurunan elastisitas vagina dan lubrikasi
c) Penurunan hormone dan oosit.
d) Involusi jaringan kelenjar mamae.
I. Poliferasi jaringan stroma dan glandular Gejala :
a) kekeringan vagina dan rasa terbakar dan nyeri saat koitus
b) penurunan volume cairan semina dan kekuatan ejakulasi
c) penurunan elevasi testis
d) hipertrofi prostat
e) jaringan ikat payudara digantikan dengan jaringan lemak,
sehingga pemeriksaan payudara lebih mudah dilakukan
J. Sistem Perkemihan Tanda:
a) Penurunan masa ginjal
b) Tidak ada glomerulus
c) Penurunan jumlah nefron yang berfungsi
d) Perubahan dinding pembuluh darah kecil
e) Penurunan tonus otot kandung kemih Gejala:
a) Penurunan GFR
b) Penurunan kemampuan penghematan natrium
c) Peningkatan BUN
d) Penurunan aliran darah ginjal
e) Penurunan kapasitas kandung kemih dan peningkatan urin
residual
f) Peningkatan urgensi
K. Sistem Endoktrin Tanda:
a) Penurunan testosterone, hormone pertumbuhan, insulin, androgen,
aldosteron, hormone tiroid
b) Penurunan termoregulasi
c) Penurunan respons demam
d) Peningkatan nodularitas dan fibrosis pada tiroid
e) Penurunan laju metabolic basal
Gejala:
a) Penurunan kemampuan untuk menoleransi stressor seperti
pembedahan
b) Penurunan berkeringat dan menggigil dan pengaturan suhu
c) Penurunan respons insulin, toleransi glukosa
d) Penurunan kepekaan tubulus ginjal terhadap hormone antidiuretik
e) Penambahan berat badan
f) Peningkatan insiden penyakit tiroid

L. Sistem Kulit Integumen Tanda:


a) Hilangnya ketebalan dermis dan epidermis
b) Pendataran papilla
c) Atrofi kelenjar keringat
d) Penurunan vaskularisasi
e) Cross-link kolagen
f) Tidak adanya lemak sub kutan
g) Penurunan melanosit
M. Penurunan poliferasi dan fibroblas Gejala:
a) Penipisan kulit dan rentan sekali robek
b) Kekeringan dan pruritus
c) Penurunan keringat dan kemampuan mengatur panas tubuh
d) Peningkatan kerutan dan kelemahan kulit
e) Tidak adanya bantalan lemak yang melindungi tulang dan
menyebabkan timbulnya nyeri
f) Penyembuhan luka makin lama

N. Sistem Muskuloskletal Tanda:


a) Penurunan massa otot
b) Penurunan aktivitas myosin adenosine tripospat
c) Perburukan dan kekeringan pada kartilago sendi
d) Penurunan massa tulang dan aktivitas osteoblast Gejala:

a) Penurunan kekuatan otot


b) Penurunan densitas tulang
c) Penurunan tinggi badan
d) Nyeri dan kekakuan pada sendi
e) Peningkatan risiko fraktur
f) Perubahan cara berjalan dan postur

5. Perkembangan Lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di dunia.
Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan. Lansia merupakan istilah tahap
akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua (tahap
penuaan). Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa
ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi (tahap penurunan).
Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh,
jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia,
penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung,
pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan
regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dan
kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain. Untuk menjelaskan penurunan pada
tahap ini, terdapat berbagai perbedaan teori, namun para ahli pada umumnya sepakat
bahwa proses ini lebih banyak ditemukan pada factor genetic.

