Anda di halaman 1dari 19

Agnesia

Nainggolan
Ervina Kuhuparuw
Resty Octaviany
Partus Lama merupakan salah satu dari beberapa
penyebab kematian ibu dan bayi baru lahir. Secara
keseluruhan, 60 persen wanita yang menjalani
persalinan sulit mengatakan bahwa pengalaman
tersebut akan meninggalkan kesan pada mereka
sepanjang hidupnya. Persalinan yang lama biasa
terjadi terutama pada wanita yang baru menjalani
persalinan anak pertama.
Persalinan lama adalah suatu keadaan tidak
adanya kemajuan dari suatu persalinan,
mengalami kemacetan dan berlangsung lama
sehingga timbul komplikasi ibu maupun bayi.
Partus lama : partus yang melebihi batas
waktu partus normal

Fase laten lebih dari 8 jam
Persalinan  telah  berlangsung 12 jam 
atau lebih  bayi belum  lahir
Dilatasi serviks dikanan garis waspada pada 
persalinan  fase aktif
Tidak adanya kemajuan dalam persalinan
yang menyebabkan partus lama dapat
dilihat pada saat
Fase Laten dan Fase Aktif
1. Fase laten memanjang
Ø servik ≤ 4cm setelah 8 jam dengan kontraksi teratur ≥ 2 kali 10‘

2. Fase aktif memanjang


 ø ≤ 1 cm/ jam selama sekurang-kurangnya 2 jam setelah
kemajuan persalinan
 ≤ 1,2 cm/jam (primigravida) dan ≤ 1,5 cm/jam (multigravida)
 ≥ 12 jam sejak ø 4 cm hingga ø lengkap
Faktor- faktor penyebab
partus lama antara lain:
1.Power
 Kelainan His
 Kekuatan mengejan kurang
2.kuat
Passagge
 Kelainan-kelainan panggul
 CPD (Cepalo Pelvik
Disproportion)
3. Passanger
Kelainan Letak janin
• Posisi Oksipitalis Posterior Persisten.
• Presentasi Belakang Kepala Oksiput Melintang
• Presentasi Puncak Kepala
• Presentasi Dahi
• Presentasi Muka
• Presentasi Rangkap/ganda
• Letak Sungsang
• Letak Lintang
• Kehamilan Ganda
• Janin besar atau ada kelainan kongenital
Pada ibu
 Gelisah
 Letih
 Suhu tubuh ↑
 Berkeringat
 Nadi cepat
 Pernafasan cepat
 Didaerah sering dijumpai bandle ring,
oedema vulva, oedema serviks, cairan
ketuban berbau terdapat mekoneum
Pada Janin
 DJJ cepat, hebat, tidak teratur bahkan
negative
 Air ketuban terdapat mekoneum kental
kehijau-hijauan, cairan berbau
 Caput succedenium yang besar
 Moulage kepala yang hebat
 Kematian janin dalam kandungan
 Kematian janin intrapartal
Terhadap Janin Terhadap Ibu
• Trauma • Penurunan semangat
• Asidosis • Kelelahan
• Kerusakan Hipoksik • Dehidrasi
• Infeksi • Asidosis
• Peningkatan mortalitas dan morbiditas • Infeksi
perintal • Resiko ruptur uterus
Tanda dan Gejala Diagnosis
Pembukaan serviks tidak melewati 4 Fase Laten
cm sesudah 8 jam in partu dengan memanjang
his yang teratur

Pembukaan, serviks melewati kanan Fase aktif memanjang


garis waspada partograf

•Frekuensi his kurang dari 3 his per • Inersia uteri


10 menit dan lamanya kurang dari
40 detik
• Disporposi
•Pembukaan serviks dan turunnya sefalopervik
bagian janin yang dipresentasi tidak
maju, sedangkan his baik
• Pembukaan serviks dan • Obstruksi kepala
turunnya bagian janin
yang dipresentasikan
tidak maju dengan kaput,
terdapat moulase hebat,
edema seviks, tanda
ruptura uteri imminens, • Malpresentasi atau
gawat janin malposisi
• Kelainan presentasi
Pembukaan serviks
(selain verteks lengkap, Kala II lama
dengan
ibuoksiput
ingin mengejan,
anterior) tetapi
tidak ada kemajuan
penurunan
Pengelolaan Umum

 Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin


(termasuk tanda vital dan hidrasinya)
 Kaji kembali partograf, nilai , frekuensi dan lamanya his.
 Perbaiki KU dengan dukungan emosi, perubahan posisi,
berikan cairan dan upayakan BAK
Pengelolaan Khusus
 Fase laten memanjang
Apabila ibu berada dalam fase laten lebih dari 8 jam dan tak ada kemajuan,
lakukan pemeriksaan dengan jalan melakukan pemeriksaan serviks.  :

a.Bila didapat perubahan dalam penipisan dan Ø serviks, lakukan drip


oksitosin dengan 5U dalam 500 cc dekstrose (NaCl) mulai dengan 8 tetes
per menit, setiap 30 menit ditambah 4 tetes sampai his adekuat (max 40
tetes/menit) atau berikan preprat prostaglandin, lakukan penilaian  ulang
tiap 4 jam. Bila ibu tidak masuk fase aktif setelah dilakukan pemberian
oksitosin, lakukan secsio sesarea.
b. Bila tidak ada perubahan dalam penapisan dan Ø serviks serta tak didapat
tanda gawat janin, kaji ulang diagnosisnya kemungkinan ibu belum dalam
keadaan inpartu.

c. Bila didapatkan tanda adanya amnionitis,  berikan induksi dengan oksitosin


5U dan 500 cc dekstrose (NaCl) mulai dengan 8 tetes permenit, setiap 15
menit ditambah 4 tetes sampai adekuat (max 40 tetes/menit) atau berikan
preprat prostaglandin, serta obati infeksi dengan ampisilin 2 gr IV sebagai
dosis awal dan 1 gr IV setiap 6 jam dan gentamicin 2x80 mg.
 
Fase aktif memanjang
Bila tidak didapatkan tanda adanya CPD (chepalo Pelvic
Disporportion) atau adanya obstruksi :
a.Berikan berikan penanganan umum yang kemungkinan akan
memperbaiki kontraksi dan mempercepat kemajuan persalinan
b.Bila ketuban intak, pecahkan ketuban. Bila kecepatan pembukaan
serviks pada waktu fase aktif ≤ 1 cm/jam, lakukan penilaian kontraksi
uterusnya.
 Kala II memanjang
Upaya mengejan ibu menambah resiko pada bayi
karena mengurangi jumlah oksigen ke plasenta, maka
dari itu sebaiknya dianjurkan mengedan secara
spontan, mengedan dan menahan nafas yang terlalu
lama tidak dianjurkan. Perhatikan DJJ bradikardi yang
lama mungkin terjadi akibat lilitan tali pusat. Dalam hal
ini lakukan ekstraksi vakum / forcep bila syarat
memenuhi.

Anda mungkin juga menyukai