Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN
HIPERTROFI KELENJAR TIROID

A. Pengertian
Hipertrofi Kelenjar Tiroid Kelenjar tiroid mengalami pembesaran akibat
pertambahan ukuran sel/jaringan tanpa di sertai peningkatan atau penurunan sekresi
hormon-hormon kelenjar tiroid. Disebut juga sebagai goiter nontosik atau simple goiter
atau struma Endemik. Pada kondisi ini dimana pembesaran kelenjar tidak disertai
penurunan atau peningkatan sekresi hormon-hormonnya maka dampak yang di
timbulkannya hanya bersifat lokal yaitu sejauh mana pembesaran tersebut
mempengaruhi organ di sekitarnya seperti pengaruhnya pada trakhea dan esophagus.
Kelenjar gondok atau disebut kelenjar tiroid, adalah kelenjar yang normalnya
berlokasi dibagian tengah-depan dari leher kita. Ada tiga bagian yaitu : lobus kanan,
lobus kiri dan lobus intermedius yang menghubungkan lobus kanan dan lobus kiri.
Dalam keadaan normal, kelenjar tiroid berukuran kecil, dengan berat hanya 2-4 gram
posisinya dileher depan bagian tengah dan tidak teraba. Sehingga pada leher orang
normal tidak tampak tonjolan atau massa yang mengganggu pemandangan seperti apa
yang kita lihat pada penderita gondok.
Penyakit Gondok adalah istilah umum untuk pembesaran kelenjar tiroid pada
tenggorokan. Kelenjar tiroid yang membesar bisa berupa benjolan biasa yang bersifat
setempat hingga terjadi pembengkakan pada kedua sisi kelenjar tiroid. Berat kelenjar
tiroid  adalah sekitar 30 gram, berbentuk dasi kupu-kupu. Kelenjar ini berperan penting
dalam menjaga kesehatan tubuh, mengatur kecepatan metabolisme tubuh dan anak
kelenjarnya (paratiroid) berfungsi dalam mengontrol kadar kalsium dalam darah.
- Fungsi Kelenjar Tiroid
a. Bekerja sebagi perangsang proses oksidasi
b. Mengatur penggunaan oksidasi
c. Mengatur pengeluaran karbon dioksida
d. Metabolic dalam hati pengaturan susunan kimia dalam jaringan
e. Pada anak mempengaruhi perkembangan fisik dan mental
-
- Berikut hormon dari kelenjar tiroid dan fungsinya
a. Hormon tiroksin( T 4) dan triiodotironin( T 3)
1) Katabolisme protein, lemak, dan karbohidrat dalam semua sel. (Katabolisme
adalah proses ketika zat yang kompleksd iu ba h menjadisederhana)
2) Mengatur kecepatan metabolisme semua sel
3) Mengatur produksi panas tubuh
4) Antagonisterhadapinsulin
5) Mempertahankan sekresi hormon pertumbuhan dan pematangan tulang
6) Mempertahankan mobilisasi kalsium
b. Hormon kalsitonin
1) Mengurangi kalsium dan fosfat serum
2) Mengurangi absorpsi kalsium dan fosfor oleh GI

B. Etiologi
Banyak penyebab Gondok walau sebagian besar kasus tidak diketahui secara pasti,
namun yang paling umum karena kekurangan asupan Yodium dalam makanan sehari-
hari. Membesarnya tiroid dapat juga disebabkan pengaruh endemisitas daerah tersebut,
genetik, infeksi, peradangan, pubertas,  kehamilan, laktasi, menopause, menstruasi, atau
stress, kejadian autoimun dan penyakit Graves. Pada masa-masa t e r s e b u t dapat
ditemui hiperplasi dan involusi kelenjar tiroid. Penambahan ini dapat menimbulkan
nodularitas kelenjar tim di serta kelainan arsitektur yang dapat berlanjut dengan
berkurangnya aliran darah di daerah tersebutsehingga terjadi iskemia

Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan faktor


penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain :
1. Defisiensi Yodium
Yodium sendiri dibutuhkan untuk membentuk hormon tyroid yang nantinya akan
diserap di usus dan disirkulasikan menuju bermacam-macam kelenjar

2. Tiroiditis Hasimoto’s
Ini adalah kondisi autoimun di mana terdapat kerusakan kelenjar tiroid oleh system
kekebalan tubuh sendiri. Sebagai kelenjar menjadi lebih rusak, kurang mampu
membuat        persediaan yang memadai hormon tiroid.
3. Penyakit Graves
Sistem kekebalan menghasilkan satu protein, yang disebut tiroid stimulating         
imunoglobulin (TSI). Seperti dengan TSH, TSI merangsang kelenjar tiroid untuk   
memperbesar memproduksi sebuah gondok.
4. Multinodular Gondok
Individu dengan gangguan ini memiliki satu atau lebih nodul di dalam kelenjar
tiroid yang menyebabkan pembesaran. Hal ini sering terdeteksi sebagai nodular
pada kelenjar perasaan pemeriksaan fisik. Pasien dapat hadir dengan nodul tunggal
yang besar dengan nodul kecil di kelenjar, atau mungkin tampil sebagai nodul
beberapa ketika pertama kali terdeteksi.
5. Kanker Tiroid
Thyroid dapat ditemukan dalam nodul tiroid meskipun kurang dari 5 persen dari
nodul adalah kanker. Sebuah gondok tanpa nodul bukan merupakan resiko terhadap
kanker.
6. Kehamilan
Sebuah hormon yang disekresi selama kehamilan Chorionic manusia (gonadotropin)
dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid
7. Tiroiditis
Peradangan dari kelenjar tiroid sendiri dapat mengakibatkan pembesaran kelenjar
tiroid. Hal ini dapat mengikuti penyakit virus atau kehamilan.
8. Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang kondisi
air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan.
9. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.
10. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol, lobak,
kacang kedelai).
11. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya : thiocarbamide,
sulfonylurea dan litium).
C. Patofisiologi
            Aktifitas utama kelenjar tiroid adalah untuk berkonsentrasi yodium dari darah untuk
membuat hormon tiroid. Kelenjar tersebut tidak dapat membuat hormon tiroid cukup jika
tidak memiliki cukup yodium. Oleh karena itu, dengan defisiensi yodium individu akan
menjadi hipotiroid. Akibatnya, tingkat hormon tiroid terlalu rendah dan mengirim sinyal ke
tiroid. Sinyal ini disebut thyroid stimulating hormone (TSH). Seperti namanya, hormon ini
merangsang tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid dan tumbuh dalam ukuran yang besar
Pertumbuhan abnormal dalam ukuran menghasilkan apa yang disebut sebuah gondok.
            Kelenjar tiroid dikendalikan oleh thyroid stimulating hormone (TSH) yang juga
dikenal sebagai thyrotropin. TSH disekresi dari kelenjar hipofisis, yang pada gilirannya
dipengaruhi oleh hormonthyrotropin releasing hormon (TRH) dari
hipotalamus. Thyrotropin bekerja pada reseptor TSH terletak pada kelenjar tiroid. Serum
hormon tiroid levothyroxine dan triiodothyronine umpan balik ke hipofisis, mengatur
produksi TSH. Interferensi dengan sumbu ini TRH hormon tiroid TSH menyebabkan
perubahan fungsi dan struktur kelenjar tiroid. Stimulasi dari reseptor TSH dari tiroid oleh
TSH, TSH reseptor antibodi, atau agonis reseptor TSH, seperti chorionic gonadotropin,
dapat mengakibatkan gondok difus. Ketika sebuah kelompok kecil sel tiroid, sel inflamasi,
atau sel ganas metastasis untuk tiroid terlibat, suatu nodul tiroid dapat berkembang.
            Kekurangan dalam sintesis hormon tiroid atau asupan menyebabkan produksi TSH
meningkat. Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan cellularity dan hiperplasia
kelenjar tiroid dalam upaya untuk menormalkan kadar hormon tiroid. Jika proses ini
berkelanjutan, maka akan mengakibatkan gondok. Penyebab kekurangan hormon tiroid
termasuk kesalahan bawaan sintesis hormon tiroid, defisiensi yodium, dan goitrogens.
            Gondok dapat juga terjadi hasil dari sejumlah agonis reseptor TSH. Pendorong
reseptor TSH termasuk antibodi reseptor TSH, resistensi terhadap hormon tiroid hipofisis,
adenoma kelenjar hipofisis hipotalamus atau, dan tumor memproduksi human chorionic
gonadotropin.
            Pemasukan iodium yang kurang, gangguan berbagai enzim dalam tubuh,
hiposekresi TSH, glukosil goitrogenik (bahan yang dapat menekan sekresi hormone tiroid),
gangguan pada kelenjar tiroid sendiri serta factor pengikat dalam plasma sangat
menentukan adekuat tidaknya sekresi hormone tiroid. Bila kadar – kadar hormone tiroid
kurang maka akan terjadi mekanisme umpan balik terhadap kelenjar tiroid sehingga
aktifitas kelenjar meningkat dan terjadi pembesaran (hipertrofi).
            Dampak goiter terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat
mempengaruhi kedudukan organ-organ lain di sekitarnya. Di bagian posterior medial
kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Goiter dapat mengarah ke dalam sehingga
mendorong trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan
disfagia yang akan berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan
dan elektrolit. Penekanan pada pita suara akan menyebabkan suara menjadi serak atau
parau.
            Bila pembesaran keluar, maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat simetris
atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia. Tentu dampaknya lebih ke arah
estetika atau kecantikan. Perubahan bentuk leher dapat mempengaruhi rasa aman dan
konsep diri klien.
            Berbagai faktor di identifikasi sebagai penyebab terjadinya hipertropi kelenjar tiroid
termasuk di dalamnya defisiensi jodium, goitrogenik glikosida agent (zat atau bahan ini
dapat menekan sekresi hormon tiroid) seperti ubi kayu, jagung lobak, kangkung, kubis bila
di konsumsi secara berlebihan, obat-obatan anti tiroid, anomali, peradangan dan
tumor/neoplasma.
            Sedangkan secara fisiologis, menurut Benhard (1991) kelenjar tiroid dapat
membesar sebagai akibat peningkatan aktifitas kelenjar tiroid sebagai upaya mengimbangi
kebutuhan tubuh yang meningkat pada masa pertumbuhan dan masa kehamilan.
            Berdasarkan kejadiannya atau penyebarannya ada yang di sebut Struma Endemis
dan Sporadis. Secara sporadis dimana kasus-kasus struma ini di jumpai menyebar
diberbagai tempat atau daerah. Bila di hubungkan dengan penyebab maka struma sporadis
banyak disebabkan oleh faktor goitrogenik, anomali dan penggunaan obat-obatan anti
tiroid, peradangan dan neoplasma. Secara endemis, dimana kasus-kasus struma ini dijumpai
pada sekelompok orang di suatu daerah tertentu, dihubungkan dengan penyebab defisiensi
jodium 

D. Manifestasi Klinis
Gejala utama :

1. Pembengkakan, mulai dari ukuran sebuah nodul kecil untuk sebuah benjolan besar,
di bagian depan leher tepat di bawah Adam’s apple.

2. Perasaan sesak di daerah tenggorokan.

3. Kesulitan bernapas (sesak napas), batuk, mengi (karena kompresi batang


tenggorokan).

4. Kesulitan menelan (karena kompresi dari esofagus).

5. Suara serak.

6. Distensi vena leher.

7. Pusing ketika lengan dibangkitkan di atas kepala

8. Kelainan fisik (asimetris leher)

Dapat juga terdapat gejala lain, diantaranya :


1. Tingkat peningkatan denyut nadi

2. Detak jantung cepat

3. Diare, mual, muntah

4. Berkeringat tanpa latihan

5. Goncangan

6. Agitasi

7. Berat badan menurun 

8. Gugup, mudah terangsang, gelisah, emosi tidak stabil, insomnia

9. Gondok (mungkin disertai bunyi denyut dan getaran).

10. Berkeringat

11. Diare

12. Kelelahan otot

13. Tremor (jari tangan dan kaki) 

14. Oligomenore/amenore

15. Telapak tangan panas dan lembab

E. Penanganan

1. Rutin memeriksakan kesehatan Anda ke Dokter.


2. Cukupilah makanan ber-Yodium dalam nutrisi sehari-hari, seperti mengkonsumsi
garam beryodium.

3. Diet yang bergizi baik.

4. Olahraga yang teratur.

5. Menghindari gaya hidup yang tidak sehat dan beresiko.

6. Menaati nasehat dari Dokter dan  minumlah obat yang diresepkan dengan teratur
(anti-tirod dan Yodium radioaktif).

7. Pilihan terapi terakhir adalah operasi jika ada indikasi.

F. Komplikasi

1.  Obstruksi jalan nafas


2. Infeksi luka
3. Hipokalsemia  :
4. Ketidakseimbangan hormone tiroid

G. Penatalaksanaan
Ada beberapa macam untuk penatalaksanaan medis jenis-jenis struma antara lain
sebagai berikut :
1. Operasi/Pembedahan
Pembedahan menghasilkan hipotiroidisme permanen yang kurang sering
dibandingkan dengan yodium radioaktif. Terapi ini tepat untuk para pasien
hipotiroidisme yang tidak mau mempertimbangkan yodium radioaktif dan tidak
dapat diterapi dengan obat-obat anti tiroid. Reaksi-reaksi yang merugikan yang
dialami dan untuk pasien hamil dengan tirotoksikosis parah atau kekambuhan. Pada
wanita hamil atau wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal (suntik atau pil
KB), kadar hormon tiroid total tampak meningkat. Hal ini disebabkan makin banyak
tiroid yang terikat oleh protein maka perlu dilakukan pemeriksaan kadar T4
sehingga dapat diketahui keadaan fungsi tiroid.
Pembedahan dengan mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid, sebelum
pembedahan tidak perlu pengobatan dan sesudah pembedahan akan dirawat sekitar
3 hari. Kemudian diberikan obat tiroksin karena jaringan tiroid yang tersisa
mungkin tidak cukup memproduksi hormon dalam jumlah yang adekuat dan
pemeriksaan laboratorium untuk menentukan struma dilakukan 3-4 minggu setelah
tindakan pembedahan.

2. Yodium Radioaktif
Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada
kelenjar tiroid sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau
dioperasi maka pemberian yodium radioaktif dapat mengurangi gondok sekitar 50
%. Yodium radioaktif tersebut berkumpul dalam kelenjar tiroid sehingga
memperkecil penyinaran terhadap jaringan tubuh lainnya. Terapi ini tidak
meningkatkan resiko kanker, leukimia, atau kelainan genetic. Yodium radioaktif
diberikan dalam bentuk kapsul atau cairan yang harus diminum di rumah sakit, obat
ini ini biasanya diberikan empat minggu setelah operasi, sebelum pemberian obat
tiroksin.
3. Pemberian Tiroksin dan obat Anti-Tiroid
Tiroksin digunakan untuk menyusutkan ukuran struma, selama ini diyakini
bahwa pertumbuhan sel kanker tiroid dipengaruhi hormon TSH. Oleh karena itu
untuk menekan TSH serendah mungkin diberikan hormon tiroksin (T4) ini juga
diberikan untuk mengatasi hipotiroidisme yang terjadi sesudah operasi
pengangkatan kelenjar tiroid. Obat anti-tiroid (tionamid) yang digunakan saat ini
adalah propiltiourasil (PTU) dan metimasol/karbimasol

H. Pencegahan
            Ada 3 cara pencegahan yaitu dengan cara pencegahan primer, sekunder dan tertier,
antara lain :
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk menghindari diri
dari berbagai faktor resiko. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya struma adalah :
a. Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam hal merubah pola perilaku
makan dan memasyarakatkan pemakaian garam yodium.
b. Mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber yodium seperti ikan laut.
c. Mengkonsumsi yodium dengan cara memberikan garam beryodium setelah
dimasak, tidak dianjurkan memberikan garam sebelum memasak untuk
menghindari hilangnya yodium dari makanan.
d. Iodisai air minum untuk wilayah tertentu dengan resiko tinggi. Cara ini
memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan dengan garam karena
dapat terjangkau daerah luas dan terpencil. Iodisasi dilakukan dengan yodida
diberikan dalam saluran air dalam pipa, yodida yang diberikan dalam air
yang mengalir, dan penambahan yodida dalam sediaan air minum.
e. Memberikan kapsul minyak beryodium (lipiodol) pada penduduk di daerah
endemik berat dan endemik sedang. Sasaran pemberiannya adalah semua
pria berusia 0-20 tahun dan wanita 0-35 tahun, termasuk wanita hamil dan
menyusui yang tinggal di daerah endemis berat dan endemis sedang. Dosis
pemberiannya bervariasi sesuai umur dan kelamin.
f. Memberikan suntikan yodium dalam minyak (lipiodol 40%) diberikan 3
tahun sekali dengan dosis untuk dewasa dan anak-anak di atas 6 tahun 1 cc
dan untuk anak kurang dari 6 tahun 0,2-0,8 cc.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mendeteksi secara dini suatu penyakit,
mengupayakan orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas
penyakit yang dilakukan melalui beberapa cara yaitu :
a. Inspeksi
Inspeksi dilakukan oleh pemeriksa yang berada di depan penderita yang
berada pada posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi atau leher sedikit terbuka.
Jika terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan beberapa komponen
yaitu lokasi, ukuran, jumlah nodul, bentuk (diffus atau noduler kecil), gerakan
pada saat pasien diminta untuk menelan dan pulpasi pada permukaan
pembengkakan.
b. Palpasi
Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien diminta untuk duduk,
leher dalam posisi fleksi. Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meraba tiroid
dengan menggunakan ibu jari kedua tangan pada tengkuk penderita.
c. Tes Fungsi Hormon
Status fungsional kelenjar tiroid dapat dipastikan dengan perantara tes-tes
fungsi tiroid untuk mendiagnosa penyakit tiroid diantaranya kadar total tiroksin
dan triyodotiroin serum diukur dengan radioligand assay. Tiroksin bebas serum
mengukur kadar tiroksin dalam sirkulasi yang secara metabolik aktif. Kadar
TSH plasma dapat diukur dengan assay radioimunometrik.
Kadar TSH plasma sensitif dapat dipercaya sebagai indikator fungsi tiroid.
Kadar tinggi pada pasien hipotiroidisme sebaliknya kadar akan berada di bawah
normal pada pasien peningkatan autoimun (hipertiroidisme). Uji ini dapat
digunakan pada awal penilaian pasien yang diduga memiliki penyakit tiroid. Tes
ambilan yodium radioaktif (RAI) digunakan untuk mengukur kemampuan
kelenjar tiroid dalam menangkap dan mengubah yodida.
d. Foto Rontgen leher
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat struma telah menekan atau
menyumbat trakea (jalan nafas).
e. Ultrasonografi (USG)
Alat ini akan ditempelkan di depan leher dan gambaran gondok akan tampak
di layar TV. USG dapat memperlihatkan ukuran gondok dan kemungkinan
adanya kista/nodul yang mungkin tidak terdeteksi waktu pemeriksaan leher.
Kelainan-kelainan yang dapat didiagnosis dengan USG antara lain kista,
adenoma, dan kemungkinan karsinoma.
f. Sidikan (Scan) tiroid
Caranya dengan menyuntikan sejumlah substansi radioaktif bernama
technetium-99m dan yodium125/yodium131 ke dalam pembuluh darah.
Setengah jam kemudian berbaring di bawah suatu kamera canggih tertentu
selama beberapa menit. Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan
ukuran, bentuk lokasi dan yang utama adalh fungsi bagian-bagian tiroid.
g. Biopsi Aspirasi Jarum Halus
Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan.
Biopsi aspirasi jarum tidak nyeri, hampir tidak menyebabkan bahaya
penyebaran sel-sel ganas. Kerugian pemeriksaan ini dapat memberikan hasil
negatif palsu karena lokasi biopsi kurang tepat. Selain itu teknik biopsi kurang
benar dan pembuatan preparat yang kurang baik atau positif palsu karena salah
intrepertasi oleh ahli sitologi.

3. Pencegahan Tertier
Pencegahan tersier bertujuan untuk mengembalikan fungsi mental, fisik dan
sosial penderita setelah proses penyakitnya dihentikan. Upaya yang dapat dilakukan
adalah sebagai berikut :
a. Setelah pengobatan diperlukan kontrol teratur/berkala untuk memastikan dan
mendeteksi adanya kekambuhan atau penyebaran.
b. Menekan munculnya komplikasi dan kecacatan
c. Melakukan rehabilitasi dengan membuat penderita lebih percaya diri, fisik segar
dan bugar serta keluarga dan masyarakat dapat menerima kehadirannya melalui
melakukan fisioterapi yaitu dengan rehabilitasi fisik, psikoterapi yaitu dengan
rehabilitasi kejiwaan, sosial terapi yaitu dengan rehabilitasi sosial dan
rehabilitasi aesthesis yaitu yang berhubungan dengan kecantikan.
Discharge Planning
a. Anjurkanklien dankeluarga untuk mengkonsumsi garam beryodium
b. Kontrol ulangke dokter apabila terjadikekambuhanpenyakit.
c. Anjurkanklien untuk mengkonsumsisayuran, mengkonsumsi air kemasan, dan
banyak mengkonsumsi makanan dari laut
d. Melakukanpemeriksaan gondok secara rutin
e. Menjaga kebersihan air minum agar tidak terkontaminasi oleh zat-zat yang
dapat menyebabkan gangguanpadakelenjar tyroid

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Kaji Riwayat Penyakit.
- Sudah sejak kapan keluhan dirasakan klien.
- Apakah ada anggota keluarga yang berpenyakit sama.
2. Tempat tinggal sekarang dan masa balita
3. Usia dan Jenis kelamin.
4. Kebiasaan makan.
5. Penggunaan obat – obatan :
- Kaji jenis obat-obat yang sedang digunakan dalam 3 bulan terakhir.
- Sudah berapa lama digunakan.
- Tujuan pemberian obat.
6. Keluhan klien :
- Sesak napas, apakah bertambah sesak bila beraktivitas.
- Sulit menelan.
- Leher bertambah besar.
- Suara serak/parau.
- Merasa malu dengan bentuk leher yang besar dan tidak simetris.
7. Pemeriksaan fisik :
- Palpasi kelenjar tiroid, nodul tunggal atau ganda, konsistensi dan simetris
tidaknya, apakah terasa nyeri pada saat di palpasi.
- Inspeksi bentuk leher, simetris tidaknya.
- Auskultasi bruit pada arteri tyroidea.
- Nilai kualitas suara.
- Palpasi apakah terjadi deviasi trachea.
- Pemeriksaan diagnostic.
- Pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum.
- Pemeriksaan RAI.
- Test TSH serum.
8. Lakukan pengkajian lengkap dampak perubahan patologis diatas terhadap
kemungkinan adanya gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi, cairan dan elektrolit
serta gangguan rasa aman dan perubahan konsep diri seperti :
- Status pernapasan.
- Warna kulit.
- Suhu kulit (daerah akral).
- Keadaan / kesadaran umum.
- Berat badan dan tinggi badan.
- Kadar hemoglobin.
- Kelembaban kulit dan teksturnya.
B. Diagnosa Keperawatan
Pra-operasi
- Ansietas berhubungan dengankurang pengetahuan tentang kejadian praoperasi dan
pascaoperasi, takut dengan beberapa aspek pembedahan
Pasca-operasi
1. Nyeri berhubungan dengan tiroidektomi
2. Pola napas yang tidak efektif yang berhubungan dengan penekanan kelenjar tiroid
terhadap trachea.
3. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan asupan
yang kurang akibat disfagia.
4. Perubahan citra diri yang berhubungan dengan perubahan bentuk leher.

C. RENCANA ASUHAN
Asuhan praoperasi
Fokus keperawatan pasien pra-operasi adalah mempertahankan status eutiroid.
Nutrisi pasien juga perlu diperhatikan karena keadaan hipertiroidisme atau
hipotiroidisme bisa mempengaruhi status nutrisi pasien. Pasien yang sebelumnya sudah
mengalami gangguan hormon tiroid perlu dibantu untuk melakukan mekanisme koping.
Pasien dengan kanker tiroid akan memerlukan lebih banyak sokongan. Diagnosa kanker
bisa membuatnya tidak mampu mengadakan koping. Pasien ini memerlukan lingkungan
yang tidak menimbulkan stres (kamar yang tenang serta perawat yang mampu
mendengarkan dan menjawab pertanyaan pasien tersebut).
Perlu dijelaskan dan didemonstrasikan cara batuk yang efektif, bernafas dalam, serta
cara menggerakan kepala dan leher tanpa memberi tekanan pada jahitan.
Demonstrasikan kepada pasien cara menaruh kedua tangannya pada leher bagian
belakang pada saat mau batuk atau saat menggerakkan kepalanya agar tekanan pada
jahitan dapat dicegah.

Asuhan pasca-operasi
Selain pemantauan rutin pasca-operasi, pasien pasca-tiroidektomi perlu
diobservasi ketat mengenai kemungkinan timbulnya komplikasi (trauma atau kerusakan
pada saraf laring, perdarahan tetani, dan obstruksi). Tanda komplikasi ini harus segera
dilaporkan kepada ahli bedah. Misalnya, suara serak yang memberat dapat menunjukan
kerusakan pada saraf laring dan bisa mengakibatkan spasme pada pita suara dan
obstruksi pernapasan. Oleh karena itu, set trakeostomi harus selalu siap di ruang
perawat terdekat dan siap dipakai.
Tanda-tanda perdarahan harus dipantau dalam 24 jam pasca-operasi. Hemoragi
(perdarahan) dapat mengakibatkan kompresi pada trakea dan jaringan sekitarnya.
Pasien bisa mengalami gawat napas. Balutan harus segera dilonggarkan dan ahli bedah
diberi tahu. Pasien bisa dibawa ke kamar operasi untuk menghentikan perdarahan. Hal
ini bergantung pada keputusan ahli bedah.
Kelenjar paratiroid bisa juga mengalami trauma saat pembedahan.
Pembengkakan dapat pula menghambat keluarnya hormon paratiroid. Tanda-tanda
defisiensi kalsium akan timbul apabila hormon tiroid berkurang. Apabila tidak segera
ditangani, defisiensi kalsium dapat mengakibatkan kontraksi glotis, obstruksi
pernapasan, dan kematian. Pengobatan untuk defisiensi kalsium adalah pemberian
kalsium klorida atau kalsium glukonat intravena. Kemudian, pasien diberi kalsium per
oral sampai fungsi paratiroid pulih kembali.
Perawat perlu tahu bahwa obstruksi pernapasan bisa diakibatkan oleh :
1. Trauma atau kerusakan pada saraf laring yang bisa mengakibatkan spasme
pita suara dan membuat laring tersumbat
2. Kompresi trakea hemoragi
3. Pembengkakan jaringan
4. Tetani

DAFTAR PUSTAKA

- http://malakastellorios.blogspot.com/2011/11/askep-hipertrofi-kelenjar-tiroid.html
- Engram, Barbara. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah (volume-3). EGC.
1998: Jakarta.
- http://as-kep.blogspot.com/2009/04/asuhan-keperawatan-klien-dengan-struma.html

Anda mungkin juga menyukai