Disusun oleh :
412056
FAKULTAS KEPERAWATAN
BANDUNG
2021
A. Konsep Dasar Teori Gerontologi
1. Pengertian Proses Menjadi Tua
Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup,
termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas
fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan
degeneratif pada kulit, tulang jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf
dan jaringan tubuh lainya. Kemampuan regeneratif pada lansia terbatas,
mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit.
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses
menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
dan luar tubuh, seperti didalam Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang
isinya menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang
bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi
sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin
meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak diantara
lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan
kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian
nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di
dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua
(Nugroho, 2006).
2. Batasan Usia
a. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :
1) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun
2) Usia tua (old) :75-90 tahun, dan
3) Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun
b. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi
tiga katagori, yaitu:
1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun
2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
3) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke
atas dengan masalah kesehatan
3. Ciri-Ciri Lansia
Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :
a. Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan
faktor psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang
rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses
kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi
yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak
menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang
kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang mempertahankan
pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapi
ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain
sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.
c. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai
mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia
sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar
tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di
masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak
memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka
cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan
yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula.
Contoh : lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan
untuk pengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno,
kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan,
cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.
4. Teori-Teori Proses Menjadi Tua
a. Teori-teori biologi
1) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory). Menurut teori ini
menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies
tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul-molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi
dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).
2) Pemakaian dan rusak. Kelebihan usaha dan stres menyebabkan
selsel tubuh lelah (rusak).
3) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory). Di dalam
proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus.
Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
4) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory).
Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ
tubuh.
5) Teori stres. Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres
menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
6) Teori radikal bebas. Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas,
tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan
osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan
protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat
regenerasi.
7) Teori rantai silang. Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan
ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya
fungsi.
8) Teori program. Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah
sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.
b. Teori kejiwaan sosial
1) Aktivitas atau kegiatan (activity theory) Lansia mengalami
penurunan jumlah kegiatan yang dapat dilakukannya. Teori ini
menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan
ikut banyak dalam kegiatan sosial. Ukuran optimum (pola hidup)
dilanjutkan pada cara hidup dari lansia. Mempertahankan hubungan
antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia
pertengahan ke lanjut usia.
2) Kepribadian berlanjut (continuity theory) Dasar kepribadian atau
tingkah laku tidak berubah pada lansia. Teori ini merupakan
gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lansia sangat
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
3) Teori pembebasan (disengagement theory) Teori ini menyatakan
bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsurangsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya.
Keadaan
ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara
kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda
(triple loss), yakni : a) Kehilangan peran
b) Hambatan kontak sosial
c) Berkurangnya kontak komitmen
c. Teori Psikologis
1) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory) Seseorang yang dimasa
mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya setelah menua.
Sense of integrity yang dibangun dimasa mudanya tetap terpelihara
sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa pada lansia yang sukses
adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial
(Azizah dan Ma’rifatul, L., 2011). -Gejala yang tampak pada proses
menjadi tua.
2) Kepribadian berlanjut (Continuity Theory) Dasar kepribadian atau
tingkah laku tidak berubah pada lansia. Identity pada lansia yang
sudah mantap memudahkan dalam memelihara hubungan dengan
masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di masyarakat, kelurga
dan hubungan interpersonal (Azizah dan Lilik M, 2011).
d. Teori Pembebasan (Disengagement Theory) Teori ini menyatakan
bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara pelan tetapi pasti
mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya (Azizah dan Lilik M, 2011).
Sedangkan Teori penuaan secara umum menurut Ma’rifatul
(2011) dapat dibedakan menjadi dua yaitu teori biologi dan teori penuaan
psikososial :
a. Teori seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu
dan kebanyakan sel–sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali.
Jika seldari tubuh lansia dibiakkanlalu diobrservasi di laboratorium
terlihat jumlah sel–sel yang akan membelah sedikit.
Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem musculoskeletal dan
jantung, sel pada jaringan dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti
jika sel tersebut dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem
tersebut beresiko akan mengalami proses penuaan dan mempunyai 15
kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan
memperbaiki diri (Azizah, 2011).
b. Sintesis Protein (Kolagen dan Elastis)
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya
pada lansia. Proses kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan
adanya perubahan kimia pada komponen protein dalam jaringan
tertentu. Pada lansia beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan
elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang
berbeda dari protein yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada
kartilago dan elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta
menjadi lebih tebal, seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini dapat
lebih mudah dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit yang
kehilangan elastisitanya dan cenderung berkerut, juga terjadinya
penurunan mobilitas dan kecepatan pada system musculoskeletal
(Azizah dan Lilik, 2011).
c. Keracunan Oksigen
Teori ini tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel
di dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang
mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme
pertahanan diri tertentu. Ketidakmampuan mempertahankan diri dari
toksin tersebut membuat struktur membran sel mengalami perubahan
serta terjadi kesalahan genetik. Membran sel tersebut merupakan alat
sel supaya dapat berkomunikasi dengan lingkungannya dan berfungsi
juga untuk mengontrol proses pengambilan nutrisi dengan proses
ekskresi zat toksik di dalam tubuh. Fungsi komponen protein pada
membran sel yang sangat penting bagi proses tersebut, dipengaruhi oleh
rigiditas membran. Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya
penurunan reproduksi sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel
anak di semua jaringan dan organ berkurang. Hal ini akan menyebabkan
peningkatan kerusakan sistem tubuh (Azizah dan Lilik, 2011).
d. Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa
penuaan. Walaupun demikian, kemunduran kemampuan sistem yang
terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel darah putih, juga
merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan. Mutasi
yang berulang atau perubahan protein pasca tranlasi, dapat
menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali
dirinya sendiri. Jika mutasi isomatik menyebabkan terjadinya kelainan
pada antigen permukaan sel, maka hal ini akan dapat menyebabkan
sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut
sebagai sel asing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang
menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun. Disisi lain sistem imun
tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses
menua, daya serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga
sel kanker leluasa membelah-belah (Azizah dan Ma’rifatul L., 2011).
e. Teori Menua Akibat Metabolisme
Menurut Mc. Kay et all., (1935) yang dikutip Darmojo dan
Martono (2004), pengurangan “intake” kalori pada rodentia muda akan
menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur. Perpanjangan
umur karena jumlah kalori tersebut antara lain disebabkan karena
menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi
penurunan pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi sel
misalnya insulin dan hormon pertumbuhan.
5. Gejala-Gejala yang Tampak Pada Proses Menjadi Tua
Lansia mengalami perubahan dalam kehidupannya sehingga
menimbulkan beberapa masalah. Permasalahan tersebut diantaranya yaitu:
a. Masalah fisik
Masalah yang hadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai
melemah, sering terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas
yang cukup berat, indra pengelihatan yang mulai kabur, indra
pendengaran yang mulai berkurang serta daya tahan tubuh yang
menurun, sehingga sering sakit.
b. Masalah kognitif ( intelektual )
Masalah yang hadapi lansia terkait dengan perkembangan
kognitif, adalah melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal (pikun),
dan sulit untuk bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar.
c. Masalah emosional
Masalah yang hadapi terkait dengan perkembangan emosional,
adalah rasa ingin berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga
tingkat perhatian lansia kepada keluarga menjadi sangat besar. Selain
itu, lansia sering marah apabila ada sesuatu yang kurang sesuai dengan
kehendak pribadi dan sering stres akibat masalah ekonomi yang kurang
terpenuhi.
d. Masalah spiritual
Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan
spiritual, adalah kesulitan untuk menghafal kitab suci karena daya
ingat yang mulai menurun, merasa kurang tenang ketika mengetahui
anggota keluarganya belum mengerjakan ibadah, dan merasa gelisah
ketika menemui permasalahan hidup yang cukup serius.
B. PENDAHULUAN REMATIK 1 Pengertian Artritis Reumatoid
Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit
ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga
terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan
bagian dalam sendi. Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan,
nyeri dan kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia,
2011).
1. Jenis Kelamin.
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya
adalah 2-3:1.
2. Umur.
Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun
penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis
reumatoid juvenil)
3. Riwayat Keluarga.
Jika terdapat anggota keluarga yang terkena RA, maka resiko terjadinya
penyakit ini lebih tinggi.
4. Merokok.
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.
1. Diagnosa keperawatan
a Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
b Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal. Nyeri,
ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
c Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas
d Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal;
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
2. Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan
oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Kriteria Hasil:
a Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol, b Terlihat rileks, dapat
tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
c Mengikuti program farmakologis yang diresepkan, d Menggabungkan
keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.
Intervensi Rasional
Kaji nyeri, catat lokasi dan Membantu dalam menentukan
intensitas (skala 0-10). Catat kebutuhan manajemen nyeri dan
faktor-faktor keefektifan program
yangmempercepat dan
tandatanda rasa sakit non verbal
Berikan matras/ kasur keras,Matras yang lembut/ empuk,
bantal kecil,. Tinggikan linen bantal yang besar akan
mencegah pemeliharaan
tempat tidur sesuai kebutuhan kesejajaran tubuh yang tepat,
menempatkan stress pada sendi
yang sakit. Peninggian linen
tempat tidur menurunkan
tekanan pada sendi yang
Tempatkan/ pantau terinflamasi/nyeri
penggunaan bantal, karung Mengistirahatkan sendi-sendi
pasir, gulungan trokhanter, yang sakit dan mempertahankan
bebat, brace. posisi netral. Penggunaan brace
dapat menurunkan nyeri dan
dapat mengurangi kerusakan
pada sendi
Dorong untuk sering Mencegah terjadinya kelelahan
mengubah posisi,. Bantu untuk umum dan kekakuan sendi.
bergerak di tempat tidur, Menstabilkan sendi, mengurangi
sokong sendi yang sakit di atas gerakan/ rasa sakit pada sendi
dan bawah, hindari gerakan
yang menyentak Panas meningkatkan relaksasi
Anjurkan pasien untuk mandi otot, dan mobilitas, menurunkan
air hangat atau mandi pancuran rasa sakit dan melepaskan
pada waktu bangun dan/atau
pada waktu tidur. Sediakan kekakuan di pagi hari.
waslap hangat untuk Sensitivitas pada panas dapat
mengompres sendi-sendi yang dihilangkan dan luka dermal
sakit beberapa kali sehari. dapat disembuhkan
Pantau suhu air kompres, air
mandi, dan sebagainya.
3. Implementasi
Implementasi adalah fase ketikan perawata menerapkan/ melaksanakan
rencana tindakan yang telah ditentukan dengan tujuan kebutuhan pasien terpenuhi
secara optimal (Nursalam, 2008).
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan
kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan,
kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta
kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada
tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan
mengevaluasi selama proses perawatan berlangsung atau menilai dari respon klien
disebut evaluasi proses, dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang
diharapkan disebut sebagai evaluasi hasil (Hidayat, A.A.A, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Eliopoulos, C.E. 2005. Gerontological nursing. (6 th ed.), Philadelphia; Lippincott.
Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI
KEDOKTERAN Edisi 11. Alih bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC
Harris ED Jr., 1993, Etiology and Pathogenesis of Reumatoid Arthritis. Dalam:
Textbook of Rheumatology.Philadhelpia:Saunders Co
Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee,
Papadakis MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed.,
Appleton & Lange, International Edition, Connecticut 2005, 729-32.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC. 2002.
Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007. BUKU AJAR PATOLOGI Edisi 7.
Jakarta : EGC
Kholifah SN. 2016. Keperawatan Gerontik. Jakarta; Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W., 2000. KAPITA
SELEKTA KEDOKTERAN Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media
Aesculapius
Nasution..1996.Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam Noer S (Editor) Buku
Ajar Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
A. PENGKAJIAN
1 Identitas Klien :
Nama : Ny. C
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : RT 001 RW 014
Pendidikan : SMA
Suku / bangsa : Sunda
Agama : Islam
Status Perkawinan :
Tanggal Pengkajian : 01 JULI 2021
2 Status Kesehatan Saat ini.
Keluhan kesehatan saat ini, klien mengeluh pegal-pegal pada tangan dan kaki,
sesekali tangan klien merasakan kebas dan kesemutan
3 Riwayat kesehatan Dahulu
Klien mengatakan dulu mempunyai riwayat hipertensi
4 Riwayat Kesehatan keluarga
klien mengatakan keluarhanya tidak mempunyai penyakit keturunan.
5 Tinjauan Sistem (Jelaskan tentang kondisi sistem-sistem dibawah ini yang
terdapat pada klien)
a keadaan umum : composmentis
TTV : TD : 140/100 MmHg, N: 85x/menit, RR: 20 x/menit, S: 36,5o C
• Kepala : pertumbuhan rambut mulai memutih
• Mata : penglihatan mulai kabur, konjungtiva tidak anemis,
• Telinga : pendengaran baik, tidak ada luka dan lesi
• Mulut dan tenggorok
Mukosa mulut tanpa kering, terdapat caries pada gigi, gigi tampak
ompong, tidak ada pembesaran tyroid,
• Leher
Tidak terdapat pembesaran vena jugularis
• Dada
Tampak simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada, tidak ada nyeri
tekan
b Sistem hemopoietik
-
c Sistem pernapasan
Bernafas tidak menggunakan alat bantu, inspirasi-ekspirasi normal, RR
20x/menit
d Sistem kardiovaskuler
Irama teratur, tidak ada suara tambahan TD : 130/90 mmHg
e Sistem gastrointestinal
Makan 3x/ hari, makan habis 1 porsi, BAB 1x/hari
f Sistem perkemihan
BAK 8-10x/ hari
g Sistem genitoreproduksi
-
h Sistem muskulskeletal
Tidak ada tremor,
i Sistem saraf pusat
Gangguan pada nervus optikus (fungsi penglihatan sudah mulai
berkurang)
j Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
k Sistem Integumen
Kulit tampak bersih, warna kulit sawo matang, turgor kulit kembali > 3
detik.
6 Teknik pengkajian spiritual :
Klien ber agama Islam setiap hari klien melakukan solat 5 waktu, selalu ikut
serta mengaji bersama tetangga dimesjid, harapanklien semoga diberi
kesehatan dan umur panjang.
7 Teknik pengkajian Psikososial dan Spiritual
a. Klien memiliki kemampuan untuk menggerakan anggota ekstremitas atas
dan bawah namun ketika rematiknya kambuh klien merasakan kesemutan
pada tangan dan kakinya. Bahasa saat berkomunikasi klien menggunakan
bahasa sunda dan indonesia yang bisa di mengerti.
b. Klien mampu bersosialisa dengan orang-orang yang berada di sekitar
rumahnya.
8 Pengkajian Emosi
PERTANYAAN TAHAP 1
a. Apakah klien mengalami sukar tidur ? Tidak
b. Apakah klien sering merasa gelisah ? YA
c. Apakah klien sering murung atau menangis sendiri ? Tidak
d. Apakah klien sering was-was atau kuatir ? Tidak
a. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan ? TIDAK
b. Ada masalah atau banyak pikiran ? TIDAK
c. Ada gangguan/ masalah dengan keluarga lain ?TIDAK
d. Menggunakan obat tidur/ penenang atas anjuran dokter ? TIDAK
e. Cenderung mengurung diri ? TIDAK
Bila lebih dari atau sama dengan 1 jawaban “Ya”
2 BERPAKAIAN √
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, memakai pakaian,
melepaskan pakaian, mengancingi/ mengikat
pakaian.
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya
sebagian
3 KE KAMAR KECIL √
Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian
membersihkan genetalia sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil
dan menggunakan pispot
4 BERPINDAH √
Mandiri:
Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk
duduk, bangkit dari kursi sendiri
Bergantung:
Bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur
atau kursi, tidak melakukan satu, atau lebih
perpindahan
5 KONTINEN √
Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri
Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total; penggunaan
kateter,pispot, enema dan pembalut (pampers)
6 MAKAN √
Mandiri:
Mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya sendiri
Bergantung:
Bantuan dalam hal mengambil makanan dari
piring dan menyuapinya, tidak makan sama
sekali, dan makan parenteral (NGT)
Keterangan:
Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi klien
Mandiri: berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain.
Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan
fungsi, meskipun ia mampu melakukannya.
Analisis Hasil:
Termasuk katagori yang manakah klien ? Nilai A
=8 =2
Score total = 2
Interpretasi hasil :
a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh.
❑ Lampu
❑ Laci
3. Perhatian 5 4 Minta klien untuk mulai dari angka
dan 100 kemudian dikurangi 7 sampai
kalkulasi lima tingkat
❑ 93
❑ 86
❑ 79
❑ 72
❑ 65 (x)
4. Mengingat 3 3 Minta klien untuk menyebutkan
kembali ketiga obyek no 2
(registrasi). Bila benar satu point
untuk masing-masing obyek.
5. Bahasa 11 9 Tunjukkan satu benda dan tanyakan
namanya pada klien;
❑ Pensil
❑ Buku
❑ Jam
❑ lipat dua
Total nilai 29
Interpretasi hasil:
> 23 : aspek koqnitif fungsi mental baik
18 –22: kerusakan aspek ungsi mental ringan
< 17 : kerusakan aspek fungsi mental berat
13 Pengkajian Keseimbangan
Pengkajian keseimbangan (Tinneti, M.E., dan Ginter, S.F., 1998 ) Keseimbangan
dinilai dari dua komponen utama dalam bergerak ialah;
1) Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi di bawah ini :
• Bangun dari tempat tidur (dimasukkan dalam analisis)
Tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan, akan tetapi
lansia mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak ke
bagian depan kursi terlebih dahulu, tidak stabil pada saat berdiri
pertama kali.
NILAI =1
• Duduk ke kursi (dimasukkan dalam analisis)
Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi
Ket : kursi harus yang keras tanpa lengan
NILAI =0
• Menahan dorongan pada sternum (Pemeriksa mendorong sternum
sebanyak 3 kali dengan hati-hati)
Klien menggerakkan kaki, memegangn obyek untuk dukungan, kaki
tidak menyentuh sisi-sisinya.
NILAI =0
• Mata tertutup
Lakukan pemeriksaan sama seperti di atas tapi klien disuruh
menutup mata
NILAI =1
• Perputaran leher
Menggerakkan kaki, menggenggam objek untuk dukungan kaki:
Keluhan vertigo, pusing atau keadaan tidak stabil
• Gerakan menggapai sesuatu
Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi
sepenuhnya sementara berdiri pada ujung jari-jari kaki, tidak stabil
memegang sesuatu untuk dukungan.
NILAI =1
• Membungkuk
Tidak mampu membungkus untuk mengambil objek-objek kecil
(misalnya pulpen) dari lantai, memegang objek untuk bisa berdiri
lagi, dan memerlukan usaha-usaha yang keras untuk bangun.
NILAI =1
B. ANALISIS DATA
No Hari/Tgl Data Etiologi Problem
Kamis, DS: Nyeri
1. 01 Juli Klien Mengatakan nyeri Proses menua
2021 pada bagian pinggang
sampai kaki dirasakan
malam hari
Perubahan
Data Obyektif : hormonal
• Klien tampak
memegang pada bagian Proses
kaki implamasi
• TD : 130/90
RR: 22x/m Permukaan
S: 36 tulang dan
N: 80x/m sendi tidak lagi
• P: sebab nyeri karena licin
penyakit rematik
• Q : 1-2 menit Nyeri
• R : pada bagian lutut,
dan kaki
• T: timbul pada malam
hari
• S: skla nyeri 4 (1-10)
2 01 Juli DS: Gangguan Gangguan
2021 • Klien mengatakan tidur pola tidur
sering terbangun pada
malam hari Tidak dapat
• Klien mengatakan tidak tidur dengan
bisa tidur siang, karena kualitas baik
setelah pergi kekebun
klien mengerjakan Akibat internal
pekerjaan rumah
DO: Gangguan pola
• Mata klien tampak tidur
cekung
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl/Wkt No Implementasi Respon Klien Ttd
Dx Keperawatan
Kamis, 01 1. Melakukan terapi Klien mengatakan
Juli 2021 1. kompres hangat tidak nyeri dibagian _____
(merujuk pada jurnal kaki karna sudah di
implementasi kompres
evidence based pada
pasien rematik : studi
kasus
https://ojs.fdk.ac.id/in
dex.php/Nursing/artic
le/download/763/244
Kamis, 01 2 1. melakukan teknik Klien mengatakan
Juli 2021 relaksasi nafas dalam sudah bisa tidur
2. mendengarkan dengan tenang dan
murotal Al-Quran nyaman
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal Diagnosa Catatan perkembangan Paraf
Jumat. 02 Nyeri berhubungan S : Ny. E mengatakan tidak
Julu 2021 dengan agen nyeri dibagian kakinya
pencedera; distensi O : klien terlihat nyaman
jaringan oleh
A : masalah tidak teratasi
akumulasi cairan /
proses inflamasi, P : Intervensi dilanjutkan
destruksi sendi.
Jumat, 02 Gangguan pola tidur S : Ny.E mengatakan sudah
Juli 2021 berhubungan dengan mulai bisa tidur dengan pulas
ketidaknyamanan O : TD 130/90 mmhg
akibat nyeri
A: masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
DOKUMENTASI