Anda di halaman 1dari 7

1.

Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosis dan juga diagnosis banding dari


kasus di atas
DIAGNOSIS BANDING HIPERTIROID 
Goiter atau gondok adalah keadaan di mana terjadi pembesaran dari kelenjar tiroid.
Bisa dalam bentuk yang menyebar ataupun benjolan. Karena adanya kemiripan
secara anatomis dari kelenjar tiroid, trakea, laring, dan esofagus, pertumbuhan yang
abnormal dapat menyebabkan berbagaisindrom. Fungsi tiroid dapat normal(nontoxic
goiter), berlebih (toxic goiter) atau kurang aktif (hypothyroid goiter).
a. TNG (Toxic Nodular Goiter)
TNG merupakan keadaan dimana kelenjar tiroid terjadi pembesaran
dengan bentuk nodul tiroidatau dengan kata lain terjadi hipersekresi
hormon-hormon tiroid yang menyebabkan pembesarankelenjar tiroid
yang bernodul-nodul. Gejala-gejalanya adalah : Intoleransi panas,
Lemas, Tremor , Penurunan berat badan, Nafsu makan bertambah,
Gondok , Takikardia.
b. Goiter, Diffuse Toxic
Dalam diffuse toxic giter, kelenjar tiroid dapat memproduksi hormon
tiroid secara berlebihan. Ini akan mempercepat metabolisme hampir di
seluruh organ. Gejalanya yangutama adalah gondok itu sendiri.
Gejalanya dapat muncul dalam minggu, bulan bahkantahun. Gejalanya
dapat multisistemik namun dapat juga hanya menyerang satu
organsehingga menimbulkan kesalahan dalam diagnosis. Pada orang
lansia, gejalanya dapat berupa penurunan berat badan, atrial fibrillation
(cardiac),atau apathy (depresi). Gejalayang dapat muncul yaitu:
(Hipermetabolisme-penurunan berat badan dengan nafsu makan yang
baik, intoleransi panas, berkeringat, lemas, osteoporosis),
(Hiperadrenergic-palpitasi, tremor, insomnia ), (Gynecomastica,
sedikit menstruasi, penurunan konsentrasi, fatique), (Goiter-bisa ringan
sampai parah, bisa muncul kesulitan menelan, Oculopathi),
(Dekompensasi organ - Atrial fibrillation, congestive heart failure,
penyakit kuning.)
c. Thyroid Papillary CarcinomaBentuk ganas pada kelenjar tiroid. Sangat
jarang terjadi, namun apabila terjadi dapatmenyebabkan hiperfungsi
hormon-hormon tiroid sehingga sekresinya berlebihan di dalam
darahmenyebabkan tirotoksikosis dan hipertiroid.
d. Macro and Micro Pituitary AdenomaTumor jinak pada hipofisis.
Apabila tumor lebih dari 10 mm disebut sebagai makroadenoma
,dan bila kurang dari 10mm disebut mikroadenoma. Epidemiologi
adenoma hipofisis lebih sering.
Sumber : jurnal scribd

2. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi dari penyakit kasus di atas


Menurut Mansjour dalam Nurarif & Kusuma (2015), adanya ganguan fungsional
dalam pembentukan hormon tiroid merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar
tiroid, yang antara lainnya adalah :
1. Defisiensi yodium, seperti pada kasus telah tertulis pasien ini tinggal
didaerah endemis goiter, yang mana endemis goiter ini merupakan suatu
daerah yang minuman atau makanannya itu kurang mengandung yodium.
Menurut Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan Indonesia
(2015) yodium merupakan mikronutrien (zat gizi mikro) yang mempunyai
peran sangat vital dalam pertumbuhan otak, sistem syaraf, dan fungsi
fisiologis organ-organ tubuh. Defisiensi (kekurangan) yodium
menyebabkan produksi hormon tiroid bekurang mengakibatkan kelainan
yang di sebut GAKI (gangguan akibat kurang yodium). Untuk mengatasi
GAKI, di lakukan program Universal Salt Iodization (USI) yang di
rekomendasikan oleh WHO dan UNICEF sejak tahun 1933 dan telah
diimplementasikan di Indonesia.
2. Karena adanya Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa
hormon tiroid.
3. Karena adanya Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti
substansi dalam kol, lobak, dan kacang kedelai). Penyebab kelainan ini
bermacam-macam, pada setiap orang dapat di jumpai karena kebutuhan
terhadap tiroksin bertambah, terutama masa pubertas, pertumbuhan,
menstruasi, kehamilan, laktasi, monepouse, infeksi atau stress lain. Dalam
masa-masa tersebut dapat di jumpai hiperplasi (pembesaran) dan involusi
(pengecilan) kelenjar tiroid. Perubahan ini dapat menimbulkan nodularitas
(penebalan) kelenjar tiroid serta kelainan arsitektur yang dapat berlanjut
dengan berkurangnya aliran darah di daerah tersebut sehingga terjadi
iskemia (kekurangan suplai darah).

Sumber : repository poltekkes jakarta


-
3. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor risiko dari kasus di atas
Faktor risiko goiter :
- Jenis kelamin : perempuan lebih banyak dibanding laki-laki
- Genetik
- Asupan energi dan protein
Gangguan akibat kekurangan iodium secara tidak langsung dapat disebabkan
oleh asupan energi yang rendah, karena kebutuhan energi akan diambil dari
asupan protein. Protein (albumin, globulin,prealbumin) merupakan alat
transport hormon tiroid. Protein transport berfungsi mencegah hormon tiroid
keluar dari sirkulasi dan sebagai cadangan hormon.
- Status gizi

Pengaruh status gizi terhadap kejadian GAKI masih belum banyak diteliti,
namun secara teoritis cadangan lemak merupakan tempat penyimpanan
iodium. Jumlah simpanan iodium di dalam tubuh setiap individu akan berbeda
sesuai dengan kondisi status gizinya. Kadar iodium urine anak dengan status
gizi baik lebih tinggi dibandingkan dengan anak dengan status gizi kurang
setelah diberikan kapsul iodium selama 3 hari berturut-turut. Status gizi
kurang atau buruk akan berisiko pada biosintesis hormon tiroid karena
kurangnya TBP (Thyroxin binding Protein), sehingga sintesis hormon tiroid
akan berkurang.

Selain faktor risiko pejamu, disini juga ada faktor risiko akibat dari agent (bibit penyakit :
- Iodium

Iodium adalah bahan baku pembuatan hormon Tiroksin (T4), sedangkan


tempat pembuatannya adalah di dalam kelenjar tiroid. Jalur ekskresi iodium
melalui urin. Iodium dalam urin adalah indikator akurat yang menggambarkan
asupan iodium harian. Kadar iodium dalam urin lebih dari 50 μg/L adalah
status iodium yang dianggap cukup, kadar iodium urin 25-50 μg/L ada
indikasi berisiko kekurangan iodium dan kadar lebih rendah adalah indikasi
risiko kekurangan iodium tingkat berat. Kekurangan iodium berhubungan erat
dengan kandungan iodium dalam tanah pertanian di wilayah endemik.

- Goitrogen

Zat goitrogenik adalah senyawa yang dapat mengganggu struktur dan fungsi
hormon tiroid secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung zat
goitrogenik menghambat uptake iodida anorganik oleh kelenjar tiroid. Disini
nanti bisa diberikan propylthiuoracil yang mengandung antiriodi, juga bisa
mengonsumsi sayuran seperti kubis dan kembang kol.

- Selenium

Salah satu macam selenoprotein yang terlibat dalam metabolisme iodium


adalah enzim iodotyronine deiodinase tipe 1 yang merupakan katalisator
utama dalam perubahan thyroxin menjadi treiidotyronine.

- Pestisida dan senyawa kimia lainnya

Ada beberapa penilitian yang membuktikan adanya hubungan antara riwayat


pejanan pestidida olongan organoklorin dengan gangguan fungsi tiroid.

Sumber : jurnal penelitian undip

4. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis dari kasus di atas


- Manifestasi Klinis ( sumber : jurnal udayana)

Pasien biasanya akan mengeluhkan benjolan di leher bagian depan yang


semakin membesar dan biasanya tidak nyeri. Pasien dapat mengeluhkan suara
serak sampai kesulitan menelan apabila sudah ada perluasan tumor ke struktur
sekitarnya. Kecurigaan akan keganasan dapat dilihat dari tanda-tanda berikut
ini: Nodul soliter pada anak-anak, laki-laki, atau usia tua; Nodul cepat
membesar; Nodul terfiksir dan keras; Nodul dengan gejala invasi lokal (suara
serak, sesak napas, a tau susah menelan); Metastasis (pembesaran KgB,
metastasis ke paru atau tulang); Pernah mendapatkan terapi radiasi
sebelumnya;Adanya riwayat keluarga dengan karsinoma tiroid; Ditemukan
kalsifikasi nodul pada foto leher.

- Gejala-gejala
1. Peningkatan frekuensi denyut jantung
2. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan
kepekaanterhadap katekolamin
3. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan
panas, intoleran terhadap panas, keringat berlebihan
4. Penurunan berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)
5. Peningkatan frekuensi buang air besar
6. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
7. Gangguan reproduksi
8. Tidak tahan panas
9. Cepat letih
10. Tanda bruit
11. Haid sedikit dan tidak tetap
12. Pembesaran kelenjar tiroid
13. Mata melotot (exoptalmus

jurnal unisulla

5. Mahasiswa mampu menjelaskan patogenesis dari kasus di atas


- Patogenesis Goiter

Goiter terjadi akibat kekurangan yodium yang dapat menghambat


pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid sehingga terjadi pula
penghambatan dalam pembentukan TSH oleh hipofisis anterior. Hal tersebut
memungkinkan hipofisis mensekresikan TSH dalam jumlah yang berlebihan.
TSH kemudian menyebabkan sel-sel tiroid mensekresikan tiroglobulin dalam
jumlah yang besar (kolid) ke dalam folikel, dan kelenjar tumbuh makin lama
makin bertambah besar. Akibat kekurangan yodium maka tidak terjadi
peningkatan pembentukan T4 dan T3, ukuran folikel menjadi lebih besar dan
kelenjar tiroid dapat bertambah berat sekitar 300-500 gram. Selain itu goiter
dapat disebabkan kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa
hormon tiroid, penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (goitrogenic
agent), proses peradangan atau gangguan autoimun seperti penyakit Graves.
Pembesaran yang didasari oleh suatu tumor atau neoplasma dan
penghambatan sintesa hormon tiroid oleh obat-obatan misalnya thiocarbamide,
sulfonylurea dan litium, gangguan metabolik misalnya goiter kolid dan goiter
non toksik (goiter endemik).

Sumber : fk univ udayana

6. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi dari kasus di atas


Menurut Brunner dan Suddart (2013) beberapa komplikasi dari struma meliputi:
a. penyakit jantung hipertiroid

Gangguan pada jantung terjadi akibat dari rangsangan berlebihan pada


jantung oleh hormone tiroid dan menyebabkan kontraktilitas jantung
meningkat dan terjadi takikardi sampai dengan fibrilasi atrium jika
menghebat. Pada pasien yang berumur diatas 50 tahun, akan lebih
cenderung mendapat komplikasi payah jantung.

b. Ovtalmopati graves
Ovtalmopati graves seperti eksoftalmus, penonjolan mata dengan
diplopa, aliran air mata yang berlebihan, dan peningkatan foto fobia
dapat mengganggu kualitas hidup pasien sehingga akan aktifitas rutin
pasien terganggu.

c. Dermopati Graves

Dermopati tiroid terdiri dari penebalan kulit terutama kulit dibagian


atas tibia bagian bawah (miksedema pretibia), yang disebabkan
glikosaminoglikans. Kulit sangat menebal dan tidak dapat dicubit.

Sumber : jurnal univ muh malang

7. Mahasiswa mampu menjelaskan tatalaksana dari kasus di atas


- Penatalaksanaan penyakit struma dilakukan berdasarkan ukuran struma,
semakin besar ukuran struma maka akan menimbulkan banyak keluhan,
terdapat beberapa penatalaksanaan meliputi:
a. Pengobatan
Pasien dengan satu atau lebih nodul tiroid yang mengalami hipertiroid
diberikan obat anti tiroid
b. Terapi radioiodine
Merupakan terapi alternatif untuk single toxic adenoma atau toxic
multinodular goiter. Tujuan dari terapi ini adalah untuk
mempertahankan fungsi dari jaringan tiroid normal. Radioiodine juga
digunakan untuk mengurangi volume nodul pada nontoksik
multinodular goiter.
c. Pembedahan
Tujuan pembedahan adalah untuk mengurangi massa fungsional pada
hipertiroid, mengurangi penekanan pada esophagus dan trakhea,
mengurangi ekspansi pada tumor atau keganasan.
Pembedahan tiroidektomi : Tiroidektomi secara umum merupakan
tindakan bedah yang cukup aman. Persiapan praoperasi yang baik akan
mencegah timbulnya komplikasi pada angka yang sangat kecil. Kurang
dari 2-3 persen. Komplikasi terbanyak adalah cedera nervus rekuren
dan hipoparatiroid permanen meskipun hematom pasca tiroidektomi
relatif jarang terjadi komplikasi ini sangat serius dan dapat berakibat
fatal. Insiden hematom pasca tiroidektomi dilaporkan antara 0,1
sampai 1,1 persen.
Sumber : jurnal univ muh malang
8. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang dari kasus di atas
- Pemeriksaan Penunjang (sumber univ muh malang)

Pemeriksaan penunjang penyakit struma meliputi:

a. Pemeriksaan sidik tiroid, pemeriksaan dengan radioisotop untuk


mengetahui ukuran, lokasi dan fungsi tiroid, melalui hasil tangkapan
yodium radioaktif oleh kelenjar tiroid.
b. Pemeriksaan ultraspnografi (USG), mengetahui keadaan nodul kelenjar
tiroid misalnya keadaan padat atau cair, adanya kista, tiroiditis.
c. Biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH) yaitu dengan melakukan aspirasi
menggunakan jarum suntik halus nomor 22-27, sehingga rasa nyeri
dapat dikurangi dan relative lebih aman. Namun demikian kelemahan
dari pemeriksaan ini adalah menghasilkan negative atau positif palsu.
d. Pemeriksaan T3, T4, TSH, untuk mengetahui hiperfungsi atau
hipofungsi kelenjar tiroid atau hipofisis.
e. Termografi, yaitu dengan mengukur suhu kulit pada daerah tertentu,
menggunakan alat yang disebut Dynamic Tele Thermography.
Hasilnya keadaan panas apabila selisih suhu dengan daerah sekitar >
0.9 derajat, dan dingin apabila < 0.9 derajat. Sebagian besar keganasan
tiroid pada suhu panas.
9. Mahasiswa mampu menjelaskan edukasi dan pencegahan dari kasus di atas
- Pencegahan

Pencegahan primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk menghindari diri dari
berbagai faktor resiko. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya struma adalah:

a. Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam hal merubah pola


perilaku makan dan memasyarakatkan pemakaian garam yodium
b. Mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber yodium seperti ikan
laut
c. Mengkonsumsi yodium dengan cara memberikan garam beryodium
setelah dimasak, tidak dianjurkan memberikan garam sebelum
memasak untuk menghindari hilangnya yodium dari makanan
d. Iodisai air minum untuk wilayah tertentu dengan resiko tinggi. Cara ini
memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan dengan garam
karena dapat terjangkau daerah luas dan terpencil. Iodisasi dilakukan
dengan yodida diberikan dalam saluran air dalam pipa, yodida yang
diberikan dalam air yang mengalir, dan penambahan yodida dalam
sediaan air minum.
e. Memberikan kapsul minyak beryodium (lipiodol) pada penduduk di
daerah endemik berat dan endemik sedang. Sasaran pemberiannya
adalah semua pria berusia 0-20 tahun dan wanita 0-35 tahun, termasuk
wanita hamil dan menyusui yang tinggal di daerah endemis berat dan
endemis sedang. Dosis pemberiannya bervariasi sesuai umur dan
kelamin.
f. Memberikan suntikan yodium dalam minyak (lipiodol 40%) diberikan
3 tahun sekali dengan dosis untuk dewasa dan anak-anak di atas 6
tahun 1 cc dan untuk anak kurang dari 6 tahun 0,2-0,8 cc.

Sumber: fk univ udayana

10. Mahasiswa mampu menjelaskan epidemiologi dari kasus di atas


Epidemiologi Goiter
Distribusi dan Frekuensi
a. Orang
Data rekam medis Divisi Ilmu Bedah RSU Dr. Soetomo tahun 2001-
2005 struma nodusa toksik terjadi pada 495 orang diantaranya 60
orang laki-laki (12,12 %) dan 435 orang perempuan (87,8 %) dengan
usia terbanyak yaitu 31-40 tahun 259 orang (52,3 2%), struma
multinodusa toksik yang terjadi pada 1.912 orang diantaranya17 orang
laki-laki (8,9 %) dan 174 perempuan (91,1%) dengan usia yang
terbanyak pada usia 31-40 tahun berjumlah 65 orang (34,03 %).
b. Tempat dan Waktu
Penelitian Ersoy di Jerman pada tahun 2009 dilakukan palpasi atau
pemeriksaan benjolan pada leher dengan meraba leher 1.018 anak
ditemukan 81 anak (8,0%) mengalami struma endemis atau gondok.
Penelitian Tenpeny K.E di Haiti pada tahun 2009 menemukan PR
struma endemis 26,3 % yang dilakukan pemeriksaan pada 1.862 anak
usia 6-12 tahun. Penelitian Arfianty di Kabupaten Madiun tahun 2005
dengan sampel 40 anak yang terdiri dari 20 anak penderita gondok dan
20 anak bukan penderita gondok menunjukan PR GAKY 31,9 % di
Desa Gading (daerah endemik) dan 0,65 % di Desa Mejaya (daerah
non endemik).
Sumber : univ udayana

Anda mungkin juga menyukai