Anda di halaman 1dari 80

ASUHAN KEPERAWATAN PRAKTEK KEPERAWATAN

GERONTIK DENGAN KASUS PENYAKIT

GOUT ARTRITIS

Oleh :

Rana Nisrina Yahya 201813092

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES WIJAYA HUSADA BOGOR

TAHUN AJARAN 2022/2023


LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

A. Konsep Lansia

1. Definisi Lansia

Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas.

Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki

tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan

lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses

penuaan.

2. Proses dan Teori Manua

Menua didefinisikan sebagai penurunan, kelemahan, meningkatnya

kerentanan terhadap berbagai penyakit dan perubahan lingkungan,

hilangnya mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan fisiologis yang

terkait dengan usia. Penuaan adalah suatu proses normal yang ditandai

dengan perubahan fisk, sosial, dan psikososial yang dapat terjadi pada

semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan

kronologis tertentu.

Ada dua jenis teori penuaan yaitu, teori biologi dan teori psikososial.

Teori biologi meliputi teori genetik dan mutasi, teori imunologis, teori

stress, teori radikal bebas, teori rantai silang, dan teori menua akibat
1
metabolisme. Teori psikososial meliputi pelepasan, teori aktivitas, teori

interaksi sosial, teori kepribadian berlanjut, dan teori perkembangan.

a. Teori Biologis

1) Teori Genetik dan Mutasi

Teori ini menunjukkan bahwa menua terjadi karena

perubahan molekul dalam sel tubuh sebagai hasil dari mutasi

spontan yang tidak dapat dan yang terakumulasi seiring dengan

usia. Sebagai contoh mutasi sel kelamin sehingga terjadi

penurunan kemampuan fungsional sel.

2) Teori Imunologis

Teori ini menyatakan bahwa respon imun yang tidak

terdiferensiasi meningkat seiring dengan usia. Mutasi yang

berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem

imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Dan jika mutasi merusak

membran sel akan menyebabkan sistem imun tidak mengenal

dirinya sendiri sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari

peningkatan penyakit auto-imun pada lanjut usia.

3) Teori Stress

Teori stress menyatakan bahwa menua terjadi akibat

hilangnya sel-sel yang biasanya digunakan oleh tubuh. Regenerasi

2
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan

internal, kelebihan usaha, dan stress yang menyebabkan sel-sel

tubuh lemah.

4) Teori Radikal Bebas

Radikal bebas dapat berbentuk di alam bebas dan di dalam

tubuh karena adanya proses metabolism. Radikal bebas merupakan

suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena mempunyai

elektron yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat

atom atau molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakan

atau perubahan dalam oksidasi bahan organik, misalnya

karbohidrat dan protein. Radikal bebas menyebabkan sel tidak

dapat beregenerasi. Radikal bebas dianggap sebagai penyebab

penting terjadinya kerusakan fungsi sel. Teori ini menyatakan

bahwa penuaan disebabkan oleh akumulasi kerusakan ireversibel.

5) Teori Rantai Silang

Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak,

protein, karbohidrat, dan asam nukleat atau molekul kolagen

bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, yang mengubah fungsi

jaringan yang akan menyebabkan perubahan pada membran

3
plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku,

kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua.

6) Teori Menua Akibat Metabolisme

Telah dibuktikan dalam percobaan hewan, bahwa

pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat

pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan

asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat

memperpendek umur.

b. Teori Psikologis

1) Teori Penarikan Diri / Pelepasan

Pelepasan ini meliputi pelepasan peran sosial dan aktivitas

sosial. Menurut teori ini seorang lansia akan dinyatakan

mengalami proses penuaan yang berhasil apabila ia menarik diri

dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan

pribadi serta mempersiapkan diri dalam menghadapi kematian.

2) Teori Aktivitas

Penuaan yang sukses bergantung dari bagaimana seorang

lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas dan

mempertahankan aktivitas tersebut. Teori ini menyatakan bahwa

4
lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut

serta dalam kegiatan sosial.

3) Teori Interaksi Sosial

Teori ini menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu

situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.

Kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial

merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya atas

dasar kemampuannya bersosialisasi.

4) Teori Kepribadian Berlanjut

Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam

siklus kehidupan lanjut usia. Pengalaman seseorang pada suatu

saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia.

Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan harapan

seseorang ternyata tidak berubah walaupun ia telah lanjut usia.

5) Teori Perkembangan

Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi

tua merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia

terhadap berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif

maupun negatif.

5
2. Batasan-Batasan Lansia

Lanjut usia dibagi dalam berbagai klasifikasi dan batasan. Menurut

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu :

a. Usia pertengahan (middle age) usia 45 – 59 tahun.

b. Lanjut usia (elderly) usia 60 – 74 tahun.

c. Lanjut usia tua (old) usia 75 – 90 tahun.

d. Usia sangat tua (very old) usia >90 tahun.

3. Klasifikasi Lansia

Lansia dapat diklasifikasikan kedalam beberapa golongan, ada lima

klasifikasi pada lansia terdiri dari :

a. Pralansia (prasenelis) yaitu seseorang yang berusia antara 45 – 59

tahun.

b. Lansia adalah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

c. Lansia resiko tinggi adalah seseorang berusia 70 tahun atau lebih /

seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

d. Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan

pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang / jasa.

e. Lansia tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari

nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

6
4. Tipe-Tipe Lansia

Lansia memiliki berbagai tipe yang dipengaruhi oleh karakter,

pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, serta

ekonomi. Berikut beberapa tipe lansia yang umum yaitu :

a. Tipe Arif Bijaksana

Lansia yang kaya dengan hikmah, pengalaman, mampu

menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan,

bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi

undangan, serta mampu menjadi panutan.

b. Tipe Mandiri

Lansia yang mampu mengganti kegiatan yang hilang dengan

kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan

teman, serta memenuhi undangan.

c. Tipe Tidak Puas

Lansia yang memiliki konflik lahir batin dengan menentang

proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah

tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak menuntut.

d. Tipe Pasrah

Lansia yang mau menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti

kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.

7
e. Tipe Bingung

Lansia yang kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,

minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.

6. Karakteristik Lansia

Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 3

tentang kesehatan).

b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai

sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi

adaptasi hingga kondisi maladaptif.

c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

7. Perubahan Pada Lansia

Proses menua mengakibatkan terjadinya banyak perubahan pada

lansia yang meliputi :

a. Perubahan Fisiologis

Pemahaman kesehatan pada lansia umumnya bergantung pada

persepsi pribadi atas kemampuan fungsi tubuhnya. Lansia yang

memiliki kegiatan harian atau rutin biasanya menganggap dirinya

sehat, sedangkan lansia yang memiliki gangguan fisik, emosi, atau

sosial yang menghambat kegiatan akan menganggap dirinya sakit.

8
Perubahan fisiologi pada lansia beberapa diantaranya, kulit

kering, penipisan rambut, penurunan pendengaran, penurunan refleks

batuk, pengeluaran lendir, penurunan curah jantung, dan sebagainya.

Perubahan tersebut tidak bersifat patologis, tetapi dapat membuat

lansia lebih rantan terhadap beberapa penyakit. Perubahan tubuh terus

menerus terjadi seiring bertambahnya usia dan dipengaruhi kondisi

kesehatan, gaya hidup, stressor, dan lingkungan.

b. Perubahan Fungsional

Fungsi pada lansia meliputi bidang fisik, psikososial, kognitif,

dan sosial. Penurunan fungsi yang terjadi pada lansia biasanya

berhubungan dengan penyakit dan tingkat keparahannya yang akan

memengaruhi kemampuan fungsional dan kesejahteraan seorang

lansia.

Status fungsional lansia merujuk pada kemampuan dan perilaku

aman dalam aktivitas harian (ADL). ADL sangat penting untuk

menentukan kemandirian lansia. Perubahan yang mendadak dalam

ADL merupakan tanda penyakit akut atau perburukan masalah

kesehatan.

9
c. Perubahan Fungsi Kognitif

Perubahan struktur dan fisiologis otak yang menghubungkan

dengan gangguan kognitif (penurunan jumlah sel dan perubahan kadar

neurotransmitter) terjadi pada lansia yang mengalami gangguan

kognitif maupun tidak mengalami gangguan kognitif. Gejala gangguan

kognitif seperti disorientasi, kehilangan keterampilan berbahasa dan

berhitung, serta penilaian yang buruk bukan merupakan proses

penuaan yang normal.

d. Perubahan Psikososial

Perubahan psikososial selama proses penuaan akan melibatkan

proses transisi kehidupan dan kehilangan. Semakin panjang usia

seseorang, maka akan semakin banyak pula transisi dan kehilangan

yang harus dihadapi. Transisi hidup, yang mayoritas disusun oleh

pengalaman kehilangan, meliputi masa pensiun dan perubahan

keadaan finansial, perubahan peran dan hubungan, perubahan

kesehatan, kemampuan fungsional dan perubahan jaringan sosial.

Perubahan psikososial erat kaitannya dengan keterbatasan

produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, lansia yang memasuki masa-

masa pensiun akan mengalami kehilangan-kehilangan sebagai berikut :

1) Kehilangan finasial (pendapatan berkurang).

10
Kehilangan status (jabatan / posisi, fasilitas).

2) Kehilangan teman / kenalan atau relasi.

3) Kehilangan pekerjaan / kegiatan. Kehilangan ini erat kaitannya

dengan beberapa hal sebagai berikut :

a) Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan bahan

cara hidup (memasuki rumah perawatan, pergerakan lebih

sempit).

b) Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan.

Biaya hidup meningkat padahal penghasilan yang sulit, biaya

pengobatan bertambah.

c) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik.

d) Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.

e) Adanya gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan

kesulitan.

f) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.

g) Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan

teman dan keluarga.

h) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap

gambaran diri, perubahan konsep diri).

11
B. Konsep Asam Urat (Gout Artritis)

1. Definisi Asam Urat

Gout artritis atau disebut dengan asam urat yaitu deposisi Kristal

monosodium urat (MSU) atau akibat supersaturasi asam urat terdapat

dalam cairan ekstraseluler yang merupakan sekelompok penyakit

heterogen. Gout artritis merupakan gangguan metabolic yang di timbulkan

tingginya kadar asam dalam darah (hiperurisemia). Kadar urat pada laki-

laki melebihi 7.0 ml/dl pada wanita 6.0 ml/dl (Wahyu Widyanto, 2017).

2. Etiologi Asam Urat

Etiologi dari Gout Artritis terdiri dari, konsumsi purin dan minuman

berakohol ,usia,obesitas,riwayat medikasi,gender. Laki-laki memiliki

peningkatan hiperurisema serum asam urat tinggi dari wanita.

pertambahan gout artritis sebelum memasuki usia 30 tahun lebih terdapat

di laki-laki berbanding wanita. tetapi angka terjadi gout artritis jadi sama

antar dua jenis kelamin sesudah umur 60 tahun . meningkatnya prevalensi

gout artritis pada pria bertambahnya usia punjak pencapaian terjadi umur

75 dan 85 tahun. Pemakai obat diuretic ialah penyebab resiko yang

signifikan dalam perkembangan gout artritis . obat tersebut bisa menyebab

meningkatnya reabsorpsi gout artritis dalam ginjal. hal itu dapat

menyebabkan hiperurisemia. aspirin terdapat dosis rendah,biasanya

12
diresepkan pada kardioprotektif dan juga peningkatan kadar asam urat

lebih dikit pasien lansia. Pasien yang memakai etamburol,niasin dan

pirazinamid ialah pasien yang terdeteksi hiperirisemia (Wahyu Widyanto,

2017).

Faktor resiko orang terkena penyakit gout artritis yaitu konsumsi

minuman keras atau alcohol,alcohol dapat mengakibatkan eliminasi asam

urat melalui urin atau air kencing berkurang akibat gout artritis tertaham

dalam darah. Peningkatan asam laknat plasma terdapat di alcohol.

Penghambatan pengeluaranya asam urat di tubuh akibat asam laknat.

Sebab asam urat lebih meningkat orang yang mengkonsumsi alcohol

berbanding orang tidak menggunakan alcohol. Masing-masing orang

pasti memiliki gout artritis dalam tubuh. Setiap metabolic normal

menghasilkan gout artritis .

3. Manifestasi Klinis Asam Urat

Manifestasi klinis ada beberapa gout artritis yaiut gout artritis akut,

interkritikal gout,asimptomatik,gout atritis dengan tofus menahun. Normal

Gout serum di pria ialah 5.1± 1.0 mg/dl , dan wanita ialah 4.0± 1.0 mg/dl.

Peningkatan nilainya bisa 9-10 mg/dl yang menderita asam urat. Fase

pertama kadar asam dalam darah atau hiperurisemia sifatnya

asimptomatik. Keadaan ini sering terjadi hanya berapa lama dan gejala

13
dengan numpuknya kadar asam sifatnya silent dalam jaringan.

Meningkatnya kadar asam urat dalam darah berkaitan pada serangan gout

pada fase kedua. sifatnya monoartikular.penyerangan pertama 50% di

podagra atau metatarsophalangeal 1(MTP-1). Lama-kelamaan

penyerangan biasanya menyerang ankles yang kemungkinan bersifat

poliartikular. Penyerangan akut ini diartikan sebagai sembuh bisa

beberapa minggu atau beberapa hari, jika tidak diobati terjadi serangan

singkat dan bisa mengenai beberapa sendi,rekuren yang

multiple.Penyerangan asam urat terjadi eritema luas di area persendian

dapat terjadi jka terkena. Biarpun penyerangan sifatnya sangat nyeri

namun dapat sembuh sendirinya terjadi beberapa hari saja.Terdapat

interval waktu setelah terjadi serangan bersifat interkritikal atau disebut

juga asimpomatik.

Tingkatan asam urat menahun biasanya terdapat pada klien yang

mampu berobat sendiri terdapat waktu lama tidak berobat pada dokter

secara menerus. Asam urat menahun umumnya disertai tofus nodul atau

gumpalan Kristal sangat banyak dan terdapat poliartikuler.Dalam besarnya

nodul atau tofus bisa melakukan ekstirpasi. Tetapi dapatnya sedikit

memuaskan. tempat tofus yang sering terdapat pada MTI-

1,telinga,elecranon ,tendon Achilles,jari di tangan. Pada tingkat ini

14
terkadang bersamaan bledder calculi (batu saluran kemih) sehingga terjadi

penyakit menahun (Wahyu Widyanto, 2017).

4. Klasifikasi Asam Urat

Asam urat terbagi atas 2 yaitu:

a. Gout primer, dimana menyerang laki-laki usia degenerative,

dimanameningkatnya produksi asam urat akibat pecahan purin yang

disintesis dalam jumlah yang berlebihan didalam hati. Merupakan

akibat langsung dari pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan

atau akibat penurunan ekresi asam urat yaitu hiperurisemia karena

gangguan metabolisme purin atau gangguan ekresi asam urat urin

karena sebab genetik. Salah satu sebabnya karena kelainan genetik

yang dapat diidentifikasi, adanya kekurangan enzim HGPRT

(hypoxantin guanine phosphoribosyle tranferase) atau kenaikan

aktifitas enzim PRPP (phosphoribosyle pyrophosphate ), kasus ini

yang dapat diidentifikasi hanya 1 % saja .

b. Gout sekunder, terjadi pada penyakit yang mengalami kelebihan

pemecahan purin menyebabkan meningkatnya sintesis asam urat.

Contohnya pada pasien leukemia Disebabkan karena pembentukan

asam urat yang berlebihan atau ekresi asam urat yang berkurang akibar

proses penyakit lain atau pemakaian obat tertentu. merupakan hasil

15
berbagai penyakit yang penyebabnya jelas diketahui akan

menyebabkan hiperurisemia karena produksi yang berlebihan atau

penurunan ekskresi asam urat di urin.

5. Patofisologi Asam Urat

Patofisiologi dari asam urat berkaitan dengan kadar asam urat

tinggi dalam dara yaitu hiperurisemia. Saat pencapaian cairan tubuh kadar

asam urat meningkat. Berakibatkan pengkristalan tidak larut membentuk

presipita dan dalam jaringan lunak akan terposit pada sekujir tubuh.

sementara proses yang bisa Deposisi monosodium urat ialah :

a. Penurunan suhu tubuh berakibat pengurangan larutan

urat monosodium , tubuh bagian perifer yaitu presipital

monosodium urat

b. Glikosaminoglikan atau juga bisa di artikan menurunnya kadar

albumin yang bisa penurunan larutan urat.

c. Perangsangan deposisi urat terjadi modifikasi kadar ion dan

menurunya pH.

d. Perangsangan Kristal urat presipital berhubungan dengan trauma.

Penyebabnya inflamensi sendi akut dan mengalami nyeri terjadi saat

pengkristalan pada cairan synovial, kondisi ini yaitu gout artritis. Cara

menghindari kerusakan jaringan dengan inflamensi ialah reaksi ketahanan

16
tubuh non spesifik berakibatan agen penyebabnya ialah terjadi di sendi

monosodium urat. proses dan tujuan tersebut ialah menetralkandan

melenyapkan agen penyebab dan percegahan luasnya tempat jaringan

lainya. Metode inflamasi tersebut belum di pastikan tetapi dugaan

berpautan dengan perannya mediator kimia dan jaringan salah satunya

pengaktifan jalur komplemen (Kharisma, 2017).

Gout artritis serum bisa menyebabkan pelepasanya crystals

mososodium urat dari lapisanya didalam tofus atau bisa di sebut crystals

shedding. klien yang mengalami asam urat atau dengan hiperurisemia

asimptomatik crystals mulai terbentuk di sendi metatarsophalangeal dan

lutut yang dulunya tidak terjadi terserangnya atau serbuan akut . dengan

itu asam urat terlihat pada kondisi tidak terdapat gejala,akan tetapi asam

urat darah tinggi pengkristalan terbentuknya di sendi

( asimptomatik ). Proses inflamasi yang terlibat dalam proses yang ikut

serta yaitu neutrophil,makrofag yang akan mendapatkan beragam

mediator kimiawi di antaranya yaitu leukotriene,TNF-

<,alarmin,interleukin-8,interleukin-6,interleukin 1(Wahyu Widyanto,

2017).

17
6. Pathway Asam Urat

18
Sumber: ( Nurarif, 2015).

7. Komplikasi Asam Urat

Komplikasi asam urat seperti severe degenerative arthritis,batu

ginjal,infeksi sekunder,dan terjadinya fraktur terhadap sendi. Yang terjadi

proses dalam inflamasi akut juga pada proses inlamasi kronis sehingga

terjadinya sinovitis kronis disebut dengan kemokin, protease,sitokin dan

oksidan. Gout artritis sudah lama implikasi dengan meningkatnya

perbentukan resiko batu ginjal. Oleh karena itu urin mengandung pH

sedikit atau rendah yang menyetujui pembentukan gout artritisa tidak bisa

larut. Ada tiga hal pemahaman terjadi kelainan pada air seni atau air

kencing yang tergambarkan di penderita uric acid nephrolithiasis ialah

kadar asam urat meningkat dalam urin (hiperurikosuria),penurunan

pelarutan gout artritis (terjadi rendahnya pH),dan meningkatnya

konsentrasi gout artritis terjadi di urin(Wahyu Widyanto, 2017).

8. Pemeriksaan Penunjang Asam Urat

a. Pemeriksaan Laboratorium

1) Didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu = > 6

mg % normalnya pada pria 8 mg% dan pada wanita 7 mg%.

19
2) Pemeriksaan cairan tofi sangat penting untuk pemeriksaan

diagnosa yaitu cairan berwarna putih seperti susu dan sangat kental

sekali.

3) Pemeriksaan darah lengkap

4) Pemeriksaan ureua dan kratinin

- kadar ureua darah normal : 5-20 ,mg/dl

- kadar kratinin darah normal :0,5-1 mg/dl

b. Pemeriksaaan fisik

1) Inspeksi

- Deformitas

- Eritema

9. Penatalaksanaan Asam Urat

Secara umum, penanganan gout adalah memberikan edukasi,

pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan

secara dini agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lain.

Pengobatan gout arthritis akut bertujuan menghilangkan keluhan nyeri

sendi dan peradangan dengan obat – obat, antara lain : kolkisin, obat

antiinflamasinonsteroid (OAINS), kortikosteroid atau hormon ACTH.

Obat penurun gout seperti alupurinol atau obat urikosurik tidak dapat

diberikan pada stadium akut. Namun, pada pasien yang secara rutin telah

20
mengkonsumsi obat penurun gout, sebaiknya tetpa diberikan. Pada

stadium interkritik dan menahun, tujuan pengobatan adalah menurunkan

kadar asam urat, sampai kadar normal, guna mencegah kekambuhan.

Penurunan kadar asam urat dilakukan dengan pemberian diet rendah purin

dan pemakaian obat alupurinol bersama obat urikosurik yang lain.

10. Pencegahan Asam Urat

a. Pembatasan purin : Hindari makanan yang mengandung purin

yaitu :Jeroan (jantung, hati, lidah ginjal, usus), Sarden, Kerang, Ikan

herring,Kacang-kacangan, Bayam, Udang, Daun melinjo.

b. Kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus benar

disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan

berat badan. Penderita gangguan asam urat yang kelebihan berat

badan, berat badannya harus diturunkan dengan tetap memperhatikan

jumlah konsumsi kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit juga bias

meningkatkan kadar asam urat karena adanya badan keton yang akan

mengurangi pengeluaran asam urat melalui urine.

c. Tinggi karbohidrat : Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong,

rotidan ubi sangat baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam

uratkarena akan meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urine.

21
d. Rendah protein : Protein terutama yang berasal dari hewan dapat

meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Sumber makanan yang

mengandung protein hewani dalam jumlah yang tinggi, misalnya

hati,ginjal, otak, paru dan limpa.

e. Rendah lemak : Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui

urin. Makanan yang digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega

sebaiknya dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15

persendari total kalori.

f. Tinggi cairan : Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui

buah-buahan segar yang mengandung banyak air. Buah-buahan yang

disarankan adalah semangka, melon, blewah, nanas, belimbing

manis,dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut, buah-buahan yang

lain juga boleh dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit

mengandung purin. Buah-buahan yang sebaiknya dihindari adalah

alpukat dan durian, karena keduanya mempunyai kandungan lemak

yang tinggi.

g. Tanpa alkohol : Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam

urat mereka yang mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan

mereka yang tidak mengonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena

22
alcohol akan meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat ini akan

menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh.

C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan,

kemudian dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar dari klien,

untuk informasi yang diharapakan dari klien (Iqbal dkk, 2011).

Fokus pengkajian pada Lansia dengan Gout Arthritis:

a. Identitas

Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan pekerjaan.

b. Keluhan Utama

Keluhan utama yang menonjol pada klien Gout Arthritis adalah nyeri

dan terjadi peradangan sehingga dapat menggangu aktivitas klien.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat dari

nyerinya umumnya seperti pegal/di tusuk-tusuk/panas/di tarik-tarik

dan nyeri yang dirasakan terus menerus atau pada saat bergerak,

terdapat kekakuan sendi, keluhan biasanya dirasakan sejak lama dan

sampai menggangu pergerakan dan pada Gout Arthritis Kronis

didapakan benjolan atan Tofi pada sendi atau jaringan sekitar.

23
d. Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien, apakah keluhan

penyakit Gout Arthritis sudah diderita sejak lama dan apakah

mendapat pertolongan sebelumnya dan umumnya klien Gout Arthritis

disertai dengan Hipertensi.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Kaji adakah riwayat Gout Arthritis dalam keluarga.

f. Riwayat Psikososial

Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan penyakit

klien dalam lingkungannya. Respon yang didapat meliputi adanya

kecemasan individu dengan rentan variasi tingkat kecemasan yang

berbeda dan berhubungan erat dengan adanya sensasi nyeri, hambatan

mobilitas fisik akibat respon nyeri dan kurang pengetahuan akan

program pengobatan dan perjalanan penyakit. Adanya perubahan

aktivitas fisik akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik

memberikan respon terhadap konsep diri yang maladaptif.

g. Riwayat Nutrisi

Kaji riwayat nutisi klien apakah klien sering menkonsumsi makanan

yang mengandung tinggi Purin.

h. Pemeriksaan Fisik

24
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi

dari ujung rambut hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik

pada daerah sendi dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi

yaitu melihat dan mengamati daerah keluhan klien seperti kulit, daerah

sendi, bentuknya dan posisi saat bergerak dan saat diam. Palpasi yaitu

meraba daerah nyeri pada kulit apakah terdapat kelainan seperti

benjolan dan merasakan suhu di daerah sendi dan anjurkan klien

melakukan pergerakan yaitu klien melakukan beberapa gerakan

bandingkan antara kiri dan kanan serta lihat apakah gerakan tersebut

aktif, pasif atau abnormal.

i. Pemeriksaan Diagnosis

1) Asam Urat meningkat dalam darah dan urin.

Sel darah putih dan laju endap darah meningkat (selama fase akut).

2) Pada aspirasi cairan sendi ditemukan krital urat.

3) Pemeriksaan Radiologi.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (D.0077).

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian

(D.0054).

25
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada persendian (D.

0055).

3. Intervensi

Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan

keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai

dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan

terpenuhinya kebutuhan klien. (Iqbal dkk, 2011).

Diagnosa Standar Luaran (SLKI) Intervensi (SLKI)

Keperawatan (SDKI)

Nyeri kronis b.d Luaran Utama : Intervensi Utama :


kondisi kronis (Gout Kontrol Nyeri ( L. Manajemen Nyeri ( I. 08238 )
Arthritis).( D. 0077) 08063 ) Observasi :
Setelah dilakukan - Identifikasi lokasi,
tindakan keperawatan 4 x karakteristik, durasi,
24 jam diharapkan nyeri frekuensi, kualitas
hilang atau terkontrol intensitas nyeri.
dengan kriteria hasil : - Pantau kadar Asam Urat.
- Melaporkan - Identifikasi respon nyeri
bahwa nyeri non verbal.
berkurang dengan Terapeutik :
menggunakan - Berikan posisi yang
manajemen nyeri. nyaman.
- Mampu - Berikan teknik

26
mengenali nonfarmakologis untuk
penyebab nyeri mengurangi nyeri (mis.
(skala, intensitas, Kompres hangat).
frekuensi, dan Edukasi :
tanya nyeri). - Ajarkan teknik
- Menyatakan rasa nonfarmakologis rileksasi
nyaman setelah nafas dalam untuk
nyeri berkurang. mengurangi nyeri.
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
Analgetik, jika perlu.
Gangguan mobilitas Luaran Utama : Intervensi Utama :
fisik b.d nyeri. Mobilitas Fisik Dukungan Ambulasi ( I. 06171)
(D.0054) (L.05042) Observasi :
Setelah dilakukan - Memonitor frekuensi
tindakan keperawatan 4 x jantung dan tekanan darah
24 jam diharapkan klien sebelum ambulasi
mampu melakukan dimulai.
rentan gerak aktif dan - Identifikasi toleransi fisik
ambulasi secara perlahan melakukan ambulasi.
dengan kriteria hasil : Terapeutik :
- Pergerakan - Bantu klien untuk
ekstremitas melakukan rentan gerak
kekuatan otot aktif mauppun rentan
Rentang gerak gerak pasif pada sendi.
meningkat - Fasilitasi aktivitas
ambulasi dengan alat
27
bantu (mis. tongkat, kruk).
- Fasilitasi melakukan
mobilisasi fisik, jika perlu.
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi.
Gangguan pola tidur Luaran Utama : Intervensi Utama :
b.d nyeri. (D. 0055) Pola Tidur ( L. 05045 ) Dukungan Tidur ( I. 01026 )
Setelah dilakukan Observasi :
tindakan keperawatan 4 x - Identifikasi pola aktivitas
24 jam diharapkan dan tidur
kualitas dan kuantitas - Identifikasi faktor
tidur adekuat dengan penganggu tidur ( fisik
kriteria hasil : atau psikologis )
- Keluhan sering Terapeutik :
terjaga menurun. - Modifikasi lingkungan
- Keluhan tidak (mis. Pencahayaan,
puas tidur kebisingan,suhu).
menurun. - Lakukan prosedur untuk
- Keluhan pola meningkatkan
tidur berubah kenyamanan (mis. Pijat,
menurun dan pengaturan posisi).
kualitas tidur Edukasi :
dalam batas - Jelaskan pentingnya
normal. cukup tidur selama sakit

28
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA TN. E DENGAN

DIAGNOSA MEDIS GOUT ARTRITIS DI WILAYAH

KELURAHAN SINDANG BARANG

A. PENGKAJIAN
Hari / Tanggal : 22 Oktober 2022
Jam : 09.00 WIB
Nama Mahasiwa : Rana Nisrina Yahya
1. Identitas
a. Nama : Tn. E
b. Tempat / Tanggal Lahir : Bogor, 10 Oktober 2950
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Status Perkawinan : Menikah
e. Agama : Islam
f. Suku : Sunda
g. Komposisi Keluarga

No Nama Umur Agama L/P Hub. dengan KK Pendidikan Pekerjaan

1 Tn. E 72 Islam L Suami SMP Tidak


bekerja
2 Ny. A 64 Islam P Istri SD IRT

h. Genogram dan keterangannya

29
: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Menikah

: Pisah

: Cerai

: Anak kandung

: Aborsi

: kembar

: Tinggal dalam satu rumah

: Klien

30
2. Riwayat Pekerjaan Dan Status Ekonomi
a. Pekerjaan saat ini : Usaha sembako
b. Pekerjaan sebelumnya : Kuli bangunan
c. Sumber pendapatan : Dari usaha sembako
d. Kecukupan pendapatan : Cukup
3. Lingkungan Tempat Tinggal
a) Kondisi Rumah
Tipe rumah : permane
Lantai : keramik
Kepemilikan rumah : sendiri
b) Ventilasi
Baik (10-15% dari luas lantai): ya
Jendela setiap hari dibuka : ya
c) Pencahayaan
Rumah: Baik
d) Saluran Buang Limbah: Terbuka
e) Air Bersih
Asal sumber air yang digunakan Sumur dan kualitas air tidak berwarna,
berbau dan berasa.
f) Jamban Yang Memenuhi Syarat
Kepemilikan jamban milik sendiri, Jenis jamban leher angsa. Jarak septic
tank kurang dari 10 meter.
g) Tempat Sampah
Tempat pembuangan sampah ada diluar dan didalam, terbuka. Cara
pembuangan nya diambil oleh petugas.
h) Rasio Luas Bangunan Rumah Dengan Jumlah Anggota Keluarga
Ya

31
i) Jika ada balita: -
j) Menggunakan Air Bersih Untuk Kebersihan Diri
Ya
k) Mencuci Tangan Dengan Air Bersih Dan Sabun
Ya
l) Melakukan Pembuangan Sampah Pada Tempatnya
Ya
m) Menjaga Lingkungan Rumah Tampak Bersih
Lingkungan rumah klien tampak bersih
n) Mengkonsumsi Lauk Dan Pauk Tiap Hari
Ya
o) Menggunakan Jamban Sehat
Ya
p) Memberantas Jentik Di Rumah Sekali Seminggu.
Ya
q) Makan Buah Dan Sayur Setiap Hari. Ya, apabila anggota keluarga
melakukannya.
r) Melakukan Aktivitas Fisik Setiap Hari.
Ya
s) Tidak Merokok Di Dalam Rumah
Ya
t) Penggunaan Alkohol Dan Zat Adiktif
Tidak
4. Riwayat Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : klien mengatakan lutut
kanannya nyeri karena asam urat semenjak 2 tahun lalu.

32
2) Gejala yang dirasakan : klien mengatakan nyeri lutut pada saat banyak
berjalan.
3) Faktor pencetus : faktor pencetus utama karena makanan, klien
mengonsumsi jengkol. pete, ikan asin, dan sayuran hijau.
4) Timbulnya keluhan : Secara mendadak nyeri timbul
5) Upaya mengatasi : klien mengatakan saat nyeri lutut dirumah muncul
selalu diberikan obat tradisional seperti tawon liar oleh istrinya.
6) Pergi ke RS/Klinik pengobatan/Dokter praktek/bidan/perawat : Tidak
7) Mengkonsumsi obat-obatan sendiri ? obat tradisioanl: Iya
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah diderita : klien mengatakan memiliki riwayat
penyakit katarak dan riwayat terkena covid.
2) Riwayat alergi : klien memiliki alergi terhadap makanan seafood
(udang). Kline tidak mengalami alergi obat, binatang ataupun debu.
3) Riwayat kecelakaan : klien tidak pernah mengalami kecelakaan’
4) Riwayat pernah dirawat di RS : klien mengatakan pernah dirawat di
RS
5) Riwayat pemakaian obat : klien mengatakan pernah mengkonsumsi
obat penyembuhan covid.
5. Pola Fungsional
a. Persepsi kesehatan dan managemen pola kesehatan
Klien mengatakan tidak pernah merokok, tidak pernah mengkonsumsi
miras ataupun ketergantungan obat.
b. Nutrisi metabolik

Frekuensi makan 3x1


Nafsu makan Baik
33
Jenis makanan Sayur, nasi, lauk
Makanan yang tidak disukai Bawang putih
Alergi terhadap makanan Udang
Pantangan makanan Jengkol, pete, sayuran hijau, ikan
asin
Keluhan yang berhubungan dengan Klien mengatakan jika makan
makanan Jengkol, pete, sayuran hijau, ikan
asin, klien selalu merasa nyeri lutut.

c. Eliminasi

BAK BAB
Frekuensi : 5-8x Frekuensi : 1x sehari
Kebiasaan BAK Pada mlm hari : Konsistensi : lunak
Iya
Keluhan saat BAK : Tidak ada Keluhan saat BAB : Tidak ada
- Penggunaan obat pencahar : Tidak
ada

d. Aktifitas pola latihan

Rutinitas mandi Rutin 2x1


Kebersihan sehari-hari Mandiri
Aktivitas sehari-hari Klien dapat melakukan aktifitas
secara mandiri.
Masalah dengan aktifitas

34
e. Pola istirahat tidur

Lama tidur malam 4 jam


Lama tidur siang 1 jam
Keluhan saat tidur Sering terbangun dimalam hari dan
sulit tidur kembali

f. Pola kognitif dan persepsi


Klien mengalami gangguan pendengaran yaitu klien menggunakan alat
bantu untuk mendengar. Klien mengatakan lutut kanannya nyeri (nyeri
sedang skala 5) Sering terbangun dimalam hari karena nyeri lutut dan sulit
kembali tidur. Klien tidak mengalami gangguan berkomunikasi, klien juga
tidak mengalami gangguan proses fikir karena hal ini ditunjukan dengan
kemampuan klien dalam menjawan / merespon semua pertanyaan dari
perawat ( jawaban klien sesuai dengan pertanyaan yang diajukan ).
Klien memiliki pengetahuan tentang penyakit yang di alaminya, klien
paham mengenai pantangan apa saja yang dapat menimbulkan nyeri lutut
yang di alami klien.
g. Persepsi diri-konsep diri
 Gambaran diri
Klien mengatakan suka dengan bentuk tubuhnya dan bersyukur
dengan bagian tubuh yang ia miliki
 Identitas diri
Status klien adalah kakek dari cucu-cucunya, klien menyadari dirinya
seorang pria.
 Peran diri

35
Klien mengatakan senang karena walaupun ia sudah tua, ia tetap bisa
menjalani usaha sembako bersama istrinya.
 Ideal diri
Klien berharap dapat sembuh dari sakitnya
 Harga diri
Klien meyakini dirinya bisa mengatasi masalahnya dengan baik dan
merasa dirinya berharga
h. Pola Peran-Hubungan
Meskipun selama sakit peran klien sebagai kakek sedikit terganggu namun
anggota keluarga tidak ada masalah karena keluarga dapat memahami dan
mendukung klien.
i. Sexsualitas
Pasien mempunyai 3 anak, 2 orang laki-laki dan 1 orang perempuan.
Semua sudah berkeluarga dan klien tinggal bersama istrinya namun
rumahnya berdampingan dengan anak ke 3 nya.
j. Koping-Pola Toleransi Stress
Jika klien mempunyai masalah, klien selalu membicarakan masalah
dengan anak dan menantunya. Karena anaknya orang yang paling dekat
dengan klien. Selama klien sakit, klien mengatakan keluarganya selalu
mendukungnya sehingga emosi dan perasaan stress klien dapat terkontrol
dengan baik.
j. Nilai- Pola Keyakinan
Klien mengatakan ia beragama islam, klien selalu menjalan ibadah solat 5
waktunya, dan menyakini penciptanya akan selalu bersamanya, serta klien
meyakini bahwa kesehatan jasmani dan rohani dalam hidupnya membuat
ia selalu mengingat rasa bersyukur .

36
6. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : Baik


b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda – tanda vital (TTV)
1) Tekanan darah : 130/90 mmHg
2) Nadi : 100 X / menit
3) Pernafasan : 22 X / menit
4) Suhu tubuh : 360C
5) Nyeri :
P : Nyeri lutut karena asam urat dan banyak berjalan
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Lutut kanan
S : 5 dari 10 ( sedang )
T : Hilang timbul
d. Pengukuran pertumbuhan antropometri
1) Berat badan : 63 Kg
2) Tinggi badan : 170
3) BMI : 21.8 (Berat badan normal)
Penampilan Umum
a. Rambut : sudah beruban, rambut sedikit rontok
b. Mata : konjungtiva tidak anemis, penglihatan tampak sedikit kabur
namun tidak menggunakan kacamata, skelera tidak ikterik, area bagian
bawah mata klien tampak hitam
c. Telinga : pendengaran kurang (menggunakan alat bantu)
d. Mulut : bibir Tampak lembab, gigi sudah ada yang bolong, gigi sudah
tidak lengkap lagi
e. Hidung : bersih tidak
37
f. Dada :
1) Paru
Inspeksi : Ekspansi paru normal, RR : 22 x/mnt
Palpasi : Tidak ada pembengkakan pada dada, vocal premitus
normal
Perkusi : Bunyi paru sonor
Aukultasi : Normal vesikuler
2) Jantung
Inspeksi : Bagian external tidak tampak pembengkakan
Palpasi : Teraba denyut jantung dibagian kiri
Perkusi : Bunyi pekak di
-Ics 2 sternalis sinistra
-Ics 4 sternalis sinistra
-Ics 5 midclavicula sinistra
Aukultasi : Normal Lupdup
g. Abdomen
Inspeksi : Tidak Ada Luka Bekas Operasi
Palpasi : Tidak Ada Nyeri Tekan Disemua Kuadran
Perkusi : Timpani
Aukultasi : Bising Usus 15x/Menit
h. Ekstemitas :
 Ektremitas atas : kedua tangan sama panjang, tidak edema, tidak
ada lesi atau jejas
 Ekstremitas bawah : nyeri lutu kanan, tidak edema, jari lengkap,
tidak ada lesi atau jejas
i. Integumen : kulit tampak lembab, tampak keriput

38
7. Pengkajian Khusus
a. Fungsi Kognitif

Benar Salah No Pertanyaan Jawaban


- √ 1 Tanggal berapa hari ini ? Oktober
2022
√ - 2 Hari apa sekarang ? Sabtu
√ - 3 Apa nama tempat ini ? Rumah
√ - 4 Dimana alamat anda ? Sindang
barang pilar
1
√ - 5 Berapa umur anda ? Sekitar 70 an
√ 6 Kapan anda lahir ? 10-10-1950
√ - 7 Siapa presiden indonesia Jokowi
sekarang ?
√ - 8 Siapa presiden indonesia SBY
sebelumnya ?
√ - 9 Siapa nama ibu anda ? Sugiarti
√ - 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap 20-3 = 17
pengurangan 3 dari setiap angka 15-3 = 12
baru, semua secara menurun
9 1
Analisis Hasil :

Skore Salah : 0-2 : Fungsi intelektual utuh


Skore Salah : 3-4 : Kerusakan intelektual Ringan
Skore Salah : 5-7 : Kerusakan intelektual Sedang
Skore Salah :8-10 : Kerusakan intelektual BERAT
39
Interprestasi : Fungsi intelektual klien masih utuh karena jawaban
klien sesuai dengan isi pertanyaan, dan jawaban klien hanya salah 1

b. Status Fungsional ( Katz Indeks )

No Aktivitas Mandiri Ketergantungan


1 Mandi
Mandiri :
Bantuan hanya pada satu bagian
mandi ( seperti punggung atau

ekstermitas yang tidak mampu )
atau mandi sendiri sepenuhnya
Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu
bagian tubuh, bantuan masuk dan
keluar dari kamar mandi, serta
tidak mandi sendiri
2 Berpakaian
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari,
memakai pakaian, melepaskan √

pakaian, mengancingi/mengikat
pakaian
Tergantung:
Tidak dapat memakai baju sendiri
atau hanya sebagian
3 Ke kamar kecil

40
Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil
kemudian membersihkan genetalia √

sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke
kamar kecil dan menggunakan
pispot
4 Berpindah
Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur
untuk duduk, bangkit dari kursi √

Tergantung :
Bantuan dalam naik atau turun dari
tempat tidur atau kursi , tidak
melakukan satu atau lebih
perpindahan
5 Kontinen
Mandiri :
BAB dan BAK seluruhnya
dikontrol sendiri √

Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total :
penggunaan kateteter, pispot,
enema dan pampers
6 Makan
Mandiri :

41
Mengambil makanan dan piring
dan menyuapinya sendiri
Tergantung : √

Bantuan dalam hal mengambil


makan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama
sekali, dan makan parenteral ( NGT
)

Analisis Hasil :
Nilai A :Kemandirian dalam hal makan, kontinen ( BAK/BAB ),
berpindah, kekamar kecil, mandi dan berpakaian.
Nilai B :Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
Nilai C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan
Nilai D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan
satu fungsi tambahan
Nilai E : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, dan satu fungsi tambahan.
Nilai F : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
Nilai G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut
Interprestasi : kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah,
ke kamar kecil, berpakian dan mandi

42
c. MMSE

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif Maxima Klien
l
1 Orientasi 5 4 Menyebutkan dengan benar
- Tahun : 2022
- Musim : Hujan
- Tanggal : 24
- Hari : sabtu
- Bulan : oktober
2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada
- Negara : indonesia
- Provinsi : jawa barat
- Kabupaten : bogor

Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama objek


( kursi, meja, kertas.
Kemudian ditanyakan kepada
klien, menjawab
- Kursi
- Meja
- Kertas
3 Perhatian dan 5 3 Meminta klien berhitung
kalkulasi mulai dari 100, kemudian
dikurangi 7 sampai tingkat 5

43
- 100, 93,86, .....
4 Mengingat 3 3 Meminta klien untuk
menyebutkan objek pada poin
2
- Kursi
- Meja
- Kertas
5 Bahasa 9 8 Menanyakan klien tentang
benda ( sambil menunjuk
benda tersebut )
- Lemari
- Lap kaki

Meminta klien untuk


mengulangi kata berikut “ tak
ada jika, dan, atau, tetapi”
Klien menjawab : tak ada jika,
dan

Meminta klien untuk


mengikuti perintah berikut
yang terdiri dari 3 langkah.
Ambilah bolpoint ditangan
anda, ambil kertas, menulis
saya mau tidur
- Ambil pulpen
- Ambil kertas

44
- Klien menulis “saya mau
tidur”

Perintahkan klien untuk hal


berikut ( bila aktivitas sesuai
perintah beri 1 poin )
- Klien menutup mata
Perintahkan pada klien untuk
menulis kalimat dan menyalin
gambar
- Klien dapat
melakukannya

Total 30 26

Analisa Hasil :
24-30 : tidak ada ganggu kognitif
18-23 : gangguan kognitif sedang
0-17 : gangguan kognitif berat
Interprestasi : Skor : 26 ( normal / tidak terjadi gangguan kognitif )

d. APGAR Keluarga

APGAR Keterangan Tidak Kadang Selalu


Pernah (1) (2)
45
(0)
Adaptasi Saya merasa puas karena
saya bisa meminta bantuan
kepada keluara / teman- √

teman saya saya saat merasa


kesusahan
Partnership Saya merasa puas dengan
cara keluarga atau teman-
teman saya membicarakan √

sesuatu dan
mengungkupkan masalah
dengan saya
Growth Saya merasa puas dengan
cara keluarga atau teman-
teman saya menerima dan
mendukung keinginan saya √

untuk melakukan aktivitas


atau arah baru
Afeksi Saya merasa puas dengan
cara keluarga atau teman-
teman saya
mengekspresikan perhatian √

dan kasih sayang dan


berespon terhadap emosi-
emosi saya sepertin marah,
sedih atau mencintai
Resolve Saya merasa puas dengan
46
cara keluarga atau teman-
teman saya menyediakan √
waktu bersama-sama
dengan saya
Total Nilai 9

Analisa Hasil

Nilai 0-3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi

Nilai 4-6 : Disfungsi keluarga sedang

Nilai 7-10 : keluarga baik

Interprestasi : skor 9 ( Apgar keluarga baik )

e. Skala Depresi

f. Pertanyaan Jawaban Skore


N

1 Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani ? Ya 0


2 Banyak meninggalkan kesenangan/minat dan aktifitas Tidak 0
anda ?
3 Merasa bahwa kehidupan anda hampa ? Tidak 0
4 Sering merasa bosan ? Tidak 0
05 Penuh pengharapan besar akan masa depan ? Ya 0
6 Mempunyai semangat yang baik setiap waktu ? Ya 0
7 Diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak dapat Tidak 0
diungkapkan ?
8 Merasa bahagia disebagian besar waktu ? Ya 0

47
9 Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda ? Tidak 1
10 Seringkali merasa tidak berdaya ? Tidak 0
11 Sering merasa gelisah dan gugup ? Tidak 0
12 Memilih tinggal dirumah daripada pergi melakukan Tidak 0
sesuatu yang bermanfaat ?
13 Seringkali merasa khawatir akan masa depan ? Tidak 0
14 Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan daya Tidak 0
ingat dibandingkan orang lain ?
15 Berfikir bahwa hidup ini sekarang sangat Ya 0
menyenangkan?
16 Seringkali merasa merana ? Tidak 0
17 Merasa kurang bahagia ? Tidak 0
18 Sangat khawatir terhadap masa lalu ? Tidak 0
19 Merasakan bahwa hidup ini sangat menggairahkan ? Ya 0
20 Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang baru ? Tidak 0
21 Merasa dalam keadaan penuh semangat ? Ya 0
22 Berfikir bahwa keadaan anda tidak ada harapan ? Tidak 0
23 Berfikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada Tidak 0
anda?
24 Seringkali menjadi kesal dengan hal yang sepele ? Tidak 1
25 Seringkali merasa ingin menangis ? Tidak 1
26 Merasa sulit untuk berkonsentrasi ? Tidak 0
27 Menikmati tidur ? Tidak 1
28 Memilih menghindar dari perkumpulan social ? Tidak 0
29 Mudah mengambil keputusan ? Ya 0
30 Mempunyai pikiran yang jernih ? Ya 0

Keterangan :

48
Nilai :
0–5 = normal
6 – 15 = depresi ringan sampai dengan sedang
16 – 30 = depresi berat

f. Screening Fall
Fungtional Reach (Fr) Test

No Langkah
1 Minta pasien berdiri di sisi tembok dengan tangan direntangkan
kedepan
2 Beri tanda letak tangan I
3 Minta pasien condong kedepan tanpa melangkah selama 1-2
menit, dengan tangan direntangkan ke depan
4 Beri tanda letak tangan ke ii pada posisi condong
5 Ukur jarak antara tanda tangan I & ke II
Interpretasi : Usia Lebih 70 Tahun : Kurang 6 Inchi (5,5 inchi) :

Resiko Roboh

Timed Up And Go (Tug) Test

No Langkah
1 Posisi pasien duduk dikursi
2 Minta pasienberdiri dari kursi, berjalan 10 langkah(3meter),
kembali ke kursi, ukur waktu dalam detik

Interprestasi :

49
- ≤ 10 Detik : Low Risk Of Falling
- 11 - 19 Detik : Low To Moderate Risk For Falling
- 20 – 29 Detik : Moderate To High Risk For Falling
- ≥ 30 Detik : Impaired Mobility And Is At High Risk Of Falling

g. Skala Norton

Penilaian Risiko Dekubitus Skala Norton

Indikator Temuan Nilai


Konsisi fisik Baik 4
Cukup Baik 3
Buruk 2
Sangat Buruk 1
Kondisi mental Waspada 4
Apatis 3
Bingung 2
Stupor/Pingsan/Tidak Sadar 1
Kegiatan Dapat Berpindah 4
Berjalan Dengan Bantuan 3
Terbatas Di Kursi 2
Terbatas Di Tempat Tidur 1
Mobilisasi Penuh 4
Agak Terbatas 3
Sangat Terbatas 2
Tidak/Sulit Bergerak 1
Inkontinensia Tidak Ngompol 4
Kadang-Kadang 3
Biasanya Urin 2
Kencing Dan Kotoran 1
Total : 19

- Nilai maksimal 20
- Nilai minimum 20
- Pasien berisiko dekubits jika <14

50
Interprestasi : Berdasarkan hasil pengkajian, didapatkan total skor : 19

sehingga dapat disimpulkan klien tidak mengaami resiko

dekubituus.

B. ANALISA DATA

Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
1 DS :
- Klien mengatakan lutut Hiperuresemia Nyeri Kronis
kanannya nyeri. ( D.0077 ).
- P : Nyeri lutut karena Penumpukan di

asam urat dan banyak sendi

berjalan.
Pembentukan
Q : Nyeri seperti ditusuk-
Kristal
tusuk.
R : Lutut kanan.
Inflamasi
S : 5 dari 10 ( sedang ).
T : Hilang timbul .
Nyeri
DO :
- Klien tampak meringis
ketika menekuk lutut
kananya.
- Kaki kanan tampak
kemerahan.
- Kadar Asam urat 8,7

51
g/dl.

2 DS : Hiperuresemia
- Klien mengatakan Gangguan
berjalan lama lutut akan Penumpukan di Mobilitas Fisik
terasa sakit sendi (D.0054).
- Klien mengatakan sulit
bergerak aktif. Pembentukan

- Klien mengatakan Kristal

merasa tidak nyaman


Inflamasi
saat bergerak karena
nyeri.
Nyeri Kekakuan
DO :
sendi
- Kekuatan otot
5 5
Gangguan
5 4
Mobilitas Fisik

- Klien tampak berjalan


lambat.
- TTV:
Tekanan darah : 130/90
mmHg
Nadi : 100 X/
menit
Pernafasan : 22
X / menit
Suhu tubuh : 360C
52
3 DS :
- Klien mengatakan tidak Hiperuresemia Gangguan Pola
bisa tidur karena nyeri Tidur
lutut pada malam hari. Penumpukan di ( D.0055 )
- Klien mengatakan sering sendi

terbangun dimalam hari.


Pembentukan
- Klien mengatakan tidur
Kristal
hanya sekitar 4 jam
dalam sehari.
Inflamasi
DO :
- Klien tampak
Nyeri Nyeri terjadi
mengantuk.
dimalam hari
- Kantung mata klien
terlihat menghitam. Gangguan Pola
Tidur.

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi kronis (Gout Arthritis)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

53
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnose Rencana Tindakan keperawatan


No TGL
keperawatan Tujuan Intervensi
1 22/10/2 D. 0077 Luaran Utama : Intervensi Utama :
022 Nyeri kronis b.d Kontrol Nyeri ( L. 08063 ) Manajemen Nyeri ( I. 08238 )
kondisi kronis Setelah dilakukan tindakan keperawatan 4 Observasi :
(Gout Arthritis). x 24 jam diharapkan nyeri hilang atau - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
terkontrol dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas intensitas nyeri.
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang - Pantau kadar Asam Urat.
dengan menggunakan manajemen - Identifikasi respon nyeri non verbal.
nyeri. Terapeutik :
- Mampu mengenali penyebab nyeri - Berikan posisi yang nyaman.
(skala, intensitas, frekuensi, dan - Berikan teknik nonfarmakologis untuk
tanya nyeri). mengurangi nyeri (mis. Kompres hangat).
- Menyatakan rasa nyaman setelah Edukasi :
nyeri berkurang. - Ajarkan teknik nonfarmakologis rileksasi
nafas dalam untuk mengurangi nyeri.

51
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian Analgetik, jika
perlu.
2 22/10/2 (D.0054) Luaran Utama : Intervensi Utama :
022 Gangguan Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan Ambulasi ( I. 06171)
mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan 4 Observasi :
b.d nyeri. x 24 jam diharapkan klien mampu - Memonitor frekuensi jantung dan tekanan
melakukan rentan gerak aktif dan ambulasi darah sebelum ambulasi dimulai.
secara perlahan dengan kriteria hasil : - Identifikasi toleransi fisik melakukan
- Pergerakan ekstremitas kekuatan ambulasi.
otot Rentang gerak meningkat Terapeutik :
- Bantu klien untuk melakukan rentan gerak
aktif mauppun rentan gerak pasif pada
sendi.
- Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat
bantu (mis. tongkat, kruk).
- Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika
perlu.
Edukasi :

52
- Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi.
3 22/10/2 D. 0055 Luaran Utama : Intervensi Utama :
022 Gangguan pola Pola Tidur ( L. 05045 ) Dukungan Tidur ( I. 01026 )
tidur b.d nyeri. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 4 Observasi :
x 24 jam diharapkan kualitas dan kuantitas - Identifikasi pola aktivitas dan tidur
tidur adekuat dengan kriteria hasil : - Identifikasi faktor penganggu tidur ( fisik
- Keluhan sering terjaga menurun. atau psikologis )
- Keluhan tidak puas tidur menurun. Terapeutik :
- Keluhan pola tidur berubah - Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan,
menurun dan kualitas tidur dalam kebisingan,suhu).
batas normal. - Lakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan (mis. Pijat, pengaturan
posisi).
Edukasi :
- Jelaskan pentingnya cukup tidur selama
sakit

53
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

DIAGNOSA TGL/ TINDAKAN / IMPLEMENTASI EVALUASI TINDAKAN NAMA &


KEPERAWATAN WAKTU KEPERAWATAN PARAF

1. Nyeri kronis b.d 22/10/2022 1. Menanyakan nyeri yang S :


kondisi kronis 09.00 dirasakan klien termasuk - Klien mengatakan lutut RANA
(Gout Arthritis). lokasi, karakteristik, durasi, kanannya nyeri.
frekuensi dan kualitas nyeri. - P : Nyeri lutut karena asam
urat dan banyak berjalan.
Q : Nyeri seperti ditusuk-
tusuk.
R : Lutut kanan.
S : 5 dari 10 ( sedang ).
T : Hilang timbul .
O:
- Klien tampak meringis

54
10.00 2. Melihat reaksi nonverbal S:
terhadap nyeri. - Klien mengatakan lutut
kanannya nyeri.
O:
- Klien tampak meringis saat
lututnya di tekuk.
11.00 3. Memeriksa kadar asam urat S:
dalam darah. - Kadar Asam urat 8,7 g/dl.
O:
- Klien kooperatif
2. Gangguan 11.10 4. Mengukur tekanan darah, S:
mobilitas fisik b.d suhu, nadi, dan pernafasan. - Klien mengatakan akan
nyeri. mengikuti arahan yang
diberikan.
O:
- TTV:
Tekanan darah : 130/90
mmHg

55
Nadi: 100 X/ menit
Pernafasan: 22X/ menit
Suhu tubuh: 360C

12.00 5. Mengidentifikasi toleransi S:


fisik melakukan ambulasi. - Klien mengatakan sulit
bergerak aktif.
- Klien mengatakan merasa
tidak nyaman saat bergerak
karena nyeri.
O:
- Klien tampak meringis ketika
berjalan lama dan jalan
tampak melambat.

3. Gangguan pola 12.30 6. Mengidentifikasi pola tidur S:


tidur b.d nyeri. - Klien mengatakan tidak bisa
tidur karena nyeri lutut pada
malam hari.
- Klien mengatakan sering
56
terbangun dimalam hari.
- Klien mengatakan tidur
hanya sekitar 4 jam dalam
sehari.
O:
- Klien tampak mengantuk.
- Kantung mata klien terlihat
menghitam.

1. Nyeri kronis b.d 23/10/2022 1. Menanyakan nyeri yang S : RANA


kondisi kronis 09.00 dirasakan klien termasuk - Klien mengatakan nyeri
(Gout Arthritis). lokasi, karakteristik, durasi, masih sama seperti kemarin.
frekuensi dan kualitas nyeri. P : Nyeri lutut karena asam
urat dan banyak berjalan.
Q : Nyeri seperti ditusuk-
tusuk.
R : Lutut kanan.
S : 5 dari 10 ( sedang ).

57
Hilang timbul .
O:
- Klien tampak T : meringis

10.00 2. Melihat reaksi nonverbal S:


terhadap nyeri. - Klien mengatakan lutut
kanannya masih nyeri.
O:
- Klien tampak meringis saat
lututnya di tekuk.
11.00 3. Memberikan kompres hangat S:
pada lutut klien - Klien mengatakan kaki nya
terasa lebih baik.
O:
- Klien tampak terlihat
nyaman.
11.30 4. Mengajarkan klien teknik S:
nonfarmakoloi rileksasi nafas - Klien mengatakan paham
dalam. dengan apa yang diajarkan.

58
O:
- Klien dapat melakukannya
dengan baik.
2. Gangguan 12.00 5. Membantu klien melakukan S:
mobilitas fisik b.d rentang gerak aktif pada - Klien mengatakan mampu
nyeri. sendi. melakukan gerakan latihan.
O:
- Klien tampak mampu
melakukan gerakan latihan
dengan benar.
12.30 6. Menganjurkan klien untuk S:
melakukan aktivitas sesuai - Klien mengatakan akan
dengan kemampuannya. melakukan aktivitas sesuai
dengan kemampuannya.
O:
- Klien kooperatif.
3. Gangguan pola 13.00 7. Mengidentifikasi pola tidur S:
tidur b.d nyeri. - Klien mengatakan tidurnya
masih sekitar 4 jam dan

59
sering terbangun di malam
hari.
O:
- Kantung mata klien tampak
menghitam.
13.30 8. Melakukan prosedur untuk S:
meningkat kenyamanan - Klien mengatakan akan
seperti mengatur posisi tidur . memposisikan tidurnya
dengan benar .
O:
- Klien tampak mengikuti
arahan yang diberikan dank
lien kooperatif.

13.45 9. Mengedukasi pasien tentang S:


pentingnya cukup tidur - Klien mengatakan paham
selama sakit dengan apa yang dijelaskan.
O:

60
- Klien tampak tenang dan
edukasi berhasil diberikan.

1. Nyeri kronis b.d 24/10/2022 1. Menanyakan nyeri yang S : RANA


kondisi kronis 09.00 dirasakan klien termasuk - Klien mengatakan nyeri
(Gout Arthritis). lokasi, karakteristik, durasi, berkurang.
frekuensi dan kualitas nyeri. - P : Nyeri lutut karena asam
urat dan banyak berjalan.
Q : Nyeri seperti ditusuk-
tusuk.
R : Lutut kanan.
S : 4 dari 10 ( sedang ).
T : Hilang timbul .
O:
- Klien tampak lebih baik.

09.30 2. Melihat reaksi non verbal S:


terhadap nyeri. - Klien mengatakan nyerinya

61
sudah sedikit berkurang.
O:
- Klien tampak lebih rileks.
10.00 3. Menganjurkan klien S:
melakukan rileksasi nafas - Klien mengatakan paham
dalam apabila nyeri. dengan apa yang diajarkan.
O:
- Klien dapat melakukannya
dengan baik.
11.00 4. Memberikan kompres hangat S:
pada sendi. - Klien mengatakan nyeri
berkurang setelah diberikan
kompres hangat menjadi
skala 3.
O:
- Klien tampak lebih baik.
2. Gangguan 11.30 5. Mengukur tekanan darah, S:
mobilitas fisik b.d suhu, nadi, dan pernafasan. - Klien mengatakan akan
nyeri. mengikuti arahan yang

62
diberikan.
O:
- TTV:
Tekanan darah : 120/80
mmHg
Nadi: 89 X/ menit
Pernafasan: 22 X/ menit
Suhu tubuh: 360C

12.00 6. Membantu klien melakukan S:


rentang gerak aktif pada - Klien mengatakan mampu
sendi. melakukan gerakan latihan.
O:
- Klien tampak mampu
melakukan gerakan latihan
dengan benar dan kooperatif.
3. Gangguan pola 13.00 7. Mengidentifikasi pola tidur S:
tidur b.d nyeri. - Klien mengatakan tidurnya
sekitar 5 jam dan sering

63
terbangun di malam hari.
O:
- Kantung mata klien tampak
menghitam.
13.30 8. Menjelaskan pentingnya tidur S:
yang adekuat. - Klien mengatakan mengerti
pentingnya tidur yang baik.
O:
- Klien tampak tenang dan
edukasi berhasil diberikan.

1. Nyeri kronis b.d 25/10/2022 1. Menanyakan nyeri yang S : RANA


kondisi kronis 08.30 dirasakan klien termasuk - Klien mengatakan nyeri
(Gout Arthritis). lokasi, karakteristik, durasi, berkurang.
frekuensi dan kualitas nyeri. - P : Nyeri lutut karena asam
urat dan banyak berjalan.
Q : Nyeri seperti ditusuk-
tusuk.

64
R : Lutut kanan.
S : 3 dari 10 ( sedang ).
T : Hilang timbul .
O:
- Klien tampak lebih baik dan
rileks.

09.00 2. Memeriksa kadar asam urat S:


dalam darah. - Kadar Asam urat 8,5 g/dl.
O:
- Klien kooperatif
2. Gangguan pola 09.30 4. Mengidentifikasi pola tidur S:
tidur b.d nyeri. - Klien mengatakan tidurnya
sekitar 5 jam dan sering
terbangun di malam hari.
O:
- Klien tampak lebih baik dari
sebelumnya.
- Kantung mata klien tampak

65
menghitam.

E. EVALUASI KEPERAWATAN

DIAGNOSE TGL/ EVALUASI (SOAP) NAMA


KEPERAWATAN WAKTU PARAF
1. Nyeri kronis b.d 22-10-22 S:
kondisi kronis (Gout 14.00 - Klien mengatakan lutut kanannya nyeri.
RANA
Arthritis). P : Nyeri lutut karena asam urat dan banyak berjalan.
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk.
R : Lutut kanan.
S : 5 dari 10 ( sedang ).
T : Hilang timbul .
O:
- Klien tampak meringis
- Kadar Asam urat 8,7 g/dl.

A : Masalah nyeri kronis belum teratasi


P : Lanjutkan intervensi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas

66
nyeri.
- Pantau kadar Asam Urat.
- Identifikasi respons nyeri non verbal.
- Ajarkan teknik nonfarmakologi rileksasi nafas dalam.
- Berikan posisi nyaman.
- Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri (mis. kompres
hangat).
- Kolaborasi pemberian Analgetik, jika perlu.
2. Gangguan mobilitas S:
fisik b.d nyeri. - Klien mengatakan sulit bergerak aktif.
- Klien mengatakan merasa tidak nyaman saat bergerak karena nyeri.

O:
- TTV:
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi: 100 X/ menit
Pernafasan: 22X/ menit
Suhu tubuh: 360C
- Klien tampak meringis ketika berjalan lama dan jalan tampak

67
melambat.
A : Masalah gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum ambulasi
dimulai.
- Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi.
- Bantu klien untuk melakukan rentan gerak aktif mauppun rentan gerak
pasif pada sendi.
- Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu.
3. Gangguan pola tidur S:
b.d nyeri. - Klien mengatakan tidurnya hanya sekitar 4 jam karena nyeri sering
timbul di malam hari.
O:
- Tampak area bagian bawah mata mata pasien hitam
- Mata klien tampak sayu.
A : Masalah gangguan pola tidur belum teratasi .
P:
- Identifikasi pola aktivitas dan tidur.
- Identifikasi faktor penganggu tidur .
- Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan ( mis. Pijat,
68
pengaturan posisi.dll )
- Jelaskan pentingnya cukup tidur selama sakit.

1. Nyeri kronis b.d 23-10-22 S:


kondisi kronis (Gout 14.00 - Klien mengatakan nyeri masih sama seperti kemarin.
RANA
Arthritis). P : Nyeri lutut karena asam urat dan banyak berjalan.
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk.
R : Lutut kanan.
S : 5 dari 10 ( sedang ).
T : Hilang timbul .
O:
- Klien tampak meringis
A : Masalah nyeri kronis belum teratasu
P : Lanjutkan intervensi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri.
- Pantau kadar Asam Urat.
- Identifikasi respons nyeri non verbal.
- Ajarkan teknik nonfarmakologi rileksasi nafas dalam.

69
- Berikan posisi nyaman.
- Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri (mis. kompres
hangat).
- Kolaborasi pemberian Analgetik, jika perlu.
2. Gangguan mobilitas S:
fisik b.d nyeri. - Klien mengatakan mampu melakukan gerakan latihan.
- Klien mengatakan akan melakukan aktivitas sesuai dengan
kemampuannya.
O:
- Klien tampak mampu melakukan gerakan latihan dengan benar.
- Klien kooperatif.
A : Masalah gangguan mobilitas fisik teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum ambulasi
dimulai.
- Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi.
- Bantu klien untuk melakukan rentan gerak aktif mauppun rentan gerak
pasif pada sendi.
- Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu.

70
3. Gangguan pola tidur S:
b.d nyeri. - Klien mengatakan tidurnya hanya sekitar 4 jam karena nyeri sering
timbul di malam hari.
- Klien mengatakan akan memposisikan tidurnya dengan benar .
O:
- Tampak area bagian bawah mata mata pasien hitam
- Mata klien tampak sayu.
A : Masalah gangguan pola tidur teratasi sebagian.
P:
- Identifikasi pola aktivitas dan tidur.
- Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan ( mis. Pijat,
pengaturan posisi.dll )
- Jelaskan pentingnya cukup tidur selama sakit.

1. Nyeri kronis b.d 24-10-22 S:


kondisi kronis (Gout 14.00 - Klien mengatakan nyeri berkurang.
RANA
Arthritis). P : Nyeri lutut karena asam urat dan banyak berjalan.
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk.
R : Lutut kanan.

71
S : 3 dari 10 ( sedang ).
T : Hilang timbul .
O:
- Klien tampak lebih baik dan rileks.
A : Masalah nyeri kronis teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri.
- Pantau kadar Asam Urat.
2. Gangguan mobilitas S:
fisik b.d nyeri. - Klien mengatakan mampu melakukan gerakan latihan.
- Klien mengatakan akan mengikuti arahan yang diberikan.
O:
- TTV:
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi: 89 X/ menit
Pernafasan: 22 X/ menit
Suhu tubuh: 360C
- Klien kooperatif.

72
A : Masalah gangguan mobilitas fisik teratasi.
P : Hentikan intervensi.
3. Gangguan pola tidur S:
b.d nyeri. - Klien mengatakan tidurnya sekitar 5 jam dan sering terbangun di
malam hari.
O:
- Kantung mata klien tampak menghitam.
A : Masalah gangguan pola tidur teratasi sebagian.
P:
- Identifikasi pola aktivitas dan tidur.
- Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan ( mis. Pijat,
pengaturan posisi.dll )
- Jelaskan pentingnya cukup tidur selama sakit.

1. Nyeri kronis b.d 24-10-22 S:


kondisi kronis (Gout 14.00 - Klien mengatakan nyeri berkurang.
RANA
Arthritis). P : Nyeri lutut karena asam urat dan banyak berjalan.
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk.
R : Lutut kanan.

73
S : 3 dari 10 ( sedang ).
T : Hilang timbul .
O:
- Klien tampak lebih baik.
- Klien tampak lebih rileks.
- Kadar Asam urat 8,5 g/dl.
A : Masalah nyeri kronis teratasi.
P : Hentikan intervensi.
2. Gangguan pola tidur S:
b.d nyeri. - Klien mengatakan tidurnya sekitar 5 jam dan sering terbangun di
malam hari.
O:
- Klien tampak lebih baik dari sebelumnya.
- Kantung mata klien tampak menghitam.
A : Masalah gangguan pola tidur belum teratasi.
P : Hentikan intervensi.

74
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. (2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di

Indonesia. Jakarta: Buletin Jendela.

2. Kusumo, M. P. (2020). Buku Lansia. (November).

https://doi.org/https://www.researchgate.net/publication/34601914

3. PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Edisi 1 Cetakan

ke-3 (Revisi). Jakarta: DPP PPNI.

4. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Edisi 1 Cetakan

ke-2. Jakarta: DPP PPNI.

5. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Edisi 1 Cetakan ke

2. Jakarta: DPP PPNI.

6. Wahyu Widyanto, F. (2017). Artritis Gout Dan Perkembangannya. Saintika Medika.

https://doi.org/10.22219/sm.v10i2.4182
LAMPIRAN DOKUMENTASI FOTO

Anda mungkin juga menyukai