Disusun Oleh :
Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAB atau
BAK), berpindah, ke kamar kecil, mandi dan berpakaian.
B Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi
tersebut.
C Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan satu
fungsi tambahan.
D Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian
dan satu fungsi tambahan.
E Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian,
ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan.
F Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian,
ke kamar kecil, berpindah, dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.
Lain-lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F.
b. Barthel Indeks
Barthel indeks merupakan suatu instrument pengkajian yang berfungsi
mengatur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas
serta dapat juga digunakan sebagai criteria dalam menilai kemampuan
fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan keseimbangan
dengan menggunakan 10 indikator.
Instrument pengkajian dengan Barthel Indeks
APGAR Keluarga
No Fungsi Uraian Skor
1. Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali
pada keluarga (teman-teman) saya untuk
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2. Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya membicarakan sesuatu
dengan saya dan mengungkapkan
masalah denga saya
3. Pertumbuha Saya puasa bahwa keluarga (teman-
n teman) saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan aktivitas
atau arah baru
4. Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespon terhadap emosi-emosi saya,
seperti marah, sedih, atau mencintai
5. Pemecahan Saya puas dengan cara teman-teman saya
dan saya menyediakan waktu bersama-
sama.
Penilaian: jika pertanyaan-pertanyaan yang dijawab selalu (poin 2),
kadang-kadang (poin 1), hamper tidak pernah (poin 0).
Interpretasi hasil:
Skor 8-10 : fungsi sosial normal
Skor 5-7 : fungsi sosial cukup
Skor 0-4 : fungsi sosial kurang/suka menyendiri
f. MMSE (Mini Mental State Exam)
Digunakan untuk menguji aspek kognitif dari fungsi mental: orientas,
registrasi, perhatian, kalkulasi, mengingat kembali, dan bahasa. Pemeriksaan
ini bertujuan untuk melengkapi dan menilai tetapi tidak dapat digunakan
untuk tujuan diagnostic, namun berguna untuk mengkaji kemajuan pasien.
Instrument pengkajian MMSE
B.
C. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
Demensia (pikun) adalah kemunduran kognitif yang sedemikian beratnya
sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan aktivitas sosial. Kemunduran
kognitif pada demensia biasanya diawali dengan hilangnya fungsi intelektual,
kemunduran memori (pelupa) serta daya pikir lain. Demensia berkaitan erat dengan
usia lanjut (Nugroho, 2012).
Grayson (2004) dalam Aspiani (2014) menyebutkan bahwa demensia bukanlah
sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa
penyakit atau kondisi tertentu. Kumpulan gejalanya ditandai dengan penurunan
kognitif, perubahan mood, serta perubahan tingkah laku.
2. Etiologi
Penyebab demensia menurur Nugraho (2009) :
a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi
dasarnya tidak dikenal kelainan yaitu : terdapat
pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi
pada system enzim, atau pada metabolism
b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal
tetapi belum dapat diobati, penyebab utama dalam
golongan ini diantaranya : Penyakit degenerasi
spino – serebelar.
1) Sub akut leuko-eselfalitis sklerotik fan bogaert
2) Khores Hungtington.
c. Sindrome demensia dengan etiologi penyakit yang
dapat diobati, dalam golongan ini diantranya :
penyakit cerrebro kardioavaskuler dan penyakit
alzheimer.
3. Manifestasi Klinis
Gejala klinis demensia berlangsung lama dan bertahap sehingga pasien dengan
keluarga tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya penyakit. Gejala klinik dari
demensia Nugroho (2009) menyatakan jika dilihat secara umum tanda dan gejala
demensia adalah :
a. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada
penderita demensia, lupa menjadi bagian
keseharian yang tidak bisa lepas.
b. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya:
lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat penderita
demensia berada.
c. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata
menjadi kalimat yang benar, menggunakan kata
yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang
kata atau cerita yang sama berkali-kali.
d. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis
berlebihan saat melihat sebuah drama televisi,
marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan
orang lain, rasa takut dan gugup yang tak
beralasan.
e. Penderita demensia kadang tidak mengerti
mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
f. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak
acuh, menarik diri dan gelisah
4. Patofisiologi
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia.
Penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan
saraf pusat yaitu berat otak akan menurun sebanyak sekitar 10 % pada penuaan
antara umur 30 sampai 70 tahun. Berbagai faktor etiologi yang telah disebutkan di
atas merupakan kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi sel-sel neuron korteks
serebri.
Penyakit degeneratif pada otak, gangguan vaskular dan penyakit lainnya, serta
gangguan nutrisi, metabolik dan toksisitas secara langsung maupun tak langsung
dapat menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan melalui mekanisme iskemia,
infark, inflamasi, deposisi protein abnormal sehingga jumlah neuron menurun dan
mengganggu fungsi dari area kortikal ataupun subkortikal.
Di samping itu, kadar neurotransmiter di otak yang diperlukan untuk proses
konduksi saraf juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan gangguan fungsi
kognitif (daya ingat, daya pikir dan belajar), gangguan sensorium (perhatian,
kesadaran), persepsi, isi pikir, emosi dan mood. Fungsi yang mengalami gangguan
tergantung lokasi area yang terkena (kortikal atau subkortikal) atau penyebabnya,
karena manifestasinya dapat berbeda. Keadaan patologis dari hal tersebut akan
memicu keadaan konfusio akut demensia (Boedhi-Darmojo, 2009).
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Wahjudi (2008), berikut adalah pemeriksaan diagnostik untuk klien
demensia.
a. CT Scan untuk melihat serebral ventrikel dan
pembesaran ruang subaraknoid, atropi otak.
b. MRI sama dengan CT Scan.
c. Biopsi otak untuk membuktikan adanya
neurofibrillary tangles dan neuritis plague
d. Pemeriksaan skrinning neuropsikologis atau
kognitif MMSE (Mini Mental State Examination),
skrinning selama 7 menit. Pemeriksaan SPMSQ
(Short Portable Mental Status Questionnaire) juga
bisa dilakukan
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan demensia antara lain sebagai berikut :
a. Farmakoterapi Sebagian besar kasus demensia
tidak dapat disembuhkan; Untuk mengobati
demensia alzheimer digunakan obat - obatan
antikoliesterase seperti Donepezil, Rivastigmine,
Galantamine, Memantine. Dementia vaskuler
membutuhkan obat-obatan anti platelet seperti
Aspirin, Ticlopidine, Clopidogrel untuk
melancarkan aliran darah ke otak sehingga
memperbaiki gangguan kognitif.
Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi
perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati
tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan dengan stroke.
b. Dukungan atau Peran Keluarga
Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap
memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding.
c. Terapi Simtomatik
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik, meliputi :
1) Latihan fisik yang sesuai
2) Terapi rekreasional dan aktifitas
7. Asuhan Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan
b. Intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Lissauer & Fanaroff. (2008).At a Glance Neonatologi.Jakarta:Erlangga.
Medforth, Janet, dkk. (2011).Kebidanan Oxford Dari Bidan Untuk Bidan.Jakarta:EGC.
Saifudin, Abdul Bari. (2009).Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sholeh, Kosim. (2010). Neonatologi. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Wiknjosastro,Hanifa, dkk. (2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Huda &Hardhi kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan BerdasarkanDiagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Mediaction