Tiada kata terindah yang patut diucapkan kepada ALLAH SWT selain
ucapan puji dan syukur yang setinggi-tingginya karena berkat rahmat,
hidayah dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan askep ini.
Askep ini diharapkan berguna bagi mahasisiwa-mahasiswi sekalian.
Demikian, semoga askep ini berguna dan memberikan nilai tambah dan
manfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Tim penyusun
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Kelenjar tiroid yang membesar disebut goiter. Goiter dapat menyertai hipo
maupun hiperfungsi tiroid. Bila secara klinik tidak ada tanda-tanda khas,
disebut giter non-toksik.
TIPE GOITER
Goiter toksik
Goiter yang disertai dengan hipertiriodisme. Hipertiroidisme dapat
didefenisikan sebagai respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh
metabolik hormon tiroid yang berlebihan. Keadaan ini dapat timbul spontan
atau akibat asupan hormon tiroid secara berlebihan. Ciri-ciri tiroidal berupa
goiter akibat hiperplasia kelenjar tiroid dan hipertiroidisme akibat sekresi
hormon tiroid yang berlebihan.
Goiter nontoksik
Etiologi goiter non toksik antara lain adalah defisiensi iodium atau
gangguan kimia intra tiroid oleh berbagai faktor.
3
Simple goiter atau Goiter koloid
Tipe penyakit goiter yang sering ditemukan terutama pada kawasan
geografis yang kekurangan iodium. Penyakit ini disebabkan oleh defisiensi
iodium dan konsumsi zat goitrogenik dalam jumlah yang lebih besar oleh
pasien dengan kelenjar tiroid yang rentan. Zat ini mencakup pemberian
iodium atau litium secara berlebihan untuk pengobatan manik-depresif.
Simpel goiter menggambarkan keadaan hipertropi kompensatoripada
kelenjar tiroid yang kemungkinan disebabkan stimulasi kelenjar tiroid.
Kelenjar hipofisis menghasilkan tirotropin atau TSH, yaitu suatu hormon
yang mengontrol pelepasan hormon dari kelenjar tiroid, produksinya
meningkat, jika aktivitas tioid berada dibawah normal seperti pada iodium
tidak cukup untuk produksi hormon tiroid. Penyakit goiter semacam ini
biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali pembesaran pada leher, yang
terjasi secara berlebihan, dapat mengakibatkan kompressi trakea.
Apabila tindakan operatif dianjurkan, komplikasi pasca operatif dapat
dikurangi dengan menempatkan keadaan ioditiroid pra operatif yang
ditimbulkan oleh pengobatan dengan preparat anti tiroid dan pemberian
senyawa iodida pra operatif untuk mengurangi ukuran serta vaskularisasi.
Goiter noduler
Kelenjar tiroid tertentu bersifat noduler karena ada satu atau beberapa
daerah hiperplasia (pertumbuhan berlebihan) dalam keadaan yang
tampaknya serupa dengan keadaan yang menyebabkan timbulnya simple
goiter. Akibat kelainan ini tidak terdapat gejala, tetapi ukuran nodul yang
terbentuk tidak jarang meningkat secara perlahan dan kemudian turun
kedalam rongga thoraks sehingga menimbulkan gejala penekanan. Sebagian
nodul berubah menjadi maligna dan sebagian lainnya disertai keadaan
hipertiroid.
4
B. Etiologi
1. Defisiensi Yodium
1. Choroid
2. Ciliary body
3. Kelenjar mammae
4. Plasenta
5. Kelenjar air ludah
6. Mukosa lambung
7. Intenstinum tenue
8. Kelenjar gondok
2. Hashimoto Tiroiditis
3. Hipertiroidisme
5
4. Penyakit Graves
C. Manifestasi Klinis
D. Patofisiologi
6
ukuran yang besar Pertumbuhan abnormal dalam ukuran menghasilkan apa
yang disebut sebuah gondok
Gondok dapat juga terjadi hasil dari sejumlah agonis reseptor TSH.
Pendorong reseptor TSH termasuk antibodi reseptor TSH, resistensi terhadap
hormon tiroid hipofisis, adenoma kelenjar hipofisis hipotalamus atau, dan
tumor memproduksi human chorionic gonadotropin.
7
umpan balik terhadap kelenjar tiroid sehingga aktifitas kelenjar meningkat
dan terjadi pembesaran (hipertrofi).
Bila pembesaran keluar, maka akan memberi bentuk leher yang besar
dapat simetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia.
Tentu dampaknya lebih ke arah estetika atau kecantikan. Perubahan bentuk
leher dapat mempengaruhi rasa aman dan konsep diri klien. (Rahza, 2010)
E. Pencegahan
Penyakit goiter dapat dicegah dengan pemberian senyawa yodium pada
anak-anak dikawasan yang kandungan yodiumnya buruk.
Hipertropi terjadi karena asupan merata yodium kurang dari 40 mg/hari,
WHO menganjurkan yodiosasi garam hingga mencapai konsentrasi satu
bagian dalam 100.000 yang sudah cukup untuk pencegahan goiter.
Pengenalan garam beryodium merupakan satu-satunya cara yang paling
efektif untuk mencegah Penyakit goiter dalam masyarakat yang rentan.
D. Penatalaksanaan
1. Defisiensi Yodium
8
menyebabkan penurunan ukuran gondok, tapi sering gondok tidak
akan benar-benar menyelesaikan.
2. Hashimoto Tiroiditis
3. Hipertiroidisme
4. Penyakit Graves
1. Konservatif
Tata laksana penyakit greves
9
a. Obat Anti-Tiroid. Obat ini menghambat produksi hormon tiroid.
Jika dosis berlebih, pasien mengalami gejala
hipotiroidisme.Contoh obat adalah sebagai berikut :
1) Thioamide
2) Methimazole dosis awal 20 -30 mg/hari
3) Propylthiouracil (PTU) dosis awal 300 – 600 mg/hari, dosis
maksimal 2.000 mg/hari
4) Potassium Iodide
5) Sodium Ipodate
6) Anion Inhibitor
10
remisi. Dikatakan remisi apabila setelah 1 tahun obat antitiroid di
hentikan, pasien masih dalam keadaan eutiroid, walaupun
kemudian hari dapat tetap eutiroid atau terjadi kolaps.
2. Surgical
a. Radioaktif iodine.
Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid yang
hiperaktif
b. Tiroidektomi.
Tindakan Pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar tiroid
yang membesar
11
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Aktifitas/istirahat
Gejala : insomnia, sensivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi,
kelelahan berat.
Tanda : atropi otot
Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : disritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan
tekanan darah dengan takanan dada yang berat, takhikardi saat istirahat,
sirkulasi kolap, syok (krisis tirotoksikosis).
Eliminasi
Gejala : urine dalam jumlah yang banyak, perubahan dalam faeces.
Integritas ego
Gejala : mengalami stress yang berat baik maupun fisik
Tanda : emosi labil (euphoria sedang sampai delirium), depresi.
Makanan/cairan
Gejala : kehilangsn berat badan mendadak, nafsu makan meningkat,
makannya sering, kehausan, mual dan muntah.
Tanda : pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah
pretibial.
Neurosensori
Tanda : bicara cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku,
seperti bingung, disorientasi, gelisa, peka rangsang, delirium, psikosis,
12
stupor, koma, tremor halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian
tersentak-sentak, hiperaktif reflek tendon dalam (RTD).
Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri orbital/fothopobia
Pernafasan
Tanda : frekwensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, sumbatan
jalan nafas, terjadi penekanan.
Keamanan
Gejala : tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan,
kebutuhan meningkat akan iodium (G), alergi etrhadap iodium (Hi).
Tanda : suhu meningkat 37,4 derajat celcius. Diaforesisi, kulit halus,
hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, exoftalmus:
retraksi, iritasi padakonjungtiva dan berair. Puritus, lesi, eritema ( sering
terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.
Seksualitas
Tanda : penurunan libido, hipomenorhea dan impotensi.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : adanya riwayat keluarga mengalami masalah itroid, riwayat
hipotiroidisme, terapi hormon tiroid atau pengobatan antitiroid, dihentikan
terhadap pengobatan antitiroid, dilakukan pembedahan tiroidektomi
sebagian, riwayat pemberian insulin yang menyebabkan hipoglikemia,
gangguan jantung atau pembedahan jantung, penyakit yang baru terjadi
(pnemonia), trauma, periksaan rontgen fhoto dengan zat kontras.
13
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi
No Intervensi Rasional
Pantau frekwensi pernafasan , Untuk mengetahui adanya gangguan
1
kedalaman, dan kerja pernafasan pernafasan pada pasien
Waspadakan klien agar leher tidak Menghindari penekanan pada jalan
2 tertekuk/posisikan semi ekstensi nafas untuk meminimalkan
atau eksensi pada saat beristirahat penyempitan jalan nafas
3 Ajari klien latihan nafas dalam Untuk menstabilkan pola nafas
Operasi diperlukan untuk
4 Persiapkan operasi bila diperlukan.
memperbaiki kondisi pasien
14
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan adanya
penekanan daerah oesofagus, penurunan nafsu makan.
No Intervensi Rasional
kesulitan menelan, selera makan,
Kaji adanya kesulitan menelan,
kelemahan umum dan munculnya
1 selera makan, kelemahan umum
mual dan muntah adalah factor yang
dan munculnya mual dan muntah.
menentukan asupan makan pasien
Pantau masukan makanan setiap
hari dan timbang berat bada setiap
2 Mengetahui status nutrisi pasien
hari serta laporkan adanya
penurunan.
Dorong klien untuk makan dan
meningkatkan jumlah makan dan
Mempermudah pasien menelan
3 juga beri makanan lunak, dengan
makanan
menggunakan makanan tinggi
kalori yang mudah dicerna.
Beri/tawarkan makanan kesukaan
4 Meningkatkan nafsu makan pasien
klien.
Kolaborasi : konsultasikan dengan
ahli gizi untuk memberikan diet Mencukupi nutrisi sesuai yang
5
tinggi kalori, protein, karbohidrat dibutuhkan pasien
dan vitamin.
15
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan tidak efektifnya coping
individu, adanya pembesaran pada leher
No Intervensi Rasional
Pantau tingkat perubahan rentang
1 Mengetahui kopping individu pasien
harga diri rendah
Pastikan tujuan tindakan yang kita Meningkatkan hubungan saling
2
lakukan adalah realistis percaya dengan pasien
Sampaikan hal-hal yang positif
secara mutlak untuk klien,
tingkatkan pemahaman tentang
3 Meningkatkan harga diri pasien
penerimaan anda pada pasien
sebagai seorang individu yang
berharga.
Diskusikan masa depan klien,
bantu klien dalam menetapkan Membantu klien menentukan masa
4
tujuan-tujuan jangka pendek dan depan yang diinginkan
panjang.
16
Dapat menghindari sumber stress
No Intervensi Rasional
Berikan informasi yang tepat
1 Meningkatkan pengetahuan pasien
dengan keadaan individu
Identifikasi sumber stress dan
diskusikan faktor pencetus krisis
Agar pasien bisa menghindari
2 tiroid yang terjadi, seperti
sumber stress
orang/sosial, pekerjaan, infeksi,
kehamilan
Berikan informasi tentang tanda
Dapat mengidentifikasi gejala awal
3 dan gejala dari penyakit gondok
dari gondok
serta penyebabnya
Diskusikan mengenai terapi obat-
obatan termasuk juga ketaatan
Pasien bisa mengikuti terapi yang
4 terhadap pengobatan dan tujuan
disarankan
terapi serta efek samping obat
tersebut
17
PENYIMPANGAN KDM PENYAKIT GOITER
Zat goiterroenik
18
Maligna
Dan oesofagus
19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. saran
20
DAFTAR PUSTAKA
1. http://putrisayangbunda.blog.com/2010/08/29/patofisiologi-goiter-gondok/
2. http://saktyairlangga.wordpress.com/2011/11/11/asuhan-keperawatan-goiter/
3. http://obatdanpenyakit.net/tag/kelenjar-gondok/
4. http://www.sumberbacaan.com/mengnai+tentang+askep+gondok.html
5. http://www.scrib.com/doc/44691373/Asuhan-Keperawatan-Pada-Penyakit-
Goiter/
6. http://rudolfweni.blogspot.com/2011/08/makalah-goiter.html
21