Anda di halaman 1dari 30

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME. Bahwa penulis telah
menyelesaikan tugas tentang Asuhan Keperawatan dengan Amputasi dalam penyusunan
makalah ini tak luput dari hambatan-hambatan yang di dapat baik itu ekternal maupun
internal,tetapi dengan kesabaran dan kami mengingat tujuan utama kami adalah belajar,kami
pun tetap harus semangat demi kelancaran proses pembelajaran kami.
Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ns. M.Nurhidayah.,S.Kep
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan
terimakasih.

Pontianak, September 2012

Penulis

Daftar isi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Amputasi lebih dahulu dikenal dari pada seluruh prosedur pembedahan lainnya.
Pemotongan tangan dan kaki pernah menjadi hukuman yang bisa dilakukan orang zaman
dahulu, yang sesuai dengan peradabannya dan tetap di lakukan saat ini pada beberapa budaya
primitif
Amputasi merupakan suatu istilah tindakan operasi yang telah banyak di kenal oleh
masyarakat. Pengertian kata amputasi ini adalah pemotongan semua atau sebagian organ
tubuh. Organ tubuh yang di maksud adalah ekstremitas atau alat gerak tubuh. Baik
ekstremitas atas atau bawah yang dilakukan berbagai alasan. Salah satunya adalah kegagalan
tim medis dalam memberikan farmakoterapi serta alasan tidak memungkinkan untuk
mempertahankan

kontinuitas

organ

tubuh

yang

telah

disfungsi

sehingga

jalan

penyembuhannya dengan pemotongan organ

Namun disadari seperti tindakan lainnya, amputasi juga memberikan dampak atau
pengaruh pada pasien yang menjalani tindakan ini baik selama masa perawatan maupun
setelah proses hospitalisasi atau setelah pasien pulang di mana ia menyandang gelar seorang
yang cacat
Bedah rekonstruksi / skim graft merupakan tindakan bedah yang mengkhususkan arti
pada penanganan deformitas serta defek pada kulit. Jaringan lunak dan

rangka

muskuloskletal di bawahnya. Cacat tersebut dapat disebabkan oleh kelainan bawaan, trauma,
penyakit, infeksi dan keganasan

Perawat sangat berperan dan sangat dibutuhkan untuk memberikan perawat dan
pelayanan kesehatan yang berguna dalam membantu mempercepat proses penyembuhan
selama pasien berada dalam perawatan dalam rumah sakit dan mempersiapkan segala aspek
kehidupan yang berorientasi, pada masa pasien setelah pulang dan kembali ke dalam
masyarakat dan kembali ke dalam keluarga sehingga tercapai tingkat kemandirian yang
optimal dalam melaksanakan peran dan tanggung jawab baik sebagai anggota keluarga dan
masyarakat

1.2

Ruang Lingkup Masalah


Dalam makalah ini penulis hanya membahas tentang konsep Asuhan keperawatan
pada klien dengan Amputasi.

1.3 Tujuan Penulisan


1.

Tujuan Umum
Mahasiswa-mahasiswi memperoleh informasi dan gambaran pada pelaksanaan asuhan
keperawatan pada klien dengan amputasi

2.

Tujuan Khusus

a.

Mahasiswa/i dapat menjelaskan konsep teori amputasi

b.

Agar Mahasiswa/i mampu melaksanakan pengkajian pada klien dengan amputasi

c.

Agar Mahasiswa/i mampu menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan


amputasi

d.

Agar Mahasiswa/i mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien
dengan amputasi

e.

Agar Mahasiswa/i mampu menerapkan rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien
dengan amputasi

f.

Agar Mahasiswa/i mampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada


klien amputasi

1.4

Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode deskriptif
dengan pendekatan studi kasus dan metode kepustakaan

1.5

Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini di bagi dalam bab-bab yaitu Bab I Pendahuluan yang terdiri
dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika
penulisan. Bab II Tinjauan teoritis yang terdiri dari konsep dasar teoritis yang terdiri dari
pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, gejala klinis, pemeriksaan
penunjang, penatalaksanaan dan komplikasi serta konsep dasar Askep. Bab III Tinjauan kasus
terdiri dari pengkajian , diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatan, Implementasi
dan evaluasi Keperawatan . Baba IV penutup terdiri dari kesimpulan dan saran

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

Konsep Dasar Teori


A. Definisi
Amputasi berasal dari kata Amputation yang berarti sayatan keliling dan kata
Amputare yang berarti potong (dr. Hendra T Laksman, 1996)
Amputasi adalah rangkaian prosedur penghilangan sebagian hingga satu atau lebih
tulang dan harus dibedakan dengan di sarktikulasi (menghilangkan sebagian satu sendi),
(Creshaw, 1993)
Amputasi adalah pengangkatan atau pembuangan anggota tubuh sebagian dari
anggota badan atau yang menonjol dari badan (Ortopedi CS umum)
Amputasi adalah perlakuan yang mengakibatkan cacat menetap pada tubuh (R.
Sjamsu Hidayat, 1997)
Berdasarkan penadapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa amputasi
adalah tindakan pemotongan tubuh baik secara total maupun sebagian dengan alasan indikasi
yang kuat serta menimbulkan efek cacat yang menetap pada penderita (kelompok 2)

B. Anatomi Fisiologi
a. Fibula

g. Kulkanus

b. Tibia

h. Kuloid

c. Talus

i. Metatarsal

d. Navikularis

j. Falanx

e. Kuneiform Intermedial

f. Maleolus lateral

keterangan Gambar :
a.

Talus atau tulag loncat merupakan pusat titik tertinggi dan tapak kaki tulang ini mendukung
tibia dan setiap sisi bersendi dengan maleolovs di bawah dengan kalkanous

b.

Navikular (tulang berbentuk karpal) ada di sebelah medial kaki antara talus di sebelah
belakang dan 3 tulang kuneiform di depan

c.

Tulang kuneiform bersendi posterior dengan navikular dan anteror dengan 3 tulang
metatarsal yang di medial

d.

Kuboid ada di sebelah lateral kiri

e.

Tulang metatarsal terdapat 5 tulang metatarsal

f.

Falanx- Falanxnya mempunyai batang dan ujung, batangnya mengecil di arah yang distal,
terdapat 14 falanx 3 di setiap jari dan 2 pada ujung jari .

C. Patofisiologi
Amputasi merupakan hasil dari atau di akibatkan oleh gangguan aliran darah
baik akut ataupun kronik. Pada keadaan akut organ sebagian atau keseluruhan di potong
dan jaringan yang mati di angkat. Tercatat anjuran baru pada penyambungan kembali
dari jari atau bagian tubuh yang kecil, tetapi tidak bagian otot.
Tubuh mungkin merasa sebuah amputasi parsial sebagai ancaman dan sepsis
mungkin berkembang pada beberapa kasus bagian tubuh yang dipindahkan digunakan
untuk mencegah kemadtian klien. klien yanmg menghadapi situasi ini memerlukan
konseling, mereka mungkin tidak akan mau mengobankan sebuah anggota tubuhnya,
meskipun tidak berfungsi untuk lebih memastikan hidupnya.
Pada proses penyakit yang kronik sirkulasi terputus, aliran vena sedikit ,
protein bocor ke dalam ruang interstisium dan edema berkembang, edema meningkatkan
resiko injuri dan lebih jauh menurunkan sirkulasi, berkembangnya ulkus yang statis dan

menjadi tempat infeksi karena sirkulasi terputus dan penurunan proses imun sehingga
bakteri mudah berpoliperasi, adanya proses infeksi yang progesif lebih jauh akan
mengakibatkan sirkulasi terhambat dan kemungkinan besar menjadi gangrene yang mana
merupakan hal yang mengharuskan amputasi.
D.

Etiologi

Indikasi utama bedah amputasi karena :

1.

2.

Iskemia
Iskemia karena penyakit reskulanisasi perifer, bisanya pada oang tua, seperti klien
dengan arteriosklerosis, diabetes mellitus.
Trauma amputasi
Bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan kendaraan bermotor, thermal injury
seperti (terbakar) , infeksi, gangguan metabolism seperti pagets deases dan kelainan

3.

congenital.
Gas ganggren
Keadaan nyeri akut dan dimana otot dan jaringan subkutan menjadi terisi dengan gas
dan eksudat serosangiunosa; disebabkan infeksi luka oleh bakteri anaerob, yang

4.

5.
6.

diantaranya adalah berbagai spesies clostridium.


Osteomielitis
Peradangan pada tulang (bisa menyebabkan lumpuh) dan bias juga terjadi assending
infection.
Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
Keganasan Tumor
Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
E. Jenis Amputasi
Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :

1. Amputasi selektif/terencana

Amputasi

jenis

ini

dilakukan

pada

penyakit

yang

terdiagnosis

dan

mendapat penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi


dilakukansebagai salah satu tindakan alternatif terakhir

2. Amputasi akibat trauma


Merupakan

amputasi

yang

terjadi

sebagai

akibat

trauma

dan

tidak

direncanakan.Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi


sertamemperbaiki kondisi umum klien.

3 Amputasi darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanyamerupakan
tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada traumadengan patah tulang
multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas

F. Metode Pelaksanaan Amputasi

Amputasi dilakukan dengan 2 metode yaitu :

1. Metode terbuka (guillotine amputasi)


Metode ini digunakan pada klien dengan infeksi yang mengemban. Bentuknya benarbenar terbuka dan dipasang drainage agar luka bersih, dan luka dapa ditutup setelah
tidak terinfeksi, dan dilakukan pada kondisi infeksi yang berat, dimana pemotongan
pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.

2. Metode tertutup

Pada metode ini kulit tepi ditarik pada atas ujung tulang dan dijahit pada daerah yang
diamputasi. Dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan

dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5 sentimeter
dibawah potongan otot dan tulang. Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan
selanjutnya meliputi perawatan luka operasi/mencegahterjadinya infeksi, menjaga kekuatan
otot/mencegah kontraktur, mempertahankanintaks jaringan, dan persiapan untuk penggunaan
protese (mungkin).

Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien yang mengalami amputasi maka
perawatmemberikan asuhan keperawatan pada klien sesuai dengan kompetensinya.

G. Batas dan Tingkatan Amputasi


Tingkatan amputasi ditentukan oleh luas dan jenis penyakit.

Pada cedera, ditentukan oleh peredaran darah yang adekuat. Pada tumor, ditentukan oleh
daerah bebas tumor dan bebas resiko kekambuhan lokal. Pada penyakit pembuluh darah,
ditentukan oleh vaskularisasi sisa ekstremitas dan daya sembuh luka puntung.

1.

Ekstremitas atas
Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri. Hal
ini berkaitan

dengan

aktivitas

sehari-hari

seperti

makan,

minum,

mandi, berpakaian dan aktivitas yang lainnya yang melibatkan tangan.

2.

Ekstremitas bawah
Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian dari
jari- jari kaki yang menimbulkan seminimal mungkin kemampuannya.Adapun
amputasi yang sering terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi dualetak
amputasi yaitu :

a. Amputasi dibawah lutut (below knee amputation)

Ada 2 metode pada amputasi jenis ini yaitu amputasi pada nonischemiclimb
dan inschemic limb. Hal ini dibedakan hubungan dengan cara menutup flap yang
berbeda. Pada amputasi jenis ini dikenal tensionmyodesis dan myoplasty.
Tension myodesis adalah mengikatkan groupotot tuang dengan tulang,
sedangkan myoplasty adalah menjahitkanotot dengan jaringan lunak pada sisi
yang lain yaitu pada otot atau fasiasebelahnya. Cara ini berguan untuk
menstabilkan stump dan sangatditekankan untuk penderita yang masih aktif dan masih
muda.

b. Amputasi diatas lutut (above knee amputation)

Amputasi ini memegang angka penyembuhan tertinggi pada pasiendengan


penyakit vaskuler perifer. Amputasi jenis ini merupkantebanyak kedua stelah
amputasi bawah lutut. Pada amputasi jenis ini persendian lutut hilang, maka
harus dipikirkan yang terbaik yang dapatmenyangga berat badan. Prosthesis
yang konvensional membutuhkan jarak cm dari distal stump sehingga bisa
berfungsi seperti sendilutut. Amputasi tulang setinggi 5 cm atau kurang dari
distal trochanter minor akan mempunyai fungsi dan kekuatan penggunaan
postesis samadengan hip disarticulation.

H. Batas dan Lokasi Amputasi


Pada ekstremitas atas, tidak dipakai batas amputasi tertentu, sedangkan pada daerah
ekstremitas bawah lazim dipakai .
Batas Amputasi KlasikPenilaian batas amputasi :

1.

Jari dan kaki


Pada amputasi jari tangan dan kaki penting untuk mempertahankan
falanx dasar.Amputasi transmetatarsal memberi puntung yang baik.
Amputasi di sendi tarso-metatarsus lisfranc mengakibatkan per ekuinus
dengan pembebanan berlebih padakulit ujung puntung yang sukar
ditanggulangi

.2.

Proksimal sendi pergelangan kaki


Amputasi transmaleolar baik sekali bila kulit tumit utuh dan sehat
sehingga dapat menutup ujung puntung.. Tungkai bawahPanjang puntung
tungkai bawah paling baik antara 1 2 dan 18 cm dari sendi
lutut,tergantung keadaan setempat, usia penderita dan tinggi badan.

Bila jarak dari sendilutut kurang dari 5 cm, protesis mustahil dapat
dikendalikan

3.Eksartikulasi kulit
Eksartikulasi lutut menghasilkan puntung yang baik sekali. Amputasi ini
dapatdilakukan pada penderita geriatrik

4. Tungkai atas.
Puntung tungkai atas sebaiknya tidak kurang dari 10cm dibawah sendi panggul,karena
bisa menyebabkan kontraktur fleksi-abduksi-eksorotasi. Puntung juga tidak boleh kurang dari
10cm diatas sendi lutut karena ujung puntung sepanjang inisukar dibebani. Eksartikulasi dapat menahan
pembebanan.

5. Sendi panggul dan hemipelvektomi.


Eksartikulasi sendi panggul kadang dilakukan pada tumor ganas. Protesis akanlebih
sukar dipasang. Protesis untuk hemipelvektomi tersedia, tetapi memerlukankemauan dan
motivasi kuat dari penderita.

6. Tangan Amputasi parsial jari atau tangan harus sehemat mungkin setiap jari
dengansensitibilitas kulit dan lingkup gerak utuh berguna sekali sebab dapat digunakanuntuk
fungsi menggenggam atau fungi oposisi ibu jari.

7.

Pergelangan tangan
Dipertahankan fungsi pronasi dan supinasinya. Tangan mioelektrik maupunkosmetik

dapat dipakai tanpa kesulitan.

8.

Lengan bawah
Batas amputasi di pertengahan lengan bawah paling baik untuk memasang

protesis.Puntung harus sekurang-kurangnya distal insersi M. Biseps dan M. Brakhialisuntuk


fleksi siku.

9 Siku dan lengan atas


Eksartikulasi siku mempunyai keuntungan karena protesis dapat dipasang tanpafiksasi
sekitar bahu. Pada amputasi di diafisis humerus, protesis harusdipertahankan dengan ikatan
dan fiksasi pada bahu. Eksartikulasi bahu dan amputasi intertorakoskapular , yang merupakan
amputasi termausk gelang bahu,ditangani dengan protesis yang biasanya hanya merupakan
protesis kosmet

I.

Penatalaksanaan Amputasi

Amputasi selesai bila sudah di pasang protesis yang baik, perawatan post Amputasi ada 2
cara :
11. Rigid Dressing

Yaitu menggunakan plester of paris di pasang di kamar operasi keuntungan dari cara
ini adalah bisa mencegah edema, mengurangi nyeri dan mempercepat posisi berdiri,
mobilisasi segera setelah luka sembuh dan mature 2-3 minggu, ngid dressing di buka pada
hari ke 7, ke 10 post operasi
2. Soft Dressing
Yaitu bila ujung stump di rawat secara konvensional, semua tulang yang menonjol di
beri bantalan yang cukup, drain di cabut setelah 48 jam, jahitan di bukan pada hari ke 10-14
post operasi. Amputasi di atas lutut penderita supaya tidak meletakkan bantal di bawah sturup

J.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang diperlukan tergantung pada kondisi pentingnya dilakukan Amputasi,


pemeriksaan itu antara lain :
a.

Kultur luka untuk mengidentifikasi adanya infeksi dan mikroorganisme

b.

CT Scan, mengidentifikasi adanya tumor, ostemelitis dan haematum

c.

X- Ray mengidentifikasi kelainan tulang

d.

Biopsi untuk menguatkan dugaan adanya benigna./ maligna

e.

Angioprafi, mengevaluasi perubahan dalam sirkulasi dan perfusi jaringan

Asuhan Keperawatan
Pengkajian.
a. Pre Operatif
Pada tahap preoperatif, tindakan keperawatan lebih ditekankan pada upaya untuk
mempersiapkan kondisi fisik dan psikologis klien dalam menghadapi kegiatan operasi.

Pada tahap ini, perawat melakukan pengkajian yang berkaitan dengan kondisi fisik,
khususnya yang berkaitan erat dengan kesiapan tubuh untuk menjalani operasi.
Pengkajian Riwayat Kesehatan
Perawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat
mempengaruhi resiko pembedahan seperti adanya penyakit diabetes mellitus, penyakit
jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru. Perawat juga mengkaji riwayat penggunaan rokok
dan obat-obatan.
Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh klien
secara utuh untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi manakala tindakan amputasi
merupakan tindakan terencana/selektif, dan untuk mempersiapkan kondisi tubuh sebaik
mungkin manakala merupakan trauma/ tindakan darurat.
Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi :
Sistem Integumen:
Kulit secara umum: Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat hidrasi.
Lokasi amputasi : Lokasi amputasi mungkin mengalami peradangan akut atau kondisi
semakin buruk, perdarahan atau kerusakan progesif. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi
amputasi terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan venus return.
Sistem Cardiovaskuler :

Cardiac reserve : Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan pada klien sebelum
operasi sebagai salah satu indikator fungsi jantung.
Pembuluh darah : Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui penilaian terhadap
elastisitas pembuluh darah.
Sistem Respirasi :
Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai adanya sianosis, riwayat gangguan
nafas.

Sistem Urinari :
Mengkaji jumlah urine 24 jam. Mengkaji adanya perubahan warna, BJ urine.
Cairan dan elektrolit : Mengkaji tingkat hidrasi. Memonitor intake dan output cairan.
Sistem Neurologis :
Mengkaji tingkat kesadaran klien. Mengkaji sistem persyarafan, khususnya sistem motorik
dan sensorik daerah yang akan diamputasi.
Sistem Muskuloskeletal :
Mengkaji kemampuan otot kontralateral.
Pengkajian Psikologis, Sosial, Spiritual

Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian pada kondisi psikologis
( respon emosi ) klien yaitu adanya kemungkinan terjadi kecemasan pada klien melalui
penilaian klien terhadap amputasi yang akan dilakukan, penerimaan klien pada amputasi dan
dampak amputasi terhadap gaya hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat operasi itu sendiri.
Disamping itu juga dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang
mungkin timbul.
Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri klien dengan memperhatikan tingkatr
persepsi klien terhadap dirinya, menilai gambaran ideal diri klien dengan meninjau persepsi
klien terhadap perilaku yang telah dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar yang
dibuat oleh klien sendiri, pandangan klien terhadap rendah diri antisipasif, gangguan
penampilan peran dan gangguan identitas.
Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara seksama dan bersamasama dengan klien melakukan pemilihan tujuan tindakan dan pemilihan koping konstruktif.
Adanya masalah kesehatan yang timbul secara umum seperti terjadinya gangguan fungsi
jantung dan sebagainya perlu didiskusikan dengan klien setelah klien benar-benar siap untuk
menjalani operasi amputasi itu sendiri. Kesadaran yang penuh pada diri klien untuk berusaha
berbuat yang terbaik bagi kesehatan dirinya, sehingga memungkinkan bagi perawat untuk
melakukan tindakan intervensi dalam mengatasi masalah umum pada saat pre operatif.
Laboratorik
Tindakan pengkajian dilakukan juga dengan penilaian secara laboratorik atau melalui
pemeriksaan penunjang lain secara rutin dilakukan pada klien yang akan dioperasi yang
meliputi penilaian terhadap fungsi paru, fungsi ginjal, fungsi hepar dan fungsi jantung.

Diagnosa :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Nyeri yang berhubungan dengan amputasi.


Perubahan sensori persepsi, nyeri tungkai phantom berhubungan dengan amputasi.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembedahan amputasi.
Gangguan rasa percaya diri berhubungan dengan amputasi bagian tubuh.
Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan amputasi bagian tubuh.
Gangguan mobilitas fisik berrhubungan dengan kehilangan ekstremitas.

Perencanaan dan Implementasi


1. Nyeri berhubungan dengan amputasi
Tujuan : Nyeri berkurang dalam jangka waktu 24 jam.
a. Intervensi 1 : Kaji jenis nyeri.
Rasional : Nyeri terjadi akibat dari pembedahan jaringan neuromuskular pada
ekstremitas. Pengkajian dengan penggambaran lokasi nyeri dan sifatnya dapat
dilakukan dengan menggunakan skala nyeri. Evaluasi nyeri diperlukan dalam
melakukan penatalaksanaan nyeri.
Hasil yang diharapkan : Pasien dapat mengungkapkan rasa ketidaknyamanan
akibat dari nyeri.
b. Intervensi 2 : Tangani ekstremitas yang sakit dengan perlahan dan ubah posisi
pasien.
Rasional : Terjadi kerusakan jaringan pada bagian amputasi, penanganan yang
baik akan mengurangi rasa nyeri. Lakukan perubahan posisi untuk mengurangi
spasme otot.
Hasil yang diharapkan : Memperbaiki tingkat kenyamanan pasien.
c. Intervensi 3 : Terapkan strategi modifikasi nyeri, berikan terapi analgesic bila
diperlukan.
Rasional : Persepsi nyeri dapat dikurangi dengan distraksi dan pengalihan
perhatian. Arahkan pasien dan keluarga untuk tetap berinteraksi dan saling
mendukung. Berikan terapi analgesik yang dapat mengurangi rasa nyeri dan
mengurangi ketidaknyamanan akibat spasme otot.

Hasil yang diharapkan : Pasien tampak lebih nyaman.


2. Perubahan sensori persepsi, nyeri tungkai phantom berhubungan dengan amputasi.
Tujuan : Menghilangkan perubahan persepsi sensori.
a. Intervensi : Berikan penjelasan tentang perasaan nyeri phantom.
Rasional : Nyeri phantom biasanya terjadi setelah 2-3 bulan setelah pembedahan.
Pasien akan merasakan sensasi bahwa ekstremitasnya masih ada dan merasakan
bahwa ekstremitas tersebut kram atau terpuntir dengan posisi abnormal. Perawat
perlu membantu dalam menyesuaikan persepsi pasien.
Hasil yang diharapkan : Pasien dapat menghilangkan perasaan nyeri phantom.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembedahan amputasi.
Tujuan : Mempercepat penyembuhan luka.
a. Intervensi : Lakukan perawatan luka dengan baik dan benar.
Rasional : Perawatan luka yang sesuai dapat membantu dalam proses
penyembuhan, serta menghindari terjadinya infeksi. Gunakan balutan yang
sesuai.
Hasil yang diharapkan : Jaringan kulit yang baru dapat tumbuh dengan kondisi
yang baik dan tidak terjadi infeksi pada luka.
4. Gangguan rasa percaya diri berhubungan dengan amputasi bagian tubuh.
Tujuan : Pasien dapat menerima diri dan berinteraksi dengan keadaan sekitar.
a. Intervensi 1 : Kaji status orientasi
Rasional : Evaluasi orientasi pasien, kebingungan yang terjadi akibat stress, atau
faktor lain. Data dapat menentukan perubahan kondisi psikologis pasien.
Hasil yang diharapkan : Pasien dapat memperlihatkan orientasi terhadap waktu,
tempat, dan orang. Serta pasien mampu berkomunikasi secara efektif.
b. Intervensi 2 : Berikan pengertian kepada keluarga pasien untuk sering
berkomunikasi dengan klien.
Rasional : Pasien akan merasa diterima dan tidak menutup diri akibat dari
kekurangannya.
Hasil yang diharapkan : Keluarga pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas
perawatan diri dan klien akan lebih menerima keadaannya.
c. Intervensi 3 : Latih pasien untuk berinteraksi dengan lingkungan.

Rasional : Membantu pasein untuk menerima diri dan mandiri.


Hasil yang diharapkan : Pasien dapat menerima diri dan meningkatkan rasa
percaya diri.

5. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan amputasi bagian tubuh.


Tujuan : Pasien mendapatkan perawatan yang baik selama masa sakit.
a. Intervensi 1 : Bimbing pasien dalam melakukan perawatan diri.
Rasional : Bantu pasien agar dapat melakukan aktivitas. Berikan pengarahan
bagaimana cara melakukan perawatan diri yang baik.
Hasil yang diharapkan : Pasien dapat melakukan perawatan mandiri secara
maksimal.
d. Intervensi 2 : Katakan kepada kerabat pasien untuk membantu dalam proses
perawatan mandiri.
Rasional : Keluarga merupakan orang yang paling dekat dengan pasien, sehingga
pasien mungkin akan lebih nyaman jika dirawat oleh kerabatnya sendiri.
Hasil yang diharapkan : Keluarga pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas
perawatan diri.
6. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan ekstremitas.
Tujuan : Meningkatkan mobilitas pada pada tingkat yang paling mungkin.
a. Intervensi 1 : Kaji derajat mobilitas klien.
Rasional : Pendataan diperlukan untuk mengetahui kemampuan klien dalam
beraktivitas.
Hasil yang diharapkan : Data dapat digunakan untuk melakukan intervensi
selanjutnya.
b. Intervensi 2 : Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan untuk memudahkan klien dalam
memenuhi kebutuhan secara mandiri.
Rasional : Peletakan alat-alat pribadi yang tepat akan membuat pasien lebih
leluasa dalam melakukan aktivitas.
Hasil yang diharapkan : Klien dapat secara maksimal melakukan aktivitas.
c. Intervensi 3 : Dorong pasien untuk melakukan aktivitas.

Rasional : Latih pasien dalam melakukan perubahan posisi, misalnya duduk atau
berdiri.
Hasil yang diharapkan : Pasien dapat beraktivitas secara maksimal.

Kesimpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA
1. Smeltzer Suzanne C. (2001) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Edisi 8. Jakarta : EGC

2. Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
3. Asuhan Keperawatan Amputasi. 17 September 2011. http://nursingbegin.com/askep-amputasi
4. Asuhan Keperawatan Amputasi. 17 September 2011.
http://www.docstoc.com/docs/58694962/Asuhan-Keperawatan--Amputasi

Anda mungkin juga menyukai