CERVIX CANCER
ALI AKBAR MECCA ZENNA AL-KAUTSAR
GANANG SURYANSA AGUSALIM MEUTIA LIESKA URFAH
IQBAL MUSYAFFA RAUDHA KASMIR
MIFTAHURRAHMI RESTU KANIA MADANI
TAMARA RAMADHAN SUHARTO SURYANTIO JIWANDONO
Pembimbing :
dr. Rafiyandi, Sp.OG
I
6. Merokok, Diet, dan Lifestyle
EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan Interntional Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui bahwa
penyebab kematian tertinggi setelah kanker payudara adalah kanker serviks yang
merupakan kanker ginekologi penyumbang penyebab kematian tertinggi pada wanita.
Fakta lain di ungkap bahwa penderita kanker serviks di dunia semakin meningkat dari
tahun ketahui dengan angka mencapai lebih dari 460.000 kasus dan 230.000 perempuan
meninggal dunia karena penyakit tersebut.
Kanker serviks di Indonesia merupakan kanker yang paling umum terjadi dengan tingkat
kejadian 23,4 per 100.000 penduduk dengan kematian 13,9per 100.000 penduduk.
Kondisi ini membuat kanker serviks disebut sebagai penyakit pembunuh wanita nomor
satu di Indonesia.
PATOFISIOLOGI
Perkembangan
dimulai kanker
dari Neoplasia
invasif berawal
Intraepitel dari 1,
Serviks (NIS)
terjadinya lesi 3neoplastik
NIS 2, NIS atau
pada lapisanin
karsinoma epitel serviks
situ (KIS).
Selanjutnya setelah
menembus membrana
basalis akan berkembang
menjadi karsinoma
mikroinvasif dan invasif.
MANIFESTASI KLINIK
• Perdarahan pervaginam (pascasenggama, perdarahan
diluar haid) dan keputihan .
• Hilangnya nafsu makan dan berat badan.
Pap CT-Scan
Smear Ca Cervix
Stadium IB2
Kolposkopi Sistoskopi
DIAGNOSIS
B ADENOKARSINOMA ENDOMETRIAL
A
N
D POLIP ENDOSERVIKAL
I
N
G CHLAMIDYA TRACHOMATIS atau IMS lainnya
TATALAKSANA
1. Terapi lesi prakanker serviks
DIATERMI
KRIOTERAPI ELEKTROKAUTER
ELEKTROKOAGULASI
Untuk destruksi lapisan epitel Menggunakan alat elektrokauter - Dapat memusnahkan jaringan
serviks dengan metode atau radiofrekuensi dengan lebih luas dan efektif
pembekuan hingga -20°C melakukan eksisi Loopdiathermy - Harus dilakukan dengan
selama 6 menit (teknik terhadap jaringan lesi prakanker anestesi umum.
Freeze-thaw-freeze) dengan pada zona transformasi
menggunakan gas N2O atau
CO2.
2. Tatalaksana kanker serviks invasif
Bentuk dan dosis radiasi: Indikasi radiasi Stadium IVA yang menunjukkan respon baik
1. Diberikan radioterapi dalam bentuk radiasi seluruh dari tumor yang menginfiltrasi kandung kemih atau rektum
pelvis terapi primer dengan dosis 50 Gy, 1,8-2Gy per setelah radiasi eksterna dosis 40 Gy. Bentuk dan dosis
2. Kemoterapi dapat diberikan bersamaan dengan dosis 50 Gy, diikuti dengan brakiterapi intrakaviter 3x7
3. Apabila masih terdapat residu parametrium setelah 50 2. Kemoterapi dapat diberikan bersamaan dengan radiasi
Gy, dapat diberikan tambahan booster radiasi sebagai radiosensitizer (kemoradiasi) -17-
eksterna di daerah parametrium dengan dosis 15-20 3. Bila tidak berespon atau respon tumor < 50 % radiasi
Gy, atau brakiterapi interstitial, atau kombinasi dihentikan dan dianjurkan untuk pemberian kemoterapi
Komplikasi CA Edema
Serviks
Getah bening terakumulasi di dalam
mungkin terjadi selama rongga panggul sehingga menyebabkan
tindakan operasi bedah limfosel
kanker serviks
Perdarahan atau hematosel