Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

CERVIX CANCER
ALI AKBAR MECCA ZENNA AL-KAUTSAR
GANANG SURYANSA AGUSALIM MEUTIA LIESKA URFAH
IQBAL MUSYAFFA RAUDHA KASMIR
MIFTAHURRAHMI RESTU KANIA MADANI
TAMARA RAMADHAN SUHARTO SURYANTIO JIWANDONO
Pembimbing :
dr. Rafiyandi, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RSUD DRADJAT PRAWIRANEGARA - SERANG
PERIODE 10 AGUSTUS 2020 – 3 OKTOBER 2020
DEFINISI

Kanker serviks adalah keganasan penyebab tersering kematian yang


disebabkan oleh virus HPV (Human Papilloma Virus). Menurut
International Agency For Research On Cancer (IARC) pada tahun
2012, Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah salah satu
penyakit keganasan atau neoplasma yang terjadi di daerah leher
rahim atau mulut rahim yang merupakan bagian terendah dari
Rahim yang menonjol.
E 1. Human Papilloma Virus (HPV)

T 2. Riwayat Hubungan Seksual


I
O 3. Riwayat Ginekologis

L 4. Dietilstilbesterol (DES) Hubungan antara clear cell adenocarcinoma


O serviks dan paparan DES inutero

G 5. Virus Herpes Simpleks tipe 2 (HPV-2)

I
6. Merokok, Diet, dan Lifestyle
EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan Interntional Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui bahwa
penyebab kematian tertinggi setelah kanker payudara adalah kanker serviks yang
merupakan kanker ginekologi penyumbang penyebab kematian tertinggi pada wanita.

Fakta lain di ungkap bahwa penderita kanker serviks di dunia semakin meningkat dari
tahun ketahui dengan angka mencapai lebih dari 460.000 kasus dan 230.000 perempuan
meninggal dunia karena penyakit tersebut.

Kanker serviks di Indonesia merupakan kanker yang paling umum terjadi dengan tingkat
kejadian 23,4 per 100.000 penduduk dengan kematian 13,9per 100.000 penduduk.
Kondisi ini membuat kanker serviks disebut sebagai penyakit pembunuh wanita nomor
satu di Indonesia.
PATOFISIOLOGI

Perkembangan
dimulai kanker
dari Neoplasia
invasif berawal
Intraepitel dari 1,
Serviks (NIS)
terjadinya lesi 3neoplastik
NIS 2, NIS atau
pada lapisanin
karsinoma epitel serviks
situ (KIS).

Selanjutnya setelah
menembus membrana
basalis akan berkembang
menjadi karsinoma
mikroinvasif dan invasif.
MANIFESTASI KLINIK
• Perdarahan pervaginam (pascasenggama, perdarahan
diluar haid) dan keputihan .
• Hilangnya nafsu makan dan berat badan.

• Nyeri tulang panggul dan tulang belakang.


• Nyeri pada anggota gerak (kaki).

• Terjadi pembengkakan pada area kaki.


• Keluarnya feaces menyertai urin melalui vagina.
• Hingga terjadi patah tulang panggul.
KLASIFIKASI
DIAGNOSIS
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Pada umumnya, lesi A Nyeri Pinggang –> Perut bawah


prakanker D
V Desakan
belum memberikan A Oliguria
gejala sebelum stadium N
Obstruksi Ureter
invasif, C
E Anuria
Gejala yang timbul paling M
umum adalah perdarahan E
dan keputihan. N
T
Fistula Vesikovaginal, Rectovaginal, Edema
Infiltrasi Tungkai
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang

Pap CT-Scan
Smear Ca Cervix

Stadium IB2

Kolposkopi Sistoskopi
DIAGNOSIS
B ADENOKARSINOMA ENDOMETRIAL
A
N
D POLIP ENDOSERVIKAL
I
N
G CHLAMIDYA TRACHOMATIS atau IMS lainnya
TATALAKSANA
1. Terapi lesi prakanker serviks

Terapi NIS dengan Destruksi Lokal.


Untuk destruksi lokal lapisan epitel serviks dengan kelainan lesi
prakanker yang kemudian pada fase penyembuhan berikutnya akan
digantikan dengan epitel skuamosa yang baru.

DIATERMI
KRIOTERAPI ELEKTROKAUTER
ELEKTROKOAGULASI

Untuk destruksi lapisan epitel Menggunakan alat elektrokauter - Dapat memusnahkan jaringan
serviks dengan metode atau radiofrekuensi dengan lebih luas dan efektif
pembekuan hingga -20°C melakukan eksisi Loopdiathermy - Harus dilakukan dengan
selama 6 menit (teknik terhadap jaringan lesi prakanker anestesi umum.
Freeze-thaw-freeze) dengan pada zona transformasi
menggunakan gas N2O atau
CO2.
2. Tatalaksana kanker serviks invasif

1. Stadium 0 / KIS 2. Stadium IA2, IB1, IIA 3. Stadium IB 2 dan IIA2


(Karsinoma in situ) 1. Operatif. 1. Operatif
Konisasi (Cold knife Histerektomi radikal Histerektomi radikal dan
conization). dengan limfadenektomi pelvik limfadenektomi
- Bila margin bebas, konisasi pelvik. Ajuvan Radioterapi 2. Neoajuvan kemoterapi
sudah adekuat pada yang (RT) atau Kemoradiasi bila (Rekomendasi C)
masih memerlukan fertilitas. terdapat faktor risiko yaitu Tujuan untuk mengecilkan
- Bila tidak bebas, maka metastasis KGB massa tumor primer dan
diperlukan re-konisasi. Bila 2. Non operatif (EBRT dan mengurangi risiko
fertilitas tidak diperlukan brakiterapi) komplikasi operasi.
histerektomi total Kemoradiasi (Radiasi :
- Bila hasil konisasi ternyata EBRT dengan kemoterapi
invasif, terapi sesuai konkuren dan brakiterapi)
tatalaksana kanker invasive
6. Stadium IV A tanpa CKD
Pada stadium IVA dengan fistula
5. Stadium III A dan III B
4. Stadium IIB rekto-vaginal, direkomendasi terlebih
1. Kemoradiasi
1. Kemoradiasi dahulu dilakukan kolostomi,
2. Radiasi
2. Radiasi dilanjutkan :
3. Neoajuvan kemoterapi 1. Kemoradiasi Paliatif
Stadium IIIB dengan CKD
4. Histerektomi ultraradikal, 2. Radiasi Paliatif
1. Nefrostomi / hemodialisa bila
laterally extended
diperlukan
parametrectomy (dalam
2. Kemoradiasi dengan regimen
penelitian) Stadium IV A (dengan CKD)
non cisplatin
dan IVB
3. Radiasi
1. Paliatif
2. Bila tidak ada kontraindikasi,
kemoterapi paliatif / radiasi
paliatif dapat dipertimbangkan
RADIOTERAPI
Stadium I-IIA pasca operasi Stadium I-IIA tanpa pembedahan
Radioterapi pasca bedah diberikan sebagai terapi Indikasi radiasi :
ajuvan bila memenuhi ; 1. Stadium I b2, IIA dengan ukuran tumor > 4cm
1. kriteria batas sayatan positif atau batas dekat, 2. indeks obesitas > 70 %
2. karsinoma sel skuamosa berdiferensiasi 3. usia > 65 tahun
sedang-buruk,
Bentuk dan dosis radiasi :
3. karsinoma adenoskuamosa, adenokarsinoma,
1. Diberikan radioterapi dalam bentuk radiasi eksterna
4. invasi limfovaskuler positif, invasi KGB pelvis.
seluruh pelvis sebagai terapi primer dengan dosis
Bentuk dan dosis radiasi: 50 Gy, 1,8-2Gy per fraksi, 5 fraksi per minggu,
1. diberikan radioterapi dalam bentuk radiasi eksterna seluruh diikuti dengan brakiterapi intrakaviter 3x7 Gy
pelvis dengan dosis 50 Gy, 1,8-2Gy per fraksi 5 fraksi per 2. Kemoterapi dapat diberikan bersamaan dengan
minggu, diikuti dengan brakiterapi ovoid 3x7 Gy preskripsi radiasi sebagai radiosensitizer (kemoradiasi)
pada permukaan ovoid
2. Pada bentuk dini, diberikan radiasi eksterna di seluruh pelvis
RADIOTERAPI
Stadium IIB-IIIA, IIIB Stadium IVA dengan respon baik

Bentuk dan dosis radiasi: Indikasi radiasi Stadium IVA yang menunjukkan respon baik

1. Diberikan radioterapi dalam bentuk radiasi seluruh dari tumor yang menginfiltrasi kandung kemih atau rektum

pelvis terapi primer dengan dosis 50 Gy, 1,8-2Gy per setelah radiasi eksterna dosis 40 Gy. Bentuk dan dosis

fraksi, 5 fraksi per minggu, diikuti dengan brakiterapi radiasi:

intrakaviter 3x7 Gy 1. Bila respon baik, radioterapi dilanjutkan sampai dengan

2. Kemoterapi dapat diberikan bersamaan dengan dosis 50 Gy, diikuti dengan brakiterapi intrakaviter 3x7

radiasi sebagai radiosensitizer (kemoradiasi) Gy

3. Apabila masih terdapat residu parametrium setelah 50 2. Kemoterapi dapat diberikan bersamaan dengan radiasi

Gy, dapat diberikan tambahan booster radiasi sebagai radiosensitizer (kemoradiasi) -17-

eksterna di daerah parametrium dengan dosis 15-20 3. Bila tidak berespon atau respon tumor < 50 % radiasi

Gy, atau brakiterapi interstitial, atau kombinasi dihentikan dan dianjurkan untuk pemberian kemoterapi

intrakaviter dan interstitial dosis penuh


1. Membantu mengecilkan ukuran tumor
2. Melengkapi tindakan radioterapi untuk meningkatkan efek pengobatannya.
3. Jumlah hitungan darah pasien akan menurun jika dilakukan bersamaan dengan
radioterapi
4. Menyebabkan rasa lelah dan rentan terhadap infeksi.
5. Pasien mungkin perlu mengonsumsi obat antibiotik
6. Pasien yang menderita anemia mungkin perlu melakukan transfusi darah.
7. Radioterapi dan kemoterapi adjuvan menjadi tindakan pengobatan utama.
Kerusakan pembluh darah utama

Kerusakan pada kandung kemih,


rectum, ureter dan saraf

Sulit untuk BAK

Komplikasi CA Edema
Serviks
Getah bening terakumulasi di dalam
mungkin terjadi selama rongga panggul sehingga menyebabkan
tindakan operasi bedah limfosel
kanker serviks
Perdarahan atau hematosel

Tidak bisa hamil


PENCEGAHAN

1. Menunda Onset 5. Wanita usia di


Aktivitas Seksual atas 25 tahun, telah
2. Penggunaan menikah, dan sudah
Kontrasepsi Barier mempunyai anak
3. Penggunaan perlu melakukan
Vaksinasi HPV. pemeriksaan pap
smear setahun sekali
4. Memperbanyak
atau menurut
makan sayur dan
buah segar
petunjuk dokter.
PROGNOSIS
Menurut T.C. Krivak et.al pada tahun 2002, ketahanan hidup penderita pada kanker serviks stadium awal
setelah histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis bergantung pada 5 faktor, yaitu:
• Status KGB, Penderita tanpa metastasis ke KGB, memiliki 5-year survival rate (5-YSR) antara 85-90%. Bila
didapatkan metastasis ke KGB maka 5-YSR antara 20-74%.
• Ukuran Tumor, Penderita dengan ukuran tumor < 2 cm angka survivalnya 90% dan bila > 2 cm angka survival-
nya menjadi 60%. Bila tumor primer > 4 cm, angka survival turun menjadi 40.
• Invasi ke Jaringan Parametrium, penderita dengan invasi kanker ke parametrium memiliki 5-YSR 69%
dibandingkan 95% tanpa invasi. Bila invasi disertai KGB yang positif maka 5-YSR turun menjadi 39-42%.
• Kedalaman Invasi, invasi < 1 cm memilki 5-YSR sekitar 90% dan akan turun menjadi 63-78% bila > 1 cm.
Prognosis kanker serviks tergantung dari stadium penyakit. Umumnya, 5-years survival rate untuk
stadium I lebih dari 90%, untuk stadium II 60-80%, stadium III kira - kira 50%, dan untuk stadium IV
kurang dari 30% :
• Stadium 0: 100 % penderita dalam stadium ini akan sembuh.
• Stadium 1: Kanker serviks stadium I sering dibagi menjadi 2, IA dan IB. dari semua wanita yang
terdiagnosis pada stadium IA memiliki 5-years survival ratesebesar 95%. Untuk stadium IB 5-years
survival rate sebesar 70 sampai 90%.  Ini tidak termasuk wanita dengan kanker pada limfonodi
mereka.
• Stadium 2: Kanker serviks stadium 2 dibagi menjadi 2, 2A dan 2B. dari semua wanita yang
terdiagnosis pada stadium 2A memiliki 5-years survival rate sebesar 70 - 90%.. Untuk stadium 2B
5-years survival rate sebesar 60 sampai 65%.
• Stadium 3: Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 30-50%
• Stadium 4 :Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 20-30%
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai