Anda di halaman 1dari 10

KEGAWATAN

OVERDOSIS
Ariffatul Azizah (P27820119007)
Lovita Salsabila Balkis (P27820119022)

Tingkat III Reguler A


Definisi Etiologi
Salah satu kejadian gawat darurat
yang juga mengancam nyawa a. Faktor penyebab
manusia adalah overdosis. Usia, merek dagang, penyakit,
Overdosis merupakan keracunan gangguan emosi dan mental,
pada penggunaan obat baik yang mengkonsumsi obat lebih dari batas
tidak disengaja maupu disengaja kemampuannya, kualitas barang
dengan maksud bunuh diri. dikonsumsi berbeda
Overdosis merupakan keadaan
b. Faktor ketidakpatuhan pengobatan
dimana seseorang mengalami
gejala terjadinya keracunan yang Kurang pahamnya pasien tentang
mengakibatkan ketidaksadaran tujuan pengobatan, Tidak mengertinya
akibat obat yang melebihi dosis pasien tentang pentingnya mengikuti
yang bisa diterima oleh tubuh. aturan pengobatan yang ditetapkan,
Sukarnya memperoleh obat itu diluar
rumah sakit, Mahalnya harga obat,
Kurangnya perhatian dan kepedulian
keluarga
Patofisiologi Manifestasi Klinis
Ketika seseorang mengalami overdosis obat a. Penurunan kesadaran
ada beberapa saluran yang terganggu yaitu saluran
cerna dan saluran pernapasan. di saluran pencernaan b. Wajah pucat membiru
akan menimbulkan mual, muntah dan diare, c. kuku, bibir menjadi kebiru- biruan.
sedangkan pada saluran pernapasan terjadi korosi di
d. Suhu tubuh menurun, tubuh dingin
trakea sehingga terjadi pembengkakanatau edema
dan lembab, menggigil
pada laring. Pembengkakan ini lah yang akan
menghambat jalan napasa atau terjadilah obstruksi e. Frekuensi Nafas lambat (kurang dari
jalan napas. Di saluran pencernaan dan saluran 12kali/menit), hingga henti nafas.
pernapasan pembulu darah terganggu karena darah f. Adanya suara- suara mengorok atau
menyerap obat dalam jumlah yang banyak, mendengkur yang berasal dari
terganggunya ini akan mengakibatkan gangguan tenggorokkan yang
saraf otonom yang akan menyebabkan nyeri kepala, menandakan bahwa seorang itu
kelemahan dan gangguan di pusat pernapasan. Di mengalami gangguan jalan nafas.
pusat pernapasan yang terganggu pernapasan pasien
g. Nyeri tekan pada thoraks
akan cepat dan dalam yang akan mengakibatkan
alkolisis respiratori h. Kejang
i. Pupil miosis
Komplikasi Penatalaksanaan

1. Tindakan emergency :
Kelebihan dosis pemakaian obat,
dapat menyebabkan : a.Airway: Bebaskan jalan nafas, kalau
a. Gagal ginjal perlu lakukan intubasi.
b. Kerusakan hati b. Breathing: Berikan pernafasan buatan
c. Gangguan pencernaan bila penderita tidak bernafas spontan
d. Gangguan pernafasan atau pernapasan tidak adekuat.
c. Circulation: Pasang infus bila keadaan
Pemeriksaan Penunjang penderita gawat dan perbaiki perfusi
jaringan.
1. Laboratorium 2. Identifikasi penyebab keracunan
Pengukuran kadar KhE dengan sel darah merah dan plasma. 3. Eliminasi racun : Rangsang muntah, kumbah
Kercunan akut : Ringan : 40 - 70 % lambung, Pemberian Norit (jangan diberikan
Sedang : 20 - 40 % bersama obat muntah)
Berat : < 20 %
4. Pemberian antidotum, jika memungkinkan
2. Patologi Anatomi ( PA )
Pada keracunan acut, hasil pemeriksaan patologi biasanya
tidak khas. Sering hanya ditemukan edema paru, dilatsi
kapiler, hiperemi paru, otak dan organ - organ lainnya.
Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian

A. Pengkajian Primer B. Pengkajian Sekunder (Secondary


a) Airway support Survey)
b) Breathing support
Pemeriksaan lengkap yang dilakukan
c) Circulation support
d) Disability secara head to toe, hanya dilakukan
e) Exposure setelah kondisi klien mulai stabil. Pada
f) Folley kateter tahap ini terdapat 2 fase:
g) Gastric tube a. Fase Intialintek, 1 – 3 hari
h) Heart monitor digunakan untuk pemeriksaan
Setelah primary survey dan intervensi krisis selesai, perawat harus
fisik dan mental
mengkaji riwayat pasien
A: Allergies (jika pasien tidak dapat memberikan informasi b. Fase detoksifikasi dan terapi
perawat bisa menanyakan keluarga atau teman dekat tentang komplikasi medic, antara 1 – 3
riwayat alergi pasien) minggu untuk melakukan
M : Medication (overdosis obat : ekstasi) pengurangan ketergantungan
P : Past medical history (riwayat medis lalu seperti masalah bahan-bahan adiktif secara
kardiovaskuler atau pernapasan
bertahap.
L : Last oral intake (obat terakhir yang dikonsumsi : ekstasi)
E : Even (kejadian overdosisnya obat, dekskripsi gejala, keluhan
utama, dan mekanisme overdosis)
C. Anamnesa
Anamnesa dilakukan setelah klien sadar dan dalam kondisi stabil atau bisa ditanyakan melalui keluarga klien.
1. Identitas, meliputi nama, jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, alamat dan diagnose medis, disertai
identitas penanggung jawab dan hubungan penanggung jawab dengan klien.
2. Keluhan Utama, Keluhan yang menjadi dasar klien masuk Rumah Sakit. Umumnya keluarga klien mengatakan
bahwa klien mengalami penurunan kesadaran dan anggota tubuh tampak pucat.
3. Riwayat penyakit saat ini. Pada riwayat keluhan klien saat ini, keluarga klien umumnya akan mengatakan
bahwa tubuh klien tampak membiru terutama pada bibir, wajah dan ekstermitas.
4. Riwayat penyakit dahulu. Adakah riwayat penyakit dahulu yang memicu klien hingga mengalami overdosis
obat.
5. Riwayat penyakit keluarga,
Riwayat kesehatan keluarga yang dapat menurun, seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus, dan
lain-lain.
Diagnosa Keperawatan
6. Pemeriksaan Fisik
a. B1 : Breath 1. Pola Napas Tidak Efektif b.d
Kaji pernapasan klien. Umumnya klien akan hambatan upaya napas d.d
mengalami distress pernapasan, yang ditandai dengan dispnea, fase ekspirasi
bradipnea, saturasi oksigen menurun. memanjang, pola napas
b. B2 : Blood abnormal (bradipnea) (D.
Pada pengkajian ini umumnya ditemukan tekanan 0002).
darah klien rendah (hipotensi), bradikardi. 2. Risiko Aspirasi d.d penurunan
c. B3 : Brain tingkat kesadaran (D.0006).
Pada saat pertama kali datang, klien umumnya
mengalami penurunan kesadaran bahkan tidak sadar.
Klien juga akan mengalami penurunan sensori.
d. B4 : Bladder
Pada kasus dengan overdosis tinggi, klien bisa
mengalami kerusakan pada organ ginjal.
e. B5 : Bowel
Kaji intake dan outtake klien.
f. B6 : Bone
Pada kasus overdosis klien akan mengalami
kelemahan.
Intervensi Keperawatan
Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi
1.  Pola Napas Tidak Efektif b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pola 1. Untuk mengetahui usaha
hambatan upaya napas d.d keperawatan selama 1x 24 jam napas. napas klien, agar diketahui
dispnea, fase ekspirasi diharapkan pola napas membaik,   sedini mungkin jika terdapat
memanjang, pola napas dengan criteria hasil:   kelainan
abnormal (bradipnea). 1. Dispnea menurun 2. Monitor bunyi 2. Untuk mengetahui sedini
  2. Pola napas membaik napas mungkin bunyi napas
tambahan. tambahan akibat penurunan
  kesadaran klien dan dapat
   memberikan peanganan
  dengan segera.
3. Pertahankan 3. Untuk membantu
kepatenan jalan membebaskan jalan napas
napas dengan klien.
head tilt chin
lift
2.  Risiko Aspirasi d.d Setelah dilakukan 1. Monitor tingkat 1. Untuk mengetahui
penurunan tingkat tindakan keperawatan kesadaran, batuk, tingkat kesadaran
kesadaran. selama 2x24 jam muntah, dan klien.
diharapkan tingkat kemampuan menelan.  
 
aspirasi menurun dengan 2. Monitor status 2. Untuk mengukur
criteria hasil : pernapasan. penurunan dispnea.
3. Pertahankan 3. Untuk membantu
1. Tingkat kesadaran
kepatenan jalan membebaskan jalan
meningkat
napas. napas klien akibat
2. Dispnea menurun
penurunan
3. Sianosis menurun
kesadaran.
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian perkembangan kondisi pasien
Implementasi atau tindakan keperawatan adalah
setelah dilakukan tindakan keperawatan yang mengacu
perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan
oleh perawat untuk mengimplementasikan pada kriteria hasil. (Nusdin, 2014). Tahap terakhir ini
intervensi keperawatan. (Tim Pokja SIKI DPP berupa gambaran terhadap asuhan keperawatan yang
PPNI, 2018). Tindakan keperawatan ini diberikan dengan melihat perkembangan masalah klien
dilaksanakan sesuai intervensi yang telah seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan,
direncanakan agar mendapatkan hasil yang
dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Evaluasi
maksimal. Tindakan keperawatan ini ada 2 jenis
dilakukan berdasarkan SOAP (Subjuctive, Objective,
yaitu tindakan mandiri perawat (observasi,
terapeutik, dan edukasi) dan tindakan kolaboratif. Assesement, Plan) yang didasarkan pada respon dan
tujuan yang sudah dicapai atau belum.

Anda mungkin juga menyukai