Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN POLIOMEYLITIS

Disusun oleh:

ELSA SUCI ROHANI 14.401.18.020

AKADEMIKESEHATAN RUSTIDA

PRODI DIII KEPERAWATAN

KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat serta hidayahnya
saya dapat menyelesaikan makalah “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Anak
Dengan Penyakit Poliomeylitis” Dalam penyusunan makalah ini saya juga berterima kasih
kepada :

1. Ibu Haswita S.Kp., M.Kes. selaku direktur Direktur Akademi Kesehatan Rustida
Krikilan
2. Ibu Ns, Roshinta S.A., M.Kep selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Keperawatan
Anak Akademi Kesehatan Rustida Krikilan
3. Ibu Ns. Nantiya Pupuh, M.Kep selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Keperawatan Anak Akademi Kesehatan Rustida Krikilan
4. Ibu Ns, Linda, S.Kep selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Keperawatan Anak
Akademi Kesehatan Rustida Krikilan
5. Kedua orang tua saya yang selalu memberikan doa dan dukungan baik secara materi
atau spiritual
6. Dan teman-teman yang selalu memberikan saran dan kritiknya.

Makalah ini telah saya buat semaksimal mungkin, walaupun kami menyadari bahwa
masih banyak kesalahan dan kekurangan yang harus diperbaiki. Maka dari itu saya
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi tercapainya suatu
kesempurnaan suatu makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
maupun kami.

Krikilan,10 Oktober 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Polio merupakan penyakit akibat virus yang menyebabkan kelumpuhan bagi


penderitanya. Jika virus telah memasuki tubuh anak-anak dan mengakibatkan
kelumpuhan, bisa saja kelumpuhan terjadi seumur hidup dan membuatnya menjadi
tidak produktif. Polio sendiri merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus polio,
yang disebarkan melalui makanan, air atau tangan yang terkontaminasi terhadap
kotoran. Penyakit polio merupakan penyakit infeksi paralisis yang disebabkan oleh
virus, virus tersebut dinamakan poliovirus (PV) yang masuk ke dalam tubuh melalui
mulut dan mengakibatkan infeksi saluran usus. Virus memasuki aliran darah yang
mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan terjadinya
kelumpuhan (QQ_Scarlet, 2008).
Poliomielitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan
predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik
batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan saraf tersebut akan terjadi
kelumpuhan serta atrofi otot. Tahun 1840 Heine untuk pertama kali mengumpulkan
beberapa kasus poliomielitis di Jerman. Tahun 1890 Medin di Stcokholm
mengemukakan gambaran epidemi poliomielitis. Atas jasa-jasa Heine-Medin. Tahun
1908 Landsteiner dapat menemukan timbulnya kelumpuhan pada kera dengan
penyuntikan intraperitoneal jaringan sumsum tulang belakang dari pasien yang
menderita poliomielitis yang telah meninggal (meninggal akibat poliomielitis).
Tahun 1910 sifat virus yang filtrabel dapat dibuktikan. Sekitar 40-50 tahun yang lalu
di Eropa Utara pasien poliomielitis terbanyak terjadi pada umur 0-4 tahun, kemudian
berubah menjadi 5-9 tahun dan kini di Swedia pada umur 7-15 tahun, bahkan akhir-
akhir ini pada usia 15-25 tahun.[CITATION Nga14 \p 357 \l 1057 ]
Poliomielitis (polio, paralisis infantil) disebabkan oleh sejenis virus yang
terdiri dari 3 serotipe, yaitu: PV1, PV2, dan PV3. Cara penularan penyakit ini
melalui manusia ke manusia lewat jalur fekal-oral. Manifestasi poliomielitis
disebabkan oleh penyebaran virus yang menginfeksi dan bereplikasi di dalam sel-sel
sistem saraf pusat. Karakteristik dan bentuk manifestasi klinik yang paling berat dari
infeksi polio ialah polio paralitik yang biasanya menyebabkan paralisis permanen
asimetris pada tungkai. Diagnosis poliomielitis ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Program rehabilitasi medik
diterapkan pada fase akut, fase sub akut, fase penyembuhan, dan fase kronis
poliomielitis.(Angliadi,2015 hal.117)

B. Batasan Masalah
Batasan masalah pada poliomelitis adalah mulai dari pengertian hingga sampai
konsep asuhan keperawatan dari poliomelitis.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana laporan pendahuluan dari poliomelitis?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan poliomelitis?
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui, memahami dan menambah pengetahuan atau wawasan
tentang asuhan keperawatan pada pasien poliomelitis.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui laporan pendahuluan dari poliomelitis
b. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan untuk poliomelitis
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
Poliomielitis adalah suatu pernyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dan dapat
mengakibatkan terjadinya kelumpuhan. Sebagian besar kasus polio terjadi pada
balita berusia antara 3-5 tahun.Virus berkembang di dalam dinding faring atau
saluran cerna bagian bawah, menyebar ke jaringan getah bening dan menyebar
masuk ke dalam aliran pembuluh darah sebelum menembus dan hari).(Ranuh
I.G.N, 2008),(Soedarmo,2008).
Poliomielitis merupakan penyakit infeksi akut oleh sekelompok virus
ultramikroskop yang bersifat neurotrofik yang awalnya menyerang saluran
pencernaan dan pernapasan yang kemudian menyerang susunan saraf pusat
melalui peredaran darah (Chiruddin). Penyakit ini menyebabkan kelemahan
motorik yang asimetris dengan adanya gangguan bulbar dan pernapasan dalam
korteks (Patirckdavey)[CITATION Ami15 \p 75 \l 1057 ].
Poliomielitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan
predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti
motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan saraf tersebut akan
terjadi kelumpuhan serta atrofi otot[CITATION Nga14 \p 357 \l 1057 ].
Kesimpulnnya Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh
virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang
dan inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut
akan terjadi kelumpuhan serta autropi otot.

2. Etiologi

Penyakit polio disebabkan oleh virus polio. Virus tersebut masuk melalui rongga
mulut atau hidung, kemudian menyebar di dalam tubuh melalui aliran darah.
Penyebaran virus polio dapat terjadi melalui kontak langsung dengan tinja
penderita polio, atau melalui konsumsi makanan dan minuman yang telah
terkontaminasi virus polio. Virus ini juga dapat menyebar melalui percikan air liur
ketika penderita batuk atau bersin, namun lebih jarang terjadi.

Virus polio sangat mudah menyerang orang-orang yang belum mendapatkan


vaksin polio, terlebih pada kondisi berikut ini:

 Tinggal di daerah dengan sanitasi buruk atau akses air bersih yang terbatas.
 Sedang hamil.
 Memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, misalnya penderita AIDS.
 Merawat anggota keluarga yang terinfeksi virus polio.
 Pernah menjalani pengangkatan amandel.
 Menjalani aktivitas berat atau mengalami stres setelah terpapar virus polio.
 Bekerja sebagai petugas kesehatan yang menangani pasien polio.
 Melakukan perjalanan ke daerah yang pernah mengalami wabah polio.

Penyakit poliomielitis jarang terdapat pada bayi dibawah umur 6 bulan;


diperkirakan masih mempunyai kekebalan dari ibunya, penyakit ini dapat
dipercepat penyebarannya dengan operasi seperti tonsilektomi, ekstraksi gigi yang
merupakan porte d’entree atau penyuntikan[CITATION Ami15 \p 75 \l 1057 ].

3. Manifestasi Klinis
Penyakit ini paling banyak pada anak-anak dibawah 5 tahun dan juga bisa pada
remaja. Kemungkinan gejala dicurigainya poliomylis pada anak adalah panas
disertai dengan sakit kepala, sakit pinggang, kesulitan menekuk leher dan
punggung, kekuatan otot lemah yang diperjelas dengan tanda head drop, tanda
tripod saat duduk, tanda-tanda spinal, tanda brudzinsky atau kerning[CITATION
Ami15 \p 76 \l 1057 ].
Tanda dan gejala poliomylitis menurut klasifikasinya adalah sebagai berikut :
1) Minor Ilness (penyakit dengan gejala ringan)
a. Sangat ringan atau bahkan tanpa gejala
b. Nyeri tenggorokan dan perasaan tidak nyaman diperut, gangguan
gastroentestinal, demam ringan, perasaan lemas, dan nyeri kepala.
2) Major Illness (termasuk jenis paralitik dan non-paralitik)
a. Terjadi selama 3-35 hari termasuk gejala minor illness dengan rata-rata 17
hari
b. Demam kelemahan cepat dalam beberapajam, nyeri kepala, dan muntah
c. Dalam 24 jam terlihat kekakuan leher dan punggung
d. Terlihat mengantuk, iritabel, dan cemas
e. Pada kasus tanpa paralisis sangat sukar dibedakan dengan meningitis
aseptic
f. Bila terjadi paralisis biasanya dimulai dalam beberapa detik sampai 5 hari
sesudah keluhan nyeri kepala
g. Pada anak, stadium pra-paralisis lebih singkat dan kelemahan otot terjadi
pada waktu penurunan suhu
h. Pada dewasa, stadium pra-paralisis berlansung lebih hebat dan lama,
terlihat sakit berat, tremor, agitasi, kemerahan didaerah muka, otot menjadi
sensitif dan kaku, pada otot ekstensor ditemukan reflex tendon meninggi
dan fasikulasi[CITATION Ami15 \p 76 \l 1057 ].

Sebagian besar penderita polio tidak menyadari bahwa diri mereka telah
terinfeksi polio, sebab virus polio pada awalnya hanya menimbulkan sedikit
gejala atau bahkan tidak menimbulkan gejala sama sekali. Meskipun
demikian, penderita polio tetap dapat menyebarkan virus dan menyebabkan
infeksi pada orang lain.

4. Patofisiologi
Virus polio biasanya memasuki tubuh melalui rongga orafaring, berkembang biak
dalam traktus digestivirus, kelenjar getah bening regional dan sistem
retikuloendotelial. Dalam keadaan ini timbul:
1) Perkembangan virus. Tubuh bereaksi dengan membentuk tipe antibodi
spesifik.
2) Bila pembentukan zat anti dalam tubuh mencukupi dan cepat maka virus akan
dinetralisasikan sehingga timbul gejala klinik yang ringan, atau tidak terdapat
sama sekali dan timbul imunitas terhadap virus tersebut.
3) Bila proliferasi virus tersebut lebih cepat dari pembentukan zat anti, maka
akan timbul viremia dan gejala klinik, kemudian virus akan terdapat dalam
feses untuk beberapa minggu lamanya.
[CITATION Nga14 \p 358 \l 1057 ]
Berlainan dengan virus lain yang menyerang susunan saraf, maka neuropatologi
poliomielitis biasanya patognomonik. Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah
susunan saraf tertentu. Tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan
yang sama dan bila ringan sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam
3-4 minggu sesudah timbul gejala. Daerah yang biasanya terkena poliomielitis
adalah :
1. Medula spinalis terutama kornu anterior
2. Batang otak pada nukleus vestibularis dan inti-inti saraf kranial serta formasio
retikularis yang mengandung pusat vital
3. Otak tengah (midbrain) terutama massa kelabu, substansia nigra dan kadang-
kadang nukleus rubra
4. Serebrum terutama inti-inti vermis
5. Talamus dan hipotalamus
6. Polidum
7. Korteks serebri, hanya daerah motorik
[CITATION Nga14 \p 359 \l 1057 ]
Pathway

Polio Virus
Faktor resiko :

- Belum mendapat imunisasi - Oral – fekal


- Bepergian kedaerah yang sering - Percikan ludah
ditemukan polio
- Usia sangat muda / lanjut
Masuk melalui Berkembang Diserap &
- Stres / kelelahan fisik Virus paling banyak
mulut & hidung biak di disebarkan
menyerang :
tenggorokan melalui
& saluran pembuluh - Medula spinalis
pencernaan darah & - Batang otak
getah bening - Otak tengah
Poliomyelitis
- Serebrum
- Talamus &
hipotalamus
- Polidum
Melepaskan mediator Hipermetabolisme Virus mengeluarkan neutropik yang - Korteks serebri
inflamasi merusak akhiran saraf pada otot

Kelelahan

Kekakuan / kelumpuhan otot


Mk : Intoleransi Aktivitas

Flaccid Kaku kuduk & Gangguan Paralysis otot


paralysis punggung menelan pernafasan
Panas Sakit kepala Nyeri pada Mk : Gangguan Resiko Mk: Resiko
Gejala non
otot yang mobilitas fisik aspirasi pola nafas
spesifik:
terkena tidak efektif
- Mual
Mk : - Muntah
Hipertermi - Nyeri
periut
Mk : Nyeri

Mk : Resiko nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan lab : Pemeriksaan darah tepi perifer, Cairan serebrospinal,
pemeriksaan serologik, isolasi virus polio
b. Pemeriksaan radiology
c. Pemriksaan MRI dapat menunjukkan kerusakan didaerah kolumna anterior
d. Pemeriksaan likuor memberikan gambaran sel dan bahan mikia (kadar gula
dan protein).
e. Pemeriksaan histologic korda spinalis dan batang otak untuk menentukan
kerusakan yang terjadi pada sel neuron
[CITATION Ami15 \p 77 \l 1057 ]
6. Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan spesifik terhadap poliomielitis. Antibiotika, y-globulin dan
vitamin tidak mempunyai efek. Penatalaksanaan adalah simptomatis dan suportif.
a) Infeksi tanpa gejala : istirahat total
b) Infeksi abortif : istirahat sampai beberapa hari setelah temperatur ormal kalau
perlu dapat diberikan analgetik, sedatif. Jangan lakukan aktivitas selama 2
minggu, 2bulan kemudian dilakukan pemeriksaan neuromuskuloskeletal untuk
mengetahui adanya kelainan.
c) Non paralitik : sama dengan tipe abortif. Pemberian analgetik sangat efektif
bila diberikan secara bersamaan dengan pembalut hangat selama 15-30 menit
setiap 2-4 jam dan kadang-kadang mandi air panas juga dapat membantu.
Sebaiknya diberikan foot board papan penahan telapak kaki, yaitu agar kaki
terletak pada sudut yang sesuai terhadap tungkai. Fisioterapi dilakukan 3-4
hari setelah demam hilang. Fisioterapi bukan mencegah atrofi otot yang timbul
sebagai akibat denervasi sel kornu anterior,tetapi dapat mengurangi deformitas
yang terjadi.
d) Paralitik : harus dirawat dirumah sakit karena sewaktu-waktu dapat terjadi
paralisis pernapasan, dan untuk ini harus diberikan melalui pernapasan
mekanis. Bila rasa sakit telah hilang dapat dilakukan fisioterapi pasif dengan
menggerakkan kaki atau tangan. Jika terjadi paralisis kandung kemih maka
dapat diberikan stimulan para simpatetik seperti bethanechol (urecholine) 5-10
mg oral atau 2.5-5 mg/SK[ CITATION Ami15 \l 1057 ].

7.KLASIFIKASI

a) Polio paralitik
Denervasi jaringan otot skelet sekunder oleh infeksi poliovirus dapat menimbulkan
kelumpuhan.Tanda-tanda awal polio paralitik ialah panas tinggi, sakit kepala,
kelemahan pada punggung dan leher, kelemahan asimetris pada berbagai otot, peka
dengan sentuhan, susah menelan, nyeri otot, hilangnya refleks superfisial dan dalam,
parestesia, iritabilitas, konstipasi, atau sukar buang air kecil. Kelumpuhan umumnya
berkembang 1-10 hari setelah gejala awal mulai timbul Prosesnya berlangsung selama
2-3 hari, dan biasanya komplit seiring dengan turunnya panas.(Angliadi,2015)

b) Polio spinal
Polio spinal adalah tipe poliomielitis paralisis yang paling sering akibat invasi virus
pada motor neuron di kornu anterior medula spinalis yang bertanggung jawab pada
pergerakan otot-otot, termasuk otot- otot interkostal, trunkus, dan tungkai. Kelumpuhan
maksimal terjadi cukup cepat (2-4 hari), dan biasanya timbul demam serta nyeri
otot.Virus dapat merusak otot- otot pada kedua sisi tubuh, tetapi kelumpuhannya paling
sering asimetris. Kelumpuhan seringkali lebih berat di daerah proksimal dari pada
distal.(Angliadi,2015)

c) Polio bulbar
Terjadi kira-kira 2% dari kasus polio paralitik. Polio bulbar terjadi ketika poliovirus
menginvasi dan merusak saraf- saraf di daerah bulbar batang otak. Destruksi saraf-saraf
ini melemahkan otot- otot yang dipersarafi nervus kranialis, menimbulkan gejala
ensefalitis, dan menyebabkan susah bernafas, berbicara, dan menelan. Akibat gangguan
menelan, sekresi mukus pada saluran napas meningkat, yang dapat menyebabkan
kematian.(Angliadi,2015)

d) Polio bulbospinal
Kira-kira 19% dari semua kasus polio paralitik yang memberikan gejala bulbar dan
spinal; subtipe ini dikenal dengan polio respiratori atau polio bulbospinal. Poliovirus
menyerang nervus frenikus, yang mengontrol diafragma untuk mengembangkan paru-
paru dan mengontrol otot-otot yang dibutuhkan untuk menelan.(Angliadi,2015)

8.Komplikasi

Polio paralisis dapat menyebabkan sejumlah komplikasi, seperti:

 Kecacatan.
 Kelainan bentuk tungkai dan pinggul.
 Kelumpuhan, baik sementara atau permanen.

Dalam kondisi ini, alat bantu berjalan diperlukan untuk membantu penderita
beraktivitas sehari-hari. Pada kondisi yang lebih serius, virus polio yang menyerang
otot saluran pernapasan dapat mengakibatkan kelumpuhan otot pernapasan hingga
menyebabkan kematian.Selain itu, gejala polio berulang dapat dialami oleh orang
yang pernah terkena polio. Kondisi ini dikenal sebagai sindrom pascapolio. Gejala
sindrom pascapolio baru muncul 30 tahun atau lebih sejak penderita terinfeksi
pertama kali.Gejala sindrom pascapolio meliputi:

 Sulit bernapas dan menelan


 Ingatan terganggu
 Gangguan tidur
 Depresi
 Otot dan sendi makin lemah dan terasa sakit
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Penyakit ini paling banyak diderita pada anak-anak dibawah 5 tahun dan juga
bisa pada remaja serta paling sering dideita oleh anak anak yang belum
terkena vaksin polio [CITATION Ami15 \p 76 \l 1057 ].
b. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama
Keluhan utama pada polio biasanya pasien mengalami panas disertai
dengan sakit kepala, kejang, kelemahan anggota gerak, bicara pelo, sakit
punggung dan tingkat kesadaran menurun(GCS <15)[CITATION Ari12 \p
328 \l 1057 ].
2) Alasan Masuk Rumah Sakit
Kemungkinan alasan pasien masuk RS adalah kelumpuhan yang secara
tiba-tiba[CITATION Ari12 \p 328 \l 1057 ].
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada riwayat penyakit sekarang biasanya didapatkan keluhan mendadak
lumpuh pada saat pasien sedang melakukan aktivitas. Keluhan
gastrointestinal seperti mual, muntah, bahkan kejang sampai tidak sadar.
Selain keluhan kelumpuhan biasanya pasien juiga gelisah, latergi lelah dan
apatis[CITATION Ari12 \p 328 \l 1057 ].
c. Riwayat Kesehatan Terdahulu
1) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Apakah klien pernah mengeluhkan atau mengalami gejala sakit kepala,
kejang, tremor, pusing, kelemahan dan perubahan dalam
bicaranya[CITATION Ari12 \p 328 \l 1057 ].
2) Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah sebelumnya keluarga pernah ada yang mengalami kelumpuhan
secara mendadak atau poliomelitis. Penyakit poliomielitis jarang terdapat
pada bayi dengan usia dibawah umur 6 bulan; diperkirakan masih
memiliki kekebalan dari ibunya. Penyakit yang dapat ditularkan oleh
karier yang sehat atau oleh kasus yang abortif [CITATION Nga14 \p 358 \l
1057 ].
3) Riwayat Imunisasi
Apakah sebelumnya pasien pernah mendapakan atau tidak imunisasi polio
atau obat OPV(oral polio vaksin) sebelumnya[CITATION Nga14 \p 359 \l
1057 ].
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
a) Kesadaran
Biasanya pada pasien yang mengalami poliomelitis kesadarannya
menurun (GCS <15)[CITATION Ari12 \p 328 \l 1057 ].
b) Tanda-tanda Vital
Pada pasien poliomelitis biasanya akan mengalami peningkatan suhu
tubuh (demam) disertai dengan nyeri kepala[CITATION Ami15 \p 76 \l
1057 ].
2) Head to Toe
a) Kepala
I : tidak terdapat benjolan, rambut dan kulit kepala bersih atau
tidak, kepala tampak jatuh ke belakang(head drop)
[CITATION Ami15 \p 76 \l 1057 ]
b) Mata
I : konjungtiva tidak anemis, mata cowong, perubahan pupil,
terlihat mengantuk[CITATION Ami15 \p 76 \m Nga14 \p 328 \l 1057 ]
c) Hidung
I : terdapat pernapasan cuping hidung, influenza, gangguan
pernafasan atau sirkulasi secara mekanis.
[CITATION Ami15 \p 76 \l 1057 ]
d) Mulut
I : mukosa bibir kering dan pucat, malaise, nyeri atau perubahan
dalam bicara[CITATION Ami15 \p 76 \l 1057 ].
e) Telinga
I : riwayat perubahan pendengaran ada atau tidak sebelumnya
muncul tanda gejala poliomelitis[CITATION Ari12 \p 329 \l 1057 ].
f) Leher
I : tampak kesulitan menekuk leher, kekuatan otot leher lemah
yang diperjelas dengan head drop, kaku kuduk.
P : nyeri dan kaku otot belakang leher
[CITATION Ami15 \p 76 \m Nga14 \p 361 \l 1057 ]
g) Wajah
I: kemerahan di daerah muka [CITATION Ami15 \p 76 \l 1057 ].
h) Dada
I : bentuk dada normal, bentuk simetris, terjadi gagal nafas
P : terdapat nyeri tekan
P : terdengar suara redup
A : terdengar bunyi napas vesikuler, tidak terdapat bunyi napas
tambahan[CITATION Nga14 \p 362 \l 1057 ].
i) Abdomen
I : bentuk perut cekung, nausea, muntah
A : bissing usus >15 kali/ menit
P : terdengar bunyi hipertympani
P : nyeri abdomen, distensi abdomen
[CITATION Nga14 \p 360 \l 1057 ]
j) Ekstremitas
I : kelumpuhan secara mendadak, otot-otoh kaki & paha
mengecil, tanda tripod saat duduk, pada otot ekstendor ditemukan
reflex tendon meninggi dan fasikulasi [CITATION Ami15 \p 76 \l 1057 ] .
Atrofi otot sehingga kaki tampak kecil sebelah[CITATION Nga14 \p 362 \l
1057 ].
P : rasa nyeri tulang belakang, nyeri pada otot yang syarafnya
terkena poliomelitis[CITATION Nga14 \p 362 \l 1057 ].
k) Anus
Tidak terdapat hemoroid[CITATION Nga14 \p 362 \l 1057 ]

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi
1) Definisi: suhu tubuh meningkat diatas rentan normal tubuh.(PPNI,
2017, hal. 284)
2) Penyebab
(a) Dehidrasi
(b) Terpapar lingkungan panas
(c) Proses penyakit (misalnya infeksi dan kanker)
(d) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
(e) Peningkatan laju metabolisme
(f) Respon trauma
(g) Aktivitas berlebihan
(h) Penggunaan inkubator

3)Batasan karakteristik
Subjek tidak tersedia
Objek suhu tubuh diatas nilai norma, kulit merah, kejang, takikardi,
takipnea, dan kulit terasa hangat(PPNI, 2017, hal. 284)
4) Faktor yang berhubungan
proses infeksi, hipertiroid, stroke, dehidrasi, trauma, prematuritas (PPNI,
2017, hal. 284)

b. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh


Definisi : Asupan Nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
metabolik.
Batasan karakteristik :
1) Berat badan kurang dari 20% atau lebih di bawah berat badan ideal untuk
tinggi badan dan rangka tubuh .
2) Asupan makanan kurang dari kurang dari kebutuhan metabolic .baik
kalori total maupun zat gizi tertentu.
3) Kehilangan berat badan dengan asupan makanan yang adekuat
4) Melaporkan asupan makanan yang tidak adekuat kurang dari
recommended daily alowwence (RDA) . (Wilkinsson,2016)
Subjektif :
1. kram abdomen
2. nyeri abdomen (dengan atau tanpa penyakit)
3.menolak makan
4.persepsi ketidakmampuan untuk mencerna makanan
Objektif :
1.pembuluh kapiler rapuh
2.diare
3.kekurangan makanan
4.bising usus hiperaktif
5.tonus otot memburuk
6.membran mukosa pucat
7.kehilangan rambut yang berlebihan (wilkinson2016)
Faktor yang berhubungan :
Ketidakmampuan untuk menelan atau mencerna makanan atau menyerap
nutrisi akibat faktor biologis,psikologis,atau ekonomi ;
1.penyakit kronis poliomyelitis
2.kesulitan atau mengunyah atau menelan
3.mual dan muntah
4.hilang nafsu makan
5.intoleransi makanan
6.akses terhadap makanan terbatas . (Wilkinson,2016)

c. Nyeri Akut
Definisi : pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat
adanya kerusakan jaringan yang actual dan pontensial awitan yang tiba tiba
atau perlahan dengan intesitas ringan atau berat yang dapat di antisipasi atau
dapat diramalkan dan durasinya kurang dari 6 bulan .
Batasan karakteristik :
Subjektif :
1) Melaporkan nyeri dengan isyarat
2) Melaporkan nyeri

Objektif :
1) Respon otonom (perubahan tekanan darah ,pernapasan,denyut jantung
dan dilatasi pupil)
2) Perilaku distraki (mondar mandir,aktivitas berulang )
3) Perilaku ekspresif (gelisah,merintih,menangis,kewaspadaan
berlebihan,peka terhadap rangsang dan menghela nafas panjang)
4) Bukti nyeri yang dapat diamati
5) Gangguan pola tidur
6) Posisi untuk menghindari nyeri (wilkinsson2016)
Faktor yang berhubungan :
agen-agen penyebab cedera (biologis,kimia,fisik,dan psikologis.
(wilkinson,2016)

d. Hambatan Mobilitas Fisik


Definisi : Keterbatasan gerak fisik tubuh atau satu ekstremitas atau lebih
dengan maksud tertentu dan mandiri
Batasan karakteristik :
Subjektif
1)Laporan tentang nyeri atau ketidaknyamanan pada saat melakukan
gerakan keengganan untuk bergerak.
Objektif
1)Keterbatasan rentang gerak
2) keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik halus atau
kasar
3)kesulitan untuk berputar
4)Gerak lambat
5) gerakan tersentak-sentak atau tidak terkoordinasi, tremor yang disebabkan
oleh gerakan
6) penurunan waktu reaksi (lebih lambat)
7)Ketidakstabilan postural
8) perubahan gaya berjalan
9)Memulai perubahan gerak ( misalnya, peningkatan perhatian pada aktivitas
lain, perilaku pengendalian, fokus pada dissabilitas atau aktivitas sebelum
mengalami penyakit )
Faktor yang berhubungan :
1)Gaya hidup kurang gerak
2)intoleran aktivitas
3) keadaan tidak digunakan
4)dekondisi
5) penurunan daya tahan
6) keterbatasan daya tahan kardiovaskular
7)Penurunan kekuatan otot atau masa pengendalian
8)kekujatan sendi
9) kehilangan integritas struktur tulang
10)Nyeri ketidak nyamanan
11)Gangguan neurtomuskularatau muskuloskeletal
12)Gangguan sensori persepsi atau koknitif
13)keterlambatan pertimbangan (Wilkinson, 2016)

e. Intoleransi aktivitas
Definisi
Ketidakcukupan energi dalam tubuh untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Penyebab
1. Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2. Tirah baring
3. Imobilitas
4. Gaya hidup monoton
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1. Mengeluh mudah lelah
Objektif
1. Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
Gejala dan tanda minor
Subjektif
1. Dispnea saat/setelah aktivitas
2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3. Merasa lemah
Objektif
1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
2. Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/stelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukkan iskemia
4. Sianosis
Kondisi klinis terkait
1. Anemia
2. Gagal jantung kongestif
3. Penyakit jantung koroner
4. Penyakit katup jantung
5. Aritmia
6. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
7. Gangguan metabolik
8. Gangguan muskuloskletal[CITATION Placeholder3 \p 128 \l 1057 ]

f.Resiko Pola Nafas Tidak Efektif


Definisi : Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan adekuat
Penyebab:
1) Depresi pusat pernapasan
2) Deformitas dinding dada
3) Deformitas tulang dada
4) Gangguan neuromuscular
5) Penurunn energy
6) Obesitas
7) Sindrom hipoventilasi
8) Kecemasan
9) Efek agen farmakologis
Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif
1) Dispnea
Objektif
1) Penggunaan otot bantu pernapasan
2) Fase ekspirasi memanjang
3) Pola napas abnormal
Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif
1) Pernapasan pursed-lip
2) Pernapasan cuping hidung
3) Ventilasi seminit menurun
4) Kapasitas vital menurun
5) Ekskursi dada berubah
6) Kondisi klinis terkait
7) Depresi system saraf pusat
8) Cedera kepala
9) Trauma thorak
[ CITATION PPN16 \l 1033 ]

3. Intervensi Keperawatan
a. Hipertermi
1) Tujuan : Pasien akan menunjukkan termoregulasi, yang dibuktika oleh
indicator gangguan sebagai berikut (gangguan ekstrim, berat, sedang,
ringan, atau tidak ada gangguan).
2) Kriteria hasil
a) Menunjukkan metode yang tepat untuk mengukur suhu
b) Menjelaskan tindakan untuk mencegah atau meminimalkan
peningkatan suhu tubuh
c) Melaporkan tanda dan gejala dini hipertermia

Bayi akan :

a) Tidak mengalami gawat panas, gelisah, atau letargi


b) Menggunakan sikap tubuh yang tidak dapat mengurangi panas
3) Intervensi
Aktifitas Keperawatan
a. Pantau aktifitas kejang
b. Pantau hidrasi (mis. Turgor kulit, kelembapan membrane mukosa)
c. Pantau tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi pernapasan
d. Kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan, sesuai dengan suhu
lingkungan
Penyuluhan Untuk Pasien/Keluarga
a) Ajarkan pasien/keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan
mengenali secara dini hipertermia (mis., stroke bahang dan keletihan
akuibat panas)
b) Regulasi suhu (NIC) : Ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan
tindakan kedaruratan yang diperlukan, jika perlu
Aktifitas Kolaboratif
Regulasi suhu (NIC) :Berikan obat antipiretik jika perlu. Gunakan matras
dingin dan amndi air hangat untuk mengatasi gangguan suhu tubuh, jika
perlu.
Aktifitas Lain
1) Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan selimut
saja
2) Gunakan waslpa dingin (atau kantong es yang dibalut dengan kain) di
aksila, kening, tengkuk, dan lipat paha
3) Anjurkan asupan cairan oral, setidaknya 2 liter sehari, dengan
tambahan cairan selama aktifitas yang berlebihan atau aktifitas sedang
dalam cuaca panas
4) Gunakan kipas yang berputar diruangan pasien
5) Gunakan selimut pendingin
[CITATION Wil16 \p 216-217 \l 1033 ]
b. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
1) Tujuan : Memperlihatkan status nutrisi yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut (gangguan ekstrim berat, sedang, ringan, atau tidak ada
penyimpangan dari rentan normal)
2) Kriteria Hasil
a. Mempertahankan berat badan
b. Menjelaskan komponen diet bergizi adekuat
c. Mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet
d. Menoleransi diet yang dianjurkan
e. Mempertahankan masa tubuh dan berat badan dalam batas normal
f. Memiliki nilai laboratorium (mis. Transferrin, albumin, elektrolit)
dalam batas normal
g. Melaporkan tingkat energy yang adekuat

3) Intervensi
Aktifitas Keperawatan
a. Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
b. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
c. Pantau nilai laboratorium, khususnya transferin, albumin, dan
elektrolit
d. Menejemen nutrisi (NIC) :
e. Ketahui makanan kesukaan pasien
f. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
g. Timbang pasien pada interval yang tepat
Penyuluhan Untuk Pasien Atau Keluarga
a. Ajarkan metode untuk perencanaan makan
b. Ajarkan pasien/keluarga tentang makanan bergizi dan tidak mahal
c. Menejemen nutrisi (NIC) : berikan informasi yang tepat tentang
kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya
Aktifitas Kolaboratif
a. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein
pasien yang mengalami ketidakadekuatan asupan protein atau
kehilangan protein (mis., pasien anoreksia nervosa, penyakit
glomerular atau dialysis peritoneal)
b. Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan
lengkap, pemberian makanan melalui selang, atau nutrisi parental
total agar asupan kalori yang adekuat dapat dipertahankan
c. Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi
d. Rujuk ke program gizi dikomunitas yang tepat, jika pasien tidak dapat
membeli atau menyiapkan makanan yang adekuat
Aktifitas Lain
a. Buat perencanaan makanan dengan pasien yang masuk dalam jadwal
makan, lingkungan makan, kesukaan dan ketidaksukaan pasien serta
suhu makanan
b. Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien
dari rumah
c. Anjurkan pasien untuk menampilkan tujuan makan dan latihan fisik
di lokasi yang terlihat jelas dan kaji ulang setiap hari
d. Bantu pasien menulis tujuan mingguan yang realistis untuk latihan
fisik dan asupan makanan
e. Tawarkan makanan porsi besar disiang hari ketika nafsu makan tinggi
f. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan (mis.
Pindahkan barang-barang yang tidak sedap dipandang)
g. Hindari prosedur invasif sebelum makan
h. Suapi pasien jika perlu
[CITATION Wil16 \p 282-285 \l 1033 ]
c. Nyeri Akut
1) Tujuan : memperlihatkan pengendalian nyeri (mengenali awitan nyeri,
menggunakan tindakan pencegahan, melaporkan nyeri dapat
dikendalikan), menunjukkan tingkat nyeri.
2) kriteria hasil :
Klien memperlihatkan, teknik relaksasi secara efektif untuk mencapai
kenyamanan, klien mempertahankan tingkat nyeri pada atau kurang
(dengan skala0-10), klien mampu melaporkan kesejahteraan fisik dan
psikologis, klien mengenali untuk memodifikasi tindakan tersebut, klien
melaporkan nyeri kepada penyedia pelayanan kesehatan, klien
menggunakan tindakan meredakan nyeri dengan analgesik dengan
nolanalgesik secara tepat, tidak mengalami gangguan dalam frekuensi
pernapasan, frekuensi jantung/tekanan darah, mempertahankan selera
makan yang baik, melaporkan pola tidur yag baik, melaporkan kemampuan
untuk mempertahankan perfoma peran dan hubungan inter personal.
(wilkinson,2016)

3) Nursing Intervention Classification (NIC)


Aktifitas Keperawatan
a. Kaji nyeri, meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan faktor pencetus nyeri.
b. Gunakan komunikasi terapeutik untuk menggali pengalaman nyeri
klien dan respon klien terhadap nyeri
c. Kaji dampak dan nyeri yang terjadi (tidur, nafsu makan, aktivitas,
kognisi, semangat hidup, interaksi)
d. Anjurkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien dalam
mengatasi nyeri
e. Atur lingkungan yang nyaman bagi klien
f. Hindari faktor pencetus terjadinya nyeri
g. Pilih tindakan yang mampu mengatasi nyeri (farmakologis, non
farmakologis, interpersonal)
h. Ajari klien teknik non farmakologis secara kontinyu dalam mengatasi
nyeri (masase punggung, TENS, hipnotis, relaksasi, guided imagery,
terapi music, distraksi, terapi bermain, terapi aktifitas, acupressure,
hidroterapi dan lain sebagaunya)
i. Ajari dan pantau klien dalam menggunakan analgesic sesuai anjuran
medis
Penyuluhan Untuk Pasien Dan Keluarga
a) Sertakan dalam pemulangan pasien obat khusus yang harus di minum,
frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan
interaksi obat, kawaspadaan khusus saat mengonsumsi obat tersebuat
(misalnya, pembatasan aktivitas fisik, pembatasan diet), dan nama
orang yang harus dihubungi bila mengalaminyeri membandel.
b) Intruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika
pereda nyeri tidak dapat dicapai
c) Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkat
nyeri dan tawarkan strategi koping yang disarankan.
d) Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesik narkotik atau opioid
(misalnya, resiko ketergantungan atau overdosis).
e) Manajemen nyeri (NIC): Berikan informasi tentang nyeri, seperti
penyebab nyeri,berapa lama aka berlangsung, dan antisipasi
ketidaknymanan akibat prosedur
f) Manajemen Nyeri (NIC)
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis (misalnya , umpan –
balik biologis, transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS),
hipnosis, relaksasi,iamjinasi terbimbing, terapi musik, distraksi, terapi
bermain, terapi aktivitas, akupresur, kompres hangat atau dingin, dan
masase ) sebelum, setelah, dan, jika memungkinkan, selama aktivitas,
yang menimbulkan nyeri; sebelum nyeri terjadi atau meningkat; dan
bersama penggunaan tindakan peredaan nyeri yang lain.
Aktivitas Kolaboratif
a. Kelola nyeri pascabedah awal dengan pemberian opiat yang
terjadwal (misalnya, setiap 4 jam selama 36 jam ) atau PCA.
b. Manajemen Nyeri (NIC)
1. Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih
berat.
2. Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika
keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari
pengalaman nyeri pasien dimasa lalu

Altivitas Lain

1) Sesuaikan frekuensi dosis sesuai indikasi melalui pengkajian nyeri


dan efek samping
2) Bantu pasien mengidentifikasi tindakan kenyamanan yang efektif
dimasa lalu, seperti distraksi, relaksasi, atau kompres hangat/ dingin
3) Hadir didekat pasien untuk memnuhi kebutuhan rasa nyaman dan
aktivitas lain untuk membantu relaksasi, meliputi tindakan sebagai
berikut :
a. Lakukan perubahan posisi, masase punggung, dan relaksasi
b. Ganti linen tempat tidur, bila diperlukan
c. Berikan perawatan dengan tidak terburu-buru dengan sikap yang
mendukung
d. Lihatlah pasien dalam pengambilan keputusan yang menyangkut
aktivitas perawatan.
4) Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas, bukan pada nyeri
dan rasa tidak nyaman dengan melakuakan pengalihan melalui
televisi, radio, tape, dan interaksi dengan pengunjung.
5) Gunakan pendekatan yang positif untuk mengoptimalkan respons
pasien terhadap analgesik (misalnya, “Obat ini akan mengurangi
nyeri Anda”).
6) Eksplorasi perasaan takut ketagihan.
7) Manajemen Nyeri (NIC) :
a. Libatkan pasien dalam modalitas peredaan nyeri, jika
memungkinkan kendalikan faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan
(misalnya, suhu ruangan, pencahayaan, dan kegaduhan).
b. Pastikan pemberian analgesik terapi atau strategi nonfarmakologis
sebelum melakukan prosedur yang menimbulkan nyeri
[CITATION Wil16 \p 296-298 \l 1057 ]

d. Hambatan Mobilitas Fisik


1) Tujuan : Memperlihatkan mobilitas, yang dibuktikan oleh indikator
berikut (sebutkan 1 – 5: gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau
tidak mengalami gangguan):
a) Keseimbangan
b) Koordiansi
c) Performa posisi tubuh
d) Pergerakan sendi dan otot
e) Berjalan
f) Bergerak dengan mudah
Kriteria hasil (NOC)
Pasien akan :
 Memperlihatkan penggunaan alat bantu secara benar dengan
pengawasan
 Meminta bantuan untuk aktivitas mobilisasi jika diperlukan
 Melakukan aktivitas kehidupan sehari – sehari secara mandiri dengan
alat bantu
 Menyangga berat badan
 Berjalan dengan menggunkan langkah-langkah yang benar
(Wilkinson,2016)
Aktivitas keperawatan
1) Kaji kenutuhan terhadap bantuan pelayan kesehatan dirumah dan
kebutuhan terhadap peraltan pengobatan yang tahan lama
2) Ajarkan pasien tentang dan pantau penggunaan alat bantu mobilitas
( misalnya, tongkat, walker, kruk, atau kursu roda)
3) Ajarkan dan bantu pasien berpindah ( misalnya dari tempat tidur ke
kursi)
4) Rujuk keahli terapi fisik untuk program latihan
5) Berikan penguatan positif selama aktivitas
Penyuluhan
1) Ajarkan dan dukung pasien dalam latiha ROM aktif atau pasif untuk
mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan ketahan otot
2) Intruksikan dan dukung pasien untuk mengguanak trapeze atau
pemberat untuk meningkatkan serta mempertahankan kekuatan
ekstermitas atas
3) Ajarkan teknik ambulasi dan berpindah yang aman
4) Intruksikan pasien untuk menyangga berat badannya
5) Intruksikan pasien untuk memperhatikan kesejararan tubuhnya
dengan benar
Aktifitas Kolaboratif
1) Tentukan tingkat motivasi pasien untuk mepertahankan atau
mengembalikan mobilitas sendi dan otot
2) Gunakan ahli terapi fisik dan okupasi sebagai sumber dalam
perencanaan aktivitas perawatan pasien
3) Dukung pasien dan keluarga untuk memandan keterbatasan dengan
realistis
4) Berikan penguatan positif selama aktivitas
5) Berikan analgesik sebelum memulai latihan fisik
[CITATION Wil16 \p 267-269 \l 1057 ]

e.Intoleransi Aktivitas

Tujuan
1) Menolerensi aktivitas yang sering dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi
aktifitas, ketahanan, penghematan energy, kebugaran fisik, energy
psikomotorik, dan perawatan diri.
2) Menunjukan toleransi aktivitas, yang dibuktikan oleh indicator sebagai
berikut
a. Saturasi pksigan saat beraktifitas.
b. Frekuensi pernafasan saat beraktifitas
c. Kemampuan bebicara saat beraktifitas fisik
3) Mendemonstrasikan penghematan energi, yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut.
a. Menyadari keterbatasan energy
b. Menyeimbangkan aktifitas dan istirahat
c. Mengatur jadwal aktifitas untuk menghemat energI

Kriteria Hasil
1) Mengindentifikasikan aktivitas atau situasi yang menimbulkan kecemasan
yang dpat mengakibatkan intoleransi aktivitas.
2) Berpatisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan penigkatan
normal denyut jantung, frekuensi pernafasan, dan tekanan darah serta
memantau pola dalam batas normal.
3) Pada (tanggal target) akan mencapai tingkat aktivitas (uraikan tingkat yang
diharapkan dari daftar pada sasaran penggunaan).
4) Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen,
obat dan atau peralatan yang dapat meningkatkan toleransi aktivitas.
5) Menampilkan aktivitas kehidupan sehari hari (AKS) dengan beberapa
bantuan (eliminasi dengan bantuan ambulasi untuk ke kamar mandi)
6) Menampilkan manajemen pemeliharaan rumah dengan beberapa bantuan
(membutuhkan bantuan untuk kebersihan setiap minggu).
Intervensi NIC
Aktvitas Keperawatan
Pengkajian
1) Kaji tingkat kemampuan pasian untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri,
ambulasi, dan melakukan AKS dan AKSI.
2) Kaji respon emosi, social, dan spiritual terhadap aktifitas.
3) Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktifitas
4) Manejemen energi NIC :
a) Tentukan penyebab keletihan
b) Pantau respon kardiorespiatori terhadap aktifitas
c) Pantau respon oksigen pasien
d) Pantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber energi yang adekuat
e) Pantau dan dokumentasikan pola tidur pasien dan lamanya waktu tidur
dalam jam
Penyuluhan untuk Pasien/Keluarga
Instruksikan kepada pasien dan keluarga dalam:
1) Penggunaan tehnik napas terkontrol selam aktivitas, jika perlu
2) Mengenali tanda dan gejala intoleransi aktivitas, termasuk kondisi yang
perlu di laporkan pada dokter.
3) Pentingnya nutrisi yang baik.
4) Penggunan peralatan seperti oksigen, selama aktivitas.
5) Penggunaan teknik relasasi
6) Dampak intoleransi aktivitas terhadap tanggung jawab peran dalam
kehidupan dn tempat.
7) Tindakan untuk menghemat energi, sebagai contoh : menyimpan alat atau
benda yang sering digunakan di tempat yang mudah dijangkau.
8) Manejemen energi (NIC)
Ajarkan kepada pasien dan orang terdekat tentang teknik perawatan diri
yang akan menimalkan konsumsi oksigen (pemantauan mandiri dan tehnik
langkah untuk melakukan AKS), ajarkan tantang pengturan aktivitas dan
tehnik manajemen waku untuk mencegah kelelahan.
Aktivitas Kolaboratif
1) Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri
merupakan salah satu faktor penyebab
2) Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi fisik atau rekreasi untuk
merencanakan dan memantau progam aktivitas
3) Untuk pasien ang mengalami sakit jiwa, rujuk ke layanan
kesehatan jiwa di rumah.
4) Rujuk pasien ke pelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan
pelayanan bantuan perawatan rumah, jika perlu.
5) Rujuk pasien ke ahli gizi untuk perencanaan diet guna
meningkatkan asupan makanan yang kaya energy.
6) Rujuk pasien ke pusat rehabilitasi jantung jika
keletihanberhubugan dengan penyakit jantung.
Aktivitas Lain
1) Hindari menjadwalkan pelaksanaan aktivitas perawatan selama
periode istirahat.
2) Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala, bersandar,
berduduk, berdiri dengan ambulasi, sesuai toleransi
3) Pantau tanda tanda vital sebelim selama dan setelah aktivitas,
hentikan jika ada tanda-tanda vital tidak dalam rentang normal
bagi pasien atau jika ada tanda tanda bahwa aktivitas tidak dapat
(nyeri, pucat, vertigo)
4) Rencanakan aktivitas bersama pasien dan keluarga yang
meningkatkan kemandirian dan ketahanan sebagai contoh:
anjurkan periode untuk istirahat dan aktivitas secara bergantian
buat tujuan yang sederhana, realistis, dan mudah di capai oleh
pasien sehinga dapat meningkatkan kemandirian dan harga diri.
5) Manejemen energi (NIC)
Bantu pasien untuk mengindentifikasi pilihan aktivitas, rencanakan
aktivitas pada periode saat pasien memiliki energy paling banyak, bantu
dengan aktifitas fisik teratur (ambulasi, berpindah, mengubah posisi dan
prawatan personal), batasi rangsangan lingkungan (cahaya, dan
kebisingan) untuk mefasilitasi relaksasi. Bantu pasien untuk melakukan
pemantauan mandiri dengan membuat dan menggunakan dokumentasi
tertulis yang mencatat asupan kalori dan energi jika perlu
(Wilkinson,2015;25)

F.Resiko Pola Nafas Tidak Efektif

Tujuan/kriteria hasil
1) Menunjukan pola nafas efektif, yang di buktikan oleh status pernapasan yang
tidak terganggu, ventilasi dan stattus pernapasan.
Kriteria hasil
1) Menunjukan pernapasan optimal pada saat terpasang ventilator mekanis
2) Mempunyai kecepatan dan irama pernapasan dalam batas normal
3) Mempunyai fungsi paru dalam batas normal untuk pasien
4) Meminta bantuan pernapasan saat dibutuhkan
Nursing Interventions Classification (NIC) :
Aktivitas keperawatan
1) Pantau kecepatan, irama, dan kedalaman, serta upaya pernapasan
2) Perhatikan pergerakan dada, amati kesimetrisan penggunaan otot-otot
aksesoris, serta reaksi otot supraklavikular.
Penyuluhan untuk pasien atau keluarga
1) Informasikan kepada pasien dan keluarga pasien tentang tehnik relaksasi untuk
memperbaiki pola pernapasan
2) Diskusikan perencanan untuk keperawatan dirumah meliputi pengobatan,
peralatan pendukung, tanda dan gejala komplikasi yang dapat dilaporkan,
sumber-sumber komunitas
3) Ajarkan kepada keluarga pasien maupun pasien tehnik batuk efektif
4) Informasikan kepada pasien dan kelurga bahwa meroko tidak boleh didalam
ruangan.
Aktivitas kolaboratif
1) konsultasikan dengan ahli terapi pernapasan guna untuk memastikan
keadekuatan fungsi kerja ventilator mekanis
2) laporkan perubahan sensori, bunyi napas, pola pernapasan, nilai GDA, sputum,
dan sebagainya, jika perlu sesuai protokol
3) berikan obat (misalnya, bronkodilator)
4) berikan terapi nelbulizer ultrasonik dan udara atau oksigen yang dilembapkan
sesuai progam.
[ CITATION Jud16 \l 1033 ]
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, A. (2012). Pengkajian Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinik. Jakarta: Salemba Medika.

Ngastiyah. (2014). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
NIC-NOC Jilid 3. Jogjakarta: Mediaction Jogja.

Helmi. (2010). Buku Ajar Gangguan Muskuloskletal. Jakarta: EGC.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Persatuan Perawat


Nasional Indonesia.

Terri Kyle, s. c. (2015). Buku Praktik Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.

Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai