Anda di halaman 1dari 54

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY E

DENGAN REUMATIK di RW 014 PADASUKA KOTA CIMAHI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase Gerontik

Dosen : Lucia Ariyanti, S.Kep., Ners, MH. Kes.

Disusun oleh :

Dinar Fitrianti Amalia

412056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI

BANDUNG

2021
A. Konsep Dasar Teori Gerontologi
1. Pengertian Proses Menjadi Tua
Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup,
termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas
fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan
degeneratif pada kulit, tulang jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf
dan jaringan tubuh lainya. Kemampuan regeneratif pada lansia terbatas,
mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit.
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses
menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
dan luar tubuh, seperti didalam Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang
isinya menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang
bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi
sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin
meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak diantara
lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan
kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian
nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di
dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua
(Nugroho, 2006).
2. Batasan Usia
a. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :
1) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun
2) Usia tua (old) :75-90 tahun, dan
3) Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun
b. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi
tiga katagori, yaitu:
1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun
2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
3) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke
atas dengan masalah kesehatan
3. Ciri-Ciri Lansia
Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :
a. Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan
faktor psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang
rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses
kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi
yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak
menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang
kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang mempertahankan
pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapi
ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain
sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.
c. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai
mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia
sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar
tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di
masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak
memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka
cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan
yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula.
Contoh : lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan
untuk pengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno,
kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan,
cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.
4. Teori-Teori Proses Menjadi Tua
a. Teori-teori biologi
1) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory). Menurut teori ini
menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies
tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul-molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi
dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).
2) Pemakaian dan rusak. Kelebihan usaha dan stres menyebabkan
selsel tubuh lelah (rusak).
3) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory). Di dalam
proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus.
Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
4) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory).
Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ
tubuh.
5) Teori stres. Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres
menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
6) Teori radikal bebas. Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas,
tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan
osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan
protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat
regenerasi.
7) Teori rantai silang. Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan
ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya
fungsi.
8) Teori program. Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah
sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.
b. Teori kejiwaan sosial
1) Aktivitas atau kegiatan (activity theory) Lansia mengalami
penurunan jumlah kegiatan yang dapat dilakukannya. Teori ini
menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan
ikut banyak dalam kegiatan sosial. Ukuran optimum (pola hidup)
dilanjutkan pada cara hidup dari lansia. Mempertahankan hubungan
antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia
pertengahan ke lanjut usia.
2) Kepribadian berlanjut (continuity theory) Dasar kepribadian atau
tingkah laku tidak berubah pada lansia. Teori ini merupakan
gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lansia sangat
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
3) Teori pembebasan (disengagement theory) Teori ini menyatakan
bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsurangsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya.
Keadaan
ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara
kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda
(triple loss), yakni : a) Kehilangan peran
b) Hambatan kontak sosial
c) Berkurangnya kontak komitmen
c. Teori Psikologis
1) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory) Seseorang yang dimasa
mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya setelah menua.
Sense of integrity yang dibangun dimasa mudanya tetap terpelihara
sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa pada lansia yang sukses
adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial
(Azizah dan Ma’rifatul, L., 2011). -Gejala yang tampak pada proses
menjadi tua.
2) Kepribadian berlanjut (Continuity Theory) Dasar kepribadian atau
tingkah laku tidak berubah pada lansia. Identity pada lansia yang
sudah mantap memudahkan dalam memelihara hubungan dengan
masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di masyarakat, kelurga
dan hubungan interpersonal (Azizah dan Lilik M, 2011).
d. Teori Pembebasan (Disengagement Theory) Teori ini menyatakan
bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara pelan tetapi pasti
mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya (Azizah dan Lilik M, 2011).
Sedangkan Teori penuaan secara umum menurut Ma’rifatul
(2011) dapat dibedakan menjadi dua yaitu teori biologi dan teori penuaan
psikososial :
a. Teori seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu
dan kebanyakan sel–sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali.
Jika seldari tubuh lansia dibiakkanlalu diobrservasi di laboratorium
terlihat jumlah sel–sel yang akan membelah sedikit.
Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem musculoskeletal dan
jantung, sel pada jaringan dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti
jika sel tersebut dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem
tersebut beresiko akan mengalami proses penuaan dan mempunyai 15
kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan
memperbaiki diri (Azizah, 2011).
b. Sintesis Protein (Kolagen dan Elastis)
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya
pada lansia. Proses kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan
adanya perubahan kimia pada komponen protein dalam jaringan
tertentu. Pada lansia beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan
elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang
berbeda dari protein yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada
kartilago dan elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta
menjadi lebih tebal, seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini dapat
lebih mudah dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit yang
kehilangan elastisitanya dan cenderung berkerut, juga terjadinya
penurunan mobilitas dan kecepatan pada system musculoskeletal
(Azizah dan Lilik, 2011).
c. Keracunan Oksigen
Teori ini tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel
di dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang
mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme
pertahanan diri tertentu. Ketidakmampuan mempertahankan diri dari
toksin tersebut membuat struktur membran sel mengalami perubahan
serta terjadi kesalahan genetik. Membran sel tersebut merupakan alat
sel supaya dapat berkomunikasi dengan lingkungannya dan berfungsi
juga untuk mengontrol proses pengambilan nutrisi dengan proses
ekskresi zat toksik di dalam tubuh. Fungsi komponen protein pada
membran sel yang sangat penting bagi proses tersebut, dipengaruhi oleh
rigiditas membran. Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya
penurunan reproduksi sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel
anak di semua jaringan dan organ berkurang. Hal ini akan menyebabkan
peningkatan kerusakan sistem tubuh (Azizah dan Lilik, 2011).
d. Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa
penuaan. Walaupun demikian, kemunduran kemampuan sistem yang
terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel darah putih, juga
merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan. Mutasi
yang berulang atau perubahan protein pasca tranlasi, dapat
menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali
dirinya sendiri. Jika mutasi isomatik menyebabkan terjadinya kelainan
pada antigen permukaan sel, maka hal ini akan dapat menyebabkan
sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut
sebagai sel asing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang
menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun. Disisi lain sistem imun
tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses
menua, daya serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga
sel kanker leluasa membelah-belah (Azizah dan Ma’rifatul L., 2011).
e. Teori Menua Akibat Metabolisme
Menurut Mc. Kay et all., (1935) yang dikutip Darmojo dan
Martono (2004), pengurangan “intake” kalori pada rodentia muda akan
menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur. Perpanjangan
umur karena jumlah kalori tersebut antara lain disebabkan karena
menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi
penurunan pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi sel
misalnya insulin dan hormon pertumbuhan.
5. Gejala-Gejala yang Tampak Pada Proses Menjadi Tua
Lansia mengalami perubahan dalam kehidupannya sehingga
menimbulkan beberapa masalah. Permasalahan tersebut diantaranya yaitu:
a. Masalah fisik
Masalah yang hadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai
melemah, sering terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas
yang cukup berat, indra pengelihatan yang mulai kabur, indra
pendengaran yang mulai berkurang serta daya tahan tubuh yang
menurun, sehingga sering sakit.
b. Masalah kognitif ( intelektual )
Masalah yang hadapi lansia terkait dengan perkembangan
kognitif, adalah melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal (pikun),
dan sulit untuk bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar.
c. Masalah emosional
Masalah yang hadapi terkait dengan perkembangan emosional,
adalah rasa ingin berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga
tingkat perhatian lansia kepada keluarga menjadi sangat besar. Selain
itu, lansia sering marah apabila ada sesuatu yang kurang sesuai dengan
kehendak pribadi dan sering stres akibat masalah ekonomi yang kurang
terpenuhi.
d. Masalah spiritual
Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan
spiritual, adalah kesulitan untuk menghafal kitab suci karena daya
ingat yang mulai menurun, merasa kurang tenang ketika mengetahui
anggota keluarganya belum mengerjakan ibadah, dan merasa gelisah
ketika menemui permasalahan hidup yang cukup serius.
B. PENDAHULUAN REMATIK 1 Pengertian Artritis Reumatoid
Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit
ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga
terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan
bagian dalam sendi. Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan,
nyeri dan kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia,
2011).

