Anda di halaman 1dari 69

LABIRINITIS

Pendahuluan

Inflamasi Telinga dalam

Gangguan keseimbangan
Labirinitis dan pendengaran

Prevalensi : 1 kasus pada


10.000 orang
Labirinitis

 Definisi
Labirinitis adalah gangguan
akibat proses inflamasi pada
telinga bagian dalam, atau
labirin
Etiologi

Bakteri virus autoimun

• S pneumoniae • Cytomegalovirus • Wegener


• Moraxella • Mumps virus granulomatosis
catarrhalis • Varicella-zoster • Polyarteritis
• N meningitides virus nodosa
• Streptococcus • Rubeola virus
species • Rubella virus
• Staphylococcus
species
Klasifikasi

 Labirinitis bakteri

Labirinitis
Labirinitis
akut
akut
atau
supuratif
toksik

Labirinitis
Labirinitis
kronik
fibroseus
supuratif
Berdasarkan klinis

Labirinitis Lokalisata

Klinis
Labirinitis Difusa
Manifestasi Klinis

 Vertigo ( perubahan posisi )


 Penurunan fungsi pendengaran secara tiba- tiba tipe
koklear ( unilateral atau bilateral, ringan sampai berat,
reversible )
 Gangguan Keseimbangan
 Nistagmus spontan
 Tinitus
 Otorrhea
 Mual, Muntah
 Demam
 Flu like sindrome
DIAGNOSIS

Anamnesis

Pemeriksaan Pemeriksaan
fisik penunjang
Pemeriksaan penunjang

 CT-SCAN
menggambarkan fibrosis dan kalsifikasi dari labirin
membranous pada orang dengan labirintritis kronis
atau labirintritis ossificans
TES LAIN

Audiometri Pengujian
Vestibular
- Tes Kalori
Electronistagm
ogram
Diagnosis Banding

 Benign paroxysmal positional vertigo


 Vestibular neuritis
Terapi

Non
Medikamentosa
Medikamentosa
Non Medikamentosa

 Tirah Baring selama beberapa hari


 Cukup minum
 Membatasi aktivitas fisik yang berat
Medikamentosa

 Antibiotik : Apabila penyebabnya bakteri


 Antivirus
 Benzodiazepin
 Kortikosteroid
 Obat-obat simptomatik
Komplikasi

Kehilangan Pendengaran
permanen

Gangguan
Keseimbangan
Prognosis

 Pemulihan spontan umumnya terjadi dalam beberapa hari


sampai beberapa minggu. Fungsi labirin dapat kembali
normal tergantung pada kecepatan dan keefektifan dari
pengobatan yang didapat. prognosis jangka panjang
untuk pasien labyrinthitis baik dan sebagian besar pasien
sembuh sempurna.
NEUROMA AKUSTIK
Neuroma Akustik yang sekarang disebut Vestibular Schwannoma
adalah tumor jinak dari nervus vestibulokoklearis yang muncul di bagian
medial kanalis auditori internus atau lateral cerebellopontine angle
(CPA).
ANATOMI CPA

 Cerebellopontine angle (CPA)


adalah ruang potensial
berbentuk irregular pada fossa
posterior otak.
EPIDEMIOLOGI

Neuroma Akustik merupakan 6% dari seluruh tumor intracranial,


dan lebih dari 90% dari semua lesi terletak di cerebellopontine
angle (CPA).

Insidens Neuroma Akustik yang dilaporkan 10 per 1 000 000


orang per tahun dan khas terjadi pada dekade 4 atau 5
dalam kehidupan.

Insiden keseluruhan dari neuroma akustik berdasarkan studi


populasi di Denmark, Canada dan US mencapai 10 dan 13
juta orang

Dari pemeriksaan serial autopsi tahun 1936 diperkirakan


prevalensi tertinggi sekitar 2,5% dari seluruh populasi
ETIOLOGI
Etiologi tumor neuroma akustik merupakan defek
pada kromosom 22 dan jarang sekali akan
berubah menjadi maligna

akan tetapi jika tumor berkembang menjadi


cukup besar sehingga dapat menekan batang
otak, maka hal tersebut yang dapat
menyebabkankematian.

Neuroma akustik juga sering ditemui pada pasien


neurofibromatosis tipe 2, suatu defek gen pada
kromosom 22, yang juga menimbulkan
pembentukan tumor intraserebral lainnya
GEJALA KLINIS

 Gejala khas Vestibular


Schwannoma yang klasik
adalah tuli sensorineural
asimetris progresif, tinitus dan
gangguan keseimbangan
(disequilibrium).
 Vestibular Schwannoma
Stadium Intrakanalikular
dengan gejala gangguan
pendengaran, tinitus, disfungsi
vestibular (termasuk vertigo)
 Vestibular schwannoma
Stadium Cisternal tumor
memiliki komponen CPA
tanpa kompresi batang otak
yang signifikan atau
displacement saraf
trigeminus.

 Gejala gangguan
pendengaran memburuk
dan muncul disequilibrium
(gang. keseimbangan)
 Vestibular schwannoma
stadium kompresi batang otak,
tampak kompresi aspek lateral
pons, indentasi pedunkulus
serebelum dan displacement
saraf trigeminus (midface
hypesthesia).
 Vestibular schwannoma stadium
tumor menekan N
glossofaringeus, vagus, asesorius,
dan serebelum.

 Bila kompresi lebih luas lagi akan


mengalami hydrocephalus,
menyebabkan sakit kepala dan
gangguan penglihatan
Neuroma Akustik :
(A) Tumor intrakanalikular,
(B) Tumor CPA,
(C) Tumor menekan N.trigeminus,
(D) Tumor menekan N
glossofaringeus, vagus,
asesorius, dan serebelum
Audiometri

Auditory
Brainstem
Responses (ABR)
PEMERIKSAAN Computed
Tomography
PENUNJANG Pemeriksaan
(CT)
Vestibular
Magnetic
Resonance
Imaging (MRI)
Pencitraan

Gold Standard
MRI

Gambar Vestibular Schwannoma. (A) gambar T1-


weighted. Tumor isointense dengan otak dan
hyperintense dengan CSF. (B) gambar T2-
Gambar MRI dengan kontras Gadolinium pada
weighted. Tumor sedikit hyperintense dengan
tumor CPA. (A) potongan sagittal, (B) potongan
otak dan hypointense ke sekitar CSF
axial
PENATALAKSA
NAAN

Stereotactic
radiosurgery
Observasi Bedah mikro
dan
radioterapi

Translabirintin Retrosigmoid Middle fossa


(TL) (RS) (MF)
KOMPLIKASI

 Komplikasi intraoperasi
Komplikasi intraoperasi meliputi kerusakan vaskular, emboli
udara, parenchymal brain injury dan kerusakan saraf kranial

 Komplikasi pasca operasi


Komplikasi pasca operasi meliputi pendarahan, stroke,
tromboembolisme vena, kebocoran LCS dan meningitis
Meningioma

Kolesteatoma
DIAGNOSIS primer
BANDING
Kista arachnoid

Schwannoma
saraf fasialis
TINITUS
Pendahuluan

 Tinitus berasal dari bahasa latin yang artinya nada. Tinitus adalah
gangguan pendengaran atau persepsi suara (bukan ransangan dari
luar), berupa bunyi berdenging, menderu, mendesis atau berbagai
macam bunyi yang lain.
 Telinga dalam terdiri labirin osea, yaitu sebuah rangkaian rongga
pada tulang pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi cairan
peilimfe & labirin membranasea yang teletak lebih dalam dan
memiliki cairan endolimfe.
 Koklea berada didepan labirin.
 Penampang melintang koklea terdiri atas 3 bagian yaitu skala
vestibuli, skala media dan skala timpani.
 Bagian dasar dari skala vestibuli berhubungan dengan tulang
stapes melalui tingkap oval, Skala timpani berhubungan dengan
telinga tengah melalui tingkap bulat, bagian atas skala media
dibatasi oleh membran vestibularis atau membran reissner dan
sebelah bawah dibatasi oleh membran basalis.
 Organ corti terdiri dari sel rambut dan sel penyokong.
Definisi

 Tinitus adalah salah satu bentuk gangguan


pendengaran berupa sensasi suara tanpa adanya
ransangan dari luar, dapat berupa sinyal
mekanoakustik maupun listrik. Keluhan suara yang
didengar sangat bervariasi lainnya, dapat berupa
suara mendenging, menderu, mendesis, mengaum,
atau berbagai macam bunyi lainnya
Klasifikasi
•Tinitus yang suaranya juga dapat
didengar oleh pemeriksa dengan
auskultrasi di sekitar telinga

Objektif •Bersifat Vibrotorik


•Kelainan vaskular
•Malformasi arteriovena, tumor glomus
jugulare, aneurisma

•Tinitus yang suaranya hanya didengar


oleh pasien sendiri

Subjektif
•Bersifat nonvibrotik
•Proses iritatif atau perubahan
degeneratif traktus audfitorius
Lanjutan…
•Suaranya bersamaan dengan suara
denyut jantung
•Akibat kelainan vaskular (bising
Pulsatil mendesis)
•Akibat nonvaskular (bising klik, bising
goresan, suara pernapasan dalam
telinga)

•Suara yang didengar oleh pasien


bervariasi (bordering, berdengung,
berdesis, suara jangkrik, bising
Nonpulsatil bergemuruh)
•Biasanya pada tempat yang sunyi
Etiologi
Kelainan
somatik

Kerusakan N.
Kelainan
Vestibulo Tinitus Vaskular
koklearis

Obat-
obatan
 Kelainan somatik daerah leher dan rahang
a. Trauma kepala dan leher
b. Artritis pada sendi temporomandibular (TMJ)
 Kerusakan N. Vestibulokoklearis
 Kelainan vaskular
a. Artheosklerosis
b. Hipertensi
c. Malformasi kapiler
d. Tumor pembuluh darah
 Kelainan metabolik
 Kelainan neurologis
 Kelainan psikogenik
 Obat-obatan
a. Analgetik
b. Antibiotik
c. Obat-obat kemoterapi
d. Diuretik
e. Dan lain-lain
 Gangguan mekanik
 Gangguan konduksi
 Sebab lainnya
a. Bising
b. Presbikusis
c. Sindrom meniere
Patofisiologi
Kelainan
pada telinga

Impuls
abnornal

TINITUS
Lanjutan…

Gangguan
Konduksi

Tuli Gangguan
Sensorineural Vaskular

TINITUS
Diagnosis

PEMERIKSAAN
FISIK
ANAMNESIS + TINITUS
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Anamnesis

 Kualitas dan kuantitas tinnitus


 Lokasi, apakah terjadi di satu telinga ataupun di kedua telinga
 Sifat bunyi yang di dengar, apakah mendenging, mendengung, menderu,
ataupun mendesis danbunAyi lainnya
 Apakah bunyi yang di dengar semakin mengganggu di siang atau malam
hari
 Gejala-gejala lain yang menyertai seperti vertigo dan gangguan
pendengaran serta gangguanneurologik lainnya.
 lama serangan tinitus, bila berlangsung dalam waktu 1 menit biasanya akan
hilang sendiri, hal ini bukan keadaan patologik. Bila berlangsung dalam 5
menit merupakan keadaan patologik.
 Riwayat medikasi sebelumnya yang berhubungan dengan obat dengan
sifat ototoksik
 Kebiasaan sehari-hari terutama merokok dan meminum kopi
 Riwayat cedera kepala, pajanan bising, trauma akustik
 Riwayat infeksi telinga dan operasi telinga
Pemeriksaan Fisik dan
Penunjang

 pemeriksaan auskultasi dengan menggunakan


stetoskop pada kedua telingan pasien.
 Pemeriksaan Audiometri
 BERA (Brainstem Evoked Response Audiometri)
 CT Scan atau MRI
Penatalaksanaan

 Berdasarkan Penyebabnya
 Antidepresan dan Antianxietas (Jika tidak diketahui
penyebabnya)
 Tinnitus Retraining Therapy (TRT)
 Terapi edukasi
Psikologik

Cara
Elektrofisiologik Medikame
Pengobatan ntosa
Gejala Tinitus

Tindakan bedah
pada trauma
akustik neuroma
NOISE INDUCED HEARING
LOSS
BISING

Definisi Bising

Kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau


kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan atau semua suara yang tidak dikehendaki yang
bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat
kerja pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran.
Baku Tingkat Kebisingan

Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat


kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari
usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
TULI AKIBAT BISING

Definisi

Tuli akibat bising (TAB) adalah tuli sensorineural yang terjadi


akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dan dalam
jangka waktu yang cukup lama.
Faktor Yang Mempengaruhi
 Intensitas kebisingan
 Frekwensi kebisingan
 Lamanya waktu pemaparan bising
 Kerentanan individu
 Jenis kelamin
 Usia dan
 Kelainan di telinga tengah.
Klasifikasi
Secara umum efek kebisingan terhadap
pendengaran dapat dibagi atas 3 kategori yaitu :
 Reaksi Adaptasi
 Noise Induced Temporary Threshold Shift (TTS)
 Noise Induced Permanent Threshold Shift (NIPTS)
Patogenesis

1. Kerusakan pada sel sensoris. Pada tahap ini dapat terjadi:

a. Degenerasi daerah basal duktus koklearis

b. Pembengkakan, robekkan sel sensoris dan kehilangan stereosilia


(bagian atas sel rambut)  kematian sel rambut  degenerasi
Wallerian dan kematian serat saraf auditorik, dan

c. Anoksia

2. Kerusakan stria vaskularis

3. Kerusakan pada serabut saraf, dan

4. Hidrops endolimfe.
Diagnosis
 Pada anamnesis :
 mula-mula pekerja mengalami kesulitan berbicara di lingkungan yang bising
 jika berbicara biasanya mendekatkan telinga ke orang yang berbicara
 berbicara dengan suara menggumam
 biasanya marah atau merasa keberatan jika orang berbicara tidak jelas, dan
 tinitus.

 Pada pemeriksaan fisik :


 tidak tampak kelainan anatomis telinga luar sampai gendang telinga.
 Pemeriksaan telinga, hidung, dan tenggorokan perlu dilakukan secara lengkap
dan seksama
 Selain itu pemeriksaan saraf pusat perlu dilakukan.
 NIHL ditegakkan dengan menggunakan audiometer nada murni,
yang merupakan standar baku untuk melihat ambang
pendengaran, derajat dan tipe dari gangguan pendengaran.
 Derajat ketulian menurut International Standard Organization
(ISO) adalah :
0-25 dB Normal

>25-40 dB Tuli Ringan

>40-55 dB Tuli Sedang

>55-70 dB Tuli Sedang Berat

>70-90 dB Tuli Berat

>90 dB Tuli Sangat Berat


Diagnosis Banding
Tuli saraf genetik, ototoksik, presbiakusis, sudden hearing loss, dan
otosklerosis.

Penatalaksanaan
 Penderita sebaiknya dipindahkan kerjanya dari lingkungan bising
atau dengan rotation system (sistem rotasi) dan diberikan waktu
untuk istirahat

 Alat pelindung telinga terhadap bising, seperti sumbat telinga (ear


plug), tutup telinga (ear muff) dan pelindung kepala (helmet).
 Alat Bantu Dengar (ABD)
 Implant koklea

Prognosis
Tuli akibat terpapar bising adalah tuli sensorineural
koklea yang sifatnya menetap, dan tidak dapat
diobati dengan obat maupun pembedahan.
Pencegahan
 Menghindari sumber bising
 Memodifikasi

Anda mungkin juga menyukai