Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan secara holistik akan memandang masalah yang di hadapi pasien
melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Masalah
yang di hadapi oleh pasien yang mengalami amputasi tidak hanya pada upaya
memenuhi kebutuhan fisik semata, tetapi lebih dari itu, perawat berusaha untuk
mempertahankan intregitas diri pasien secara utuh, sehingga tidak menimbulkan
komplikasi fisik selama kegiatan intraoperatif, tidak mengakibatkan gangguan mental,
pasien dapat menerima dirinya secara utuh dan diterima dalam masyarakat.
Amputasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menyelamatkan
seluruh tubuh dengan mengorbankan bagian tubuh yang lain. Terdapat berbagai sebab
mengapa dilakukan amputasi. 70% amputasi dilakukan karena penyumbatan arteri
yang sebagian besar disebabkan oleh diabetes militus, 3% amputasi dilakukan karena
adanya trauma, 5% amputasi dilakukan karena adanya tumor dan 5% lainnya karena
cacat kongenital. (Harnawati,2008)
Kehilangan ekstremitas atas memberikan masalah yang berbeda bagi pasien
dari pada kehilangan ekstemitas bawah karena ekstremitas atas mempunyai fungsi
yang sangat spesial . Amputansi dapat di anggap sebagai jenis pembedahan
rekonstruksi dratis dan di gunakan untuk menghilangkan gejala memperbaiki fungsi
dan menyelamatkan atau memperbaiki kualitas hidup pasien.
Bila tim perawat kesehatan mampu berkomunikai dengan gaya positif maka
pasien akan lebih mampu menyesuaikan diri terhadap amputasi dan berpatisipasi aktif
dalam rencana rehabilitas karena kehilangan ekstremitas memerlukan penyusuaian
besar. Persepsi pasien mengenai amputasi harus di pahami oleh tim perawat
kesehatan. Pasien harus menyesuaikan diri dengan adanya perubahan citra diri
permanen, yang harus di selaraskan sedemikian rupa sehingga tidak akan
menimbulkan harga diri rendah pada pasien akibat perubahan citra tubuh.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Teori Amputasi ?
2. Bagaimana Asuha Keperwatan pada Kasus Amputasi ?
C. Tujuan
1.1 Tujuan Umum

1
Setelah pembelajaran mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III degan
materi asuhan keperawatan pada kasus Amputasi diharapkan mahasiswa keperawatan
dapat memahami konsep dan teori serta mengaplikasikan dalam asuhan keperawatan.
2.2 Tujuan Khusus
1) Mampu memahami dan menjelaskan definisi amputasi
2) Mampu memahami dan menjelaskan etiologi amputasi
3) Mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi amputasi
4) Mampu memahami dan menjelaskan manifestasi klinis amputasi
5) Mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi amputasi
6) Mampu memahami dan menjelaskan komplikasi amputasi
8) Mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan diagnostik amputasi
9) Mampu memahami dan menjelaskan penatalaksanaan amputasi
10) Mampu memahami dan menjelaskan penyimpangan KDM amputasi
11) Mampu memahami dan menjelaskan asuhan keperawatan amputasi

2
BAB II
PEMBAHASAN
I. Konsep Teori
A. Definisi
Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”.
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian
atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan
dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada
ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik
lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien
secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan
komplikasi infeksi.(Daryadi,2012)
Kehilangan sebagian alat gerak akan mengakibatkan ketidakmampuan
seseorang untuk melakukan aktifitas. Kehilangan alat gerak tersebut dapat
disebabkan berbagai hal, seperti penyakit, faktor cacat bawaan lahir, ataupun
kecelakaan. Operasi pengangkatan alat gerak oada tubuh manusia ini disebut
dengan amputasi.(D.Jumeno,2015)
B. Etiologi
Indikasi utama bedah amputasi bisa disebabkan oleh : (Smeltrzer,2002)
1. Iskemia, karena penyakit reskularisasi perife, biasa nya pada orang tua seperti
pada penyakit artherosklerosis dan diabetes mellitus.
2. Trauma, amputasi bisa diakibatkan karena kecelakaan dan thermal injury
seperti terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets disease
dan kelaian kongenital.
Faktor predisposisi terjadinya amputasi yaitu :
a. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.
b. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
c. Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.
d. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh
lainnya.
e. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
f. Deformitas organ.
C. Klasifikasi
Berdasarkan pelaksanaan amputasi dibedakan menjadi : (Brunner&Suddart, 2001)
3
1. Amputasi Elektif/Terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan
mendapat penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus.
Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir.
Contoh gambar :

2. Amputasi Akibat Trauma


Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak
direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi
amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.
Contoh gambar :

3. Amputasi Darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya
merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma
dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
Contoh gambar :

4
Jenis amputasi secara umum menurut (Daryanti,2012)

1. Amputasi Terbuka
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat
dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.
Contoh gambar :

2. Amputasi Tertutup
Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana
dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang
lebih 5cm dibawah potongan otot dan tulang. Setelah dilakukan tindakan
pemotongan, maka kegiatan selanjutnya meliputi perawatan luka
operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan otot/mencegah
kontraktur, mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk penggunaan
protese ( mungkin ). Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien
yang mengalami amputasi maka perawat memberikan asuhan keperawatan
pada klien sesuai dengan kompetensinya.

5
Contoh gambar :

Berdasarkan ekstremitas, amputasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu :


1. Amputasi ekstremitas bawah
Contohnya yaitu pada amputasi Atas Lutut (AL), Disartikulasi Lutut, amputasi
Bawah Lutut (BL), dan Syme.
Contoh gambar :

2. Amputasi ekstremitas atas


Contohnya yaitu pada amputasi Atas Siku (AS) dan Bawah Siku (BS).
Contoh gambar :

6
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang dapat di temukan pada pasien dengan post operasi
amputasi antara lain : (Brunner&Suddart, 2002)
1. Nyeri akut
2. Keterbatasan fisik
3. Pantom syndrome (rasa sakit berkelanjutan yang dirasakan oleh seseorang
setelah amputasi, padahal bagian tubuh tersebut sudah tidak lagi ada. Ia
merasa bahwa anggota tubuhnya yang hilang tersebut masih ada, tapi
ukurannya telah menyusut jadi lebih kecil)
4. Pasien mengeluhkan adanya perasaan tidak nyaman
5. Adanya gangguan citra tubuh mudah marah , cepat tersinggung pasien
cenderung berdiam diri
E. Patofisiologi
Amputasi dilakukan dengan dua metode yaitu metode terbuka dan metode
tertutup.
Metode terbuka merupakan metode yang di lakukan pada klien dengan infeksi
yang mengembang atau berat di mana pemotongan di lakukan pada tinggkat yang
sama bentuknya benar-benar terbuka dan di pasang drainage agar luka bersih dan
luka dapat di tutup setelah infeksi. Sedangkan metode tertutup di lakukan dalam
kondisi yang lebih mungkin pada metode ini kulit tepi ditarik atau di buat
skalfuntuk menutupi luka pada atas ujung tulang dan di jahit pada daerah yang di
amputansi. (Jong, W, 2005)

F. Komplikasi
Komplikasi dari amputasi meliputi perdarahan infeksi dan kerusakan kulit.
Karena adanya pembuluh darah besar yang dipotong dapat terjadi perdarahan
masif. Infeksi merupakan infeksi pada semua pembedahan dengan peredaran
darah buruk atau kontaminasi luka setelah amputasi traomatika resiko infeksi
meningkat peyembuhan luka yang buruk dan iritasi akibat protesis dapat
menyebabkan kerusakan kronik. (Brunner & Suddarth, 2013)
G. Pemeriksaan Diagnostik

7
Pemeriksaan diagnostik pada klien Amputasi meliputi : (Huda Amin Nurarif dan
Hardhi Kusuma, 2015)
1. Foto rongent Untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang
2. CT san Mengidentifikasi lesi neoplestik, osteomfelitis, pembentukan
hematoma
3. Kultur luka mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab
4. Biopsi mengkonfirmasi diagnosa benigna / maligna
5. Led peninggian mengidentifikasi respon inflamasi
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari amputasi adalah sebagai berikut : (Henry, 2009).
1. Terapi Farmakologi
Tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka amputasi
menghasilkan sisa tungkai puntung yang tidak nyeri tekan dan kulit yang
sehat untuk pengunaan prostesis, lansia mungkin mengalami
keterlambatan penyembuhan luka karena nutrisi yang buruk dan masalah
kesehatan lainnya. Penyembuhan dipercepat dengan penanganan secara
lembut terhadap sisa tungkai, pengontrolan edema sisa tungkai dengan balutan
kompres lunak atau rigid dan menggunakan teknik aseptik dalam perawatan
luka untuk menghindari infeksi
Balutan rigid tertutup sering digunaka untuk mendapatkan kompresi
yang merata, menyangga jaringan lunak untuk mengontrol nyeri, dan
mencegah kontraktur
Balutan lunak dengan atau tanpa kompres hangat dapat digunakan bila
diperlukan inspeksi berkala punting sesuai kebutuhan
2. Terapi Nonfarmakologi
Perawatan pasca amputasi:
1) Pasang balut steril tonjolan-tonjolan hilang dibalut tekan pemasangan
perban elastis harus hati-hati jangan sampai konstraksi puntung di
proksimlnya sehingga distalnya iskemik.
2) Meningikan puntung dengan mengangkat kaki jangan ditahan dengan
bantal sebab dapat menjadikan fleksi kontraktur pada paha dan lutut.
3) Luka ditutup drain diangkat setelah 48-72 jam sedangkan puntung tetap
dibalut tekan, angkta jahitan hari ke 10 sampai 11.

8
4) Amputasi bawah lutut tidak boleh mengantung dipinggir tempat tidur atau
berbaring atau duduk lama dengan fleksi lutut.
5) Amputasi diatas lutut jangan diganjal bantal diantara paha atau
memberikan abdukasi puntung, mengatungnya waktu jalan dengan kruk
untuk mencegah kostruktur lutut dan paha.
Gambir teknik membuat balutan pada amputasi :

9
I. Penyimpangan KDM

Infeksi, DM, hipertensi,dll Kerusakan


pembuluh kapiler

Trauma/injury Penurunan suplai O2


dan nutrisi ke jaringan
Proliferasi sel abnormal

Fraktur multiple iskemik


combutio, dsb Tumor maligna

Nefrosis
Kerusakan
Tumor ganas diekstremitas
jaringan/ektremitas yang
Terbentuknya gangren (atas/bawah)
tidak mungkin diperbaiki

Resiko infeksi Terbentuknya operasi/bedah Amputasi

Kehilngan salah satu anggota Kehilangan anggota tubuh


tubuh/ekstremitas

kecatatan

Sulit untuk melakukan Kurang perawatn diri (mandi,


aktivitas/mobilisasi sikat gigi, berpakaian) Timbul rasa malu,
depresi,stres
Hambatan mobilitas fisik Defisit perawatan diri

Gangguan citra tubuh

Post operasi Luka operasi

Proses penyembuhan Terputusnya kontiunitas Nyeri akut


jaringan

Tirah baring lama Keb imobilitas

Kerusakan integritas kulit

10
II. Konsep Keperawatan (Huda Amin Nurarif dan Hardhi Kusuma, 2015)
A. Pengkajian
1) Identitas Diri Klien
Meliputi tanggal pengkajian, ruangan, nama (inisial), nomor MR, umur,
pekerjaan, agama, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk RS, alasan masuk RS,
cara masuk RS, penanggung jawab.
2) Keluhan Utama: Biasanya pada klien dengan amputasi keluhan utamanya
yaitu klien mengatakan nyeri pada luka, mengalami gangguan pada sirkulasi
dan neurosensori, serta memiliki keterbatasan dalam beraktivitas.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang: Kaji kapan timbul masalah, riwayat trauma,
penyebab, gejala (tiba-tiba/perlahan), lokasi, obat yang diminum, dan cara
penanggulangan
4) Riwayat Kesehatan Dahulu: Kaji apakah ada kelainan muskuloskeletal (jatuh,
infeksi, trauma dan fraktur), kaji apakah ada riwayat penyakit Diabetes
Mellitus, penyakit jantung, penyakit gagal ginjal dan penyakit paru.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga: Kaji apakah ada anggota keluarga yang pernah
mengalami penyakit yang sama, kaji apakah ada anggota keluarga yang
merokok ataupun menggunakan obat-obatan.
6) Pemeriksaan fisik: kesadaran umum, keadaan integument(kulit dan kuku),
kardiovaskuler (hipertansi dan takikardia), neurologis (spasme otot dan kebas
atau kesemutan), keadaan ekstremitas, keadaan rentang gerakdan adanya
kontraktur, dan sisa tungkai (kondisi dan fungsi)
7) Riwayat Psikososial: reaksi emosional, citra tubuh, dan sistem pendukung
8) Pemeriksaan Diagnostik: rontgen (lokasi/luas), CT scan, MRI, arteriogram,
darah lengkap dan kreatinin.
9) Pola Kebiasan sehari-hari: nutrisi, eliminasi, dan asupan cairan
10) Aktifitas/Istirahat: keterbatasan actual/antisipasi yang dimungkinkanoleh
kondisi/amputasi
11) Integritas Ego: masalah tetang antidipasi perubahan pola hidup, situasi
finansial, reaksi orang lain, perasaan putus asa, tidak berdaya
12) Seksualitas: masalah tentang keintiman hubungan
13) Interaksi sosial: masalah suhubungan dengan kondisi tentang peran fungsi,
reaksi orang lain
B. Diagnosa Keperawatan (Herdman, T. H., & Kamitsuru, 2015)
11
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka amputasi, pasca pembedahan
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculokeletal
3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka pasca bedah
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka amputasi, pasca pembedahan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri dapat
hilang dan berkurang
Kriteria Hasil: klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan dapat
berkurang,ekspresi wajah rileks dan tenang
Intervensi :
a. Kaji tingkat dan karakterisitik nyeri, termasuk kualitas, frekuensi, durasi,
lokasi dan intensitasnya
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi,
dan non invasive
d. Ajarkan pasien latihan teknik relaksasi nafas dalam
e. Berikan pasien posisi yang nyaman
f. Kontrol tanda-tanda vital pasien
g. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculokeletal
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7x24 jam klien dapat
melakukan mobilisasi secara optimal dan mampu beradaptasi
Kriteria Hasil: - Klien dapat ikut serta dalam program latihan
- Klien terlihat mampu melakukan mobilisasi secara bertahap
- Klien dapat mempertahankan koordinasi dan mobilitas
sesuai tingkat optimal

Intervensi:

a. Kaji kemampuan mobilitas dan observasi terhadap peningkatan kerusakan


b. Bantu klien melakukan ROM, dan perawatan diri sesuai toleransi
c. Pantau keluhan nyeri dan adanya tanda-tanda defisit neurologis
d. Ajarakan klien tentang teknik ambulasi
e. Latih klien dalam memenuhi kebutuhan ADLs secara mandiri

12
f. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan
kebutuhan
g. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka pasca bedah
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 tidak ada tanda-
tanda infeksi
Kriteria Hasil: - Terbebas dari tanda dan gejala infeksi
- Menunjukkan hygiene yang adekuat
- Menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi
Intervensi:
a. Pantau tanda dan gejala infeksi
b. Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi
c. Ajarkan klien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
d. Kolaborasi dengan tim dokter dengan pemberian antibiotic

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”.
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau
seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam
kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah
tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala
kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau
merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.
Amputasi bisa disebabkan oleh : Iskemia, karena penyakit reskularisasi perife,
biasa nya pada orangtua seperti pada penyakit artherosklerosis dan diabetes mellitus
dan Trauma, amputasi bisa diakibatkan karena kecelakaan dan thermal injury seperti
terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets disease dan kelaian
kongenital.
Berdasarkan pelaksanaan amputasi dibedakan menjadi: Amputasi
Elektif/Terencana, Amputasi Akibat Trauma, Amputasi Darurat. Manifestasi klinik
yang dapat di temukan pada pasien dengan post operasi amputasi antara lain: Nyeri
akut, Keterbatasan fisik, Pantom snydrom e, Pasien mengeluhkan adanya perasaan
tidak nyaman, Adanya gangguan citra tubuh mudah marah, cepat tersinggung pasien
cenderung berdiam diri
Amputasi di lakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh
dengan metode : Metode terbuka guilottone amputasi, Metode tertutup. Komplikasi
dari amputasi meliputi perdarahan infeksi dan kerusakan kulit. Karena adanya
pembuluh darah besar yang dipotong dapat terjadi perdarahan masif. Infeksi
merupakan infeksi pada semua pembedahan dengan peredaran darah buruk atau
kontaminasi luka setelah amputasi traomatika resiko infeksi meningkat peyembuhan
luka yang buruk dan iritasi akibat protesis dapat menyebabkan kerusakan kronik.
Pemeriksaan diagnostik pada klien Amputasi meliputi : Foto rongent Untuk
mengidentifikasi abnormalitas tulang, CT san Mengidentifikasi lesi neoplestik,
osteomfelitis, pembentukan hematoma, Angiografi dan pemeriksaan aliran darah
mengevaluasi perubahan sirkulasi/ perfusi jaringan dan membantu memperkirakan
potensial penyembuhan jaringan setelah amputansi, Kultur luka mengidentifikasi

14
adanya infeksi dan organisme penyebab, Biopsi mengkonfirmasi diagnosa benigna /
maligna, Led peninggian mengidentifikasi respon inflamasi, Hitung darah lengkap /
deferensial peningian dan perpindahan ke kiri di duga proses infeksi
Tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka amputasi
menghasilkan sisa tungkai puntung yang tidak nyeri tekan dan kuli yang sehat untuk
pengunaan prostesis, lansia mungkin mengalami keterlambatan penyembuhan luka
karena nutrisi yang buruk dan masalah kesehatan lainnya. Penyembuhan dipercepat
dengan penanganan secara lembut terhadap sisa tungkai, pengontrolan edema sisa
tungkai dengan balutan kompres lunak atau rigid dan menggunakan teknik aseptik
dalam perawatan luka untuk menghindari infeksi. Balutan rigid tertutup sering
digunaka untuk mendapatkan kompresi yang merata, menyangga jaringan lunak untuk
mengontrol nyeri, dan mencegah kontraktur, Balutan lunak dengan atau tanpa
kompres hangat dapat digunakan bila diperlukan inspeksi berkala punting sesuai
kebutuhan
Terapi Nonfarmakologi: Pasang balut steril tonjolan-tonjolan hilang dibalut
tekan pemasangan perban elastis harus hati-hati jangan sampai konstraksi putung di
proksimlnya sehingga distalnya iskemik, Meningikan pungtung dengan mengangkat
kaki jangan ditahn dengan bantal sebab dapat menjadikan fleksi kontraktur pada paha
dan lutut, Luka ditutup drain diangkat setelah 48-72 jam sedangkan putung tetap
dibalut tekan, angkta jahitan hari ke 10 sampai 11, Amputasi bawah lutut tidak boleh
mengantung dipinggir tempat tidur atau berbaring atau duduk lama dengan fleksi
lutut, Amputasi diatas lutut jangan dipadang bantal diantara paha atau memberikan
abdukasi putung, mengatungnya waktu jalan dengan kruk untuk mencegah kostruktur
lutut dan paha.
B. Saran
Diharapkan klien mengerti dan memahami terhadap kesehatan citra tubuh
yang dialaminya. Dan mengetahui tentang pengobatan dan cara pemulihannya. Serta
diharapkan juga bagi perawat melakukan tindakan sesuai dengan masalah klien
berdasarkan kebutuhan klien.

15
DAFTAR PUSTAKA

Huda Amin Nurarif dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis NANDA & NIC NOC. Jogjakarta : Mediaction.

Heather T. Herdman & Shigemi Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definis &
Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 Terjemahan Indonesia. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC

M. Gloria Bulechek, dkk. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC). Singapore : El


Sevier.

Moorhead Sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Singapore : El Sevier.

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2.
Jakarta EGC
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A., C,(2014).Rencana Asuhan Keperawatan
pedoman untuk Perencanaan Keperawatan Pasien.Edisi:3.Jakarta:EGC
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S.(2015).Diagnosis Keperawatan Defisi &
Klasifikasi 2015-2017.Edisi:10.Jakarta:EGC
Henry. (2009). Penatalaksanaan Amputasi. Jakarta: EGC.
Hidayat. (2007). Pengantar konsep dasar keperawatan. Salemba medika: Jakarta.
Jong, W. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: EGC.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Doengoes E Marlyin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaa.
Jakarta: EGC
Jakart Laksmana, 2005, Kamus Kedokteran, djambatan, Jakarta: EGC
Bararah, T. (2013). Asuhan Keperawatan. Jakarta: Prestasi Pustakaraya
Black,J. M. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

16

Anda mungkin juga menyukai