Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME. Bahwa penulis telah
menyelesaikan tugas tentang Asuhan Keperawatan dengan Amputasi dalam penyusunan
makalah ini tak luput dari hambatan-hambatan yang di dapat baik itu ekternal maupun
internal,tetapi dengan kesabaran dan kami mengingat tujuan utama kami adalah belajar,kami
pun tetap harus semangat demi kelancaran proses pembelajaran kami.
Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ns. M.Nurhidayah.,S.Kep
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan
terimakasih.
Penulis
Daftar isi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Amputasi lebih dahulu dikenal dari pada seluruh prosedur pembedahan lainnya.
Pemotongan tangan dan kaki pernah menjadi hukuman yang bisa dilakukan orang zaman
dahulu, yang sesuai dengan peradabannya dan tetap di lakukan saat ini pada beberapa budaya
primitif
Amputasi merupakan suatu istilah tindakan operasi yang telah banyak di kenal oleh
masyarakat. Pengertian kata amputasi ini adalah pemotongan semua atau sebagian organ
tubuh. Organ tubuh yang di maksud adalah ekstremitas atau alat gerak tubuh. Baik
ekstremitas atas atau bawah yang dilakukan berbagai alasan. Salah satunya adalah kegagalan
tim medis dalam memberikan farmakoterapi serta alasan tidak memungkinkan untuk
mempertahankan
kontinuitas
organ
tubuh
yang
telah
disfungsi
sehingga
jalan
Namun disadari seperti tindakan lainnya, amputasi juga memberikan dampak atau
pengaruh pada pasien yang menjalani tindakan ini baik selama masa perawatan maupun
setelah proses hospitalisasi atau setelah pasien pulang di mana ia menyandang gelar seorang
yang cacat
Bedah rekonstruksi / skim graft merupakan tindakan bedah yang mengkhususkan arti
pada penanganan deformitas serta defek pada kulit. Jaringan lunak dan
rangka
muskuloskletal di bawahnya. Cacat tersebut dapat disebabkan oleh kelainan bawaan, trauma,
penyakit, infeksi dan keganasan
Perawat sangat berperan dan sangat dibutuhkan untuk memberikan perawat dan
pelayanan kesehatan yang berguna dalam membantu mempercepat proses penyembuhan
selama pasien berada dalam perawatan dalam rumah sakit dan mempersiapkan segala aspek
kehidupan yang berorientasi, pada masa pasien setelah pulang dan kembali ke dalam
masyarakat dan kembali ke dalam keluarga sehingga tercapai tingkat kemandirian yang
optimal dalam melaksanakan peran dan tanggung jawab baik sebagai anggota keluarga dan
masyarakat
1.2
Tujuan Umum
Mahasiswa-mahasiswi memperoleh informasi dan gambaran pada pelaksanaan asuhan
keperawatan pada klien dengan amputasi
2.
Tujuan Khusus
a.
b.
c.
d.
Agar Mahasiswa/i mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien
dengan amputasi
e.
Agar Mahasiswa/i mampu menerapkan rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien
dengan amputasi
f.
1.4
Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode deskriptif
dengan pendekatan studi kasus dan metode kepustakaan
1.5
Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini di bagi dalam bab-bab yaitu Bab I Pendahuluan yang terdiri
dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika
penulisan. Bab II Tinjauan teoritis yang terdiri dari konsep dasar teoritis yang terdiri dari
pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, gejala klinis, pemeriksaan
penunjang, penatalaksanaan dan komplikasi serta konsep dasar Askep. Bab III Tinjauan kasus
terdiri dari pengkajian , diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatan, Implementasi
dan evaluasi Keperawatan . Baba IV penutup terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
B. Anatomi Fisiologi
a. Fibula
g. Kulkanus
b. Tibia
h. Kuloid
c. Talus
i. Metatarsal
d. Navikularis
j. Falanx
e. Kuneiform Intermedial
f. Maleolus lateral
keterangan Gambar :
a.
Talus atau tulag loncat merupakan pusat titik tertinggi dan tapak kaki tulang ini mendukung
tibia dan setiap sisi bersendi dengan maleolovs di bawah dengan kalkanous
b.
Navikular (tulang berbentuk karpal) ada di sebelah medial kaki antara talus di sebelah
belakang dan 3 tulang kuneiform di depan
c.
Tulang kuneiform bersendi posterior dengan navikular dan anteror dengan 3 tulang
metatarsal yang di medial
d.
e.
f.
Falanx- Falanxnya mempunyai batang dan ujung, batangnya mengecil di arah yang distal,
terdapat 14 falanx 3 di setiap jari dan 2 pada ujung jari .
C. Patofisiologi
Amputasi merupakan hasil dari atau di akibatkan oleh gangguan aliran darah
baik akut ataupun kronik. Pada keadaan akut organ sebagian atau keseluruhan di potong
dan jaringan yang mati di angkat. Tercatat anjuran baru pada penyambungan kembali
dari jari atau bagian tubuh yang kecil, tetapi tidak bagian otot.
Tubuh mungkin merasa sebuah amputasi parsial sebagai ancaman dan sepsis
mungkin berkembang pada beberapa kasus bagian tubuh yang dipindahkan digunakan
untuk mencegah kemadtian klien. klien yanmg menghadapi situasi ini memerlukan
konseling, mereka mungkin tidak akan mau mengobankan sebuah anggota tubuhnya,
meskipun tidak berfungsi untuk lebih memastikan hidupnya.
Pada proses penyakit yang kronik sirkulasi terputus, aliran vena sedikit ,
protein bocor ke dalam ruang interstisium dan edema berkembang, edema meningkatkan
resiko injuri dan lebih jauh menurunkan sirkulasi, berkembangnya ulkus yang statis dan
menjadi tempat infeksi karena sirkulasi terputus dan penurunan proses imun sehingga
bakteri mudah berpoliperasi, adanya proses infeksi yang progesif lebih jauh akan
mengakibatkan sirkulasi terhambat dan kemungkinan besar menjadi gangrene yang mana
merupakan hal yang mengharuskan amputasi.
D.
Etiologi
1.
2.
Iskemia
Iskemia karena penyakit reskulanisasi perifer, bisanya pada oang tua, seperti klien
dengan arteriosklerosis, diabetes mellitus.
Trauma amputasi
Bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan kendaraan bermotor, thermal injury
seperti (terbakar) , infeksi, gangguan metabolism seperti pagets deases dan kelainan
3.
congenital.
Gas ganggren
Keadaan nyeri akut dan dimana otot dan jaringan subkutan menjadi terisi dengan gas
dan eksudat serosangiunosa; disebabkan infeksi luka oleh bakteri anaerob, yang
4.
5.
6.
1. Amputasi selektif/terencana
Amputasi
jenis
ini
dilakukan
pada
penyakit
yang
terdiagnosis
dan
amputasi
yang
terjadi
sebagai
akibat
trauma
dan
tidak
3 Amputasi darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanyamerupakan
tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada traumadengan patah tulang
multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas
2. Metode tertutup
Pada metode ini kulit tepi ditarik pada atas ujung tulang dan dijahit pada daerah yang
diamputasi. Dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan
dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5 sentimeter
dibawah potongan otot dan tulang. Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan
selanjutnya meliputi perawatan luka operasi/mencegahterjadinya infeksi, menjaga kekuatan
otot/mencegah kontraktur, mempertahankanintaks jaringan, dan persiapan untuk penggunaan
protese (mungkin).
Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien yang mengalami amputasi maka
perawatmemberikan asuhan keperawatan pada klien sesuai dengan kompetensinya.
Pada cedera, ditentukan oleh peredaran darah yang adekuat. Pada tumor, ditentukan oleh
daerah bebas tumor dan bebas resiko kekambuhan lokal. Pada penyakit pembuluh darah,
ditentukan oleh vaskularisasi sisa ekstremitas dan daya sembuh luka puntung.
1.
Ekstremitas atas
Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri. Hal
ini berkaitan
dengan
aktivitas
sehari-hari
seperti
makan,
minum,
2.
Ekstremitas bawah
Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian dari
jari- jari kaki yang menimbulkan seminimal mungkin kemampuannya.Adapun
amputasi yang sering terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi dualetak
amputasi yaitu :
Ada 2 metode pada amputasi jenis ini yaitu amputasi pada nonischemiclimb
dan inschemic limb. Hal ini dibedakan hubungan dengan cara menutup flap yang
berbeda. Pada amputasi jenis ini dikenal tensionmyodesis dan myoplasty.
Tension myodesis adalah mengikatkan groupotot tuang dengan tulang,
sedangkan myoplasty adalah menjahitkanotot dengan jaringan lunak pada sisi
yang lain yaitu pada otot atau fasiasebelahnya. Cara ini berguan untuk
menstabilkan stump dan sangatditekankan untuk penderita yang masih aktif dan masih
muda.
1.
.2.
Bila jarak dari sendilutut kurang dari 5 cm, protesis mustahil dapat
dikendalikan
3.Eksartikulasi kulit
Eksartikulasi lutut menghasilkan puntung yang baik sekali. Amputasi ini
dapatdilakukan pada penderita geriatrik
4. Tungkai atas.
Puntung tungkai atas sebaiknya tidak kurang dari 10cm dibawah sendi panggul,karena
bisa menyebabkan kontraktur fleksi-abduksi-eksorotasi. Puntung juga tidak boleh kurang dari
10cm diatas sendi lutut karena ujung puntung sepanjang inisukar dibebani. Eksartikulasi dapat menahan
pembebanan.
6. Tangan Amputasi parsial jari atau tangan harus sehemat mungkin setiap jari
dengansensitibilitas kulit dan lingkup gerak utuh berguna sekali sebab dapat digunakanuntuk
fungsi menggenggam atau fungi oposisi ibu jari.
7.
Pergelangan tangan
Dipertahankan fungsi pronasi dan supinasinya. Tangan mioelektrik maupunkosmetik
8.
Lengan bawah
Batas amputasi di pertengahan lengan bawah paling baik untuk memasang
I.
Penatalaksanaan Amputasi
Amputasi selesai bila sudah di pasang protesis yang baik, perawatan post Amputasi ada 2
cara :
11. Rigid Dressing
Yaitu menggunakan plester of paris di pasang di kamar operasi keuntungan dari cara
ini adalah bisa mencegah edema, mengurangi nyeri dan mempercepat posisi berdiri,
mobilisasi segera setelah luka sembuh dan mature 2-3 minggu, ngid dressing di buka pada
hari ke 7, ke 10 post operasi
2. Soft Dressing
Yaitu bila ujung stump di rawat secara konvensional, semua tulang yang menonjol di
beri bantalan yang cukup, drain di cabut setelah 48 jam, jahitan di bukan pada hari ke 10-14
post operasi. Amputasi di atas lutut penderita supaya tidak meletakkan bantal di bawah sturup
J.
Pemeriksaan Penunjang
b.
c.
d.
e.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian.
a. Pre Operatif
Pada tahap preoperatif, tindakan keperawatan lebih ditekankan pada upaya untuk
mempersiapkan kondisi fisik dan psikologis klien dalam menghadapi kegiatan operasi.
Pada tahap ini, perawat melakukan pengkajian yang berkaitan dengan kondisi fisik,
khususnya yang berkaitan erat dengan kesiapan tubuh untuk menjalani operasi.
Pengkajian Riwayat Kesehatan
Perawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat
mempengaruhi resiko pembedahan seperti adanya penyakit diabetes mellitus, penyakit
jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru. Perawat juga mengkaji riwayat penggunaan rokok
dan obat-obatan.
Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh klien
secara utuh untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi manakala tindakan amputasi
merupakan tindakan terencana/selektif, dan untuk mempersiapkan kondisi tubuh sebaik
mungkin manakala merupakan trauma/ tindakan darurat.
Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi :
Sistem Integumen:
Kulit secara umum: Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat hidrasi.
Lokasi amputasi : Lokasi amputasi mungkin mengalami peradangan akut atau kondisi
semakin buruk, perdarahan atau kerusakan progesif. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi
amputasi terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan venus return.
Sistem Cardiovaskuler :
Cardiac reserve : Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan pada klien sebelum
operasi sebagai salah satu indikator fungsi jantung.
Pembuluh darah : Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui penilaian terhadap
elastisitas pembuluh darah.
Sistem Respirasi :
Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai adanya sianosis, riwayat gangguan
nafas.
Sistem Urinari :
Mengkaji jumlah urine 24 jam. Mengkaji adanya perubahan warna, BJ urine.
Cairan dan elektrolit : Mengkaji tingkat hidrasi. Memonitor intake dan output cairan.
Sistem Neurologis :
Mengkaji tingkat kesadaran klien. Mengkaji sistem persyarafan, khususnya sistem motorik
dan sensorik daerah yang akan diamputasi.
Sistem Muskuloskeletal :
Mengkaji kemampuan otot kontralateral.
Pengkajian Psikologis, Sosial, Spiritual
Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian pada kondisi psikologis
( respon emosi ) klien yaitu adanya kemungkinan terjadi kecemasan pada klien melalui
penilaian klien terhadap amputasi yang akan dilakukan, penerimaan klien pada amputasi dan
dampak amputasi terhadap gaya hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat operasi itu sendiri.
Disamping itu juga dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang
mungkin timbul.
Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri klien dengan memperhatikan tingkatr
persepsi klien terhadap dirinya, menilai gambaran ideal diri klien dengan meninjau persepsi
klien terhadap perilaku yang telah dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar yang
dibuat oleh klien sendiri, pandangan klien terhadap rendah diri antisipasif, gangguan
penampilan peran dan gangguan identitas.
Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara seksama dan bersamasama dengan klien melakukan pemilihan tujuan tindakan dan pemilihan koping konstruktif.
Adanya masalah kesehatan yang timbul secara umum seperti terjadinya gangguan fungsi
jantung dan sebagainya perlu didiskusikan dengan klien setelah klien benar-benar siap untuk
menjalani operasi amputasi itu sendiri. Kesadaran yang penuh pada diri klien untuk berusaha
berbuat yang terbaik bagi kesehatan dirinya, sehingga memungkinkan bagi perawat untuk
melakukan tindakan intervensi dalam mengatasi masalah umum pada saat pre operatif.
Laboratorik
Tindakan pengkajian dilakukan juga dengan penilaian secara laboratorik atau melalui
pemeriksaan penunjang lain secara rutin dilakukan pada klien yang akan dioperasi yang
meliputi penilaian terhadap fungsi paru, fungsi ginjal, fungsi hepar dan fungsi jantung.
Diagnosa :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Rasional : Latih pasien dalam melakukan perubahan posisi, misalnya duduk atau
berdiri.
Hasil yang diharapkan : Pasien dapat beraktivitas secara maksimal.
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
1. Smeltzer Suzanne C. (2001) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Edisi 8. Jakarta : EGC
2. Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
3. Asuhan Keperawatan Amputasi. 17 September 2011. http://nursingbegin.com/askep-amputasi
4. Asuhan Keperawatan Amputasi. 17 September 2011.
http://www.docstoc.com/docs/58694962/Asuhan-Keperawatan--Amputasi