2 KLASIFIKASI ARTRITIS REUMATOID


Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Reumatoid arthritis klasik, pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu
6 minggu.
2. Reumatoid arthritis defisit, pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu
6 minggu.
3. Probable Reumatoid arthritis, pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu
6 minggu.
4. Possible Reumatoid arthritis, pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu
3 bulan.
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
1. Stadium sinovitis, pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan
sinovial yang ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat
bergerak maupun istirahat, bengkak dan kekakuan.
2. Stadium destruksi, pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan
sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi
tendon.
3. Stadium deformitas, pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan
berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.

3 ETIOLOGI ARTRITIS REUMATOID


Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi
beberapa hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGc dan faktor
Reumatoid
2. Gangguan Metabolisme
3. Genetik
4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti,
namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor
metabolik, dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis
reumatoid adalah;

1. Jenis Kelamin.
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya
adalah 2-3:1.
2. Umur.
Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun
penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis
reumatoid juvenil)
3. Riwayat Keluarga.
Jika terdapat anggota keluarga yang terkena RA, maka resiko terjadinya
penyakit ini lebih tinggi.
4. Merokok.
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.

4 PATOFISIOLOGI ARTRITIS REUMATOID


Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya)
terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan
enzimenzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga
terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus.
Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang.
Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak
sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan
degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot
(Smeltzer & Bare, 2002).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago
dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang
menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi
menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer.
Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.
Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan
sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu
(ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi
lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari
tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan
adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang
sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada
sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi
yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996).
Pathway Artritis Reumatoid

5 TANDA DAN GEJALA ARTRITIS REUMATOID


Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
1. Nyeri persendian
2. Bengkak (Reumatoid nodule)
3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
4. Terbatasnya pergerakan
5. Sendi-sendi terasa panas
6. Demam (pireksia)
7. Anemia
8. Berat badan menurun
9. Kekuatan berkurang
10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
11. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
12. Pasien tampak anemik
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
1. Gerakan menjadi terbatas
2. Adanya nyeri tekan
3. Deformitas bertambah pembengkakan
4. Kelemahan
5. Depresi
Gejala Extraartikular :
· Pada jantung : Reumatoid heard diseasure, Valvula lesion (gangguan katub),
Pericarditis, Myocarditis
Pada mata : Keratokonjungtivitis, Scleritis
· Pada lympa : Lhymphadenopathy
· Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
· Pada otot : Mycsitis
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita
artritis reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang
bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat
bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun
dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di
tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal.
Hampir semua sendi diartrodial dapat terserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata tatapi
terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi
pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan
selalu kurang dari 1 jam.
4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat
dilihat pada radiogram.
5. Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan
perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi
metakarpofalangeal, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa
deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat
protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi
metatarsal. Sendi-sendi besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan
kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerak ekstensi.
6. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar
sepertiga orang dewasa penderita arthritis Reumatoid. Lokasi yang paling
sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku ) atau di sepanjang
permukaan ekstensor dari lengan; walaupun demikian nodulanodula ini dapat
juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodulanodula ini biasanya
merupakan suatu petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
7. Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang
organorgan lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata,
dan pembuluh darah dapat rusak.
Gejala umum Reumatoid arthritis datang dan pergi, tergantung pada
tingkat peradangan jaringan. Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini aktif.
Ketika jaringan berhenti meradang, penyakit ini tidak aktif. Remisi dapat terjadi
secara spontan atau dengan pengobatan dan pada minggu-minggu terakhir bisa
bulan atau tahun. Selama remisi, gejala penyakit hilang dan orang-orang pada
umumnya merasa sehat ketika penyakit ini aktif lagi (kambuh) ataupun gejala
kembali (Reeves, Roux & Lockhart, 2001).
Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan
energi, kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi dan
kekakuan. Otot dan kekauan sendi biasanya paling sering di pagi hari. Disamping
itu juga manifestasi klinis Reumatoid arthritis sangat bervariasi dan biasanya
mencerminkan stadium serta beratnya penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas,
eritema dan gangguan fungsi merupakan gambaran klinis yang klasik untuk
Reumatoid arthritis (Smeltzer & Bare, 2002). Gejala sistemik dari Reumatoid
arthritis adalah mudah capek, lemah, lesu, takikardi, berat badan menurun, anemia
(Long, 1996).
Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah : mulai pada
persendian kecil di tangan, pergelangan, dan kaki. Secara progresif mengenai
persendian, lutut, bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks,
dan temporomandibular. Awitan biasanya akut, bilateral dan simetris. Persendian
dapat teraba hangat, bengkak, kaku pada pagi hari berlangsung selama lebih dari 30
menit. Deformitas tangan dan kaki adalah hal yang umum.
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
1. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat,
bengkak dan kekakuan.
2. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
3. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas
dan gangguan fungsi secara menetap.
Keterbatasan fungsi sendi dapat terjadi sekalipun stadium pada penyakit
yang dini sebelum terjadi perubahan tulang dan ketika terdapat reaksi inflamasi
yang akut pada sendi-sendi tersebut. Persendian yang teraba panas, membengkak,
tidak mudah digerakkan dan pasien cendrung menjaga atau melinddungi sendi
tersebut dengan imobilisasi. Imobilisasi dalam waktu yang lama dapat
menimbulkan kontraktur sehingga terjadi deformitas jaringan lunak. Deformitas
dapat disebabkan oleh ketidaksejajajran sendi yang terjadi ketika sebuah tulang
tergeser terhadap lainnya dan menghilangkan rongga sendi (Smeltzer & Bare,
2002).
Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius terjadi
pada lanjut usia menurut Buffer (2010), yaitu: sendi terasa kaku pada pagi hari,
bermula sakit dan kekakuan pada daerah lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan
kaki, juga pada jari-jari, mulai terlihat bengkak setelah beberapa bulan, bila diraba
akan terasa hangat, terjadi kemerahan dan terasa sakit/nyeri, bila sudah tidak
tertahan dapat menyebabkan demam, dapat terjadi berulang

LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID

F. KOMPLIKASI ARTRITIS REUMATOID


1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya
prosesgranulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
4. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang
disebabkan oleh adanya darah yang membeku.
5. Terjadi splenomegali.
6. Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar
kemampuannya untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan
trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan
meningkat.
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan
ulkus peptik yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi
nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying
antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan
mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan
dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik
akibat vaskulitis.

G. KRITERIA DIAGNOSTIK ARTRITIS REUMATOID


Kriteria American Rheumatism Association untuk Artritis Reumatoid, Revisi
1987.
No Kriteria Definisi
1 Kaku pagi hari Kekakuan pada pagi hari pada persendian
dan disekitarnya, sekurangnya selama 1
jam sebelum perbaikan maksimal

2 Artritis pada 3 daerah Pembengkakan jaringan lunak atau


persendian atau lebih efusi (bukan
pertumbuhan tulang) pada
sekurangkurangnya 3 sendi secara
bersamaan yang diobservasi oleh seorang
dokter. Dalam kriteria ini terdapat 14
persendian yang memenuhi kriteria yaitu
PIP, MCP, pergelangan tangan, siku
pergelangan kaki dan MTP kiri dan kanan.

3 Artritis Sekurang-kurangnya terjadi


pada persendian pembengkakan satu persendian tangan
seperti yang tertera diatas.
tangan
4 Artritis simetris Keterlibatan sendi yang sama (seperti
yang tertera pada kriteria 2 pada kedua
belah sisi, keterlibatan PIP, MCP atau
MTP bilateral dapat diterima walaupun
tidak mutlak bersifat simetris.

5 Nodul Reumatoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang


atau permukaan ekstensor atau daerah
juksta-artrikular yang diobservasi oleh
seorang dokter.

6 Faktor Reumatoid Terdapatnya titer abnormal faktor


reumatoid serum yang diperiksa dengan
serum
cara yang memberikan hasil positif kurang
dari 5% kelompok kontrol yang diperiksa.

7 Perubahan gambaran Perubahan


gambaran radiologis yang radiologis khas
bagi arthritis reumotoid pada
periksaan sinar X
tangan posteroanterior atau
pergelangan tangan yang harus
menunjukkan adanya erosi atau
dekalsifikasi tulang yang
berlokalisasi pada sendi atau daerah yang
berdekatan dengan sendi (perubahan
akibat osteoartritis saja tidak memenuhi
persyaratan).

Untuk keperluan klasifikasi, seseorang dikatakan menderita artritis


reumatoid jika ia sekurang-kurangnya memenuhi 4 dari 7 kriteria di atas. Kriteria
1 sampai 4 harus terdapat minimal selama 6 minggu. Pasien dengan dua diagnosis
tidak dieksklusikan. Pembagian diagnosis sebagai artritis reumatoid klasik, definit,
probable atau possible tidak perlu dibuat.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG ARTRITIS REUMATOID


1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan
leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan
awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-
produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan
viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan
kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang
simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap
sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau
gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen
Beberapa faktor yang turut dalam memeberikan kontribusi pada penegakan
diagnosis Reumatoid arthritis, yaitu nodul Reumatoid, inflamasi sendi yang
ditemukan pada saat palpasi dan hasil-hasil pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaaan laboratorium menunjukkan peninggian laju endap darah dan factor
Reumatoid yang positif sekitar 70%; pada awal penyakit faktor ini negatif. Jumlah
sel darah merah dan komplemen C4 menurun. Pemeriksaan C- reaktifprotein (CRP)
dan antibody antinukleus (ANA) dapat menunjukan hasil yang positif. Artrosentesis
akan memperlihatkan cairan sinovial yang keruh, berwarna mirip susu atau kuning
gelap dan mengandung banyak sel inflamasi, seperti leukosit dan komplemen
(Smeltzer & Bare, 2002). Pemeriksaan sinar-X dilakukan untuk membantu
penegakan diagnosis dan memantau perjalanan penyakitnya. Foto rongen akan
memperlihatkan erosi tulang yang khas dan penyempitan rongga sendi yang terjadi
dalam perjalanan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).

LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID

I. PENATALAKSANAAN ARTRITIS REUMATOID


Tujuan utama terapi adalah:
1. Meringankan rasa nyeri dan peradangan
2. memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.
3. Mencegah atau memperbaiki deformitas
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang
merupakan sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
• Istirahat
• Latihan fisik
• Panas
• Pengobatan
a Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum
yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
b Natrium meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap terapi kolin dan
asetamenofen obat
c Obat mengatasi anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600
mg/hari keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan
kebutuhan steroid yang diperlukan. d Garam emas e Kortikosteroid
f Nutrisi diet untuk penurunan berat badan yang berlebih
Bila Reumatoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi,
pembedahan dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi.
Pembedahan dan indikasinya sebagai berikut:
• Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk
mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali
inflamasi.
• Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
• Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.
• Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada
persendian.

Terapi di mulai dengan pendidikan pasien mengenai penyakitnya dan


penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik antara pasien
dan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa
hubungan yang baik akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan pasien untuk tetap
berobat dalam suatu jangka waktu yang lama (Mansjoer, dkk. 2001).

Penanganan medik pemberian salsilat atau NSAID dalam dosis terapeutik.


Kalau diberikan dalam dosis terapeutik yang penuh, obat-obat ini akan memberikan
efek anti inflamasi maupun analgesik. Namun pasien perlu diberitahukan untuk
menggunakan obat menurut resep dokter agar kadar obat yang konsisten dalam
darah bisa dipertahankan sehingga keefektifan obat antiinflamasi tersebut dapat
mencapai tingkat yang optimal (Smeltzer & Bare, 2002).
Kecenderungan yang terdapat dalam penatalaksanaan Reumatoid arthritis
menuju pendekatan farmakologi yang lebih agresif pada stadium penyakit yang
lebih dini. Kesempatan bagi pengendalian gejala dan perbaikan penatalaksanaan
penyakit terdapat dalam dua tahun pertama awitan penyakit tersebut (Smeltzer &
Bare, 2002).
Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari,
sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat
pergerakan sendi menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa
mencegah datangnya penyakit ini, seperti: tidak melakukan olahraga secara
berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu
seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut.
Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang mengandung Omega
3. Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara persendian
agar tetap lentur.

C. KONSEP ASKEP PADA REMATIK Pengkajian


1. Biodata
Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan, penanggung jawab.Data dasar
pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organorgan lainnya
(misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau
remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
2. Riwayat Kesehatan a Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada
tungkai.
b Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien
mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
3. Pemeriksaan fisik a Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi
(bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
b Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
o Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi) o Catat bila
ada krepitasi o Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan o
Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
c Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang d Ukur kekuatan otot e
Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya f Kaji
aktivitas/kegiatan sehari-hari
4. Aktivitas/istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada
sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan.
Tanda : Malaise
Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.
5. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
6. Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial,
pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan)
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan
pada orang lain).
7. Makanan/ cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat: mual, anoreksia Kesulitan untuk mengunyah
Tanda : Penurunan berat badan
Kekeringan pada membran mukosa.
8. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan
9. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
Gejala : Pembengkakan sendi simetris
10. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan
lunak pada sendi).
11. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan
dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.Demam ringan
menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
12. Interaksi social
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran;
isolasi.
13. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi
apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karena ia
merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan
sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep
diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.

1. Diagnosa keperawatan
a Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
b Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal. Nyeri,
ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
c Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas
d Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal;
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
2. Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan
oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Kriteria Hasil:
a Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol, b Terlihat rileks, dapat
tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
c Mengikuti program farmakologis yang diresepkan, d Menggabungkan
keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.
Intervensi Rasional
Kaji nyeri, catat lokasi dan Membantu dalam menentukan
intensitas (skala 0-10). Catat kebutuhan manajemen nyeri dan
faktor-faktor keefektifan program
yangmempercepat dan
tandatanda rasa sakit non verbal
Berikan matras/ kasur keras,Matras yang lembut/ empuk,
bantal kecil,. Tinggikan linen bantal yang besar akan
mencegah pemeliharaan
tempat tidur sesuai kebutuhan kesejajaran tubuh yang tepat,
menempatkan stress pada sendi
yang sakit. Peninggian linen
tempat tidur menurunkan
tekanan pada sendi yang
Tempatkan/ pantau terinflamasi/nyeri
penggunaan bantal, karung Mengistirahatkan sendi-sendi
pasir, gulungan trokhanter, yang sakit dan mempertahankan
bebat, brace. posisi netral. Penggunaan brace
dapat menurunkan nyeri dan
dapat mengurangi kerusakan
pada sendi
Dorong untuk sering Mencegah terjadinya kelelahan
mengubah posisi,. Bantu untuk umum dan kekakuan sendi.
bergerak di tempat tidur, Menstabilkan sendi, mengurangi
sokong sendi yang sakit di atas gerakan/ rasa sakit pada sendi
dan bawah, hindari gerakan
yang menyentak Panas meningkatkan relaksasi
Anjurkan pasien untuk mandi otot, dan mobilitas, menurunkan
air hangat atau mandi pancuran rasa sakit dan melepaskan
pada waktu bangun dan/atau
pada waktu tidur. Sediakan kekakuan di pagi hari.
waslap hangat untuk Sensitivitas pada panas dapat
mengompres sendi-sendi yang dihilangkan dan luka dermal
sakit beberapa kali sehari. dapat disembuhkan
Pantau suhu air kompres, air
mandi, dan sebagainya.

2. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal Nyeri,


ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
Kriteria Hasil :
a Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur. b
Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau
konpensasi bagian tubuh.
c Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas
Intervensi Rasional
Evaluasi/ lanjutkan Tingkat aktivitas/ latihan
pemantauan tingkat inflamasi/ tergantung dari perkembangan/
rasa sakit pada sendi resolusi dari peoses inflamasi
Pertahankan istirahat tirah Istirahat sistemik dianjurkan
baring/ duduk jika diperlukan selama eksaserbasi akut dan
jadwal aktivitas untuk seluruh fase penyakit yang
memberikan periode istirahat penting untuk mencegah
yang terus menerus dan tidur kelelahan mempertahankan
malam hari yang tidak kekuatan
terganggu
Bantu dengan rentang gerak Mempertahankan/
aktif/pasif, demikiqan juga meningkatkan fungsi
latihan resistif dan isometris sendi, kekuatan otot
jika memungkinkan dan stamina umum.
Catatan : latihan tidak adekuat
menimbulkan kekakuan sendi,
karenanya aktivitas yang
berlebihan dapat merusak sendi
Ubah posisi dengan sering Menghilangkan tekanan pada
dengan jumlah personel cukup. jaringan dan meningkatkan
Demonstrasikan/ bantu tehnik sirkulasi. Memepermudah
pemindahan dan penggunaan perawatan diri dan kemandirian
bantuan mobilitas, pasien. Tehnik pemindahan yang
tepat dapat mencegah
robekan abrasi kulit
Posisikan dengan bantal,
Meningkatkan
stabilitas (mengurangi
resiko cidera) dan

kantung pasir, gulungan memerptahankan posisi sendi


trokanter, bebat, brace yang diperlukan dan kesejajaran
tubuh, mengurangi kontraktor
3. perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Kriteria Hasil :
a Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan.
b Menyusun rencana realistis untuk masa depan.
Intervensi Rasional
Dorong Berikan kesempatan untuk
pengungkapan mengenai mengidentifikasi rasa takut/
masalah tentang kesalahan konsep dan
proses penyakit, harapan masa menghadapinya secara
depan langsung
.
Mengidentifikasi bagaimana
Diskusikan arti dari kehilangan/ penyakit mempengaruhi
perubahan pada pasien/orang persepsi diri dan interaksi
terdekat. Memastikan bagaimana dengan orang lain akan
pandangaqn pribadi pasien dalam menentukan kebutuhan
memfungsikan gaya hidup terhadap intervensi/ konseling
sehari-hari, termasuk aspek- lebih lanjut
aspek seksual. Isyarat verbal/non verbal
Diskusikan persepsi orang terdekat dapat
pasienmengenai bagaimana mempunyai pengaruh mayor
orang terdekat menerima pada bagaimana pasien
keterbatasan. memandang dirinya sendiri
Nyeri konstan akan

melelahkan, dan perasaan


. Akui dan terima p erasaan marah dan berm usuhan umum
berduka, bermusuhan, terjadi
ketergantungan Dapat menunjukkan
emosional ataupun metode
Perhatikan perilaku menarik koping maladaptive,
diri, penggunaan menyangkal membutuhkan intervensi lebih
atau terlalu memperhatikan lanjut
perubahan Membantu pasien untuk
mempertahankan kontrol diri,
Susun batasan pada perilaku yang dapat meningkatkan
mal adaptif. Bantu pasien untuk perasaan harga diri
mengidentifikasi perilaku positif
yang dapat membantu koping.

4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal;


penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Kriteria Hasil :
a Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan
kemampuan individual. b Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup
untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
c Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
Intervensi Rasional
Diskusikan tingkat fungsi
Mungkin dapat melanjutkan
umum (0-4) sebelum timbul aktivitas umum dengan
melakukan adaptasi yang
awitan/ eksaserbasi penyakit dan diperlukan pada keterbatasan
potensial perubahan yang saat ini
sekarang diantisipasi
. Pertahankan mobilitas, kontrol . Mendukung kemandirian
terhadap nyeri dan program fisik/emosional
latihan
Kaji hambatan terhadap Menyiapkan untuk
partisipasi dalam perawatan diri. meningkatkan kemandirian,
Identifikasi /rencana untuk yang akan meningkatkan harga
modifikasi lingkungan diri
. Kolaborasi: Konsul dengan ahli . Berguna untuk menentukan
terapi okupasi. alat bantu untuk memenuhi
kebutuhan individual. Mis;
memasang kancing,
menggunakan alat bantu
memakai sepatu,
menggantungkan pegangan
untuk mandi pancuran
Kolaborasi: Atur evaluasi Mengidentifikasi masalah -
kesehatan di rumah sebelum masalah yang mungkin
pemulangan dengan evaluasi dihadapi karena tingkat
setelahnya. kemampuan aktual

3. Implementasi
Implementasi adalah fase ketikan perawata menerapkan/ melaksanakan
rencana tindakan yang telah ditentukan dengan tujuan kebutuhan pasien terpenuhi
secara optimal (Nursalam, 2008).

4. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan
kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan,
kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta
kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada
tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan
mengevaluasi selama proses perawatan berlangsung atau menilai dari respon klien
disebut evaluasi proses, dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang
diharapkan disebut sebagai evaluasi hasil (Hidayat, A.A.A, 2008).

DAFTAR PUSTAKA
Eliopoulos, C.E. 2005. Gerontological nursing. (6 th ed.), Philadelphia; Lippincott.
Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI
KEDOKTERAN Edisi 11. Alih bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC
Harris ED Jr., 1993, Etiology and Pathogenesis of Reumatoid Arthritis. Dalam:
Textbook of Rheumatology.Philadhelpia:Saunders Co
Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee,
Papadakis MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed.,
Appleton & Lange, International Edition, Connecticut 2005, 729-32.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC. 2002.
Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007. BUKU AJAR PATOLOGI Edisi 7.
Jakarta : EGC
Kholifah SN. 2016. Keperawatan Gerontik. Jakarta; Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W., 2000. KAPITA
SELEKTA KEDOKTERAN Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media
Aesculapius
Nasution..1996.Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam Noer S (Editor) Buku
Ajar Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

A. PENGKAJIAN
1 Identitas Klien :
Nama : Ny. C
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : RT 001 RW 014
Pendidikan : SMA
Suku / bangsa : Sunda
Agama : Islam
Status Perkawinan :
Tanggal Pengkajian : 01 JULI 2021
2 Status Kesehatan Saat ini.
Keluhan kesehatan saat ini, klien mengeluh pegal-pegal pada tangan dan kaki,
sesekali tangan klien merasakan kebas dan kesemutan
3 Riwayat kesehatan Dahulu
Klien mengatakan dulu mempunyai riwayat hipertensi
4 Riwayat Kesehatan keluarga
klien mengatakan keluarhanya tidak mempunyai penyakit keturunan.
5 Tinjauan Sistem (Jelaskan tentang kondisi sistem-sistem dibawah ini yang
terdapat pada klien)
a keadaan umum : composmentis
TTV : TD : 140/100 MmHg, N: 85x/menit, RR: 20 x/menit, S: 36,5o C
• Kepala : pertumbuhan rambut mulai memutih
• Mata : penglihatan mulai kabur, konjungtiva tidak anemis,
• Telinga : pendengaran baik, tidak ada luka dan lesi
• Mulut dan tenggorok
Mukosa mulut tanpa kering, terdapat caries pada gigi, gigi tampak
ompong, tidak ada pembesaran tyroid,

• Leher
Tidak terdapat pembesaran vena jugularis
• Dada
Tampak simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada, tidak ada nyeri
tekan
b Sistem hemopoietik
-
c Sistem pernapasan
Bernafas tidak menggunakan alat bantu, inspirasi-ekspirasi normal, RR
20x/menit
d Sistem kardiovaskuler
Irama teratur, tidak ada suara tambahan TD : 130/90 mmHg
e Sistem gastrointestinal
Makan 3x/ hari, makan habis 1 porsi, BAB 1x/hari
f Sistem perkemihan
BAK 8-10x/ hari
g Sistem genitoreproduksi
-
h Sistem muskulskeletal
Tidak ada tremor,
i Sistem saraf pusat
Gangguan pada nervus optikus (fungsi penglihatan sudah mulai
berkurang)
j Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
k Sistem Integumen
Kulit tampak bersih, warna kulit sawo matang, turgor kulit kembali > 3
detik.
6 Teknik pengkajian spiritual :
Klien ber agama Islam setiap hari klien melakukan solat 5 waktu, selalu ikut
serta mengaji bersama tetangga dimesjid, harapanklien semoga diberi
kesehatan dan umur panjang.
7 Teknik pengkajian Psikososial dan Spiritual
a. Klien memiliki kemampuan untuk menggerakan anggota ekstremitas atas
dan bawah namun ketika rematiknya kambuh klien merasakan kesemutan
pada tangan dan kakinya. Bahasa saat berkomunikasi klien menggunakan
bahasa sunda dan indonesia yang bisa di mengerti.
b. Klien mampu bersosialisa dengan orang-orang yang berada di sekitar
rumahnya.
8 Pengkajian Emosi
PERTANYAAN TAHAP 1
a. Apakah klien mengalami sukar tidur ? Tidak
b. Apakah klien sering merasa gelisah ? YA
c. Apakah klien sering murung atau menangis sendiri ? Tidak
d. Apakah klien sering was-was atau kuatir ? Tidak

Lanjutkan ke pertanyaan tahap 2 jika lebih dari atau sama


dengan 1 jawaban “Ya”
PERTANYAAN TAHAP 2

a. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan ? TIDAK
b. Ada masalah atau banyak pikiran ? TIDAK
c. Ada gangguan/ masalah dengan keluarga lain ?TIDAK
d. Menggunakan obat tidur/ penenang atas anjuran dokter ? TIDAK
e. Cenderung mengurung diri ? TIDAK
Bila lebih dari atau sama dengan 1 jawaban “Ya”

MASALAH EMOSIONAL POSITIF (+)


9 Pengkajian Fungsional KATZ Indeks

No Aktivitas Mandiri Tergantung


1 MANDI √
Mandiri :
Bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti
punggung atau ekstremitas yang tidak mampu)
atau mandi sendiri sepenuhnya
Tergantung:
Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh,
bantuan masuk dan keluar dari bak mandi, serta
tidak mandi sendiri

2 BERPAKAIAN √
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, memakai pakaian,
melepaskan pakaian, mengancingi/ mengikat
pakaian.
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya
sebagian

3 KE KAMAR KECIL √
Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian
membersihkan genetalia sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil
dan menggunakan pispot

4 BERPINDAH √
Mandiri:
Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk
duduk, bangkit dari kursi sendiri
Bergantung:
Bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur
atau kursi, tidak melakukan satu, atau lebih
perpindahan

5 KONTINEN √
Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri
Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total; penggunaan
kateter,pispot, enema dan pembalut (pampers)

6 MAKAN √
Mandiri:
Mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya sendiri
Bergantung:
Bantuan dalam hal mengambil makanan dari
piring dan menyuapinya, tidak makan sama
sekali, dan makan parenteral (NGT)

Keterangan:
Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi klien
Mandiri: berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain.
Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan
fungsi, meskipun ia mampu melakukannya.
Analisis Hasil:
Termasuk katagori yang manakah klien ? Nilai A

Nilai A: Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAK/BAB), berpindah,


kekamar kecil, mandi dan berpakaian.
Nilai B: Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
Nilai C: Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
Nilai D: Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi
Tambahan
Nilai E: Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil,
dan satu fungsi tambahan.
Nilai F: Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil,
berpindah dan satu fungsi tambahan
Nilai G: Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut

10 Pengkajian Tingkat Kemandirian Barthel Indek


Termasuk yang manakah klien?