6. Masalah Lansia Di Indonesia


Kebijakan pemerintah terhadap kesejahteraan lansia menurut UU Kesejahteraan usia
lanjut (UU No 13/1998) pada 1 ayat 1: Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan
penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan
kesusilaan, dan ketenteraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga Negara
untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-
baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan
kewajiban asasi manusia sesuai dengan Pancasila. Pada ayat 2 disebutkan, Lanjut Usia
adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas. Dan mereka
dibagi kepada dua kategori yaitu lanjut usia potential (ayat 3) dan lanjut usia tidak
potensial (ayat 4). Lanjut Usia potensial adalah lanjut usia yang masih mampu
melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa.
Sedangkan Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari
nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Bagi Lanjut Usia Tidak
potensial, pemerintah dan masyarakat mengupayakan perlindungan sosial sebagai
kemudahan pelayanan agar lansia dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang
wajar.
Lanjut usia mengalami masalah kesehatan. Masalah ini berawal dari kemunduran selsel
tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun serta faktor resiko terhadap
penyakit pun meningkat. Masalah kesehatan yang sering dialami lanjut usia adalah
malnutrisi, gangguan keseimbangan, kebingungan mendadak, dan lain-lain. Selain itu,
beberapa penyakit yang sering terjadi pada lanjut usia antara lain hipertensi, gangguan
pendengaran dan penglihatan, demensia, osteoporosis, dsb.
Tentang kesehatan, upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan
untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis.
Selain itu, Pemerintah wajib menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan dan
memfasilitasi kelompok lansia untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif, hal ini
merupakan upaya peningkatan kesejahteraan lansia khususnya dalam bidang kesehatan.
Upaya promotif dan preventif merupakan factor penting yang harus dilakukan untuk
mengurangi angka kesakitan pada lansia. Untuk mencapai tujuan tresebut, harus ada
koordinasi yang efektif antara lintas program terkait di lingkungan Kementerian
Kesehatan dan organisasi profesi. Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam pelayanan
kesehatan melalui penyediaan sarana pelayanan kesehatan yang ramah bag lansia
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia supaya lebih berkualitas dan
berdaya guna bagi keluarga dan masyarakat.
Pendapat lain menjelaskan bahwa lansia mengalami perubahan dalam kehidupannya
sehingga menimbulkan beberapa masalah. Permasalahan tersebut diantaranya yaitu :
a. Masalah fisik
Masalah yang hadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai melemah, sering terjadi
radang persendian ketika melakukan aktivitas yang cukup berat, indra pengelihatan
yang mulai kabur, indra pendengaran yang mulai berkurang serta daya tahan tubuh
yang menurun, sehingga seringsakit.
b. Masalah kognitif ( intelektual )
Masalah yang hadapi lansia terkait dengan perkembangan kognitif, adalah melemahnya
daya ingat terhadap sesuatu hal (pikun), dan sulit untuk bersosialisasi dengan
masyarakat di sekitar.
c. Masalah emosional
Masalah yang hadapi terkait dengan perkembangan emosional, adalah rasa ingin
berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga tingkat perhatian lansia kepada
keluarga menjadi sangat besar. Selain itu, lansia sering marah apabila ada sesuatu yang
kurang sesuai dengan kehendak pribadi dan sering stres akibat masalah ekonomi yang
kurang terpenuhi.
d. Masalah spiritual
Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan spiritual, adalah kesulitan untuk
menghafal kitab suci karena daya ingat yang mulai menurun, merasa kurang tenang
ketika mengetahui anggota keluarganya belum mengerjakan ibadah, dan merasa gelisah
ketika menemui permasalahan hidup yang cukup serius.

7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Stanley dan Patricia, 2011 Pemeriksaan laboatorium rutin yang perlu
diperiksa pada pasien lansia untuk mendeteki dini gangguan kesehatan yang
sering dijumpai pada pasien lansia yang belum diketahui adanya gangguan /
penyakit tertentu (penyakit degeneratif) yaitu :
A. Pemerikasaan hematologi rutin
B. Urin rutin
C. Glukosa
D. Profil lipid
E. Alkalin pospat
F. Fungsi hati
G. Fungsi ginjal
H. Fungsi tiroid
I. Pemeriksaan feses rutin
8. Pengkajian
Perawat mengkaji perubahan pada perkembanga fisiologis, kognitif dan
perilaku sosial pada lansia
a. Perubahan fisiologis
 Perubahan fisik penuaan normal yang perlu dikaji :
Sistem Temuan Normal

Integumen Warna kulit Pigmentasi berbintik/bernoda


diarea yang terpajan sinar matahari,
pucat meskipun tidak anemia

Kelembaban Kering, kondisi bersisik

Suhu Ekstremitas lebih dingin,


penurunan perspirasi

Tekstur Penurunan elastisitas, kerutan,


kondisi berlipat, kendur
Distribusi lemak Penurunan jumlah lemak pada
ekstremitas, peningkatan jumlah
diabdomen

