Anda di halaman 1dari 21

Asuhan Keperawan Medikal Bedah

Ruangan : Yabes
Tanggal Pengkajian : 12 November 2021

I. Identitas Diri Klien


Nama : Tn.D Tgl Masuk RS : 11 Nov 2021
Tempat/Tgl Lahir : Masohi 29 April 1958 Sumber Informasi : Ny. D
Umur : 63 thn No RM : 054299
Jenis Kelamin : Laki-laki Keluarga yang dapat dihubungi : Ny.D
Alamat : Waihitu Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Kawin Pekerjaan : Petani
Agama :Kristen Alamat: Waihitu
Suku : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani

II. Status Kesehatan Saat Ini


1. Keluhuhan Utama : Sesak Nafas
2. Riwayat Keluhan Utama : Pasien Mengeluh Sesak Nafas
3. Faktor Pencetus : Pasien duduk terlalu lama
4. Lamanya Keluhan : sekitar 30 menit sebelum ke Rs
5. Timbulnya Keluhan : Sesak Nafas
6. Faktor Yang Memperberat : Ketika Pasien Tidur
7. Diagnosa Medis : Gagal ginjal akut

III. Riwayat kesehatan masa lalu


1. Penyakit yang pernah di alami :
a. Kecelakaan : tidak pernah
b. Pernah di Rawat : tidak pernah
c. Oprasi : tidak pernah
2. Alergi : tidak ada
3. Imunisasi : Pernah
4. Kebiasaan : tidak ada
5. Obat-obatan : tidak ada
IV . Genogram

Keterangan
: Laki-Laki

: Perempuan

: Garis Serumah
: Garis Perkawinan
: Pasien
: Garis Perkawinan
: Meninggal

Komentar
G 1 : Ayah dan Ibu Klien Telah Meninggal
G 2 : Klien adalah anak Tunggal dan hanya klien yang memiliki Penyakit gagal ginjal
V . Pengkajian Pola Kesehatan
A. Pola Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan
1. Keadaan Sebelum Sakit : Klien Baik-baik saja
2. Riwayat Penyakit Saat Ini
a. Keluhan Utama : Sesak Nafas
b. Riwayat keluhan utama : Klien Mengalami sesak nafas sekitar 30 menit
sebelum ke RS
c. Riwayat Penyakit yang pernah dialami : Klien tidak ada penyakit yang pernah di alami
d. Riwayat kesehatan keluarga : hanya klien yang mengalami penyakit gagal
ginjal.
3. Pemeriksaan Fisik
a. kebersihan rambut : bersih
b. kulit kepala : bersih
c. hygiene rongga mulut : bersih
d kebersihan genetali : bersih
e. kebersihan anus : bersih

B. Pola Nutrisi dan Metabolik


1. Keadaan Sebelum saki : klien makan 3x sehari
2. Keadaan sejak sakit : ½ porsi
3. Observasi : Klien Memakai Oksigen
4. Pemmeriksaan Fisik
a. Keadaan rambut : Bersih
b. hidrasi kulit : Tidak
c. konjungtiva : Pucat
d. scelera : Putih
e. hidung : Terpasang Oksigen
f. rongga mulut : Bersih
g. gigi : Kotor
h. kemampuan mengunyah keras : Lemah
i. lidah : Bersih
j. pharing : Klien dapat menelan dengan baik
k. kelenjar getah bening : Tidak Ada
i. kelenjar parotis : Tidak Ada
m. abdomen
. inspeksi : Tidak ada pembesaran di perut
. auskultasi : Normal
. palpasi : Tidak ada bengkak dan benjolan
. perkusi : Resonan
n. kulit
. Edema : Positif Negatif
. Icterik : Positif Negatif

. Tanda-tanda Radang : Tidak Ada


c. lesi : Tidak ada
C. Pola Eliminasi
1. Keadaan Sebelum sakit : Sebelumm sakit Klien Buang Air kecil sekitar 6-8x/hari
2. Keadaan sejak sakit : Sejak Klien sakit, Klien hanya buang air kecil sekitar 1-2x/hari
3. Observasi : Klien tidak memakai NGT
4. Pemeriksaan Fisk : Klien susah buang air kecil

D. Pola Aktivitas Dan Latihan


1. Keadaan sebelum sakit :
2. Keadaan sesudah sakit
3. Observasi : Klien melakukan sesuatu harus di bantu keluarga
a. Aktivitas Harian
. Makan : 3x sehari klien makan
. Mandi : klien mandi 1x sehari saat sakit
. Pakaian : bersih
. Kerapihan : rapih
. Buang air besar : 1x saat sakit
. Buang air kecil : 1-2x saat sakit
. Mobilisasi di tempat tidur : tidak
b. Postur Tubuh : kurus
c. Gaya Jalan : lambat
d. Anggota Gerak yang cacat : Tidak ada
e. Fiksasi
f. Mobilisasi tempat tidur : di bantu

4. Pemeriksaan Fisik
a. Tekanan darah : 130/90mmhg
b. HR :
c. Kulit : kering dan tidak elastis
Keringat dingin : tidak
Basah : tidak
d. JVP :
Kesimpulan :
e. Perfusi pembuluh kapiler kuku :
f. Thorax dan pernapasan :
. Inspeksi :
Bentuk thorax : tidak normal
Retraksi intercostal : sesak
Sianosis : bibir tampak kebiruan
Stridor : whezing
. Palpasi :-
. Perkusi : pekak
. Auskultasi
Suara nafas : wheezing
. Uji Kekuatan otot

Kana Kiri

Tangan 4 4
4 4
Kaki

. Refleks Fisiologi :
. Refleks Patologi :
Babinski, kiri : Positif Negatif
kanan : Positif Negatif
. Clubing Jari-jari :
. Varises tungkai :

g. Columna vetebralis
. inspeksi : Lordosis Kipiosis Skoliosis
. Palpasi :
. Kaku kuduk :

E. Pola Tidur dan Istirahat


1. Keadaan sebelum sakit : klien tidur 7-8 jam/hari
2. Keadaan sejak sakit : klien susah tidur dan sering terbangun
3. Observasi :
Ekspresi wajah mengantuk : Positif Negatif
Banyak Menguap : Positif Negatif
Palpebra inferior berwarna gelap : Positif Negatif

F. Pola Persepsi Kongnitif


1. Keadaan Sebelum sakit Penglihatan klien kabur karna usia
2. Observasi :
3. Pemeriksaan Fisik
a) Penglihatan
. Kornea : coklat
. Pupil : bulat
. Lensa Mata : kecoklatan
b) Pendengaran : baik
G. Pola Persepsi dan Konsep Diri
1. Keadaan sebelum sakit
2. Keadaan sejak sakit
3. Observasi
a) Kontak mata : kllien mengalihkan mata ke tempat lain saat berbicara
b) Rentang perhatian : klien kurang perhatian
c) Suara dan cara berbicara : klien seperti
d) Postur tubuh : kurus
4. Pemeriksaan Fisik
a) Kelainan bawaan yang nyata : tidak ada
b) Bentuk/postur tubuh : kurus
c) kulit : kering dan tidak elastis

VI. Uji Saraf Kranial

1. Nervus I (olfaktorius) : Penciuman Normal

2. Nervus II (optikus) : penglihatan jelas

VII. Pemeriksaan Penunjang


1. Data Laboratorium /Diagnostik yang signifikan
Tanggal Nama Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
11-11-2021 Antigen Negatif Negatif

11-11-2021 urine 225 Mg/dl C 19-44

2. Hasil Diagnostik (X-rays/Prosedur khusus /Patologi

VIII. Terapi Medis Yamg di berikan


Obat-Obatan
1. 14 Hb Asam folat 2×1Tb

2. Dextrose 5% : Nacl – Bicnat 3×1 Tb

3. Allupurinol 100 mg 1×1 Tb ( malam )

4. 2 kolf – vit B6 1×1 Tb

5. PRC – Ranitiden injeksi 2×50 mg /IV /12 jam

-0 2 3/ L

Tanda Tangan Mahasiswa yang Mengkaji

(……………………………………….)
Klasifikasi Data

Data Subjektif Data Objektif


Klien Mengatakan : 1. sesak nafas 1. Pola nafas Cepat
2. nafasnya terengah-engah 2. RR 28X/Menit
3. tidak mampu melakukan 3. Klien terlihat lemas
aktivitas secara mandiri 4. Rentang gerak Terbatas
dan harus di bantu 5. terpasang IVFD DX 5% : Nacl 14 Tetes
keluarga
4. Klien mengatakan kulitnya 6. Kulit klien sangat kering dan tidak ada
kering kelembapan samma skali

Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
DS : klien mengatakan
1. sesak nafas Penurunan Ekspansi Paru Pola Nafas tidak Efektif
2. nafasnya terengah-engah
3. tidak mampu melakukan
aktivitas secara mandiri dan Penurunan kekuatan otot Ganguan Mobilitas Fisik
harus di bantu keluarga
4. Klien mengatakan kulitnya
kering
Resiko gangguan Kerusakan integritas kulit
DO : 1. Pola nafas Cepat integritas kulit
2. RR 28X/Menit
3. Klien terlihat lemas
4. Rentang gerak Terbatas
5. terpasang IVFD Dx: Nacl 14
Tetes
6. Kulit klien sangat kering

Diagnosa Keperawatam

No Diagnosa

1. Pola Nafas Tidak Efektif


2. Gangguan Mobilitas Fisik
3. Kerusakan Integritas Kulit
Nama : Tn D Ruangan : Yabes 2
Umur : 63 Tahun Diagnosa : Gagal ginjal
Jenis Kelamin : Laki-laki No Rm : 054299

Perencanaan
No Diagnosa Tujuan Interverensi Rasional
Kerusakan Integritas Kulit Tujuan jangka 1) Lakukan Untuk mengetahui
panjang: penilaian
DS : klien mengatakan Klien skor pada kulit tingkat kekeringan
1. Kulitnya Kering terhindar dari kering dan
gangguan dan pruritus klien gatal pada kulit
integritas kulit klien
setelah secara
diberikan keseluruhan
DO : 1. Kulit klien kering dan asuhan
tidakk ada kelembapan keperawatan 3
sama skali x 24 jam 2)Observasi Disesuaikan
perawatan dengan
kulit klien, catat kondisi dan
jenis kebutuhan
sabun dan bahan kulit klien
pembersih lain
yang
digunakan,
temperature air
dan
frekuensi
membersihkan
kulit

Implementasi Evaluasi
Tanggal 12 November 2021 S : Kulit Klien Masih Kering
Pukul 12: 00 wit
Mengopservasi kondisi kulit klien yang kering O : Tempat tidur klien tetap bersih dan
kering
Tanggal 13 November 2021
Pukul 20:30 wit
Menganjurkan kepada keluarga agar menjaga
A : Masalah intergritas kulit belum
linen tetapp bersih dan kering teratasi

Tanggal 14 November 2021 P : Interverensi dilanjutkan.


Pukul 10:00 wit
Observasi perawatan kulit klien, catat jenis
sabun dan bahan pembersih lain yang digunakan
Nama : Tn D Ruangan : Yabes 2
Umur : 63 Tahun Diagnosa : Gagal ginjal
Jenis Kelamin : Laki-laki No Rm : 054299

Perencanaan
No Diagnosa Tujuan Interverensi Rasional
Pola Nafas tidak efektif Setelah dilakukan 1. Memonitor Pola 1. agar tau pola nafas
interverensi 2x24 jam Nafas
DS : Klien mengatakan maka pola nafas 2. dapat menmasimalkan
1. Sesak Nafas membaik 2. berikan oksigen bernafas menggunakan
2. nafasnya terengah- oksigen
engah
3. merangsang fungsi
DO : 1. Pola Nafs Cepatt 3. Posisikan semi pernafasan/ekspansi paru
2. RR 28X/Menit folwler/fowler

Implementasii Evaluasi
Tanggal 12 November 2021 S. Irama Nafas Klien cepat 28x/menit
Pukul 10 : 00 wit
Memonitor pola nafas O. Pola nafas Mulai normal

A. Masalah Pola Nafas tidak efektif Mulai teratasi


Tanggal 13 November 2021
Pukul 20:30 wit P. Interverensi dihentikan
Berikan oksigen

Tanggal 14 November 2021


Pukul 11:00 wit
Posisikan Pasien secara semi fowler

Nama : Tn D Ruangan : Yabes 2


Umur : 63 Tahun Diagnosa : Gagal ginjal
Jenis Kelamin : Laki-laki No Rm : 054299

Perencanaan
No Diagnosa Tujuan Interverensi Rasional
Gangguan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan 1. lakukan ambulasi 1. melatih ekstremitas klien
interverensi 2x24
DS : klien mengatakan jam maka
1. tidak mampu melakukan ganguan mobilitas 2. libatkan keluarga 2. agar dapat memmbantu
aktivitas secara mandiri fisik meningkat untuk membantu klien klien dalam ambulasi
dan harus di bantu dengan kriteria dalam meningkatkan dengan baik
keluarga hasil ambulasi
1. rentang gerak
DO : meningkat
1. Klien terlihat lemas 2. gerakan 3. Memonitor respon 3. agar mengetahui
2. Rentang gerak terbatas menurun klien terhadap kemampuan klien saat
Terbatas ambulasi latihan ambulasi
3. terpasang IVFD RL
20tpm/8 jam
Implementasii Evaluasi
Tanggal 12 November 2021 S. Klien dapat berjalan perlahan tanpa bantuan
Pukul 13 : 00 wit
Lakukan ambulasi
O. Kaki klien masih sering lemas
Tanggal 13 November 2021
Pukul 20:00 wit
Memonior ambulasi Klien A. Masalah ganguan mobilitas fisik sebagian teratasi

P. Interverensi dilanjutkan

Asuhan Keperawatan
Pada Tn.D. Dengan Gagal Jantung
Di Ruang Yabes Rumah Sakit Sumber Hidup GPM
Di Susun Oleh
Nama : Mayang Sari Ely
Nim : 1240212020034
Tingkat 2A

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKPER RUMKIIT TK III Dr..J.A LATUMETEN
AMBON

Laporan Pendahuluan

Bab I Tinjaun Teori


A.. Pengertian
Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu keadaan menurunnya fungsi ginjal yang bersifat kronis
akibat kerusakan progresif sehingga terjadi uremis atau penumpukan akibat kelebihan urea
dan sampah nitrogen di dalam darah (Priyanti & Farhana, 2016).
Gagal Ginjal Kronik adalah suatu kondisi dimana tubuh mengalami kegagalan untuk
mempertahankan keseimbangan metabolik, cairan dan elektrolit dikarenakan kemunduran
fungsi ginjal yang bersifat progresif dan irreversible. Kerusakan pada ginjal ini menyebabkan
menurunnya kemampuan dan kekuatan tubuh untuk melakukan aktivitas, sehingga tubuh
menjadi lemah dan lemas dan berakhir pada menurunnya kualitas hidup pasien (Wijaya &
Putri, 2013).
Gagal Ginjal Kronik dapat disebabkan karena gangguan pembuluh darah, gangguan
imunologis, infeksi, gangguan metabolik, gangguan tubulus primer, obstruksi traktus
urinarius, kelainan kongenital dan herediter yang kemudian berdampak pada menurunnya
fungsi ginjal diikuti penurunan ekskresi Na menyebabkan retensi cairan sehingga volume
overload dan diikuti edema paru. Edema paru akan mempengaruhi kemampuan mekanik dan
pertukaran gas diparu dengan berbagai mekanisme. Edema Interstitial dan alveolimenghambat
pengembangan alveoli, serta menyebabkan atelaktasis dan penurunan produksi surfaktan.
Akibatnya, komplians paru dan volume tidal berkurang. Sebagai usaha agar ventilasi semenit
tetap adekuat, pasien harus meningkatkan usaha pernapasan untuk mencukupkan volume tidal
dan/meningkatkan frekuensi pernapasan. Penurunan fungsi ginjal juga menyebabkan protein
yang normalnya diekskresikan ke dalam urin tertimbun dalam darah dan dapat hilang
melebihi produksinya (albuminemia). Hipoalbuminemia menyebabkan tekanan osmotik
plasma menurun sehingga mendorong pergerakan cairan dari kapiler paru, sehingga terjadi
penumpukan cairan pada paru (edema paru). Akibatnya terjadi gangguan pertukaran udara
di alveoli secara progresif dan mengakibatkan hipoksia (Pradesya, 2015).

B. Etiologi
a. Gangguan pembuluh darah ginjal
Salah satu lesi vaskular yang dapat menyebabkan iskemik pada ginjal dan kematian jaringan
ginjal yang paling sering adalah atreosklerosis pada arteri renalis besar, dengan konstriksi
skleratik progresif pada pembuluh darah. Hiperplasia fibromuskular dapat menyebabkan
sumbatan pada pembuluh darah. Hipertensi lama yang tidak diobati mengakibatkan
nefrosklerosis yang dicirikan antara lain terjadinya penebalan, hilangnya elastisistas sistem,
perubahan darah ginjal mengakibatkan aliran darah menurun dan akhirnya terjadi gagal ginjal.

b. Gangguan imunologis
Seperti glomerulonefritis (peradangan pada glomerulo) dan SLE
(System Lupus Erythematosus).

c. Infeksi
Infeksi ini bisa disebabkan oleh bakteri seperti Echerichia Coli berasal dari kontaminasi tinja
pada traktus urinarius bakteri. Bakteri Echerichia Coli mencapai ginjal melalui aliran darah
dari traktusurinarius lewat ureter ke ginjal sehingga dapat mengakibatkan kerusakan
irreversible ginjal atau biasa disebut plenlonefritis.

d. Gangguan metabolik
Contoh penyakit gangguan metabolik yaitu Diabetes Mellitus (DM) dapat menyebabkan
mobilisasi lemak meningkat kemudian terjadi penebalan membran kapiler dan ginjal berlanjut
disfungsi endotel sehingga terjadi nefropati amiloidosis yang disebabkan endapan zat-zat
proteinemia abnormal pada dinding pembuluh darah secara serius dan menyebabkan
membran glomerulus rusak.

e. Gangguan tubulus primer


Terjadinya nefrotoksis akibat analgesik atau logam berat.

f. Obstruksi traktus urinarius


Oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, dan konstriksi uretra.

g. Kelainan kongenital dan herediter


Dapat terjadi karena kondisi keturunan dengan karakteristik kista atau kantong berisi cairan di
dalam ginjal dan organ lain serta tidak adanya jaringan ginjal yang bersifat kongenital.

C. Manefestasi Klinis
Manifestasi Klinis Gagal Ginjal
Manifestasi klinik menurut (Smeltzer) antara lain :
a. Tekanan darah tinggi atau hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas
system renin–angiotensin–aldosteron),
b. Gagal jantung kongestif dan odem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis
(akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan
cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).

Manifestasi klinik menurut Suyono adalah sebagai berikut :


a. Gangguan kardiovaskuler
Manifestasi klinik pada gangguan kardiovaskuler yang dapat ditemui yaitu di dapat hipertensi,
nyeri dada, sesak nafas akibat perikarditis, efusi perikardiak, dan gagal jantung akibat
penimbunan cairan, serta gangguan irama jantung dan edema.

b. Gangguan pulmoner
Tanda dan gejala yang ditemui yaitu, nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental
dan riak, suara krekels.

c. Gangguan gastrointestinal
Pada gastrointestinal didapat anoreksia, nausea (mual), vomitus (muntah) dan cegukan, yang
berhubungan dengan metabolisme protein dalam usus, perdarahan pada saluran
gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau amonia, kehilangan kemampuan
penghidung dan pengecap, peritonitis.

d. Gangguan muskuloskeletal
resiles Leg sindrom (pegal pada kakinya sehingga selalu digerakkan), burning feet syndrom
(rasa kesemutan dan terbakar, terutama di telapak kaki), tremor, dan miopati (kelemahan dan
hipertropi otot–otot ekstremitas).

e. Integumen
Pada integumen didapat tanda dan gejala kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning–
kuningan akibat penimbunan urokrom, mengkilat dan hiperpigmentasi, gatal–gatal akibat
toksik, kuku tipis dan rapuh, kulit kering, bersisik, rambut tipis dan kasar, memar (purpura).

f. Gangguan endokrin
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan aminore.
Gangguan metabolik glukosa, gangguan metabolik lemak dan vitamin D.

g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa


Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi
kehilangan natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia,
hipomagnesemia, hipokalemia.

h. Sistem hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritropoetin. Sehingga rangsangan
eritopoesis pada sumsum tulang berkurang, hemolisis akibat berkurangnya masa hidup
eritrosit dalam suasana uremik toksik, dapat jjuga terjadi gangguan fungsi tromboosis dan
tromboositopeni.

D. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus)
diduga utuh sedangkan yang lain rusak. Nefron yang utuh menjadi hipertrofi dan produksi
dari hasil filtrasi meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR
(Glomerulus Filtration Rate). Metode adaptif ini dapat berfungsi sampai ¾ nefron dari
nefron-nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang
bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena
jumlah nefron yang rusak bertambah banyak timbul oliguri disertai retensi produk sisa.
Gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan
ginjal ini bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80-90%. Pada tingkat fungsi ginjal dengan
nilai creatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah dari itu.
Penurunan fungsi renal menyebabkan produk akhir dari metabolisme protein (yang
biasanya di ekskresikan ke dalam urin) menjadi tertimbun dalam darah, sehingga terjadilah
uremia dam mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah
di dalam darah maka gejala akan semakin berat. Gejala uremia ini biasanya dapat ditangani
dengan tindakan terapi dialisis. Gagal ginjal dapat disebabkan karena gangguan pembuluh
darah ginjal (penyakit vaskular), gangguan imunologis, infeksi, gangguan metabolik,
gangguan tubulus primer, obstruksi traktus urinarius, dan kelainan kongenital dan
herediter. Adanya lesi vaskular dapat menyebabkan iskemik pada ginjal dan kematian
jaringan ginjal (yang paling sering adalah atreosklerosis pada arteri renalis besar, dengan
konstriksi skleratik progresif pada pembuluh darah) sehingga dapat menyebabkan
hiperplasia fibromuskular sehingga terjadi sumbatan pada pembuluh darah. bila tidak
segera diatasi akan muncul masalah yaitu hipertensi.
Hipertensi menyebabkan penurunan perfusi renal yang mengakibatkan
terjadinya kerusakan parenkim ginjal hal ini menyebabkan peningkatan renin dan
meningkatkan angiotensin II, selanjutnya angiotensin II dapat menyebabkan dua hal yaitu :
peningkatan aldosteron dan vasokonstriksi arteriol. Pada kondisi peningkatan aldosteron,
akan meningkatkan reabsorpsi natrium, natrium akan meningkat di cairan ekstra seluler.
Pada gagal ginjal penurunan ekskresi Na menyebabkan retensi cairan sehingga volume
overload dan diikuti edema paru. Edema paru akan mempengaruhi kemampuan mekanik
dan pertukaran gas di paru dengan berbagai mekanisme. Edema interstitial dan alveoli
menghambat pengembangan alveoli, serta menyebabkan atelaktasis dan penurunan
produsksi surfaktan. Akibatnya, komplians paru dan volume tidal berkurang. Sebagai
usaha agar ventilasi semenit tetap adekuat, pasien harus meningkatkan usaha pernapasan
untuk mencukupkan volume tidal meningkatkan frekuensi pernapasan.
Secara klinis gejala yang dapat timbul yaitu gejala sesak nafas, retraksi interkostal pada
saat inspirasi, dan perubahan berat badan (Rendy & Margareth, 2013).

E. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut E Marlynn pemeriksaan penunjang pada pasien dengan gagal ginjal dapat
dilakukan pemeriksaan antara lain :
a. Urine
Volume biasanya kurang dari 400 ml /24 jam (oliguria) atau anuria. Warna secara abnormal
urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, fosfat atau urat sedimen kotor,
bila warna kecoklatan menunjukkan adanya darah, hemoglobin, mioglobin, porfirin.
Berat jenis kurang dari 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat. Osmolalitas kurang dari
350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan ginjal tubular. Klirens kreatinin menurun, natrium
lebih dari 40 mEq/lt, proteinuria dengan nilai 3 sampai 4 lebih.

b. Darah
BUN/kreatinin : meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir. Hitung darah
lengkap: Ht menurun, Hb kurang dari 7-8 gr. Eritrosit : waktu hidup menurun. GDA (Glukosa
Darah Acak) : Ph menurun kurang dari 7,2, asidosis metabolik. Natrium serum menurun,
kalium meningkat, magnesium/fosfat meningkat, protein (khusus albumin) : menurun
Osmolaritas serum lebh dari 285 mOsm/kg.

d. Pelogram retrograd, mengetahui abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.


e. Ultrasono ginjal untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya massa, kista, obstruksi pada
saluran perkemihan bagian atas.

f. Endoskopi ginjal, nefroskopi untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria, dan
pengangkatan tumor selektif.

g. Arteriogram ginjal untuk mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskuler,


massa.

h. EKG (Elektrokardiogram) : ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.

i. Foto kaki, tengkorak, koluna spinal dan tangan : demineralisasi.

j. Biopsy ginjal : menentukan sel jaringan untuk diagnosis histologist.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gagal ginjal dapat dilakukan dua tahap yaitu dengan terapi
konservatif dan terapi pengganti ginjal. Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah
memburuknya faal ginjal secara progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi
toksin azotemia, memperbaiki metabolisme secara optimal, dan memelihara keseimbangan
cairan elektrolit. Beberapa tindakan konservatif yang dapat dilakukan dengan pengaturan
diet pada pasien dengan gagal ginjal diantaranya yaitu :
1. Diet rendah protein
Diet rendah protein bertujuan untuk mencegah atau mengurangi toksin azotemia, tetapi
untuk jangka lama dapat merugikan terutama gangguan keseimbangan negatif nitrogen.
Jumlah protein yang diperbolehkan kurang dari 0,6 g protein/Kg/hari dengan LFG (Laju
Filtrasi Glomerulus) kurang dari 10 ml/menit.

2. Terapi diet rendah Kalium


Hiperkalemia (kadar kalium lebih dari 6,5 mEq/L) merupakan komplikasi interdiliatik
yaitu komplikasi yang terjadi selama periode antar hemodialisis. Hiperkalemia mempunyai
resiko untuk terjadinya kelainan jantung yaitu aritmia yang dapat memicu terjadinya
cardiac arrest yang merupakan penyebab kematian mendadak. Jumlah yang diperbolehkan
dalam diet adalah 40-80 mEq/hari.
3. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam
Asupan cairan pada gagal ginjal kronik membutuhkan regulasi yang hati-hati. Asupan yang
terlalu bebas dapat menyebabkan kelebihan beban sirkulasi, edem, dan juga intoksikasi
cairan. Kekurangan cairan juga dapat menyebabkan dehidrasi, hipotensi, dan
memburuknya fungsi ginjal. Aturan umum untuk asupan cairan adalah keluaran urine
dalam 24 jam ditambah 500 ml yang mencerminkan kehilangan cairan yang tidak disadari.

4. Kontrol hipertensi
Pada pasien hipertensi dengan gagal ginjal kronik, keseimbangan garam dan cairan diatur
tersendiri tanpa tergantung tekanan darah sering diperlukan diuretik loop, selain obat
antihipertensi.

5. Mencegah dan tata laksana penyakit tulang ginjal


Hiperfosfatemia dikontrol dengan obat yang mengikat fosfat seperti alumunium hidroksida
(300-1800 mg) atau kalsium karbonat pada setiap makan.

6. Deteksi dini dan terapi infeksi


Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien imunosupresif dan terapi lebih ketat.

7. Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal Banyak obat-obatan yang harus diturunkan
dosisnya karena metaboliknya toksik dan dikeluarkan oleh ginjal.

8. Deteksi dini dan terapi komplikasi


Awasi dengan ketat kemungkinan ensefalopati uremia, perikarditis, neuropati perifer,
hiperkalemia yang meningkat, kelebihan cairan yang meningkat, infeksi yang mengancam
jiwa, kegagalan untuk bertahan, sehingga diperlukan dialisis.

9. Teknis nafas dalam


Breathing exercise atau teknis nafas dalam bertujuan untuk mencapai ventilasi yang lebih
terkontrol dan efisien serta mengurangi udara yang terperangkap serta mengurangi kerja
bernapas. Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan menarik nafas melalui hidung
dengan mulut tertutup tahan selama 3 detik, kemudian mengeluarkan nafas pelan-pelan
melalui mulut dengan posisi bersiul, purse lips breathing dilakukan dengan atau tanpa
kontraksi otot abdomen selama ekpirasi dan tidak ada udara keluar melalui hiidung dengan
purse lips breathing akan terjadi peningkatann pada rongga mulut, kemudian tekanan ini
akan diteruskan melalui cabang-cabang bronkus sehinggah dapat mencegah air trapping
dan kolaps saluran nafas kecil pada waktu ekspirasi. (Mu’fiah 2018).

G. Komplikasi
Menurut Prabowo (2014) komplikasi yang dapat timbul dari penyakit gagal ginjal kronik
adalah :
a. Penyakit tulang
Penyakit tulang dapat terjadi karena retensi fosfat, kadar kalsium serum yang rendah,
metabolisme vitamin D abnormal dan peningkatan kadar alumunium.
b. Penyakit kardiovaskuler
Ginjal yang rusak akan gagal mengatur tekanan darah. Ini karena aldosteron (hormon
pengatur tekanan darah) jadi bekerja terlalu keras menyuplai darah ke ginjal. Jantung
terbebani karena memompa semakin banyak darah, tekanan darah tinggi membuat
arteri tersumbat dan akhirnya berhenti berfungsi.tekanan darah tinggi dapat menimbulkan
masalah jantung serius.
c. Anemia
Anemia muncul akibat tubuh kekurangan entrokosit, sehingga sumsum tulang yang
mempunyai kemampuan untuk membentuk darah lama kelamaan juga akan semakin
berkurang.
d. Disfungsi seksual
Pada klien gagal ginjal kronik, terutama kaum pria kadang merasa cepat lelah sehingga
minat dalam melakukan hubungan seksual menjadi kurang.

Daftar Pusataka

151210008 Dwi kartikasari KTIkunci.pdf

http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/1499/1/151210008%20Dwi%20kartikasari%20Artikel.pdf

BAB 2.pdf

https://repository.binawan.ac.id/1007/1/LAPORAN%20PENELITIAN%20DOSEN%20-
%20GANJIL%202020.pdf

http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/395/1/selesai.pdf

Anda mungkin juga menyukai