Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. N DENGAN HALUSINASI VISUAL DI RUANG


DEWARUCI RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO
SEMARANG JAWA TENGAH

DI SUSUN OLEH :

1. DINA SIH LAILASARI (201911004)


2. KHAIRUN NISAK (201911018)
3. MUH SAHRUL HIDAYAT (201911020)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH KENDAL

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Asuhan Keperawatan pada NY. N dengan Halusinasi Visual Di


Ruang Dewaruci RSJD Dr.Amino Gondohutomo Semarang Provinsi Jawa Tengah

Kendal, November 2021

Mengetahui

Pembimbing Clinik Pembimbing Akademik


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberi
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada NY. N Dengan
Halusinasi Visual Ruang Dewaruci RSDJ Dr. Amino Gondohutomo Semarang
Jawa Tengah” tanpa ada suatu halangan apapun. Sholawat serta salam kita
haturkan kepada junjungan Nabi agung Muhammad SAW yang kita nantikan
syafaatnya di yaumul kiamah nanti, tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada
Pembimbing Lahan Praktik RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang Jawa
Tengah dan Pembimbing Akademik yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini disusun supaya teman-teman serta diri kami sendiri dapat
mengetahui dan memahami lebih mendalam mengenai teori dan asuhan
keperawatan pada NY. N dengan Halusinasi Visual. Penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan, mohon kritik dan sarannya supaya menjadi lebih baik
lagi.

Kendal, November 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan pola perilaku atau psikologis yang ditunjukkan

oleh pasien yang menyebabkan distress, disfungsi, dan menurunkan

kualitas kehidupan. Hal ini mencerminkan disfungsi psikologis dan bukan

sebagai akibat dari penyimpangan social atau konflik dengan masyarakat

(Keliat & Pasaribu, 2013).

Kesehatan jiwa menurut undang-undang Republik Indonesia No 18 tahun

2014 adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara

fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara

produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.

Kesehatan jiwa adalah keadaan sejahtera yang ditandai dengan perasaan

bahagia, ksesimbangan, merasa puas, pencapaian diri beserta harapan yang

baik ( Stuart, Keliat & Pasabiru,2016).

Halusinasi adalah salah satu gangguan jiwa dimana pasien mengalami

perubahan sensori persepsi tentang suatu objek, gambaran dan pikiran

yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar meliputi suara dan

semua sistem penginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman,

perabaan, atau pengecapan). Halusinasi penglihatan merupakan salah satu

gejala skizofrenia yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa

(Fitria,2009).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu memahami teori dan asuhan
keperawatan pada NY. N dengan Halusinasi visual
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu:
a. Memahami konsep teori Halusinasi visual pada NY. M
b. Memahami dan mengetahui konsep asuhan keperawatan pada NY.
N meliputi:
1) Pengkajian
2) Diagnosa keperawatan
3) Intervensi
4) Implementasi
5) Evaluasi
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR HALUSINASI


1. Definisi

Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi


dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Suatu penerapan panca indra tanda ada rangsangan dari luar. Suatu
penghayatan yang dialami suatu persepsi melaluipanca indra tanpa
stimullus eksteren : persepsi palsu. (Prabowo, 2014 : 129)

Halusinasi adaah hilangnya kemampuan manusia dalam


membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsnagan eksternal
(dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan
tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien
mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara.
(Kusumawati & Hartono, 2012:102)

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien


mengalamai perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaaan atau penghiduan.
Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. (Damaiyanti,
2012: 53)
2. Jenis- Jenis

Haluinasi terdiri dari beberapa jenis, dengan karakteristik tertentu,


diantaranya:

a. Halusinasi Pendengaran ( akustik, audiotorik) Gangguan stimulus


dimana pasien mendengar suara-suara terutama suara-suara orang,
biasanya pasien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi Pengihatan (visual)

Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pencaran


cahaya, gambaraan geometrik, gambar kartun dan/ atau panorama
yang luas dan komplesk. Bayangan bias bisa menyenangkan atau
menakutkan.

c. Halusinasi Penghidu (Olfaktori)

Gangguan stimulus pada penghidu, yamg ditandai dengan adanya


bau busuk, amis, dan bau yang menjijikan seperti darah, urine atau
feses. Kadang-kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan
dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.

d. Halusinasi Peraba (Taktil, Kinaestatik)

Gangguan stimulus yang ditandai dengan adanya sara sakit atau


tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh merasakan sensasi
listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

e. Halusinasi Pengecap (Gustatorik)

Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan sesuatu yang


busuk, amis, dan menjijikkan.

f. Halusinasi sinestetik

Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi tubuh


seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna
atau pembentukan urine. (Yosep Iyus, 2007: 130)

g. Halusinasi Viseral

Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya.

1) Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa


pribadinya sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidak
sesuai dengan kenyataan yang ada. Sering pada skizofrenia
dan sindrom obus parietalis. Misalnya sering merasa
diringa terpecah dua.
2) Derelisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungan
yang tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya perasaan
segala suatu yang dialaminya seperti dalam mimpi.
(Damaiyanti, 2012 : 55-56)
3. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu mislnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan pasien 2 tidak
mampu mandiri sehjak kecil, mudah frustasi, hilangnya
percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima di ingkungannya sejak
bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya
pada lingkungannya.
3) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Adanya stress yang berlebih dialami seseorang maka di dalam
tubuh akan dihasilkan zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabakan
teraktivasinya neutransmitter otak.
4) Faktor Psikologi
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus padapenyalahgunaan zat adiktif. Hal ini
berpengaruh pada ketidakmampuan pasien dalam mengambil
keputusan yang tepat demi masa depannya. Pasien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyataa menuju
alam hayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwaanak sehat yang diasuh oleh
orang tua skizofrenia cenderung mengalamai skizofrenia. Hasil
studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan
hubungan yang sangat berpengaruh padapenyakit ini.
(Prabowo, 2014: 132-133)
b. Faktor Presipitasi
1) Biologis
Gangguan dalam momunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan 3
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterprestasikan.
2) Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap tress yang berinteraksi terhadap
stresosor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
3) Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menamggapi stress.(Prabowo, 2014 : 133)
4) Perilaku Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,
ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku
menarik diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil
keputusan serta tidak dapat membedakan nyata dan tidak.
a. Dimensi fisik
Halusianasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik
seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan,
demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan
untuk tidur dalamwaktu yang lama.
b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang
tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusianasi itu
terjadi, isi dari halusinasi dapat berupa peritah memaksa
dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang
perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien
berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c. Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu
dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan
fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usha dari
ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun
merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang
dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang
akan mengotrol semua perilaku klien.
d. Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal
dan comforting, klien menganggap bahwa hidup
bersosialisasi dialam nyata sangat membahayakan. Klien
asyik dengan dengan halusinasinya, seolah-olah ia
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan
interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak
didapatkan dalam dunia nyata.
e. Dimensi spiritual
Secara spiritualklien halusinasi mulai dengan kehampaan
hidup, rutinitas, tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah
dan jarang berupaya secara 5 spiritual untuk menyucikan
diri, irama sirkardiannya terganggu. (Damaiyanti, 2012 :
57-58)
4. Manifestasi Klinis
a. Aspek fisik :

1) Makan dan minum kurang


2) Tidur kurang atau terganggu
3) Penampilan diri kurang
4) Keberanian kurang

b. Aspek emosi :

1) Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil


2) Merasa malu, bersalah
3) Mudah panik dan tiba-tiba marah

c. Aspek sosial

1) Duduk menyendiri
2) Selalu tunduk
3) Tampak melamun
4) Tidak peduli lingkungan
5) Menghindar dari orang lain
6) Tergantung dari orang lain
7) Aspek intelektual
8) Putus asa
9) Merasa sendiri, tidak ada sokongan
10) Kurang percaya diri

5. Akibat
Adanya gangguan persepsi sensori halusinasi dapat beresiko
mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2006).
Menurut townsend, M.C Suatu keadaan dimana seseorang melakukan
sesuatu tindakan yang yang dapat membahayakan secara fisik baik
pada diri sendiri atau orang lain. Seseorang yang dapat beresiko
melakukan tindakan kekerasan pada diri sendiri dan orang lain dapat
menunjukan perilaku :
1. Data Subjektif :
a. Mengungkapkan mendengar atau melihat objek yang
mengancam
b. Mengungkapkan perasaan takut , cemas dan khawatir
2. Data objektif :
a. Wajah tegang , merah
b. Mondar-mandir
c. Mata melotot rahang mengatup
d. Tangan mengepal
e. Keluar keringat banyak
f. Mata merah
6. Penatalaksanaan

Pengobatan harus secepat mungkin harus diberikan, disini


peran keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan
di RSJ pasien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai
peranan yang sangat penting didalam hal merawat pasien, menciptakan
lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat

a. Farmakoterapi

Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada


penderita skizofrenia yang menahun,hasilnyalebih banyak jika
mulai diberi dalam dua tahun penyakit.Neuroleptika dengan
dosis efek tiftinggi bermanfaat pada penderita psikomotorik
yang meningkat.

b. Terapi kejang listrik

Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk


menimbulkan kejang grand mall secara artificial dengan
melewatkan aliran listrik melalui electrode yang dipasang pada
satu atau dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada
skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral
atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
c. Psikoterapi dan rehabilitasi

Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat


membantu karena berhubungan dengan praktis dengan maksud
mempersiapkan pasien kembali kemasyarakat, selain itu terapi
kerja sangat baik untuk mendorong pasien bergaul dengan
orang lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya pasien tidak
mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan yang
kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan permainan atau
latihan bersama, seperti therapy modalitas yang terdiri dari :

d. Terapi aktivitas
1) Terapi music

Focus : mendengar memainkan alat musik ; bernyanyi


yaitu menikmati dengan relaksasi music yang disukai
pasien.

2) Terapi seni

Focus: untuk mengekspresikan perasaan melalui beberapa


pekerjaan seni.

3) Terapi menari

Focus pada: ekspresi perasaan melalui gerakan tubuh

4) Terapi relaksasi

Belajar dan praktik relaksasi dalam kelompok Rasional :


untuk koping/perilaku mal adaptif/deskriptif meningkatkan
partisipasi dan kesenangan pasien dalam kehidupan.

5) Terapi social

Pasien belajar bersosialisai dengan pasien lain

6) Terapi kelompok
a) Terapi group (kelompok terapeutik)
b) Terapi aktivitas kelompok (adjunctive group activity
therapy)
c) TAK Stimulus Persepsi; Halusinasi
- Sesi 1 : Mengenal halusinasi
- Sesi 2 ; Mengontrol halusinasi dengan menghardik
- Sesi 3 ; Mengontrol halusinasi dengan melakukan
kegiatan
- Sesi 4 ; Mencegah halusinasi dengan bercakap-
cakap
- Sesi 5 : mengontrol halusinasi dengan patuh minum
obat
d) Terapi lingkungan
Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana didalam
keluarga (Home Like Atmosphere).(Prabowo,2014:
134- 136).

7. Pohon Masalah

Resiko perilaku kekerasan (diri sendiri , orang lain


lingkungan dan verbal )
Effect

Gangguan persepsi sensori : halusinasi

Core Problem

Isolasi Sosial
Causa

8. Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnose keperawatan klien yang muncul klien dengan


gangguan persepsi sensori : halusinasi adalah sebagai berikut :

1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi.


2. Isolasi social.

3. Resiko perilaku kekerasan ( diri sendiri, orang lain , lingkungan


dan verbal).
9. Rencana asuhan Keperawatan

Pasien Keluarga
1. Dapat mengontrol halusinasi Mendiskusikan masalah yang
yang dialami oleh pasien dirasakan keluarga dalam merawat
pasien
2. Membina hubungan saling Menjelaskan pengertian, tanda dan
percaya dengan pasien gejala halusinasi, dan jenis halusinasi
yang dialami pasien beserta proses
terjadinya
3. Mengenali halusinasi pasien Menjelaskan cara-cara merawat pasien
halusinasi
4. Menjelaskan serta berdiskusi Melatih keluarga mempraktekkan cara
mengenai jenis jenis merawat pasien dengan halusinasi
halusinasi pada pasien
5. Melatih pasien cara kontrol Melatih keluarga melakukan cara
halusinasi dengan menghardik merawat langsung kepada pasien
halusinasi
6. Membimbing pasien Membantu keluarga membuat jadwal
memasukkan dalam jadwal aktivitas di rumah termasuk minum
kegiatan harian. obat (discharge planning)
7. Menjelaskan cara kontrol Menjelaskan follow up pasien setelah
halusinasi dengan teratur pulang
minum obat (prinsip 5 benar
minum obat).
8. Melatih pasien cara kontrol
halusinasi dengan berbincang
dengan orang lain
9. Melatih pasien cara kontrol
halusinasi dengan berbincang
dengan orang lain
10. Melatih pasien cara kontrol
halusinasi dengan kegiatan
yang terjadwal (yang biasa
dilakukan pasien).
ASUHAN KEPERAWATAN

RUANGAN : DEWARUCI TANGGAL DIRAWAT : 9NOVEMBER 2021

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : NY.N
Umur : 37 Tahun
Tgl Pengkajian : 16 November 2021
RM No. : 00054561
Informan : Pasien dan Status Pasien
II. ALASAN MASUK
Pasien mengatakan marah-marah, sulit tidur dalam 3 hari 3 malam,
melihat bayangan menyeramkan.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
Pasien sebelumnya sudah pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu.
Namun pengobatan kurang berhasil sehingga pasien sudah 6x dirawat di
RSJ, klien tidak pernah mengalami trauma di masa lalu, klien juga tidak
pernah mengalami aniyaya fisik, pasien sangat diterima oleh keluarga.
Namun pasien pernah mengalami tindakan kriminal. Pada anggota
keluarga pasien ada yang mengalami gangguan jiwa seperti pasien yaitu
ibunya karena ekonomi hanya saja ibu pasien tidak di rawat di RSJ hanya
dengan pengobatan spiritual, pasien mengatakan tidak mempunyai
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan.
IV. FISIK
1. Tanda Vital : TD : 140/90 S : 36,5 N : 115 RR : 20
2. Ukur : TB : 146 cm BB : 55 kg
3. Keluhan fisik : -
V. PSIKOSOSIAL
1. Pola Asuh
Pasien tinggal dengan orangtua.

2. Pola Komunikasi
Pola komunikasi pasien satu arah.
3. Pola Pengambilan Keputusan
Pasien tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam keluarga.
4. Genogram

Keterangan
: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

5. Konsep Diri
a) Gambaran diri : senang dengan kondisi tubuhnya
b) Identitas : senang dengan kondisi sebagai perempuan/ ibu
c) Peran : masih mau bekerja
d) Ideal diri : ada keinginan untuk sembuh dari sakitnya
e) Harga diri : pasien merasa dirinya dihargai

6. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : keluarga terutama ibunya.
b. Peran serta dalam kelompok/masyarakat :
Klien mengikuti kegiatan masyarakat seperti fatayat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien mengatakan hambatannya karena kondisinya.
7. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien beragama islam dan yakin dengan Allah.
b. Kegiatan ibadah
Klien melaksanakan solat 5 waktu setiap hari.

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Klein tampak rapih dalam penampilan.
2. Pembicaraan
Klien bicara dengan tempo cepat.
3. Aktivitas motorik
Pada saat pasien diajak berkomunikasi tampak lesu.
4. Alam perasaan
Klien tampak khawatir dengan kondisinya.
5. Afek
Raut wajah klien tampak datar namun ketika diberi pertanyaan klien
aktif menjawab.
6. Interaksi selama wawancara
Saat dilakukan wawancara klien kooperatif dan mampu menjawab
pertanyaan.
7. Persepsi
a) Isi :
pasien melihat ada bayangan
b) Frekuensi :
Pasien mengatakan dari jam 12 malam sampai subuh.
c) Durasi/waktu :
Waktu tidur malam lewat jam 12.00
d) Respon :
Pasien mengatakan ketika ada bayangan langsung membaca
surat-surat pendek.
e) Situasi :
Pasien mengatakan takut dan kaget hingga berdebar-debar.
8. Pola pikir
Pasien melakukan sirkumtansial
9. Isi pikir
Pasien ketika pejamkan mata tidur berfikir bahwa ada bayangan yang
datang
10. Tingkat kesadaran
Pasien tampak sering bingung
Disorientasi
Pasien mengalami disorientasi pada lingkungannya.
11. Memori
Pasien mengalami gangguan daya ingat jangka panjang sehingga
pasien masih dapat mengingat hal-hal yang sudah pernah dilakukan
dimasa lalu.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pasien sdah mampu berhitung dengan baik namun mudah beralih
13. Kemampuan penilaian
Pasien mengalami gangguan ringan sehingga masih mampu dalam
mengambil keutusan kecil.
14. Daya tarik diri
Pasien mampu menceritakan semua kejadian yang dialami

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Setelah pulang dari RSJ masih bisa makan, minum secara mandiri.
2. BAB/BAK
Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri.
3. Mandi
Pasien mampu melakukan bersih diri seperti mandi dengan mandiri.
4. Berpakaian
Pasien menganti pakaian dan memakai pakaian secara mandiri.
5. Istirahat dan tidur
Pasien tidur siang dari jam 12.00-13.00 wib dan tidur malam dari jam
19.00-01.00 wib. Pasien mengatakan sulit tidur lagi setelah bagun
karena takut.
6. Pengunaan obat
Pasien selalu minum obat tepat waktu dan teratur dengan bantuan
perawat.
7. Pemeliharaan kesehatan
Pasien mandi pagi dan siang, patuh dalam minum obat.
8. Kegiatan di dalam rumah
Pasien diharapkan dapat melakukan kegiatan dalam rumah setelah
pulang dari RSJ.
9. Kegiatan diluar rumah
Pasien diharapkan mampu melakukan kegiatan diluar rumah dan
bersosialisasi dengan orang sekitarnya.
VIII. MEKANISME KOPING
a. Adaptif
1) Klien mampu bicara dengan orang lain secara baik.
2) Klien mau berolahraga dengan teratur.
b. Maladaptif
1) Pasien mampu menyelasaikan masalah, jika ada yang
menganggu pasien hanya diam.
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
1. Masalah dengan dukungan kelompok
Pasien mengatakan diberikan dukungan oleh orang terdekat pasien.
2. Masalah yang berhubungan dengan lingkungan
Pasien mengatakan ada yang pro dan kontra.
3. Masalah dengan pendidikan
Pasien mengatakan ada masalah saat kelas 2 SMA.
4. Masalah dengan pekerjaan
Pasien mengatakan hanya cemburu dengan rekan kerja.
5. Masalah dengan perumahan
Pasien mengatakan tidak ada maslaah dalam rumah.
6. Masalah ekonomi
Pasien mengatakan ada masalah ekonomi.
7. Masalah dengan pelayanan kesehatan
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan pelayanan kesehatan dan
patuh minum obat.
X. PENGETAHUAN KURANG
-
XI. ASKEP MEDIK
Diagnosa Medik :
Terapi medik : Risperidon 2x2 mg
Clozapin 1x25g
ANALISA DATA

No DATA MASALAH
1 DS : Gangguan Persepsi
Pasien mengatakan sering melihat Sensori Halusinasi
bayangan menyeramkan. Visual
DO :
-Pasien tampak lesu
-Pasien terlihat gelisah
2 DS : Resiko Perilaku
Klien mengatakan suka marah ke teman Kekerasan
yang pasien tidak suka perilakunya
DO :
-Klien tampak sinis
-Klien menghindar
DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Visual
2. Resiko Perilaku Kekerasan
POHON MASALAH
RENCANA KEPERAWATAN
No Daignosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1 Ganguan persepsi Mengajarkan klien Sp1p
sensori halusinasi mengontrol halusinasi 1.Bina hubungan
visual dengan cara menghardik saling percaya
2.Mengidentifikasi
jenis halusinasi
3.Mengidentifikasi
halusinasi pasien
4.Mengidentifikasi
waktu hakusinasi
pasien
5.Mengidentifikasi
frekuensi hakusinasi
pasien
6.Situasi yang
menimbulkan
halusinasi
7.Mengidentifikasi
respon klien
terhadap halusinasi
8.Mengajarkan klien
menghardik
halusinasi
9.Mengajarkan klien
untuk menghardik
masuk kedalam
kegiatan
2 Mengajarkan klien SP2P
mengontrol halusinasi 1.Mengevaluasi
dengan bercakap-cakap jadwal kegiatan
dengan orang lain harian pasien dan
SP1P
2.Melatih pasien
mengendalikan
halusinasi dengan
bercakap-cakap
dengan orang lain
3.Menganjurkan
klien memasukkan
ke jadwal harian
3 Melatih klien 1.Mengevaluasi
mengendalikan halusinasi jadwal kegiatan
dengan cara melakukan harian klien
kegiatan /aktivitas 2.Melatih
mengendalikan
halusinasi dengan
melakukan
kegitana/aktivitas
3.Menganjurkan
klien memasukkan
de dalam jadwal
harian
4 Memberikan pendidikan SP4P
kesehatan tentang 1.Mengevaluasi
pengunaan minum obat jadwal kegiatan klien
secara teratur 2.Memberikan
pendidikan
kesehatan tentang
penggunaan/minum
obat secara teratur
3.Menganjurkan
klien memasukkan
kedalan jadwal
harian

IMPLEMENTASI
DIAGNOSA TGL IMPLEMENTASI RESPON
HALUSINAS 17- SP1P Ds : klien
I VISUAL 11- 1.Bina hubungan saling menjawab salam
2021 percaya DO : klien tampak
Rabu -memberi memperhatikan
salam,memperkenalkan diri
dan menjelaskan tujuan
-menanyakan nama dan DS : Klien
nama panggilan kesukaan mengatakan nama
klien panjang dan
panggilan “Nur”
DO : Klien
-Menanyakan perasaan dan kooperatif
masalah yang dihadapi klien DS : Klien
mengatakan
perasaan nya biasa
tapi juga sedih
DO : Klien
-Menanyakan pada klien bercerita tentang
tentang halusinasi yang perasaan dan
dirasakan masalahnya
DS : Klien
mengatakan seperti
-Menanyakan pada klien melihat ada sosok
tentang isi,waktu,frekuensi, yang menyeramkan
situasi dan kondisi yang DO : Klien tampak
menimbulkan halusinasi biasa
DS : Klien
mengatakan hampir
setiap hari melihat
sosok
menyeramkan
setiap tidur malam
-Melakukan kontrak untuk lewat jam 12.00
pertemuan berikutnya DO : Klien
SP1P bercerita tentang
-Mengajarkan klien sosok
mengontrol halusinasi menyeramkan yang
dengan cara menghardik sering ada
halusinasi DS : Klien setuju
-Mengevaluasi cara yang DO : Klientampak
telah diajarkan setuju
DS : Klien
mengatakan iya
DO : Klien tampak
-Memberikan pujian setelah memperhatikan
klien mampu melakukan DS : klien
mengatakan lupa
DO : Klien tampak
bingung
-Melakukan kontrak untuk
pertemuan selanjutnya DS : Klien
mengatakan sudah
ingat
DO : Klien mampu
melakukan degan
baik
18- SP2P
11- -Mengevaluasi SP1 DS : Klien
2021 mengatakan setuju
Kamis -Mengajarkan klien DO : Klien tampak
mengontrol halusinasi setuju
dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain DS : Klien
menjelaskan dan
-Mengevaluasi cara yang mempraktekan cara
telah diajarkan dan memberi menghardik
pujian kepada klien apabila DO : Klien tampak
dapat melakukan dengan masih bisa dan
baik hafal
mempraktekkannya
-Melakukan kontrak untuk DS : Klien
pertemuan selanjutnya mengatakan ingin
mengetahui cara
yang kedua
DO : Klien
kooperatif
19- SP3 DS : Klien bisa
11- -Mengajarkan klien melakukan
2021 mengendalikan halusinasi DO : Klien tampak
Jumat dengan melakukan senang
kegiatan/aktivitas

-Melakukan kontrak DS : Klien


pertemuan selanjutnya mengatakan ya
DO : Klien tampak
antusias

DS : Klien
20- SP4 mengatakan mau
11- -Evaluasi kegiatan (SP1, belajar dan
2021 SP2, Sp 3 ) melakukan
Sabtu DO : Klien tampak
antusias
-Menanyakan program
pengobatan DS : Klien
mengatakan setuju
DO : Klien
kooperatif
DS : Klien
mengatakan masih
ingat
DO : Klien mampu
melakukan kembali

DS : Klien
mengatakan sudah
rehabilitas dan
minum obat secara
teratur
DO : Sesuai catatan
medis

EVALUASI
DIAGNOS TGL EVALUASI
A
Halusinasi 17- S : -Klien memperkenalkan nama, umur, dan
Visual 11- alamatnya
2021 -Klien mengatakan perasaannya biasa
Rabu -Klien mengatakan mau belajar cara mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik
O : Klien tampak antusias
A : Halusinasi visual
P:
-Perawat : Menganjurkan pasien untuk latihan
mengontrol halusinasi dengan menghardik sehari-hari
setiap jam 10.00
-Pasien : Anjurkan klien membuat jadwal harian

18- S : Klien mengatakan ingin belajar cara menghardik


11- dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
2021 O : Klien kooperatif dan antusias
Kamis A : Halusinasi visual
P:
-Perawat : Menganjurkan klien untuk latihan
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap setiap
hari jam 10.00
-Pasien : Anjurkan pasien membuat jadwal harian
19- S : Klien mengatakan bayangan yang menyeramkan
11- mulai hilang. Klien meminta untuk diajarkan cara
2021 mengontrol halusinasi yang ketiga
Jumat O : Klien tampak tenang dan kooperatif
A : Halusinasi visual
P:
-Perawat : Menganjurkan klien untuk latihan
mengontrol halusinasi dengan beraktivitas / kegiatan
sehari-hari jam 10.00
-Pasien : Anjurkan klien membuat jadwal harian

20- S : Klien mengatakan bayangan mulai hilang


11- O : Klien tampak tenang dan kooperatif
2021 A : Halusinasi visual
Sabtu P:
-Perawat : Menganjurkan klien untuk mengontrol
halusinasi dengan minum obat secara teratur sesuai
program
_Pasien : Anjurkan klien membuat jadwal harian
DAFTAR PUSTAKA
Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta
: Nuha medika
Fitria, N.(2010). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Iyus Y. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama
Mukhripah Damayanti, Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung :
Refika Aditama
Sundeen, S.A. (1998). Keperawtaan Jiwa Edisi III. Jakarta : EGC
Wijayanignsih, K.S. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa.
Jakarta Timur : TIM

Anda mungkin juga menyukai