Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelenjar tiroid mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jaringan agar
optimal sehingga mereka berfungsi normal. Hormon tiroid merangsang konsumsi
oksigen pada sebagaian besar sel di tubuh, membantu mengatur metabolisme lemak
dan karbohidrat, dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan normal. Kelenjar
tiroid tidak essensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya menyebabkan perlambatan
perkembangan mental dan fisik, berkurangnya daya tahan terhadap dingin, serta pada
anak-anak timbul retardasi mental dan kecebolan. Sebaliknya, sekresi tiroid yang
berlebihan menyebabkan badan menjadi kurus, gelisah, takikardi, tremor, dan
kelebihan pembentukan panas. Fungsi tiroid diatur oleh hormon perangsang tiroid
(Thyroid stimulating hormon = TSH) dari hipofisis anterior. Sebaliknya, sekresi
hormon tropik ini sebagian diatur oleh umpan balik inhibitorik langsung kadar
hormon tiroid yang tinggi pada hipofisis serta hipotalamus dan sebagian lagi melalui
mekanisme neural yang bekerja melalui hipotalamus. Dengan cara ini, perubahan-
perubahan pada lingkungan internal dan eksternal menyebabkan penyesuaian
kecepatan sekresi tiroid.
Dalam system endokrin terbagi atas dua bagian yaitu system endokrin dan
system eksokrim. System eksokirm merupakan system yang mengeluarkan enzim
pada permukaan tubuh seperti kulit, dan dinding pembuluh darah. System endokrin
membahas tentang system pengeluaran enzim ke dalam organ- organ dalam tubuh
seperti ginjal, hati, pancreas, pembuluh darah, dll. Salah satu penyakit yang
disebabkan oleh system endokrin ini diantaranya adalah hipotiroidisme. Merupakan
salah satu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kelenjar tyroid dalam
menghasilkan hormone T3 ( triodotironin ) dan t4 (tiroksin). Penyakit ini merupakan
salah satu penyakit autoimun yang dapat menyerang pada manusia utamanya pada
laki-laki. Penyakit ini juga salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian
pada stadium lanjut.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Hipotiroid ?
2. Apa klasifikasi Hipotiroid ?
3. Apa etiologi Hipotiroid ?
4. Bagaimana patofisiologi dari Hipotiroid ?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari Hipotiroid ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari Hipotiroid ?
7. Bagaimana komplikasi dari Hipotiroid ?
8. Bagaimana Penatalaksanaan dari Hipotiroid ?
9. Bagaimana pathways Hipotiroid ?
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari Hipotiroid ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari Hipotiroid


2. Untuk mengetahui klasifikasi Hipotiroid
3. Untuk mengetahui etiologi Hipotiroid
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Hipotiroid
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Hipotiroid
6. Untuk mengetahui apasaja pemeriksaan diagnostik dari Hipotiroid
7. Untuk mengetahui komplikasi dari Hipotiroid
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Hipotiroid
9. Untuk mengetahui pathways Hipotiroid
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari Hipotiroid

D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Pembaca dapat menambah wawasan mengenai hipotiroid dan asuhan
keperawatan dari hipotiroid pada ibu hamil terutama untuk mahasiswa
kesehatan.
2. Bagi Masyarakat

3
Menambah wawasan kepada masyarakat terkait hipotiroid pada ibu hamil dan
penanganannya.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Hipotiroid (hiposekresi hormon tiroid) adalah status metabolik yang
diakibatkan oleh kehilangan hormon tiroid (Baradero,2009).
Hipotiroid adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan pada salah
satu tingkat dari aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid, dengan akibat terjadinya defisiensi
hormon tiroid dalam darah, ataupun gangguan respon jaringan terhadap hormon
tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut miksedema.
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi hormon
tiroid yang abnormal rendahnya. Ada banyak kekacauan kekacauan yang berakibat
pada hipotiroid. Kekacauan-kakacauan ini mungkin langsung atau tidak langsung
melibatkan kelenjar tiroid. Karena hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan,
perkembangan dan banyak proses-proses sel, hormon tiroid yang tidak memadai
mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang meluas untuk tubuh.

B. KLASIFIKASI

C. ETIOLOGI
1. Hashimotos Tiroiditis
Adalah penyakit autoimun dimana system imun tubuh secara tidak memadai
menyerang jaringan tiroid. Sebagian kondisi ini diperkirakan mempunyai suatu basis
genetik.

2. Lymphoctic Thiroiditis (yang mungkin terjadi setelah hipertiroid)

Thyiroiditis merujuk pada peradangan kelenjar tiroid. Ketika peradangan


disebabkan suatu tipe tertentu dari sel darah putih yang dikenal sebagai suatu
lymphocyte, kondisinya di rujuk sebagai lymphoctic thiroiditis.

5
3. Kekurangan Hormon Tiroid
Kebutuhan yodium bagi tubuh relatife sangat kecil, namun tetap harus
terpenuhi. Kelenjar gondok (tiroidea) menghasilkan hormon tiroid yang prosesnya
memerlukan unsure yodium. Sealin itu hormon tiroid, kelenjar gondok menghasilkan
hormon pertumbuhan, sebagai pengatur metabolisme protein, lemak dan masih
banyak fungsinya.
Pada ibu hamil jumlah yodium adalah 200 g. dalam keaadan dimana ibu
hamil sudah mengalami gangguan tiroid sebelumnya akibat kekurangan yodium,
maka kehamilan ini berakibat memperberat penyakit gangguan kelenjar tiroid
tersebut.
4. Terapi Radiasi
Radiasi yang digunakan untuk terapi kanker kepala dan leher dapat
mempengeruhi kelenjar tiroid yang dapat menyebabkan hipotiroid.

D. PATOFISIOLOGI
Pada kehamilan dengan hipotiroid, kebutuhan hormon tiroksin akan meningkat
sehingga dapat terjadi hipotiroid. Hal ini mengakibatkan timbulnya mekanisme
umpan balik (feedback mechanism) yang meningkatkan produksi TSH untuk
merangsang pelepasan tiroksin pada kelenjar tiroid. Rangsangan TSH terus-menerus
pada kelenjar tiroid yang tidak mendapat cukup suplai untuk produksi hormon
tiroksin berakibat pada hiperplasia kelenjar tiroid. Akibat berulangnya episode
hiperplasia, involusi dapat terjadi berbagai bentuk degenerasi seperti fibrosis,
nekrosis, kalsifikasi pembentukan kista yang menampakkan diri sebagai struma
nodosa. Penyebab hipotroid primer umumnya meliputi tiroiditis autoimun seperti
tiroiditis Hashimothos, penyebab iatrogenik seperti radiasi atau pembedahan,
hipotiroid kongenital, obat - obatan seperti lithium atau amiodaron, defisiensi yodium,
dan penyakit-penyakit infiltratif. Hipotiroidisme sekunder dapat disebabkan oleh
penyakit hipotalamus atau hipofisa (Sheehan disease).
Hipotiroidisme pada kehamilan berkaitan erat dengan perkembangan otak
janin. Hal ini karena sebelum dilahirkan bayi sangat bergantung pada hormon tiroid
dari ibunya sebelum kelenjar tiroid bayi dapat berfungsi. Karenanya kehamilan
dengan hipotiroid dapat berakibat terjadinya retardasi mental. Pada ibu sendiri,
hipotiroid meningkatkan kerja kelenjar tiroid. Sementara suplai yodium tidak
mencukupi, maka terjadi hiperplasia kelenjar berulang. Akibatnya dapat timbul goiter
6
atau struma nodulus dengan manifestasi berupa benjolan pada daerah leher (gondok).
Manifestasi klinis dari hipotiroidisme seperti metabolisme menurun, obstipasi, lesu,
anoreksia, BB meningkat, dapat berisiko terjadinya abortus, peningkatan tekanan
darah dan prematuritas.

E. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan utama yaitu kurang energi, manifestasinya :
1. Cepat lelah
2. Suara serak
3. Sesak nafas
4. Warna kulit menjadi kekuningan terutama daerah periorbital, kulit rasa kering
5. Rambut rontok
6. Gangguan tidur
7. Lamban bicara
8. Mudah lupa
9. Obstipasi
10. Metabolisme rendah menyebabkan: bradikardia, tak tahan dingin, anoreksia.
11. Psikologis: depresi.
12. Reproduksi: oligomenorea, infertil, aterosklerosis meningkat.
Keadaan klinis yang dapat ditentukan adalah gerakan janin yang jarang yaitu
secara subyektif kurang dari 7 x per 20 menit atau secara obyektif dengan KTG
kurang dari 10 x per 20 menit.
Hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan banyak
proses-proses sel, hormon tiroid yang tidak memadai mempunyai konsekuensi-
konsekuensi yang meluas untuk tubuh.
Penderita hipotiroid jarang terjadi hamil karena biasanya tidak terjadi ovulasi.
Walaupun demikian, seorang cebol (cretin) dan penderita miksoedema dapat menjadi
hamil. Biasanya kehamilan berakhir dengan abortus, sehingga tidak jarang wanita
menderita abortus habitualis. Selain itu kemungkinan cacat bawaan dan cretinismus
janin lebih besar. Diagnosis berdasarkan gejal-gejala klinis seperti pembengkakan
kulit di sekitar mata (non-pitting-oedema), kulit kering, lekas letih, suara serak dan
lidah besar.

