DosenPembimbing:
Disusunoleh:
Tingkat 3 Reguler
POLITEKNIKKESEHATANKEMENKESSURABAYA
JURUSANKEPERAWATAN
PRODID-IIIKEPERAWATANKAMPUSSOETOMO
SURABAYA
2021/2022
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Amputasi” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan Fraktur bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
3. Bagaimana patofisiologi dari amputasi?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari amputasi?
5. Bagaimana management medis dari amputasi?
6. Bagaimana pathway dari amputasi?
7. Bagaimana asuhan keperawatan teori untuk kasus amputasi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari amputasi
2. Untuk mengetahui etiologi dari amputasi
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari amputasi
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari amputasi
5. Untuk mengetahui management medis dari amputasi
6. Untuk mengetahui pathway dari amputasi
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teori untuk kasus amputasi
v
BAB II
PEMBAHASAN
vi
Amputasi dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari
tubuh dengan metode:
1. Metode terbuka yaitu metode yang digunakan pada pasien dengan
infeksi yang berat yang dimana pemotongan dilakukan pada
tingkat yang sama. Bentuknya benar-benar terbuka dan dipasang
drainage agar luka bersih dan luka dapat ditutup setelah tidak
terinfeksi.
2. Metode tertutup yaitu metode yang dilakukan dalam kondisi yang
lebih mungkin. Pada metode ini kulit tepi ditarik atau dibuat skalf
untuk menutupi luka, pada atas ujung tulang dan dijahit pada
daerah yang diamputasi.
2.1.4 Manifestasi Klinis
1. Kehilangan anggota gerak (ektremitas atas atau bawah).
2. Nyeri pada bagian yang diamputasi yang berasal dari neuroma
ujung saraf yang dekat dengan permukaan.
3. Edema yang apabila tidak ditangani menyebabkan hiperplasia
varikosa dengan keronitis.
4. Dermatitis pada tempat tekanan ditemukan kista (epidermal atau
aterom)
5. Busitis (terbentuk bursa tekanan antara penonjolan tulang dan kulit)
6. Bila kebersihan kulit diabaikan terjadi folikulitis dan furunkulitis.
7. Sedih dan harga diri rendah (self esteem) dan diikuti proses
kehilangan (grieving process).
2.1.5 Management Medis
Tujuan utama pembedahan adalah mencapai penyembuhan luka
amputasi dan menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri
tekan dengan kulit yang sehat pada lansia mungkin mengalami
kelembatan penyembuhan luka karena nutrisi yang buruk dan masalah
kesehatan lainnya. Percepatan penyembuhan dapat dilakukan dengan
penanganan yang lembut terhadap sisa tungkai, pengontrolan edema
sisa tungkai dengan balutan kompres lunak (rigid) dan menggunakan
teknik aseptik dalam perawatan luka untuk menghindari infeksi.
vii
a. Balutan rigid tertutup
Balutan rigid adalah balutan yang menggunakan plaster of paris
yang dipasang waktu dikamar operasi. Pada waktu memasang
balutan ini harus direncanakan apakah penderita harus imobilisasi
atau tidak dan pemasangan dilengkapi tempat memasang ekstensi
prosthesis sementara (pylon) dan kaki buatan. Balutan ini sering
digunakan untuk mendapatkan kompresi yang merata, menyangga
jaringan lunak dan mengontrol nyeri dan mencegah kontraktur.
Kaoskaki steril dipasang pada sisi steril dan bantalan dipasang
pada daerah peka tekanan. Sisa tungkai (punting) kemudian dibalut
dengan gips elastic yang ketika mengeras akan memberikan
tekanan yang merata. Hati-hati jangan sampai menjerat pembuluh
darah. Gips diganti sekitar 10-14 hari. Bila terjadi peningkatan
suhu tubuh, nyeri berat atau gips mulai longgar harus segara
diganti.
b. Balutan lunak
Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila
diperlukan inspeksi berkala sisa tungkai (puntung) sesuai
kebutuhan. Bidai imobilisasi dapat dibalutkan pada balutan.
Hematoma puntung dikontrol dengan alat drainase luka untuk
meminimalkan infeksi.
c. Amputasi bertahap
Amputasi bertahap dilakukan bila ada gangren atau infeksi.
Pertama-tama dilakukan amputasi guillotine untuk mengangkat
semua jaringan nekrosis dan sepsis. Luka didebridemen dan
dibiarkan mengering. Jika dalam beberapa hari infeksi telah
terkontrol dank lien telah stabil, dilakukan amputasi definitife
dengan penutupan kulit.
d. Protesis
Kadang diberikan pada hari pertama pasca bedah sehingga latihan
segera dapat dimulai. Keuntungan menggunakan protesis
sementara adalah membiasakan klien menggunakan protesis sedini
viii
mungkin. Kadang protesis darurat baru diberikan setelah satu
minggu luka sembuh. Pada amputasi, untuk penyakit pembuluh
darah proteis sementara diberikan setelah 4 minggu. Protesis ini
bertujuan untuk mengganti bagian ekstremitas yang hilang. Artinya
defek system musculoskeletal harus diatasi, temasuk defek faal.
Pada ekstremitas bawah, tujuan protesis ini sebagian besar dapat
dicapai. Sebaliknya untuk ekstremitas atas tujuan itu sulit dicapai,
bahkan dengan tangan miolektrik canggih yang bekerja atas sinyal
miolektrik dari otot biseps dan triseps.
ix
2.1.6 Pathway
x
2.2 Asuhan Keperawatan Teori
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi
tubuh klien secara utuh untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan
operasi manakala tindakan amputasi merupakan tindakan terencana atau
selektif, dan untuk mempersiapkan kondisi tubuh sebaik mungkin
merupakan tindakan darurat. (Engram dan Barbara, 1999 )
a. Umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, riwayat medis lainnya.
b. Keluhan Utama
Keterbatasan aktivitas, gangguan sirkulasi, rasa nyeri dan gangguan
neurosensori
c. Riwayat kesehatan Masa Lalu
Kelainan muskuloskeletal (jatuh, infeksi, trauma dan fraktur), cara
penanggulangan
d. Riwayat kesehatan sekarang
Kapan timbul masalah, riwayat trauma, penyebab, gejala (tiba
tiba/perlahan), lokasi, obat yang diminum, dan cara
penanggulangan.
e. Pola-pola Kesehatan
Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada kasus amputasi akan timbul ketakutan akan terjadi
kecacatan pada dirinya dan harus menjalani penatalaksaan
kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya
Pola tidur dan istirahat
Klien akan mengalami keterbatasan gerak sehingga hal ini dapat
mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga,
pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana
lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta
penggunaan obat tidur.
Pola hubungan dan peran
xi
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan masyarakat
karena klien harus menjalani rawat inap
Persepsi dan konsep diri
Biasanya klien akan merasa takut karena kecacatan yang
dialaminya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas secara optimal dan pandangan dirinya yang salah.
Pola Aktifitas / Istirahat
Gejala : keterbatasan actual / antisipasi yang dimungkinkan oleh
kondisi / amputasi
Pola Integritas Ego
- Gejala : masalah tentang antisipasi perubahan pola hidup, situsi
financial, reaksi orang lain, perasaan putus asa, tidak berdaya
- Tanda : ansietas, ketakutan, peka, marah, menarik diri,
keceriaan semu
Pola Seksualitas
Gejala : masalah tentang keintiman hubungan
.Pola Interaksi Sosial
Gejala : masalah sehubungan dengan kondisi tentang peran
fungsi,reaksi orang lain
f. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :
Kesadaran penderita
Gelisah, komposmentis tergantung pada keadaan klien.
Tanda-tanda vital
Kaji dan pantau potensial masalah yang berkaitan dengan
pembedahan : tanda vital, derajat kesadaran, cairan yang keluar
dari luka, suara nafas, pernafasan infeksi kondisi yang kronis
atau batuk dan merokok.
Kepala
Tidak ada gangguan yaitu normo cephalik simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
Leher
xii
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada
Muka
Wajah terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi
maupun bentuk. Tidak ada lesi, simetris, tak edema
Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis
Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada
lesi atau nyeri tekan.
Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
Mulut dan faring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan,
mukosa mulut tidak pucat.
Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris
Paru
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru
Integumen
Kulit secara umum, Lokasi amputasi Mengkaji kondisi umum
kulit untuk meninjau tingkat hidrasi. Lokasi amputasi mungkin
mengalami peradangan akut atau kondisi semakin buruk,
perdarahan atau kerusakan progesif. Kaji kondisi jaringan lokasi
amputasi, terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan venus
return.
Sistem Cardiovaskuler dan pembuluh darah
Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan pada
klien sebelum operasi sebagai salah satu indikator fungsi
jantung. Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui
penilaian terhadap elastisitas pembuluh darah.
xiii
Sistem respirasi
Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai adanya
sianosis, riwayat gangguan nafas.
Sistem urine
Mengkaji jumlah urine 24 jam. Menkaji adanya perubahan
warna, banyak jumlah urine.
Cairan dan elektrolit
Mengkaji tingkat hidrasi. Memonitor intake dan output cairan.
Sistem neurologis
Mengkaji tingkat kesadaran klien. Mengkaji sistem persyarafan,
khususnya sistem motorikdan sensorik daerah yang akan
diamputasi.
Sistem muskuluskeletal
Mengkaji kemampuan otot kontralateral. Biasanya pada klien
yang telah diamputasi akan mengalami masalah pada bagian
muskuluskeletalnya.
g. Pemeriksaan Diagnostik :
Foto rontgen : Mengidentifikasi abnormalitas tulang.
Scan CT : Mengidentifikasi lesi neoplastik, osteomielitis,
pembentukan hematoma.
LED : Mengindikasikan respons inflamasi
Kultur luka : Mengidentifikasi adanya luka / infeksi dan
organisme penyebab.
Biopsy : Mengkonfirmasikan diagnosa masa benigna / maligna.
2.2.2 Analisis Data
Analisis data merupakan kemampuan kognitif dalam
pengembangan daya berfikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh
latar belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman, dan pengertian
keperawatan. Dalam melakukan analisis data, diperlukan
kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan data tersebut
dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat
xiv
kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan
klien. Dasar analisis :
a. Anatomi – fisiologi
b. Patofisiologi penyakit
c. Mikrobiologi – parasitologi
d. Farmakologi
e. Ilmu perilaku
f. Konsep-konsep (manusia, sehat-sakit, keperawatan, dll)
g. Tindakan dan prosedur keperawatan
h. Teori-teori keperawatan.
2.2.3 Diagnosis Keperawatan
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan fungsi
otot dan nyeri. (SDKI, D.0054)
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan hilangnya salah satu
anggota badan akibat amputasi. (SDKI, D.0083)
2.2.4 Intervensi Keperawatan
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan fungsi
otot dan nyeri. (SDKI, D.0054)
Tujuan : kemampuan dalam gerakan fisik dari ekstremitas
dapat meningkat
Kriteria hasil : (SLKI, L.05042)
-Pergerakan ekstremitas meningkat
-Rentang gerak meningkat
-Kekuatan otot meningkat
Intervensi Keperawatan
1. Identifikasi adanya nyeri, keluhan fisik, dan toleransi
fisik dalam melakukan pergerakan
Rasional : untuk mengetahui kondisi nyeri dan fisik klien
2. Fasilitasi mobilisasi dengan alat bantu (pagar tempat
tidur)
Rasional : agar rentang gerak meningkat
3. Fasilitasi melakukan pergerakan.
xv
Rasional : agar kekuatan otot meningkat
4. Anjurkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
(duduk ditempat tidur atau pindah dari tempat tidur ke
kursi).
Rasional : agar pergerakan ekstremitas meningkat
5. Monitor kondisi umum saat melakukan mobilisasi
Rasional : untuk memantau kondisi mobilitas fisik yang
dilakukan klien
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan hilangnya salah satu
anggota badan akibat amputasi. (SDKI, D.0083)
Tujuan : persepsi tentang penampilan, struktur dan fungsi
fisik individu dapat meningkat
Kriteria Hasil : (SLKI,L.09067)
- Verbalisasi bagian tubuh meningkat
- Verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh
menurun
Intervensi Keperawatan
1. Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap
perkembangan
Rasional : untuk mengetahui harapan yang diinginkan
pasien untuk citra tubuhnya
2. Diskusikan kondisi stress yang mempengaruhi citra
tubuh (pembedahan)
Rasional : agar verbalisasi negatif tentang perubahan
tubuh dapat menurun
3. Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga
diri.
Rasional : agar klien dapat meningkatkan citra tubuhnya
4. Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan
citra tubuh
Rasional : Agar keluarga mengetahui perawatan terkait
perubahan citra tubuh
xvi
5. Latih fungsi tubuh yang dimiliki
Rasional : agar verbalisasi bagian tubuh dapat meningkat
2.2.5 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan realisasi rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Pada
tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan yang telah
dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara
optimal.
2.2.6 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk
menilai apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai
atau tidak untuk mengatasi suatu masalah. (Doenges, M E dkk,
2002). Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan telah
tercapai. Evaluasi dilakukan secara periodik, sistematis, dan
terencana untuk menilai perkembangan pasien.
xvii
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Amputasi adalah pengangkatan memalui bedah atau traumatic pada
tungkai dan lengan. Pada umumnya trauma amputasi, bisa disebabkan tumor,
infeksi, gangguan metabolisme seperti disease dan kelainan congenital.
Dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian dari tubuh.
3.2 Saran
Adapun saran penulis kepada para pembaca, diharapkan dapat
memahaminya dan mengetahui tentang luka bakar khususnya pada luka bakar
dengan traura inhalasi dan dapat memahami tindakan, khususnya dalam
tindakan sebagai seorang perawat profesional.
xviii
DAFTAR PUSTAKA
Engram, Barbara ( 1999 ), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah, edisi
Indonesia, EGC:Jakarta
Guyton, Arthur C, And John E. Hall 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi
ke-9 Jakarta : EGC
Sudayo, Aru W. dkk..2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran.
Universitas Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(1st ed). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st
ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
xix