No. Kriteria Dengan Mandiri Keterangan


bantuan
1. Makan 5 10 Frekuensi : pagi
(06.00), siang
(11.00), malam
(18.00)
Jumlah: habis
Jenis: pagi hari :
nasi, sayur, tempe
goreng, snack
Siang hari : nasi,
sayur, ayam, dan
buah
Malam hari : nasi,
sayur, dan lauk pauk
2. Minum 5 10 Frekuensi :
Jumlah:
Jenis: air putih
3. Berpindah dari kursi ke tempat 5 – 10 15
tidur, sebaliknya
4. Personal toilet (cuci muka, 0 5 Frekuensi : 2 – 3 kali
menyisir rambut, gosok gigi) sehari dan cuci
muka, menyisir
rambut dan gosok
gigi dengan sendiri.
5. Keluar masuk toilet (mencuci 5 10 Mandi dengan
pakaian, menyeka tubuh, sendiri
menyiram)
6. Mandi 5 15 Frekuensi : 2 – 3 kali
sehari
7. Jalan di permukaan datar 0 5
8. Naik turun tangga 5 10
9 Mengenakan pakaian 5 10 Klien menggunakan
baju sendiri
10. Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frekuensi : 1x sehari
Konsistensi : padat
11. Kontrol bladder (BAK) 5 10 Frekuensi : 4 x sehari
Warna : kekuningan
12. Olah raga/latihan 5 10 Frekuensi : setiap
pagi klien selalu
berjalan kekebun
Jenis : berkebun
13. Rekreasi/pemanfaatan waktu 5 10 Jenis :
luang Frekuensi :
JUMLAH 130
Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 65 – 125 : Ketergantungan sebagian
c. 60 : Ketergantungan total

11 Pengkajian Status Mental


Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short Portable
Mental Status Questioner (SPMSQ) Instruksi: Ajukan pertanyaan 1 –10 pada
daftar ini dan catat semua jawaban dengan memberikan tanda V (chek) Catat
jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan.
Benar Salah No. Pertanyaan
√ 01 Tanggal berapa hari ini?
√ 02 Hari apa sekarang ini?
√ 03 Apa nama tempat ini?
√ 04 Dimana alamat Anda?
√ 05 Berapa umur Anda?
√ 06 Kapan Anda lahir? (minimal tahun lahir)
√ 07 Siapa Presiden Indonesia sekarang?
√ 08 Siapa Presiden Indonesia sebelumnya?
√ 09 Siapa nama ibu Anda?
√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan
3 dari setiap angka baru, semua secara
menurun.

=8 =2
Score total = 2
Interpretasi hasil :
a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh.

b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan

c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang

d. Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat

12 Pengkajian Kognitif Fungsi Mental: Mini Mental Status Exam (MMSE)


Teknik pengkajian aspek kognitif pada fungsi mental menggunakan
MMSE (Mini Mental Status Exam):

NO. Aspek Nilai maks Nilai Kriteria


kognitif klien
1. Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :
❑ Tahun (2020)
❑ Musim (Hujan)
❑ Tanggal ( 15)
❑ Hari (Senin)
❑ Bulan (Maret)
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang berada ?
❑ Negara Indonesia
❑ Propinsi Jawa Barat
❑ RW 03
❑ Desa Cihanjuan
❑ Kabupaten Bandung Barat
2. Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 obyek (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing obyek.
Kemudian tanyakan kepada klien
ketiga obyek tadi. (Untuk disebutkan
❑ Lemari

❑ Lampu

❑ Laci
3. Perhatian 5 4 Minta klien untuk mulai dari angka
dan 100 kemudian dikurangi 7 sampai
kalkulasi lima tingkat
❑ 93
❑ 86
❑ 79
❑ 72
❑ 65 (x)
4. Mengingat 3 3 Minta klien untuk menyebutkan
kembali ketiga obyek no 2
(registrasi). Bila benar satu point
untuk masing-masing obyek.
5. Bahasa 11 9 Tunjukkan satu benda dan tanyakan
namanya pada klien;
❑ Pensil
❑ Buku

❑ Jam

Minta klien untuk mengulang kata


berikut: “ tak ada jika, dan, atau,
tetapi.” ( dapat diganti dengan
bahasa daerah klien ), bila benar
nilai satu point
❑ benar 2 kata tak ada, tetapi

Minta klien untuk mengikuti tiga


langkah perintah berikut;

❑ ambil kertas dan pegang

❑ lipat dua

❑ letakkan di atas meja

Minta klien untuk mengikuti


perintah berikut ( bila benar dapat
nilai 1 point;
❑ “ tutup mata “

Total nilai 29

Interpretasi hasil:
> 23 : aspek koqnitif fungsi mental baik
18 –22: kerusakan aspek ungsi mental ringan
< 17 : kerusakan aspek fungsi mental berat

13 Pengkajian Keseimbangan
Pengkajian keseimbangan (Tinneti, M.E., dan Ginter, S.F., 1998 ) Keseimbangan
dinilai dari dua komponen utama dalam bergerak ialah;
1) Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi di bawah ini :
• Bangun dari tempat tidur (dimasukkan dalam analisis)
Tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan, akan tetapi
lansia mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak ke
bagian depan kursi terlebih dahulu, tidak stabil pada saat berdiri
pertama kali.
NILAI =1
• Duduk ke kursi (dimasukkan dalam analisis)
Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi
Ket : kursi harus yang keras tanpa lengan
NILAI =0
• Menahan dorongan pada sternum (Pemeriksa mendorong sternum
sebanyak 3 kali dengan hati-hati)
Klien menggerakkan kaki, memegangn obyek untuk dukungan, kaki
tidak menyentuh sisi-sisinya.
NILAI =0
• Mata tertutup
Lakukan pemeriksaan sama seperti di atas tapi klien disuruh
menutup mata
NILAI =1
• Perputaran leher
Menggerakkan kaki, menggenggam objek untuk dukungan kaki:
Keluhan vertigo, pusing atau keadaan tidak stabil
• Gerakan menggapai sesuatu
Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi
sepenuhnya sementara berdiri pada ujung jari-jari kaki, tidak stabil
memegang sesuatu untuk dukungan.
NILAI =1
• Membungkuk
Tidak mampu membungkus untuk mengambil objek-objek kecil
(misalnya pulpen) dari lantai, memegang objek untuk bisa berdiri
lagi, dan memerlukan usaha-usaha yang keras untuk bangun.
NILAI =1

2) Komponen gaya berjalan atau pergerakan


Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi di bawah ini, atau beri
nilai 1 jika klien menunjukkan salah satu dari kondisi di bawah ini:
• Minta klien untuk berjalan ke tempat yang ditentukan Ragu-ragu,
tersandung, memegang objek untuk dukungan
NILAI : 1
• Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki saat melangkah)
Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau
menyeret kaki), mengangkat kaki terlalu tinggi (> 5 cm)
NILAI : 0
• Kontinuitas langkah kaki (lebih baik diobservasi dari samping klien)
Setelah langkah-langkah awal menjadi tidak konsisten, memulai
mengangkat satu kaki sementara kaki yang lain menyentuh lantai
NILAI : 0
• Kesimetrisan langkah (lebih baik diobservasi dari samping klien)
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi.
NILAI : 1
• Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi dari
samping kiri klien)
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi
NILAI : 1
• Berbalik
Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan, bergoyang,
memegang objek untuk dukungan.
NILAI : 1
Berdasarkan pengkajian klien mendapatkan nilai 8 yaitu resiko
jatuh sedang
➢ 0–5 : Resiko jatuh rendah
➢ 6 – 10 : Resiko jatuh sedang
➢ 11 -15 : Resiko jatuh tinggi

14 Pengkajian Apgar Keluarga


Nilai
No Items penilaian Tidak Kadang- Selalu
pernah (0) kadang (2)
(1)
1 A : Adaptasi 2
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga
(teman-teman) saya untuk membantu pada waktu
sesuatu menyusahkan saya
2 P : Partnership 1
Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya
membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah saya
3 G : Growth 2
Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya
menerima & mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktifitas atau arah baru.
4 A : Afek 1
Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya
mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-
emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai.
5 R : Resolve 1
Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya
menyediakan waktu bersama-sama mengekspresikan
afek dan berespon
JUMLAH 7
Penilaian :
Nilai : 0 -3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi
Nilai : 4 -6 : Disfungsi keluarga sedang
Nilai : 7-10: Disfungsi keluarga rendah

B. ANALISIS DATA
No Hari/Tgl Data Etiologi Problem
Kamis, DS: Nyeri
1. 01 Juli Klien Mengatakan nyeri Proses menua
2021 pada bagian pinggang
sampai kaki dirasakan
malam hari
Perubahan
Data Obyektif : hormonal
• Klien tampak
memegang pada bagian Proses
kaki implamasi
• TD : 130/90
RR: 22x/m Permukaan
S: 36 tulang dan
N: 80x/m sendi tidak lagi
• P: sebab nyeri karena licin
penyakit rematik
• Q : 1-2 menit Nyeri
• R : pada bagian lutut,
dan kaki
• T: timbul pada malam
hari
• S: skla nyeri 4 (1-10)
2 01 Juli DS: Gangguan Gangguan
2021 • Klien mengatakan tidur pola tidur
sering terbangun pada
malam hari Tidak dapat
• Klien mengatakan tidak tidur dengan
bisa tidur siang, karena kualitas baik
setelah pergi kekebun
klien mengerjakan Akibat internal
pekerjaan rumah
DO: Gangguan pola
• Mata klien tampak tidur
cekung

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


No Dx Diagnosa Keperawatan
1 Nyeri berhubungan dengan agen pencedera; distensi jaringan oleh
akumulasi cairan / proses inflamasi, destruksi sendi.
2 Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan akibat
nyeri

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tgl/Wkt No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Ttd


Dx Keperawatan
Jumat 02 1 Setelah dilakukan • Observasi tanda-
Juli 2021 tindakan keperawatan tanda vital
selama 3x24 jam, • Lakukan
diharapkan nyeri dapat pengkajian nyeri
teratasi dengan kriteria yang
hasil: komprehensif
• Skala nyeri • Batasi aktivitas
berkurang 2 (1- klien
!0) • Pertahankan
• Tidak ada kaku lingkungan yang
kuduk nyaman
• TTV dalam • Kolaborasi
batas normal pemberian
-. kompres air
hangat
Jumat, 02 Setelah dilakukan o ciptakan
Juli 2021 tindakan keperawatan lingkungan yang
selama 3x24 jam, aman dan
diharapkan gangguan nyaman bagi
pola tidur dapat teratasi klien
dengan kriteria hasil: o monitor pola
o kualitas tidur tidur klien
meningkat o bantu untuk
o jam tidur menghilangkan
ditingkatkan ke 5 stress sebelum
(tidak terganggu) tidur
o tidur rutin o monitor
ditingkatkan makanan dan
minuman
sebelum tidur
o adanya perasaan o terapkan
senang setelah langkah –
bangun tidur langkah
kenyamanan
seperti atur
posisi pasien
dan beri pijatan
o ajarkan teknik
relaksasi otot
progresif

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl/Wkt No Implementasi Respon Klien Ttd
Dx Keperawatan
Kamis, 01 1. Melakukan terapi Klien mengatakan
Juli 2021 1. kompres hangat tidak nyeri dibagian _____
(merujuk pada jurnal kaki karna sudah di
implementasi kompres
evidence based pada
pasien rematik : studi
kasus
https://ojs.fdk.ac.id/in
dex.php/Nursing/artic
le/download/763/244
Kamis, 01 2 1. melakukan teknik Klien mengatakan
Juli 2021 relaksasi nafas dalam sudah bisa tidur
2. mendengarkan dengan tenang dan
murotal Al-Quran nyaman

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal Diagnosa Catatan perkembangan Paraf
Jumat. 02 Nyeri berhubungan S : Ny. E mengatakan tidak
Julu 2021 dengan agen nyeri dibagian kakinya
pencedera; distensi O : klien terlihat nyaman
jaringan oleh
A : masalah tidak teratasi
akumulasi cairan /
proses inflamasi, P : Intervensi dilanjutkan
destruksi sendi.
Jumat, 02 Gangguan pola tidur S : Ny.E mengatakan sudah
Juli 2021 berhubungan dengan mulai bisa tidur dengan pulas
ketidaknyamanan O : TD 130/90 mmhg
akibat nyeri
A: masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai