Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

KONSEP PENUAAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik

Dosen Pengampu : BU. Sri Eny

Disusun oleh:

1. Oktalia Suci Anggraeni P1337420617009

2. Desy Salma Adibah P1337420617035

3. Fika Nur Rahmadani P1337420617054

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gerontologi, studi ilmiah tentang efek penuaan dan penyakit yang


berhubungan dengan penuaan pada manusia, meliputi aspek biologis, fisiologis,
psikososial, dan aspek rohani dari penuaan. Perawat yang merencanakan dan
memberikan perawatatn pada orang diusianya yang telah lanjut mendukung dan
mengembangkan teori yang menjadi dasar untuk asuhan keperawatan selama tahap
akhir kehidupan ini.

Sejak awal manusia telah berusaha menjelaskan bagaimana dan mengapa


terjadi penuaan, namun tidak ada teori tunggal yang dapat menjelaskan proses
penuaan. Setiap orang akan mengalami enuaan, tetapi penuaan pada setiap individu
akan berbeda tergantung faktor herediter, stresor lingkungan, dan sejumlah besar
faktor yang lain. Walaupun tidak ada satu teori yang dapat menjelaskan peristiwa
fisik, psikologis, dan peristiwa sosial yang kompleks yang terjadi dari waktu ke waktu,
suatu pemahaman dari penelitian dan teori-teori yang dihasilkan sangant penting
bagi perawat untuk membantu orang lanjut usia memelihara kesehatan fisik dan
psikis yang sempurna.

Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi


biasanya dikelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan
psikosoaial. Penelitian yang terlibat dengan jalur biologi telah memusatkan perhatian
pada indikator yang dapat dilihat dengan jelas pada proses penuaan, banyak pada
tingkat seluler, sedangkan ahli teori psikososial mencoba untuk menjelaskan
bagaimana proses tersebut dipandang dalam kaitan dengan kepribadian dan
perilaku.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi menua?


2. Apa teori biologis dan macam-macam teori yang ada didalamnya?
3. Apa aspek-aspek yang mmpengaruhi penuaan?
4. Apa perubahan epidemiologi lansia?
5. Bagaimana demografi lansia di Indonesia?
6. Bagaimana penyebaran penyakit lansia?

C. Tujuan

1) Untuk mengetahui tentang definisi menua.


2) Untuk mengetahui tentang teori biologis dan macam-macam teori yang ada
didalamnya.
3) Untuk mengetahui tentang aspek-aspek yang mmpengaruhi penuaan.
4) Untuk mengetahui tentang perubahan epidemiologi lansia.
5) Untuk mengetahui tentang demografi lansia.
6) Untuk mengetahui tentang penyebaran penyakit lansia.
BAB II

ISI

A. Definisi

Menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan


jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita .(Constantinides, 1994)

Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua)
adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantindes, 1994).

Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap
hidup manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang mati bukan
karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecacatan. Akan tetapi
proses menua dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus
diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia.

Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa.
Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan
lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas,
pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi
fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapain puncak maupun
menurunnya.

B. Macam – Macam Teori Penuaan

Teori-Teori Proses Penuaan ada beberapa teori yang berkaitan dengan


proses penuaan, yaitu : teori biologi, teori psikologi, teori sosial, dan teori spiritual.
a. Teori biologis

1. Teori genetik dan mutasi.

Menurut teori genetik dan mutasi, semua terprogram secara genetik untuk
spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi.

2. Teori Immunology.

Menurut immunology, sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya


usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan
organ tubuh.

3. Teori radikal bebas.

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkanoksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat
melakukan regenerasi.

4. Teori rantai silang/ cross link.

Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel yang tua
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini
menyebabkan kurangnya elastisitas kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.

5. Teori Wear and Tear

Teori ini mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi
dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi molekular dan
akhirnya malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh
akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu jadwal.

b. Teori psikologis

Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan


keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Adanya penurunan
dan intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan
belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan
berinteraksi. Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan.
Dengan adanya penurunan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi pula
penurunan kemampuan untuk menerima, memproses, dan merespons
stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi/reaksi yang berbeda dari
stimulus yang ada.

c. Teori sosial

1. Teori interaksi sosial.

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu


situasi tertentu, yaitu atas dasar hal hal yang dihargai masyarakat. Pada
lansia, kekuasaan dan prestasinya berkurang sehingga menyebabkan
interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri
dan kemampuan mereka untuk mengikuti perintah.

2. Teori penarikan diri.

Teori ini menyatakan bahwa kemiskinan yang diderita lansia dan


menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara
perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan di sekitarnya.

3. Teori aktivitas.

Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung


bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan
aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting
dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan.

4. Teori kesinambungan.

Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus


kehidupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat
merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat
terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata
tidak berubah meskipun ia telah menjadi lansia.

6. Teori perkembangan.

Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua


merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap
berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif ataupun negatif.
Akan tetapi, teori ini tidak menggariskan bagaimana cara menjadi tua
yang diinginkan atau yang seharusnya diterapkan oleh lansia tersebut.

7. Teori stratifikasi usia.

Keunggulan teori stratifikasi usia adalah bahwa pendekatan yang


dilakukan bersifat deterministik dan dapat dipergunakan untuk
mempelajari sifat lansia secara kelompok dan bersifat makro. Setiap
kelompok dapat ditinjau dari sudut pandang demografi dan
keterkaitannya dengan kelompok usia lainnya. Kelemahannya adalah
teori ini tidak dapat dipergunakan untuk menilai lansia secara
perorangan, mengingat bahwa stratifikasi sangat kompleks dan dinamis
serta terkait dengan klasifikasi kelas dan kelompok etnik.

d. Teori spiritual

Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian


hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti
kehidupan

C. Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Proses Penuaan

1. Aspek Fisik.

Setiap penuaan ditandai oleh suatu perubahan akibat akumulasi pada tahun
– tahun sebelumnya, tidak luput juga perubahan penuaan yang mempengaruhi
aspek fisik manusia. Aspek penuaan mempengaruhi semua sistem organ tubuh
manusia mulai dari sistem integumen hingga sistem organ– organ dalam.

Berikut ini beberapa ciri – ciri penuaan yang terjadi pada setiap sistem organ
manusia :

a. Sistem Saraf.

Penuaan dalam sistem saraf ditandai oleh penurunan jumlah sel saraf pusat
yang fungsional dikarenakan terjadi kematian sel saraf secara perlahan.
Konsekuensinya terjadi perubahan fungsi kognitif, dan sensoris.

Perubahan fungsi kognisi meliputi penurunan daya ingat (demensia,


Alzheimer), perubahan tingkah laku, perubahan tingkat kesadaran (delirium)
yang nantinya akan berdampak kepada aktivitas sehari – hari dan kehidupan
sosial.

Perubahan fungsi sensoris ditandai dengan penurunan kinerja lensa mata,


pengeruhan kornea, penurunan jumlah sel kerucut dan batang, sehingga pada
manula sering terjadi kasus katarak, presbiopi, dan rabun senja. Selain sensori
penglihatan juga terjadi penurunan dalam sistem sensori pendengaran yang
ditandai oleh penuruna saraf – saraf pendengaran sehingga terjadi penurunan
sensitivitas terhadap suara – suara dengan frekuensi yang tinggi. Perubahan
fungsi sensori pengecapan dan pengidu ditandai dengan pengurangan jumlah
papilla di lidah sehingga minat terhadap makanan menjadi rendah.

b. Sistem Muskuloskeletal.

Perubahan dalam sistem musculoskeletal berpusat pada penggantian jaringan


otot dengan jaringan lemak sehingga terjadi penurunan dalam tonus dan
kekuatan otot. Hal ini berpengaruh dalam mobilitas manula.

c. Sistem Kardiovaskular.

Penuaan dalam sistem kardiovaskular ditandai dengan terjadinya penurunan


elastisitas pembuluh darah sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan dari
stroke volume, karena terjadi penurunan stroke volume maka terjadi iskemia
pada beberapa jaringan tubuh sehingga kinerja dari organ tubuh yang tidak
disuplai oksigen dan nutrisi secara adekuat akan menurun.

d. Sistem Respirasi.

Penuaan dalam sistem respirasi ditandai dengan penurunan kerja otot – otot
yang membantu inspirasi dan ekspirasi, penurunan elastisitas jaringan paru,
dan penurunan kemampuan silia sehingga menyebabkan penurunan efisiensi
pernafasan.

e. Sistem Integumen.

Penuaan pada sistem integument yang paling terlihat jelas adalah timbulnya
keriput dan uban. Hal ini disebabkan oleh menurunnya lemak subkutan dan
kandungan air, serta penurunan kadar melanin di rambut.
f. Sistem Pencernaan.

Penuaan pada sistem pencernaan ditandai dengan penurunan produksi enzim


– enzim percernaan, penurunan produksi asam lambung, dan penurunan
sekresi saliva sehingga mengakibatkan gangguan penyerapan nutrisi dan
keengganan untuk makan.

g. Sistem Imunitas.

Penuaan pada sistem imun ditandai dengan penurunan produksi sel – sel yang
berperan dalam imunitas, dan penurunan barrier proteksi seperti kulit sehingga
mengakibatkan terjadi peningkatan risiko terkena penyakit infeksi hingga
munculnya penyakit – penyakit autoimun.

h. Sistem Urinaria.

Penurunan cardiac output pada sistem kardiovaskular berakibat pada


penurunan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi peningkatan risiko terkena
gagal ginjal. Selain itu penurunan pada kontrol otot – otot urinasi
mengakibatkan inkontinensia, suatu keadaan urinasi tanpa sadar yang sering
terjadi pada orang lanjut usia.

i. Sistem Reproduksi.

Penuaan pada sistem reproduksi ditandai dengan peristiwa andropause dan


menopause yaitu peristiwa penurunan produksi hormon – hormon seks pada
wanita dan pria sehingga terjadi penurunan kinerja organ – organ reproduksi
dan penghentian produksi sel – sel gamet pada wanita. Selain itu dorongan
untuk berhubungan juga menjadi turun.

2. Aspek Mental.

Penuaan dalam aspek mental ditandai dengan perubahan tingkah laku sebagai
konsekuensi dari penurunan fungsi kognitif otak. Biasanya orang lanjut usia akan
bersikap tidak menerima telah menjadi tua, egois, kekanak – kanakan, dan keras
kepala.

3. Aspek Psikososial.

Penuaan pada aspek psikososial ditandai dengan perilaku orang lanjut usia yang
lebih senang menyendiri dan kurang suka bersosialisasi. Hal ini diakibatkna
karena penuaan pada aspek fisik sehingga menciptakan kondisi keterbatasan
bagi manula untuk melakukan aktivitas tersebut. Selain itu juga bisa muncul suatu
kondisi bernama post-power syndrome, yaitu suatu kondisi mental di mana
manula merasa ditinggalkan oleh orang – orang di sekitarnya ketika menjadi tua.
Sindroma ini sering terjadi pada orang lanjut usia yang dulunya memiliki
jabatan/kedudukan tertentu dalam masyarakat dan pensiun. jika dibiarkan berlarut
maka bisa menyebabkan timbulnya stress pada lansia.

D. Epidemiologi Lansia

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pola penyebaran


penyakit atau kejadian yang berhubungan dengan kesehatan, serta faktor-faktor
yang dapat memengaruhi keadaan tersebut.

Menurut data pusat statistik, jumlah lansia di Indonesia pada tahun 1980
adalah sebanyak 7,7 juta jiwa/ 5,2 % jumlah penduduk. Pada tahun 1990 jumlah
penduduk lanjut usia meningkat menjadi 11,3 juta orang atau 8,9 %. Data terbaru
menunjukan bahwa jumlah lansia di Indonesia diperkiraan akan mencapai 9,77 %
atau 23,98 juta jiwa pada tahun2010 dan meningkat lagi secara signifikan sebesar
11,4 % atau sebanyak 28,8 juta jiwa pada tahun 2020. Dengan meningkatnya
kesejahteraanyang dialami oleh masyarakat Indonesia khususnya di bidang
kesehatan yang ditunjukan semakin tinggi angka harapan hidup.

Menurut menko kesra jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2020


diperkirakan jumlah lansia sebanyak 28,8 juta (11.34%) dengan usia harapan hidup
71,1. Maka diperkirakan 10 tahun kedepan struktur penduduk Indonesia akan berada
pada struktur usia tua.

Biro pusat statistik juga mencatat 52% lansia adalah wanita dan 48 % adalah
laki-laki. 78% tinggal di perdesaan, dan 22% sisanya tinggal di perkotaan.

E. Perubahan Epidemiologi Lansia

Perubahan-perubahan Fisik
1. Sel.
a. Lebih sedikit jumlahnya.
b. Lebih besar ukurannya.
c. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.
d. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.
e. Jumlah sel otak menurun.
f. Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
g. Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
2. Sistem Persarafan.
a. Berat otak menurun 10-20%. (Setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam
setiap harinya).
b. Cepatnya tingkat penurunan hubungan persarafan.
c. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres.
d. Mengecilnya saraf panca indera. Berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciumdan perasa, lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
e. Kurang sensitif terhadap sentuhan.
3. Sistem Pendengaran.
a. Presbiakusis ( gangguan dalam pendengaran ). Hilangnya kemampuan
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-
nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi
pada usia diatas umur 65 tahun.
b. Otosklerosis akibat atrofi membran tympani .
c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya
keratin.
d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa/stres.
4. Sistem Penglihatan.
a. Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
c. Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.
d. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.
e. Hilangnya daya akomodasi.
f. Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya.
g. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.
5. Sistem Kardiovaskuler.
a. Elastisitas dinding aorta menurun.
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabakan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenisasi,. Perubahan posisi dari tidur ke duduk atau dari
duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun, mengakibatkan
pusing mendadak.
e. Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer.
6. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh.
a. Temperatur tubuh menurun ( hipotermia ) secara fisiologis akibat metabolisme
yang menurun.
b. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas akibatnya
aktivitas otot menurun.
7. Sistem Respirasi
a. Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
b. Menurunnya aktivitas dari silia.
c. Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas
pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
d. Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
e. Kemampuan untuk batuk berkurang.
f. Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan
pertambahan usia.
8. Sistem Gastrointestinal.
a. Kehilangan gigi akibat periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk dan gizi
yang buruk.
b. Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah
terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit.
c. Esofagus melebar.
d. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f. Daya absorbsi melemah.
9. Sistem Reproduksi.
a. Menciutnya ovari dan uterus.
b. Atrofi payudara.
c. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya
penurunan secara berangsur-angsur.
d. Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal kondisi
kesehatan baik.
e. Selaput lendir vagina menurun.

10. Sistem Perkemihan.


a. Ginjal Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urin,
darah yang masuk ke ginjal disaring di glomerulus (nefron).
b. Nefron menjadi atrofi dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%.
c. Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat dan
terkadang menyebabkan retensi urin pada pria.
11. Sistem Endokrin.
a. Produksi semua hormon menurun.
b. Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate), dan
menurunnya daya pertukaran zat.
c. Menurunnya produksi aldosteron.
d. Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron, estrogen, dan
testosteron.
12. Sistem Kulit ( Sistem Integumen )
a. Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
b. Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi, serta
perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis.
c. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
d. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
e. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan vaskularisasi.
f. Pertumbuhan kuku lebih lambat.
g. Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya.
h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
13. Sistem Muskuloskletal
a. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh.
b. Kifosis
c. Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas.
d. Persendiaan membesar dan menjadi kaku.
e. Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.
f. Atrofi serabut otot ( otot-otot serabut mengecil ).Otot-otot serabut mengecil
sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi
tremor.
g. Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.

Perubahan-perubahan Mental.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu: perubahan fisik,
khususnya organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan
(Hereditas), dan lingkungan.
1. Ingatan (Memory).
a. Ingatan jangka panjang: berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
mencakup beberapa perubahan.
b. Ingatan jangka pendek atau seketika: 0-10 menit, ingatan buruk.
2. IQ (Inteligentia Quantion).
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, terjadi
perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor
waktu.

Perubahan-perubahan Psikososial
Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan
peranan dalam pekerjaan. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia
dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering
diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan
penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Bagaimana
menyiasati pensiun agar tidak merupakan beban mental setelah lansia? Jawabannya
sangat tergantung pada sikap mental individu dalam menghadapi masa pensiun.
Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa
senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap
pensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut sebenarnya mempunyai dampak
bagi masing-masing individu, baik positif maupun neg atif. Dampak positif lebih
menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan
hidup lansia.
Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan
pensiunyang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri,
bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh gaji
penuh. Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah
bagi masing-masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan assessment
untuk menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan yang jelas dan positif.

F. Demografis Masyarakat Lansia

Demografi adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk dalam suatu wilayah
dengan faktor-faktor pengubahnya.

Pesatnya peningkatan penduduk tua atau lanjut usia merupakan dampak dari
peningkatan usia harapan hidup sehingga membawa konsekuensi bertambahnya
jumlah dan persentase penduduk usia lanjut. Keberhasilan pembangunan terkait
perbaikan kualitas kesehatan dan kondisi sosial masyarakat yang meningkat menjadi
faktor pendorong tingginya jumlah dan persentase penduduk lanjut usia.

Selama kurun waktu hampir lima dekade (1971-2019), persentase penduduk


lansia Indonesia meningkat sekitar dua kali lipat. Pada tahun 2019, persentase lansia
mencapai 9,60 persen atau sekitar 25,64 juta orang. Kondisi ini menunjukkan bahwa
Indonesia sedang bertransisi menuju ke arah penuaan penduduk. karena persentase
penduduk berusia di atas 60 tahun mencapai di atas 7 persen dari keseluruhan
penduduk dan akan menjadi negara dengan struktur penduduk tua (ageing
population) jika sudah berada lebih dari 10 persen. Fenomena ini merupakan
cerminan dari meningkatnya angka harapan hidup penduduk Indonesia. Apabila
diimbangi dengan kemampuan kelompok lanjut usia yang bisa mandiri, berkualitas,
dan tidak menjadi beban masyarakat, maka secara tidak langsung ageing population
akan memberikan pengaruh positif terhadap pembangunan nasional.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan


jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994)

Menua merupakan proses yang dapat dilihat sebagai sebuah kontinum kejadian dari
lahir sampai meninggal (Ignativicus, Workman, Mishler, 1999).

Proses penuaan dapat ditinjau dari aspek biologis, sosial dan psikologik. Teori-teori
biologik sosial dan fungsional telah ditemukan untuk menjelaskan dan mendukung
berbagai definisi mengenai proses menua..

Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk


perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan-
perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ
utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit.

B. Saran

Masa tua adalah sesuatu yang akan dan harus dihadapi oleh setiap manusia, untuk
menjalani proses kehidupan mereka. Tidak ada satupun orang yang dapat
menghindarinya dan berusaha agar tetap dapat terlihat awet muda. Berbagai proses
harus dilewati, namun beberapa orang ada yang dapat melalui prosesnya dengan baik,
namun ada pula yang tidak cukup lancar. Ditinjau dari berbagai aspek dan sudut
pandang, dari segi fisik dan kejiwaan.

Maka, perawat yang melakukan tindakan asuhan keperawatan pada berbagai


tingkatan usia harus dan wajib tahu bagaimana konidisi fisiologis pasiennya. Termasuk
pada usia lanjut.
Semoga makalah ini dapat menjadi salah satu referensinya, baik sebagai acuan
dalam pembelajaran, ataupun sebagai pedoman dalam tindakan asuhan keperawatan
pada klien usia lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Munawaroh.2017. Teori dan Konsep Penuaan. http://repository.unimus.ac.id/808/3/BAB


%20II.pdf

Mahardika.2014. Konsep Teori Penuaan.http://psikstikma.blogspot.com/2014/01/konsep-


teori-penuaan.html

Irwin. Cagar.2018. Aspek penuaan. https://id.scribd.com/document/381219068/Aspek-


Penuaan

Ahmad, Damayanti. 2018. Penuaan Kulit: Patofisiologi dan Manifestasi Klinis. Vol. 30 / No. 3

Badan Pusat Statistik [BPS]. 2016. Statistik Penduduk Lanjut Lansia 2019.(online :
https://www.bps.go.id/publication/2019/12/20/ab17e75dbe630e05110ae53b/statistik-
penduduk-lanjut-usia-2019.html)

Anda mungkin juga menyukai