Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN AMPUTASI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB II

Dosen Pengampu :

Ns. Siti Aminah, MAN

Disusun Oleh :

1. Dwi Wahyuningrum
2. Muh Sahrul Hidayat
3. Nika setiana

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH KENDAL

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberi rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Amputasi” tanpa
ada suatu halangan apapun. Sholawat serta salam kita haturkan kepada junjungan nabi agung
Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di yaumul kiamah nanti, tak lupa kami
ucapkan terimakasih kepada dosen sekaligus pembimbing mata kuliah KMB II yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini disusun supaya teman-teman serta diri kami sendiri dapat mengetahui
dan memahami lebih mendalam mengenai amputasi. Penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, mohon kritik dan sarannya supaya menjadi lebih baik lagi.

Kendal, Maret 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Amputasi adalah hilangnya sebagian alat gerak yang menyebabkan
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan aktivitas dalam derajat yang bervariasi,
tergantung dari bagianmana alat gerak yang hilang, usia, dan penanganan operasi
(untuk kasus kehilangan alat gerak yang disebabkan amputasi). Kehilangan alat gerak
tersebut dapat disebabkan berbagai hal, seperti penyakit, faktor cacat bawaan lahir,
ataupun kecelakaan. Operasi pengangkatan alat gerak pada tubuh manusia ini disebut
dengan amputasi.
Menurut Crenshaw, dalam Vitrian a(2002), amputasi pada alat gerak bawah
mencapai 85%-90% dari seluruh amputasi, dimana amputasi bawah lutut (transtibial
amputation) merupakan jenis operasi amputasi yang paling sering dilakukan. Angka
kejadian amputasi yang pasti di indonesia saat ini tidak diketahui sedangkan di
Amerika Serikat terjadi 43.000 kasus per tahun dari jumlah penduduk 280.562.489
jiwa atau sekitar 0,02%, sedangkan dalam Raichle et al. (2009) disebutkan bahwa
terjadi kasus amputasi sekitar 158.000per tahun dari jumlah penduduk 307.212.123
atau sekitar 0,05%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan
kasus amputasi di Amerika Serikat, baik secara jumlah, maupun secara persentase
dari jumlah penduduk.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep dasar teori dari amputasi
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan amputasi
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu memahami teori dan askep amputasi
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu :
1. Memahami pengertian tentang amputasi
2. Memahami tentang etiologi amputasi
3. Memahami tentang manifestasi klinis amputasi
4. Memahami tentang patofisiologi amputasi
5. Memahami tentang pathways amputasi
6. Memahami tentang terapi obat amputasi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Amputasi


1. Pengertian
Amputasi berasal dari kata “amputate” yang kurang lebih diartikan “pacung”.
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian
atau seluruh bagian ekstermitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan
dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada
ekstermitas sudah tidak mungkin diperbaiki dengan menggunakan teknik lain,
atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh pasien
secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan
komlikasi infeksi. Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan
beberapa sistem tubuh seperti sistem integrumen, sistem persyarafan, sistem
muskuloskeletal, sisten cardiovaskular dan lebih lanjut menimbulkan masalah
pada psikologis bagi pasien atau keluarga berupa penurunan citra diri dan
penurunan produktifitas.
Amputasi berasal dari bahasa latin yaitu amputate yang berarti pancung.
Dalam ilmu kedokteran diartikan sebagai membuang sebagian atau seluruh
anggota gerak, sesuatu yang menonjol atau tonjolan alat (organ) tubuh (Soelarto
Reksoprodjo, 1995 : 581). Amputasi adalah perlakuan yang mengakibatkan cacat
menetap (Syamsuhidayat, 1997 :1282 ). Dari beberapa pengertian diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa amputasi adalah perlakuan berupa penghilangan seluruh
atau sebagian ekstremitas atau sesuatu yang menonjol yang mengakibatkan cacat
menetap.
2. Etiologi
Penyebab amputasi adalah kelainan ekstremitas yang disebabkan oleh
penyakit DM, Gangren, cedera, dan tumor ganas. Tindakan amputasi dapat
dilakukan pada kondisi :
a. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.
b. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
c. Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.
d. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
e. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
f. Deformitas organ.

Identifikasi utama bedah amputasi adalah karena :


a. Iskemia karena penyakit reskulanisasi perifer, biasanya pada ogan tua
seperti pasien dengan arteriosklerosis, diabetes mellitus.
b. Trauma amputasi Bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan kendaraan
bermotor, thermal injury seperti terbakar, infeksi, gangguan metabolisme
seperti pangets deases, dan klainan congenital.
c. Gas ganggren merupkan keadaan nyeri akut dimana otot dan jaringan
subkutan menjadi terisi dengan gas dan eksudat serosangiunosa atau
disebabkan infeksi luka oleh bakteri anaerob yang diantaranya adalah
berbagai spesies clostridium.
d. Osteomielitis dengan peradangan tulang ( bisa menyebabkan lumpuh ) dan
bisa juga terjadi assending infection.
e. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
f. Adanya keganasan pada organ yang tidak mungkin diterapi secara
konservatif.

3. Manifestasi Klinis Amputasi


a. Kehilangan anggota gerak (ektremitas atas atau bawah)
b. Nyeri pada bagian yang diamputasi yang berasal dari neuroma ujung saraf
yang dekat dengan permukaan.
c. Edema yang apabila tidak ditangani menyebabkan hiperplasia varikosa
dengankeronitis.
d. Dermatitis pada tempat tekanan ditemukan kista (epidermal atau aterom)
e. Busitis (terbentuk bursa tekanan antara penonjolan tulang dan kulit)
f. Bila kebersihan kulit diabaikan terjadi folikulitis dan furunkulitis.
g. Sedih dan harga diri rendah (self esteem) dan diikuti proses kehilangan
Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :

a. Amputasi selektif/terencana. Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang


terdiagnosis dan mendapat penanganan yang baik serta terpantau secara terus-
menerus. Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir.
b. Amputasi akibat trauma. Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma
dan tidak direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi
lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.
c. Amputasi darurat. Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim
kesehatan. Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat
seperti pada traumadengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit
yang luas.

Jenis amputasi yang dikenal adalah :

a. Amputasi terbuka. Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat
dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama. Amputasi
terbuka dilakukan pada luka yang kotor, seperti luka perang atau infeksi berat
antara lain gangrene, dibuat sayatan dikulit secara sirkuler sedangkan otot
dipotong sedikit proximal dari sayatan kulit dan digergaji sedikit proximal dari
otot.
b. Amputasi tertutup. Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih
memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan
memotong kurang lebih 5 sentimeter dibawah potongan otot dan tulang. Setelah
dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya meliputi perawatan
luka operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan otot/mencegah
kontraktur, mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk penggunaan
protese ( mungkin ). Amputasi tertutup dibuat flap kulit yang direncanakan luas
dan bentuknya secara teliti untuk memperoleh kulit penutup ujung putung yang
baik dengan lokasi bekas pembedahan.
4. Patofisiologi Amputasi
Amputasi biasanya teradi karena kelainan extremitas yang disebabkan penyakit
pembuluh darah, cedera dan tumor oleh karena penyebab di atas, Amputasi harus
dilakukan karena dapat mengancam jiwa manusia. Adapun pengaruhnya meliputi :
a. Kecepatan metabolism Jika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan
menyebabkan penekanan pada fungsi simpatik serta penurunan katekolamin
dalam darah sehingga menurunkan kecepatan metabolisme basal.
b. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih besar
dari anabolisme, maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma, hal ini
menyebabkan pergeseran cairan intravaskuler ke luar keruang interstitial pada
bagian tubuh yang rendah sehingga menyebabkan edema. Immobilitas
menyebabkan sumber stressor bagi klien sehingga menyebabkan kecemasan
yang akan memberikan rangsangan ke hypotalamus posterior untuk
menghambat pengeluaran ADH, sehingga terjadi peningkatan diuresis.
c. Sistem respirasi
1. Penurunan kapasitas paru
Pada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi
otot intercosta relatif kecil, diafragma otot perut dalam rangka mencapai
inspirasi maksimal dan ekspirasi paksa.
2. Perubahan perfusi setempat
Dalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan
rasio ventilasi dengan perfusi setempat, jika secara mendadak maka akan
terjadi peningkatan metabolisme (karena latihan atau infeksi) terjadi
hipoksia.
3. Mekanisme batuk tidak efektif
Akibat immobilisasi terjadi penurunan kerja siliaris saluran pernafasan
sehingga sekresi mukus cenderung menumpuk dan menjadi lebih kental
dan mengganggu gerakan siliaris normal.
d. Sistem Kardiovaskuler
1. Peningkatan denyut nadiTerjadi sebagai manifestasi klinik pengaruh faktor
metabolik, endokrin dan mekanisme pada keadaan yang menghasilkan
adrenergik sering dijumpai pada pasien dengan immobilisasi.
2. Penurunan cardiac reserve
Dibawah pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini
mengakibatkan waktu pengisian diastolik memendek dan penurunan isi
sekuncup.
3. Orthostatik Hipotensi
Pada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana
arteriol dan venul tungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi lebih
panjang dari pada vasokontriksi sehingga darah banyak berkumpul di
ekstremitas bawah, volume darah yang bersirkulasi menurun, jumlah darah
ke ventrikel saat diastolik tidak cukup untuk memenuhi perfusi ke otak dan
tekanan darah menurun, akibatnya klien merasakan pusing pada saat
bangun tidur serta dapat juga merasakan pingsan.
e. Sistem Muskuloskeletal
1. Penurunan kekuatan otot
Dengan adanya immobilisasi dan gangguan sistem vaskuler
memungkinkan suplai O2 dan nutrisi sangat berkurang pada jaringan,
demikian pula dengan pembuangan sisa metabolisme akan terganggu
sehingga menjadikan kelelahan otot.
2. Atropi otot
Karena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya
penurunan fungsi persarafan. Hal ini menyebabkan terjadinya atropi dan
paralisis otot.
3. Kontraktur sendi
Kombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya
keterbatasan gerak.
4. Osteoporosis
Terjadi penurunan metabolisme kalsium. Hal ini menurunkan
persenyawaan organik dan anorganik sehingga massa tulang menipis dan
tulang menjadi keropos.
f. Sistem Pencernaan
1. Anoreksia Akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan
mempengaruhi sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan
sekresi serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan menurunnya
nafsu makan.
2. Konstipasi Meningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik
usus dan spincter anus menjadi kontriksi sehingga reabsorbsi cairan
meningkat dalam colon, menjadikan faeces lebih keras dan orang sulit
buang air besar.
g. Sistem perkemihan
Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing
berada dalam keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya
gravitasi dan pelvis renal banyak menahan urine sehingga dapat
menyebabkan :
1. Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan mudah membentuk batu
ginjal.
2. Tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang biaknya
kuman dan dapat menyebabkan ISK.
h. Sistem integumen
Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan
bokong akan tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah
dan nutrisi ke jaringan. Jika hal ini dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis
dan akan normal kembali jika tekanan dihilangkan dan kulit dimasase untuk
meningkatkan suplai darah.
Pathways Amputasi
Terapi Obat Amputasi

Kegiatan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat dibagi dalam tiga tahap
yaitu pada tahap preoperatif, tahap intraoperatif, dan pada tahap post operatif.

a) Pre Operatif . Pada tahap praoperatif, tindakan keperawatan lebih ditekankan pada
upaya untuk mempersiapkan kondisi fisik dan psikolgis klien dalam menghadapi
kegiatan operasi. Pada tahap ini, perawat melakukan pengkajian yang berkaitan
dengan kondisi fisik,khususnya yang berkaitan erat dengan kesiapan tubuh untuk
menjalani operasi.
b) Intra Operatif. Pada masa ini perawat berusaha untuk tetap mempertahankan kondisi
terbaik klien. Tujuan utama dari manajemen (asuhan) perawatan saat ini adalah untuk
menciptakan kondisi opyimal klien dan menghindari komplikasi pembedahan.
Perawat berperan untuk tetap mempertahankan kondisi hidrasi cairan, pemasukan
oksigen yang adekuat dan mempertahankan kepatenan jalan nafas, pencegahan injuri
selama operasi dan dimasa pemulihan kesadaran. Khusus untuk tindakan perawatan
luka, perawat membuat catatan tentang prosedur operasi yang dilakukan dan kondisi
luka, posisi jahitan dan pemasangan drainage. Hal ini berguna untuk perawatan luka
selanjutnya dimasa postoperatif.
c) Post Operatif. Pada masa post operatif, perawat harus berusaha untuk
mempertahankan tandatanda vital, karena pada amputasi, khususnya amputasi
ekstremitas bawah diatas lutut merupakan tindakan yang mengancam jiwa. Perawat
melakukan pengkajian tanda-tanda vital selama klien belum sadar secara rutin dan
tetap mempertahankan kepatenan jalas nafas, mempertahankan oksigenisasi jaringan,
memenuhi kebutuhan cairan darah yang hilang selama operasi dan mencegah injuri.
Daerah luka diperhatikan secara khusus untuk mengidentifikasi adanya perdarahan
masif atau kemungkinan balutan yang basah, terlepas atau terlalu ketat. Selang
drainase benar-benar tertutup. Kaji kemungkinan saluran drain tersumbat oleh clot
darah. Awal masa postoperatif, perawat lebih memfokuskan tindakan perawatan
secara umum yaitu menstabilkan kondisi klien dan mempertahankan kondisi optimum
klien. Perawat bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar klien,
khususnya yang dapat menyebabkan gangguan atau mengancam kehidupan klien.
Berikutnya fokus perawatan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan klien
untuk membentuk pola hidup yang baru serta mempercepat penyembuhan luka.
Tindakan keperawatan yang lain adalah mengatasi adanyanyeri yang dapat timbul
pada klien seperti nyeri Panthom Limb dimana klien merasakan seolaholah nyeri
terjadi pada daerah yang sudah hilang akibat amputasi. Kondisi ini dapat
menimbulkan adanya depresi pada klien karena membuat klien seolah-olah merasa
‘tidak sehat akal’ karena merasakan nyeri pada daerah yang sudah hilang. Dalam
masalah ini perawat harus membantu klien mengidentifikasi nyeri dan menyatakan
bahwa apa yang dirasakan oleh klien benar adanya.
4. Tingkatan Amputasi
a) Estremitas atas. Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau
kiri. Hal ini berkaitan dengan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mandi,
berpakaian dan aktivitas yang lainnya yang melibatkan tangan. Ekstremitas atas,
terdiri dari : telapak, pergelangan tangan, lengan bawah, siku dan lengan atas.
b) Ekstremitas bawah. Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau
sebagian dari jari-jari kaki yang menimbulkan penurunan seminimal mungkin
kemampuannya. Ekstremitas bawah terdiri dari : jari kaki dan kaki, proksimal sendi
pergelangan kaki, tungkai bawah, tungkai atas, sendi panggul, lutut, hemipeivektomi.
Adapun amputasi yang sering terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi dua letak
amputasi yaitu :
1. Amputasi dibawah lutut (below knee amputation).Ada 2 metode pada
amputasi jenis ini yaitu amputasi pada nonischemic limb dan inschemic limb.
2. Amputasi diatas lutut Amputasi ini memegang angka penyembuhan tertinggi
pada pasien dengan penyakit vaskuler perifer.
3. Nekrosis. Pada keadaan nekrosis biasanya dilakukan dulu terapi konservatif,
bila tidak berhasi dilakukan reamputasi dengan level yang lebih tinggi.
4. Kontraktur. Kontraktur sendi dapat dicegah dengan mengatur letak stump
amputasi serta melakukan latihan sedini mungkin. Terjadinya kontraktur
sendi karena sendi terlalu lama diistirahatkan atau tidak di gerakkan.
5. Neuroma. Terjadi pada ujung-ujung saraf yang dipotong terlalu rendah
sehinggamelengket dengan kulit ujung stump. Hal ini dapat dicegah dengan
memotong saraf lebih proximal dari stump sehingga tertanam di dalam otot
6. Phantom sensation. Hampir selalu terjadi dimana penderita merasakan masih
utuhnya ekstremitas tersebut disertai rasa nyeri. Hal ini dapat diatasi dengan
obat-obatan, stimulasi terhadap saraf dan juga dengan cara kombinasi.
Komplikasi

Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi dan kerusakan kulit. Perdarahan


dapat terjadi akibat pemotongan pembuluh darah besar dan dapat menjadi masif. Infeksi
dapat terjadi pada semua pembedahan dengan peredaran darah yang buruk atau adanya
kontaminasi serta dapat terjadi kerusakan kulit akibat penyembuhan luka yang buruk dan
iritasi penggunaan protesis.

Penatalaksanaan Amputasi

Tujuan utama pembedahan adalah mencapai penyembuhan luka amputasi dan


menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit yang sehat .
pada lansia mungkin mengalami kelembatan penyembuhan luka karena nutrisi yang
buruk dan masalah kesehatan lainnya. Percepatan penyembuhan dapat dilakukan dengan
penanganan yang lembut terhadap sisa tungkai, pengontrolan edema sisa tungkai dengan
balutan kompres lunak (rigid) dan menggunakan teknik aseptik dalam perawatan luka
untuk menghindari infeksi. Ada beberapa balutan pada amputasi diantaranya :

a. Balutan rigid tertutup

Balutan rigid adalah balutan yang menggunakan plaster of paris yang dipasang
waktu dikamar operasi. Pada waktu memasang balutan ini harus direncanakan apakah
penderita harus imobilisasi atau tidak dan pemasangan dilengkapi tempat memasang
ekstensi prosthesis sementara (pylon) dan kaki buatan. Balutan ini sering digunakan
untuk mendapatkan kompresi yang merata, menyangga jaringan lunak dan
mengontrol nyeri dan mencegah kontraktur. Kaoskaki steril dipasang pada sisi steril
dan bantalan dipasang pada daerah peka tekanan. Sisa tungkai (punting) kemudian
dibalut dengan gips elastic yang ketika mengeras akan memberikan tekanan yang
merata. Hati-hati jangan sampai menjerat pembuluh darah. Gips diganti sekitar 10-14
hari. Bila terjadi peningkatan suhu tubuh, nyeri berat atau gips mulai longgar harus
segaradiganti.
b. Balutan lunak

Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila diperlukan
inspeksi berkala sisa tungkai (puntung) sesuai kebutuhan. Bidai imobilisasi dapat
dibalutkan pada balutan. Hematoma puntung dikontrol dengan alat drainase luka
untuk meminimalkan infeksi.
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan Pada Tn. D Dengan Masalah Amputasi

A. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk : 23 Maret 2021
Jam Masuk : 12.40 WIB
No.RM : 1325
Tanggal Pengkajian : 24 Maret 2021
B. BIODATA
A. 1 Pengkajian Pasien
Nama : Tn.D
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Status : Menikah
Pendidikan : SMP
Suku/bangsa : Indonesia
Alamat : Pesawahan Rt.02 Rw.03
Pekerjaan : Buruh
Diagnosa : Amputasi
2 Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.B
Umur : 25 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Pesawahan Rt.02 Rw.03
Hubungan Dengan Pasien : Anak
B. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri melakukan amputasi
P : Amputasi
Q : Menusuk
R : Kaki sebelah kanan
S :4
T : Hilang timbul
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan nyeri dengan skala 4 dan bertambah ketika melakukan
medikasi
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan mempunyai penyakit diabetus mellitus sejak 5 tahun
yang lalu
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes
mellitus dan hipertensi

C. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL GORDON


1. Pola Presepsi Dan Management Kesehatan
a. Pasien merasa nyeri bertambah ketika melakukan medikasi
b. Pasien mengkonsumsi makan makanan beragam
c. Pasien jarang berolahraga baik semasa muda maupun tua
d. Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan rutin atau jamu
e. Pasien dan keluarga menggunakan bpjs kesehatan
2. Pola nutrisi dan metabolik

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


Frekuensi 2x sehari 3x sehari
Jenis Nasi, sayur, daging, Bubur, buah, sayur,
air putih air putih
Porsi 1 porsi habis ½ porsi
Pola minum 8 gelas/hari, air putih 8 gelas/hari, air putih
dan teh
Berat badan 65 kg 60 kg
Keluhan Tidak ada Mulut terasa pahit
3. Pola eliminasi
a. Eliminasi urine

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


Frekuensi 6x/hari 8x/hari
Pancaran Sedang sedang
Jumlah
Bau Amoniak Amoniak bercampur
obat
Warna Kuning Kuning pucat
Perasaan setelah BAK Lega Lega
Total produksi urine 1 liter/hari 2 liter/hari
b. Eliminasi Alvi

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


Frekuensi 1x sehari 1x sehari
Konsistensi Lunak berbentuk Lunak berbentuk
Bau Khas Khas
Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan

4. Pola aktivitas dan kemandirian

AKTIVITAS MANDIRI DIBANTU KETERANGAN


Mandi 
Berpakaian 
Pergi ke toilet 
Berpindah berjalan 
Mengontrol BAB, BAK 
Makan minum 
Ketergantungan sebagian sebagian besar aktivitas pasien secara mandiri
5. Pola istirahat tidur

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


Jumlah jam tidur siang 1 jam 2 jam
Jumlah jam tidur malam 5-6 jam 4 jam
Pengantar tidur - -
Gangguan tidur - Sering terbangun
Perasaan waktu bangun Nyaman Tidak nyaman
6. Pola persepsi dan sensori kognitif
a. Pasien mengeluh saat makan terasa hambar
b. Pasien mengatakan saat membaca memakai kacamata
c. Daya ingat pasien lemah namun kemampuan berbicara lancar
d. Persepsi nyeri :
- P : Amputasi
- Q : Menusuk
- R : Kaki sebelah kanan
- S :4
- T : Hilang timbul
7. Persepsi diri dan konsep diri
a. Saat ini pasien tampak sering diam dan kurang kooperatif jika di ajak
komunikasi
b. Status emosi : tidak stabil
c. Konsep diri :
- Citra diri : Tn. D belum bisa menerima atas kondisi fisiknya sekarang
- Identitas : Tn. D masih punya istri dan anak yang masih
memperhatikannya
- Peran : selama dirawat Tn. D merasa di perdulikan dan disayangi
- Ideal diri : Tn. D merasa bosan saat dirawat
- Harga diri : Tn. D merasa rendah diri sehingga tidak mau komunikasi
dengan orang lain kecuali dengan keluarga
8. Pola hubungan dengan orang lain
a. Pasien menghindari berkomunikasi dengan orang lain
b. Pasien mengatakan anak perempuannya lah yang lebih dekat denganya
c. Pasien jarang berdiskusi dengan istri dan anaknya
d. Pasien memiliki kesulitan dalam hubungan dengan anak-anaknya yang
sudah tinggal bersama pasangannya
9. Pola reproduksi dan seksual
Pasien tidak mengalami gangguan seksual
10. Pola mekanisme koping
a. Dalam mengambil keputusan pasien dibantu istri dan anaknya
b. Saat menghadapi masalah pasien selalu mencari bantuan
11. Pola nilai kepercayaan atau keyakinan
a. Sumber kekuatan bagi pasien ialah keluarga
b. Selama dirawat pasien menjalankan ibadah di tempat tidur
c. Pasien mengatakan belum menerima kondisi yang di alami sekarang
D. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : lemah
2. Kesadaran : composmentis
3. Tanda-tanda Vital :
a. TD : 110/70 mmHg
b. S : 38 ℃
c. N : 90x/menit
d. RR : 18x/menit
4. Pengukuran Antropometri
TB : 170 cm
BB : 60 Kg
LILA : 35

5. Pemeriksaan Head To Toe


a. Kepala : Mesocephal, tidak terdapat luka
b. Rambut : beruban, lurus, lebat, kusam
c. Mata : rabun dekat, terangsang terhadap cahaya, bersih
d. Hidung : bersih, tidak ada polip
e. Telinga : normal, bersih, pendengaran normal
f. Mulut : bersih, mukosa kering, gigi tidak genap, bibir pucat
g. Leher dan tenggorokan : tidak ada benjolan, tidak nyeri saat menelan
h. Dada dan thorak :
1. Paru-paru
I : normal
P : tidak
P : normal
A : normal
2. Jantung
I : normal
P : tidak
P : normal

A : normal

3. Abdomen
I : normal
A : normal
P : tidak
P : normal
i. Genital : bersih, normal, tidak terpasang kateter
j. Ekstermitas :
a. Kuku : utuh, sedikit kotor
b. Kulit : sawo matang, turgor kulit tidak elastis
c. Terpasang infus dengan bersih dan normal
E. DATA PENUNJANG
a. Hemoglobin : 7.8 g/dL
b. Hematokrit : 27 %
c. Leukosit : 2.7 ribu/ul
d. Trombosit : 55 ribu/ul
e. Eritrosit : 3.40 juta/ul
f. VER : 80.5 fl
g. HER : 23.1 pg
h. KHER : 28.7 g/dl
i. RDW : 17.8 %
F. DATA FOKUS
a. Ds : pasien mengatakan nyeri dengan skla 4 dan bertambah ketika
melakukan medikasi, pasien mengatakan
b. Do : pasien tampak mengalami perubahan perilaku setlah dilakukan
tindakan amputasi, pasien tampak sering diam, pasien tampak kurang
kooperatif saat diajak komunikasi, pasien hanya mau bercerita hanya
dengan keluarganya saja
TD : 110/70 mmHg
S : 38℃
N : 90x/menit
RR : 18x/menit

ANALISA DATA

NO TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM


1 04- 04-2021 DS : Agen pencedera Nyeri akut
08.00 Klien mengatakan nyeri pada fisik (amputasi)
kaki kanan dengan skala 4 dan
bertambah ketika melakukan
medikasi
Do :
TD : 110/70 mmHg
S : 38℃
N : 90 x/ menit
RR : 18 x/ menit

2 04-03-2021 Ds : Perubahan stuktur Gangguan


14.00 Pasien mengatakan tidak mau bentuk tubuh citra tubuh
bercerita kecuali dengan ( amputasi )
keluarganya sendiri

Do : pasien tampak mengalami


perubahan perilaku sejak
dilakukan tindakan amputasi,
pasien tampak sering diam,
pasien tampak tidak koopertaif
saat diajak komunikasi, pasien
hanya mau bercerita dengan
keluarganya saja

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Gangguan citra tubu berhubungan dengan perubahan stuktur bentuk tubuh

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO TGL/ NO. TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


JAM DP KH
1. 04-03- 1 Setelah 1. Monitor TTV 1. Mengetahui
2021 dilakukan 2. Kaji skala perkembangan
08.00 tindakan 2x24 nyeri klien
jam diharapkan (PQRST) 2. Mengetahui
nyeri dapat 3. Ajarkan skala nyeri
berkurang dan teknik pada klien
teratasi dengan relaksasi 3. Mengurangi
Kriteria hasil : 4. Ciptakan rasa nyeri pada
1. Klien lingkungan klien
merasa yang nyaman 4. Klien merasa
nyaman 5. Kolaborasi lebih nyaman
2. Nyeri dengan dokter
berkurang pemberian
dari skala obat analgetik
4 menjadi
2
3. Klien
mampu
mengatasi
nyeri

2. 04-04- 2 Setelah 1. Kaji secara 1. Agar


2021 dilakukan verbal dan mengetahui
14.00 tindakan non verbal apakah sudah
WIB keperawatan resposi pasien menerima
2x24 jam terhadap tentang bentuk
gangguan citra tubuhya tubuhnya yang
tubuh pasien sekarang
dapat teratasi 2. Dorong pasien 2. Agar pasien
dengan kriteria untuk lebih terbuka
hasil : mengungkapk tentang apa
1. Pasien an yang dirasakan
tidak perasaannya 3. Agar
malu 3. Bantu pasien meningkatkan
terhadap untuk kepercayaan
perubaha mengidentifik diri pasien
n asi tindakan 4. Agar pasien
tampilan yang akan tidak insecure
fisik meningkatkan
2. Pasien penampilan
dapat 4. Dorong
menerima keluarga
keadaan untuk
fisiknya memberikan
setelah dukungan dan
tindakan selalu
operasi mendampingi
pasien

IMPLEMENTASI

Tgl/ jam No.Dp Implementasi Respon Klien TTD


04-04-2021 1 Mengkaji nyeri dan melakukan Ds : klien setuju
08.00 relaksasi dengan tindakan
yang diajarkan
Do : klien
kooperatif
08.20 2 Mengkaji secara verbal dan non Ds : klien
verbal respon klien terhadap mengatakan setuju
perubahan tubuhnya dan mau dilakukan
pengkajian secara
verbal dan non
verbal
Do : pasien
kooperatif
08.30 1 Kolaborasi obat analgetik Ds : klien mampu
minum obat
setelah makan
Do ; klien
kooperatif
09.30 2 Verbalisasi kekhawatiran pada Ds : klien mau
penolakan/ reaksi orang lain mendengarkan
anjuran perawat
Do : klien
kooperatif
05-04-2021 1 Mengajarkan ROM aktif dan Rom Ds : klien bersedia
08.10 pasif melakukan ROM
Do : Klien
kooperatif
09.00 2 Memotivasi agar klien dapat Ds : klien tampak
mengungkapkan perasaannya setuju
Do : klien
kooperatif
09.20 1 Mengajari teknik non farmakologis Ds : pasien tampak
( relaksasi ) setuju
Do : Pasien
kooperatif
10.00 2 Membantu pasien untuk Ds : pasien tampak
mengidentifikasi tindakan yang setuju
akan meningkatkan penampilan Do : pasien
kooperatif
CATATAN PERKEMBANGAN

Tgl/jam No.Dp Catatan Perkembanga TTD


05-04-2021 1 Nyeri berkurang dari skala 4 menjadi 2
15.00
2 Klien dapat meningkatkan mulai mau membuka diri
dengan lingkungan dan mau berbicara dengan orang lain

EVALUASI

No Hari, Tanggal / jam Evaluasi TTD


1 6 april 2021 S : Pasien mengatakan nyeri berkurang
07.00 dari skala 4 menjadi 2
O : Pasien tidak terlihat kesakitan
Pasien telihat tersenyum
A : Masalah Teratasi
P : Hentikan Intervensi
2 6 april 2021 S : Pasien mengatakan dapat
10.00 meningkatkan mulai mau membuka
diri dengan lingkungan dan mau
berbicara dengan orang lain
O :Pasien terlihat sedang bebincang-
bincang kepada tetangga yang
sedang menjengguknya
Pasien terlihat nyaman
A : Masalah Teratasi
P : Hentikan Intervensi

Anda mungkin juga menyukai