DISUSUN OLEH
NAMA
Kep
NIM
PRESEPTOR LAHAN
INSTITUSI
( )
( ..)
disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat
reversibel dengan berbagai etiologi (Arif, 2000).
Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi
dengan ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas
muatan listrik neron-neron otak secara berlebihan dengan berbagai
manifestasi klinik dan laboratorik. (Dychan, 2008)
B. KLASIFIKASI
onset.
c) Kejang parsial yang menjadi kejang generalisata sekunder
Kejang parsial sederhana menjadi kejang umum.
Kejang parsial kompleks menjadi kejang umum.
Kejang parsial sederhana menjadi kejang parsial kompleks
dan kemudian menjadi kejang umum.
2) Kejang umum.
Kejang absans
Absans atipikal
Kejang mioklonik
Kejang klonik
Kejang tonik-klonik
Kejang atonik
Klasifikasi International League Against Epilepsy (ILAE) 1989
untuk sindroma epilepsi :
1) Berkaitan dengan letak fokus
a) Idiopatik
ETIOLOGI
1) Idiopatik: Epilepsi pada anak sebagian besar merupakan epilepsi
idiopatik
2) Faktor herediter: ada beberapa penyakit yang bersifat herediter
yang
disertai
bangkitan
kejang
seperti
sklerosis
tuberosa,
fungsi
motorik(kejang),
sensorik(kesan
sensorik),
Patofisiologi
Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan
neurotransmiter.
Asetilkolin
dan
norepinerprine
ialah
neurotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA (gama-aminobutiric-acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik sarafi
dalam sinaps. Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya
listrik di otak yang dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas
listrik akan menyebar melalui sinaps dan dendrit ke neron-neron di
sekitarnya dan demikian seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer
otak dapat mengalami muatan listrik berlebih (depolarisasi). Pada
keadaan demikian akan terlihat kejang yang mula-mula setempat
selanjutnya akan menyebar ke bagian tubuh/anggota gerak yang lain
pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran. Dari belahan hemisfer
yang
mengalami
depolarisasi,
aktivitas
listrik
dapat
merangsang
pengaktifan.
b) Neuron-neuron
terjadi
kelainan
depolarisasi
neuron.
Gangguan
keseimbangan
ini
menyebabkan
peningkatan
berlebihan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) CT Scan dan Magnetik resonance imaging (MRI) untuk mendeteksi lesi
pada otak, fokal abnormal, serebrovaskuler abnormal, gangguan
degeneratif serebral. Epilepsi simtomatik yang didasari oleh kerusakan
jaringan otak yang tampak jelas pada CT scan atau magnetic
resonance imaging (MRI) maupun kerusakan otak yang tak jelas tetapi
dilatarbelakangi oleh masalah antenatal atau perinatal dengan defisit
neurologik yang jelas.
2) Elektroensefalogram(EEG) untuk mengklasifikasi tipe kejang, waktu
serangan
3) Kimia darah: hipoglikemia, meningkatnya BUN, kadar alkohol darah.
a) mengukur kadar gula, kalsium dan natrium dalam darah
G.
Penatalaksanaan
1) Manajemen Epilepsi;
a) Pastikan diagnosa epilepsi dan mengadakan explorasi
etiologi dari epilepsi
b) Melakukan terapi simtomatik
c) Dalam memberikan terapi anti epilepsi yang perlu diingat
serangan.
Pengobatan
hendaknya
tidak
mengganggu
fungsi
pernapasan.
Biarkan kejang berlangsung. Jangan memasukkan benda
keras diantara giginya, karena dapat mengakibatkan gigi
patah. Untuk mencegah gigi klien melukai lidah, dapat
diselipkan kain lunak disela mulut penderita tapi jangan
tanda2
awal
melayang2,
tidak
fokus
pada
aktivitas,
sakit terdekat.
3) Setelah Kejang
Penderita akan bingung atau mengantuk setelah kejang
terjadi.
Pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah
mal
Periode apnea pendek dapat terjadi selama atau secara
lingkungan
Beri penderita minum untuk mengembalikan energi yg
coba
untuk
menangani
situasi
dengan
lembut
Laporkan adanya serangan pada kerabat terdekatnya. Ini
saja
ASUHAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian
a) Biodata : Nama ,umur, seks, alamat, suku, bangsa, pendidikan,
hiponatremia)
Tumor Otak
Kelainan pembuluh darah
Demam
Stroke
gangguan tidur
penggunaan obat
hipokalsemia,
hiperventilasi
stress emosional
f) Riwayat penyakit keluarga: Pandangan yang mengatakan
berhubungan
I.
dengan
kurang
pemanjaan,
kesalahan
sadarkan diri
Riwayat penyakit dahulu:
Trauma lahir, Asphyxia neonatorum
Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf
Ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia,
d.
hiponatremia)
Tumor otak
Kelainan pembuluh darah
Demam
Stroke
gangguan tidur
penggunaan obat
hiperventilasi
stress emosional
Riwayat penyakit keluarga: Pandangan yang mengatakan
penyakit ayan merupakan penyakit keturunan memang tidak
semuanya keliru, sebab terdapat dugaan terdapat 4-8%
urine
B5 (bowel): nafsu makan menurun, berat badan turun,
inkontinensia alfi
B6 (bone): klien terlihat lemas, dapat terjadi tremor saat
menggerakkan anggota tubuh, mengeluh meriang
2. Analisis Data
Data
DS:
Etiologi
Masalah Keperawatan
Perubahan aktivitas listrik di Resiko cedera
otak
Keseimbangan terganggu
gerakan tidak terkontrol
saluran trakea
Adanya obstruksi
otak serebrum
Menyebar ke nervus- nervus
Mempengaruhi aktivitas
DO:menarik diri
DS: klien terlihat cemas,
gelisah.
DO: takikardi, frekuensi
napas cepat atau tidak
teratur
Ansietas
otak
Menyebar ke daerah
medula oblongata
Mengganggu pusat
respiratori
Mempengaruhi pola
napas
terjadi bangkitan listrik di
otak
menyebar ke MO
sesak
DO: RR meningkat dan
tidak teratur,
Intoleransi aktivitas
mengganggu pusat
kardiovaskular
DO:takikardi, takipnea,
takikardi
CO menurun
Suplai darah (O2) ke
jaringan menurun
metabolisme aerob
menjadi anaerob
ATP dari 38 menjadi 2
Kelelahan
intoleransi aktifitas
CO menurun
Suplai darah ke otak
berkurang
Iskemia jaringan serebral
kesadaran, penurunan
kemampuan persepsi
sensori, tidak ada reflek
3. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko cedera b.d aktivitas kejang yang tidak terkontrol
(gangguan keseimbangan).
Rasional
setiap 8 jam
perkembangan atau
penyimpangan hasil yang
diharapkan
Mandiri
dapat mengakibatkan
tidur pasien
jatuh
Area yang rendah dan datar
setelah kejang
kembali
Lidah berpotensi tergigit saat
mencegah terjadinya
kejang
Tanyakan pasien bila ada
Untuk mengidentifikasi
sebelum kejang
Kolaborasi:
Edukasi:
terjadinya kejang
berkelanjutan
Rasional
faring.
jalan nafas
program terapi
asfiksia.
c. Isolasi sosial b.d rendah diri terhadap keadaan penyakit dan stigma
buruk penyakit epilepsi dalam masyarakat
Tujuan: mengurangi rendah diri pasien
Kriteria hasil:
adanya interaksi pasien dengan lingkungan sekitar
menunjukkan adanya partisipasi pasien dalam lingkungan
masyarakat
Intervensi
Observasi:
Rasional
Kolaborasi:
sendiri.
Memberikan kesempatan untuk
5. Evaluasi
a. Pasien tidak mengalami cedera, tidak jatuh, tidak ada memar
b. Tidak ada obstruksi lidah, pasien tidak mengalami apnea dan
aspirasi
c. Pasien dapat berinteraksi kembali dengan lingkungan sekitar,
pasien tidak menarik diri (minder)
d. Pola napas normal, TTV dalam batas normal
e. Pasien toleran dengan aktifitasnya, pasien dapat melakukan
aktifitas sehari- hari secara normal
f. Organ sensori dapat menerima stimulus dan menginterpretasikan
dengan normal
g. Ansietas pasien dan keluarga berkurang, pasien tampak tenang
h. Status kesadaran pasien membaik
DAFTAR PUSTAKA
Diagnosis Keperawatan NANDA 20122014
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius
Nurarif,A.H & Kusuma,H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc.Yogyakarta : Media Action
Smeltzer,
S.C. &
Keperawatan
Medical