Anda di halaman 1dari 44

Diagnosis Kegawatdaruratan

Maternal
Pandu H. Habibie
Latar Belakang

 Sekitar 295.000 wanita meninggal selama kehamilan dan persalinan


pada tahun 2017 (810 kematian ibu setiap hari)
 Sebagian besar kematian ini (94%) terjadi di tempat dengan sumber
daya rendah, dan sebagian besar kematian semestinya dapat dicegah
 Komplikasi utama yang menyebabkan hampir 75% dari semua
kematian ibu adalah : (1) perdarahan setelah melahirkan, (2) infeksi,
(3) tekanan darah tinggi selama kehamilan (pre-eklampsia dan
eklamsia),
(4) komplikasi dari persalinan, (5) aborsi yang tidak aman.

(WHO, 2021)
Indonesia : 177

(UNICEF,
2021)
(WHO, 2021)
Penyebab Kematian Maternal secara global

(UNICEF,
(Say et al.,
2014)
(CDC, 2021)
Kondisi Jawa Timur (2018)
 522 kematian ibu dari 570.819 kelahiran hidup (AKI 91,44)
 89% kematian ibu terjadi di RS
 54,4% kematian terjadi pada masa nifas, 20% terjadi pada masa persalinan

Penyebab Kematian

29% 30% preeklampsia/eklampsia


perdarahan penyakit
jantung infeksi
lain2
5%
11% 25%

(Mahmood MA, et al., 2021)


Definisi
• Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara
tiba- tiba, seringkali merupakan kejadian yang berbahaya (Dorlan,
2011)
• Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam
jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan
dan kelahiran. Terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan dalam
kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya
(Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, 1999)
• Penderita atau pasien gawat darurat adalah pasien yang perlu
pertolongan tepat, cermat, dan cepat untuk mencegah
kematian/kecacatan. Ukuran keberhasilan dari pertolongan ini
adalah waktu tanggap (response time) dari penolong
• Cara mencegah terjadinya kegawatdaruratan adalah dengan
melakukan perencanaan yang baik, mengikuti panduan yang baik
dan melakukan pemantauan yang terus menerus terhadap
pasien
Pengkajian awal kasus kegawatdaruratan
kebidanan secara cepat
1. Jalan nafas dan pernafasan
Perhatikan adanya cyanosis, gawat nafas, lakukan pemeriksaan pada kulit: adakah pucat, suara
paru: adakah weezhing, sirkulasi tanda tanda syok, kaji kulit (dingin), nadi (cepat >110 kali/menit
dan lemah), tekanan daarah (rendah, sistolik < 90 mmHg)
2. Perdarahan pervaginam
Bila ada perdarahan pervaginam, tanyakan :
Apakah ibu sedang hamil, usia kehamilan, riwayat persalinan sebelumnya dan sekarang,
bagaimana proses kelahiran placenta, kaji kondisi vulva (jumlah darah yang keluar, placenta
tertahan), uterus (adakah atonia uteri), dan kondisi kandung kemih (apakah penuh).
3. Klien tidak sadar/kejang
Tanyakan pada keluarga, apakah ibu sedang hamil, usia kehamilan, periksa: tekanan darah (tinggi,
diastolic > 90 mmHg), temperatur (lebih dari 38C)
Pengkajian awal kasus kegawatdaruratan
kebidanan secara cepat
4. Demam yang berbahaya
Tanyakan apakah ibu lemah, lethargie, sering nyeri saat berkemih. Periksa temperatur (lebih dari
39oC), tingkat kesadaran, kaku kuduk, paru paru (pernafasan dangkal), abdomen (tegang),
vulva (keluar cairan purulen), payudara bengkak.
5. Nyeri abdomen
Tanyakan Apakah ibu sedang hamil dan usia kehamilan. Periksa tekanan darah (rendah, systolic <
90 mmHg), nadi (cepat, lebih dari 110 kali/ menit) temperatur (lebih dari 38oC), uterus (status
kehamilan).
6. Perhatikan tanda-tanda berikut :
Keluaran darah, adanya kontraksi uterus, pucat, lemah, pusing, sakit kepala, pandangan kabur, pecah
ketuban, demam dan gawat nafas.
Perdarahan Post Partum
4 T (Tone, Trauma, Tissue, Thrombin)
1. Tone – Atonia uteri (70%)
2. Trauma – Laserasi serviks, vagina, dan
perineum. Laserasi luas (extended pada
operasi SC, ruptur uteri, hematoma
luas (20%)
3. Tissue – Sisa konsepsi, sisa
plasenta, plasenta akreta (10%)
4. Thrombin – Kelainan koagulasi
(<1%)
Perdarahan Post Partum – Faktor
Risiko
Monitoring Kala 4
Perdarahan Post Partum – ACOG
(4R)

(ACOG, 2020)
Preeklampsia – Faktor
Risiko
Overweight (BMI 25-29,9) RR 1,70
Usia > 40 tahun RR 1,96
Obesitas (BMI > 30) RR 2,70
Riwayat keluarga preeklampsia RR 2,90
Nullipara RR 2,91
Kehamilan kembar RR 2,93
Riwayat diabetes RR 3,56
Riwayat preeklampsia RR 7,19
Antibodi antifosfolipid RR 9,72
Riwayat ISK 6,7 %
Donor sperma 18,2 %
Transfer embrio 33,0 %
(Carty, 2011; Lowe et al., 2014; Martinez-Varea et al., 2014)
Preeklampsia – Pemeriksaan
Fisik

(Vollaard et al.,
Preeklampsi
a

(Dashe et al.,
Preeklampsia – Pemeriksaan
Fisik- Edema tungkai
- Sesak – edema paru
- Nyeri epigastrium – teregangnya kapsula Glisson
(sindrom HELLP)
- Nyeri kepala dan atau skotomata (mata kabur)
- Kebutaan karena retinopati
- Oliguria s/d anuria ok AKI
- Edema serebral general – kejang s/d koma

(Dashe et al.,
2018)
Sepsis Puerperium
• Sepsis memberikan kontribusi 10% penyebab langsung dari semua
kematian ibu
• Sebagian besar ibu dengan sepsis (93%) diperiksa oleh tenaga kesehatan
sebelum meninggal
• Pelayanan di bawah standar yang diberikan oleh dokter spesialis obstetri
merupakan hal penting yang bisa dihindari dan memberikan kontribusi
38% dari kematian ibu karena sepsis

(Kementerian Kesehatan,
2016)
Sepsis Puerperium
Sepsis puerperium didefinisikan sebagai infeksi saluran genital yang terjadi
setelah pecah ketuban atau mulas persalinan hingga 42 hari setelah
persalinan atau aborsi
Selain demam, salah satu dari gejala berikut ini mungkin terjadi :
• Nyeri panggul dan ngilu
• Cairan per vaginam yang abnormal
• Cairan berbau tidak normal atau busuk
• Terhambatnya involusi uterus
Demam didefinisikan sebagai suhu oral > 38 C yang diukur pada dua waktu
di luar 24 jam pasca persalinan, atau suhu > 38,5 C pada saat apapun.
Sepsis Puerperium
Faktor Risiko
Pada masa Antenatal, anemia, uremia, hiperglikemia tidak terkendali,
perawatan dengan obat yang mengakibatkan imunosupresi
dan/atau imunokompromi

Pada masa Intranatal, berisiko terjadinya sepsis apabila:


• Penatalaksanaan persalinan atau kelahiran yang tidak higienis
• Ketuban pecah dini
• Partus lama
• Persalinan dengan operasi
• Pengeluaran plasenta secara manual
• Robekan pada vagina
(Zhang et al.,
2010)
Diagnosis Partus Lama

(Kementerian Kesehatan,
2016)
Penyakit Jantung Pada Kehamilan
Di Indonesia, angka kematian ibu akibat penyakit jantung dalam
kehamilan berkisar antara 1 –2%. Penyakit jantung rematik
merupakan jenis penyakit jantung terbanyak, dan lebih dari 90%
biasanya dengan kelainan katup mitral (stenosis katup mitral),
disusul penyakit jantung kongenital dan penyakit otot jantung

(Anwar TB,
2005)
Anamnesis
Pada pasien dengan penyakit jantung yang telah terdiagnosis
sebelum kehamilannya, harus dicari data mengenai: usia saat
diagnosis, gejala dan komplikasi yang ada sebelumnya,
prosedur diagnostik sebelumnya, riwayat pengobatan dan
operasi sebelumnya, derajat kesembuhan, dan gejala sisa

Pada pasien tanpa riwayat penyakit jantung sebelumnya, ditanyakan


mengenai riwayat demam rematik atau penyakit lainnya yang
berhubungan dengan penyakit jantung. Perlu ditanyakan juga
mengenai tanda dan gejala penyakit jantung seperti sianosis pada
waktu lahir atau waktu aktivitas, gangguan irama jantung, dispneu
pada saat istirahat atau aktifitas, batuk lama, riwayat keluarga
dengan penyakit jantung
Pemeriksaan Fisik
• Berat badan dan tinggi badan
• Kelainan pada wajah, jari-jari dan tubuh yang menunjukkan
kelainan kongenital
• Perubahan pada kulit seperti sianosis, pucat, angioma, xantelasma,
dan xanthoma
• Tekanan darah diukur dengan cuff yang sesuai. Denyut nadi radial
harus dinilai dengan cermat
• Inspeksi pada kepala dan wajah pengukuran JVP dan penilaian
denyut karotid dan kelenjar thyroid.
• Inspeksi dan palpasi pada dada untuk mencari adanya kelainan
bentuk dinding toraks seperti pectus excavatum, precordial bulging,
denyut apeks kordis, thrill
• Pada auskultasi perlu dinilai bunyi jantung I, II, III, IV, murmur
jantung, opening snap, gallop dsb.
Waspada bila :
ditemukan adanya satu diantara gejala-gejala berikut :
1. Bising diastolik, presistolik, atau bising jantung terus-menerus
2. Bising jantung yang nyaring, terutama bila disertai thrill
3. Pembesaran jantung yang jelas pada gambaran foto toraks
4. Aritmia yang berat. Kadang-kadang penyakit jantung dalam
kehamilan baru diketahui kalau sudah terjadi gagal jantung
seperti adanya sesak nafas, sianosis, edema atau ascites.

(Sundariyati,
2017)
Sistem Peringatan Dini Maternal
• Morbiditas dan mortalitas ibu yang utama dapat dicegah dalam banyak kasus
• Penggunaan sistem peringatan dini maternal yang memperingatkan penyedia
layanan tentang potensi penyakit kritis yang akan datang dapat
meningkatkan keselamatan ibu
• Sistem peringatan dini utama meliputi: (1) the Modified Early Obstetric Warning
System (MEOWS) yang diusulkan oleh UK Saving Mothers’ Lives report (2)
Maternal Early Warning Criteria (MERC) yang diusulkan oleh National Partnership
for Maternal Safety dan (3) Maternal Early Warning Trigger (MEWT) yang
digunakan dalam Dignity Health System dan di rumah sakit lain di Amerika
Serikat.

(Friedman, 2018)
Perbedaan Sistem Peringatan Dini Maternal

(Friedman, 2018)
(Shields et al., 2016)
sensitivity for ICU admission was 96.9%, specificity was
99.9%, positive predictive value of 12.0%, and negative
predictive value of 99.99%
(Shields et al., 2016)
MEOW
S
(CDC, 2021)
 MEOWS ditemukan memiliki sensitivitas 86,4%, spesifisitas 85,2%, dan
memiliki nilai prediksi positif dan negatif masing-masing 53,87% dan
96,9% untuk memprediksi morbiditas obstetrik.

(Singh et al., 2016)


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai