Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GERONTIK
“PENCERNAAN”

Inda Fitri Sujiawati, S.Kep


NIM 18315088

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YATSI
TANGERANG
TAHUN 2018/209
Gangguan Sistem Pencernaan pada Lansia

A. Teori Proses Penuaan

Pengertian
Gerontik berasal dari kata gerontology dan geriatric. Gerontologi adalah
cabang ilmu yang membahas atau menangani tentang proses penuaan dan masalah
yang timbul pada orang yang berusia lanjut. Sedangkan geriatric berkaitan dengan
penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang berlanjut usia. Keperawatan
gerontik adalah suatu bentuk pelayanan professional yang didasarkan ilmu dan
kiat/tekhnik keperawatan gerontik yang berbentuk bio-psiko-sosio-kultural dan
spiritual yang komprehensif, ditujukan pada klien lanjut usia baik sehat maupun
sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan komunitas/masyarakat.
Menurut undang-undang no.13/th 2008 bab i pasal 1 ayat 2 seseorang yang
mencapai usia 60 tahun keatas
Mengapa menjadi tua?
Tahap dewasa merupakan tahap tumbuh mencapai titik perkembangan yang
maksimal. Setelah itu tumbuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah
sel-sel yang adadidalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan menglami
penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses memghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan
mempertahankan fungsi normal sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 2008). Seiring dengan
proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau
yang biasa disebut sebagai penyakit degenerative.

Teori-teori proses penuaan


Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu biologi,
teori psikologi teori social, dan teori spiritual.
1. Teori biologis ; Teori biologis mencangkup teori genetic dan mutasi,
immunology slow theory, teori stress, teori radikal bebas, dan teori rantai
silang.
2. Teori genetic dan mutasi ; Menurut genetic teori dan mutasi, menua menua
terprogram secara genetic untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai
akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul- molekul DNA
dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang has
adalah mutasi ari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsi sel).
Terjadi pengumpulan pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut teori
akumulasi dari produk sisa, sebagai contoh adalah adanya pigmen lipofusin
disel otot jantung dan sel susunan saraf pusat pada lansia.yang mengaibatkan
terganggunya fungsi sel it sendiri. Ada teori biologi dikenal istilah pemakaian
dan peusakan (wear and tear) yang terjadi karena kelebihan usaha dan stress
yang menyebabkan sel-sel tubuh menjadi lelah (pemakaian) pada teori ini juga
didapatkan terjdinya peningkatan jumlah kolagen dalam tubuh lansia tidak ada
perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.
3. Immunology slow theory ; Menurut immunology slow story, sitem imun
menjadi efektif dengan bertambahnnya usia dan masuknya virus kedalam
tubuh yang dapat mnyebabkan keruskan organ tubuh.
4. Teori stress ; Teori stress mengungkapkan penua terjadi akiabat hilangnya sel-
sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaingan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal kelebihan usaha, dan stress
yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
5. Teori radikal bebas ; Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen
bahan-bahan organic seperti karbohidrat dan protein radikal ini menyebabkan
sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi.
6. Teori rantai silang ; Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia
sel-sel yang tua atau usang menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan
kolagen. Iktan ini menyebabkan kurangnya elastisitas, kekacauan, dan
hilangnya fungsi sel.
7. Teori psikologi ; Pada usia lanjut proses penuaan terjadi secara alamiah seiring
dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat
dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang
efektif. Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan intelegensi dapat
menjadi karakteristik konsep diri dari seorang lansia konsep diri yang positif
dapat menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap
nilai-nilai yang ada ditunjang dengan status sosialnya. Adanya penurunan dari
intelektualitas yang meliputi persepsi kemampuan kognitif memori dan belajar
pada usia lanjut memnyebabkan mereka sulit untuk diphami dan berinteraksi
persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada ligkungan denganadanya
punurunan fungsi system sensori, maka akan terjadi pula penurunan kemapuan
untuk menerima, memproses, dan merespon stimulus sehingga terkadang akan
muncul aksi / reaksi yang berbeda dari stimulus yang ada. Kemapuan kognitif
dapat dikaitkan dengan penurunan fisiologis organ otak namun untuk fungsi-
fungsi positif yang dapat dikaji ternyata mempunyai fungsi lebih tinggi seperti
simpanan informasi usia lanjut, kemampuan member alasan secara abstrak dan
melakukan penghitungan. Memori adalah kemampuan daya ingat lansia
terhadap suatu kejadian / peristiwa baik jangka pendek maupun jangka
panjang.
Memori terdiri atas tiga komponen sebagai berikut :
a. Ingatan yang paling singkat dan segera. Contohnya pengualangan angka
b. Ingatan jangka pendek contohnya peristiwa beberapa menit hinggabeberapa
hari yang lalu.
c. Ingatan jangka panjang
Kemampuan belajar yang mnurun dapat terjadi karena banyak hal. Selain
keadaan fungsional organ otak, kurangnya motivasi pada lansia juga
berperan. Motivasi akan semakin menurun dengan menganggap bahwa
lansia sendiri merupakan beban bagi orang lain dan keluarga.
8. Teori social ; Ada beberapa teori social yang bekaitan dengan proses penuaan,
yaitu teori interaksi social (social exchange teori ), teori penarikan diri
(disengagement teori), teori aktivitas (aktivi teori), teori
kesinambungan (continuity), teori perkembangan (defelopmen teori), dan teori
stratifikasi usia (agestratifikation).
9. Teori interaksi social ; teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia
bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai
masyarakat.
10. Teori penarikan diri ; Teori ini merupakan teori social tentang penuaan yang
paling awal dan pertama kali diperknalkan oleh gumming dan henry (2008)
kemiskinan yang diderita lansia dan meurunnya derajat kesehatan
mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaula
disekitarnya Selain hal tersebut masyrakat juga perlu memperisapkan kondisi
agar para lansia tidak menarik diri. Proses penuan mengakibatkan interaksi
lansia mulai menurun baik secara kualitas maupun kuantitas
Pada lansia juga terjadi kehilangan ganda (triple loss), yaitu
 Kehilangan peran (loss of roles)
 Hambatan kontak social (restriction of contac and realitionsip)
 Berkurangnya komitmen (reduced comitmen to social moral ress and
falues)
11. Teori aktivitas ; Teori aktivitas dikembangkan oleh palmore (2008) dan lemon
et all (2009) yang menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung dari
bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas
serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas
dan aktivitas yang dilakukan. Dai satu sisi aktivitas lansia dapat menurun, akan
tetapi dilain sisi dapat dikembangkan, misalnya peran baru lansia sebagai
relawan, kakek atau nenek, ketua RT, seorang Duda atau JAnda,serta karena
ditinggal wafat pasangan hidupnya. Dari pihak lansia sendiri terdapat
anggapan bahwa proses penuaan merupakan suatu perjuangan untuk tetap
muda dan berusaha untuk mempertahankan prilaku mereka semasa muda
pokok-pokok teori aktivitas :
 Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi soasial dan
keterlibatkan sepenuhnya dari lansia dimasyarakat
 Kehilngan peran akan mengahilangkan kepuasan seorang lansia.
Penerapan teori aktivitas ini sangat positif dalam penyusunan kebijakan
terhadap lansia, karena memungkinnkan para lansia untuk berineraksi
sepenuhnya dimasyrakat.
 Teori Kesinambungan ; Teori ini dianut oleh banyak pakar social, teori
ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam sklus kehidupan
lansia. Penglaman hidup seseorang pda saat merupakan gambarannya
kelak pada saat ia mnjadi lansia hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup,
prilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah meskipun dia
menjadi lansia.
12. Teori perkembangan ; Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa
yang telah dialami oleh lansia pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian
perlu dipahami teori freud, buhler, jung dan Erickson Sigmund Freud meniliti
tentang psikoanalisa serta perubahan psikososial anak dan balita. Erickson
(2008), membagi kehidupan menjadi delapan fase, yaitu :
 Lansia yang menerima apa adanya
 Lansia yang takut mati
 Lansia yang merasakan hidup penuh arti
 Lansia yang menyesali diri
 Lansia yang bertanggung jawab dengan merasakan kesetiaan
 Lansia yang kehidupannya berhasil
 Lansia yang merasa lambat untuk memperbaiki diri
 Lansia yang perlu menemukan integritas diri melawan keputusann (ego
integrity vs despair)
B. Perubahan – Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia
System gastrointestinal
1. Kehilangan gigi, penyebab utama adanya Periodontal disesase yang biasa
terjadi setelah umur 30 tahun
2. Indera pengecap menurun. Adanya iritasi yang kronis dari selaput lender,
atrofi indera pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas saari saraf pengecap di
lidah terutama rasa manis, rasa asin, rasa asam, dan rasa pahit.
3. Esophagus melbar
4. Lambung. Rasa lapar menurun(sensitivitas lapar menurun), asam lambung
menurun, waktu pengosongan menurun.
5. Peristaltic melemah dan biasanya timbul konstipasi.
6. Fungsi absorpsi melemah.
7. Hati/lever. Makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan
berkurangnya aliran darah.
Perubahan pada system Gastrointestinal
Banyak masalah GI yang dihadapi oleh lansia berkaitan gaya hidup. Mulai
dari gigi sampai anus terjadi perubahan morfologik degeneratif, antara lain
perubahan atrofi pada rahang, mukosa, kelenjar dan otot-otot pencernaan. Berikut
ini merupakan yang terjadi pada system GI akibat proses menua :
1. Rongga mulut. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada rongga
mulut akibat proses menua :
a. Hilangnya tulang periosteum dan periduntal, pengurangan dentin, dan
retaksi dari struktur gusi. Implikasi dari hal ini adalah tanggalnya gigi,
kesulitan dalam mempertahankan pelekatan gigi palsu yang lepas.
b. Hilangnya kuncup rasa. Implikasi dari hal ini adalah mukosa mulut tampak
lebih merah dan berkilat. Bibir dan gusi tampak tipis karena penyusutan
epithelium dan mengandung keratin.
c. Air liur/saliva disekresikan sebagai respon terhadap makanan yang telah
dikunyah. Saliva memfalisitasi pencernaan melalui mekanisme sebagai
berikut : penyediaan enzim pencernaan, pelumasan dari jaringan lunak,
remineralisasi pada gigi. Pada lansia saliva telah mengalai penuruan.
2. Esophagus, Lambung, dan Usus. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi
pada esophagus, lambung dan usus akibat proses menua :
a. Diatasi esophagus, kehilangan tonus sfingterjantung, dan peurunan refleks
muntah. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan aspirasi.
b. Atrofi penurunan sekresi asam hidroklorik mukosa lamung sebesar 11%
sampai 40 % dari populasi. Implikasi dari hal ini adalah perlambatan dalam
mencerna makanan dan mempengaruhi penyerapan vitamin B12, bakteri
usus halus akan bertambah secara berlebihan dan menyebabkan kurangnya
penyerapan lemak.
c. Penurunan motilitas lambung. Implikasi dari hal ini adalah penurunan
absorbsi obat-obatan, zat besi, kalsium,vitamin B12, dan konstipasi sering
terjadi.
3. Saluran empedu, Hati, Kandung Empedu, dan pancreas
Pada hepar mengalami penurunan aliran darah sampai 35% pada usia lebih dari
80 tahun. Berikut ini merupaka perubahan yang terjadi pada saluran
empedu,hati, dan pancreas akibat proses menua :
a. Pengecilan ukuran hai dan pancreas. Implkasi dari hal ni adalah terjadi
penurunan kapasitas dalam menimpan dan mensintesis protein dan enzim-
enzim pencernaan.
b. Perubahan proporsi lemak empedu tanpa diikuti perubahan metabolisme
asam empedu yang signifikan. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan
sekresi kolesterol.
C. Penyakit Pada Alat Pencernaan Dan Pengobatannya
1. Sembelit (Konstipasi)
Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan dengan gejala mengalami
pengerasan feses yang sulit untuk dibuang yang dapat menyebabkan kesakitan
pada penderitanya. Konstipasi dapat disebabkan oleh pola makan, hormon,
akibat samping obat-obatan (Aluminium hidroksida (dalam antasid yang dijual
bebas), Garam bismuth, Garam besi,Antikolinergik, Obat darah tinggi (anti-
hipertensi), Golongan narkotik, Beberapa obat penenang dan obat tidur), dan
juga karena kelainan anatomis. Biasanya, konstipasi disebabkan karena defekasi
yang tidak teratur sehingga feses mengeras dan sulit dikeluarkan.
Pengobatan dan peredaan konstipasi secara alami dapat dilakukan dengan
pengubahan pola makan menjadi lebih sehat, rajinberolahraga, memijat perut,
minum air putih sebanyaknya, meminum minuman prebiotik dan probiotik, atau
membiasakan diri untuk buang air besar setiap hari dengan membuat jadwal
buang air besar yang disebut bowel training.
 Agar penderita konstipasi dapat cepat sembuh, maka penderita dilarang:
 Menahan buang air besar
 Mengkonsumsi makanan siap saji dan bersifat panas
 Makan dalam porsi yang banyak
 Meminum minuman yang berkafein dan minuman ringan
2. Mencret (Diare)
Diare terjadi karena adanya rangsangan yang berlebihan pada mukosa usus
sehingga gerakan otot usus meningkat dan makanan kurang terserap secara
sempurna. Faktor kebersihan juga menjadi sebab diare. Diare yang disebabkan
bakteri atau salah makan. Pengobatannya Untuk cara mengobati Diare adalah
dengan Perawatan yang terpenting untuk mengobati diare adalah memastikan
kecukupan asupan cairan dan garam (elektrolit). Untuk gejala ringan sampai
sedang, Anda bisa menggunakan obat-obatan ringan yang dapat mengurangi
diare bahkan dapat menjadi Cara Mengobati Diare. Pada kasus yang parah dan
pada anak-anak, wanita hamil, dan orang tua (lansia) yang bisa berbahaya bila
kehilangan banyak cairan, pemberian infus mungkin diperlukan. Bila
penyebabnya adalah keracunan makanan, dokter mungkin perlu memberikan
obat-obatan untuk membunuh patogen yang berada di usus dan mencegah
kerusakan mukosa lebih lanjut. Obat antispasmodik dapat membantu
mengurangi nyeri kolik abdomen dan salah satu Cara Mengobati Diare.
Penggolongan Obat Diare:
A. Kemoterapeutika untuk terapi kausal yaitu memberantas bakteri penyebab diare
seperti antibiotika, sulfonamide, kinolon dan furazolidon.
1. Racecordil.Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan
konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai
efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak
menyebabkan ketergantungan. Racecordil yang pertama kali dipasarkan di
Perancis pada 2008 memenuhi semua syarat ideal tersebut.
2. Loperamide. Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja
dengan cara memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi
otot sirkuler dan longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan
reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh
ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Efek samping yang sering
dijumpai adalah kolik abdomen (luka di bagian perut), sedangkan toleransi
terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi.
3. Dioctahedral smectite.Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat
nonsistemik berstruktur filitik, secara in vitro telah terbukti dapat
melindungi barrier mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri, serta
rotavirus. Smectite mengubah sifat fisik mukus lambung dan melawan
mukolisis yang diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga dapat memulihkan
integritas mukosa usus seperti yang terlihat dari normalisasi rasio
laktulose-manitol urin pada anak dengan diare akut.
B. Obstipansia untuk terapi simtomatis (menghilangkan gejala) yang dapat
menghentikan diare dengan beberapa cara:
1. Zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk
resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus seperti derivat petidin
(difenoksilatdan loperamida), antokolinergik (atropine, ekstrak belladonna)
2. Adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak
(tannin) dan tannalbumin, garam-garam bismuth dan alumunium.
3. Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yanga pada permukaannya dapat
menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri
atau yang adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk di sini
adalah juga musilago zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan
luka-lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti kaolin, pektin (suatu
karbohidrat yang terdapat antara lain sdalam buah apel) dan garam-garam
bismuth serta alumunium.
C. Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang
seringkali mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain papaverin dan
oksifenonium.
D. Pemeriksaan Diagnostik Untuk Saluran Pencernaan
Pemeriksaan yang dilakukan untuk sistem pencernaan terdiri dari endoskop
(tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam dan untuk
memperoleh jaringan dari dalam tubuh), rontgen, ultrasonografi (USG), perunut
radioaktif, dan pemeriksaan kimiawi.
Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut bisa membantu dalam menegakkan
diagnosis, menentukan lokasi kelainan dan kadang mengobati penyakit pada sistem
pencernaan. Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan
terlebih dahulu. Ada juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam
sebelumnya melakukan puasa; sedangkan pemeriksaan lainnya tidak memerlukan
persiapan khusus. Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem
pencernaan adalah riwayat medis dan pemeriksaan fisik. Tetapi gejala dari kelainan
pencernaan seringkali bersifat samar sehingga dokter mengalami kesulitan dalam
menentukan kelainan secara pasti. Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan
depresi) juga bisa mempengaruhi sistem pencernaan dan menimbulkan gejala-
gejalanya
Pemeriksaan Kerongkongan
1. Pemeriksaan barium.
Cairan barium yang ditelan bersamaan dengan makanan yang dilapisi oleh
barium bisa menunjukkan kelainan seperti:
- selaput kerongkongan (dimana sebagian kerongkongan tersumbat oleh
jaringan fibrosa)
- divertikulum Zenker (kantong kerongkongan)
- erosi dan ulkus kerongkongan
- varises kerongkongan
- tumor.
2. Manometri. Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung
dengan alat pengukur tekanan dimasukkan ke dalam
kerongkongan. Dengan alat ini (alatnya disebut manometer) dokter bisa
menentukan apakah kontraksi kerongkongan dapat mendorong makanan
secara normal atau tidak.
3. Pengukuran pH kerongkongan. Mengukur keasaman kerongkongan bisa
dilakukan pada saat manometri. Pemeriksaan ini digunakan untuk
menentukan apakah terjadi refluks asam atau tidak.
4. Uji Bernstein (Tes Perfusi Asam Kerongkongan). Pada pemeriksaan ini
sejumlah kecil asam dimasukkan ke dalam kerongkongan melalui sebuah
selang nasogastrik. Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah
nyeri dada disebabkan karena iritasi kerongkongan oleh asam dan
merupakan cara yang baik untuk menentukan adanya peradangan
kerongkongan (esofagitis).
5. Intubasi. Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang
lentur melalui Hidung atau mulut ke dalam lambung atau usus
halus. Prosedur ini bisa digunakan untuk keperluan diagnostik maupun
pengobatan. Intubasi bisa menyebabkan muntah dan mual, tetapi tidak
menimbulkan nyeri. Ukuran selang yang digunakan bervariasi, tergantung
kepada tujuan dilakukannya prosedur ini (apakah untuk diagnosik atau
pengobatan).
1) Intubasi Nasogastrik. Pada intubasi nasogastrik, sebuah selang
dimasukkan melalui hidung menuju ke lambung. Prosedur ini
digunakan untuk mendapatkan contoh cairan lambung, untuk
menentukan apakah lambung mengandung darah atau untuk
menganalisa keasaman, enzim dan karakteristik lainnya. Pada korban
keracunan, contoh cairan lambung ini dianalisa untuk mengetahui
racunnya. Kadang selang terpasang agak lama sehingga lebih banyak
contoh cairan yang bisa didapat. Intubasi nasogastrik juga bisa
digunakan untuk memperbaiki keadaan tertentu:
· Untuk menghentikan perdarahan dimasukkan air dingin
· Untuk memompa atau menetralkan racun diberikan karbon aktif
· Pemberian makanan cair pada penderita yang mengalami
kesulitan menelan.
Kadang intubasi nasogastrik digunakan secara berkesinambungan
untuk mengeluarkan isi lambung. Ujung selang biasanya dihubungkan
dengan alat penghisap, yang akan mengisap gas dan cairan dari
lambung. Cara ini membantu mengurangi tekanan yang terjadi jika
sistem pencernaan tersumbat atau tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.
2) Intubasi Nasoenterik.Pada intubasi nasoenterik, selang yang
dimasukkan melalui hidung lebih panjang, karena harus melewati
lambung untuk menuju ke usus halus.Prosedur ini bisa digunakan
untuk mendapatkan contoh isi usus, mengeluarkan cairan,
dan memberikan makanan. Sebuah selang yang dihubungkan
dengan suatu alat kecil di ujungnya bisa digunakan untuk biopsi
(mengambil contoh jaringan usus halus untuk diperiksa secara
mikroskopik atau untuk analisa aktivitas enzim). Lambung dan
usus halus tidak dapat merasakan nyeri, sehingga kedua prosedur
diatas tidak menimbulkan nyeri.

1. Endoskopi.
Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan
selang/tabung serat optik yang disebut endoskop. Endoskop yang dimasukkan
melalui mulut bisa digunakan untuk memeriksa:
- kerongkongan (esofagoskopi)
- lambung (gastroskopi)
- usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).
Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk
memeriksa:
- rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi)
- keseluruhan usus besar (kolonoskopi).
2. Laparoskopi.
Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut dengan menggunakan
endoskop.Laparoskopi biasanya dilakukan dalam keadaan penderita terbius
total. Setelah kulit dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya
di dekat pusar. Kemudian endoskop dimasukkan melalui sayatan tersebut ke
dalam rongga perut.
Dengan laparoskopi dokter dapat:
- mencari tumor atau kelainan lainnya
- mengamati organ-organ di dalam rongga perut
- memperoleh contoh jaringan
- melakukan pembedahan perbaikan.

3. Rontgen
1) Foto polos perut. Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk
perut, yang tidak memerlukan persiapan khusus dari penderita. Sinar X
biasanya digunakan untuk menunjukkan suatu penyumbatan, kelumpuhan
saluran pencernaan, pola udara Abnormal di dalam rongga perut, pembesaran
organ (misalnya hati, ginjal, limpa)
2) Pemeriksaan barium.Setelah penderita menelan barium, maka barium akan
tampak putih pada foto rontgen dan membatasi saluran pencernaan,
menunjukkan kontur dan lapisan dari kerongkongan, lambung dan usus
halus. Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya
ulkus, erosi, tumor dan varises kerongkongan. Foto rontgen bisa dilakukan
pada waktu-waktu tertentu untuk menunjukkan keberadaan barium. Atau
digunakan sebuah fluoroskop untuk mengamati pergerakan barium di dalam
saluran pencernaan. Proses ini juga bisa direkam. Dengan mengamati
perjalanan barium di sepanjang saluran pencernaan, dokter dapat
menilai fungsi kerongkongan dan lambung,kontraksi kerongkongan dan
lambung, penyumbatan dalam saluran pencernaan. Barium juga dapat
diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus besar bagian bawah.
Kemudian dilakukan foto rontgen untuk menunjukkan adanya polip, tumor
atau kelainan struktur lainnya. Prosedur ini bisa menyebabkan nyeri kram
serta menimbulkan rasa tidak nyaman. Barium yang diminum atau diberikan
sebagai enema pada akhirnya akan dibuang ke dalam tinja, sehingga tinja
tampak putih seperti kapur. Setelah pemeriksaan, barium harus segera
dibuang karena bisa menyebabkan sembelit yang berarti. Obat pencahar bisa
diberikan untuk mempercepat pembuangan barium.
3) Parasentesis
Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan
mengambil cairannya. Dalam keadaan normal, rongga perut diluar saluran
pencernaan hanya mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan bisa terkumpul
dalam keadaan-keadaan tertentu, seperti perforasi lambung atau usus,
penyakit hati, kanker atau pecahnya limpa. Parasentesis digunakan untuk
memperoleh contoh cairan untuk keperluan pemeriksaan atau untuk
membuang cairan yang berlebihan.
Pemeriksaan fisik (kadang disertai dengan USG) dilakukan sebelum
parasentesis untuk memperkuat dugaan bahwa rongga perut mengandung
cairan yang berlebihan.
4) USG Perut
USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari
organ-organ dalam. USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai
organ (misalnya hati dan pankreas) dan juga bisa menunjukkan daerah
abnormal di dalamnya. USG juga dapat menunjukkan adanya cairan. Tetapi
USG bukan alat yang baik untuk menentukan permukaan saluran pencernaan,
sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor dan penyebab perdarahan di
lambung, usus halus atau usus besar.
5) Pemeriksaan Darah Samar
Perdarahan di dalam saluran pencernaan dapat disebabkan baik oleh iritasi
ringanmaupun kanker yang serius. Bila perdarahannya banyak, bisa terjadi
muntah darah, dalam tinja terdapat darah segar atau mengeluarkan tinja
berwarna kehitaman (melena). Jumlah darah yang terlalu sedikit sehingga
tidak tampak atau tidak merubah penampilan tinja, bisa diketahui secara
kimia; dan hal ini bisa merupakan petunjuk awal dari adanya ulkus, kanker
dan kelainan lainnya.
Pada pemeriksaan colok dubur, dokter mengambil sejumlah kecil tinja .
Contoh ini diletakkan pada secarik Kertas saring yang mengandung zat
kimia. Setelah ditambahkan bahan kimia lainnya, warna tinja akan berubah
bila terdapat darah.
E. Perubahan Fisik Pada Lansia Pada Sistem Pencernaan
Perubahan yang terjadi pada system pencernaan lansia adalah :
a. Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa
terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang
buruk dan gizi yang buruk.
b. Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir,
atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf
pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
c. Esofagus melebar.
d. Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung
menurun, waktu mengosongkan menurun.
e. Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
f. Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu )
g. Liver (hati), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.

F. Menjaga Kesehatan Saluran Pencernaan


Saluran pencernaan mesti dirawat sebaik-baiknya, karena jika terjadi kerusakan
akan sangat berat dan sulit untuk memperbaikinya. Ada beberapa tindakan
menjaga dan merawat saluran pencernaan dan cara mencegah penyakit saluran
pencernaan, yaitu :
1. Mencuci tangan secara cermat dengan sabun dan air sebelum menyentuh
makanan.
2. Makanan sebaiknya yang higienis.
3. Makan secara teratur dan memenuhi kebutuhan gizi yang cukup dan
seimbang.
4. Makan dalam suasana yang santai tidak tergesa-gesa. Tidaklah dianjurkan
makan dalam keadaan tegang atau gugup.
5. Jangan asal menelan, ambil cukup waktu mengunyah sehingga tercampur
dengan saliva baru kemudian menelan. Istirahat beberapa menit setelah
makan untuk memberi kesempatanpencernaan melaksanakan tugasnya.
6. Makanan cukup sederhana namun mengandung segala keperluan tubuh,
termasuk sayuran dan buah segar.
7. Hindari kegiatan mental atau berpikir yang berat setelah makan. Soalnya
darah sebagian besar dialirkan ke perut untuk mencerna makanan sehingga
waktu berpikir menjadi tidak efisien.
8. Agar lancar buang air besar dianjurkan mengkonsumsi makanan berserat
setiap harinya dan hindari makanan yang menyebabkans embelit.
Dengan rajin mengkonsumsi sayur dan buah, buang air besar (BAB)
menjadi lancar. Serat yang terdapat di dalamkeduanya bisa mendorong tinja
untuk keluar. Karena itu, anakatau orang dewasa yang kurang
mengkonsumsi buah dan sayurbiasanya akan mengalami kesulitan dalam
buang air besar.
Masa transit kotoran pun menjadi lebihsingkat karena pembuangan kotoran
berlangsung setiap hari. Tetapi jika konsumsi makanan miskin serat
akibatnya sisamakanan yang menumpuk di rektum jadi lebih lama.
Untukmembuangnya memerlukan waktu sampai volumenya cukup untuk
merangsang berak. Akhirnya terjadilah sembelit dan susahbuang air besar
karena kotoran berhenti bahkan mengeras. Kalaupun bisa dikeluarkan
biasanya akan berbentuk sepertikotoran kambing. Usus besar pun akan
bekerja lebih berat. Tak jarang buang air besar harus disertai mules-mules
terlebih dahulu untuk mendorong kotoran yang menumpuk itu. Kalau
sampaiterjadi berhari-hari tak bisa buang kotoran, dapat dibayangkan
bagaimana akibatnya.
9. Jangan menahan-nahan bila mau BAB. Biasakan diri buang air besar pada
waktu-waktu yang tertentu. Pengaruh sembelit pada tubuh. Orang yang
sering-sering menderita sembelit sering tidak merasa sehat badannya,
pusing-pusing. Hal ini desebabkan karena ada zat-zat yang sebenarnya harus
sudah dikeluarkan, diserap kembali oleh usus. Ada yang beranggapan,
bahwa sembelit lama-lama dapat mengakibatkan tumor usus,
apendisitis,luka-luka pada usus dan sebagainya. Hal ini belum atau tak
dapatdinyatakan kebenarannya. Yang terang terdapat ialah
penyerapankembali dari zat-zat yang harusnya sudah hilang. Bila hal ini
berlangsung terus menerus, tentu tubuh akan menderita.
G. Peran keluarga dan perawat gerontik dalam melakukan asuhan
keperawatan pada lansia.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh anggota keluarga dalam
melaksanakan perannya terhadap lansia yaitu :
a. Aspek Psikologis
1. Melakukan pembicaraan terarah
2. Pertahankan kehangatan keluarga
3. Membantu melakukan persiapan makan bagi lansia
4. Membantu dalam hal transportasi
5. Membantu memenuhi sumber – sumber keuangan
6. Memberikan kasih sayang
7. Menghormati dan menghargai
8. Bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia
9. Memberikan kasih sayang, menyediakan waktu, serta perhatian
10. Jangan menganggapnya sebagai beban
11. Memberikan kesempatan untuk tinggal bersama
12. Mintalah nasihatnya dalam peristiwa – peristiwa penting
13. Mengajaknya dalam acara keluarga
14. Membantu kecukupan hidupnya
15. Memberi dorongan untuk tetap mengikuti kegiatan – kegiatan
b. Aspek keperawatan
1. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam,
yang terdiri dari : zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
2. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan
hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih
seringdengan porsi yang kecil. Contoh menu : • pagi : bubur ayam jam
10.00 : roti • siang : nasi, pindang telur, sup, pepayajam 16.00 : nagasari •
malam : nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, pisang
3. Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat
memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang
terlalu asin akanmemperingan kerja ginjal serta mencegah kemungkinan
terjadinya darah tinggi. D. Batasi makanan yang manis-manis atau gula,
minyak dan makanan yangberlemak seperti santan, mentega dll.
4. Bagi pasien lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu
diperhatikanhal-hal sebagai berikut : • makanlah makanan yang mudah
dicerna • hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goring-gorengan
• bila kesulitan mengunyah karena gigirusak atau gigi palsu kurang
baik,makanan harus lunak/lembek atau dicincang • makan dalam porsi
kecil tetapi sering • makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah
sebaiknya diberikan.
5. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab
berguna pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu
makan.
6. Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur,
daging rendah lemak, bayam, dan sayuran hijau.
7. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus,
atau dipanggang kurangi makanan yang digoreng.

Lingkup Peran Dan Tanggung Jawab Perawat Gerontik


1. Lingkup askep gerontik
- pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan
- perawatan yang ditujukan u/ pemenuhan kebutuhan akibat proses penuaan
- pemulihan ditujukan u/ upaya mengatasi keterbatasan akibat proses penuaan.
2. Tanggung jawab perawat gerontik :
- Membantu klien m’oleh kesehatan scr optimal
- Membantu klien u/ memelihara kesehatannya
- Membantu klien menerima kondisinya(lansia)
- Membantu klien menghadapi ajal dgn diperlakukan scr manusiawi sampai
meninggal
Sifat Pelayanan/Asuhan Keperawatan Gerontik
- Independen
- Dependen
- Humanistik
- Holistik
Model Pemberian Pelayanan/Asuhan Keperawatan Gerontik
a. Model kasus
b. Model tim
c. Model primer
Dalam Prakteknya Keperawatan Gerontik Meliputi Peran Dan Fungsinya Sebagai
Berikut:
a. Sebagai Care Giver /Pemberi Asuhan Langsung Memberikan asuhan
keperawatan kepada lansia yang meliputi intervensi/tindakan keperawatan,
observasi, pendidikan kesehatan, dan menjalankan tindakan medis sesuai dengan
pendelegasian yang diberikan.
b. Sebagai Pendidik Klien Lansia Sebagai pendidik, perawat membantu lansia
meningkatkan kesehatannya malalui pemberian pengetahuan yang terkait
dengan keperawatan dan tindakan medic yang diterima sehingga klien/keluarga
dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya. Sebagai
pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada
kelompok keluarga yang beresiko tinggi, kadar kesehatan, dan lain sebagainya.
c. Sebagai Motivator Sebagai motivator,perawat memberikan motivasi kepada
lansia.
d. Sebagai Advokasi Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai
penghubung antar klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan
kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan membantu klien memahami
semua informasi dan upeya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan
pendekatan tradisional maupun professional. Peran advokasi sekaligus
mengharuskan perawat bertindak sebagai narasumber dan fasilitator dalam tahap
pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien.
Dalam menjalankan peran sebagai advokat, perawat harus dapat melindungi dan
memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.
e. Sebagai Konselor : Memberikan konseling/ bimbingan kepada lansia, keluarga
dan masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai prioritas. Konseling diberikan
kepada individu/keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan
dengan penglaman yang lalu, pemecahan masalah difokuskan pada masalah
keperawatan, mengubah perilaku hidup kea rah perilaku hidup sehat.

Fungsi Perawat Gerontik


Menurut Eliopoulous tahun 2008 fungsi dari perawat gerontology adalah :
a. Membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat.
b. Menghilangkan perasaan takut tua.
c. Menghormati hak orang dewasa lebih tua dan memastikan yang lain
melakukan hal yang sama.
d. Memantau dan mendorong kualitas pelayanan.
e. Memperhatikan serta mengurangi risiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan.
f. Mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan.
g. Mendengarkan dan memberi dukungan.
h. Memberikan semangat, dukungan, dan harapan.
i. Menghasilkan, mendukung, menggunakan, dan berpartisipasi dalam
penelitian.
j. Melakukan perawatan rehabilitatif.
k. Mengoordinasi dan mengatur perawatan.
l. Mengkaji, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi perawatan
individu dan perawatan secara menyeluruh.
m. Memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan.
n. Membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli di bidangnya.
o. Saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, sosial, dan spiritual.
p. Mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempat.
q. Memberikan dukungan dan kenyamanan dalam menghadapi proses kematian.
r. Mengajarkan untuk meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang
optimal.

Tugas-Tugas Perawat Dalam Setiap Teori Penuaan


1. Tugas Perawat dalam Teori Biologi Perawatan yang memperhatikan kesehatan
objektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami klien lansia semasa
hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa
dicapai dikembangkan, penyakit yang dapat dicegah atau ditekan
progresifitasnya.Perawatan fisik secara umum bagi klien lansia dapat dibagi atas
2 bagian yakni :
 Klien lansia yang masih aktif, dimana keadaan fisiknya masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannnya sehari-hari
masih mampu melakukan sendiri.
 Klien lansia yang pasif atau tidak dapat bangun, dimana keadaan fisiknya
mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar
perawatan klien lansia ini terutama hal-hal yang berhubungan dengan
kebersihan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya. Kebersihan
perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya
penyakit/peradangan mengingat sumber infeksi dapat timbul bila kebersihan
kurang mendapat perhatian. Disamping itu kemunduran kondisi fisik akibat
proses penuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan
atau serangan infeksi dari luar. Untuk klien lansia yang aktif dapat diberikan
bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan,
kebersihan kuku dan rambut, kebersihan tempat tidur serta posisinya, hal
makan, cara memakan obat, dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau
sebaliknya. Komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah
memperhatikan dan membantu para klien lansia untuk bernafas dengan
lancar, makan (termasuk memilih dan menentukan makanan), minum
melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tutbuh waktu berjalan, duduk,
merubah posisitiduran, beristrahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar
pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dari kecelakaan.

Pengkajian
Untuk mengetahui kemampuan dan kekuatan lansia baik secara fisik, psikologis,
social dan spiritual, maka perlu dilakukan pengkajian terhadap secara menyeluruh
menyangkut aspek tersebut.
1. Fisik / biologis
Pengkajian fisik / biologis dilakukan dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Riwayat kesehatan lansia dikaji
dengan menanyakan tentang:
- pandangan lansia tentang kesehatannya
- kegiatan yang mampu dilakukan lansia
- kekuatan fisik lansia : kekuatan otot, sendi, penglihatan, pendengaran
- kebiasaan lansia merawat diri sendiri
- kebiasaan makan, minum, istirahat / tidur, buang air besar / kecil
- kebiasaan gerak badan / olahraga
- perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan
- kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan minum obat
- masalah-masalah seksual yang dirasakan
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara periksa pandang, perabaan, ketok dan
dengar untuk mengetahui perubahan system tubuh, antara lain : system
integument, muskuloskletal, respirasi, kardiovaskuler, perkemihan, persyarafan,
dan fungsi sensoris misalnya : penglihatan, pendengaran, pengecapan dan
penciuman.

2. Psikologis
Pemeriksaaan psikologis dilakukan saat berkomunikasi dengan lansia untuk
melihat fungsi kognitif termasuk daya ingat, proses berfikir, dan juga perlu dikaji
alam perasaan, orientasi terhadap realitas dan kemampuan lansia dalam
penyelesaian masalahnya.
Perubahan yang umum terjadi antara lain : daya ingat yang menurun. Proses fikir
yang lambat dan adanya perasaan sedih serta merasa kurang diperhatikan. Hal-
hal yang perlu dikaji pada lansia meliputi :
- apakah mengenal masalah-masalah utamanya
- apakah optimis memandang sesuatu dalam kehidupan
- bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
- apakah merasa dirinya dibutuhkan atau tidak
- bagaimana mengatasi masalah atau stress yang dialami
- apakah mudah untuk menyesuaikan diri
- apakah lansia sering mengalami kegagalan
- apa harapan sekarang dan yang akan dating. Dll
3. Sosial – ekonomi
Penilaian sosial dilihat dari bagaimana lansia membina keakraban dengan teman
sebaya maupun dengan lingkungannya dan bagaimana keterlibatan lansia dalam
organisasi social. Status ekonomi juga turut mempengaruhi yaitu dari
penghasilan yang mereka peroleh.
Perasaan sejahtera dalam kaitannya dengan social ekonomi, hal inipun terkait
dengan harga dirinya. Lansia yang mempunyai penghasilan tentu merasa dirinya
berharga karena masih mampu menghasilkan sesuatu untuk dirinya sendiri dan
orang lain. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
- apa saja kesibukan lansia
- dari mana saja sumber keuangannya
- dengan siapa ia tinggal
- kegiatan organisasi social apa yang diikuti lansia
- bagaimana pandangan lansia berhubungan dengan orang lain diluar rumah
- siapa saja yang biasa mengunjunginya
- seberapa besar ketergantungannya
- apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yg ada
4. Spiritual
Penilaian spiritual terkait dengan keyakinan agama yang dimiliki manusia dan
sejauhmana keyakinan tersebut dapat menjalankan ibadahnya dengan baik,
keyakinan tersebut benar-benar diresapi dalam kehidupan sehari-hari ia akan
lebih mudah menyesuaikan diri terhadap proses penuaan. yang perlu dikaji pada
lansia :
- apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya
- apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan, misalnya penyantunan anak yatim atau fakir miskin dan lain-
lain
- bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah, apakah dengan berdoa jika
menghadapi masalah
- apakah lansia terlihat sabar dan tawakal

Dari hasil pengkajian atau data-data yang diperoleh dari pertanyaan diatas dapat
dianalisa / disimpulkan, dirumuskan masalah atau diagnosa keperawatan yang
mungkin timbul pada lansia. Beberapa masalah keperawatan yang umum
ditemukan pada lansia antara lain :
A. Fisik / biologi
- gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pemasukan makanan yang tidak adekuat
- gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan pendengaran /
penglihatan
- kurangnya perawatan diri berhubungan dengan penurunan minat dalam
merawat diri
- resiko cedera fisik : jatuh berhubungan dengan penyesuaian terhadap
penurunan fungsi tubuh tidak adekuat
- perubahan pola eliminasi berhubungan dengan pola makan yang tidak
efektif
- gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri
- gangguan pola napas berhubungan dengan penyempitan jalan napas atau
adanya sekret pada jalan napas
- gangguan mobilisasi berhubungan dengan kekakuan sendi dan lain-lain
B. Psikologis - sosial
- menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu
- isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga
- depresi berhubungan dengan isolasi sosial
- harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak
- koping yang tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan
mengungkapkan perasaan secara tepat
- cemas berhubungan dengan sumber keuangan terbatas.
C. Spiritual
- reaksi berkabung atau berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan
- penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan ketidaksiapan
menghadapi kematian
- marah terhadap tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami
- perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan
ibadah secara tepat.

2. Perencanaan
Sesuai dengan permasalahan yang dialami lansia disusun perencanaan dengan
tujuan agar lansia / keluarga dan tenaga kesehatan terutama perawat baik yang
melakukan perawatan di rumah maupun dipanti dapat membantu lansia,
sehingga dapat berfungsi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan
kondisi fisik, psikologis dan sosial dengan tidak tergantung pada orang lain.
Tujuan tindakan keperawatan pada lansia diarahkan untuk pemenuhan
kebutuhan dasar antara lain :
1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
2. Meningkatnya keamanan dan keselamatan
3. Memelihara kebersihan diri
4. Memelihara keseimbangan istirahat / tidur
5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi yang efektif

Tindakan keperawatan :
1.Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Peran pemenuhan gizi pada lansia adalah untuk mempertahankan kesehatan dan
kebugaran dan memperlambat timbulnya penyakit degeneratif seperti kerapuhan
tulang (osteoporosis) dan penyakit yang terjadi pada lansia sehingga dapat
menjamin hari tua yang sehat dan tetap aktif. Gangguan nutrisi pada lansia dapat
disebabkan oleh factor fisik, psikologi dan sosial. Penurunan alat penciuman dan
pengecapan, pengunyahan kurang sempurna dan rasa kurang nyaman saat makan
karena gigi geligi kurang lengkap, rasa penuh diperut dan sukar buang air besar
karena melemahnya otot lambung dan usus akan menyebabkan nafsu makan
lansia kurang. Perubahan peran karena tugas-tugas perkembangan pada lansia
menyebabkan timbulnya kecemasan dan putus asa, dapat menyebabkan lansia
menolak makan atau makan berlebihan. Seringkali keluarga / lingkungan sangat
melindungi lansia, tidak memberi kesempatan untuk menentukan keinginan
lansia, hal inipun menyebabkan ia menolak makan atau makan berlebihan

Masalah gizi yang sering timbul pada lansia adalah :


- Gizi berlebihan ;Kebiasaan makan banyak waktu muda sukar dirubah. Apabila
pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas dapat
menyebabkan berat badan berlebihan. Kegemukan merupakan salah satu
pencetus berbagai penyakit, misalnya penyakit jantung, penyempitan
pembuluh darah, kencing manis, tekanan darah tinggi dan sebagainya.
- Gizi berkurang: Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan
menyebabkan berat badan berkurang dari normal. Bila pemenuhan protein pun
berkurang dapat menyebabkan banyak kerusakan sel yang tidak dapat
diperbaiki misalnya : rambut cepat rontok, daya tahan terhadap penyakit organ
tubuh yang vital. Gizi kurang dapat disebabkan oleh masalah sosial ekonomi
gangguan penyakit, serta ketidaktahuan keluarga akan makanan bergizidan
kebiasaan makanan yang salah dari usia mudah.
- Kekurangan vitamin : Disebabkan karena kekurangan konsumsi buahdan
sayuran dalam makanannya. Apalagi bila hal ini ditambah dengan kekurangan
protein dalam makanan.
- Kelebihan vitamin : Sering usia lanjut mencoba bermacam-macam vitamin
tanpa resep dokter, yang sebenarnya tidak mereka perlukan. Dosis yang
berlebihan dari vitamin ini akan terbuang tanpa guna dan mempertinggi biaya.

Kebutuhan gizi pada lansia kurang lebih sama dengan kebutuhan nutrisi pada orang
dewasa normal, hanya yang mungkin diubah adalah jenis yang utama, bentuk dan
pengurangan porsi untuk mengimbangi aktivitasnya.
- Kalori, pada lansia pria adalah 2.100 kalori sedangkan untuk wanita adalah
1.700 kalori, kebutuhan tersebut dapat dimodifikasikan tergantung keadaan
usia lanjut, misalnya gemuk atau kurus atau disertai penyakit lain (kencing
manis, dll).
- Karbohidrat, dianjurkan 60% dari jumlah kalori. Berikan golongan gula
yang mudah diserap karena tidak mengalami pengubahan lebih lanjut pada
proses metabolisme, misalnya madu, nasi, buah-buahan yang manis.
- Lemak, pemakaian yang berlebihan tidak dianjurkan karena menyebabkan
timbulnya hambatan pada pencernaan dan terjadinya penyakit. Berikan 15
% - 20 %dr total kalori yg dibutuhkan.
- Vitamin & mineral, kebutuhannya sama dgn usia muda.pemenuhan
kebutuhan didapatkan dr makanan berupa sayur-sayuran & buah-buahan.
- Air, kebutuhan sekitar 6-8 gls/hr krn menurunnya fx ginjal & mencegah
konstipasi maka pemasukan air yg banyak sgt dianjurkan.
Rencana makanan untuk lansia
- Berikan makanan porsi kecil tapi sering
- Banyak minum & kurangi makan: dapat meringankan pekerjaan ginjal &
dapat memperlancar pengeluaran sisa makanan, hindari makanan yang
terlalu asin
- Beri makanan yg mengandung serat,agar buang air besar menjadi mudah &
teratur
- Batasi pemberian mkanan yang mengandung tinggi kalori agar badan
dalam keadaan seimbang seperti: gula,makanan manis,minyak,makanan
berlemak.
- Membatasi minum kopi dan teh, bila perlu diencerkan untuk merangsang
gerakan usus & menambah nafsu makan.
2. Meningkatkan keamanan & keselamatan lansia
Kecelakaaan sering terjadi pada lansia antara lain: jatuh, kecelakaan lalu lintas
dan kebakaran. Hal ini berkaitan dengan proses penuaan dimana fleksibilitas dari
kaki mulai berkurang, ditandai dengan timbulnya masalah mobilisasi akibat
nyeri, pada sendi-sendi. Situasi tersebut menyebabkan usila tidak mampu
menyanggah tubuhnya dengan baik.Selain itu penurunan fungsi pengindaraan
dan pendengaran menyebabkan lansia tidak dapat mengamati situasi
sekitarnya,sehingga sering terjadi bahaya kecelakaan lalu lintas dan luka baker.
Selanjutnya, kecelakaan / jatuh dapat puola akibat lingkungan yang tidak tepat
untuk lansia, misalnya pencahayaan yang kurang, lantai yang licin atau tidak
rata, tangga yang tidak diberi tanda pengaman, kursi atau tempat tidur yang
mudah bergerak.Untuk mencegah resiko kecelakaan diatas, beberapa tindakan
yang harus dilakukan antara lain:
Klien / lansia
- Bbiarkan lansia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan keselamatan.
- Latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi
- Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur jika tidur
- Jika klien mengalami masalah fisik, misalnya rematik, gangguan
persyarafan, latih klien untuk berjalan dan latih klien menggunakan alat
bantu berjalan
- Bantu klien berjalan ke kamar mandi, terutama untuk lansia yang
menggunakan obat penenang atau diuretika
- Menggunakian kacamata jika berjalan atau melakukan sesuatu
- Usahakan ada yang menemani jika bepergian.

Lingkungan
- tempatkan klien diruangan khusus dekat ke kantor sehingga mudah di
observasi apabila lansia dirawat diruang perawatan lansia
- letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara menggunakannya
- gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi
- letakkan meja kecil dekat tempat tidur agar lansia mudah menempatkan alat-
alat yang selalu digunakan
- upayakan lantai bersih, rata, tidak licin dan basah
- kunci semua peralatan yang menggunakan roda untuk lansia yang
menggunakan
- pasang pegangan dikamar mandi
- hindari lampu yang redup dan menyilaukan
- sebaiknya gunakan lampu 70 atau 100 watt
- jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan klie lansia untuk memejamkan
mata sesaat
- gunakan sandal atau sepatu yang beralas karet

Memelihara kebersihan diri


Akibat proses penuaan, sebagian lansia mengalami kemunduran / motivasi untuk
melakukan perawatan diri secara teratur. Kadang kala kurangnya perawatan diri
pada lansia akibat penurunan daya ingat, sehingga tidak dapat melakukan upaya
kebersihan diri secara tepat dan teratur. Hal ini juga berkaitan dengan kebiasaan
lansia pada usia muda. Jika usila tersebut pada saat mudanya orangnya rapi, tentu
ia akan tetap melakukan aktivitas perawatan diri dengan baik, perawatan diri yang
kurang dapat pula akibat dari kelemahan atau ketidakmampuan fisik lansia. Akibat
dari proses penuaan kelenjar keringat berkurang seringkali kulit lansia bersisik dan
kering. Upaya yang dilakukan untuk kebersihan diri antara lain:
- mengingatkan atau membantu lansia untuk melakukan upaya kebersihan diri
misalnya, cuci rambut, sikat gigi, ganti pakaian, dll.
- menganjurkan lansia untuk menggunakan sabun lunak yang mengandung
miyak atau berikan skin lotion
- mengingatkan / membantu lansia untuk membersihkan lubang telinga, mata,
dan gunting kuku

3. Pelaksanaan
Semua tindakan yang telah direncanakan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
lansia.Hal-hal yang perlu diperhatikan:
- Berbicara dengan lembut dan sopan
- Memberikan penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dilakukan
berulan kali, jika perlu dengan gambar
- Memberikan kesempatan pada lansia untuk bertanya

4. Penilaian
Setiap tindakan yang telah dilakukan perlu dievaluasi / dinilai baik verbal maupun
non verbal untuk mengetahui sejauh mana lansia atau keluarga mampu melakukan
apa yang telah dianjurkan.contoh: aplikasi asuhan keperawatan pada lansia

Diagnosa keperawatan:
resiko terjadi cedera fisik: jatuh berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
dan pandangan.
- Tujuan jangka panjang: Lansia dapat memelihara kemanan dan keselamatan dan
tidak terjadi trauma fisik
- Tujuan jangka pendek: setelah tindakan keperawatan, lansia dapat:
1. Mengidentifikasi hal-hal yang mungkin terjadi akibat penglihatan berkurang
2. Melakukan aktivitas sehari-hari tanpa trauma fisik

Intervensi keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
2. Jelaskan penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan
3. Jelaskan kebutuhan, keamanan, dan keselamatan akibat penurunan fungsi
tubuh
4. Ciptakan lingkungan atau ruangan yang cukup penerangan, lantai tidak licin
dan basah
5. Hindari lantai kamar mandi dan wc yang licin dan beri pegangan dan pasang
bel
6. Dekatkan barang-barang keperluannya seperti: kacamata, sikat gigi, alat cukur,
dll.
7. Letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara penggunaannya bila perlu
bantuan
8. Perhatian khusus pada lansia yang baru dapat jalan belum siap mobilisasi atau
lansia dengan lingkungan baru
9. Ajarkan cara menggunakan alat bantu, pindah / turun dari tempat tidur, bangun
pada malam hari untuk bak
10. Jelaskan efek samping dari obat dan cara-cara minum obat. Ulangi dan perkuat
instruksi dengan instruksi tulisan.
11. Libatkan keluarga dalam perawatan lansia
12. Ulangi penjelasan-penjelasan bila diperlukan dengan kata-kata sederhana dan
spesifik

5. Evaluasi
Setelah selesai melakukan tindakan keperawatan perlu dikaji respon verbal dan
non verbal lansia / keluarga terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan
dengan mengacu pada tujuan. Hasil pengkajian digunakan untuk menyusun
rencana tindak lanjut keperawatan.
Selain asuhan keperawatan individu pada lansia, dapat dilakukan asuhan
keperawatan keluarga lansia, yang ditujukan untuk asuhan keperawatan keluarga
di rumah.
A. Kasus 2 : Asuhan Keperawatan lansia dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi
dan cairan ( perubahan sistem pencernaan pada lansia )

“ perutku sakit bagai ditusuk sembilu .... “


Askep kasus

Ibu Nani berusia 75 tahun tinggal dengan anak pertamanya, menantu dan 2
orang cucu, keadaan fisiknya sudah mengalami ompong dan giginya tinggal 3 pada
bagian depan sehingga sulit untuk mengunyah makanan yang keras. Kebiasaan
makan tidak teratur dan tidak pernah melakukan olahraga membuat kondisi
fisiknya kian menurun. Ibu Nani memliki riwayat gastritis 3 tahun yang lalu. Saat
ini ibu Nani sedang mengalami diare karena pola makannya yang suka
mengkonsumsi makanan yang pedas dan asam.

B. Teori penuaan yang terkait dengan kondisi klien


· Teori biologis yaitu teori jam genetik menurut hayflick (1965), secara genetik
sudah terprogram bahwa material di dalam inti sel dikatakan bagaikan memiliki jam
genetik terkait dengan frekuensi mitosis. Teori ini didasarkan pada kenyataan
bahwa spesies-spesies tertentu memiliki harapan hidup (life span) yang tertentu
pula. Manusia yang memiliki rentang kehidupan maksimal sekitar 110 tahun, sel-
selnya diperkirakan hanya mampu membelah sekitar 50 kali, sesudah itu akan
mengalami deteriorasi.
· Teori mutagenesis somatik bahwa begitu terjadi pembelahan sel (mitosis), akan
terjadi mutasi spontan yang terus-menerus berlangsung dan akhirnya mengarah
pada kematian sel.
· Teori sistem imun adalah kopetensi yang menurun dapat mengakibatkan
terjadinya peningkatan infeksi, penyakit autoimun dan kanker.

C. Perubahan akibat proses penuaan terkait kondisi klien berhubungan dgn


gastrointestinal
· Berkurangnya intake makanan akibat kerusakan gigi atau ompong.
· Berkurangnya kemampuan mengunyah makanan (makanan keras) akibat
kerusakan gigi atau ompong.
· Esophagus (kerongkongan) mengalami pelebaran.
· Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesori menurun.
· Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
· Gerakan usus atau gerak peristaltik lemah sehingga menyebabkan produksi
hormon dan enzim pencernaan dan biasanya menimbulkan konstipasi.
· Penyerapan makanan diusus menurun.

D. Data – data yang diperlukan pada klien tersebut diatas

1. Tanda – tanda vital


• terjadi peningkatan suhu tubuh
• terjadi peningkatan frekuensi pernafasan dan kedalaman pernafasan (normal : 14
– 20 x/mnt)
• peningkatan frek. Denyut nadi (normal : 60-100 x/mnt), nadi lemah
• tekanan darah menurun

2. Pemeriksaan fisik :
• kulit kering dan agak kemerahan
• turgor kulit menurun (lansia kurang akurat)
• lidah kering dan kasar
• mata cekung
• penurunan bb yang terjadi scr tiba2/drastis (± 1kg)
• bising usus menigkat (15x/menit)
• bab ≥4x/ hari.

3. Perilaku : gelisah, lemah, pusing, tidak nafsu makan, mual dan muntah, kehausan
(pada lansia kurang signifikan), dan terjadi penurunan jumlah urin
E. Identifikasi masalah yang muncul dari masalah diatas didapatkan data :

a. gigi tinggal 3 (pada bagian depan).


b. sulit mengunyah makanan khususnya makanan keras.
c. makan tidak teratur.
d. tidak pernah melakukan olahraga.
e. pola makan klien, klien suka mengkonsumsi makanan pedas dan asam. Jadi
masalah yang mungkin terjadi pada ny. N adalah :
Masalah : kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan
muntah serta intake terbatas (mual) ditandai dengan klien bab > klien tidak pernah
melakukan olahraga

F. Asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada klien tersebut

Format pengkajian lanjut usia


Riwayat medis / evaluasi fisik :
I. Pengkajian
Identitas pasien :
Nama : Ny.N
Jenis kelamin : Wanita
Usia : 75 tahun
Riwayat penyakit :
Dahulu : Gastritis 3 tahun yang lalu
Sekarang : Diare

Riwayat medis
1. Keluhan utama pasien ( dalam bahasa penderita/keluarga ) ny. N mengalami diare
pada jam 8 hari rabu.
2. Riwayat pembedahan/operasi ny. N tidak dilakukan operasi sebelumnya pada ny.
N
3. Riwayat opname rumah sakit ny. N tidak pernah di opname sebelumnya di rs
4. Riwayat kesehatan lain
Rencana Keperawatan
a. Pencegaahan Primer
· jika terjadi malnutrisi diberikan makanan melalui ngt.
· mempertahankan nutrisi yang adekuat dengan ekseimbangan elektrolit.
· mencari bantuan medis jika diare tetap terjadi
b. Pencegahan sekunder
· mempertahankan diet yang seimbang
· melakukan penyuluhan kepada klien/ keluarga tentang diare.
· 4x/hr, mengeluh mual, terlihat muntah.

II. DATA FOKUS


Data Objektif Data subjektif
1. Pasien mengatakan bahwa ia suka 1. Diare selama 10 hari, anemis,
makan pedas dan asam, makan tidak lemas,
teratur, mempunyai riwayat gastritis 3 2. Jumlah gigi 3 dibagian depan,
tahun yang lalu. lemas, anemis
2. Pasien mengatakan bahwa ia males 3. BAB >4x/hr
makan, mempunyai riwayat gastritis 3 4.BB menurun
tahun yang lalu, merasa haus.
3. Pasien mengatakan ia mengalami
kesulitan dalam mengunyah makanan
keras, makan tidak teratur

III. Analisa Data

NO DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI


KEPERAWATAN
1 DS: Diare Iritasi terhadap saluran
pencernaan
Pasien mengatakan
bahwa ia suka
makan pedas dan
asam, makan tidak
teratur, mempunyai
riwayat gastritis 3
tahun yang lalu
DO:
1.Diare selama 10
hari ,
2.BAB >4x/hari
3.BB menurun
2 DS: Kekurangan volume Kehilangan cairan
Pasien mengatakan cairan
bahwa ia males
makan, mempunyai
riwayat gastritis 3
tahun yang lalu,
merasa haus
DO:
1.Diare selama 10
hari, anemis, lemas,
2.BAB >4x/hari

3 DS: ketidakseimbangan nutrisi Pola makan tidak teratur


Pasien mengatakan : kurang dari kebutuhan
ia mengalami
kesulitan dalam
mengunyah
makanan keras,
makan tidak teratur
DO:
1.Jumlah gigi 3
dibagian depan,
lemas, anemis.
2.BB menurun

IV. Diagnosa keperawatan


1. Diare b.d Iritasi terhadap saluran pencernaan
2. Kekurangan volume cairan b.d Kehilangan cairan
3. ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan b.d Pola makan tidak teratur

V.Intervensi
1. Diare berhubungan dengan iritasi pada saluran pencernaan
Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diare dapat teratasi
dengan kriteria hasil Frekuensi BAB berkurang, BB normal
intervensi :
1. Monitor tanda dan gejala diare
2. Identifikasi faktor penyebab
3. Pantau warna, volume, frequensi,dan consistensi feses setiap kali BAB
4. Evaluasi asupan nutrisi klien
5. Kolaborasi : Instruksikan kepada pasien untuk mengurangi makanan yang pedas
dan asam.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan


Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda
dehidrasi
Intervensi :
1. Berikan cairan oral dan parenteral
Rasional : sesuai dengan program rehidrasi
2. Pantau intake dan output.
Rasional : Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama
feses.
3. Memberikan informasi status keseimbangan cairan
Rasional : untuk menetapkan kebutuhan cairan pengganti.
4. Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium
Rasional : Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa.
5. Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif
Rasional : Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare
diketahui.

3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan pola


makan tidak teratur
Tujuan dan kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24
jam kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil Pola makan teratur, BB
normal
Intervensi :
1. Monitor intake nutrisi
2. Tanyakan apakah pasien memiliki riwayat alergi
3. Sarankan untuk makan makanan ringan tapi sering
4. Timbang berat badan setiap waktu
5. Bantu pasen menentukan program pemenuhan nutrisi
6. Sarankan pasien untuk memasang gigi palsu.
7. Ajarkan perawatan gigi palsu

Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah
serta intake terbatas (mual) ditandai dengan klien bab >
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan
peningkatan peristaltic usus ditandai dengan klien mengeluh susah makan, bb turun.
3. Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik ditandai dengan klien mengeluh nyeri di
abdomen, meringis sakit.
4. Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan klien ditandai dengan
keluarga mengeluh cemas, terlihat cemas.
5. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi
b.d pemaparan informasi terbatas ditandai dengan keluarga klien bertanya tentang
keadaan klien.

· Dx. 1 : Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan
muntah serta intake terbatas (mual) ditandai dengan klien bab >
o Tujuan : kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda
dehidrasi
o intervensi rasional
1. kolaborasi pelaksanaan terapi definitif
2. menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa
3. kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium
4. memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan
cairan pengganti.
5. sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama feses.
6. pantau intake dan output.
berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi 4x/hr, mengeluh
mual, terlihat muntah.
· Dx.2 : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi
nutrien dan peningkatan peristaltic usus ditandai dengan klien mengeluh susah
makan, bb turun.
o Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan berat badan
o intervensi rasional
1. kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi
2. pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien
memungkinkan.
3. bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet
4. pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan
peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi.
5. pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera
mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan
6. menurunkan kebutuhan metabolik
7. pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.
8. pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui

· Dx.3 : nyeri (akut) b.d hiperperistaltik ditandai dengan klien mengeluh nyeri di
abdomen, meringis sakit.
o Tujuan : nyeri berkurang
o Intervensi rasional
1. Melakukan pembicaraan terarah
2. Kaji keluhan nyeri dengan visual analog scale (skala 1-5), perubahan karakteristik
nyeri, petunjuk verbal dan non verbal
3. Lindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi
4. Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan air setelah defekasi dan
berikan perawatan kulit
5. Tingkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian kliendan meningkatkan
kemampuan koping
6. Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase
punggung dan kompres hangat abdomen
7. Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri
8. Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi
9. Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
10. Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai
indikasi.Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan
spasme traktus gi dapat diberikan sesuai indikasi klinis
· Dx.4 : kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan klien ditandai dengan
keluarga mengeluh cemas, terlihat cemas.
o Tujuan : keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.
o Intervensi : rasional
1. dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik
tentang mekanisme koping yang tepat membantu mengidentifikasi penyebab
kecemasan dan alternatif pemecahan masalah tekankan bahwa kecemasan adalah
masalah yang umum terjadi pada keluarga klien yang orang tuanya mengalami
masalah yang sama
2. membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya
orang yang mengalami masalah yang demikian
3. ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam
membantu klien mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan
kecemasan.

· Dx.5 : kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan


terapi b.d pemaparan informasi terbatas ditandai dengan keluarga klien bertanya
tentang keadaan klien.
o Tujuan : keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan klien, serta
mampu mendemonstrasikan perawatan kliendi rumah.
o Intervensi : rasional
1. kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan
tentang penyakit dan perawatan klien efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh
kesiapan fisik dan mental serta latar belakang pengetahuan sebelumnya.
2. Jelaskan tentang proses penyakit, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari.
3. Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga
klien dan keluarga dalam proses perawatan klien jelaskan tentang tujuan pemberian
obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek samping yang mungkin timbul
meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan.
4. Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi meningkatkan
kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan diri klien.

Bab V
Penutup

A. Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah ini dapat dijelaskan sebagai berikut mekanisme
dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah gangguan motilitas usus,
hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat).

B. Saran

Kami berharap para pembaca dapat memahami pembahasan makalah kami


tentangAsuhan Keperawatan Lansia dengan Gangguan Sistem Pencernaan, saran
kami adalah agar setiap calon perawat dapat memaksimalkan pengetahuanya dan
tidak pernah berhenti untuk terus belajar dan bekerja dengan kemampuan yang
maksimal dan intergritas kerja yang baik
Daftar Pustaka

Darmojo R.B, Martono H, (2008), Buku Ajar Geriatri, Edisi 2, Balai penerbit
FKUI, Jakarta
Price SA, Lorraine M, (2008), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
Buku 1, Edisi IV, EGC, Jakarta
Mansjoer a,dkk,(2009), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid I, Media
Euskulapius FKUI, Jakarta
Bruner & Sudart, (2008), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8,
EGC, Jakarta
FKUI, (2000), Kumpulan Makalah Pelatihan Askep Keluarga, Jakarta
Capernito L.J, (2008), Rencana Askep dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 2,
EGC, Jakarta
Engram B, (2008), Rencana askep medikal bedah, Edisi !, EGC, Jakarta
Tuker SM et al, (2008),Standard Perawatan Pasien, Vol 2, Edisi V, EGC, Jakarta
Suparman dkk, (2008), Ilmu Penyakit Dalam , Jilid 2, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Price & wilson 2008, patofisologi-konsep klinis proses-proses penyakit, buku 1,
ed.4, egc, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai