Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Tiada kata terindah yang patut diucapkan kepada ALLAH SWT selain
ucapan puji dan syukur yang setinggi-tingginya karena berkat rahmat,
hidayah dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan askep ini.
Askep ini diharapkan berguna bagi mahasisiwa-mahasiswi sekalian.

Selama penyusunan askep ini, penyusun telah mendapat begitu banyak


bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu, pada kesempatan kali ini dengan segala hormat dan kerendahan
hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen “KMB 1” yang
telah membimbing penulis dengan sabar dan penuh perhatian memberikan
pengarahan dan bimbingan bagi kesempurnaan askep ini, dan semua pihak
yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga kebaikan dan
keikhlasannya mendapat balasan yang berlipat ganda dari ALLAH SWT.
Amin.

Penulis menyadari dalam proses penyelesaian askep ini masih banyak


kekurangan. Oleh karena itu, penulis selalu terbuka dan berterima kasih atas
kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan askep ini dan
demi terciptanya askep lain tentang ” penyakit gondok “ yang lebih baik di
kemudian hari.

Demikian, semoga askep ini berguna dan memberikan nilai tambah dan
manfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Baubau, September 2012

Tim penyusun

1
BAB I

PENDAHULUAN

Istilah Goiter berarti terjadinya pembesaran pada kelenjar tiroid, yang


dikenal dengan goiter non toxik atau simpel goiter atau struma endemik,
dengan dampak yang ditimbulkannya hanya bersifat lokal yaitu sejauh mana
pembesaran tersebut mempengaruhi organ disekitarnya seperti pengaruhnya
pada trachea dan esophagus.
Goiter adalah salah satu cara mekanisme kompensasi tubuh terhadap
kurangnya unsur yodium dalam makanan dan minuman. Asupan yodium
dapat diperiksa secara langsung yaitu dengan cara menganalisis makanan
yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu yang mengidap goiter, sedangkan
pemeriksaan secara tidak langsung dipakai berbagai cara antara lain :
pemeriksaan kadar yodium dalam urine dan dengan studi kinetik yodium.
Berdasarkan kejadiannya atau penyebarannya ada yang disebut struma
endemis dan sporadik. Secara sporadik dimana kasus-kasus struma ini
dijumpai menyebar diberbagai tempat atau daerah. Bila dihubungkan dengan
penyebab maka struma sporadik banyak disebabkan oleh faktor goitrogenik,
anomali, penggunaan obat-obat anti tiroid, peradangan dan neoplasma, secara
endemis, dimana kasus-kasus struma ini dijumpai pada sekelompok orang
didaerah tertentu, dihubungkan dengan penyakit defisiensi yodium.
Pada umumnya goiter sering dijumpai pada daerah pegunungan, namun
ada juga yang ditemukan di dataran rendah dan ditepi pantai.

2
BAB II

KONSEP MEDIS

A. Definisi

Goiter adalah pembesaran pada kelenjar tiroid. Pembesaran ini dapat


memiliki fungsi kelenjar yang normal (eutirodisme), pasien tyroid
(hipotiroidisme) atau kelebihan produksi hormon (hipetiroidisme). Terlihat
pembengkakan atau benjolan besar pada leher sebelah depan (pada
tenggorokan) dan terjadi akibat pertumbuhan kelenjar tiroid yang tidak
normal.

Kelenjar tiroid yang membesar disebut goiter. Goiter dapat menyertai hipo
maupun hiperfungsi tiroid. Bila secara klinik tidak ada tanda-tanda khas,
disebut giter non-toksik.

Gondok adalah suatu pembengkakan pada kelenjar tiroid yang abnormal


dan penyebabnya bisa bermacam-macam, dimana kelenjar tiroid diperlukan
untuk memproduksi hormon tiroid yang berfungsi mengontrol metabolisme
tubuh, keseimbangan tubuh dan pertumbuhan perkembangan yang normal.

TIPE GOITER
 Goiter toksik
Goiter yang disertai dengan hipertiriodisme. Hipertiroidisme dapat
didefenisikan sebagai respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh
metabolik hormon tiroid yang berlebihan. Keadaan ini dapat timbul spontan
atau akibat asupan hormon tiroid secara berlebihan. Ciri-ciri tiroidal berupa
goiter akibat hiperplasia kelenjar tiroid dan hipertiroidisme akibat sekresi
hormon tiroid yang berlebihan.

 Goiter nontoksik
Etiologi goiter non toksik antara lain adalah defisiensi iodium atau
gangguan kimia intra tiroid oleh berbagai faktor.

3
 Simple goiter atau Goiter koloid
Tipe penyakit goiter yang sering ditemukan terutama pada kawasan
geografis yang kekurangan iodium. Penyakit ini disebabkan oleh defisiensi
iodium dan konsumsi zat goitrogenik dalam jumlah yang lebih besar oleh
pasien dengan kelenjar tiroid yang rentan. Zat ini mencakup pemberian
iodium atau litium secara berlebihan untuk pengobatan manik-depresif.
Simpel goiter menggambarkan keadaan hipertropi kompensatoripada
kelenjar tiroid yang kemungkinan disebabkan stimulasi kelenjar tiroid.
Kelenjar hipofisis menghasilkan tirotropin atau TSH, yaitu suatu hormon
yang mengontrol pelepasan hormon dari kelenjar tiroid, produksinya
meningkat, jika aktivitas tioid berada dibawah normal seperti pada iodium
tidak cukup untuk produksi hormon tiroid. Penyakit goiter semacam ini
biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali pembesaran pada leher, yang
terjasi secara berlebihan, dapat mengakibatkan kompressi trakea.
Apabila tindakan operatif dianjurkan, komplikasi pasca operatif dapat
dikurangi dengan menempatkan keadaan ioditiroid pra operatif yang
ditimbulkan oleh pengobatan dengan preparat anti tiroid dan pemberian
senyawa iodida pra operatif untuk mengurangi ukuran serta vaskularisasi.

 Goiter noduler
Kelenjar tiroid tertentu bersifat noduler karena ada satu atau beberapa
daerah hiperplasia (pertumbuhan berlebihan) dalam keadaan yang
tampaknya serupa dengan keadaan yang menyebabkan timbulnya simple
goiter. Akibat kelainan ini tidak terdapat gejala, tetapi ukuran nodul yang
terbentuk tidak jarang meningkat secara perlahan dan kemudian turun
kedalam rongga thoraks sehingga menimbulkan gejala penekanan. Sebagian
nodul berubah menjadi maligna dan sebagian lainnya disertai keadaan
hipertiroid.

4
B. Etiologi

1. Defisiensi Yodium

Yodium sendiri dibutuhkan untuk membentuk hormon tyroid yang


nantinya akan diserap di usus dan disirkulasikan menuju bermacam-
macam kelenjar. Kelenjar tersebut diantaranya:

1. Choroid
2. Ciliary body
3. Kelenjar mammae
4. Plasenta
5. Kelenjar air ludah
6. Mukosa lambung
7. Intenstinum tenue
8. Kelenjar gondok

Sebagian besar unsur yodium ini dimanfaatkan di kelenjar gondok. Jika


kadar yodium di dalam kelenjar gondok kurang, dipastikan seseorang akan
mengidap penyakit gondok.

2. Hashimoto Tiroiditis

Ini adalah kondisi autoimun di mana terdapat kerusakan kelenjar tiroid


oleh sistem kekebalan tubuh sendiri. Sebagai kelenjar menjadi lebih rusak,
kurang mampu membuat persediaan yang memadai hormon tiroid.

3. Hipertiroidisme

Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh


kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon
tiroid yang berlebihan di dalam darah.

5
4. Penyakit Graves

Sistem kekebalan menghasilkan satu protein, yang disebut tiroid


stimulating imunoglobulin (TSI). Seperti dengan TSH, TSI merangsang
kelenjar tiroid untuk memperbesar memproduksi sebuah gondok.

C. Manifestasi Klinis

Penderita dapat memperlihatkan bukti-bukti penurunan berat badan,


lemah, dan pengecilan otot. Biasanya ditemukan goiter multi nodular pada
pasien-pasien tersebut yang berbeda dengan pembesaran tiroid difus pada
pasien penyakit Graves.

Penderita goiter nodular toksik memperlihatkan tanda-tanda mata


(melotot, pelebaran fisura palpebra, kedipan mata berkurang) akibat aktivitas
simpatis yang berlebihan. Meskipun demikian, tidak ada manifestasi dramatis
oftalmopati infiltrat seperti yang terlihat pada penyakit Graves.

Kadang-kadang penderita datang dengan karena adanya benjolan pada


leher sebelah lateral atas yang ternyata adalah metastase karsinoma tiroid
pada kelenjar getah bening, sedangkan tumor primernya sendiri ukurannya
masih kecil. Atau penderita datang karena benjolan di kepala yang ternyata
suatu metastase karsinoma tiroid pada kranium.

D. Patofisiologi

Aktifitas utama kelenjar tiroid adalah untuk berkonsentrasi yodium dari


darah untuk membuat hormon tiroid. Kelenjar tersebut tidak dapat membuat
hormon tiroid cukup jika tidak memiliki cukup yodium. Oleh karena itu,
dengan defisiensi yodium individu akan menjadi hipotiroid. Akibatnya,
tingkat hormon tiroid terlalu rendah dan mengirim sinyal ke tiroid. Sinyal ini
disebut thyroid stimulating hormone (TSH). Seperti namanya, hormon ini
merangsang tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid dan tumbuh dalam

6
ukuran yang besar Pertumbuhan abnormal dalam ukuran menghasilkan apa
yang disebut sebuah gondok

Kelenjar tiroid dikendalikan oleh thyroid stimulating hormone (TSH) yang


juga dikenal sebagai thyrotropin. TSH disekresi dari kelenjar hipofisis, yang
pada gilirannya dipengaruhi oleh hormon thyrotropin releasing hormon
(TRH) dari hipotalamus. Thyrotropin bekerja pada reseptor TSH terletak pada
kelenjar tiroid. Serum hormon tiroid levothyroxine dan triiodothyronine
umpan balik ke hipofisis, mengatur produksi TSH. Interferensi dengan sumbu
ini TRH hormon tiroid TSH menyebabkan perubahan fungsi dan struktur
kelenjar tiroid. Stimulasi dari reseptor TSH dari tiroid oleh TSH, TSH
reseptor antibodi, atau agonis reseptor TSH, seperti chorionic gonadotropin,
dapat mengakibatkan gondok difus. Ketika sebuah kelompok kecil sel tiroid,
sel inflamasi, atau sel ganas metastasis untuk tiroid terlibat, suatu nodul tiroid
dapat berkembang.

Kekurangan dalam sintesis hormon tiroid atau asupan menyebabkan


produksi TSH meningkat. Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan
cellularity dan hiperplasia kelenjar tiroid dalam upaya untuk menormalkan
kadar hormon tiroid. Jika proses ini berkelanjutan, maka akan mengakibatkan
gondok. Penyebab kekurangan hormon tiroid termasuk kesalahan bawaan
sintesis hormon tiroid, defisiensi yodium, dan goitrogens.

Gondok dapat juga terjadi hasil dari sejumlah agonis reseptor TSH.
Pendorong reseptor TSH termasuk antibodi reseptor TSH, resistensi terhadap
hormon tiroid hipofisis, adenoma kelenjar hipofisis hipotalamus atau, dan
tumor memproduksi human chorionic gonadotropin.

Pemasukan iodium yang kurang, gangguan berbagai enzim dalam tubuh,


hiposekresi TSH, glukosil goitrogenik (bahan yang dapat menekan sekresi
hormone tiroid), gangguan pada kelenjar tiroid sendiri serta factor pengikat
dalam plasma sangat menentukan adekuat tidaknya sekresi hormone tiroid.
Bila kadar – kadar hormone tiroid kurang maka akan terjadi mekanisme

7
umpan balik terhadap kelenjar tiroid sehingga aktifitas kelenjar meningkat
dan terjadi pembesaran (hipertrofi).

Dampak goiter terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid


yang dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ lain di sekitarnya. Di
bagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Goiter
dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea, esophagus dan pita
suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia yang akan berdampak
terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit.
Penekanan pada pita suara akan menyebabkan suara menjadi serak atau
parau.

Bila pembesaran keluar, maka akan memberi bentuk leher yang besar
dapat simetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia.
Tentu dampaknya lebih ke arah estetika atau kecantikan. Perubahan bentuk
leher dapat mempengaruhi rasa aman dan konsep diri klien. (Rahza, 2010)

E. Pencegahan
Penyakit goiter dapat dicegah dengan pemberian senyawa yodium pada
anak-anak dikawasan yang kandungan yodiumnya buruk.
Hipertropi terjadi karena asupan merata yodium kurang dari 40 mg/hari,
WHO menganjurkan yodiosasi garam hingga mencapai konsentrasi satu
bagian dalam 100.000 yang sudah cukup untuk pencegahan goiter.
Pengenalan garam beryodium merupakan satu-satunya cara yang paling
efektif untuk mencegah Penyakit goiter dalam masyarakat yang rentan.

D. Penatalaksanaan

Perawatan yang diberikan akan tergantung pada penyebab gondok seperti


yang sudah disebutkan di etiologi :

1. Defisiensi Yodium

 Gondok yang disebabkan kekurangan yodium dalam makanan maka


akan diberikan suplementasi yodium melalui mulut. Hal ini akan

8
menyebabkan penurunan ukuran gondok, tapi sering gondok tidak
akan benar-benar menyelesaikan.

 Dengan pemberian kapsul minyak beriodium terutama bagi penduduk


didaerah endemik sedang dan berat.
 EdukasiProgram ini bertujuan merubah prilaku masyarakat, dalam hal
polamakan dan memasyarakatkan pemakaian garam beriodium.

2. Hashimoto Tiroiditis

Jika gondok disebabkan Hashimoto tiroiditis dan hipotiroid, maka akan


diberikan suplemen hormon tiroid sebagai pil setiap hari. Perawatan ini
akan mengembalikan tingkat hormon tiroid normal, tetapi biasanya tidak
membuat gondok benar-benar hilang. Walaupun gondok juga bisa lebih
kecil, kadang-kadang ada terlalu banyak bekas luka di kelenjar yang
memungkinkan untuk mendapatkan gondok yang jauh lebih kecil. Namun,
pengobatan hormon tiroid biasanya akan mencegah bertambah besar.

3. Hipertiroidisme

Jika gondok karena hipertiroidisme, perawatan akan tergantung pada


penyebab hipertiroidisme. Untuk beberapa penyebab hipertiroidisme,
perawatan dapat menyebabkan hilangnya gondok. Misalnya, pengobatan
penyakit Graves dengan yodium radioaktif biasanya menyebabkan
penurunan atau hilangnya gondok.

Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon


tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau
merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).

4. Penyakit Graves
1. Konservatif
Tata laksana penyakit greves

9
a. Obat Anti-Tiroid. Obat ini menghambat produksi hormon tiroid.
Jika dosis berlebih, pasien mengalami gejala
hipotiroidisme.Contoh obat adalah sebagai berikut :
1) Thioamide
2) Methimazole dosis awal 20 -30 mg/hari
3) Propylthiouracil (PTU) dosis awal 300 – 600 mg/hari, dosis
maksimal 2.000 mg/hari
4) Potassium Iodide
5) Sodium Ipodate
6) Anion Inhibitor

b. Beta-adrenergic reseptor antagonis. Obat ini adalah untuk


mengurangi gejala-gejala hipotiroidisme. Contoh: Propanolol
Indikasi :
1) Mendapat remisi yang menetap atau memperpanjang
remisi pada pasien muda dengan struma ringan –sedang
dan tiroktosikosis
2) Untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum
pengobatan atau sesudah pengobatan yodium radioaktif.
3) Persiapan tiroidektomi
4) Pasien hamil, usia lanjut
5) Krisis tiroid

Penyekat adinergik ß pada awal terapi diberikan, sementara


menunggu pasien menjadi eutiroid setelah 6-12 minggu pemberian
anti tiroid. Propanolol dosis 40-200 mg dalam 4 dosis pada awal
pengobatan, pasien kontrol setelah 4-8 minggu. Setelah eutiroid,
pemantauan setiap 3-6 bulan sekali: memantau gejala dan tanda
klinis, serta Lab.FT4/T4/T3 dan TSHs. Setelah tercapai eutiroid,
obat anti tiroid dikurangi dosisnya dan dipertahankan dosis terkecil
yang masih memberikan keadaan eutiroid selama 12-24 bulan.
Kemudian pengobatan dihentikan , dan di nilai apakah tejadi

10
remisi. Dikatakan remisi apabila setelah 1 tahun obat antitiroid di
hentikan, pasien masih dalam keadaan eutiroid, walaupun
kemudian hari dapat tetap eutiroid atau terjadi kolaps.

2. Surgical
a. Radioaktif iodine.
Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid yang
hiperaktif
b. Tiroidektomi.
Tindakan Pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar tiroid
yang membesar

11
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
 Aktifitas/istirahat
Gejala : insomnia, sensivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi,
kelelahan berat.
Tanda : atropi otot

 Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : disritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan
tekanan darah dengan takanan dada yang berat, takhikardi saat istirahat,
sirkulasi kolap, syok (krisis tirotoksikosis).

 Eliminasi
Gejala : urine dalam jumlah yang banyak, perubahan dalam faeces.

 Integritas ego
Gejala : mengalami stress yang berat baik maupun fisik
Tanda : emosi labil (euphoria sedang sampai delirium), depresi.

 Makanan/cairan
Gejala : kehilangsn berat badan mendadak, nafsu makan meningkat,
makannya sering, kehausan, mual dan muntah.
Tanda : pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah
pretibial.

 Neurosensori
Tanda : bicara cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku,
seperti bingung, disorientasi, gelisa, peka rangsang, delirium, psikosis,

12
stupor, koma, tremor halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian
tersentak-sentak, hiperaktif reflek tendon dalam (RTD).
Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri orbital/fothopobia

 Pernafasan
Tanda : frekwensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, sumbatan
jalan nafas, terjadi penekanan.

 Keamanan
Gejala : tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan,
kebutuhan meningkat akan iodium (G), alergi etrhadap iodium (Hi).
Tanda : suhu meningkat 37,4 derajat celcius. Diaforesisi, kulit halus,
hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, exoftalmus:
retraksi, iritasi padakonjungtiva dan berair. Puritus, lesi, eritema ( sering
terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.

 Seksualitas
Tanda : penurunan libido, hipomenorhea dan impotensi.

 Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : adanya riwayat keluarga mengalami masalah itroid, riwayat
hipotiroidisme, terapi hormon tiroid atau pengobatan antitiroid, dihentikan
terhadap pengobatan antitiroid, dilakukan pembedahan tiroidektomi
sebagian, riwayat pemberian insulin yang menyebabkan hipoglikemia,
gangguan jantung atau pembedahan jantung, penyakit yang baru terjadi
(pnemonia), trauma, periksaan rontgen fhoto dengan zat kontras.

13
B. Diagnosa Keperawatan

1. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya pembesaran jaringan


pada leher, penekanan trakhea.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan adanya
penekanan daerah oesofagus, penurunan nafsu makan.
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak
efektifnya coping individu, adanya pembesaran pada leher
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber
informasi.

C. Intervensi

1. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya pembesaran jaringan


pada leher, penekanan trakhea.

Tujuan : Menunjukkan pola nafas yang efektif dengan kriteria hasil :

 Dalam 3x 24 jam, pasien RR= 16-20x/ menit


 Kedalaman inspirasi dan kedalaman bernafas
 Ekspansi dada simetris
 Tidak ada penggunaan otot bantu nafas

No Intervensi Rasional
Pantau frekwensi pernafasan , Untuk mengetahui adanya gangguan
1
kedalaman, dan kerja pernafasan pernafasan pada pasien
Waspadakan klien agar leher tidak Menghindari penekanan pada jalan
2 tertekuk/posisikan semi ekstensi nafas untuk meminimalkan
atau eksensi pada saat beristirahat penyempitan jalan nafas
3 Ajari klien latihan nafas dalam Untuk menstabilkan pola nafas
Operasi diperlukan untuk
4 Persiapkan operasi bila diperlukan.
memperbaiki kondisi pasien

14
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan adanya
penekanan daerah oesofagus, penurunan nafsu makan.

Tujuan : Menunjukkan status gizi pasien yang adekuat dengan kriteria


hasil :

 Dalam 3×24 jam, pasien menunjukkan BB normal


 Albumin normal 3,5-5 mg/dL
 Peningkatan nafsu makan

No Intervensi Rasional
kesulitan menelan, selera makan,
Kaji adanya kesulitan menelan,
kelemahan umum dan munculnya
1 selera makan, kelemahan umum
mual dan muntah adalah factor yang
dan munculnya mual dan muntah.
menentukan asupan makan pasien
Pantau masukan makanan setiap
hari dan timbang berat bada setiap
2 Mengetahui status nutrisi pasien
hari serta laporkan adanya
penurunan.
Dorong klien untuk makan dan
meningkatkan jumlah makan dan
Mempermudah pasien menelan
3 juga beri makanan lunak, dengan
makanan
menggunakan makanan tinggi
kalori yang mudah dicerna.
Beri/tawarkan makanan kesukaan
4 Meningkatkan nafsu makan pasien
klien.
Kolaborasi : konsultasikan dengan
ahli gizi untuk memberikan diet Mencukupi nutrisi sesuai yang
5
tinggi kalori, protein, karbohidrat dibutuhkan pasien
dan vitamin.

15
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan tidak efektifnya coping
individu, adanya pembesaran pada leher

Tujuan : menunjukkan peningkatan harga diri dengan kriteria hasil :

 Dalam 3×24 jam, pasien menunjukkan Penerimaan diri secara


verbal.
 Mengerti akan kekuatan diri
 Melakukan perilaku yang dapat meningkatkan rasa percaya diri

No Intervensi Rasional
Pantau tingkat perubahan rentang
1 Mengetahui kopping individu pasien
harga diri rendah
Pastikan tujuan tindakan yang kita Meningkatkan hubungan saling
2
lakukan adalah realistis percaya dengan pasien
Sampaikan hal-hal yang positif
secara mutlak untuk klien,
tingkatkan pemahaman tentang
3 Meningkatkan harga diri pasien
penerimaan anda pada pasien
sebagai seorang individu yang
berharga.
Diskusikan masa depan klien,
bantu klien dalam menetapkan Membantu klien menentukan masa
4
tujuan-tujuan jangka pendek dan depan yang diinginkan
panjang.

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber


informasi.

Tujuan : Menunjukkan peningkatan pengetahuan klien dengan kriteria


hasil :

 Dalam 2×24 jam, pasien Mengikuti pengobatan yang disarankan.


 Peningkatan pengetahuan pasien.

16
 Dapat menghindari sumber stress

No Intervensi Rasional
Berikan informasi yang tepat
1 Meningkatkan pengetahuan pasien
dengan keadaan individu
Identifikasi sumber stress dan
diskusikan faktor pencetus krisis
Agar pasien bisa menghindari
2 tiroid yang terjadi, seperti
sumber stress
orang/sosial, pekerjaan, infeksi,
kehamilan
Berikan informasi tentang tanda
Dapat mengidentifikasi gejala awal
3 dan gejala dari penyakit gondok
dari gondok
serta penyebabnya
Diskusikan mengenai terapi obat-
obatan termasuk juga ketaatan
Pasien bisa mengikuti terapi yang
4 terhadap pengobatan dan tujuan
disarankan
terapi serta efek samping obat
tersebut

17
PENYIMPANGAN KDM PENYAKIT GOITER

Defesiensi iodium/Gg kimia intra tiroid Perubahan litium dan iodium


berlebihan

Zat goiterroenik

simple goiter/goiter koloid Goiter noduler

Gangguan kelenjar tiroid

Gangguan sekresi tiroksin

Kompensatorik stimulus kel.tiroid

Hipetropi peningkatan TSH hiperplasia

18
Maligna

Pembesaran pada leher kelainan kel.tiroid nodul Hipertiroid

Berlebih : kompresi trakhea turun kerongga thorax

Dan oesofagus

Penekanan daerah setempat

Obstruksi jalan nafas

Gg pernafasan Gg pola nutrisi

Nafas tidak efektif

Efektifitas coping tidak Gg konsep diri (HDR)

Ketidakmampuan masalah kurang informasi kurang Pengetahuan

19
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan beberapa hal


yaitu sebagai berikut:

 Gondok adalah suatu pembengkakan pada kelenjar tiroid yang abnormal


dan penyebabnya bisa bermacam-macam, dimana kelenjar tiroid
diperlukan untuk memproduksi hormon tiroid yang berfungsi mengontrol
metabolisme tubuh, keseimbangan tubuh dan pertumbuhan
perkembangan yang normal.

 Gondok dapat disebabkan oleh difesiensi garam beryodium, hashimoto


tiroiditis, hipertiroidisme, dan penyakit graves.

 Pada umumnya goiter sering dijumpai pada daerah pegunungan, namun


ada juga yang ditemukan di dataran rendah dan ditepi pantai.

B. saran

Dengan pemberian asupan yodium yang cukup diharapkan akan dapat


mencegah terjadinya penyakit gondok . Mudah-mudahan pembahasan ini
memberikan wawasan kepada kita tentang penyakit gondok. Dan kepada ibu
dosen pembimbing mata kuliah ini kiranya dapat memberikan masukan, kritik
dan saran guna melengkapi pengetahuan tentang penyakit gondok terutama
yang berkaitan dengan asuhan keperawatan secara lebih khusus pada pasien
yang mengalami penyakit gondok.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. http://putrisayangbunda.blog.com/2010/08/29/patofisiologi-goiter-gondok/
2. http://saktyairlangga.wordpress.com/2011/11/11/asuhan-keperawatan-goiter/
3. http://obatdanpenyakit.net/tag/kelenjar-gondok/
4. http://www.sumberbacaan.com/mengnai+tentang+askep+gondok.html
5. http://www.scrib.com/doc/44691373/Asuhan-Keperawatan-Pada-Penyakit-
Goiter/
6. http://rudolfweni.blogspot.com/2011/08/makalah-goiter.html

21

Anda mungkin juga menyukai