Rambut Penipisan rambut

Kuku Penurunan laju pertumbuhan

Kepala dan leher Kepala Tulang nasal, wajah menajam, &


angular

Mata Penurunan ketajaman penglihatan,


akomodasi, adaptasi dalam gelap,
sensivitas terhadpa cahaya

Telinga Penurunan menbedakan nada,


berkurangnya reflek ringan,
pendengaran kurang

Mulut, faring Penurunan pengecapan, aropi


papilla ujung lateral lidah

Leher Kelenjar tiroid nodular

Thoraxs & paru-paru Peningkatan diameter antero-


posterior, peningkatan rigitas dada,
peningkatan RR dengan penurunan
ekspansi paru, peningkatan resistensi
jalan nafas

Sistem jantung Peningkatan sistolik, perubahan DJJ


& vascular saat istirahat, nadi perifer mudah
dipalpasi, ekstremitas bawah dingin

Payudara Berkurangnnya jaringan payudara,


kondisi menggantung dan mengendur
Sistem pencernaan Penurunan sekresi keljar saliva,
peristatik, enzim digestif, konstppasi

Sistem reproduksi Wanita Penurunan estrogen, ukuran uterus,


atropi vagina

Pria Penurunan testosteron, jumlah


sperma, testis

Sistem perkemihan Penurunan filtrasi renal, nokturia,


penurunan kapasitas kandung kemih,
inkontenensia

Wanita Inkontenensia urgensi & stress,


penurunan tonus otot perineal

Pria Sering berkemih & retensi urine.

Sistem muskoloskeletal Penurunan masa & kekuatan otot,


demineralisasi tulang, pemendekan
fosa karena penyempitan rongga
intravertebral, penurunan mobilitas
sendi, rentang gerak

Sistem neorologi Penurunan laju reflek, penurunan


kemampuan berespon terhadap
stimulus ganda, insomia, periode tidur
singkat

 Pengkajian status fungsional :


Pengkajian status fungsional adalah suatu pengukuran kemampuan seseorang
untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari – hari secara mandiri.Indeks Katz
adalah alat yang secara luas digunakan untuk menentukan hasil tindakan dan
prognosis pada lansia dan penyakit kronis. Format ini menggambarkan tingkat
fungsional klien dan mengukur efek tindakan yang diharapkan untuk
memperbaiki fungsi. Indeks ini merentang kekuatan pelaksanaan dalam 6 fungsi:
mandi, berpakaian, toileting, berpindah, kontinen dan makan.

 Tingkat Kemandirian Lansia :


A : kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar mandi, berpakaian
dan mandi
B :kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali satu dari fungsi
tambahan
C :kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali mandi dan satu
fungsi tambahan
D :kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali mandi, berpakaian
dan satu fungsi tambahan
E : kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan
F :kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali mandi, berpakaian,
ke kamar kecil
G :Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut

b. Perubahan Kognitif

Kebanyakan trauma psikologis dan emosi pada masa lanisa muncul akibat kesalahan
konsep karena lansia mengalami kerusakan kognitif. Akan tetapi perubahan struktur
dan fisiologi yang terjadi pada otak selama penuaan tidak mempengaruhi kemampuan
adaptif & fungsi secara nyata (ebersole &hess, 1994)
Pengkajian status kognitif
 SPMSQ (short portable mental status quetionnaire)
Digunakan untuk mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan intelektual terdiri dari 10
hal yang menilai orientasi, memori dalam hubungan dengan kemampuan perawatan
diri, memori jauh dan kemam[uan matematis.
 MMSE (mini mental state exam)
Menguji aspek kognitif dari fungsi mental, orientasi, registrasi,perhatian dank
kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa. Nilai kemungkinan paliong tinggi adalaha
30, dengan nialu 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif yang
memerlukan penyelidikan leboh lanjut.
 Inventaris Depresi Bec
Berisi 13 hal yang menggambarkan berbagai gejal dan sikap yang behubungan dengan
depresi. Setiap hal direntang dengan menggunakan skala 4 poin untuk menandakan
intensitas gejala
c. Perubahan psikososial
Lansia harus beradaptasi pada perubahan psikososial yang terjadi pada penuaan.
Meskipun perubahan tersebut bervariasi, tetapi beberapa perubahan biasa terjadi pada
mayoritas lansia.
 Pengkajian Sosial
Hubungan lansia dengan keluarga memerankan peran sentral pada seluruh
tingkat kesehatan dan kesejahteraan lansia. Alat skrining singkat yang dapat
digunakan untuk mengkaji fungsi social lansia adalah APGAR Keluarga.
Instrument disesuaikan untuk digunakan pada klien yang mempunyai
hubungan social lebih intim dengan teman- temannya atau dengan keluarga.
Nilai < 3 menandakan disfungsi keluarga sangat tinggi, nilai 4 – 6 disfungsi
keluarga sedang.
A : Adaptation
P : Partnership
G :Growth

A :Affection

R : Resolve
 Keamanan Rumah
Perawat wajib mengobservasi lingkungan rumah lansia untuk menjamin tidak adanya
bahaya yang akan menempatkan lansia pada resiko cidera. Faktor lingkungan yang
harus diperhatikan :
 Penerangan adekuat di tangga, jalan masuk & pada malam hari
 Jalan bersih
 Pengaturan dapur dan kamar mandi tepat
 Alas kaki stabil dan anti slip
 Kain anti licin atau keset
 Pegangan kokoh pada tangga / kamar mandi
9. Analisa Data

NO. DATA (SIGN / SYMPTOM) PENYEBAB MASALAH


(ETIOLOGI) (PROBLEM)

Gejala Dan Tanda Mayor Pohon Masalah Deficit Nutrisi


S: (Masalah
 (tidak tersedia ). Keperawatan)

O:

 Berat badan menurun


minimal 10% di bawah
rentang normal.

Gejala Dan Tanda Minor

S:

 Cepat kenyang setelah


makan.
 Kram / nyeri abdomen.
 Nafsu makan menurun.

O:

 Bising usus hiperaktif


 Otot pengunyah lemah
 Membrane mukosa pucat
 Sariawan
 Serum albumin turun
 Rambut rontok berlebihan
 Diare
2. Gejala Dan Tanda Mayor Pohon Masalah Nyeri Akut
S: (Masalah
 Mengeluh nyeri Keperawatan)

O:

 Tampak meringis
 Bersikap protektif (mis.
Waspada, posisi
menghindari nyeri)
 Gelisah
 Frekuensi nadi meningkat.
 Sulit tidur.

Gejala Dan Tanda Minor

S:

 (tidak tersedia)

O:

 Tekanan darah meningkat


 Pola napas berubah
 Nafsu makan berubah
 Proses berpikir terganggu
 Menarik diri
 Berfokus pada diri sendiri
 Diaforesis
3. Gejala Dan Tanda Mayor Pohon Masalah Ansietas (Masalah
S: Keperawatan)
 Merasa bingung
 Merasa khawatir dengan
akibat kondisi yang dihadapi.
 Sulit berkonsentrasi

O:

 Tampak gelisah
 Tampak tegang
 Sulit tidur

Gejala Dan Tanda Minor

S:

 Mengeluh pusing
 Anoreksia
 Palpitasi
 Merasa tidak berdaya

O:

 Frekuensi napas meningkat


 Frekuensi nadi meningkat
 Tekanan darah meningkat
 Diaforesis
 Tremor
 Muka tampak pucat
 Suara bergetar
 Kontak mata buruk
 Sering berkemih
 Berorientasi pada masa lalu
4. Gejala Dan Tanda Mayor Pohon Masalah Gangguan persepsi
S: sensori (Masalah
 Mendengar suara bisikan Keperawatan)
atau melihat bayangan
 Merasakan sesuatu melalui
indera perabaan, penciuman,
perasaan atau pengecapan.

O:

 Distorsi sensori
 Respos tidak sesuai
 Bersikap seolah melihat,
mendengar, mengecap,
meraba atau mencium
sesuatu.

Gejala Dan Tanda Minor

S:

 Menyatakan kesal

O:

 Menyendiri
 Melamun
 Konsentrasi buruk
 Disorientasi waktu, tempat,
orang atau situasi
 Curiga
 Melihat kesatu arah
 Mondar – mandir
 Bicara sendiri
5. Gejala Dan Tanda Mayor Pohon Masalah Isolasi sosial
S: (Masalah
 Merasa ingin sendirian Keperawatan)
 Merasa tidak aman ditempat
umum

O:

 Menarik diri
 Tidak berminat / menolak
berinteraksi dengan orang
lain atau lingkungan.

Gejala Dan Tanda Minor

S:

 Merasa berbeda dengan


orang lain
 Merasa asyik dengan pikiran
sendiri
 Merasa tidak mempunyai
tujuan yang jelas

O:

 Afek datar
 Afek sedih
 Riwayat ditolsk
 Menunjukan permusuhan
 Tidak mampu memenuhi
harapan orang lain.
 Kondisi difabel
 Tindakan tidak bearti
 Tidak ada kontak mata
 Perkembangan terlambat.
 Tidak bergairah / lesu.
6. Faktor Risiko Pohon Masalah Risiko jatuh
 Usia ≥ 65 tahun (pada (Masalah
dewasa) atau ≤2 tahun (pada Keperawatan)
anak)
 Riwayat jatuh
 Anggota gerak bawah
prostesis (buatan)
 Penggunaan alat bantu
berjalan
 Penurunan tingkat
kesadaran
 Perubahan fungsi kognitif
 Lingkungan tidak aman
(mis. Licin, gelap, lingkungan
asing)
 Kondisi pasca operasi
 Hipotensi ortotastik
 Peubahan kadar glukosa
darah
 Anemia
 Kekuatan otot menurun
 Gangguan pendengaran
 Gangguan keseimbangan
 Gangguan penglihatan
 Neuropati
 Efek agen farmakologis
(mis. Sedasi, alcohol).
10. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan (Berdasarkan SDKI ) :
A. Defisit nutrisi berhubungan dengan penyebab atau tanda dan gejala (D.0019)
B. Nyeri akut berhubungan dengan penyebab atau tanda dan gejala (D.0077)
C. Ansietas berhubungan dengan penyebab atau tanda dan gejala (D.0080)
D. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penyebab atau tanda dan
gejala (D.0085)
E. Isolasi social berhubungan dengan penyebab atau tanda dan gejala (D.0121)
F. Risiko jatuh dibuktikan dengan factor risiko (D.0143)

11. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil
Defisit nutrisi Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi
1 berhubungan setelah dilakukan (I. 03119)
dengan penyebab kunjungan selama......hari  Observasi
atau di harapkan: 1. Identifikasi status
tanda dan gejala 1. kekuatan otot nutrisi
(D.0019) penguyah 2. Identifikasi alergi dan
membaik dari intoleransi makanan
skala 1 menjadi 5 3. Identifikasi makanan
2. kekuatan otot yang disukai
menelan membaik 4. Identifikasi
dari skala 1 kebutuhan kalori dan
menjadi 5 jenis nutrient
3. Serum albumin 5. Identifikasi perlunya
membaik dari penggunaan selang
skala 1 menjadi 5 nasogastrik
4. Nafsu makan 6. Monitor asupan
membaik dari makanan
skala 1 menjadi 5 7. Monitor berat badan
5. Perasaan cepat 8. Monitor hasil
kenyang menurun dari pemeriksaan
skala 1 laboratorium
menjadi 5  Terapeutik
6. Nyeri abdomen 9. Lakukan oral hygiene
menurun dari sebelum makan, jika
skala 1 menjadi 5 perlu
7. Rambut rontok 10. Fasilitasi
menurun dari menentukan pedoman
skala 1 menjadi 5 diet (mis.piramida
8. Diare menurun makanan)
dari skala 1 11. Sajikan makanan
menjadi 5 secara menarik dan
suhu yang sesuai
12. Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi.
13. Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein.
14. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
15. Hentikan pemberian
makanan melalui
selang nasogastric
jika asupan oral dapat
ditoleransi.
Edukasi
16. Anjurkan posisi
duduk jika mampu
17. Ajarkan diet yang
deprogram.
 Kolaborasi
18. Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan (mis.pereda
nyeri), jika perlu
19. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan ,
jika
perlu.

Nyeri akut Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri


2. berhubungan setelah dilakukan (I. 08238)
dengan penyebab kunjungan selama......hari  Observasi
atau di harapkan: 1. Identifikasi lokasi,
tanda dan gejala 1. Keluhan nyeri karakteristik, durasi,
(D.0077) menurun dari frekuensi, kualitas,
skala 1 menjadi 5 intensitas nyeri
2. Meringis menurun 2. Identifikasi skala
dari skala 1 nyeri.
menjadi 5 3. Identifikasi respon
3. Sikap protektif nyeri non verbal
menurun dari 4. Identifikasi factor
skala 1 menjadi 5 yang memperberat
4. Gelisah menurun dan memperingan
dari skala 1 nyeri.
menjadi 5 5. Identifikasi
5. Kesulitan tidur pengetahuan dan
menurun dari keyakinan tentang
skala 1 menjadi 5 nyeri
6. Menarik diri 6. Identifikasi pengaruh
menurun dari nyeri pada kualitas
skala 1 menjadi 5 hidup.
7. Berfokus pada diri 7. Monitor keberhasilan
sendiri menurun terapi komplementer
dari skala 1 yang sudah diberikan.
menjadi 5 8. Monitor efek
8. Diaforesis samping penggunaan
menurun dari analgetik
skala 1 menjadi 5 Terapeutik
9. Pola nafas 9. Berikan teknik
membaik dari nonfarmakologis
skala 1 menjadi 5 untuk mengurangi
10. Tekanan darah rasa nyeri (mis.
membaik dari Kompres dingin /
skala 1 menjadi 5 hangat, terapi
11. Nafsu makan bermain, hipnotis,
membaik dari distraksi)
skala 1 menjadi 5 10. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyaman nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan )
11. Fasilitasi istirahat
dan tidur.
12. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemelihin
strategi meredakan
nyeri.
Edukasi
13. Jelaskan penyebab
dan pemicu nyeri
14. Jelaskan strategi
nyeri
15. Anjurkan monitor
nyeri secara mandiri
16. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat.
17. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri
 Kolaborasi
18. Kolaborasi
pemberian analgetik, jika
perlu
Ansietas Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
3. berhubungan (L.09093) (I. 09314)
dengan penyebab Setelah dilakukan  Observasi
atau kunjungan selama......hari 1. Identifikasi saat
tanda dan gejala di harapkan: tingkat ansietas
(D.0080) 1. Verbalisasi berubah (mis.
kebingungan Kondisi, waktu,
menurun dari stressor)
skala 1 menjadi 5 2. Identifikasi
2. Verbalisasi kemampuan
khawatir akibat mengambil keputusan
kondisi yang 3. Monitor tanda – tanda
dihadapi menurun ansietas ( verbal dan
dari skala 1 nonverbal)
menjadi 5 Terapeutik
3. Perilaku gelisah 4. Ciptakan suasana
menurun dari terapeutik untuk
skala 1 menjadi 5 menumbuhkan
4. Perilaku tegang kepercayaan
menurun dari 5. Temani pasien untuk
skala 1 menjadi 5 mengurangi
5. Keluhan pusing kecemasan, jika
menurun dari memungkinkan
skala 1 menjadi 5 6. Pahami situasi yang
6. Anoreksia membuat ansietas
menurun dari 7. Dengarkan dengan
skala 1 menjadi 5 penuh perhatian
7. Palpitasi menurun 8. Gunakan pendekatan
dari skala 1 yang tenang dan
menjadi 5 menyakinkan
8. Frekuensi napas 9. Tempatkan barang
menurun dari pribadi yang
skala 1 menjadi 5 memberikan
9. Frekuensi nadi kenyamanan
menurun dari 10. Motivasi
skala 1 menjadi 5 mengidentifikasi
10. Tekanan darah situasi yang memicu
menurun dari kecemasan
skala 1 menjadi 5 11. Diskusikan
11. Diaforesis perencanaan realistis
menurun dari tentang peristiwa
skala 1 menjadi 5 yang akan datang.
12. Tremor menurun Edukasi
dari skala 1 12. Jelaskan prosuder,
menjadi 5 termasuk sensasi
13. Pucat menurun yang mungkin
dari skala 1 dialami.
menjadi 5 13. Informasikan secara
14. Perasaan factual mengenal
keberdayaan diagnosis,
membaik dari pengobatan dan
skala 1 menjadi 5 prognosis
15. Kontak mata 14. Anjurkan keluarga
membaik dari skala 1 untuk tetap bersama pasien,
menjadi 5 jika perlu
16. Pola berkemih 15. Anjurkan
membaik dari melakukan kegiatan
skala 1 menjadi 5 yang tidak kompetitif,
17. Orientasi sesuai kebutuhan
membaik dari 16. Anjurkan
skala 1 menjadi 5 mengungkapkan
perasaan dan
persepsi.
17. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan.
18. Latih penggunaan
mekanisme
pertahanan diri yang
tepat.
19. Latih teknik
relaksasi
 Kolaborasi
20. Kolaborasi
pemberian antiansietas,
jika
perlu
4. Gangguan Persepsi Sensori Manajemen Halusinasi
persepsi sensori (L.09083) (I. 09288)
berhubungan Setelah dilakukan  Observasi
dengan penyebab kunjungan selama......hari 1. Monitor perilaku
atau di harapkan: yang menghindari
tanda dan gejala 1. Verbalisasi halusinasi
(D.0085) kebingungan 2. Monitor dan
menurun dari sesuaikan tingkat
skala 1 menjadi 5 aktivitas dan stimulasi
2. Verbalisasi lingkungan.
melihat bayangan 3. Monitor isi halusinasi (mis.
menurun dari Kekerasan atau
skala 1 menjadi 5 membahayakan diri)
3. Verbalisasi Terapeutik
merasakan sesuatu 4. Pertahankan
melalui indra lingkungan yang
perabaan menurun aman.
dari skala 1 5. Lakukan tindakan
menjadi 5 keselamatan ketika
4. Verbalisasi tidak dapat
merasakan sesuatu mengontrol perilaku
melalui indra (mis. Limit setting,
penciuman pembatasan wilayah,
menurun dari pengekangan fisik,
skala 1 menjadi 5 seklusi).
5. Verbalisasi 6. Diskusikan perasaan
merasakan sesuatu dan respon terhadap
melalui indra halusinasi
pengecapan 7. Hindari perdebatan
menurun dari tentang validitas
skala 1 menjadi 5 halusinasi
6. Distosrsi sensori Edukasi
menurun dari 8. Anjurkan memonitor
skala 1 menjadi 5 sendiri situasi
7. Perilaku halusinasi terjadinya halusinasi
menurun dari 9. Anjurkan berbicara
skala 1 menjadi 5 pada orang yang
8. Menarik diri dipercaya untuk
menurun dari memberi dukungan
skala 1 menjadi 5 dan umpan balik
9. Melamun korektif terhadap
menurun dari skala 1 halusinasi
menjadi 5 10. Anjurkan
10. Curiga menurun melakukan distraksi
dari skala 1 (mis. Mendengarkan
menjadi 5 music, melakukan
11. Mondar mandir aktivitas dan teknik
menurun dari relaksasi)
skala 1 menjadi 5 11. Ajarkan pasien dan
12. Respon sesuai keluarga untuk
stimulus membaik mengontrol
dari skala 1 halusinasi
menjadi 5  Kolaborasi
13. Konsentrasi 12. Kolaborasi
membaik dari pemberian obat
skala 1 menjadi 5 antipsikotik dan
14. Orientasi antiansietas, jika perlu
membaik dari skala 1
menjadi 5
5. Isolasi social Keterlibatan Sosial Promosi Sosialisasi
berhubungan (L.13115) (I. 13498)
dengan penyebab Setelah dilakukan  Observasi
atau kunjungan selama......hari 1. Identifikasi
tanda dan gejala di harapkan: kemampuan
(D.0121) 1. Minat interaksi melakukan interaksi
meningkat dari dengan orang lain.
skala 1 menjadi 5 2. Identifikasi hambatan
2. Verbalisasi tujuan melakukan interaksi
yang jelas dengan orang lain
meningkat dari Terapeutik
skala 1 menjadi 5 3. Motivasi
3. Minat terhadap meningkatkan
aktivitas keterlibatan dalam
meningkat dari suatu hubungan
skala 1 menjadi 5 4. Motivasi kesabaran
4. Verbalisasi dan mengembangkan
menurun dari suatu hubungan
skala 1 menjadi 5 5. Motivasi
5. Verbalisasi berpartisipasi dalam
ketidakamanan aktivitas baru dan
ditempat umum kegiatan kelompok
menurun dari 6. Motivasi berinteraksi
skala 1 menjadi 5 diluar lingkungan
6. Perilaku menarik (mis.jalan – jalan , ke
diri menurun dari toko buku)
skala 1 menjadi 5 7. Diskusikan kekuatan
7. Verbalisasi dan keterbatasan
perasaan berbeda dalam berkomunikasi
dengan orang lain dengan orang lain.
menurun dari 8. Diskusikan
skala 1 menjadi 5 perencanaan dimasa
8. Verbalisasi depan
preokupasi dengan 9. Berikan umpan balik
pikiran sendiri positif dalam
menurun dari perawatan diri
skala 1 menjadi 5 10. Berikan umpan
9. Afek murung / balik positif pada
sedih menurun setiap peningkatan
dari skala 1 kemampuan
menjadi 5 Edukasi
10. Perilaku 11. Anjurkan
bermusuhan menurun dari berinteraksi dengan
skala 1 menjadi 5 orang lain secara
11. Perilaku sesuai bertahap
dengan harapan 12. Anjurkan ikut serta
orang lain kegiatan social dan
kemasyarakatan.
membaik dari skala 1 13. Anjurkan berbagi
menjadi 5 pengalaman dengan
12. Perilaku bertujuan orang lain
membaik dari 14. Anjurkan
skala 1 menjadi 5 meningkatkan
13. Kontak mata kejujuran diri dan
membaik dari menghormati hak
skala 1 menjadi 5 orang lain.
14. Tugas 15. Anjurkan
perkembangan sesuai usia penggunaan alat
membaik dari skala 1 bantu (mis.kacamata
menjadi 5 dan alat bantu
dengar)
16. Anjurkan membuat
perencanaan
kelompok kecil untuk
kegiatan khusus
17. Latih bermain peran
untuk meningkatkan
keterampilan
komunikasi
18. Latih
mengekspresikan marah
dengan tepat
6. Risiko jatuh Tingkat Jatuh Pencegahan Jatuh
dibuktikan (L.14138) (I. 14540)
dengan factor Setelah dilakukan  Observasi
risiko (D.0143) kunjungan selama......hari 1. Identifikasi factor
di harapkan: resiko jatuh
1. Jatuh dari tempat 2. Identifikasi resiko
tidur menurun dari jatuh setidaknya
skala 5 menjadi 1 sekali setiap shift atau
2. Jatuh saat berdiri sesuai dengan
menurun dari skala 5 kebijakan institusi
menjadi 1 3. Identifikasi factor
3. Jatuh saat duduk lingkungan yang
menurun dari meningkatkan resiko
skala 5 menjadi 1 jatuh (mis. Lantai
4. Jatuh saat berjalan licin, pencahayaan
menurun dari kurang)
skala 5 menjadi 1 4. Hitung resiko jatuh
5. Jatuh saat dengan menggunakan
dipindahkan skala (mis. Fall
menurun dari Morse scale)
skala 5 menjadi 1 5. Monitor kemampuan
6. Jatuh saat naik berpindah dari tempat
tangga menurun tidur ke kursi rodanya
dari skala 5 dan sebaliknya.
menjadi 1 Terapeutik
7. Jatuh saat dikamar 6. Orientasikan ruangan
mandi menurun pada pasien dan
dari skala 5 keluarga
menjadi 1 7. Pastikan roda tempat
8. Jatuh saat tidur dan kursi roda
membungkuk selalu dalam kondisi
menurun dari terkunci
skala 5 menjadi 1 8. Pasang handrall
tempat tidur
9. Atur tempat tidur
mekanis pada posisi
terendah
10. Tempatkan pasien
berisiko tinggi jatuh
dengan pantauan
perawat dari nurse
station
11. Gunakan alat bantu
berjalan (mis.kursi
roda, walker)
12. Dekatkan bel
pemanggil daolam
jangkauan pasien.
Edukasi
13. Anjurkan
memanggil perawat
jika membutuhkan
bantuan untuk
berpindah
14. Anjurkan
menggunakan alas
kaki yang tidak licin.
15. Anjurkan
berkonsentrasi untuk
menjaga
keseimbangan tubuh
16. Anjurkan
melebarkan jarak
kedua kaki untuk
meningkatkan
keseimbangan saat
berdiri.
17. Ajarkan cara
menggunakan bel
pemanggil untuk
memanggil perawat.

Anda mungkin juga menyukai