KONSEP PENUAAN
Disusun oleh:
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
ISI
A. Definisi
Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua)
adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantindes, 1994).
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap
hidup manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang mati bukan
karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecacatan. Akan tetapi
proses menua dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus
diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia.
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa.
Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan
lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas,
pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi
fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapain puncak maupun
menurunnya.
Menurut teori genetik dan mutasi, semua terprogram secara genetik untuk
spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi.
2. Teori Immunology.
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkanoksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat
melakukan regenerasi.
Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel yang tua
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini
menyebabkan kurangnya elastisitas kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.
Teori ini mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi
dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi molekular dan
akhirnya malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh
akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu jadwal.
b. Teori psikologis
c. Teori sosial
3. Teori aktivitas.
4. Teori kesinambungan.
6. Teori perkembangan.
d. Teori spiritual
1. Aspek Fisik.
Setiap penuaan ditandai oleh suatu perubahan akibat akumulasi pada tahun
– tahun sebelumnya, tidak luput juga perubahan penuaan yang mempengaruhi
aspek fisik manusia. Aspek penuaan mempengaruhi semua sistem organ tubuh
manusia mulai dari sistem integumen hingga sistem organ– organ dalam.
Berikut ini beberapa ciri – ciri penuaan yang terjadi pada setiap sistem organ
manusia :
a. Sistem Saraf.
Penuaan dalam sistem saraf ditandai oleh penurunan jumlah sel saraf pusat
yang fungsional dikarenakan terjadi kematian sel saraf secara perlahan.
Konsekuensinya terjadi perubahan fungsi kognitif, dan sensoris.
b. Sistem Muskuloskeletal.
c. Sistem Kardiovaskular.
d. Sistem Respirasi.
Penuaan dalam sistem respirasi ditandai dengan penurunan kerja otot – otot
yang membantu inspirasi dan ekspirasi, penurunan elastisitas jaringan paru,
dan penurunan kemampuan silia sehingga menyebabkan penurunan efisiensi
pernafasan.
e. Sistem Integumen.
Penuaan pada sistem integument yang paling terlihat jelas adalah timbulnya
keriput dan uban. Hal ini disebabkan oleh menurunnya lemak subkutan dan
kandungan air, serta penurunan kadar melanin di rambut.
f. Sistem Pencernaan.
g. Sistem Imunitas.
Penuaan pada sistem imun ditandai dengan penurunan produksi sel – sel yang
berperan dalam imunitas, dan penurunan barrier proteksi seperti kulit sehingga
mengakibatkan terjadi peningkatan risiko terkena penyakit infeksi hingga
munculnya penyakit – penyakit autoimun.
h. Sistem Urinaria.
i. Sistem Reproduksi.
2. Aspek Mental.
Penuaan dalam aspek mental ditandai dengan perubahan tingkah laku sebagai
konsekuensi dari penurunan fungsi kognitif otak. Biasanya orang lanjut usia akan
bersikap tidak menerima telah menjadi tua, egois, kekanak – kanakan, dan keras
kepala.
3. Aspek Psikososial.
Penuaan pada aspek psikososial ditandai dengan perilaku orang lanjut usia yang
lebih senang menyendiri dan kurang suka bersosialisasi. Hal ini diakibatkna
karena penuaan pada aspek fisik sehingga menciptakan kondisi keterbatasan
bagi manula untuk melakukan aktivitas tersebut. Selain itu juga bisa muncul suatu
kondisi bernama post-power syndrome, yaitu suatu kondisi mental di mana
manula merasa ditinggalkan oleh orang – orang di sekitarnya ketika menjadi tua.
Sindroma ini sering terjadi pada orang lanjut usia yang dulunya memiliki
jabatan/kedudukan tertentu dalam masyarakat dan pensiun. jika dibiarkan berlarut
maka bisa menyebabkan timbulnya stress pada lansia.
D. Epidemiologi Lansia
Menurut data pusat statistik, jumlah lansia di Indonesia pada tahun 1980
adalah sebanyak 7,7 juta jiwa/ 5,2 % jumlah penduduk. Pada tahun 1990 jumlah
penduduk lanjut usia meningkat menjadi 11,3 juta orang atau 8,9 %. Data terbaru
menunjukan bahwa jumlah lansia di Indonesia diperkiraan akan mencapai 9,77 %
atau 23,98 juta jiwa pada tahun2010 dan meningkat lagi secara signifikan sebesar
11,4 % atau sebanyak 28,8 juta jiwa pada tahun 2020. Dengan meningkatnya
kesejahteraanyang dialami oleh masyarakat Indonesia khususnya di bidang
kesehatan yang ditunjukan semakin tinggi angka harapan hidup.
Biro pusat statistik juga mencatat 52% lansia adalah wanita dan 48 % adalah
laki-laki. 78% tinggal di perdesaan, dan 22% sisanya tinggal di perkotaan.
Perubahan-perubahan Fisik
1. Sel.
a. Lebih sedikit jumlahnya.
b. Lebih besar ukurannya.
c. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.
d. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.
e. Jumlah sel otak menurun.
f. Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
g. Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
2. Sistem Persarafan.
a. Berat otak menurun 10-20%. (Setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam
setiap harinya).
b. Cepatnya tingkat penurunan hubungan persarafan.
c. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres.
d. Mengecilnya saraf panca indera. Berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciumdan perasa, lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
e. Kurang sensitif terhadap sentuhan.
3. Sistem Pendengaran.
a. Presbiakusis ( gangguan dalam pendengaran ). Hilangnya kemampuan
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-
nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi
pada usia diatas umur 65 tahun.
b. Otosklerosis akibat atrofi membran tympani .
c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya
keratin.
d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa/stres.
4. Sistem Penglihatan.
a. Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
c. Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.
d. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.
e. Hilangnya daya akomodasi.
f. Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya.
g. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.
5. Sistem Kardiovaskuler.
a. Elastisitas dinding aorta menurun.
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabakan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenisasi,. Perubahan posisi dari tidur ke duduk atau dari
duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun, mengakibatkan
pusing mendadak.
e. Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer.
6. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh.
a. Temperatur tubuh menurun ( hipotermia ) secara fisiologis akibat metabolisme
yang menurun.
b. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas akibatnya
aktivitas otot menurun.
7. Sistem Respirasi
a. Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
b. Menurunnya aktivitas dari silia.
c. Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas
pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
d. Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
e. Kemampuan untuk batuk berkurang.
f. Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan
pertambahan usia.
8. Sistem Gastrointestinal.
a. Kehilangan gigi akibat periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk dan gizi
yang buruk.
b. Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah
terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit.
c. Esofagus melebar.
d. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f. Daya absorbsi melemah.
9. Sistem Reproduksi.
a. Menciutnya ovari dan uterus.
b. Atrofi payudara.
c. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya
penurunan secara berangsur-angsur.
d. Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal kondisi
kesehatan baik.
e. Selaput lendir vagina menurun.
Perubahan-perubahan Mental.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu: perubahan fisik,
khususnya organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan
(Hereditas), dan lingkungan.
1. Ingatan (Memory).
a. Ingatan jangka panjang: berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
mencakup beberapa perubahan.
b. Ingatan jangka pendek atau seketika: 0-10 menit, ingatan buruk.
2. IQ (Inteligentia Quantion).
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, terjadi
perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor
waktu.
Perubahan-perubahan Psikososial
Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan
peranan dalam pekerjaan. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia
dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering
diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan
penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Bagaimana
menyiasati pensiun agar tidak merupakan beban mental setelah lansia? Jawabannya
sangat tergantung pada sikap mental individu dalam menghadapi masa pensiun.
Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa
senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap
pensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut sebenarnya mempunyai dampak
bagi masing-masing individu, baik positif maupun neg atif. Dampak positif lebih
menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan
hidup lansia.
Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan
pensiunyang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri,
bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh gaji
penuh. Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah
bagi masing-masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan assessment
untuk menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan yang jelas dan positif.
Demografi adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk dalam suatu wilayah
dengan faktor-faktor pengubahnya.
Pesatnya peningkatan penduduk tua atau lanjut usia merupakan dampak dari
peningkatan usia harapan hidup sehingga membawa konsekuensi bertambahnya
jumlah dan persentase penduduk usia lanjut. Keberhasilan pembangunan terkait
perbaikan kualitas kesehatan dan kondisi sosial masyarakat yang meningkat menjadi
faktor pendorong tingginya jumlah dan persentase penduduk lanjut usia.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menua merupakan proses yang dapat dilihat sebagai sebuah kontinum kejadian dari
lahir sampai meninggal (Ignativicus, Workman, Mishler, 1999).
Proses penuaan dapat ditinjau dari aspek biologis, sosial dan psikologik. Teori-teori
biologik sosial dan fungsional telah ditemukan untuk menjelaskan dan mendukung
berbagai definisi mengenai proses menua..
B. Saran
Masa tua adalah sesuatu yang akan dan harus dihadapi oleh setiap manusia, untuk
menjalani proses kehidupan mereka. Tidak ada satupun orang yang dapat
menghindarinya dan berusaha agar tetap dapat terlihat awet muda. Berbagai proses
harus dilewati, namun beberapa orang ada yang dapat melalui prosesnya dengan baik,
namun ada pula yang tidak cukup lancar. Ditinjau dari berbagai aspek dan sudut
pandang, dari segi fisik dan kejiwaan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Damayanti. 2018. Penuaan Kulit: Patofisiologi dan Manifestasi Klinis. Vol. 30 / No. 3
Badan Pusat Statistik [BPS]. 2016. Statistik Penduduk Lanjut Lansia 2019.(online :
https://www.bps.go.id/publication/2019/12/20/ab17e75dbe630e05110ae53b/statistik-
penduduk-lanjut-usia-2019.html)