7
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK / PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Fisik
Pada umumnya pemeriksaan hipotiroid, umumnya didapatkan benjolan
(goiter). Halhal yang dinilai adalah:
a. Jumlah nodul : soliter atau multiple
b. Konsistensi : lunak, kistik, keras, sangat keras
c. Nyeri pada penekanan : ada/tidak
d. Pembesaran kelnjar getah bening di sekitar tiroid ada/tidak.
e. Didapatkan refleks tendon yang menurun.
Pada pemeriksaan fisik kulit terasa kasar, kering, dan dingin. Suara agak serak,
lidah tebal, tekanan darah agak tinggi, kadang-kadang terdengar ronkhi. Refleks
fisiologis, daya pikir dan bicara agak lambat. Sering dijumpai retensi cairan pada
jaringan longgar. Pada kondisi yang berat dapat timbul hipotermi, hipoventilasi,
bradikardi, amenorea dan depresi.
2. Laboratorium
Diagnosa pasti didapatkan melalui pemeriksaan laboratorium TSHs & T4. Bila
memungkinkan dapat pula dengan T3. Karakteristik pemeriksaan laboratorium pada
hipotiroid adalah :
a. Hipotiroidisme klinis ditandai dengan kadar TSH tinggi dan kadar T4 rendah.
b. Hipotiroidisme subklinis ditandai dengan kadar TSH dan T4 bebas yang tinggi,T3
dalam batas normal.
c. Untuk memastikan apakah ibu hamil mengalami hipotiorid atau tidak maka perlu
dilakukan skrining laboratorium yaitu dengan melakukan pemeriksaan TSHs dan anti
TPO.

G. KOMPLIKASI
Wanita hamil yang menderita hipotiroid berpotensi mengalami komplikasi
pada kandungannya seperti kematian janin dalam kandungan, bayi lahir prematur,
hipertensi pada saat hamil, kerusakan plasenta, dan masalah pada bayi yang
dilahirkannya.
Pada umumnya, bayi dari wanita hipotiroid terlihat sehat tanpa gangguan
fungsi tiroid, namun pada beberapa penelitian diketahui bahwa bayi yang lahir dari
ibu hipotiroid mempunyai risiko kematian setelah kelahiran yang lebih tinggi.

8
Bayi dari ibu hipotiroid juga berisiko tinggi mengalami cacat bawaan,
memiliki berat badan rendah dan berkurangnya fungsi intelektual jangka panjang.

H. PENATALAKSANAAN

Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa
menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga
koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala.
Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa diberikan
secara intravena.
Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu
dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah
hormon tiroid buatan T4. Bentuk yanglain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh
dari kelenjar tiroid hewan).
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis
rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius.
Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini
biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.
Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti
hormon tiroid. Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan saraf
pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.

9
J. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas Klien
Nama, tempat tanggal lahir, umur, agama, pekerjaan, status perkawinan, status
pendidikan.
2. Keluhan Utama
Biasanya ibu hamil datang ke rumah sakit dengan keluhan: cepat lelah, suara
serak, sesak nafas, nyeri dada, gangguan tidur, obstipasi, anoreksia, demam, sakit
kepala, oligomenorea.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Apakah ada keluhan terdapat benjolan di leher depan dan nyeri saat ditekan.
b. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit. Sejak kapan
klien menderita penyakit tersebut. Apakah dulu pernah kena penyakit yang
sama atau tidak, atau penyakit lainnya.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan klien dan keluarga.apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama atau tidak.
d. Riwayat psiko-sosio
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respon
emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien
dalam keluarga. Apakah ada dampak yang timbul pada klien,yaitu timbul
seperti ketakutan akan kecacatan,rasa cemas,rasa ketidak mampuan untuk
melakukan aktifitas secara optimal dan pandangan terhadap dirinya yang
salah.
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik mencakup Inspeksi, Palpasi, Perkusi, dan auskultasi :
a. Sistem integument, seperti : kulit dingin dan panas, pucat , kering, bersisik dan
menebal,pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal, rambut kering, kasar, rambut
rontok dan pertumbuhannya rontok.
b. Sistem pulmonary, seperti : hipoventilasi, pleural efusi, dispenia, RR > 20x/menit,
penggunaan otot bantu nafas

20
c. Sistem kardiovaskular, seperti : bradikardi, disritmia, pembesaran jantung,
toleransi terhadap aktifitas menurun, hipotensi (TD < 100/70 mmHg), distensi vena
jugularis, takikardia.
d. Metabolik, seperti : penurunan metabolisme basal, peningkatan suhu tubuh,
intoleransi terhadap dingin.
e. Sistem musculoskeletal, seperti : nyeri otot, edema ekstremitas, kontraksi dan
relaksasi otot yang melambat.
f. Sistem neurologi, seperti : fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan
terbata-bata, gangguan memori, perhatian kurang, bingung, hilang pendengaran,
penurunan refleks tendon.
g. Gastrointestinal, seperti : anoreksia, peningkatan berat badan, obstipasi, distensi
abdomen, sariawan pada rongga mulut, berat badan turun 20% dari BBI
h. Psikologis dan emosional ; apatis, igitasi, depresi, paranoid, menarik diri/kurang
percaya diri, dan bahkan maniak.

Analisa Data
Symptom Etiologi Problem
DS: Penekanan Produksi Ketidakefektifan Pola
Pasien mengeluh sesak Hormone Tiroid Nafas
nafas, cepat lelah, suara
serak dan nyeri dada. TSH Merangsang Kelenjar
DO: Tiroid Untuk Mensekresi
- Pasien tampak sesak
(dispnea) Kelenjar Tiroid Membesar
- Pasien tampak
menggunakan nafas Menekan Struktur Di
cuping hidung dan bahu Leher
- RR: > 20x/menit
Gangguan Respirasi

Depresi Ventilasi

Ketidakefektifan Pola

21
Nafas

DS: Penekanan Produksi Penurunan Curah Jantung


Pasien mengeluk sesak Hormone Tiroid
nafas, cepat lelah, dan
sedikit darah haid Bradikardi
(oligomenorea)
DO: Penurunan Volume
- Pasien tampak dispnea Sekuncup
dan letih
- Pasien tampak edema Penurunan Curah Jantung
pada ekstremitas
- Bradikardi (N <
60x/menit)
- Hipotensi (TD < 100/70
mmHg)
- Distensi vena jugularis.

22
DS: Penekanan Produksi Konstipasi
Pasien mengatakan Hormon Tiroid
fesesnya keras dan pasien
juga mengeluh nyeri pada Laju BMR Lambat
bagian perut.
DO: Akloridia
- Fesesnya tampak keras
- Palpasi: nyeri tekan pada Penurunan Motilitas Usus
daerah abdomen
Penurunan Fungsi GI

Konstipasi

DS: Penekanan Produksi Ketidakseimbangan


Pasien mengatakan tidak Hormon Tiroid Nutrisi: Kurang dari
ada nafsu makan Kebutuhan Tubuh
(anoreksia), cepat lelah, Laju BMR Lambat
nyeri abdomen.
DO: Nutrisi Tubuh Kurang
- Kulit teraba dingin dan
terlihat pucat Ketidakseimbangan
- Palpasi: nyeri tekan pada Nutrisi: Kurang dari
abdomen Kebutuhan Tubuh
- Tampak sariawan pada
rongga mulut pasien
- Berat badan pasien turun
20% dari BBI

23
DS: Penekanan Produksi Hipertermi
Pasien mengeluh cepat Hormon Tiroid
lelah, demam, dan sakit
kepala Laju BMR Lambat
DO:
- Palpasi: tubuh pasien Nutrisi Tubuh Kurang
teraba panas
- Takikardi Merangsang Hipotalamus
- Kulit tampak kering,
bersisik dan menebal Suhu Tubuh Meningkat
- Kuku tampak menebal
- Rambut tampak kering, Hipertermi
kasar, dan rontok
- Suhu 380C/axilla

DS: Penekanan Produksi Intoleransi Aktivitas


Pasien mengeluh sesak Hormon Tiroid
nafas, cepat lelah, nyeri
dada, sakit kepala dan Laju BMR Lambat
nyeri otot.
DO: Nutrisi Tubuh Kurang
- Pasien tampak letih/lelah
- Bradikardia Energi Tidak Terbentuk
- Pasien tampak pucat
- Palpasi: Nyeri tekan pada Kelemahan
otot betis
- RR > 20x/menit Intoleransi Aktivitas

24
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan depresi ventilasi.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan volume sekuncup akibat
brakikardi.
3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal (peristaltik).
4. Ketidakseimbangan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan laju BMR
lambat.
5. Hipertermi berhubungan dengan kekurangan nutrisi dan cairan dalam tubuh.
6. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.

N Diagnosa Perencanaan keperawatan


O keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1. Ketidakefektifan Tujuan: Setelah dilakukan 1. Observasi frekuensi;
pola nafas tindakan keperawatan kedalaman, pola
berhubungan 1x24 jam, diharapkan pola pernapasan; oksimetri
dengan depresi nafas pasien efektif. denyut nadi.
ventilasi. Kriteria Hasil: Rasional :
Tidak sesak nafas Mengidentifikasi hasil
(dispneu) pemeriksaan dasar untuk
Pernafasan normal memantau perubahan
(RR: 12-20 selanjutnya dan
x/menit) mengevaluasi efektifitas
Tidak ada bunyi intervensi.
nafas tambahan 2. Pelihara saluran napas
misalnya wheezing pasien dengan melakukan
pengisapan dan dukungan
ventilasi jika diperlukan.
Rasional : Penggunaan
saluran napas artifisial dan
dukungan ventilasi
mungkin diperlukan jika
terjadi depresi pernapasan.
3. Dorong dan ajarkan pasien
untuk napas dalam dan

25
batuk.
Rasional : Mencegah
aktifitas dan meningkatkan
pernapasan yang adekuat.
4. Berikan obat (hipnotik dan
sedatip) dengan hati-hati.
Rasional : Pasien
hipotiroidisme sangat
rentan terhadap gangguan
pernapasan akibat
gangguan obat golongan
hipnotik-sedatif.

2. Penurunan curah Tujuan: Setelah dilakukan 1. Catat warna kulit dan kaji
jantung tindakan keperawatan kualitas nadi.
berhubungan 1x24 jam, diharapkan Rasinal : Sirkulasi perifer
dengan volume curah jantung pasien turun jika curah jantung
sekuncup akibat maksimal. turun. Membuat kulit pucat
brakikardi. Kriteria Hasil: atau warna abu-abu dan
Tidak ada menurunnya kekuatan nadi.
gangguan irama 2. Auskultasi suara nafas dan
jantung Catat.
Tanda-tanda vital Rasional : S3,S4 dan
normal (RR: 12-20 creackles terjadi karena
x/menit, N: 60-100 dekompensasi jantung atau
x/menit, TD: beberapa obat(penyekat
120/90x/menit, S: beta).
36,5-37,5 0C) 3. Dampingi pasien pada saat
melakukan aktivitas.
Rasional : Penghematan

26
energy membantu
menurunkan beban jantung.
4. Lakukan pengukuran
tekanan darah (bandingkan
kedua lengan pada posisi
berdiri, duduk dan tiduran
jika memungkinkan).
Rasional : Takikardi dapat
terjadi karena nyeri, cemas,
hipoksemia dan
menurunnya curah jantung.
Perubahan juga terjadi pada
TD(hipo/hiper) karena
respon jantung.
5. Kolaborasi dalam:
pemeriksaan serial ECG,
foto thorax, pemberian
obat-obatan anti disritmia.
Rasional : Untuk hasil
penunjang dan pengobatan
lebih lanjut

3. Intoleransi Setelah dilakukan asuhan


aktivitas keperawatan selama 3 x 24 1. Bantu klien untuk
berhubungan jam diharapkan dari pasien mengidentifikasi aktivitas
dengan kelemahan optimal sesuai tingkat yang mampu dilakukan.
umum. toleransi individu dengan 2. Bantu untuk memilih
kriteria hasil kebutuhan aktivitas konsisten yang
sehari-hari pasien dapat sesuai dengan kemampuan

27
terpenuhi secara mandiri, fisik, psikologi dan sosial.
tanda-tanda vital normal. 3. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan.
4. Monitor respon fisik, emosi,
social dan spiritual.

4. Kerusakan Setelah dilakukan asuhan 1. Anjurkan pasien untuk


integritas kulit keperawatan selama 3x24 menggunakan pakaian yang
berhubungan jam diharapkan integritas longgar.
dengan pruritas. jaringan membaik dengan 2. Jaga kebersihan kulit agar
kriteria hasil integritas tetap bersih dan kering.
kulit yang baik bisa 3. Mobilisasi pasien (ubah
dipertahankan (sensasi, posisi pasien setiap dua jam
elastisitas, temperatur, sekali).
hidrasi, pigmentasi), tidak 4. Monitor kulit akan adanya
ada luka/lesi pada kulit, kemerahan.

perfusi jaringan baik,


menunjukkan pemahaman
dalam proses perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya cedera berulang.

5. Resiko pendarahan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor ketat tanda-tanda


berhubungan keperawatan selama 3x24 pendarahan.
dengan gangguan jam diharapkan pasien 2. Catat nilai Hb dan HT
fungsi hati atau tidak lagi mengalami sebelum dan sesudah
gangguan kehilangan darah dengan terjadinya pendarahan.
metabolisme kriteria hasil tidak ada 3. Monitor TTV ortostastik.
protein. hematuria dan 4. Kolaborasi dalam
hematemesis, kehilangan pemberian produk darah
darah yang terlihat, (platelet atau fresh frozen
tekanan darah dalam batas plasma).
normal sistole dan 5. Anjurkan pasien untuk

28
diastole, hemoglobin dan meningkatkan intake
hematokrit dalam batas makanan yang banyak
normal. mengandung vitamik K.

6. Resiko Setelah dilakukan asuhan 1. Pertahankan catatn intake


ketidakseimbangan keperawatan selama 3x24 dan output yang akurat.
elektrolit jam diharapkan 2. Monitor status hidrasi
berhubungan keseimbangan cairan (kelembapan, membran
dengan diare. pasien meningkat, status mukosa, nadi adekuat,
nutrisi membaik dengan tekanan darah ortostastik),
kriteria hasil jika diperlukan.
mempertahankan urine 3. Monitor vital sign.
output sesuai dengan usia 4. Monitor masukan
dan BB, Bj urine normal, mkanan/cairan dan hitung
HT normal, tidak ada intake kalorri harian.
tanda-tanda dehidrasi, 5. Kolaborasikan pemberian
elastisitas turgor kulit baik, IV.
membran mukosa lembab,
tidak ada rasa haus yang
berlebihan.
7. Gangguan citra Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji secara verbal dan non
tubuh berhubungan keperawatan secara verbal respon klien terhadap
dengan perubahan berkelanjutan diharapkan tubuhnya.
warna kulit. kepercayaan diri pasien 2. Monitor frekuensi
meningkat dengan kriteria mengkritik dirinya.
hasil body image positif, 3. Jelaskan tentang
mampu mengidentifikasi pengobatan, perawatan,
kekuatan personal, kemajuan dan prognosis
mendiskripsikan secara penyakit.
faktual perubahan fungsi 4. Dorong klien
tubuh, mempertahankan mengungkapkan
interaksi sosial. perasaannya.

29
8. Kelebihan volume Setelah dilakukan asuhan 1. Pertahankan catatan intake
cairan keperawatan selama 3x24 dan output yang akurat.
berhubungan jam diharapkan dalam 2. Monitor hasil Hb yang
dengan asites dan tubuh pasien terjadi sesuai dengan retensi cairan
edema perifer. adanya keseimbanngan (BUN, Hmt, osmolalitas
elektrolit dan asam basa di urin).
dalam tubuh dengan 3. Monitor status
kriteria hasil terbebas dari hemodinamik termasuk
edema, efusi dan anaskara, CVP, MAP, PAP, dan
bunyi nafas bersih, tidak PCWP.
ada dyspneu/ortopneu, 4. Monitor Vital Sign.
terbebas dari distensi vena 5. Monitor indikasi
jugularis, reflek retensi/kelebihan cairan
hepatojugular (+). (cracles, CVP, edema,
distensi vena leber, asites).
6. Kaji lokasi dan luas edema.
9. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri
dengan inflamasi keperawatan selama 3x24 secara komprehensif
akut. jam diharapkan tingkat termasuk lokasi,
nyeri yang dirasakan karakteristik, durasi,
pasien berkurang dan frekuensi, kulitas dan faktor
pasien menjadi lebih presipitasi.
nyaman dengan kriteria 2. Obsevarsi reaksi non verbal
hasil mampu mengontrol dari ketidaknyamanan.
nyeri (tahu penyebab 3. Kaji kultur yang
nyeri, mampu mempengaruhi respon
menggunakan tehnik nyeri.
nonfarmakologi untuk 4. Kontrol lingkungan yang
mengurangi nyeri, mencari dapat mempengaruhi nyeri
bantuan), melaporkan seperti suhu ruangan,
bahwa nyeri berkurang pencahayaan dan
dengan menggunakan kebisingan.
manajemen nyeri,

30
menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang.

10. Resiko gangguan Setelah dilakukan asuhan 1. Beritahukan pengetahuan


fungsi hati keperawatan selama 5x24 tentang proses penyakit.
berhubungan jam diharapkan fungsi hati 2. Identifikasi kemungkinan
dengan fungsi hati membaik dengan kriteria penyebab.
terganggu. hasil terjadi keseimbangan 3. Berikan medikasi dan terapi
elektrolit dan asam basa untuk proses penyakit yang
dalam tubuh, adanya mendasari, untuk
respon terhadap menurunkan resiko
pengobatan, adanya gangguan fungsi hati.
pengendalian resiko 4. Identifikasi perubahan
terhadap penyakit. kondisi fisik paien.
11. Ansietas Setelah dilakukan asuhan 1. Gunakan pendekatan yang
berhubungan keperawatan selama 5x24 menenangkan.
dengan, respon jam diharapkan 2. Pahami prespektif pasien
psikologis : cemas, kepercayaan diri pasien terhadap situasi stress.
perubahan status meningkat dengan adanya 3. Temani untuk memberikan
kesehatan kontrol terhadap keamanan dan mengurangi
kecemasan yang dialami takut.
pasien dengan kriteria 4. Identifikasi tingkat
hasil kliem mampu kecemasan.
mengindentifikasi dan 5. Bantu pasien mengenal
mengungkapkan gejala situasi yang menimbulkan
rasa cemas, kecemasan.
mengidentifikasi, 6. Dorong pasien untuk
mengungkapkan dan mengungkapkan perasaan,
menunjukkan tehnik untuk ketakutan, persepsi.
mengontrol cemas, vital 7. Instruksikan pasien
sign dalam batas normal, menggunakan tehnik

31
postur tubuh, ekspresi relaksasi.
wajah , bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya kecemasan.

32
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipotiroid (hiposekresi hormon tiroid) adalah status metabolik yang diakibatkan oleh
kehilangan hormon tiroid (Baradero,2009).
Hipotiroid adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan pada salah satu
tingkat dari aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid, dengan akibat terjadinya defisiensi
hormon tiroid dalam darah, ataupun gangguan respon jaringan terhadap hormon tiroid.
Hipotiroid yang sangat berat disebut miksedema.Hipotiroid adalah suatu kondisi yang
dikarakteristikan oleh produksi hormon tiroid yang abnormal rendahnya. Ada banyak
kekacauan kekacauan yang berakibat pada hipotiroid. Kekacauan-kakacauan ini
mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan kelenjar tiroid. Karena hormon tiroid
mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan banyak proses-proses sel, hormon tiroid
yang tidak memadai mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang meluas untuk tubuh.

B. Saran
Kekurangan yodium pada ibu hamil merupakan salah satu penyebab terjadinya
hipotiroid. Untuk itu, bagi ibu hamil harus bisa memenuhi atau memaksimalkan yodium
agar tidak terjadi hipotiroid karena hipotiroid pada ibu hamil dapat berdampak pada janin
yaitu lahir dengan kecacatan.

33
DAFTAR PUSTAKA

Baradero.2009. Askep Hipotiroid Pada Ibu Hamil.Jilid 4 Edisi 3. Jakarta: Departemen IPD
FK UI
Molina, Patricia E. 2010. Endocrine Physiology. Edisi ke-3. USA. Mc Graw Hill Medical.
Norwitz Errol R & Schorge John O. 2008. At a Glance Obstetri dan Ginekologi. Edisi ke-2.
Jakarta: Erlangga
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6.
Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C.2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth.
Edisi 8. Jakarta: EGC
Stein, Jay H. 2001. Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jakarta: EGC
Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. IPD Jilid 3 Edisi 4. Jakarta: Departemen IPD FK UI

34

Anda mungkin juga menyukai