KEPERAWATAN GERONTIK
“PENCERNAAN”
Pengertian
Gerontik berasal dari kata gerontology dan geriatric. Gerontologi adalah
cabang ilmu yang membahas atau menangani tentang proses penuaan dan masalah
yang timbul pada orang yang berusia lanjut. Sedangkan geriatric berkaitan dengan
penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang berlanjut usia. Keperawatan
gerontik adalah suatu bentuk pelayanan professional yang didasarkan ilmu dan
kiat/tekhnik keperawatan gerontik yang berbentuk bio-psiko-sosio-kultural dan
spiritual yang komprehensif, ditujukan pada klien lanjut usia baik sehat maupun
sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan komunitas/masyarakat.
Menurut undang-undang no.13/th 2008 bab i pasal 1 ayat 2 seseorang yang
mencapai usia 60 tahun keatas
Mengapa menjadi tua?
Tahap dewasa merupakan tahap tumbuh mencapai titik perkembangan yang
maksimal. Setelah itu tumbuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah
sel-sel yang adadidalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan menglami
penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses memghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan
mempertahankan fungsi normal sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 2008). Seiring dengan
proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau
yang biasa disebut sebagai penyakit degenerative.
1. Endoskopi.
Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan
selang/tabung serat optik yang disebut endoskop. Endoskop yang dimasukkan
melalui mulut bisa digunakan untuk memeriksa:
- kerongkongan (esofagoskopi)
- lambung (gastroskopi)
- usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).
Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk
memeriksa:
- rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi)
- keseluruhan usus besar (kolonoskopi).
2. Laparoskopi.
Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut dengan menggunakan
endoskop.Laparoskopi biasanya dilakukan dalam keadaan penderita terbius
total. Setelah kulit dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya
di dekat pusar. Kemudian endoskop dimasukkan melalui sayatan tersebut ke
dalam rongga perut.
Dengan laparoskopi dokter dapat:
- mencari tumor atau kelainan lainnya
- mengamati organ-organ di dalam rongga perut
- memperoleh contoh jaringan
- melakukan pembedahan perbaikan.
3. Rontgen
1) Foto polos perut. Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk
perut, yang tidak memerlukan persiapan khusus dari penderita. Sinar X
biasanya digunakan untuk menunjukkan suatu penyumbatan, kelumpuhan
saluran pencernaan, pola udara Abnormal di dalam rongga perut, pembesaran
organ (misalnya hati, ginjal, limpa)
2) Pemeriksaan barium.Setelah penderita menelan barium, maka barium akan
tampak putih pada foto rontgen dan membatasi saluran pencernaan,
menunjukkan kontur dan lapisan dari kerongkongan, lambung dan usus
halus. Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya
ulkus, erosi, tumor dan varises kerongkongan. Foto rontgen bisa dilakukan
pada waktu-waktu tertentu untuk menunjukkan keberadaan barium. Atau
digunakan sebuah fluoroskop untuk mengamati pergerakan barium di dalam
saluran pencernaan. Proses ini juga bisa direkam. Dengan mengamati
perjalanan barium di sepanjang saluran pencernaan, dokter dapat
menilai fungsi kerongkongan dan lambung,kontraksi kerongkongan dan
lambung, penyumbatan dalam saluran pencernaan. Barium juga dapat
diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus besar bagian bawah.
Kemudian dilakukan foto rontgen untuk menunjukkan adanya polip, tumor
atau kelainan struktur lainnya. Prosedur ini bisa menyebabkan nyeri kram
serta menimbulkan rasa tidak nyaman. Barium yang diminum atau diberikan
sebagai enema pada akhirnya akan dibuang ke dalam tinja, sehingga tinja
tampak putih seperti kapur. Setelah pemeriksaan, barium harus segera
dibuang karena bisa menyebabkan sembelit yang berarti. Obat pencahar bisa
diberikan untuk mempercepat pembuangan barium.
3) Parasentesis
Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan
mengambil cairannya. Dalam keadaan normal, rongga perut diluar saluran
pencernaan hanya mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan bisa terkumpul
dalam keadaan-keadaan tertentu, seperti perforasi lambung atau usus,
penyakit hati, kanker atau pecahnya limpa. Parasentesis digunakan untuk
memperoleh contoh cairan untuk keperluan pemeriksaan atau untuk
membuang cairan yang berlebihan.
Pemeriksaan fisik (kadang disertai dengan USG) dilakukan sebelum
parasentesis untuk memperkuat dugaan bahwa rongga perut mengandung
cairan yang berlebihan.
4) USG Perut
USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari
organ-organ dalam. USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai
organ (misalnya hati dan pankreas) dan juga bisa menunjukkan daerah
abnormal di dalamnya. USG juga dapat menunjukkan adanya cairan. Tetapi
USG bukan alat yang baik untuk menentukan permukaan saluran pencernaan,
sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor dan penyebab perdarahan di
lambung, usus halus atau usus besar.
5) Pemeriksaan Darah Samar
Perdarahan di dalam saluran pencernaan dapat disebabkan baik oleh iritasi
ringanmaupun kanker yang serius. Bila perdarahannya banyak, bisa terjadi
muntah darah, dalam tinja terdapat darah segar atau mengeluarkan tinja
berwarna kehitaman (melena). Jumlah darah yang terlalu sedikit sehingga
tidak tampak atau tidak merubah penampilan tinja, bisa diketahui secara
kimia; dan hal ini bisa merupakan petunjuk awal dari adanya ulkus, kanker
dan kelainan lainnya.
Pada pemeriksaan colok dubur, dokter mengambil sejumlah kecil tinja .
Contoh ini diletakkan pada secarik Kertas saring yang mengandung zat
kimia. Setelah ditambahkan bahan kimia lainnya, warna tinja akan berubah
bila terdapat darah.
E. Perubahan Fisik Pada Lansia Pada Sistem Pencernaan
Perubahan yang terjadi pada system pencernaan lansia adalah :
a. Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa
terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang
buruk dan gizi yang buruk.
b. Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir,
atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf
pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
c. Esofagus melebar.
d. Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung
menurun, waktu mengosongkan menurun.
e. Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
f. Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu )
g. Liver (hati), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.
Pengkajian
Untuk mengetahui kemampuan dan kekuatan lansia baik secara fisik, psikologis,
social dan spiritual, maka perlu dilakukan pengkajian terhadap secara menyeluruh
menyangkut aspek tersebut.
1. Fisik / biologis
Pengkajian fisik / biologis dilakukan dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Riwayat kesehatan lansia dikaji
dengan menanyakan tentang:
- pandangan lansia tentang kesehatannya
- kegiatan yang mampu dilakukan lansia
- kekuatan fisik lansia : kekuatan otot, sendi, penglihatan, pendengaran
- kebiasaan lansia merawat diri sendiri
- kebiasaan makan, minum, istirahat / tidur, buang air besar / kecil
- kebiasaan gerak badan / olahraga
- perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan
- kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan minum obat
- masalah-masalah seksual yang dirasakan
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara periksa pandang, perabaan, ketok dan
dengar untuk mengetahui perubahan system tubuh, antara lain : system
integument, muskuloskletal, respirasi, kardiovaskuler, perkemihan, persyarafan,
dan fungsi sensoris misalnya : penglihatan, pendengaran, pengecapan dan
penciuman.
2. Psikologis
Pemeriksaaan psikologis dilakukan saat berkomunikasi dengan lansia untuk
melihat fungsi kognitif termasuk daya ingat, proses berfikir, dan juga perlu dikaji
alam perasaan, orientasi terhadap realitas dan kemampuan lansia dalam
penyelesaian masalahnya.
Perubahan yang umum terjadi antara lain : daya ingat yang menurun. Proses fikir
yang lambat dan adanya perasaan sedih serta merasa kurang diperhatikan. Hal-
hal yang perlu dikaji pada lansia meliputi :
- apakah mengenal masalah-masalah utamanya
- apakah optimis memandang sesuatu dalam kehidupan
- bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
- apakah merasa dirinya dibutuhkan atau tidak
- bagaimana mengatasi masalah atau stress yang dialami
- apakah mudah untuk menyesuaikan diri
- apakah lansia sering mengalami kegagalan
- apa harapan sekarang dan yang akan dating. Dll
3. Sosial – ekonomi
Penilaian sosial dilihat dari bagaimana lansia membina keakraban dengan teman
sebaya maupun dengan lingkungannya dan bagaimana keterlibatan lansia dalam
organisasi social. Status ekonomi juga turut mempengaruhi yaitu dari
penghasilan yang mereka peroleh.
Perasaan sejahtera dalam kaitannya dengan social ekonomi, hal inipun terkait
dengan harga dirinya. Lansia yang mempunyai penghasilan tentu merasa dirinya
berharga karena masih mampu menghasilkan sesuatu untuk dirinya sendiri dan
orang lain. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
- apa saja kesibukan lansia
- dari mana saja sumber keuangannya
- dengan siapa ia tinggal
- kegiatan organisasi social apa yang diikuti lansia
- bagaimana pandangan lansia berhubungan dengan orang lain diluar rumah
- siapa saja yang biasa mengunjunginya
- seberapa besar ketergantungannya
- apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yg ada
4. Spiritual
Penilaian spiritual terkait dengan keyakinan agama yang dimiliki manusia dan
sejauhmana keyakinan tersebut dapat menjalankan ibadahnya dengan baik,
keyakinan tersebut benar-benar diresapi dalam kehidupan sehari-hari ia akan
lebih mudah menyesuaikan diri terhadap proses penuaan. yang perlu dikaji pada
lansia :
- apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya
- apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan, misalnya penyantunan anak yatim atau fakir miskin dan lain-
lain
- bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah, apakah dengan berdoa jika
menghadapi masalah
- apakah lansia terlihat sabar dan tawakal
Dari hasil pengkajian atau data-data yang diperoleh dari pertanyaan diatas dapat
dianalisa / disimpulkan, dirumuskan masalah atau diagnosa keperawatan yang
mungkin timbul pada lansia. Beberapa masalah keperawatan yang umum
ditemukan pada lansia antara lain :
A. Fisik / biologi
- gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pemasukan makanan yang tidak adekuat
- gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan pendengaran /
penglihatan
- kurangnya perawatan diri berhubungan dengan penurunan minat dalam
merawat diri
- resiko cedera fisik : jatuh berhubungan dengan penyesuaian terhadap
penurunan fungsi tubuh tidak adekuat
- perubahan pola eliminasi berhubungan dengan pola makan yang tidak
efektif
- gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri
- gangguan pola napas berhubungan dengan penyempitan jalan napas atau
adanya sekret pada jalan napas
- gangguan mobilisasi berhubungan dengan kekakuan sendi dan lain-lain
B. Psikologis - sosial
- menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu
- isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga
- depresi berhubungan dengan isolasi sosial
- harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak
- koping yang tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan
mengungkapkan perasaan secara tepat
- cemas berhubungan dengan sumber keuangan terbatas.
C. Spiritual
- reaksi berkabung atau berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan
- penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan ketidaksiapan
menghadapi kematian
- marah terhadap tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami
- perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan
ibadah secara tepat.
2. Perencanaan
Sesuai dengan permasalahan yang dialami lansia disusun perencanaan dengan
tujuan agar lansia / keluarga dan tenaga kesehatan terutama perawat baik yang
melakukan perawatan di rumah maupun dipanti dapat membantu lansia,
sehingga dapat berfungsi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan
kondisi fisik, psikologis dan sosial dengan tidak tergantung pada orang lain.
Tujuan tindakan keperawatan pada lansia diarahkan untuk pemenuhan
kebutuhan dasar antara lain :
1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
2. Meningkatnya keamanan dan keselamatan
3. Memelihara kebersihan diri
4. Memelihara keseimbangan istirahat / tidur
5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi yang efektif
Tindakan keperawatan :
1.Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Peran pemenuhan gizi pada lansia adalah untuk mempertahankan kesehatan dan
kebugaran dan memperlambat timbulnya penyakit degeneratif seperti kerapuhan
tulang (osteoporosis) dan penyakit yang terjadi pada lansia sehingga dapat
menjamin hari tua yang sehat dan tetap aktif. Gangguan nutrisi pada lansia dapat
disebabkan oleh factor fisik, psikologi dan sosial. Penurunan alat penciuman dan
pengecapan, pengunyahan kurang sempurna dan rasa kurang nyaman saat makan
karena gigi geligi kurang lengkap, rasa penuh diperut dan sukar buang air besar
karena melemahnya otot lambung dan usus akan menyebabkan nafsu makan
lansia kurang. Perubahan peran karena tugas-tugas perkembangan pada lansia
menyebabkan timbulnya kecemasan dan putus asa, dapat menyebabkan lansia
menolak makan atau makan berlebihan. Seringkali keluarga / lingkungan sangat
melindungi lansia, tidak memberi kesempatan untuk menentukan keinginan
lansia, hal inipun menyebabkan ia menolak makan atau makan berlebihan
Kebutuhan gizi pada lansia kurang lebih sama dengan kebutuhan nutrisi pada orang
dewasa normal, hanya yang mungkin diubah adalah jenis yang utama, bentuk dan
pengurangan porsi untuk mengimbangi aktivitasnya.
- Kalori, pada lansia pria adalah 2.100 kalori sedangkan untuk wanita adalah
1.700 kalori, kebutuhan tersebut dapat dimodifikasikan tergantung keadaan
usia lanjut, misalnya gemuk atau kurus atau disertai penyakit lain (kencing
manis, dll).
- Karbohidrat, dianjurkan 60% dari jumlah kalori. Berikan golongan gula
yang mudah diserap karena tidak mengalami pengubahan lebih lanjut pada
proses metabolisme, misalnya madu, nasi, buah-buahan yang manis.
- Lemak, pemakaian yang berlebihan tidak dianjurkan karena menyebabkan
timbulnya hambatan pada pencernaan dan terjadinya penyakit. Berikan 15
% - 20 %dr total kalori yg dibutuhkan.
- Vitamin & mineral, kebutuhannya sama dgn usia muda.pemenuhan
kebutuhan didapatkan dr makanan berupa sayur-sayuran & buah-buahan.
- Air, kebutuhan sekitar 6-8 gls/hr krn menurunnya fx ginjal & mencegah
konstipasi maka pemasukan air yg banyak sgt dianjurkan.
Rencana makanan untuk lansia
- Berikan makanan porsi kecil tapi sering
- Banyak minum & kurangi makan: dapat meringankan pekerjaan ginjal &
dapat memperlancar pengeluaran sisa makanan, hindari makanan yang
terlalu asin
- Beri makanan yg mengandung serat,agar buang air besar menjadi mudah &
teratur
- Batasi pemberian mkanan yang mengandung tinggi kalori agar badan
dalam keadaan seimbang seperti: gula,makanan manis,minyak,makanan
berlemak.
- Membatasi minum kopi dan teh, bila perlu diencerkan untuk merangsang
gerakan usus & menambah nafsu makan.
2. Meningkatkan keamanan & keselamatan lansia
Kecelakaaan sering terjadi pada lansia antara lain: jatuh, kecelakaan lalu lintas
dan kebakaran. Hal ini berkaitan dengan proses penuaan dimana fleksibilitas dari
kaki mulai berkurang, ditandai dengan timbulnya masalah mobilisasi akibat
nyeri, pada sendi-sendi. Situasi tersebut menyebabkan usila tidak mampu
menyanggah tubuhnya dengan baik.Selain itu penurunan fungsi pengindaraan
dan pendengaran menyebabkan lansia tidak dapat mengamati situasi
sekitarnya,sehingga sering terjadi bahaya kecelakaan lalu lintas dan luka baker.
Selanjutnya, kecelakaan / jatuh dapat puola akibat lingkungan yang tidak tepat
untuk lansia, misalnya pencahayaan yang kurang, lantai yang licin atau tidak
rata, tangga yang tidak diberi tanda pengaman, kursi atau tempat tidur yang
mudah bergerak.Untuk mencegah resiko kecelakaan diatas, beberapa tindakan
yang harus dilakukan antara lain:
Klien / lansia
- Bbiarkan lansia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan keselamatan.
- Latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi
- Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur jika tidur
- Jika klien mengalami masalah fisik, misalnya rematik, gangguan
persyarafan, latih klien untuk berjalan dan latih klien menggunakan alat
bantu berjalan
- Bantu klien berjalan ke kamar mandi, terutama untuk lansia yang
menggunakan obat penenang atau diuretika
- Menggunakian kacamata jika berjalan atau melakukan sesuatu
- Usahakan ada yang menemani jika bepergian.
Lingkungan
- tempatkan klien diruangan khusus dekat ke kantor sehingga mudah di
observasi apabila lansia dirawat diruang perawatan lansia
- letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara menggunakannya
- gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi
- letakkan meja kecil dekat tempat tidur agar lansia mudah menempatkan alat-
alat yang selalu digunakan
- upayakan lantai bersih, rata, tidak licin dan basah
- kunci semua peralatan yang menggunakan roda untuk lansia yang
menggunakan
- pasang pegangan dikamar mandi
- hindari lampu yang redup dan menyilaukan
- sebaiknya gunakan lampu 70 atau 100 watt
- jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan klie lansia untuk memejamkan
mata sesaat
- gunakan sandal atau sepatu yang beralas karet
3. Pelaksanaan
Semua tindakan yang telah direncanakan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
lansia.Hal-hal yang perlu diperhatikan:
- Berbicara dengan lembut dan sopan
- Memberikan penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dilakukan
berulan kali, jika perlu dengan gambar
- Memberikan kesempatan pada lansia untuk bertanya
4. Penilaian
Setiap tindakan yang telah dilakukan perlu dievaluasi / dinilai baik verbal maupun
non verbal untuk mengetahui sejauh mana lansia atau keluarga mampu melakukan
apa yang telah dianjurkan.contoh: aplikasi asuhan keperawatan pada lansia
Diagnosa keperawatan:
resiko terjadi cedera fisik: jatuh berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
dan pandangan.
- Tujuan jangka panjang: Lansia dapat memelihara kemanan dan keselamatan dan
tidak terjadi trauma fisik
- Tujuan jangka pendek: setelah tindakan keperawatan, lansia dapat:
1. Mengidentifikasi hal-hal yang mungkin terjadi akibat penglihatan berkurang
2. Melakukan aktivitas sehari-hari tanpa trauma fisik
Intervensi keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
2. Jelaskan penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan
3. Jelaskan kebutuhan, keamanan, dan keselamatan akibat penurunan fungsi
tubuh
4. Ciptakan lingkungan atau ruangan yang cukup penerangan, lantai tidak licin
dan basah
5. Hindari lantai kamar mandi dan wc yang licin dan beri pegangan dan pasang
bel
6. Dekatkan barang-barang keperluannya seperti: kacamata, sikat gigi, alat cukur,
dll.
7. Letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara penggunaannya bila perlu
bantuan
8. Perhatian khusus pada lansia yang baru dapat jalan belum siap mobilisasi atau
lansia dengan lingkungan baru
9. Ajarkan cara menggunakan alat bantu, pindah / turun dari tempat tidur, bangun
pada malam hari untuk bak
10. Jelaskan efek samping dari obat dan cara-cara minum obat. Ulangi dan perkuat
instruksi dengan instruksi tulisan.
11. Libatkan keluarga dalam perawatan lansia
12. Ulangi penjelasan-penjelasan bila diperlukan dengan kata-kata sederhana dan
spesifik
5. Evaluasi
Setelah selesai melakukan tindakan keperawatan perlu dikaji respon verbal dan
non verbal lansia / keluarga terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan
dengan mengacu pada tujuan. Hasil pengkajian digunakan untuk menyusun
rencana tindak lanjut keperawatan.
Selain asuhan keperawatan individu pada lansia, dapat dilakukan asuhan
keperawatan keluarga lansia, yang ditujukan untuk asuhan keperawatan keluarga
di rumah.
A. Kasus 2 : Asuhan Keperawatan lansia dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi
dan cairan ( perubahan sistem pencernaan pada lansia )
Ibu Nani berusia 75 tahun tinggal dengan anak pertamanya, menantu dan 2
orang cucu, keadaan fisiknya sudah mengalami ompong dan giginya tinggal 3 pada
bagian depan sehingga sulit untuk mengunyah makanan yang keras. Kebiasaan
makan tidak teratur dan tidak pernah melakukan olahraga membuat kondisi
fisiknya kian menurun. Ibu Nani memliki riwayat gastritis 3 tahun yang lalu. Saat
ini ibu Nani sedang mengalami diare karena pola makannya yang suka
mengkonsumsi makanan yang pedas dan asam.
2. Pemeriksaan fisik :
• kulit kering dan agak kemerahan
• turgor kulit menurun (lansia kurang akurat)
• lidah kering dan kasar
• mata cekung
• penurunan bb yang terjadi scr tiba2/drastis (± 1kg)
• bising usus menigkat (15x/menit)
• bab ≥4x/ hari.
3. Perilaku : gelisah, lemah, pusing, tidak nafsu makan, mual dan muntah, kehausan
(pada lansia kurang signifikan), dan terjadi penurunan jumlah urin
E. Identifikasi masalah yang muncul dari masalah diatas didapatkan data :
Riwayat medis
1. Keluhan utama pasien ( dalam bahasa penderita/keluarga ) ny. N mengalami diare
pada jam 8 hari rabu.
2. Riwayat pembedahan/operasi ny. N tidak dilakukan operasi sebelumnya pada ny.
N
3. Riwayat opname rumah sakit ny. N tidak pernah di opname sebelumnya di rs
4. Riwayat kesehatan lain
Rencana Keperawatan
a. Pencegaahan Primer
· jika terjadi malnutrisi diberikan makanan melalui ngt.
· mempertahankan nutrisi yang adekuat dengan ekseimbangan elektrolit.
· mencari bantuan medis jika diare tetap terjadi
b. Pencegahan sekunder
· mempertahankan diet yang seimbang
· melakukan penyuluhan kepada klien/ keluarga tentang diare.
· 4x/hr, mengeluh mual, terlihat muntah.
V.Intervensi
1. Diare berhubungan dengan iritasi pada saluran pencernaan
Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diare dapat teratasi
dengan kriteria hasil Frekuensi BAB berkurang, BB normal
intervensi :
1. Monitor tanda dan gejala diare
2. Identifikasi faktor penyebab
3. Pantau warna, volume, frequensi,dan consistensi feses setiap kali BAB
4. Evaluasi asupan nutrisi klien
5. Kolaborasi : Instruksikan kepada pasien untuk mengurangi makanan yang pedas
dan asam.
Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah
serta intake terbatas (mual) ditandai dengan klien bab >
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan
peningkatan peristaltic usus ditandai dengan klien mengeluh susah makan, bb turun.
3. Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik ditandai dengan klien mengeluh nyeri di
abdomen, meringis sakit.
4. Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan klien ditandai dengan
keluarga mengeluh cemas, terlihat cemas.
5. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi
b.d pemaparan informasi terbatas ditandai dengan keluarga klien bertanya tentang
keadaan klien.
· Dx. 1 : Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan
muntah serta intake terbatas (mual) ditandai dengan klien bab >
o Tujuan : kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda
dehidrasi
o intervensi rasional
1. kolaborasi pelaksanaan terapi definitif
2. menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa
3. kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium
4. memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan
cairan pengganti.
5. sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama feses.
6. pantau intake dan output.
berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi 4x/hr, mengeluh
mual, terlihat muntah.
· Dx.2 : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi
nutrien dan peningkatan peristaltic usus ditandai dengan klien mengeluh susah
makan, bb turun.
o Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan berat badan
o intervensi rasional
1. kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi
2. pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien
memungkinkan.
3. bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet
4. pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan
peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi.
5. pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera
mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan
6. menurunkan kebutuhan metabolik
7. pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.
8. pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui
· Dx.3 : nyeri (akut) b.d hiperperistaltik ditandai dengan klien mengeluh nyeri di
abdomen, meringis sakit.
o Tujuan : nyeri berkurang
o Intervensi rasional
1. Melakukan pembicaraan terarah
2. Kaji keluhan nyeri dengan visual analog scale (skala 1-5), perubahan karakteristik
nyeri, petunjuk verbal dan non verbal
3. Lindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi
4. Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan air setelah defekasi dan
berikan perawatan kulit
5. Tingkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian kliendan meningkatkan
kemampuan koping
6. Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase
punggung dan kompres hangat abdomen
7. Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri
8. Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi
9. Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
10. Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai
indikasi.Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan
spasme traktus gi dapat diberikan sesuai indikasi klinis
· Dx.4 : kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan klien ditandai dengan
keluarga mengeluh cemas, terlihat cemas.
o Tujuan : keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.
o Intervensi : rasional
1. dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik
tentang mekanisme koping yang tepat membantu mengidentifikasi penyebab
kecemasan dan alternatif pemecahan masalah tekankan bahwa kecemasan adalah
masalah yang umum terjadi pada keluarga klien yang orang tuanya mengalami
masalah yang sama
2. membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya
orang yang mengalami masalah yang demikian
3. ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam
membantu klien mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan
kecemasan.
Bab V
Penutup
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah ini dapat dijelaskan sebagai berikut mekanisme
dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah gangguan motilitas usus,
hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat).
B. Saran
Darmojo R.B, Martono H, (2008), Buku Ajar Geriatri, Edisi 2, Balai penerbit
FKUI, Jakarta
Price SA, Lorraine M, (2008), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
Buku 1, Edisi IV, EGC, Jakarta
Mansjoer a,dkk,(2009), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid I, Media
Euskulapius FKUI, Jakarta
Bruner & Sudart, (2008), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8,
EGC, Jakarta
FKUI, (2000), Kumpulan Makalah Pelatihan Askep Keluarga, Jakarta
Capernito L.J, (2008), Rencana Askep dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 2,
EGC, Jakarta
Engram B, (2008), Rencana askep medikal bedah, Edisi !, EGC, Jakarta
Tuker SM et al, (2008),Standard Perawatan Pasien, Vol 2, Edisi V, EGC, Jakarta
Suparman dkk, (2008), Ilmu Penyakit Dalam , Jilid 2, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Price & wilson 2008, patofisologi-konsep klinis proses-proses penyakit, buku 1,
ed.4, egc, Jakarta