Anda di halaman 1dari 25

HUBUNGAN POLA KONSUMSI KOPI DAN PERILAKU MEROKOK TERHADAP

PASIEN GASTRISTIS PADA MAHASISWA AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH


CILACAP
BAB I
A. LATAR BELAKANG

Kopi merupakan komoditas nomer dua yang paling banyak diperdagangankan


setelah minyak bumi, dan kopi menjadi salah satu popular dan digemari oleh orang
banyak salah satunya orang Indonesia. Satu cangkir kopi berfungsi sebagai
penghilang rasa ngantuk dan menemani begadang kode simbolik digunakan oleh
kalangan penikmat untuk mengaktualisasikan keberadaan mereka dalam kelompok
sosial berdasarkan Food and Agriculture Organization (FAO) .

Gastritis proses inflamasi atau gangguan kesehatan disebabkan oleh faktor


iritasi dan infeksi pada mukosa, submukosa lambung. Penyakit ini dapat menyerang
keseluruh tingkat usia maupun jenis kelamin akan tetapi beberapa surve menunjukan
penyakit gastritis sering menyerang usia produktif (Tussakinah dkk,2018). Penyakit
gastritis belum terpecahkan, namun yang terjadi dikalangan usia muda maupun
masyarakat luas ternyata masih banyak yang tidak terlalu memperhatikan kesehatan
dan menjaga gaya hidup terutama dari apa yang dikonsumsi, penggunaan obat-
obatan,stress,infeksi bakteri,serta pola makan dan minum yang kurang baik. Untuk
dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yaitu menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang prima dan sebaiknya mendeteksi lebih awal, faktor yang berhubungan
dengan penyebab penyakit tersebut.

Menurut Huzaifah (2017) walaupun sampai saat ini masih sangat tinggi dan
masalhnya menurut Arikah dan muniroh (2015), dalam lingkungan masyarakat tidak
jarang ditemukan seseorang mengalami penurunan produktivitas , keadaan tersebut
tentunya dialami oleh orang yang menderita sakit. Salah satu penyakit yang sangat
lazim ditemukan di lingkungan masyarakat yaitu penyakit gastritis. Gastritis
merupakan salah satu gangguan pencernaan akibat pola makan, dan hamper 10
persen penduduk dunia menderita gastritis.

Kafein didalam kopi mempercepat proses terbentuknya asam lambung,


membuat produksi gas dalam lambung berlebihan sehingga sering mengeluh sensasi
kembung di perut. Penyakit gastritis ini salah satu penyakit umum yang diderita oleh
para remaja sebab berbagai faktor misalnya tidak teratur pola makan, gaya hidup dan
meningkatnya aktifitas (tugas kuliah) sehingga tidak sempat mengatur pola makan
yang teratur. Adapun penyebab gastritis ada 2 dibedakan atas faktor internal yaitu
adanya kondisi yang memicu pengeluaran asam lambung berlebihan, dan faktor
eksternal menyebabkan iritasi dan infeksi (Huzaifah,2017). Jika gastritis tidak
ditangani dengan cepat akan menimbulkan komplikasi yaitu kanker lambung.
Perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan respons
orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara langsung.
Sedangkan menurut Istiqomah merokok adalah membakar tembakau
kemudian dihisap, baik menggunakan rokok maupun menggunakan
pipa. Temparatur sebatang rokok yang tengah dibakar adalah 90 derajat
Celcius untuk ujung rokok yang dibakar, dan 30 derajat Celcius untuk ujung
rokok yang terselip di antara bibir perokok (Istiqomah, 2003).Munculnya
perilaku dari organisme ini dipengaruhi oleh faktor stimulus yang diterima, baik
stimulus internal maupun stimulus eksternal. Seperti halnya perilaku lain,
perilaku merokok pun muncul karena adanya faktor internal (faktor biologis
dan faktor psikologis, seperti perilaku merokok dilakukan untuk mengurangi
stres) dan faktor eksternal (faktor lingkungan sosial, seperti terpengaruh oleh
teman sebaya).
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah ada hubungan pola konsumsi kopi dan perilaku merokok terhadap pasien
gastritis pada mahasiswa al-irsyad al islamiyyah cilacap
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
Untuk menganalisis adanya hubungan pola konsumsi kopi dan perilaku
merokok terhadap pasien gastritis pada mahasiswa al-irsyad al islamiyyah
cilacap
2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan pola konsumsi kopi
b. Mendeskripsikan perilaku merokok
c. Mendeskripsikan pasien gastritis
d. Menganalisis hubungan pola konsumsi kopi dan perilaku merokok
terhadap pasien gastritis
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Pengertian
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani
yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti
inflamasi/peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi
terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan
peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat
dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan
borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi faktor-faktor lain seperti
trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang
sakit dapat juga menyebabkan gastritis. Gastritis atau lebih dikenal sebagai
maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan
itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit
tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu
mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut
merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang
dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi
faktor-faktor lain seperti trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus
beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan gastritis.
Kopi merupakan komoditas nomer dua yang paling banyak
diperdagangankan setelah minyak bumi, dan kopi menjadi salah satu popular
dan digemari oleh orang banyak salah satunya orang Indonesia. Satu cangkir
kopi berfungsi sebagai penghilang rasa ngantuk dan menemani begadang kode
simbolik digunakan oleh kalangan penikmat untuk mengaktualisasikan
keberadaan mereka dalam kelompok sosial berdasarkan Food and Agriculture
Organization (FAO) .
Perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan
respons orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor
yang mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara
langsung. Sedangkan menurut Istiqomah merokok adalah membakar
tembakau kemudian dihisap, baik menggunakan rokok maupun
menggunakan pipa. Temparatur sebatang rokok yang tengah
dibakar adalah 90 derajat Celcius untuk ujung rokok yang dibakar, dan
30 derajat Celcius untuk ujung rokok yang terselip di antara bibir
perokok (Istiqomah, 2003).
Munculnya perilaku dari organisme ini dipengaruhi oleh faktor
stimulus yang diterima, baik stimulus internal maupun stimulus eksternal.
Seperti halnya perilaku lain, perilaku merokok pun muncul karena
adanya faktor internal (faktor biologis dan faktor psikologis, seperti
perilaku merokok dilakukan untuk mengurangi stres) dan faktor eksternal
(faktor lingkungan sosial, seperti terpengaruh oleh teman sebaya). Sari
dkk (2003). menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas
menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau
rokok.Menurut Ogawa (dalam Triyanti, 2006) dahulu perilaku merokok
disebut sebagai suatu kebiasaan atau ketagihan, tetapi dewasa ini
merokok disebut sebagai tobacco dependencysendiri dapat didefinisikan
sebagai perilaku penggunaan tembakau yang menetap, biasanya
lebih dari setengah bungkus rokok per hari, dengan adanya tambahan
distres yang disebabkan oleh kebutuhan akan tembakau secara berulang-
ulang. Perilaku merokok dapat juga didefinisikan sebagai aktivitas
subjek yang berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur
melalui intensitas merokok, waktu merokok, dan fungsi merokok dalam
kehidupan sehari-hari (Komalasari & Helmi, 2000).
Intensitas merokok sebagai wujud dari perilaku merokok
menurut (Bustan, M.N., 2000) rokok aktif adalah asap rokok yang
berasal dari isapan perokok atu asap utama pada rokok yang dihisap
(mainstream). Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
perokok aktif (active smoker) adalah orang yang merokok dan langsung
menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi
kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar.
Perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang
yang tidak merokok (pasive smoker). Asap rokok merupakan polutan
bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya
terhadap perokok pasif dari pada perokok aktif. Asap rokok sigaret
kemungkinan besar berbahaya terhadap mereka yang bukan perokok,
terutama di tempat tertutup. Asap rokok yang dihembuskan oleh perokok
aktif dan terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak
mengandung karbon monoksida, empat kali lebih banyak mengandung tar
dan nikotin (Wardoyo, 1996)
2. Etiologi
Secara garis besar penyebab gastritis dibedakan atas zat internal yaitu
adanya kondisi yang memicu pengeluaran asam lambung yang berlebihan, dan
zat eksternal yang menyebabkan iritasi dan infeksi. Gastritis biasanya terjadi
ketika mekanisme perlindungan dalam lambung mulai berkurang sehingga
menimbulkan peradangan (inflamasi). Kerusakan ini bisa disebabkan oleh
gangguan kerja fungsi lambung, gangguan struktur anatomi yang bisa berupa
luka atau tumor, jadwal makan yang tidak teratur, konsumsi alcohol atau kopi
yang berlebihan, gangguan stress, merokok, pemakaian obat penghilang nyeri
dalam jangka panjang dan secara terus menurus, stress fisik, infeksi bakteri
Helicobacter pylori (suryono,2016)
Helicobacter pylori merupakan penyebab utama penyakit gastritis.
Menurut penelitian, gastritis yang dipicu bakteri ini bisa menjadi gastritis
menahun karena Helicobacter pylori dapat hidup dalam waktu yang lama
dilambung manusia dan memiliki kemampuan mengubah kondisi lingkungan
yang sesuai dengan lingkunganya sehingga helicobacter pylori akan
mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri di sekitar
epigastrium. Komplikasi yang dapat timbul dari gastritis, yaitu gangguan
penyerapan vitamin B12, menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi
terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus. Gastritis kronis jika
dibiarkan tidak terawatt, akan menyababkan ulkus peptic dan pendarahan pada
lambung. Serta dapat meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika
terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung dan perubahan
pada sel sel di dinding lambung. Adapun kasus dengan penyakit gastritis
merupakan salah satu jenis kasus yang umumnya diderita oleh kalangan
masyarakat sehingga harus berupa untuk mencegahan agar tidak terjadi
kekambuhan (Suryono,2016).
bagi remaja merupakan perilaku simbolisasi. Simbol dari kematangan,
kekuatan, kepemimpinan, dan daya tarik terhadap lawan jenis. Selain faktor
perkembangan remaja dan kepuasan psikologis, masih banyak faktor dari luar
individu yang berpengaruh pada proses pembentukan perilaku merokok. Pada
dasarnya perilaku merokok adalah perilaku yang dipelajari. Hal itu berarti ada
fihak-fihak yang berpengaruh besar dalam proses sosialisasi.

3. Patofisiologi
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat
jinak dan merupakan respons mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal.
Patofisiologi terjadinya gastritis dan tukak peptik ialah bila terdapat
ketidakseimbangan faktor penyerang (ofensif) dan faktor pertahanan (defensif)
pada mukosa gastroduodenal, yakni peningkatan faktor ofensif dan atau
penurunan kapasitas defensif mukosa. Faktor ofensif tersebut meliputi asam
lambung, pepsin, asam empedu, enzim pankreas, infeksi Helicobacter pylori yang
bersifat gram-negatif, OAINS, alkohol dan radikal bebas. Sedangkan sistem
pertahanan atau faktor defensif mukosa gastroduodenal terdiri dari tiga lapis yakni
elemen preepitelial, epitelial, dan subepitelial (Pangestu, 2003).
Elemen preepitelial sebagai lapis pertahanan pertama adalah berupa lapisan
mucus bicarbonate yang merupakan penghalang fisikokimiawi terhadap berbagai
bahan kimia termasuk ion hidrogen (Kumar, 2005). Lapis pertahanan kedua
adalah sel epitel itu sendiri. Aktifitas pertahanannya meliputi produksi mukus,
bikarbonat, transportasi ion untuk mempertahankan pH, dan membuat ikatan antar
sel (Kumar, 2005).
Lapisan pertahanan ketiga adalah aliran darah dan leukosit. Komponen
terpenting lapis pertahanan ini ialah mikrosirkulasi subepitelial yang adekuat
(Pangestu, 2003).
Endotoksin bakteri setelah menelan makanan terkontaminasi, kafein, alkohol
dan aspirin merupakan agen pencetus yang lazim. Infeksi H. pylori lebih sering
dianggap sebagai penyebab gastritis akut. Organisme tersebut melekat pada epitel
lambung dan menghancurkan lapisan mukosa pelindung, meninggalkan daerah
epitel yang gundul. Obat lain juga terlibat, misalnya OAINS (indomestasin,
ibuprofen, naproksen), sulfonamid, steroid, dan digitalis. Asam empedu, enzim
pankreas, dan etanol juga diketahui mengganggu sawar mukosa lambung. Apabila
alkohol diminum bersama dengan aspirin, efeknya akan lebih merusak
dibandingkan dengan efek masing-masing agen tersebut bila diminum secara
terpisah (Price dan Wilson, 2005).
4. Gejala Gastritis
Gejala gastritis atau maag diantarnya yaitu tidak nyaman sampai nyeri pada
saluran pencernaan terutama bagian atas, mual, muntah, lambung terasa penuh,
kembung, bersendawa, merasa cepat kenyang, perut keroncongan dan sering
kentut serta timbulnya luka pada dinding lambung. Gejala ini bisa menjadi akut,
berulang dan kronis. Disebut kronis bila gejala itu berlangsung lebih dari satu
bulan terus-menerus dan gastritis ini dapat ditangani sejak awal yaitu:
mengkonsumsi makanan lunak dalam porsi kecil, berhenti mengkonsumsi
makanan pedas dan asam, berhenti merokok serta minuman beralkohol dan jika
memang diperlukan dapat minum antasida sekitar setengah jam sebelum makan
atau sewaktu makan (Misnadiarly, 2009).
5. Pengaruh kopi terhadap gastritis
Kopi adalah minuman yang terdiri dari berbagai jenis bahan dan senyawa
kimia, termasuk lemak, karbohidrat, asam amino, asam nabati yang disebut
dengan fenol, vitamin dan mineral.Kopi diketahui merangsang lambung untuk
memproduksi asam lambung sehingga menciptakan lingkungan yang lebih asam
dan dapat mengiritasi mukosa lambung.
Kafein di dalam kopi dapat mempercepat proses terbentuknya asam lambung.
Hal ini membuat produksi gas dalam lambung berlebih sehingga sering
mengeluhkan sensasi kembung di perut. Responden yang sering meminum kopi
beresiko 3,57 kali menderita gastritis dibandingkan dengan yang tidak sering
meminum kopi.
Mukosa lambung berperan penting dalam melindungi lambung dari
autodigesti oleh HCl dan pepsin. Bila mukosa lambung rusak, maka terjadi difusi
HCl ke mukosa lambung dan HCl akan merusak mukosa. Kehadiran HCl di
mukosa lambung menstimulasi perubahan pepsinogen menjadi pepsin.Pepsin
merangsang pelepasan histamin dari sel mast. Histamin akan menyebabkan
peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan cairan dari intrasel
ke ekstrasel dan menyebabkan edema dan kerusakan kapiler sehingga timbul
perdarahan pada lambung.
6. Tahap tahap perilaku merokok
LaventhaldanClearly (Komalasari & Helmi, 2000) mengungkapkan empat tahap
dalam perilaku merokok,yaitu :
a)Tahap Preparatory
Seseorang mendapatkangambaranyangmenyenangkanmengenai merokok
dengan caramendengar, melihat, atau dari hasilbacaan, sehingga menimbulkan
niat untuk merokok.
b)TahapInitiation
Tahap perintisan merokok,yaitu tahapapakah seseorang akan
meneruskanataukah tidak terhadap perilaku merokok.
c)TahapBecoming A Smoker
Apabilaseseorang telahmengkonsumsirokoksebanyakempatbatang per hari
makamempunyai kecenderungan menjadiperokok.
d)TahapMaintaining Of Smoking
Padatahapinimerokoksudah menjadisalah satubagian dari cara pengaturan diri
(self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek yang menyenangkan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan perilaku merokok adalah
seseorang menjadi perokok dengan cara mendengar, melihat, dari hasil bacaan.
Jika dilakukan terus menerus akan terasa menyenangkan

7. Penyebab gastritis
a. Pola makan
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan
jenis makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan,
status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Pola
makan yang keliru dapat menyebabkan terjadinya banyak gangguan pada
kesehatan tubuh, terutama 13 menurunnya sistem imun. Hal ini bisa terjadi
karena pola makan yang tidak benar dapat menyebabkan asupan yang
dibutuhkan oleh tubuh tidak terpenuhi. Sepintas, kebiasaan ini mungkin
tidak mempunyai pengaruh apa pun sebab banyak diantara kita yang
mempunyai pola makan yang buruk namun masih sehat-sehat saja.
Padahal, pengaruhnya akan dirasakan di hari kemudian. Tidak banyak
orang yang mau memperhatikan pola makannya sehingga, tanpa disadari
banyak penyakit mulai dari yang paling ringan seperti gastritis hingga
paling berbahaya seperti kanker dan penyakit jantung, kerap datang
mengintai. Kebanyakkan orang makan sesuka hatinya. Porsinya pun sudah
tidak diperhatikan lagi. Padahal, porsi makan yang terlalu banyak itu tidak
baik, begitu juga sebaliknya. Pola makan yang buruk ini juga dapat
menyebabkan tidak teraturnya jam maka, diantara jam makan yang paling
sering diabaikan adalah sarapan. Melewatkan sarapan tidak hanya akan
merusak berat badan kita namun juga kesehatan kita. Penyebab sakit
gastritis ialah pola makan yang tidak teratur. Pola makan sangat terkait
dengan produksi asam di lambung. Asam ini berfungsi mencerna makanan
yang masuk ke dalam lambung dengan jadwal yang teratur. Produksi asam
lambung tertap terjadi meskipun seseorang sedang tidur. Pola makan erat
kaitannya dengan produksi asam di lambung. Pola makan yang tidak
teratur membuat lambung sulit untuk 14 beradaptasi. Jika ini berlangsung
dalam jangka waktu lama, produksi asam lambung akan berlebihan
sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada lambung. Hal inilah yang
menyebabkan rasa perih dan mual. Pola makan terdiri dari frekuensi
makan, jenis makan, dan jumlah maakan atau porsi makan. Sebagai
berikut :
1. Frekuensi makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik
kualitatif dan kuantitatif. Frekuensi makan adalah jumlah waktu
makan dalam sehari, meliputi makanan lengkap ( full meat) dan
makanan selingan (snack). Frekuensi makan di suatu institusi
berkisar antar tiga hingga enam kali sehari tergantung dari biaya
tenaga kerja yang tersedia. Waktu makan terdiri dari makan pagi,
selingan pagi, makan siang, selingan, makan malam serta selingan
malam. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-
alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama
makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika
rata-rata, umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal
makan ini pun menyesuaikan dengan kosongnya lambung. Orang
yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang penyakit
gastritis. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau
ditunda pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan
mukosa lambung, sehingga timbul rasa nyeri. 15 Secara alami
lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap waktu
dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya
kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai
sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah
asam lambung terstimulasi. Bila seseorang telat makan sampai 2-3
jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan
berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta
menimbulkan rasa nyeri di sekitar epigastrium. Kebiasaan makan
tidak teratur ini akan membuat lambung sulit untuk beradaptasi.
Jika hal itu berlangsung lama, produksi asam lambung akan
berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada
lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut
dapat menyebabkan rasa perih dan mual. Gejala tersebut bisa naik
ke kerongkongan yang menimbulkan rasa panas terbakar. Produksi
asam lambung diantaranya dipengaruhi oleh pengaturan sefalik,
yaitu pengaturan oleh otak. Adanya makanan dalam mulut secara
refleks akan merangsang sekresi asam lambung. Pada manusia,
melihat dan memikirkan makanan dapat merangsang sekresi asam
lambung.
2. Jenis makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik
kualitatif dan kuantitatif. Frekuensi makan adalah jumlah waktu
makan dalam sehari, meliputi makanan lengkap ( full meat) dan
makanan selingan (snack). Frekuensi makan di suatu institusi
berkisar antar tiga hingga enam kali sehari tergantung dari biaya
tenaga kerja yang tersedia. Waktu makan terdiri dari makan pagi,
selingan pagi, makan siang, selingan, makan malam serta selingan
malam. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-
alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama
makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika
rata-rata, umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal
makan ini pun menyesuaikan dengan kosongnya lambung. Orang
yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang penyakit
gastritis. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau
ditunda pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan
mukosa lambung, sehingga timbul rasa nyeri. 15 Secara alami
lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap waktu
dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya
kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai
sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah
asam lambung terstimulasi. Bila seseorang telat makan sampai 2-3
jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan
berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta
menimbulkan rasa nyeri di sekitar epigastrium. Kebiasaan makan
tidak teratur ini akan membuat lambung sulit untuk beradaptasi.
Jika hal itu berlangsung lama, produksi asam lambung akan
berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada
lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut
dapat menyebabkan rasa perih dan mual. Gejala tersebut bisa naik
ke kerongkongan yang menimbulkan rasa panas terbakar. Produksi
asam lambung diantaranya dipengaruhi oleh pengaturan sefalik,
yaitu pengaturan oleh otak. Adanya makanan dalam mulut secara
refleks akan merangsang sekresi asam lambung. Pada manusia,
melihat dan memikirkan makanan dapat merangsang sekresi asam
lambung.
Makanan dan minuman lainnya yang dapat menyebabkan gastritis
adalah sebagai berikut :
a) Makanan pedas
Makanan dan minuman yang memiliki rasa pedas adalah
makanan ditambah cabe, merica, jahe, maupun lengkuas.
Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan
merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan usus
untuk berkontraksi. Hal ini akan mengakibatkan rasa panas dan
nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual dan muntah. Gejala
tersebut membuat penderita makin berkurang 17 nafsu
makannya. Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas lebih
dari satu kali dalam seminggu selama minimal 6 bulan dibiarkan
terus-menerus dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang
disebut dengan gastritis.
b) Makanan asam
Makanan dan minuman yang memiliki rasa asam misalnya jeruk
nipis, lemon, asam, cuka, belimbing wuluh. Makanan tersebut
dapat merangsang keluarnya asam lambung yang berlebihan.
c) Kopi
Kopi berhubungan dengan hilangnya rasa mengantuk. Namun
setelah bergadang semalaman suntuk akhirnya badan menjadi
lemah dan masuk angin. Kondisi badan yang lemah dapat
memperparah kondisi gastritis
d) Es
Es memiliki sifat mendinginkan dan melemahkan syaraf sehingga
daya tahan tubuh menurun.
e) Alcohol
Alkohol dapat mengikis dinding lambung. Akibatnya lambung
menjadi luka dan sangat rentan terhadap asam lambung walaupun
jumlah asam lambung dalam kondisi normal
f) Bumbu yang memiliki rasa dan aroma menyengat
Bumbu makanan yang sangat menyengat mengundang selera
untuk makan. Namun demikian dapat pula merangsang keluarnya
asam lambung secara berlebihan
3. Jumlah/ porsi makan
Jumlah atau porsi merupakan suatu ukuran maupun takaran
makanan yang dikonsumsi setiap kali makan. Dalam
mengkonsumsi makanan haruslah seimbang dengan kebutuhan
remaja/dewasa yang di sesuaikan dengan umur. Frekuensi yang
telah di standarkan oleh Depkes dimana anjuran makan satu hari
untuk rata-rata remaja/dewasa secara umum orang Indonesia
dengan energy 2550 kkl dan protein 60 bagi laki-laki dan bagi
perempuan energy 1900 dan proteinnya 50. Jumlah ini bagi yang
berumur 19-29 tahun. Porsi atau jumlah merupakan suatu ukuran
maupun takaran makanan yang dikonsumsi pada tiap kali makan.
Setiap orang harus makan makanan dalam jumlah benar sebagai
bahan bakar untuk semua kebutuhan tubuh. Jika konsumsi
makanan berlebihan, kelebihannya akan disimpan di dalam tubuh
dan menyebabkan obesitas (kegemukan). Selain itu, Makanan
dalam porsi besar dapat menyebabkan refluks isi lambung, yang
pada akhirnya membuat kekuatan dinding lambung menurun.
Kondisi seperti ini dapat menimbulkan peradangan atau luka pada
19 lambung. ((Depkes RI, 2009; Hidayah, 2012; Oktaviani, 2011;
Soeryoko, 2013; Tilong, 2014).
b. Stress
Stress adalah kondisi kejiwaan yang tidak nyaman. Stress merupakan
reaksi yang tidak diharapkan yang muncul disebabkan oleh tingginya
tuntutan lingkungan kepada seseorang. Di mana harmoni atau
keseimbangan antara kekuatan dan kemampuannya terganggu. Jika stress
telah mengganggu fungsi dan keberadaan diri seseorang, maka dinamakan
distress. Distress kebanyakan dirasakan orang jika situasi yang menekan
berlangsung terus menerus (tugas yang terlalu berat, atau tugas yang tidak
mampu dilakukan karena situasi yang tidak kondusif atau stress yang
disebabkan oleh taruma).
c. Obat AntiInflamasi Nonsteroid
Pemakaian obat antiinflamasi nonsteroid seperti aspirin, asam mefenamat,
aspilet, indometasin, ibuprofen, naproksen dalam jumlah besar. Obat
antiinflamasi nonsteroid dapat memicu kenaikan produksi asam lambung
yang berlebihan sehingga mengiritasi mukosa lambung karena terjadinya
difusi balik ion hidrogen ke epitel lambung. Selain itu jenis obat ini juga
dapat mengakibatkan kerusakan langsung pada epitel mukosa karena dapat
bersifat iritatif dan sifatnya yang asam dapat menambah derajat keasaman
pada lambung (Hauser, 2011; Sukarmin, 2013; Papadakis, McPhee, &
Rabow, 2014).
d. Konsumsi Alkohol Berlebihan
Bahan etanol merupakan salah satu bahan yang dapat merusak sawar pada
mukosa lambung. Rusaknya sawar memudahkan terjadinya iritasi pada
mukosa lambung. Excessive alcohol consumption may lead to dyspepsia,
nausea, emesis, and minor hematemesis—a condition sometimes labeled
“alcoholic gastritis.” However, it is not proven that alcohol alone actually
causes significant erosive gastritis. Therapy with H2-receptor antagonists,
proton pump inhibitors, or sucralfate for 2–4 weeks often is empirically
prescribed (Sukarmin, 2013; Papadakis, McPhee, & Rabow, 2014).
e. Banyak Merokok
Asam nikotinat pada rokok dapat meningkatkan adhesi thrombus yang
berkontribusi pada penyempitan pembuluh darah sehingga suplai darah ke
lambung mengalami penurunan. Penurunan ini dapat berdampak pada
penurunan produksi mukus yang salah satu fungsinya untuk melindungi
lambung dari iritasi. Selain itu CO yang dihasilkan oleh rokok lebih mudah
diikat Hb daripada oksigen sehingga memungkinkan penurunan perfusi
jaringan pada lambung. Kejadian gastritis pada perokok juga dapat dipicu
oleh pengaruh asam nikotinat yang menurunkan rangsangan pada pusat
makan, perokok jadi tahan makan sehingga asam lambung dapat langsung
29 mencerna mukosa lambung bukan makanan karena tidak ada makanan
yang masuk (Sukarmin, 2013).
f. Pemberian Obat Kemoterapi
Obat kemoterapi mempunyai sifat dasar merusak sel yang
pertumbuhannya abnormal, perusahaan ini ternyata dapat juga mengenai
sel inang pada tubuh manusia. Pemberian kemoterapi dapat juga
mengakibatkan kerusakan langsung pada epitel mukosa lambung
(Sukarmin, 2013).
g. Uremia
Ureum pada darah dapat mempengaruhi proses metabolisme dalam tubuh
terutama saluran pencernaan (gastrointestinal uremik). Perubahan ini dapat
memicu kerusakan pada epitel mukosa lambung (Sukarmin, 2013)
h. Infeksi Sistemik
Pada infeksi sistemik toksik yang dihasilkan oleh mikroba akan
merangsang peningkatan laju metabolik yang berdampak pada
peningkatan aktivitas lambung dalam mencerna makanan. Peningkatan
HCL lambung dalam kondisi seperti ini dapat memicu timbulnya
perlukaan pada lambung (Sukarmin, 2013).
i. Iskemia dan Syok
Kondisi iskemia dan syok hipovolemia mengancam mukosa lambung
karena penurunan perfusi jaringan lambung yang dapat mengakibatkan
nekrosis lapisan lambung (Sukarmin, 2013).
j. Konsumsi Kimia Secara Oral yang Bersifat Asam/ Basa
Konsumsi asam maupun basa yang kuat seperti etanol, thinner, obat-
obatan serangga dan hama tanaman. Jenis kimia ini dapat merusak lapisan
mukosa dengan cepat sehingga sangat berisiko terjadi perdarahan
(Sukarmin, 2013)
k. Trauma Mekanik
Trauma mekanik yang mengenai daerah abdomen seperti benturan saat
kecelakaan yang cukup kuat juga dapat menyebab gangguan keutuhan
jaringan lambung. Kadang kerusakan tidak sebatas mukosa, tetapi juga
jaringan otot dan pembuluh darah lambung sehingga pasien dapat
mengalami perdarahan hebat. Trauma juga bisa disebabkan tertelannya
benda asing yang keras dan sulit dicerna (Sukarmin, 2013)
l. Infeksi Mikroorganisme
Gastritis dapat pula disebabkan karena bakteri melalui makanan yang
terkontaminasi, koloni bakteri Helicobacter Pylori yang menghasilkan
toksik dapat merangsang pelepasan gastrin dan peningkatan sekresi asam
lambung dan dapat menyebabkan luka pada lambung seperti bakteri.
Helicobacter Pylori adalah bakteri gram-negatif, berbentuk S, tidak
invasif, tidak membentuk spora, dan berukuran sekitar 3,5 x 0,5 µm.
Organisme tersebut melekat pada epitel lambung dan menghancurkan
lapisan mukosa pelindung, meniggalkan daerah epitel yang gundul
(Hartanto, Darmaniah, & 31 Wulandari, 2013; Pendit, et al 2012;
Sukarmin, 2013; Soeryoko, 2013).

8. Komplikasi
Komplikasi gastritis dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis
kronik. Gastristis akut komplikasinya adalah perdarahan saluran cerna bagian atas
berupa hematemesis dan melena. Komplikasi ini dapat berakhir syok hemoragik.
Gastritis kronik komplikasinya adalah perdarahan saluran cerna bagian atas,
ulkus, perforasi dan anemia (Mansjoer, 2001).

9. Pencegahan
Agar kita terhindari dari penyakit gastritis, sebaiknya kita mengontrol semua
Faktor risiko yang menyebabkan terjadinya gastritis, dengan melakukan tindakan
pencegahan seperti dibawah ini:
a. Hindari minuman beralkohol karena dapat mengiritasi lambung sehingga
terjadi inflamasi.
b. Hindari merokok karena dapat menganggu lapisan dinding lambung sehingga
lambung lebih mudah mengalami gastritis dan tukak/ulkus. Dan rokok dapat
meningkatkan asam lambung dan memperlambat penyembuhan luka.
c. Atasi stress sebaik mungkin.
d. Makan makanan yang kaya akan buah dan sayur namun hindari sayur dan buah
yang bersipat asam
e. Jangan berbaring setelah makan untuk menghindari refluks (aliran balik) asam
lambung.
f. Berolahraga secara teratur untuk membantu mempercapat aliran makanan
melalui usus
g. Bila perut mudah mengalami kembung (banyak gas) untuk sementara waktu
kurangi kamsumsi makanan tinggi serat, seperti pisang,kacang-kacangan, dan
kentang
h. Makan dalam porsi sedang (tidak banyak) tetapi sering, berupa makanan lunak
dan rendah lemak. Makanlah secara perlahan dan rileks (Hardi & Huda Amin,
2015)

10. Faktor faktor yang berhubungan dengan gastritis


a. Pola makan
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dn jenis
makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan,
status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Pola
makan adalah gambaran mengenai macam, jumlah, dan komposisi bahan
makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang yang merupakan ciri khas
dari suatu kelompok masyarakat tertentu (Harna,2009 dalam Fifilia, L,
2013)
Pola makan sangat terkait dengan produksi asam lambung. Asam ini
berfungsi mencerna makanan yang masuk kedalam lambung dengan
jadwal yang teratur. Produksi asam lambung tetap terjadi meskipun
seseorang sedang tidur. Pola makan yang tidak teratur sangat sulit untuk
beradaptasi dengan lambung. Jika proses ini berlangsung sangat lama,
produksi pada lambung akan berlebihan sehingga mengiritasi dinding
mukosa pada lambung, yang akhirnya menyebabkan rasa perih dan mual
(Hidayah, 2012)
b. Stress
Stress merupakan reaksi yang tidak diharapkan yang muncul disebabkan
oleh tingginya tuntutan lingkungan kepada seseorang. Di mana harmoni
atau keseimbangan antara kekuatan dan kemampuannya terganggu. Jika
stress telah mengganggu fungsi dan keberadaan diri seseorang, maka
dinamakan distress. Distress kebanyakan dirasakan orang jika situasi yang
menekan berlangsung terus menerus (tugas yang terlalu berat, atau tugas
yang tidak mampu dilakukan karena situasi yang tidak kondusif atau stress
yang disebabkan oleh taruma) (Wirawan, 2012). Stress juga bisa menjadi
penyebab terjadinya gastritis. Sebab, stress menyebabkan sistem saraf di
otak yang berhubungan dengan lambung akan mengalami kelainan karena
ketidakseimbangan. Stress juga mengakibatkan 39 perubahan hormonal di
dalam tubuh yang bisa merangsang produksi asam secara berlebihan.
Kondisi inilah yang menyebabkan lambung terasa perih dan kembung
(Hidayah, 2012).
c. Penggunaan Obat Antiinflamasi Nonsteroid (NSAID)
Obat Antiinflamasi Nonsteroid (NSAID) adalah suatu golongan obat yang
memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan
antiinflamasi (anti radang). Istilah "non steroid" digunakan untuk
membedakan jenis obat-obatan ini 40 dengan steroid, yang juga memiliki
khasiat serupa. NSAID bukan tergolong obat-obatan jenis narkotika.
Pemakian obat antiinflamasi nonsteroid seperti aspirin, asam mefenamat,
aspilets dalam jumlah besar. Obat antiinflamasi nonsteroid dapat memicu
kenaikan produksi asam lambung yang berlebihan sehingga mengiritasi
mukosa lambung karena terjadinya difusi balik ion hidrogen ke epitel
lambung. Selain itu jenis obat ini juga dapat mengakibatkan kerusakan
langsung pada epitel mukosa karena dapat bersifat iritatif dan sifatnya
yang asam dapat menambah derajat keasaman pada lambung (Sukarmin,
2013).
11. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok
MenurutJuniarti (1991) dalam Mu‟tadin (2002) dalam Poltekkes Depkes Jakarta I
(2012), faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok adalah sebagai berikut:
a. Pengaruh orang tua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda
yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, di mana orang tua
tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik
yang keras, lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak
muda yang berasal dari lingkunganrumah tangga yang bahagia (Baer dan
Corado dalam Atkinson, 1999: 294). Remaja yang berasal dari keluarga
konservatif yang menekankan nilai-nilai sosial dan agama dengan baik
dengan tujuan jangka panjang lebih sulit untuk terlibat dengan
rokok/tembakau/obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif
dengan penekanan pada falsafah “kerjakan urusanmu sendiri-sendiri”.
b. Pengaruh teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa bila semakin banyak remaja
yang merokok, maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah
perokok dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebuut ada
duakemungkinan yang terjadi. Pertama, remaja tadi terpengaruh
olehteman-temannyaatau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi
oleh remaja tersebut, hingga akhirnya mereka semua menjadi perokok.
Diantara remaja perokok, 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau
lebih sahabat yang perokok, begitu pula dengan remaja bukan perokok (Al
Buchori, 1991 dalam Poltekkes Depkes Jakarta I, 2012).
c. Faktor kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, dan membebaskan diri dari
kebosanan.
d. Pengaruh iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan
gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour,
membuat remaja sering kali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang
ada di dalam iklan tersebut (Juniarti, 1991 dalam Poltekkes Depkes Jakarta
I, 2012).
12. Dampak rokok
Bahaya merokok bagi kesehatan menurut Tandra (2003) dalam Poltekkes
Depkes Jakarta I (2012) adalah dapat menimbulkan berbagai penyakit.
Banyak penyakit telah terbukti menjad akibat buruk dari merkok, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Rokok memiliki 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan,diantaranya adalah
nikotin yang bersifat adiktif dan tar yangbersifat karsinogenik. Rokok
memang hanya memiliki 8-20mg nikotin,yang setelah 25 dibakar 25 persennya
akan masuk kedalam darah.Namun,jumlah kecilinihanya membutuhkan waktu
15detik untuk sampai keotak.Dengan merokok mengurangi jumlah sel-sel berfilia
(rambut getar), menambah sel lendir sehingga menghambat oksigen ke paru-
paru sampai resiko delapan kali lebih besar terkena kanker dibandingkan
mereka yang hidup sehat tanpa rokok (Zulkifli, 2008).
Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh kebiasaan menghisap rokokyang
mungkinsajatidakterjadidalamwaktusingkatnamunmemberikan perokok potensi
yang lebih besar. Beberapa diantaranya antara lain :
a. Impotensi
Merokok dapatmenyebabkan penurunan seksualkarenaaliran darah ke
penis berkurangsehinggatidak terjadi ereksi.
b. Osteoporosis
Karbon monoksida dalam asap rokok dapat mengurangi daya
angkutoksigendarahperokok sebesar 15persen,mengakibatkan kerapuhan
tulangsehinggalebihmudahpatahdanmembutuhkan waktu 80 persen
lebihlama untuk penyembuhan.
c. Pada kehamilan
Merokok selama kehamilan menyebabkan pertumbuhan janin lambat dan
dapat meningkatkan risiko berat badan lahir rendah (BBLR) .

13. Penatalaksanaan gastritis


a. Pengobatan pada gastritis meliputi:
1) Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung
2) Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan intravena
untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-gejala mereda, untuk
gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida dan istirahat.
1) Histonin: Dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam lambung 11
dan kemudian menurunkan iritasi lambung.
2) Sulcralfate : diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara
menyelaputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang
menyebabkan iritasi ( Ikatan Apoteker Indonesia. 2010)
b. Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi:
Gastritis akut Diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alcohol
dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut,
diet mengandung gizi dan ajurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan
secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa
dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragik saluran gastrointestinal atas.
14. Kerangka teori

Faktor faktor yang Faktor faktor yang


mempengaruhi kambuhnya mempengaruhi perilaku
gastritis merokok

a. Pola makan a. Pengaruh orang tua


b. Stress b. Pengaruh teman
c. Penggunaan obat c. Pengaruh iklan
antiinflamasi d. Faktor kepribadian
Nonsteroid (NSAID)

Kambuhnya gastritis

15. Kerangka konsep

Variable bebas
(independen variable)
variabel terikat (dependent variabel)

Pola konsumsi dan perilaku Kejadian penyakit gastritis


merokok

1. Faktor zat internal (kondisi yang


mengacu pengeluaran asam lambung
yang berlebihan)
a. Pola makan
b. Stress
c. Muntah kronis
d. Sering makan makanan asam
2. Faktor zat eksternal (yang menyebabkan
iritasi dan infeksi)
a. Penggunaan obat obatan
(NSAID)
b. Penggunaan alcohol
c. Keracunan
d. Infeksi bakteri atau virus
16. Hipotesis
hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, atau dalil sementara yang
kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut .
a. Hipotesis Nol (Ho)
1. Hipotesis Nol (H0) : Tidak ada hubungan antara Pola Makan dengan
hubungan pola konsumsi kopi terhadap kejadian gastristis pada mahasiswa al-
irsyad al-islamiyyah cilacap
2. Hipotesis Nol (H0) : Tidak ada hubungan antara konsumsi rokok dengan
hubungan pola konsumsi kopi terhadap kejadian gastristis pada mahasiswa al-
irsyad al-islamiyyah cilacap
3. Hipotesis Nol (H0) : Tidak ada hubungan antara Penggunaan Obat
Antiinflamasi Nonsteroid dengan hubungan pola konsumsi kopi terhadap
kejadian gastristis pada mahasiswa al-irsyad al-islamiyyah cilacap

b. Hipotesis alternatif (Ha)


1. Ada hubungan antara pola makan dengan hubungan pola konsumsi kopi
terhadap kejadian gantritis pada mahasiswa al irsyad al islamiyyah cilacap
2. Ada hubungan antara pola konsumsi rokok dengan hubungan pola konsumsi
kopi terhadap kejadian gastritis pada mahasiswa al irsyad al islamiyyah cilacap
3. Ada hubungan antara penggunaan obat antiinflamasi nonsterois dengan
hubungan pola konsumsi kopi terhadap kejadian gastritis pada mahasiswa al
irsyad al islamiyyah cilacap
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Ishak Ilham, Haniarti, Usman . (2019). Hubungan pola konsumsi kopi terhadap
kejadian gastristis pada mahasiswa muhammadiyah parepare, Jurnal Ilmiah Manusia
dan Kesehatan, Vol. 2, No. 3

Itsna Khoirunnisa , Mona Saparwati. (2020). Pola makan pada orang di gastritis puskesmas gunung
pati working area semarang, Jurnal Gizi dan Kesehatan, JGK-Vol.12 , No.1

Achsan tudhonny (2019). Hubungan antara konsumsi kopi dengan gastritis diruang seroja rsud dr
soegiri lamongan.

Anda mungkin juga menyukai