Anda di halaman 1dari 10

A.

Definisi
Goiter adalah pembesaran pada kelenjar tiroid. Pembesaran ini dapat terjadi pada
kelenjar yang normal (eutirodisme), pasien yang kekurangan hormon tiroid
(hipotiroidisme) atau kelebihan produksi hormon (hipetiroidisme). Terlihat
pembengkakan atau benjolan besar pada leher sebelah depan (pada tenggorokan) dan
terjadi akibat pertumbuhan kelenjar tiroid yang tidak normal.  (Rahza, 2010)
Goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar
tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan
susunan kelenjar dan morfologinya. Dampak goiter terhadap tubuh terletak pada
pembesaran kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ di
sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus.
Goiter dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea, esophagus dan pita suara
sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia. Hal tersebut akan berdampak terhadap
gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Bila pembesaran keluar
maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat asimetris atau tidak, jarang disertai
kesulitan bernapas dan disfagia. (Tambayong, 2000)

B. Etiologi
a) Hipertiroidisme primer yang disebabkan karena kegagalan kelenjar tiroid atau
kekurangan yodium,dimana kadar hormon tiroid didalam darah rendah sehingga tidak
ada inhibisi umpan balik negatif kehipofisis anterior,hal ini mengakibatkan sekresi TSH
meningkat.
b) Sekresi yang berlebihan dari hormon TSH akan berpengaruh terhadap perubahan
kelenjar tiroid dan stimulasi TSH yang berlebihan juga dapat berpengaruh pada produksi
kelenjar tiroid
c) Penyakit grave adanya TSI merangsang pertumbuhan tiroid meningkatkan sekresi
hormon tiroid.
d) Defisiensi yodium. yodium merupakan bahan untuk sintesis hormon tiroid,sehingga
produksi hormon juga akan menurun.
e) Genetik yang mengakibatkan kegagalan metabolisme yodium.
f) Pencernaan dalam jumlah besar nutrisi goitrogens yang dapat menghambat produksi
T4, seperti bayam, kedelai, dan kubis.
g) Pencernaan obat-obatan yang bersifat goitrogens seperti glukokortikoid,dopamin
atau lithium.

C. Klasifikasi

1.Goiter congenital

Hampir selalu ada pada bayi hipertiroid kongenital, biasanya tidak besar dan sering terjadi
pada ibu yang memiliki riwayat penyakit graves.

2.Goiter endemik dan kretinisme

Biasa terjadi pada daerah geografis dimana detistensi yodium berat, dekompensasi dan
hipotiroidisme dapat timbul karenanya, goiter endemik ini jarang terjadi pada populasi yang
tinggal disepanjang laut.

3.Goiter sporadic

Goiter yang terjadi oleh berbagai sebab diantaranya tiroiditis. Digolongkan menjadi 3 (tiga)
bagian yaitu :

a. Goiter yodium

Goiter akibat pemberian yodium biasanya keras dan membesar secara difus,dan pada
beberapa keadaan,hipotiroidisme dapat berkembang.

b. Goiter sederhana (Goiter kollot)

Yang tidak diketahui asalnya. Pada pasien bistokgis tiroid yang tampak normal.

c. Goiter multinodular

Goiter keras dengan permukaan berlobulasi dan tunggal atau banyak nodulus yang dapat
diraba, mungkin terjadi perdarahan, perubahan kistik dan fibrosis.
4. Goiter intratrakea Tiroid intralumen terletak dibawah mukosa trakhea dan sering berlanjut
dengan tiroid ekstratrakea yang terletak secara normal.

Klasifikasi Goiter menurut WHO :

1.Stadium O – A : tidak ada goiter.

2.Stadium O – B : goiter terdeteksi dari palpasi tetapi tidak terlihat walaupun


leher terekstensi penuh.

3.Stadium I : goiter palpasi dan terlihat hanya jika leher terekstensi


penuh.

4.Stadium II : goiter terlihat pada leher dalam Potersi.

5.Stadium III : goiter yang besar terlihat dari Darun

C. Anatomi dan Fisiologi

Kelenjar tiroid mulai terlihat terbentuk pada janin berukuran 3,4-4 cm, yaitu pada akhir
bulan pertama kehamilan. Kelenjar tiroid berasal dari lekukan faring antara branchial pouch
pertama dan kedua. Dari bagian tersebut timbul divertikulum, yang kemudian membesar,
tumbuh ke arah bawah mengalami decencus dan akhirnya melepaskan diri dari faring.
Sebelum lepas, berbentuk sebagai duktus tiroglosus, yang berawal dari foramen sekum di
basis lidah. Pada umumnya duktus ini akan menghilang setelah dewasa, tetapi pada beberapa
keadaan masih menetap, atau terjadi kelenjar disepanjang jalan ini, yaitu antara letak kelenjar
yang seharusnya dengan basis lidah. Dengan demikian sebagai kegagalan desensus atau
menutupnya duktus akan ada kemungkinan terbentuk kelenjar tiroid yang abnormal ,
persistensi duktus tiroglosus, tiroid lingual, tiroid servikal, sedangkan desensus yang terlalu
jauh akan memberikan tiroid substernal. Branchial pouch keempat pun ikut membentuk
bagian kelenjar tiroid dan merupakan asal sel-sel parafolikuler atau sel C yang memproduksi
kalsitonin.

Kelenjar tiroid terletak di bagian bawah leher, terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan
oleh ismus sehingga bentukya menyerupai kupu-kupu atau huruf H, dan menutupi cincin
trakea 2 dan 3. Pada usia dewasa berat kelenjar ini kira-kira 20 gram. Kapsul fibrosa
menggantungkan kelenjar ini pada fasia pretrakea sehingga pada setiap gerakan menelan
selalu diikuti dengan gerakan terangkatnya kelenjar kearah kranial. Sifat inilah yang
digunakan di klinik untuk menentukan apakah suatu bentukan di leher berhubungan dengan
kelenjar tiroid atau tidak. Pengaliran darah ke kelenjar berasal dari Tiroidea superior dan
Tiroidea inferior. Ternyata setiap folikel tiroid diselubungi oleh jala-jala kapiler, dan jala-jala
limfatik, sedangkan sistem venanya berasal dari pleksus perifolikular. Pembuluh getah bening
kelenjar tiroid berhubungan secara bebas dengan pleksus trakealis. Selanjutnya dari pleksus
ini kearah nodus prefaring yang tepat berada diatas ismus serta ke kelenjar getah bening
pretrakealis, sebagian lagi bermuara di kelenjar getah bening brakiosefalikus. Hubungan getah
bening ini penting untuk menduga penyebaran keganasan yang berasal dari tiroid.

Hormon tiroid memiliki efek pada pertumbuhan sel, perkembangan dan metabolisme
energi. Selain itu hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan pematangan jaringan tubuh dan
energi, mengatur kecepatan metabolisme tubuh dan reaksi metabolik, menambah sintesis asam
ribonukleat (RNA), menambah produksi panas, absorpsi intestinal terhadap
glukosa,merangsang pertumbuhan somatis dan berperan dalam perkembangan normal sistem
saraf pusat. Tidak adanya hormon-hormon ini, membuat retardasi mental dan kematangan
neurologik timbul pada saat lahir dan bayi.

E. Patofisiologi

Aktifitas utama kelenjar tiroid adalah untuk berkonsentrasi yodium dari darah untuk
membuat hormon tiroid. Kelenjar tersebut tidak dapat membuat hormon tiroid cukup jika
tidak memiliki cukup yodium. Oleh karena itu, dengan defisiensi yodium individu akan
menjadi hipotiroid. Akibatnya, tingkat hormon tiroid terlalu rendah dan mengirim sinyal ke
tiroid. Sinyal ini disebut thyroid stimulating hormone (TSH). Seperti namanya, hormon ini
merangsang tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid dan tumbuh dalam ukuran yang besar
Pertumbuhan abnormal dalam ukuran menghasilkan apa yang disebut sebuah gondok
Kelenjar tiroid dikendalikan oleh thyroid stimulating hormone (TSH) yang juga dikenal
sebagai thyrotropin.

Pembentukan hormon tiroid membutuhkan unsur yodium dan stimulasi dari TSH. Salah
satu penyebab paling sering terjadi penyakit gondok karena kekurangan yodium. Aktifitas
utama dari kelenjar tiroid adalah untuk berkonsentrasi dalam pengambilan yodium dari darah
untuk membuat hormon tiroid. Kelenjar tersebut tidak cukup untuk membuat hormon tiroid
jika tidak memiliki cukup yodim. Oleh karena itu, dengan defesiansi yodium individu akan
menjadi hipotiroid. Kekurangan hormon tiroid(hipotiroid) tubuh akan berkonpensasi terhadap
pembesaran tiroid,hal ini juga merupakan proses adaptasi terhadap defisiensi hormon tiroid.
Namun demikian pembesaran dapat terjadi sebagai respon meningkatnya sekresi
pituitari/TSH.

Dampak goiter terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat
mempengaruhi kedudukan organ-organ lain di sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjar
tiroid terdapat trakea dan esophagus. Goiter dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong
trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia yang akan
berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit.
Penekanan pada pita suara akan menyebabkan suara menjadi serak atau parau.

Bila pembesaran keluar, maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat simetris atau
tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia. Tentu dampaknya lebih ke arah estetika
atau kecantikan. Perubahan bentuk leher dapat mempengaruhi rasa aman dan konsep diri
klien. (Rahza, 2010).

F. Manifestasi Klinis

gejala atau tanda yang muncul pada penderita gondok adalah :

• Pembengkakan pada pangkal leher/pembesaran kelenjar tiroid

• Kesulitan dalam dalam bicara

• Perasaan ketat atau sempit pada tenggorokan

• Batuk

• Suara serak

• Kesulitan menelan

• Kesulitan bernapas

• Nyeri tekan pada kelenjar tiroid

 Peningkatan frekuensi denyut jantung

 Peningkatan laju metabolism basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran terhadap


panas, keringat berlebihan.

 Penurunan berat badan, peningkatan rasa lapar

 Mata melotot

 Dapat terjadi eksoftalmus (penonjolan bola mata) peningkatan frekuensi buang air besar

 Perasaan sesak di daerah tenggorokan

 Pusing ketika lengan dibangkitkan di atas kepala

Dapat juga terdapat gejala lain, diantaranya :

1. Tingkat peningkatan denyut nadi


2. Detak jantung cepat

3. Diare, mual, muntah

4. Berkeringat tanpa latihan

5. Goncangan

6. Agitasi

G. Komplikasi

1. Terhambatnya jalan nafas

2. pembesaran kelenjar tiroid

3. Aritmia

Badai tiroid (suatu aktifitas yang sangat berlebihan dari kelenjar tirod yang terjadi secara
tiba-tiba).

Yang akan mengakibatkan:

 Demam
 Kelemahan
 Perubahan suasana hati
 Perubahan kesadaran
 Kegelisahan,dll.

H. Pemeriksaan Diagnostik

 Pemeriksaan sidik tiroid, pemeriksaan dengan radiosotop untuk mengetahui


ukuran,lokasi dan fungsi tiroid, melalui hasil tangkapan yodiun radioaktif oleh
kelenjar tiroid
 Pemeriksaan ultrasonografi(USG),mengetahui keadan nodul kelenjar tiroid misalnya
keadaan padat atau cair, adanya kista, tiroiditis.
 Biopsi asporasi jarum halus(BAJAH) yaitu dengan melakukan aspirasi menggunakan
jarum suntik halus no.22-27, sehingga rasa nyeri dapat dikurangi danrelatif lebih
aman. Namun demikian kelemahan dari pemeriksaan ini adalah menghasilkan negatif
atau positif.
 Pemeriksaan T3,T4,TSH, untuk mengetahui hiperfungsi atau hipofungsi kelenjar
tiroid atau hipofisis
 Temografi, yaitu dengan mengukur suhu kulit pada daerah tertentu, menggunakan alat
yang disebut dinamic telethermografi. Hasilnya keadaan panas apabila selisih suhu
dengan daerah sekitarnya>0,90C dan dingin papabila <0,90C.sebagian besar
keganasan tiroid pada suhu panas.

I. Penatalaksanaan
Perawatan yang diberikan akan tergantung pada penyebab gondok seperti yang sudah
disebutkan di etiologi :
 Defisiensi Yodium
Gondok disebabkan kekurangan yodium dalam makanan maka akan diberikan
suplementasi yodium melalui mulut. Hal ini akan menyebabkan penurunan ukuran
gondok, tapi sering gondok tidak akan benar-benar menyelesaikan.
 Hashimoto Tiroiditis
Jika gondok disebabkan Hashimoto tiroiditis dan hipotiroid, maka akan diberikan
suplemen hormon tiroid sebagai pil setiap hari. Perawatan ini akan mengembalikan
tingkat hormon tiroid normal, tetapi biasanya tidak membuat gondok benar-benar
hilang. Walaupun gondok juga bisa lebih kecil, kadang-kadang ada terlalu banyak
bekas luka di kelenjar yang memungkinkan untuk mendapatkan gondok yang jauh
lebih kecil. Namun, pengobatan hormon tiroid biasanya akan mencegah bertambah
besar.
 Hipertiroidisme
Jika gondok karena hipertiroidisme, perawatan akan tergantung pada penyebab
hipertiroidisme. Untuk beberapa penyebab hipertiroidisme, perawatan dapat
menyebabkan hilangnya gondok. Misalnya, pengobatan penyakit Graves dengan
yodium radioaktif biasanya menyebabkan penurunan atau hilangnya gondok.
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang
berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan
tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).

1. Pengobatan
Pasien dengan satu atau lebih nodul tiroid yang mengalami hipertiroid diberikan obat
anti tiroid. Obat anti tiroid yang biasa digunakan adalah; karbimazol, metimazol, dan
profiltourasil.
2. Pembedahan
Tujuan pembedahan adalah untuk mengurangi massa fungsional pada hipertiroid,
mengurangi penekanan dan esophagus dan trakhea, mengurangi ekspansi pada tumor
atau keganasan.
3. Terapi radioiodine
Merupakan teraapi alternatif untuk single toxic adenoma atau toxic multinodular
goiter. Tujuan dari terapi ini adalah untuk mempertahankan fungsi dari jaringan tiroid
normal. Radioiodine juga digunakan untuk mengurangi volume nodul pada nontoksik
multinodular goiter.
Daftar Pustaka

Murwani arita,S.Kep, perawatan pasien penyakit dalam ,penerbit mitra


cendika,jogjakarta:2009

Tarwono,Ns.S.Kep,M.Kep,dkk, perawatan medikal bedah,sistem endokrin,jakarta:tim 2012

www.academia.edu/8945695/Asuhan_keperawatan_pada_pasien_Goiter

Askep Goiter.pdf

Anda mungkin juga menyukai